BAB 1 PENDAHULUAN Periode segera setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala kenyamanan karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya sendiri. Hal ini berarti janin tumbuh dan hidup bergantung penuh kepada ibunya. Proses penyesuaian kehidupan dari dalam uterus keluar uterus ini merupakan masa yang sulit bagi bayi. Bagaimanapun beratnya proses adaptasi lingkungan yang dihadapi bayi, umumnya bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa tersebut dengan baik. Sebaliknya bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur) ataupun 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
Periode segera setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang
sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala kenyamanan
karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya sendiri. Hal ini berarti
janin tumbuh dan hidup bergantung penuh kepada ibunya. Proses penyesuaian
kehidupan dari dalam uterus keluar uterus ini merupakan masa yang sulit bagi bayi.
Bagaimanapun beratnya proses adaptasi lingkungan yang dihadapi bayi, umumnya
bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa tersebut dengan
baik. Sebaliknya bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur)
ataupun bayi yang lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi
kehidupan menjadi lebih sulit untuk dilaluinya (Asrining Surasmi, dkk, 2003, hal: 1).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Prevalensi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dengan sosio ekonomi yang rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
dapat di negara-negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
1
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram, Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas neonatus.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2002-
2003, pada Skala Nasional juga masih terjadi kesenjangan kematian bayi antar
provinsi dengan variasi sangat besar yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai
103 per 1000 kelahiran hidup (tertinggi) dan Provinsi DI. Yogyakarta mencapai 23
per 1000 kelahiran hidup (terendah). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada
bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setiap tahunnya sekitar 400.000
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (http://www.google.id.com).
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menyumbangkan 70%
kematian neoantal dini. Semakin kecil bayi semakin kecil kemungkinan
kelangsungan hidupnya. Dengan dikembangkan unit perawatan neonatus intensif,
angka mortalitas ini telah menurun. Beberapa bayi dengan berat 500 gram atau
kurang dapat terus hidup, 25% bayi dengan berat 501-720 gram dapat hidup, 50%
pada bayi dengan berat badan 751-1000 gram dapat hidup. Bayi dengan berat 1001-
1500 gram mempunyai kemungkinan hidup terus 75% dan yang mempunyai berat
badan 1501-2499 gram mempunyai angka kemungkinan hidup 90-95% (Derek
Llewellyn/Jones, 2001, hal: 2004).
2
Dari data Medikal Record yang tercatat di Rumah Sakit Umum Tembakau Deli
PTP.Nusantara II Medan pada tahun 2007 jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) pada bulan Januari s/d Desember sebanyak 10 bayi dan pada tahun
2008 pada bulan Januari s/d Maret sebanyak 2 bayi.
Berdasarkan data di atas, masih banyak dijumpai kasus Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) pada bayi baru lahir dan dampaknya dapat mengakibatkan kemaitan
pada neonatus jika perawatannya tidak intensif, maka penulis tertarik mengangkat
kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai judul dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Adapun tujuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada By. Z
Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Ruang lingkup Karya Tulis Ilmiah ini hanya dibatasi pada salah satu kasus
yaitu : Asuhan Keperawatan Pada By.Z Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang
dilaksanakan 3 hari mulai dari tanggal 26 – 28 Mei 2008.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan
menarik kesimpulan. Setelah mengumpulkan data dengan menggunakan pendekatan
studi kasus dengan teknik-teknik sebagai berikut : studi kepustakaan, studi
dokumentasi, observasi, dan wawancara.
3
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :
Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Teoritis Medis dan Teoritis Keperawatan, Bab
III Tinjauan Kasus, Bab IV Pembahasan, dan Bab V Penutup yang terdiri dari
Kesimpulan dan Saran.
4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Teoritis Medis
2.1.1 Defenisi
1. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (A.Azis Alimul
Hidayat, 2005, hal: 189).
2. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Adalah bayi yang dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi (Donna, L. Wong, 2003, hal: 423).
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Adalah bayi yang ketika dilahirkan mempunyai berat badan kurang
dari 2500 gram (Helen Farrer RN.RM, 1999, hal: 14).
2.1.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauteri
dengan berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik
pertumbuhan intra uterin.
5
5
b. Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan yaitu berat badan terletak antara
persentil ke-10 ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterin.
c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia
kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90
dalam grafik pertumbuhan intra uterin.
(Asrining Surasmi, dkk, 2003, hal: 3-4)
6
2.1.3 Gambar Bayi Prematur
a. Gambar
Gambar 1. Bayi prematur yang dirawat dalam inkubator
7
Gambar 2. Perbandingan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah dan bayi normal dengan berat badan >2500 gram
8
b. Keterangan Gambar bayi Premature
1) Jaringan subkutis
Jaringan subkutis sedikit, lemak subkutan baru ada setelah masa
gestasi 28 minggu, struktur tulang kadang-kadang menonjol
abnormal. Hampir tak ada bokong, anus mencucu.
2) Rambut lanugo
Rambut lanugo lebat, sampai 28 minggu. Semakin berkurang
sejalan dengan bertambahnya masa gestasi.
3) Kuku jari tangan dan kaki
Kadang-kadang pendek, terutama jari kaki, edema (biasanya pada
ekstremitas bawah).
4) Kepala
Kepala besar bila dibandingkan dengan bayinya, sutura kadang-
kadang melebar, tulangnya teraba lunak, lingkar kepala <33 cm.
5) Telinga
Tulang rawannya halus dan sangat kurang pada bayi yang sangat
tipis. Telinga dengan mudah dilipat ke depan dan daya pegasnya
lambat.
6) Mata
Mata seringkali tampak menonjol, kelopak dan bulu mata tampak
kosong, kelopak mata rapat sekali (pada bayi sangat prematur).
9
7) Dada
Dada pendek bila dibandingkan dengan perutnya, sela iga
menonjol.
8) Perut
Perut dindingnya tipis dan haus, kadang-kadang dapat terlihat
gerak peristaltik usus. Hati dan limfa biasanya teraba.
9) Genetalia
Testis mungkin masih dalam rongga perut, dalam inguinalis atau
skrotum (pada laki-laki) tergantung masa gestasinya. Labia minora
tidak menutupi labia mayora sampai mencapai cukup bulan. Dapat
dijumpai vaginal skintag, dan sering terdapat pseudomenstruasi.
10) Payudara
Puting susu rata, mulai menonjol setelah 36 minggu. Jaringan
payudara akan berkembang sesuai dengan bertambahnya masa
gestasi.
11) Sendi
Siku, lutut, panggul, pergelangan tangan dan kaki, tidak dapat
digerakkan maksimal.
(John Rendle Short, 2003, hal: 66-67)
10
2.1.4 Patofisiologi
Faktor Ibua. Gizi saat hamil yang kurangb. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau di atas
35 tahunc. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi,
jantung, dan lain-lain d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekate. Komplikasi hamil : preeklampsi, eklampsi,
perdarahan antepartum. f. Tumor (mioma uteri)g. Kebiasaan ibu : perokok, peminum, faktor
pekerja yang terlalu berat.
Faktor uterus dan plasenta a. Gangg
uan pembuluh darahb. Gangg
uan insersi tali pusatc. Kelain
an bentuk plasenta (plasenta previa, solusio plasenta)
d. Perkapuran plasenta
Faktor janina. Kelainan
kromosomb. Hamil gandac. Infeksi dalam
rahimd. Cacat bawaan
Faktor sosial ekonomiSosial ekonomi yang rendah
Gangguan pertumbuhan janin dalam uterus
Imaturitas anatomi dan fisiologi dari janin
BBLR Tanda-tanda bayi prematur
Imaturitas paru
Paru-paru tidak berkembang sempurna
Pernapasan belum teratur
Imaturitas refleks
Refleks menghisap lemah
Imaturitas sistem pencernaan
Mortilitas usus berkurang dan spingter kardio esofagus belum
sempurna
Imaturitas ginjal
Produksi urine sedikit
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
Imaturitas pengaturan
temperatur suhu
Kurangnya jaringan lemak di bawah kulit
Imaturitas sistem integumen
Kulit tipis
Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit
11
Pola napas tidak efektifResiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Produksi panas berkurang
Tidak efektif termoregulasi
(Modifikasi, Ida Bagus Gde Manuaba, 1998, hal: 776 dan John Rendle Short, 2003, hal: 66)
12
2.1.5 Komplikasi
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks
Hal ini disebabkan distress yang sering dialami bayi pada persalinan.
2. Haemoglobin yang tinggi
Kemungkinan disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
3. Hipoglikemia
Hal ini disebabkan terutama apabila pemberian minum terlambat,
sehingga berkurangnya cadangan glikogen dalam hati dan
meningginya metabolisme bayi.
4. Keadaan lain yang dapat terjadi :
- Asfiksia
- Perdarahan
- Hipotermia
- Cacat bawaan (akibat kelainan kromosom atau infeksi intrauterin)
(Hanifa, Wiknjosastro, 2006, hal: 782-783).
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : penurunan pada
haemoglobin/hematokrit mungkin dihubungkan dengan anemia atau
kehilangan darah.
2. Dekstrostik/tes glukosa serum, mungkin rendah diperlukan bila hasil
dekstrostik kurang dari 45 mg/mL.
13
3. Gas darah arteri (GDA) : PO2 mungkin rendah, PCO2 mungkin
meningkat dan menunjukkan kesulitan nafas yang lama.
4. Jumlah trombosit : Trombositopenia dapat menyertai sepsis.
6. Resiko tinggi terhadap pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan imaturitas absorpsi enzim (penurunan
produksi asam hidroklorik, menurunkan absorpsi lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak), imaturitas sfingter kardia otot abdominal
lemah, kapasitas lambung kecil, refleks lemah tidak ada atau tidak
sinkron berkenaan dengan pemberian makan, ketidakadekuatan kadar
nutrisi simpanan.
18
7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan respon imun
imatur, kulit rapuh, jaringan trauma, prosedur invasif, pemajanan
lingkungan (KPD, pemajanan transplasenta).
8. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
sistem ginjal imatur dan penurunan laju filtrasi glomerulus
(ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urine untuk
mempertahankan asam basa cairan dan homeostasis elektrolit, untuk
metabolisme dan mengeluarkan obat).
9. Resiko tinggi terhadap diare/konstipasi berhubungan dengan masukan
diet/cairan, ketidakaktifan fisik otot-otot abdomen, perubahan
mortalitas gastrik.
10.Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kulit tipis, kapiler rapuh dekat permukaan kulit, tidak ada lemak
subkutan di atas penonjolan tulang, ketidakmampuan untuk mengubah
posisi untuk menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrein
(melindungi jalur invasif/selang), perubahan status nutrisi.
11. Perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan imaturitas sistem
neurosensori, perubahan rangsang lingkungan (berlebihan/kurang),
efek-efek terapi ditandai dengan perubahan pada respon terhadap
rangsang apatis, iritabilitas, perubahan tegangan otot, ukuran berubah
pada ketajaman sensorium.
19
12. Tidak efektif koping individual berhubungan dengan imaturitas
dan/atau kerusakan SSP (ambang rendah untuk rangsang dan stres
nyeri), kemampuan organisasi yang buruk, keterbatasan kemampuan
untuk mengontrol lingkungan ditandai dengan disorganisasi aktivitas
motorik, dan siklus bangun tidur, iritabilitas, ketidakmampuan
menyampaikan isyarat tepat pada pemberi perawatan sehingga stresor
dapat dikurangi atau dihilangkan.
2.2.3 Intervensi dan Rasional
Diagnosa 1
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, ketidakadekuatan kadar surfaktan, imaturitas otot arteriol
pulmonal, imaturitas sistem saraf pusat (SSP) dan sistem neuromuskular,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, anemia, dan stress dingin ditandai
dengan hiperkapnia, hipoksia, takipnea, sianosis.
Tujuan : Mempertahankan kadar PO2/PCO2 dalam batas normal
Kriteria hasil : - Menderita RDS minimal dengan penurunan kerja
pernapasan dan tidak ada morbiditas
- Bebas dari displasia bronkopulmonal
20
Tindakan/Intervensi Rasional
MandiriTinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama persalinan, tipe kelahiran, apgar skor, kebutuhan tindakan resusitatif saat kelahiran, dan obat-obatan ibu yang digunakan selama kehamilan atau kelahiran, termasuk betametason.
Persalinan yang lama meningkatkan risiko hipoksia, dan depresi pernapasan dapat terjadi setelah pemberian atau penggunaan obat oleh ibu. Selain itu, bayi yang memerlukan tindakan resusitatif pada kelahiran, atau yang apgar skornya rendah, mungkin memerlukan intervensi lebih untuk menstabilkan gas darah dan mungkin menderita cedera SSP dengan kerusakan hipotalamus, yang mengontrol fungsi pernapasan. (Catatan : Pemberian kortikosteroid pada ibu dalam minggu I kelahiran membantu mengembangkan maturitas paru bayi dan produksi surfaktan.
Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-tanda distress pernapasan (mis. Takipnea, pernapasan cuping hidung, mengorok, retraksi, ronki, atau krekels).
Takipnea menandakan distres pernapasan, khususnya bila pernapasan lebih besar dari 60 x/menit setelah 5 jam pertama kehidupan. Pernapasan mengorok menunjukkan upaya untuk mempertahankan ekspansi alveolar; pernapasan cuping hidung adalah mekanisme kompensasi untuk menambah diameter hidung dan meningkatkan masukan oksigen. Krekels/ronki dapat menandakan vasokonstriksi pulmonal yang berhubungan dengan PDA, hipoksemia, asidemia, atau imaturitas otot arteriol, yang gagal untuk konstriksi sebagai respons terhadap peningkatan kadar oksigen.
21
Tindakan/Intervensi Rasional
Gunakan pemantau oksigen transkutan atau oksimeter nadi. Catat kadar setiap jam. Ubah sisi alat setiap 3-4 jam.
Memberikan pemantauan noninvasif konstan terhadap kadar oksigen. (Catatan : Insufisiensi pulmonal biasanya memburuk selama 24-48 jam pertama, kemudian mencapai plateau).
Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan. Batasi waktu obstruksi jalan napas dengan kateter 5-10 detik. Observasi pemantau oksigen transkutan atau oksimeter nadi sebelum dan selama penghisapan. Berikan “kantung” ventilasi setelah penghisapan.
Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, khususnya pada bayi yang menerima ventilasi terkontrol. Bayi preterm tidak mengembangkan refleks terkoordinasi untuk menghisap, menelan, dan bernapas sampai gestasi pada minggu ke-32 sampai ke-34. Silia tidak berkembang dengan penuh atau mungkin rusak dari penggunaan selang endotrakeal. Fase eksudat berhubungan dengan RDS pada kira-kira 48 jam pascapartum dapat memperberat kesulitan bayi dalam mengatasi sekresi. Penghisapan dapat merangsang saraf vagus, menyebabkan bradikardia, hipoksemia, atau bronkospame. Kantung ventilasi meningkatkan perbaikan kadar oksigen yang cepat.
Tingkatkan istirahat; minimalkan rangsangan dan penggunaan energi.
Menurunkan laju metabolik dan konsumsi oksigen.
Posisikan bayi pada abdomen bila mungkin. Berikan matras “tidak rata” sesuai indikasi.
Memungkinkan ekspansi dada optimal. Merangsang pernapasan dan pertumbuhan ventrikel.
Observasi terhadap tanda dan Sianosis adalah tanda lanjut dari PO2
22
Tindakan/Intervensi Rasional
lokasi sianosis rendah dan tidak tampak sampai ada sedikit lebih dari 3 gr/dl penurunan Hb pada darah arteri sentral atau 4-6 gr/dl pada darah kapiler, atau sampai saturasi oksigen hanya 75% - 85% dengan kadar PO2 42 sampai 41 mmHg.
Selidiki penyimpangan tiba-tiba dari kondisi yang dihubungkan dengan sianosis, penurunan atau tidak adanya bunyi napas, pergeseran titik dampak maksimal (PMI), penonjolan dinding dada, hipotensi, atau disritmia jantung.
Penyimpangan pernapasan yang tiba-tiba atau tidak diperkirakan dapat menandakan awitan pneumotoraks.
Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis enterokolitis. (Rujuk pada DK: Konstipasi, risiko tinggi terhadap diare)
Hipoksia dapat menyebabkan pirau darah ke otak, sehingga menurunkan sirkulasi ke usus, dengan akibat lanjut kerusakan sel usus dan invasi oleh bakteri pembentuk gas.
Kolaborasi
Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan tepat : Grafik seri GDA.
Hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis menurunkan produksi surfaktan. Kadar PaO2 harus 50 sampai 70 mmHg atau lebih tinggi, kadar PaCO2 harus 35 sampai 45 mmHg, dan saturasi oksigen harus 92% sampai 94%.
Hb/Ht Penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan sampel darah, pertumbuhan cepat, dan episode hemoragis meningkatkan kemungkinan bahwa bayi praterm akan anemik, sehingga menurunkan kapasitas pembawa
23
Tindakan/Intervensi Rasional
oksigen darah. (Catatan : Pemberian sel kemasan mungkin perlu untuk menggantikan darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium).
Tinjau ulang seri sinar X dada Atelektasis, kongesti, bronkogram udara menunjukkan terjadinya RDS.
Berikan oksigen, sesuai kebutuhan, dengan masker, kap, selang endotrakeal, atau ventilasi mekanik dengan menggunakan tekanan jalan napas positif konstan (CPAP) dan ventilasi mandatori intermiten (IMV), atau pernapasan tekanan positif intermiten (IPPB) dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP).
Hipoksemia dan asidemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan tahanan vaskular pulmonal dan vasokonstriksi, dan menyebabkan duktus arteriosus tetap terbuka. Imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan ventilasi untuk mempertahankan pernapasan. Penggunaan PEEP dapat menurunkan kolaps jalan napas, meningkatkan pertukaran gas dan menurunkan kebutuhan oksigen tingkat tingi.
Pantau jumlah pemberian oksigen dan durasi pemberian.
Kadar oksigen serum tinggi yang lama disertai dengan tekanan tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan PEEP (barotrauma) dapat mempredisposisikan bayi pada displasia bronkopulmonal.
Catat fraksi oksigen dalam udara inspirasi (FIO2) setiap jam.
Jumlah oksigen yang diberikan, diekspresikan sebagai FIO2
ditentukan secara individu, berdasarkan pada pemantauan transkutan atau sampel darah kapiler. (Catatan : Kadar oksigen tinggi lama [toksisitas oksigen] dapat mempredisposisikan bayi pada kerusakan retinal retrolental fibroplasial).
24
Tindakan/Intervensi Rasional
Mulai drainase postural, fisioterapi dada, atau vibrasi lobus setiap 2 jam, sesuai indikasi, perhatikan toleransi bayi terhadap prosedur.
Memudahkan penghilangan sekresi. Lama waktu yang digunakan untuk setiap lobus dihubungkan dengan toleransi bayi. (Bayi biasanya tidak dapat mentoleransi regimen tindakan yang penuh setiap waktu).
Aspirasi isi lambung untuk tes shake.
Memberikan informasi yang segera akan ada atau tidak adanya surfaktan. (Surfaktan yang perlu untuk meningkatkan ekspansi normal dan elastisitas alveoli, biasanya tidak ada dalam kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu ke-32 sampai ke-33)
Berikan makanan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai pengganti pemberian makan dengan ASI, bila tepat.
Menurunkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat energi, dan menurunkan risiko aspirasi karena perkembangan refleks gag buruk.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Natrium bikarbonat
Bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki ventilasi tidak cukup untuk memperbaiki asidosis, penggunaan natrium bikarbonat yang hati-hati dapat membantu mengembalikan pH ke dalam rentang normal.
Surfaktan (artifisial atau eksogen) Mungkin diberikan pada kelahiran atau setelah diagnosis RDS untuk menurunkan beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan. Efek dapat berakhir sampai 72 jam.
Bantu dengan aspirasi jarum, Mengembangkan kembali paru
25
Tindakan/Intervensi Rasional
torasentesis, atau pemasangan selang dada.
melalui mengeluarkan udara atau cairan yang terjebak, membuat kembali tekanan negatif dan meningkatkan pertukaran gas.
Diagnosa 2
Tidak efektif pola pernapasan berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/
kelelahan, depresi berhubungan dengan obat dan ketidakseimbangan
metabolik ditandai dengan dispnue, takipnue, periode apnea, pernapasan
cuping hidung, penggunaan bantuan otot, sianosis, GDA abnormal,
takikardia.
Tujuan : Mempertahankan pola pernapasan periodik (periode
apneik berakhir 5-10 detik diikuti dengan periode
pendek, ventilasi cepat)
Kriteria hasil : Dengan membran mukosa merah muda dan frekuensi
jantung dalam batas normal (DBN)
26
Tindakan/Intervensi Rasional
MandiriKaji frekuensi pernapasan dan pola pernapasan. Perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensi jantung, tonus otot, dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan pernapasan yang kontinu.
Membantu dalam memberikan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke-30.
Hisap jalan napas sesuai kebutuhan Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi.
Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas SSP.
Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan pokok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.
Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apneik, khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnia.
Berikan rangsang taktil yang segera (mis, gosokkan punggung bayi) bila terjadi apnea. Perhatikan adanya sianosis, bradikardia, atau hipotonia. Anjurkan kontak orangtua.
Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan spontan. Kadang-kadang, bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tidak ada, atau bradikardia bila orangtua menyentuh dan bicara pada mereka.
27
Tindakan/Intervensi Rasional
KolaborasiPantau pemeriksaan laboratorium (mis. GDA, glukos serum, elektrolit, kultur, dan kadar obat) sesuai indikasi.
Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apneik. Toksisitas obat, yang menekan fungsi pernapasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi dan waktu paruh obat yang lama.
Berikan oksigen, sesuai indikasi. (Rujuk pada DK: Pertukaran gas, kerusaka).
Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan.
Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :
Natrium bikarbonat Memperbaiki asidisis
Antibiotik Mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.
Kalsium glukonat Hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea.
Aminofilin Dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan sensitivitas terhadap karbondioksida, menurunkan frekuensi apnea.
Pankuronium bromida (Pavulon) Mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi secara mekanis terventilasi.
Larutan glukosa. Mencegah hipoglikemia. (Rujuk pada DK: nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap)
28
Diagnosa 3
Resiko tinggi terhadap tidak efektif termoregulasi berhubungan dengan
perkembangan SSP imature (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa
tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, keterbatasan
simpanan lemak coklat, ketidakmampuan merasakan dingin atau
berkeringat, cadangan metabolik buruk.
Tujuan : Mempertahankan suhu kulit/aksila dalam 95,9°F sampai
99,1°F (35,5°C sampai 37,3°C)
Kriteria hasil : Bebas dari tanda-tanda stres dingin
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu rektal pada awalnya; selanjutnya, periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat. Ulangi setiap 15 menit selama penghangatan ulang.
Hipotermia membuat bayi cenderung pada stres dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui bila ada, dan penurunan sensitivitas untuk meningkatkan kadar dioksida (hiperkapnia) atau penurunan kadar oksigen (hipoksia). (Catatan : Penghangatan ulang terlalu cepat berkenaan dengan kondisi apneik. Ini menyebabkan depresi pernapasan lanjut sebagai pengganti peningkatan pernapasan, mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan oksigen).
29
Tindakan/Intervensi Rasional
Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, inkubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua. Gunakan bantalan pemanas di bawah bayi bila perlu, dalam hubungannya dengan tempat tidur isolette atau terbuka.
Mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stres dingin.
Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup plastik atau kertas aluminium bila tepat. Objek panas berkontak dengan tubuh bayi, seperti stetoskop, linen, dan pakaian.
Menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yang lebih dingin dari ruangan.
Kurangi pemajanan pada aliran udara; hindari pembukaan pagar isolette yang tidak semestinya.
Menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi. Membatasi kehilangan panas melalui radiasi.
Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.
Menurunkan kehilangan melalui evaporasi.
Berikan penghangatan bertahap untuk bayi dengan stres dingin.
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan dan apnea.
Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangat. Berikan informasi tentang termoregulasi kepada orangtua.
Kontak di luar tempat tidur, khususnya dengan orangtua, mungkin singkat saja, bila dimungkinkan, untuk mencegah stres dingin. (Catatan: Hipertermia dapat juga terjadi bila bayi digendong oleh orangtua).
30
Tindakan/Intervensi Rasional
Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea, koma, atau aktivitas kejang.
Tanda-tanda hipertermia ini (suhu tubuh lebih besar dari 99°F (37,2°C) dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
Kolaborasi
Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:Fenobarbital Membantu mencegah kejang
berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan oleh hipertermia.
Natrium bikarbonat Memperbaiki asidosis, yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
31
Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
usia dan berat badan ekstrem (prematur dibawah 2500 gram), kehilangan
cairan berlebih (kulit tipis, kurang lapisan lemak, peningkatan suhu
lingkungan, ginjal imatur/kegagalan untuk mengkonsentrasikan urine).
Tujuan : Menunjukkan penambahan BB 20-30 gram/hari
Kriteria hasil : Bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau glikosuria dengan
masukan cairan sama dengan haluaran dan pH, Ht dan
berat jenis urine dalam batas normal.
32
Tindakan/Intervensi Rasional
MandiriDapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama dan pada waktu yang sama.
Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan. Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 15% dari berat badan total atau 1%-2% dari berat badan total perhari. Ketidak adekuatan penambahan berat badan dapat dihubungkan dengan ketidak-seimbangan air atau ketidak-adekuatan masukan kalori.
Bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap periode 24 jam. Pertahankan catatan setiap jam dari penginfusan cairan intravena. Kaji haluaran melalui pengukuran urine dari kantung penampung atau melalui penimbangan/penghitungan pokok. Pertahankan catatan akurat mengenai jumlah darah yang diambil untuk tes laboratorium.
Haluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga pasca-kelahiran. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih, atau setiap 2-4 jam, dengan mengaspirasi urine dari popok bila bayi tidak tahan dengan kantung penampung urine atau kantung penampung yang direkatkan.
Meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi preterm (rentang normal 1,006 sampai 1,013), berat jenis urine bervariasi, memberikan tanda tingkat hidrasi individu. Kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan ; kadar lebih besar dari 1,013 menandakan ketidak cukupan masukan cairan dan dehidrasi.
Tes urine dengan Dextrotix per protokol.
Bahkan pada kasus hipoglikemia, glikosuria terjadi saat ginjal yang
33
Tindakan/Intervensi Rasional
imatur mulai mengekskresikan glukosa, yang dapat menimbulkan diuresis osmotik, meningkatkan risiko dehidrasi.
Evaluasi turgor kulit, membran glukosa, keadaan fontanel anterior.
Cadangan cairan dibatasi pada bayi preterm. Kehilangan/perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
Kaji lokasi tempat masuknya cairan intravena setiap jam. Perhatikan edema atau kegagalan masuknya cairan. Jangan memeriksa posisi jarum dengan menurunkan cairan di bawah tingkat jarum.
Pembengkakan dapat menandakan terjadi infiltrasi cairan atau plester terlalu ketat. Aliran balik darah disebabkan oleh penurunan cairan mungkin menyumbat jarum.
KolaborasiBerikan infus parenteral; dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), atau enterokolitis nekrotisan (NEC).
Penggantian cairan menambah volume darah; membantu mengembalikan vasokonstriksi berkenaan dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA; dan telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia bronkopulmonal
Diagnosa 5
34
Resiko tinggi terhadap kerusakan sistem saraf pusat berhubungan dengan
hipoksia jaringan, perubahan faktor pembekuan, ketidakseimbangan
Tujuan : Mempertahankan homeostasis dibuktikan dengan GDA,
glukosa serum, kadar elektrolit dan bilirubin dalam batas
normal (DBN)
Kriteria hasil : Bebas dari kejang dan tanda-tanda kerusakan SSP.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji upaya pernapasan. Perhatikan adanya pucat atau sianosis.
Distres pernapasan dan hipoksia mempengaruhi fungsi serebral dan dapat merusak atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral, meningkatkan risiko ruptur. Bila tidak teratasi, hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan permanen. (Rujuk DK: Pertukaran gas, kerusakan).
Pantau kadar Dextrostix, dan observasia danya perilaku yang menandakan hipokalsemia atau hipokalsemia pada bayi (mis. Kacau mental, kedutan, kejang mioklonik, atau mata terbalik). (Rujuk DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap).
Karena kebutuhannya terhadap glukosa, otak dapat menderita kerusakan yang tidak dapat pulih bila kadar glukosa serum lebih rendah dari 30-40 mg/dl. Hipokalsemia (kadar kalsium serum kurang dari 7 mg/dl) sering menyertai hipokalsemia dan dapat mengakibatkan apnea dan kejang.
35
Tindakan/Intervensi Rasional
Observasi bayi terhadap perubahan fungsi SSP dimanifestasikan oleh perubahan perilaku, letargi, hipotonia, penonjolan atau ketegangan fontanel, mata terbalik, atau aktivitas kejang. Selidiki penyimpangan keadaan yang ditandai oleh menangis nada tinggi, pernapasan yang sulit, dan sianosis, yang diikuti dengan apnea, flaksid kuadriparese, tidak berespons, hipotensi, postur tonik, dan arefleksia.
Trauma kelahiran, kapiler rapuh, dan kerusakan proses koagulasi membuat bayi berisiko terhadap IVH, khususnya bayi yang berat badannya kurang dari 1500 gram atau gestasi di bawah 34 minggu. Penegangan atau penonjolan fontanel anterior mungkin merupakan tanda pertama dari IVH, syok hemoragi, atau peningkatan tekanan intrakranial (PTIK), yang dengan mudah membawa pada kematian akibat sirkulasi yang kolaps. Bayi gestasi kurang dari 32 minggu dapat menjadi letargik atau hipotonik serta dapat memanifestasikan gerakan “mata menjelajahi” yang tidak terkontrol dan kurang jalur penglihatan. (Catatan: Tanda-tanda klinis dari perkembangan IVH mungkin tidak ada, sangat samar, atau tiba-tiba serta mengancam kehidupan).
Ukur lingkar kepala, sesuai indikasi.
Membantu mendeteksi kemungkinan PTIK atau hidrosefalus, yang mungkin merupakan akibat dari hemoragi subdural. Hanya 35%-50% bayi dengan hidrosefalus berkembang secara normal.
Kaji warna kulit, perhatikan bukti peninkatan ikterik berkenaan dengan perubahan perilaku seperti letargi, hiperrefleksia, kacau mental, dan opistotonus. (Rujuk pada MK: Bayi baru lahir : hiperbilirubinemia).
Bayi praterm lebih rentan pada kernikterus pada kadar bilirubin lebih rendah dari bayi cukup bulan karena peningkatan kadar bilirubin sirkulasi tidak terkonjugasi melewati barier darah otak.
36
Tindakan/Intervensi Rasional
Kolaborasi
Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi :Ht/Hb ; GDA Penurunan kadar Hb atau anemia
menurunkan kapasitas pembawa oksigen, meningkatkan risiko kerusakan SSP yang permanen berkenaan dengan hipoksemia. Penurunan Ht yang tiba-tiba dapat menjadi indikator pertama dari IVH.
Kadar bilirubin Peningkatan kadar dengan cepat dapat mengakibatkan kernikterus bila tidak diatasi.
Berikan suplemen oksigen Hipoksemia meningkatkan risiko kelemahan atau kerusakan SSP yang permanen.
Bantu dengan prosedur diagnostik atau terapeutik, sesuai indikasi :Skaning tomografi komputer, ultrasonografi kranial.
Mengidentifikasi adanya/luasnya hemorragi, yang bermanfaat dalam memprediksi kemungkinan komplikasi jangka panjang dan dalam pemilihan tindakan.
Punksi lumbal Spesimen cairan serebrospinal (CSS) berdarah memastikan IVH. Beberapa rumah sakit melakukan punksi lumbal berturut-turut setiap hari untuk menurunkan TIK dan mencegah efek-efek berbahaya dari hidrosefalus.
37
Tindakan/Intervensi Rasional
Transfusi tukar Naiknya atau meningkatnya kadar bilirubin dengan cepat menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar volume ganda dengan darah O negatif untuk mengeluarkan bilirubin dan mencegah hemolisis lanjut dari sel darah merah (SDM).
Ventrikulopunksi atau tap Mungkin digunakan untuk mengeluarkan kelebihan darah dari ventrikel, meskipun pemeriksaan tidak menandakan adanya perubahan dalam hasil.
Penempatan pirau ventrikuloperitoneal
Dilatasi ventrikel progresif tidak responsif pada tindakan lain dapat memerlukan intervensi pembedahan untuk memperbaiki atau mencegah hidrosefalus.
Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:Kalsium, magnesium, natrium bikarbonat, dan/atau glukosa
Perbaikan ketidakseimbangan membantu mencegah aktivitas kejang neonatus, yang dapat terjadi pada respons terhadap keadaan metabolik sementara.
Fenobarbital Membantu untuk mengontrol kejang akut serta status epileptikus pada bayi baru lahir.
Fenitoin atau diazepam Mungkin digunakan bila obat antiepileptik lain tidak berhasil dalam mengontrol aktivitas kejang. (Catatan : Dosis harus berdasarkan pada pembuluh darah).
38
Tindakan/Intervensi Rasional
Furosemid, asetazolamid, atau steroid.
Membantu menurunkan tekanan intrakranial, dan mengatasi efek-efek sekunder dari perdarahan.
Vitamin E Sifat antioksidan melindungi membran SDM terhaap hemolisis.
Indometasin Pemberian I.V. dapat memperbaiki ketidakseimbangan hemodinamik melalui penutupan duktus arteriosus paten.
Bantu dengan penggantian cairan atau pembatasan
Perfusi serebral tergantung pada volume sirkulasi adekuat. (Catatan : Cairan mungkin tidak dibatasi pada kasus hipertonisitas, kerusakan SSP dengan perdarahan, atau palsi serebral).
Diagnosa 6
Resiko tinggi terhadap pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan imaturitas absorpsi enzim (penurunan produksi asam
hidroklorik, menurunkan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam
lambung kecil, refleks lemah tidak ada atau tidak sinkron berkenaan
dengan pemberian makan, ketidakadekuatan kadar nutrisi simpanan.
Tujuan : Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat
badan dalam kurva normal dengan penambahan berat
badan tetap sedikitnya 20-30 gram/hari.
39
Kriteria hasil : Mempertahankan glukosa serum DBN dan
keseimbangan nitrogen positif.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (mis. menghisap, menelan, gag, dan batuk).
Menentukan metoda pemberian makan yang tepat untuk bayi.
Auskultasi terhadap adanya bising usus. Kaji status gisik dan status pernapasan.
Pemberian makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat dimulai 6 sampai 12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan ada, cairan parenteral diindikasikan, dan cairan per oral harus ditunda..
Kaji pemasangan yang tepat dari selang pemberian makan pada bayi, gunakan prosedur pengkleman yang tepat untuk mencegah masuknya udara ke dalam lambung.
Pemasangan selang pada trakea yang tidak tepat dapat menurunkan fungsi pernapasan. Bila 1 ml atau kurang diaspirasi dari lambung, penjumlahan ini harus dikurangi dari makanan yang akan diberikan dan dimasukkan kembali ke dalam selang. Bila lebih dari 2 ml diaspirasi, jadwal pemberian makan perlu diubah.
40
Tindakan/Intervensi Rasional
Masukkan ASI/formula dengan perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml/menit.
Pemasukan makanan ke dalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respons balik cepat dengan regurgitasi, peningkatan risiko aspirasi, dan distensi abdomen, semua ini menurunkan status pernapasan.
Penuhi kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama pemberian makan per selang. Bila bayi menjadi kadang-kadang menyusu ASI, ibu dapat menggosok dot pada payudara, melembabkannya dengan sedikit ASI untuk memberi bau padanya. Ia dapat juga menggendong bayi selama pemberian makan.
Memberikan kepuasan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasan diri dalam menghisap dengan kenyamanan dari pengisian lambung.
Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residulambung, atau hasiltest positif dari test guaiak.
Menandakan kerusakan fungsi lambung.
41
Tindakan/Intervensi Rasional
Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran berat setiap hari dan setiap minggu dari panjang badan dan lingkar kepala.
Pertumbuhan dan peningkatan berat badan adalah kriteria untuk penentuan kebutuhan kalori, untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan. Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan protein.
Kolaborasi
Berikan vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, C, D, dan E, dan zat besi, sesuai indikasi.
Menggantikan simpanan nutrien rendah untuk meningkatkan keadekuatan nutrisi dan menurunkan risiko infeksi. Vitamin C dapat menurunkan kerentanan pada anemia hemolitik dan meng-hilangkan displasia bronkopulmonal dan fibroplasia retrolental. Vitamin E membantu mencegah hemolisis SDM.
42
Diagnosa 7
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan respon imun imatur,
kulit rapuh, jaringan trauma, prosedur invasif, pemajanan lingkungan
(KPD, pemajanan transplasenta).
Tujuan : Mempertahankan serum negatif CSS dan kultur
nasofaringeal dengan hitung darah lengkap, trombosit,
kadar pH, dan tanda vital.
Kriteria hasil : Serum negatif CSS dan kultur nasofaringeal dengan
hitung darah lengkap, trombosit, kadar pH, dan tanda
vital dalam batas normal.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Tinjau ulang catatan kelahiran. Perhatikan apakah tindakan resusitasi diperlukan, lama pecah ketuba, dan adanya korioamniolitis.
Faktor-faktor maternal seperti KPD dengan persalinan dan kelahiran praterm kemungkinan disebabkan oleh proses infeksi yang mempredisposisikan bayi praterm pada infeksi asenden. Infeksi transplasental didapat (yang mempengaruhi dua pertiga dari semua bayi terinfeksi) juga merupakan ancaman. Bayi yang telah diresusitasi dan yang telah mendapat intervensi invasif lebih cenderung kemasukan patogen dan infeksi. Sepsis awitan-awal (terjadi dalam 2 hari pertama kehidupan) dipengaruhi oleh pertahanan hospes dan durasi pecah ketuban antepartum.
43
Tindakan/Intervensi Rasional
Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua, dan pekerja lain per protokol. Gunakan antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan atau prosedur invasif.
Mencuci tangan adalah praktik yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang serta mengontrol infeksi dalam ruang perawatan.
Pantau staf dan pengunjung akan adanya lesi kulit, luka basah, infeksi pernapasan akut, demam, gastroenteritis, herpes simpleks aktif (oral, genital, atau paronisial), dan herpes zoster.
Penularan penyakit pada neonatus dari pekerja atau pengunjung dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung.
Berikan jarak yang adekuat antara bayi atau antara unit isolette atau unit individu. Gunakan ruangan isolasi terpisah dan teknik isolasi sesuai indikasi.
Memberikan jarak 4-6 kaki dengan bayi membantu mencegah penye-baran droplet atau infeksi melalui udara.
Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, seperti ketidakstabilan suhu (hipotermia atau hipertermia), letargi atau perubahan perilaku, distres pernapasan (apnea, sianosis, atau takipnea), ikterik, petekie, kongesti nasal, atau drainase dari mata atau umbilikus.
Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi; suhu tubuh sendiri merupakan adalah cara yang tidak dapat dipercaya dalam mengkaji infeksi pada bayi praterm dengan kerusakan respons inflamasi dan mobilisasi SDP.
44
Tindakan/Intervensi Rasional
Buat kelompok bayi, bila mungkin dan jamin bahwa perawat yang sama merawat bayi-bayi yang dikelompokkan bersama.
Bayi-bayi yang lahir dalam kerangka waktu yang sama (biasanya 24 sampai 48 jam), atau terkolonisasi/terinfeksi dengan patogen yang sama, mungkin dikelompokkan bersama sampai pulang. Pengelompokkan ini merupakan tindakan yang penting dalam mengkontrol infeksi dengan membatasi jumlah dari kontak satu bayi dengan bayi yang rentan atau petugas lainnya.
Lakukan perawatan tali pusat sesuai protokol rumah sakit.
Penggunaan alkohol lokal, triplex dye, dan berbagai antimikroba yang membantu mencegah kolonisasi.
Siapkan lokasi tempat prosedur invasif dengan alkohol (70%), iodin tingtur, atau iodofor. Pantau lokasi infus intravena dan lokasi jalur pemantauan invasif per protokol.
Menurunkan insiden kemungkinan flebitis atau bakteremia.
Gunakan teknik aseptik selama penghisapan. Bubuhi tanggal pada larutan yang terbuka untuk pelembaban, irigasi, atau nebulasi, dan buang setelah 24 jam. Jamin pembersihan rutin atau penggantian peralatan pernapasan.
Menurunkan kesempatan untuk masuknya bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi pernapasan.
45
Tindakan/Intervensi Rasional
Perlakukan jalur arteri, stopkok, dan kateter sebagai daerah steril; ambil spesimen darah pada waktu yang sama.
Membantu mencegah bakteremia berkenaan dengan jalur arteri dan aksesnya yang langsung pada darah dan jaringan dalam.
Pantau bayi terhadap tanda-tanda awitan lanjut penyakit atau infeksi.
Awitan lanjut penyakit dapat terjadi secepat-cepatnya pada hari kelima, tetapi ini biasanya terjadi setelah minggu pertama kehidupan. Tanda-tanda awitan lanjut infeksi kemungkinan disebabkan oleh bakteri yang didapat dari saluran genital ibu, atau dari kontak manusia atau alat/bahan yang terkontaminasi setelah lahir.
Berikan ASI untuk pemberian makan, bila tersedia.
ASI mengandung IgA, makrofag, limfosit, dan netrofil, yang memberikan beberapa perlindungan dari infeksi.
Kolaborasi
Dapatkan spesimen, sesuai indikasi (mis. Urine melalui aspirasi suprapubis, darah, CSS, lesi kulit terlihat, nasofaring, atau sputum bila bayi diintubasi).
Tes kultur/sensitivitas perlu untuk mendiagnosis patogen dan mengidentifikasi terapi yang tepat.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
46
Tindakan/Intervensi Rasional
Sesuai jumlah SDM dan diferensial Prematuritas menurunkan respons imun pada infeksi. Jumlah SDP pada bayi praterm bervariasi dari 6.000 sampai 225.000/mm3 dan dapat berubah dari hari ke hari, membatasi realibilitas diagnostik. Peningkatan nyata atau tiba-tiba atau penurunan SDP atau sel pita menandakan infeksi
Jumlah trombosit Sepsis menyebabkan jumlah trombosit menurun, tetapi pada bayi praterm, rentang trombosit normal mungkin hanya 60.000 (pada 3 hari pertama) sampai 100.000/mm3.
Glukosa dan kadar pH serum Hipoglikemia, hiperglikemia, atau asidosis metabolik (dengan kadar bikarbonat kurang dari 21 mEq/L) menandakan infeksi.
Berikan antibiotik secara intravena berdasarkan laporan sensitivitas.
Antibiotik spektrum luas meliputi ampisilin dan aminoglikosida biasanya diindikasikan, menunggu hasil tes kultur dan sensitivitas. Penggunaan antibiotik sistemik dengan sembarangan atau tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diharapkan, membantu mengembangkan resistensi strain bakteri, dan mengubah flora normal bayi baru lahir.
47
Tindakan/Intervensi Rasional
Bantu dengan tindakan untuk kemungkinan kondisi yang berhubungan dengan infeksi; mis. Hipoksemia, abnormalitas suhu, ketidakseimbangan elektrolit dan asam-basa, anemia, atau syok.
Kejadian fisiologis yang ber-hubungan dan gejala sisa mungkin mengancam hidup bayi karena infeksi itu sendiri.
Berikan imunoglobulin intravena dengan tepat.
Penelitian menunjukkan Ig IV dapat meningkatkan laju kehidupan pada bayi septik. Selain itu, terapi profilaktik untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1500 g dapat menurunkan insiden awitan lanjut infeksi nosokomial.
Diagnosa 8
Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
sistem ginjal imatur dan penurunan laju filtrasi glomerulus
(ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urine untuk
mempertahankan asam basa cairan dan homeostasis elektrolit, untuk
metabolisme dan mengeluarkan obat).
Tujuan : Mempertahankan berat jenis urine, haluaran dan pH
DBN
Kriteria hasil : Berat jenis urine, haluaran dan pH DBN
48
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau haluaran, lebih disukai dengan menimbang popok, atau dengan mengkaji saturasi popok dan jumlah popok yang digunakan per hari. Ukur berat jenis urine.
Haluaran harus 1-3 ml/kg/jam dan berat jenis harus 1,006 sampai 1,013. Hapovolemia dan anuria atau oliguria dapat menyertai hipoksia berat.
Hitung keseimbangan cairan (masukan total minus haluaran total) setiap 8 jam, dan timbang bayi per protokol.
Keseimbangan cairan yang positif dan hubungan penambahan berat badan dengan kelebihan 20-30 g/hari menunjukkan kelebihan cairan.
Evaluasi hidrasi, perhatikan adanya krekels, ronki, dispnea, atau takipnea.
Keterbatasan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan meningkatkan risiko hidrasi berlebihan dengan gangguan jantung atau pernapasan.
Perhatikan adanya lokasi dan derajat edema.
Edema berlebihan menurunkan sirkulasi dan volume ginjal saat perpindahan cairan dari plasma ke jaringan.
Kolaborasi
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :Kadar elektrolit dan pH. Asidosis dan perubahan kadar
elektrolit menunjukkan ketidak-mampuan ginjal untuk memper-tahankan homeostasis.
49
Tindakan/Intervensi Rasional
Nitrogen urea darah, kreatinin, dan kadar asam urat.
Mengkaji beratnya keterlibatan ginjal.
Berikan makan dengan menggunakan ASI, bila mungkin : jamin jumlah dan konsentrasi yang tepat dari formula suplemen.
ASI mengandung sedikit larutan ginjal daripada susu sapi. Ginjal mungkin tidak dapat mengatasi formula dengan konsentrasi larutan berlebihan.
Perbaiki cairan elektrolit dan gangguan asam basa ; perbaikan keadaan hipoksia.
Tindakan mungkin perlu untuk memperbaiki laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal setelah periode hipoksia dengan akumulasi asam laktat. Pemberian natrium bikarbonat mungkin perlu, karena menghalangi kapasitas ginjal mempredisposisikan bayi praterm pada asidosis metabolik.
Pantau bayi terhadap toksisitas obat, khususnya bila bayi menerima gentamisin atau nafsilin.
Imaturitas ginjal menghambat atau memundurkan ekskresi obat, sehingga pada bayi praterm, toksisitas dapat lebih cepat dengan kadar yang lebih rendah daripada pada bayi cukup bulan.
50
Diagnosa 9
Resiko tinggi terhadap diare/konstipasi berhubungan dengan masukan
diet/cairan, ketidakaktifan fisik otot-otot abdomen, perubahan mortalitas
gastrik.
Tujuan : Membuat kebiasaan deteksi, tergantung pada tipe
pemberian makan, dengan abdomen lunak dan tidak
distensi.
Kriteria hasil : Bebas dari tanda-tanda enterokolitis nekrotisan
Tindakan/Intervensi Rasional
MandiriPertimbangan frekuensi dan karakteristik feses dalam hubungannya dengan usia bayi dan tipe pemberian makan. Auskultasi bising usus. Ukur lingkar abdomen, melaporkan peningkatan ukuran 1 cm atau lebih dari pengukuran sebelumnya.
Penurunan fungsi usus dan motilitas GI mengakibatkan defekasi tidak sering dan distensi abdomen.
Kaji status hidrasi dan masukan cairan dan haluaran. (Rujuk pada DK: Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap : nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap).
Ketidakadekuatan hidrasi dapat memperberat kurangnya air atau konstipasi feses.
51
Tindakan/Intervensi Rasional
Pantau terhadap tanda-tanda enterokolitis nekrotisan, seperti distensi abdomen, kekakuan, nyeri tekan; kulit abdomen berkilau atau tegang; lengkung usus dapat dilihat, meludah berlebihan, muntahan berwarna empedu; kegagalan pemberian makan per selang untuk diabsorpsi atau residu lambung berlebihan; dan tidak adanya bising usus; tes feses (kecuali ada diare yang mengandung darah) dengan menggunakan Hematest atau guaiak. Tes residu gaster.
Enterokolitis nekrotisan merupakan komplikasi yang potensial meng-ancam kehidupan yang mem-pengaruhi 3%-8% bayi praterm, biasanya ada dalam 2 minggu kehidupan pertama.
Pantau bayi terhadap tanda-tanda sepsis, syok atau KID(mis. Bradikardia, penurunan TD, ketidakstabilan, suhu, malas, dan edema atau eritema dinding abdomen).
Enterokolitis nekrotisan dapat berlanjut pada perforasi usus dengan peritonitis, mengakibatkan sepsis, syok, dan KID.
Pertahankan untuk tetap mencuci tangan setelah memegang setiap bayi.
Membantu mencegah terjadinya epidemi enterokolitis nekrotisan dalam ruang perawatan.
Kolaborasi
52
Tindakan/Intervensi Rasional
Gunakan ASI untuk pemberian makan bilamana mungkin.
ASI mudah dicerna, menghasilkan feses yang lebih lunak, dan dapat menurunkan risiko infeksi enterik atau terjadinya enterokolitis nekrotisan.
Tingkatkan pengenceran formula suplemen sesuai indikasi.
Diare dapat menandakan intoleransi terhadap konsentrasi formula.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : mi. jumlah SDP dan diferensial, jumlah trombosit, masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial.
Peningkatan atau penurunan jumlah SDP atau pergeseran ke kiri menunjukkan sepsis. Trombo-sitopenia atau masa pembekuan memanjang menunjukkan terjadinya KID.
Tinjau sinar X abdomen Adanya distensi lengkung usus, penebalan dinding, dan asites menunjukkan enterokolitis nekro-tisan.
Kirimkan feses berdarah awal atau hematest positif pada laboratorium.
Tawas yang ditimbulkan pada tes toksoid diperlukan untuk membedakan darah bayi dari darah ibu.
Hentikan pemberian makan oral atau NG selama 7 sampai 10 hari, sesuai indikasi. Berikan makanan NPT.
Memungkinkan tes usus, mening-katkan penyembuhan jaringan sambil memenuhi kebutuhan cairan dan kebutuhan nutrisi.
53
Tindakan/Intervensi Rasional
Pasang selang orogastrik atau NG, dan sambungkan ke penghisap rendah kontinu, sesuai kebutuhan.
Mungkin perlu untuk dekompresi lambung pada kasus kecurigaan enterokolitis nekrotisan atau setelah intervensi pembedahan.
Berikan antibiotik, sesuai indikasi. Melawan infeksi enterik ; dapat meningkatkan pemulihan usus.
Siapkan untuk pembedahan, bila diperlukan.
Prosedur pembedahan mungkin perlu untuk menghilangkan segmen usus yang terinflamasi.
Diagnosa 10
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kulit tipis, kapiler rapuh dekat permukaan kulit, tidak ada lemak subkutan
di atas penonjolan tulang, ketidakmampuan untuk mengubah posisi untuk
menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrein (melindungi jalur
invasif/selang), perubahan status nutrisi.
Tujuan : Mempertahankan kulit utuh
Kriteria hasil : Bebas dari cedera dermal
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.
Mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, yang dapat mengakibatkan sepsis. (Rujuk pada DK: infeksi, risiko tinggi terhadap).
54
Tindakan/Intervensi Rasional
Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin swab. Berikan jeli petrolium pada bibir.
Membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir berkenaan dengan tidak adanya masukan oral atau efek kering dari terapi oksigen.
Hindari penggunaan agnes topikal keras; cuci dengan hati-hati larutan povidon-iodin setelah prosedur.
Membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan barier pelindung epidermal.
Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal bulu domba atau terbuat dari bahan yang lembut.
Membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan dengan edema dermis atau kurangnya lemak subkutan di atas tonjolan tulang.
Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang, elektroda, dan kantung urine, jalur I.V dan sebagainya.
Melepaskan plester dapat juga melepas lapisan epidermal, karena kohesi antara plester dan korneum stratum lebih kuat daripada antara dermis dan epidermis.
Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun ringan. Cuci hanya pada bagian tubuh yang benar-benar kotor. Minimalkan manipulasi kulit bayi.
Setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bakterisidal karena pHasam. Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau pelembab dapat meningkatkan pH kulit, menurunkan flora normal dan mekanisme pertahanan alamiah yang melindungi patogen invasif.
Kolaborasi
Berikan salep antibiotik pada hidung, mulut dan bibir bila pecah atau teriritasi.
Meningkatkan pemulihan pecah-pecah dan iritasi berkenaan dengan pemberian oksigen, dapat membantu mencegah infeksi.
55
Diagnosa 11
Perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan imaturitas sistem
neurosensori, perubahan rangsang lingkungan (berlebihan/kurang), efek-
efek terapi ditandai dengan perubahan pada respon terhadap rangsang
apatis, iritabilitas, perubahan tegangan otot, ukuran berubah pada
ketajaman sensorium.
Tujuan : Berespon dengan rangsang usia
Kriteria hasil : - Bebas dari tanda-tanda kelebihan beban sensori
- Mendemonstrasikan respon yang diharapkan pada
rangsang visual bebas dari tanda-tanda retinopati
prematuritas
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Berikan perawat primer untuk setiap shift. (Tugaskan satu perawat primer per bayi untuk memberikan informasi pada orangtua).
Meningkatkan kontinuitas perawa-tan dan mengikuti program perkem-bangan. Meningkatkan pengenalan perubahan perilaku dan kondisi bayi yang tidak kentara. Adanya seorang perawat yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi membntu untuk menurunkan kejadian informasi dan kesalahan pemahaman orangtua.
Sering ganti posisi bayi (khususnya bila bayi mendapat SPAP nasal atau selang endotrakeal).
Memberikan rangsang kinestesia. Bayi imatur secara neuromuskular tidak mampu mengubah posisi sendiri atau bergerak dalam isolette.
56
Tindakan/Intervensi Rasional
Berikan sentuhan lembut dan perhatian, khususnya pada waktu pemberian makan, kenalkan tekstur (spatel lidah, waslap) bila tepat.
Memberikan rangsangan taktil, yang berkenaan dengan penambahan berat badan dan khususnya penting bila bayi 40 minggu pascakonsepsi atau lebih. (Catatan: Gerakan lambat tapi pasti memberikan rangsangan sambil menurunkan disorganisasi motorik).
Bicara atau bernyanyi pada bayi, panggil bayi dengan nama, mainkan musik lembut dalam ruangan perawatan, atau mainkan suara orangtua yang direkam tape.
Memberikan rangsangan auditorius, permainan tape suara orangtua dapat meningkatkan pengenalan bayi terhadap mereka.
Gendong bayi setinggi wajah, memungkinkan kontak mata. Memberikan linen berwarna, dan mengganti desain atau gambar pada sisi inkubator, dan menganjurkan orangtua untuk membuat bentuk dari kertas dan tali yang bergerak segera setelah bayi mencapai usia pascakonsepsi 40 minggu.
Rangsang visual paling baik diberikan dengan objek yang ditempatkan pada 7-9 inci dari wajah. Wajah hitam dan putih dan desain chekerboard meningkatkan perhatian visual. Bayi dapat menjadi terbiasa pada rangsangan yang tidak berubah. Melibatkan orangtua dalam kreasi rangsang untuk bayi membantu menjamin bahwa proses berlanjut setelah pulang.
Gendong bayi pada posisi ventral (mis. Bayi digendong di bahu untuk penepukan) bila mungkin.
Merangsang orientasi visual.
Kaji bayi terhadap tanda-tanda fisiologis dari kelebihan beban sensori (mis. Apnea, perubahan warna, atau bradikardia).
Rangsangan berlebihan dapat mengakibatkan perubahan fisiologis.
57
Tindakan/Intervensi Rasional
Minimalkan rangsang interaksi sosial selain dari yang secara langsung berhubungan dengan pemberian makan bila bayi menunjukkan tanda-tanda kelebihan beban sensori. Kurangi rangsang sebelum pemberian makan.
Rangsang berlebihan dapat mengganggu pemberian makanan, sehingga rangsang yang diperlukan harus diberikan antara pemberian makan. Rangsang berlebihan sebelum penghisapan makan dapat mempengaruhi penghisapan dan motilitas GI secara negatif dan dapat menyebabkan muntah atau regurgitasi.
Rencanakan aktivitas untuk memungkinkan periode tidur. Cegah perubahan posisi tiba-tiba atau kebisingan, dan menurunkan sinar secara intermiten dengan menutup inkubator dengan handuk dan/atau dengan menurunkan lampu ruangan.
Membantu melindungi bayi dari rangsangan berlebihan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan keadaan fisiologis secara negatif; meningkatkan rasa terhadap siklus siang malam pada bayi. (Catatan : Penelitian menunjukkan siklus penerangan menurunkan frekuensi jantung dan aktivitas motorik bayi, meningkatkan periode diam tanpa aktivitas menyerupai tidur diam dan dari sangat tidak aktif tidur tenang dan menghemat energi).
Buka penutup mata secara berkala bila bayi menerima fototerapi.
Tameng pelindung mata diperlukan pada fototerapi yang dengan berat menurunkan kesempatan rangsangan visual.
Kaji respons bayi terhadap rangsang. Buat pola individu dari intervensi yang berdasarkan pada usia perkembangan dan kebutuhan bayi.
Masing-masing bayi berespons secara unik pada pola intervensi berdasarkan pada kebutuhan individual.
58
Tindakan/Intervensi Rasional
Ukur lingkar kepala Korteks serebral dianggap meningkat pada berat badan dalam berespons terhadap rangsang pada lingkungan, dan peningkatan ini yang berlanjut pada periode pascanatal lanjut, dapat mening-katkan perkembangan kognitif dan intelektual.
Perhatikan faktor-faktor risiko dari berat badan lahir, kondisi yang menyertai, dan terapi yang berhubungan.
Retinopati prematuritas tidak lagi diyakini merupakan akibat tersendiri dari terapi oksigen tingkat lama/ tinggi. Imaturitas, adanya beberapa anomali kongenital, dan berbagai terapi membuat bayi berisiko. (Catatan: Bayi dengan kelahiran berat badan kurang dari 1000 gram mempunyai insiden retinopati).
Berikan informasi pada orangtua mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan/respons individu bayi.
Menurunkan ansietas/takut ber-kenaan dengan ketidaktahuan, meningkatkan koping dan kemampuan pemecahan masalah. Menyadari bahwa bayi yang mengalami kerusakan visual mungkin tidak mengenal atau menunjukkan perasaan dengan perubahan ekspresi wajah men-dorong orangtua untuk mengamati bahasa tubuh/tanda-tanda yang lain yang menunjukkan ekspresi diri, yang dengan cara demikian menguatkan ikatan kedekatan.
Berikan/anjurkan peningkatan penggunaan rangsang auditorius dan taktil.
Mempertahankan rangsang dini adekuat dan tepat dapat membatasi masalah kognitif dan emosional masa datang berhubungan dengan isu-isu lingkungan, termasuk kekurangan rangsang dan respons orangtua/terlalu melindungi.
59
Tindakan/Intervensi Rasional
Kolaborasi
Berikan tempat tidur yang tidak rata atau air, bila diindikasikan.
Bayi praterm yang kurang dari gestasi 34 minggu telah menunjukkan peningkatan ukuran kepala dan diameter biparietal dengan rangsangan bentuk ini.
Pantau terapi oksigen dengan ketat, sesuaikan kadar dan/atau pembatasan durasi dengan tepat.
Membantu mencegah atau membatasi perkembangan retinopati prematuritas. (Catatan : Retina mempunyai sistem vaskular imatur yang rentan pada kerusakan yang mengakibatkan vaso-obliterasi. Pembuluh baru yang berkembang dapat ruptur, membuat hemoragi retinal dan vitreus yang menimbulkan formasi jaringan parut).
Bantu dengan prosedur sesuai kebutuhan :Pemeriksaan fundus ofalmoskopik indirek.
Menganjurkan untuk semua bayi yang kurang dari gestasi minggu ke-36 atau di bawah 2000 gram dan menerima terapi oksigen. Biasanya dilakukan antara usia minggu ke-4 dan ke-8 dan diulang sesuai indikasi untuk diagnosis/memantau kemajuan retinopati prematuritas dan menentukan kebutuhan terapi.
Terapi laser atau krioterapi. Mungkin bermanfaat dalam membatasi efek-efek merugikan berkenaan dengan tahap akut dari retinopati prematuritas dengan obliterasi pembentukan pembuluh baru, penurunan traksi pada retina dan pelepasan selanjutnya.
60
Diagnosa 12
Tidak efektif koping individual berhubungan dengan imaturitas dan/atau
kerusakan SSP (ambang rendah untuk rangsang dan stres nyeri),
kemampuan organisasi yang buruk, keterbatasan kemampuan untuk
mengontrol lingkungan ditandai dengan disorganisasi aktivitas motorik,
dan siklus bangun tidur, iritabilitas, ketidakmampuan menyampaikan
isyarat tepat pada pemberi perawatan sehingga stresor dapat dikurangi
atau dihilangkan.
Tujuan : Meminimalkan/menurunkan isyarat perilaku yang
menandakan stres.
Kriteria hasil : Kemajuan dengan tepat sesuai pola individu dalam
pertumbuhan dan perkembangan.
61
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Berikan pemberi perawatan primer kapanpun mungkin.
Perawatan yang konsisten dan dapat diperkirakan memungkinkan bayi mengembangkan rasa percaya pada pemberi perawatan, lingkungan, dan diri sendiri serta memudahkan koping. Pemberi perawatan yang banyak membingungkan bayi, meningkatkan distres selama makan, menyebabkan iritabilitas, dan mengganggu perhatian visual.
Kaji bayi terhadap isyarat perilaku yang menandakan stres, perhatikan faktor-faktor penyebab dan hilangkan atau kurangi stresor bila mungkin.
Pengenalan dengan perilaku respons lazim dan sifat. Kepribadian bayi perlu untuk mengidentifikasi perubahan yang tidak nyata yang menandakan stres dan perlunya intervensi untuk menurunkan stres ini.
Buat suasana seperti di dalam uterus bilamana mungkin dengan menutupi isolette untuk periode lama dan menghidupkan bunyi-bunyian rekaman plasenta atau bunyi jantung maternal. Memberikan lingkungan gelap, tenang, menurunkan stres, meningkatkan adaptasi, dan didapati berhubungan secara positif dengan penambahan berat badan, penyapihan dini dari oksigen atau ventilator, dan pulang lebih dini.
Rekaman bunyi jantung bila cenderung menurunkan atau menghilangkan persepsi bayi tentang kebisingan dari isolette.
62
Tindakan/Intervensi Rasional
Ubah posisi bayi dengan menggunakan gulungan popok yang ditempatkan pada punggung dan bagian depan bila bayi pada posisi miring atau pada sisinya bila bayi dapat mentoleransi posisi telungkup.
Imaturitas neuromuskular dapat merusak kemampuan bayi untuk mencari posisi yang nyaman atau menghilangkan stres dari perubahan posisi. Gulungan popok di sekitar bayi membeirkan rasa aman dan mempunyai efek menenangkan. Posisi telungkup meningkatkan tidur dan relaksasi optimal.
Tutup bagian atas penyebar hangat dengan penutup plastik, bila dibutuhkan.
Menurunkan stres lingkungan dari aliran udara, yang mengejutkan bayi saat petugas bergerak melewati penghangat.
Berikan orangtua informasi tentang isyarat perilaku bayi dan respons terhadap stresor. (Rujuk pada DK: Perubahan sensori perseptual; MK: orangtua dari anak dengan kebutuhan khusus, DK: menjadi orangtua, perubahan, risiko tinggi terhadap).
Orangtua harus meningkatkan keterampilan dalam pengenalan isyarat bayi yang tidak nyata yang menandakan stres sehingga mereka dapat secara efektif memberikan intervensi untuk meminimalkan stres dan memudahkan adaptasi positif bayi terhadap kehidupan ekstrauterus.
(Marilynn E.Doenges, 2001, hal: 634-667)
63
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas/Biodata
Nama : By. Z
Tempat/tanggal lahir : Medan, 4 Mei 2008
Usia : 23 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 4 Mei 2008
Ruangan/RS : Perinatologi/RSUP H. Adam Malik Medan
Jam lahir : 03.25 wib
BBL/PBL : 1190 gram/38 cm
Lingkar kepala : 28 cm
Lingkar dada : 22 cm
No. register : 34-10-87
Tanggal pengkajian : 26-28 Mei 2008
Nama Ayah : Tn. R
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
64
63
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Tuntungan No.5 Medan
Nama Ibu : Ny. Z
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Tuntungan No.5 Medan
3.1.2 Keluhan Utama
Bayi sesak.
3.1.3 Riwayat Penyakit Saat Ini
Sesak dialami sejak bayi dilahirkan karena imaturnya sistem pernafasan.
2. Resiko tinggi tidak efektif termoregulasi berhubungan dengan imaturitas
pengaturan suhu tubuh.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imaturitas sistem integumen
berhubungan dengan kulit bayi tipis dan transparan, adanya luka iritasi pada
sekitar jari-jari kaki (tampak kemerahan).
4. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan imaturitas sistem pencernaan.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan imaturitas
ginjal.
6. Kurang pengetahuan orangtua terhadap perawatan dan kondisi bayi
berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan ibu sering bertanya
tentang kondisi dan perawatan bayi pada perawat.
78
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Nama : By. Z Jenis kelamin : ♀ (perempuan)Umur : ±23 Dx. keperawatan : BBLRNo. Reg : 34.10 – 87
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Tidak efektif pola pernafasan berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan (paru) ditandai dengan bayi sesak, RR : 48 x/menit, HR : 129 x/menit, T : 36,8°C, sianosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, O2 terpasang 1-2 liter/menit, pernafasan cuping hidung.
Tujuan :- Mempertahankan pola
pernafasan periodik
Kriteria hasil :- Bayi memiliki pola
pernafasan normal- Bayi tampak tenang
- Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan, perhatikan adanya apnue dan perubahan frekuensii jantung.
- Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan, mis : suction.
- Posisikan bayi pada abdomen atau pasien telentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiper ekstensi
- Beri rangsangan taktil yang segera.
- Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi pernafasan pada bayi
- Beri oksigen sesuai indikasi
- Berkolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
- Membantu dalam membedakan perputaran pernafasan normal dari serangan apneik sejati.
- Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas.
- Posisi ini dapat memudahkan pernafasan normal.
- Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernafasan spontan.
- Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernafasan dan aktivitas SSP.
- Perbaikan kadar O2 dapat meningkatkan fungsi pernafasan.
- Pemberian obat-obatan dapat mengurangi gejala penurunan fungsi pernafasan.
79
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
- Pantau pemeriksaan laboratorium (mis. GDA, glukosa serum, elektrolit, kultur, dan kadar obat) sesuai indikasi.
- Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apneik.
80
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2 Resiko tinggi tidak efektif termoregulasi berhubungan dengan imaturitas pengaturan suhu tubuh.
Tujuan :- Mempertahankan suhu
kulit normal.
Kriteria hasil :- Suhu tubuh normal- Bebas dan tanda-tanda
distres dingin.
- Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rectal pada awalnya periksa suhu aksila.
- Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, inkubator, tempat tidur bayi terbuka.
- Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan kepala bayi tertutup.
- Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangat.
- Berikan penghangat bertahap untuk bayi dengan stres dingin.
- Kurangi pemajanan pada aliran udara; hindari pembukaan pagar isolette yang tidak semestinya.
- Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea, koma, atau aktivitas kejang.
- Suhu dapat terkontrol dan tidak ditemukan hipertermia atau hipotermia.
- Mepertahankan lingkungan termonetual, membantu mencegah stres dingin.
- Menurunkan kehilangan melalui evaporasi.
- Kontak di luar tempat tidur, khususnya dengan orangtua untuk mencegah stres dingin.
- Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan dan apnea.
- Menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi.
- Tanda-tanda hipertermia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
- Membantu mencegah terjadinya kenaikan/ penurunan suhu tubuh.
3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
Tujuan :- Mempertahankan kulit
- Inspeksi kulit, perhatikan kemerahan atau tekanan.
- Mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal
81
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
imaturitas sistem integumen berhubungan dengan kulit bayi tipis dan transparan, adanya luka iritasi pada sekitar jari-jari kaki (tampak kemerahan).
utuh
Kriteria hasil :- Bayi bebas dari cedera
dermal - Kemerah-merahan di
daerah sekitar kaki bayi hilang.
- Kulit bayi bersih.
- Berikan perawatan kaki dengan menggunakan salin, atau gliserin swab.
- Hindari penggunaan agens tropikal keras.
- Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, berikan bantal yang terbuat dari bahan yang lembut.
- Meminimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang
- Beri salep antibiotik pada kaki.
yang dapat mengakibatkan sepsis.
- Membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir.
- Membantu mencegah kerusakan kulit.
- Membantu mencegah kemungkinan nekrosis, atau berhubungan dengan edema dermis.
- Melepaskan plester dapat juga melepaskan jaringan epidermal.
- Meningkatkan pemulihan pada daerah kaki.
4 Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas sistem pencernaan.
Tujuan :- Mempertahankan
pertumbuhan dan peningkatan berat badan.
Kriteria hasil :- Kebutuhan nutrisi bayi
terpenuhi.- Adanya penambahan
berat badan 20-30 gram/ hari pada bayi.
- Kaji malnutrisi refleks berkenaan dengan pemberian makan (mis. menghisap, menelan, gag, dan batuk).
- Auskultasi terhadap adanya bising usus. Kaji status fisik dan status pernafasan.
- Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai indikasi.
- Kaji pemasangan yang tepat dari selang pemberian makan
- Menentukan metode pemberian makan yang tepat bagi bayi.
- Pemberian makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat dimulai 6 sampai 12 jam setelah kelahiran.
- Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi yang adekuat pada bayi.
- Pemasangan selang yang tidak tepat pada trakea dapat
82
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalpada bayi (prosedur pengkleman).
- Masukkan ASI/Formula dengan perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml/menit.
- Penuhi kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama pemberian makan per selang.
- Catat pertumbuhan dengan pengukuran berat badan setiap hari
- Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi terutama pemberian vitamin.
menurunkan fungsi pernafasan.
- Pemasukan makanan ke dalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respon balik cepat dengan regursitasi.
- Memberikan kepuasan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasan diri dalam menghisap.
- Peningkatan berat badan dapat mengetahui pertumbuhan bayi.
- Pemberian obat-obatan dapat meningkatkan pertumbuhan bayi.
5 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan imaturitas ginjal.
Tujuan :- Mempertahankan
kebutuhan cairan dalam batas normal.
Kriteria hasil :- Kebutuhan volume
cairan pada bayi terpenuhi.
- Bayi bebas dari tanda-tanda dehidrasi.
- Dapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama.
- Kaji / bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift.
- Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel anterior.
- Kaji tempat masuknya cairan IV setiap jam, perhatikan edema
- Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan.
- Haluaran harus 1-3 ml/kg/ jam, sementara terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan.
- Cadangan cairan dibatasi pada bayi preterm, kehilangan/perpindahan cairan yang minimal dapat menimbulkan dehidrasi.
- Perhatikan pembengkakan dapat menyebabkan terjadinya infiltrasi cairan atau plester terlalu dekat
83
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional- Kolaborasi dalam
pemberian cairan dan obat-obatan.
- Meningkatkan kebutuhan volume cairan.
6 Kurang pengetahuan orangtua terhadap perawatan dan kondisi bayi berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan ibu sering bertanya tentang kondisi dan perawatan bayi pada perawat.
Tujuan :- Memberikan informasi
tentang perawatan dan kondisi bayi.
Kriteria hasil :- Orangtua dapat
mengekspresikan perasaan serta menunjukkan pemahaman.
- Orangtua terlibat dalam perawatan bayi.
- Berikan bimbingan/informasi mengenai kondisi dan perawatan bayi.
- Dorong orangtua untuk mengajukan pertanyaan mengenai status bayi.
- Jawab pertanyaan dengan jujur dan benar untuk menimbulkan kepercayaan.
- Anjurkan orangtua aktif dalam perawatan bayi, sentuhan dan kepedulian terhadap bayi.
- Untuk membantu orangtua memahami aspek pertumbuhan, kondisi bayi yang dapat mengganggu bayi.
- Dengan banyak bertanya, orangtua akan banyak mengetahui kondisi bayi.
- Meningkatkan kepercayaan orangtua terhadap tindakan yang dilakukan perawat.
- Dapat meningkatkan kemandirian orangtua dalam perawatan bayi.
14.10 - Mengubah posisi bayi dengan memberikan gulungan popok di atas bahu menghasilkan posisi hiper ekstensi agar pernafasan bayi berjalan baik selama ±10 menit kemudian diganti posisi telentang.
14.15 - Melakukan suction pada bayi yaitu dengan memasukkan alat suction ke dalam mulut bayi secara perlahan-lahan untuk mengeluarkan sekret selama
14.20 - Memberikan oksigen
85
85
Hari/ tanggal
No. Dx
Jam Implementasi Evaluasi
1-2 liter/menit
14.00 - Memberikan injeksi eritromysin 12 mg/8 jam.
15.10 - Meninjau riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat pernafasan pada bayi.
15.20 - Memberikan rangsangan taktil mis. dengan menggosok punggung bayi.
2 16.35 - Mengukur suhu bayi dengan thermometer di aksila dengan bayi tetap berada di dalam inkubator selama 3 sampai 5 menit, T = 36,8°C
Pukul 17.30 wibS : Ibu mengatakan suhu
tubuh bayinya mudah berubah.
O : RR : 48 x/i
HR : 154 x/iT : 36,8° C- Bayi tampak
kedinginan.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
16.40 - Menempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 34°C dan menghindari pembukaan pagar isolette yang tidak semestinya pada bayi.
17.00 - Memberi kompres hangat daerah frontanel dan pada aksila untuk meningkatkan suhu tubuh.
17.10 - Segera mengganti
86
86
Hari/ tanggal
No. Dx
Jam Implementasi Evaluasi
popok bayi bila basah dengan popok yang kering.
17.20 - Memantau perkembangan denyut nadi setiap 10 menit.
17.30 - Memantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangat.
Pukul 16.20 wib3 14.15 - Mengkaji kulit dengan
memperhatikan daerah yang kemerahan yaitu sekitar kaki dan pinggang.
S : Ibu mengatakan ada iritasi di sekitar kaki bayi.
O : - Kulit tampak tipis
dan transparan.- Adanya kemerah-
merahan di sekitar kaki bayi
A : Masalah belum teratasi
15.00 - Mengubah posisi bayi yaitu posisi telentang, miring kiri/miring kanan dengan memberikan bantal/kain yang lembut.
15.40 - Merawat kulit bayi dengan membersihkan luka iritasi di sekitar kaki bayi dengan kapas yang dibasahi oleh air hangat.
P : Intervensi dilanjutkan.
- Melihat keadaan plester OGT di sekitar pipi bayi dengan merapikan perekatan plester agar tidak terjadi iritasi.
87
87
Hari/ tanggal
No. Dx
Jam Implementasi Evaluasi
16.10 - Memberikan salep antibiotik bactoban zalf di sekitar kaki.
16.15 - Memberikan obat candistatin 4x0,5 cc
4 14.05 - Mengkaji kemampuan menghisap dan menelan bayi dengan meletakkan jari tangan di dekat mulut bayi dan mengajarkan bayi menyusui saat ibu berada di rumah sakit.
Pukul 16.10 wibS : Ibu mengatakan
bayinya bergerak dan menghisap lemah ketika diberi ASI.
O : - Masukan ASI sedikit + 30 cc
- Daya hisap lemah- PASI ±300 cc/hari- BB : 1200 gram
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
14.10 - Memberi diet PASI SGM BBLR 17 cc/2 jam melalui OGT secara perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml/menit.
14.20 - Memberi obat-obatan melalui OGT : (Vitamin)
15.30 - Menimbang berat badan bayi. BB : 1200 gram
88
88
Hari/ tanggal
No. Dx
Jam Implementasi Evaluasi
16.00
16.10
- Memberi diet PASI SGM BBLR 17 cc/2 jam melalui melakukan OGT.
- Auskultasi bising usus bayi (peristaltik usus (+)
- Mengkaji pemasangan OGT dengan melihat kondisi OGT bayi
5 14.40 - Mengkaji masukan dengan pengeluaran cairan pada bayi dengan menghitung pemasukan ASI/PASI/hari dan pengeluaran urine, BAB, keringat.
- Intake ±300 cc/hari- Output ±100 cc/hari- Mendapatkan seri
berat badan bayi setiap hari dengan menimbang bayi
Pukul 18.05 wibS : - O : - Intake ±300 cc/hari
- Output ±100 cc/hari- Turgor kulit lambat- Lapisan lemak pada
kulit sedikit- Mukosa mulut
kering- BB 1200 gram
16.30 - Mengevaluasi turgor kulit bayi dengan menekan kulit bayi ke dalam dengan menekan daerah perut dan kaki, kulit kembali >2 detik lambat.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
16.35 - Melihat kondisi kateter triway bayi
18.00 - Memberi diet PASI SGM BBLR 17 cc/2 jam.
89
89
Hari/ tanggal
No. Dx
Jam Implementasi Evaluasi
6 19.00 - Memberikan informasi kepada ibu tentang bayinya dengan menjelaskan :
Pukul 20.00 wibS : Ibu mengatakan
kurang mengerti tentang kondisi dan perawatan bayinya.
O : - Ibu sering bertanya - Ibu cemas
19.30 - Menganjurkan kepada orangtua untuk memberikan pertanyaan tentang kondisi bayinya.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
19.45 - Menjawab pertanyaan yang diberikan orangtua tentang bayinya.
20.00 - Melibatkan orangtua dalam perawatan bayi seperti mengganti popok bayi bila basah.