Be a Technical Analyst Series
Be a
Technical Analyst Series
Filosofi Chart
Sebelum mengarah pada topik utama dari judul di atas, sangatlah penting
bagi kita menyelaraskan pemahaman kita mengenai arti dari kata analisa
teknikal. Analisa teknikal berasal dari asumsi. Asumsi akan menjadi sebuah
kata kunci dalam sebuah analisa teknis bahkan hingga chapter terakhir.
Seperti yang diketahui bahwa asumsi mencerminkan ketidakpastian,
sesuatu terjadi karena “asumsi” terpenuhi, bahkan ini sering terjadi
dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Lihat saja coba anda prediksi berapa durasi waktu injury time sebuah
pertandingan sepakbola? Pada dasarnya menurut asumsi kondisi
“umum”, injury time sebuah pertandingan sepakbola adalah 2 menit.
Namun asumsi “umum” ini terkadang tidak terpenuhi yang disebabkan
oleh beragam insiden selama pertandingan berlangsung, yang dapat
menyebabkan injury time 2 menit ini bergeser ke 3 menit bahkan 5 menit,
contohnya ada pemain cedera di lapangan yang membutuhkan waktu
untuk wasit & para medis bertindak hingga pemain tersebut digotong
keluar lapangan, belum lagi insiden cekcok antar sesama pemain yang
membuat pertandingan tertunda beberapa menit.
Dari ilustrasi diatas, anda mungkin dapat menebak berapa durasi injury
time sebuah pertandingan sepakbola (2 menit) namun anda terkadang
akan salah dalam memprediksi karena asumsi “umum” tidak terpenuhi.
Jadi “asumsi” merupakan kata kunci yang akan selalu kita gunakan
dalam menganalisa chart, dengan logika asumsi terpenuhi maka analisa ini
berjalan baik, sebaliknya saat asumsi tidak terpenuhi, maka analisa “belum
tentu” berjalan baik maupun buruk.
Dengan memahami penerapan asumsi dalam analisa teknikal, anda tentu
sudah dapat mengambil kesimpulan, bahwa analisa teknikal tidak akan
terus memberikan rentetan transaksi yang menguntungkan terus menerus,
bahkan saat anda bertransaksi dalam kondisi “asumsi tidak terpenuhi”
maka anda akan terus mengalami kerugian.
Mengapa asumsi ini penting? Karena tidak ada kondisi asumsi yang
terpenuhi secara baku. Tidak akan selalu terjadi asumsi terpenuhi. Pasar
yang bergerak memiliki nafasnya sendiri. Asumsi hari ini mungkin terpenuhi
berdasarkan beragam variable atau kondisi yang anda tetapkan, namun
bisa juga asumsi tersebut akan seketika berbalik menjadi tidak terpenuhi
saat sebuah bencana terjadi, ataupun beberapa kebijakan yang
menyebabkan pasar bergerak kencang.
Jadi kesimpulannya, analisa teknikal bersifat prediksi yang tentunya
menggunakan beberapa hal seperti logika-logika terstruktur yang
mengasumsikan kondisi tertentu.
Dari pemaparan di atas, tentu saja akan terbesit pertanyaan dasar yakni
bagaimana kita tahu asumsi tersebut terpenuhi atau tidak? Apa yang
menjadi dasar asumsi kita? Bagaimana menyusun asumsi-asumsi yang
katanya merupakan dasar analisa teknikal?
Pernah dengar beberapa sistem seperti trend follower? Atau reversal
trade? Bahkan ada swing trade dan lain-lain, mengapa analisa teknikal
memerlukan banyak cabang sistem seperti itu, bahkan ada yang memiliki
beberapa sistem penuh dengan gabungan indicator (variable) yang
mengerucut pada sebuah pengambilan keputusan. Ini diakibatkan
beragamnya asumsi-asumsi sang pencipta atau yang menemukan sistem
analisa tersebut. Asumsi dari satu orang ke orang yang lain berbeda, dan
inilah yang mengakibatkan sudut pandang mereka dalam melihat
pergerakan market berbeda-beda sehingga mencipatakan interpretasi
mereka sendiri kepada sebuah sistem yang menurut mereka “terbaik”
bagi diri mereka sendiri dalam pengambilan keputusan.
Oleh asumsi itu jugalah, mengapa pergerakan pasar sangatlah dinamis,
dinamis dalam hal ini berarti acak. Mengapa asumsi dapat menyebabkan
pergerakan pasar menjadi acak? Seperti yang anda ketahui, pasar
digerakkan oleh aksi jual dan beli, atau dari sisi lain anda bisa mengatakan
akibat dari supply demand. Karena asumsi, sudut pandang berakhir pada
keputusan yang berbeda-beda, maka harga bergerak dalam fluktuasi yang
tidak dinamis. Karena ada yang mengambil keputusan membeli sebuah
instrument hari ini, tapi di tempat lain ada yang mengambil keputusan
menjual juga pada waktu yang sama.
Hal ini secara otomatis mengarah pada perubahan harga pasar yang terus
menerus pada pergerakan pasar. Seperti yang diketahui bahwa pasar
dipengaruhi oleh keputusan manusia-manusia yang terlibat, sedangkan
manusia terus tumbuh berdasarkan hasrat pribadi mereka masing-masing,
kemampuan mereka beradaptasi membuat mereka berubah dari waktu ke
waktu sehingga akan menyebabkan transformasi dalam pengambilan
keputusan. Perubahan ini berpengaruh besar pada perilaku market, itulah
mengapa sistem pengambilan keputusan “terbaik” pada saat ini, belum
tentu menjadi sistem pengambilan keputusan “terbaik” di masa depan.
Ini disebabkan perilaku market yang berubah karena perubahan para
pelaku di dalamnya, ada yang merubah sudut pandangnya dalam
mengambil keputusan jual beli, ada yang berhenti sementara, ada yang
sudah gugur dilahap market, ini semua menyebabkan market berubah
pola.
Dari sini, anda tentu dapat menangkap bahwa sebagai seorang yang
berjuang dalam mengambil kesempatan dari pergerakan pasar, anda tetap
harus beradaptasi pada pergerakan market yang akan selalu berubah,
sistem anda yang menambah pundi-pundi keuangan anda bisa berubah
menjadi escavator yang mengeruk semua keuntungan anda dengan
kerugian karena sistem pengambilan keputusan anda tak lagi relevan
dengan pergerakan pasar saat ini.
Dari segala perubahan yang terjadi, tugas anda sebagai seorang analis
market adalah menyemptikan kedinamisan (keacakan) pergerakan harga
sehingga dapat memberikan satu pandangan logis dalam pengambilan
keputusan.
Walaupun bergerak acak, pasar pada dasarnya bergerak dalam 2 arah
yakni naik (up) dan turun (down) atau bahasa para analis yang populer
adalah bull (up) dan bear (down).
Namun pada dasarnya, bagaimanapun acaknya sebuah pergerakan
market, ada beberapa fase terkenal yang dapat anda tangkap sebagai
seorang analis dan memasukkannya sebagai salah satu asumsi anda dalam
proses pengambilan keputusan.
Bentuk Market, Pola Market & Perilaku Market
Bentuk market, pola market ataupun perilaku market pada dasarnya terdiri
dari 2 jenis yaitu trend dan sideway. Namun para trader sangat jarang
membagi subtansi dari kedua jenis bentuk market tersebut. Ribuan jenis
strategi yang ada sangat mumpuni pada kondisi normal sideway atau
normal trend tergantung dari fokus analisa strategi tersebut.
Seperti yang anda lihat pada gambar di atas, seorang pengikut trend akan
dengan mudah mengidentifikasi di mana titik entrynya untuk mengikuti
trend. Dengan sudut pandang normal trend, proyeksi arah trend sebuah
instrument menjadi sangat mudah terlihat. Kondisi bentuk market seperti
ini sangatlah menguntungkan bagi para trend follower. (note : dalam hal
ini, trend yang dimaksud berlaku untuk trend up maupun trend down)
Begitu juga pada normal sideway, para pecinta overbought dan oversold
serta para pecinta supply dan demand analysis yang digunakan sebagai
support dan resistance akan mendapatkan hasil yang luar biasa pada
normal sideway. Bahkan para pecinta breakout trading sistem akan
mendapati titik entry yang menakjubkan pada kondisi bentuk market yang
seperti ini.
Sederhananya adalah hampir semua strategi (tergantung fokus pada trend
atau fokus pada sideway) akan mencapai hasil yang ideal pada kondisi
trend yang normal atau kondisi sideway yang normal.
Sayangnya, bentuk market memiliki keanehan sifat yang sangat sulit
ditebak ini diakibatkan oleh beberapa hal seperti keraguan si pelaku market
atau perubahan si pelaku market, masih ada 2 bentuk yang merupakan
turunan dari 2 sifat market ini. Dan celakanya adalah 2 bentuk lainnya ini
sangat sering terjadi sehingga membuat para pelaku market mayoritas
mengalami masa-masa yang sulit. Maka dari itu sebelum anda
menyalahkan hal-hal lain untuk setiap kerugian yang dialami, ada baiknya
anda mengenal perilaku market yang cenderung menyebabkan strategi
anda mengalami kekalahan demi kekalahan tanpa pandang bulu.
Cobalah perhatikan baik-baik dan cobalah pahami bentuk market (perilaku
market) di atas. Kedua jenis market ini kami sebut dengan “anomali”.
Jadi berdasarkan perilaku market maka akan ada 2 anomali. Yaitu anomali
trend dan anomali sideway.
Pada kondisi anomali trend, trend follower akan dipusingkan dengan bias-
bias antara pengambilan keputusan yang lemah. Keyakinan pada trend
akan berlanjut atau akan terjadi sideway akan menghantui pada kondisi
market seperti ini. terkadang bahkan mereka salah mengidentifikasi trend
ini adalah trend up (bull) ataukah ini adalah trend down(bear). Belum lagi
mereka dikacaukan pada posisi dengan arah sesuai pergerakan market
namun berakhir pada kerugian karena memasang exit point yang terlalu
ketat, selanjutnya si harga bergerak sesuai entry posisi mereka.
Kondisi anomali market trend juga dapat menjebak para sideway trader
dengan mengambil posisi overbought ataupun oversold yang sedang
mengalami false signal. Disini mereka akan terjebak pada kondisi anomali
market yang biasanya membuat para trader merasa performa mereka
menurun.
Sayangnya banyak sekali trader yang baru pertama kali ataupun kedua kali
menemukan kondisi ini langsung mencap strateginya buruk (mulai melirik
strategi jenis baru lainnya). Atau mengkambinghitamkan psikologi mereka
kalau mereka terlalu tamak (saat hold posisi ternyata Cuma dapat BEP)
ataupun mereka terlalu takut (saat Stop loss disentuh, market naik seperti
analisa mereka).
Idealnya, pemahaman bentuk market ini adalah sebuah kewajiban.
Mengetahui bahwa ada kondisi dimana kebingungan arah market sedang
terjadi. Strategi sedang berada dalam fase yang tidak menentu. Biasanya
ada jenis trader yang menghindari market seperti ini (no trade decision).
Sebagian lagi ada yang mengedepankan disiplin pada money
management, ada juga yang mengedepankan exit dan entry statis yang
tetap memberikan profit mereka dengan adaptasi keuntungan yang lebih
kecil.
Sama halnya terjadi juga untuk kondisi anomali sideway, para counter trend
akan memperhatikan support resistance mereka. Namun sayangnya
“terkadang” exit level loss mereka tersentuh terlebih dahulu dan
kemudian market berjalan sesuai analisa mereka. Para breakout trader
akan hancur-hancuran di kondisi anomali sideway ini.
Ketidakteraturan ini biasanya mendatangkan loss yang beruntun. Sebagian
lainnya mengoleksi BEP yang beruntun. Namun kesempatan akan selalu
ada, maka dari itu adaptasi terhadap bentuk market seperti ini sangat
bergantung dari pemahaman anda terhadap strategi trading anda.
Sehingga anda dengan cepat mengetahui kesalahan anda saat loss itu
muncul. Dengan begitu harapan terbaiknya adalah anda terhindar dari
kesalahan yang sama di masa depan.
Jadi dengan mengatur sudut pandang tertentu, market yang sangat acak
pada pandangan luas menjadi lebih terpola dengan berbagai bentuk.
Trend (up maupun down) dan Sideway, serta anomali trend maupun
anomali sideway. Namun walaupun chart market yang di depan anda telah
terlihat sebuah pola, anda memerlukan variabel-variabel lain untuk
menciptakan sebuah kesimpulan pengambilan keputusan yang cukup baik.
Bahkan anda tidak akan tahu apakah 2 hari kedepan atau 1 minggu ke
depan pasar akan bergerak dalam trend? Ataukanh sideway? Atau anomali
trend maupun anomali sideway ? tidak ada yang tahu market akan
bergerak seperti apa di masa depan.
Jadi anda memerlukan filosofi sebagai pondasi yang kuat untuk menjaga
reaksi anda terhadap konsekuensi keputusan yang telah anda ambil.
Maksudnya disini adalah mengkondisikan penerimaan kerugian maupun
keuntungan dengan reaksi normal walaupun mengalami keuntungan yang
lebih dari ekspektasi anda, maupun kerugian yang melebihi ekspektasi
anda.
Kami akan mengadaptasi beberapa filosofi dari para investor-investor
maupun analis yang telah mendunia. Yang pertama adalah filosofi klasik
yang akan tetap anda gunakan sampai chapter terakhir, “history repeat
itself” dalam bahasa Indonesia kita dapat mengartikannya sebagai
“sejarah selalu berulang”. Dengan berasumsi bahwa sejarah selalu
berulang, maka anda dapat mengambil potongan-potongan puzzle dari
sudut pandang anda (termasuk pola-pola perilaku market tersebut)
sebagai sebuah landasan dalam pengambilan keputusan selanjutnya, yang
dimana dengan ekspektasi bahwa, selanjutnya pasar akan bergerak sesuai
atau mirip dengan sejarah tersebut.
Mari kita lihat contoh berikut :
Anggaplah sebuah instrument sedang berada dalam pola pergerakan
market “garis hijau”, anda sebagai analis akan mengambil informasi-
informasi yang ada untuk memprediksi market bergerak kearah mana,
apakah “a” atau “b” ?
Tentu dengan informasi diatas saja tanpa pemahaman perilaku market
maupun filosofi “history repeat itself” anda hanya memprediksi tanpa
landasan logika yang kuat, dan hasilnya anda hanya sekedar bertaruh
tanpa menganalisa.
Oleh karena itu, sebagai seorang analis, dimana anda telah mengetahui
mengenai perilaku market serta memegang teguh filosofi “History Repeat
Itself” maka anda akan menganlisis seperti ini.
Contoh Salah satu analisanya :
Anggaplah anda telah meneliti market sebelumnya, dengan filosofi
“history repeat itself” dan andaikan anda percaya dengan teguh bahwa
sejarah akan berulang, maka anda selanjutnya kemungkinan besar
melakukan riset pasar. Mengelompokkan kategori-kategori pola market
tertentu sebagai salah satu acuan pengembalian keputusan.
Dan mari kita beranggapan bahwa anda telah melakukan riset dan
menemukan bahwa ada 5 pola yang terjadi dimasa lalu (dan akan terjadi
dimasa depan berdasarkan filosofi anda) anda mengoleksi 45 rekam jejak
yang “mirip” dengan pola harga yang sedang terjadi diatas. Berikut
adalah contoh rekam jejak yang telah anda simpulkan.
Gambar diatas telah muncul 21 kali dengan potensi bahwa pasar akan
bergerak turun terlebih dahulu (koreksi) sebelum melakukan perlanjutan
trend, selanjutnya
Dalam pola 2 ini, market justru bergerak berlawanan, tepatnya mengarah
kebawah yang biasa disebut reversal trend, pola ini muncul “hanya” 3
kali dalam riset anda.
Dalam pola 3 market bergerak sedikit membingungkan, setelah pola yang
terjadi dalam gambar pertama (yang memiliki tanda tanya arah a atau b)
harga malah bergerak turun jauh hingga melebihi titik koreksi pertama,
namun selanjutnya market bergerak naik melebihi titik puncak terakhir.
Pola ini muncul 13 kali dalam riset anda.
Dalam pola 4, harga memang mengikuti kecenderungan harga naik di
awal, namun pada akhirnya dia menusuk tajam kebawah sehingga untuk
para holder investor, akan mengalami fluktuasi yang lumayan mengaduk-
aduk emosinya, dan pola ini muncul 5 kali dalam riset anda.
Dan terakhir dalam pola ke 5, anda melihat bahwa harga seolah-olah akan
reversal melawan arah kecenderungan naik, dan perlahan menuju down
trend, namun di akhir, harga malah melesat naik ke atas dengan
momentum tinggi, pola kelima ini muncul 4 kali dalam riset anda.
Dari total 45 gambar yang polanya mirip dengan pola yang sedang terjadi,
anda dapat menyimpulkan bahwa :
Pola 1 = 21 kali = 47%
Pola 2 = 3 kali = 6%
Pola 3 = 13 kali = 28%
Pola 4 = 5 kali = 11%
Pola 5 = 4 kali = 8%
Anda dapat menyimpulkan secara sederhana bahwa dengan filosofi
“history repeat itself”, pola 1 memiliki kemungkinan muncul di market
selanjutnya sebesar 47%, pola 2 probabilitas terjadinya 6%, pola 3
probabilitas terjadinya 28%, pola 4 probabilitasnya terjadinya adalah 11%
dan yang terakhir pola 5 memiliki probabilitas 8% untuk terjadi. Namun
akan ada potensi muncul pola yang tidak sama dengan pola diatas.
Jadi arah mana yang akan anda pilih? Atau pola mana yang akan anda
ambil dalam asumsi ini? Sebenarnya anda membutuhkan informasi lebih
dalam pengambilan keputusan, namun kali ini, anggap saja anda
mengambil keputusan dari informasi di atas.
Kebanyakan akan memilih yang memiliki probabilitas terbesar terjadi, ini
merupakan pilihan yang paling lumrah.
Namun untuk para konservatif yang menjaga kerugiannya, mereka akan
mengambil beberapa opsi, anda juga sebaiknya melakukan hal tersebut.
Misalnya , lihat saja pola A, anda mungkin akan langsung mengambil
keputusan seketika itu juga, bisa juga ada opsi bahwa anda menunggu
koreksi muncul baru mengikuti keberlangsungan trend, namun ada juga
yang mengambil opsi terendah sebagai titik exit point kerugian.
Maksudnya titik exit point kerugian disini adalah stop loss, lihatlah 5 pola
yang sudah terdata dalam riset anda, titik terendah ada pada awal mula
harga bergerak, maka akan ada beberapa asumsi bahwa stop loss
sebaiknya ditempatkan dibawah level awal mula trend tersebut terjadi. Bisa
juga dipasang pada level koreksi pertama terjadi. Namun dimana titik entry
anda ?
Jadi sebenarnya akan banyak opsi titik entry yang didapat oleh para analis
dari data diatas, bisa seketika itu juga, bisa menunggu bounce koreksi, bisa
menunggu breakout, bisa juga malah ada yang ingin mengambil arah B
(down trend)
Jadi asumsi akan berperan penting, namun anda harus memikirkan dan
menganalisa hal tersebut dengan logika terukur.
Jadi pertanyaannya arah mana yang anda ambil berdasarkan riset anda ?
Arah “A” atau “B” ?
Dengan satu pola yang sedang terjadi saja, market telah memberikan anda
pilihan beragam dalam pengambilan keputusan anda. Padahal anda belum
menambah asumsi-asumsi lain seperti waktu maupun range market
tersebut. Untuk menyederhanakan pemahaman anda, kami akan mencoba
memberikan anda tambahan sudut pandang yakni variabel waktu. Bisa saja
variabel waktu sebagai penguat asumsi analisa anda dalam pengambilan
keputusan yang rasional berdasarkan pola pikir anda.
Mari kita ambil contoh yang sama, misalnya kembali terjadi market dengan
bentuk yang sama dengan contoh pertama :
Dan tentu saja, dengan rekapitulasi market yang telah anda riset hasilnya
adalah seperti contoh pertama.
Namun kali ini anda akan menambahkan variabel waktu, misalkan semua
pola yang anda simpan adalah hasil dari chart timeframe H4 (4 jam). Dan
anda berasumsi bahwa anda akan mereview kembali setelah 24 jam (anda
bisa saja menjadikan asumsi bahwa 24 jam adalah penentuan posisi anda
telah kadaluarsa, dengan kata lain anda akan menutup posisi anda setelah
24 jam bagaimanapun hasil yang terjadi, namun ini cuman sebuah
alternatif).
Dengan menambah variabel waktu, anda akan mendapatkan gambaran
lebih sempit dari pergerakan market yang sangat luas.
Cobalah lihat contoh diatas, dari 5 pola yang ada , pergerakan lanjutan
market 24 jam kedepan memberikan hasil analisis yang berbeda dari yang
pertama, karena ternyata jika anda mengelompokkan waktu ekspired atau
waktu berlakunya analisis anda, ternyata market yang bergerak naik dari
harga analisis hanyalah pola 1, pola 2, pola 3, pola 4, dan pola 5 ditutup
lebih rendah dari harga analisis. Jika di analisis pertama anda mungkin akan
cenderung bull, mungkin dengan penambahan variabel ini, anda akan
mengubah kesimpulan anda menjadi cenderung bear dalam 24 jam.
Namun seperti yang dijelaskan diatas, ini bisa saja menjadi sebuah
alternative, bukan hal yang harus dilakukan. Anda bisa menggunakan
variabel waktu sebagai expired position, maupun waktu untuk menganlisis
kembali. Oleh karena itu, waktu yang ditentukan tidaklah bisa ditentukan
sembarangan, anda harus menentukannya berdasarkan riset juga. Melihat
kebiasaan waktu ke belakang, apakah market bergerak sesuai pola trend
setelah 24 jam? 48 jam? Ataukah 3 hari?. Jika anda telah melakukan
pencatatan riset tersebut, anda akan mengambil rata-rata waktu bergerak
sesuai pola yang terjadi. Sehingga keputusan anda tidak hanya karna
asumsi 24 jam tanpa dasar apapun, namun berdasarkan adapatasi dari
kebiasaaan pergerakan market.
Pada dasarnya masih banyak variabel yang bahkan dapat mengubah sudut
pandang anda dalam memahami pergerakan market, anda juga bisa
menambahkan variabel range, atau anda juga bisa menyetarakan range
tersebut dengan rasio, sehingga dapat digunakan secara umum tanpa
harus terikat dengan instrument tersebut.
Hal ini akan membuat analisis anda lebih terperinci daripada contoh yang
pertama dimana anda hanya merekap hasil riset anda berdasarakan pola.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Karena anda menambahkan range sebagai variabel baru maka anda akan
memecahnya menjadi beberapa gambar :
Anggaplah dalam melakukan riset, anda membagi range dalam 3
kelompok yakni, range 80-99 pips, yang kedua adalah 100-150 pips dan
yang terakhir adalah >150 pips.
Maka akan muncul 3 bentuk rekapan seperti ini :
Dari pengelompokan range, dengan range 80-99 pips, anda akan
mendapatkan hasil riset bahwa :
Pola 1 = 2 kali
Pola 2 = 1 kali
Pola 3 = 3 kali
Pola 4 = 1 kali
Pola 5 = 1 kali
Kemudian untuk pengelompokan range kedua yakni 100-150 pips :
Hasil rekapitulasi yang didapat adalah :
Pola 1 = 14 kali
Pola 2 = 1 kali
Pola 3 = 10 kali
Pola 4 = 3 kali
Pola 5 = 1 kali
Sedangkan yang terakhir untuk range yang lebih dari 150 pips adalah :
Hasil rekapitulasinya adalah :
Pola 1 = 5 kali
Pola 2 = 1 kali
Pola 3 = tidak ada
Pola 4 = 1 kali
Pola 5 = 2 kali
Dengan mengelompokkan pola berdasarkan range, maka anda akan lebih
mudah dan lebih terperinci dalam pengambilan keputusan saat market
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dengan menambah variabel range, dan saat market sedang mengalami
pola yang sama, dengan range 120 pips, maka anda akan mengasumsikan
bahwa rekapan kategori range kedua (100-150 pips) yang akan anda
gunakan, dimana rekapannya adalah :
Dengan data yang terperinci seperti diatas walaupun sederhana, proses
pengambilan keputusan anda akan menjadi lebih rasional dan objektif.
Sehingga anda akan dapat memprediksi pergerakan harga market dengan
asumsi yang lebih logis. Jadi arah harga mana yang anda pilih setelah
melakukan analisis ? ingatlah ini hanyalah sebuah analisis dengan berbagai
sudut pandang sederhana, masih banyak sekali variabel-variabel tambahan
yang dapat digunakan sebagai alternative penguat logika serta keteraturan
anda dalam menyempitkan dinamika fluktuasi pergerakan harga market
yang menggiring anda dalam proses pengambilan keputusan yang lebih
efektif.
Kenapa Asumsi Berperan Penting Dalam Trading Anda ?
Jadi kesimpulannya jika anda ingin menjadi seorang trader yang berhasil
anda harus menguasai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
seorang trader yaitu “asumsi yang rasional dan objektif”. Untuk menjadi
seorang trader anda tidak dituntut untuk memiliki asumsi yang 100% pasti
benar tapi anda dituntut memiliki asumsi yang “LOGIS”, karena asumsi
yang 100% tepat adalah sebuah hal yang mustahil. Tidak ada seorang
trader yang bisa memprediksi market dengan tepat 100%, bahkan para
trader profesional juga terkadang memiliki asumsi yang salah terhadap
market yang sedang berjalan.
Trader yang berhasil tau kapan saat market sedang dalam keadaan terbaik
terhadap asumsi mereka, sehingga saat itu tingkat keakuratan Asumsi
mereka yang Logis akan lebih tinggi dan mereka juga mengetahui saat
market sedang bergerak dalam keadaan yang tidak normal maka tingkat
asumsi mereka akan lebih sering salah. Disinilah yang membedakan antara
trader yang berhasil dengan trader yang gagal, trader yang berhasil hanya
akan masuk ke market disaat Asumsi mereka memiliki tingkat keakuratan
yang tinggi, dan trader yang gagal akan masuk ke market setiap saat tanpa
mengetahui kondisi dimana Asumsi mereka akan berhasil atau tidak.
Seperti yang sudah dijelaskan pertama kali dengan contoh asumsi pada
extra time di sebuah pertandingan sepak bola. Jika didalam permainan
terdapat berbagai banyak hal tak terduga (pelanggaran, cedera, dll) maka
Extra timenya akan sedikit lebih lama dan lebih susah untuk diprediksi, tapi
jika permainannya berjalan normal dan tidak banyak terjadi pelanggaran
maka untuk memprediksi berapa lama extra timenya pun akan lebih
mudah dan hasil prediksi pun tidak akan jauh berbeda dari hasil yang
keluar nantinya.
Walaupun kelihatannya Asumsi adalah sebuah hal yang sepele/simple,
namun banyak trader yang gagal karena mengabaikan hal penting ini. Kita
sebagai trader hanya bisa menerima dan mengikuti kemana market
bergerak, jika market sedang bergerak abnormal kita tidak bisa
memaksakan market bergerak kembali normal sesuai keinginan kita. Yang
bisa kita lakukan hanya diam dan menunggu hingga market kembali
bergerak normal sesuai dengan asumsi analisa teknikal kita. Jika anda bisa
menahan diri untuk menunggu sampai market bergerak normal dan
menjauh dari market ketika bergerak abnormal. Maka anda sudah dekat
dengan kesuksesan menghasilkan uang/profit di dunia trading. Yang perlu
anda tau adalah bagaimana keadaan market terbaik yang cocok dengan
strategi trading anda. Apakah saat market sedang Normal Trend,
Abnormal Trend, Sideways, atau Abnormal Sideways, jika anda sudah
mengetahui keadaan market seperti apa yang membuat anda profitable
maka yang perlu anda lakukan adalah menunggu keadaan market tersebut
muncul dan menunggu sinyal entry terbaik dari sistem trading anda.