otak Pos 08 - Singosari, Malang - 65153 [email protected] / [email protected](0341) 458359, 458669, 454331 (0341) 458359Profil Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan Unit Pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sesuai dengan Surat Keputusan menteri Pertanian No. 681/Kpts/OT.140/11/2004, tanggal 25 Nopember 2004, BBIB Singosari merupakan Unit Pelaksana Teknis eselon 2b yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dengan pengalaman lebih dari dua puluh delapan tahun BBIB Singosari telah memproduksi semen beku dari sembilan bangsa sapi (Limousine, Simental, Aberdeen Angus, Brangus, Brahman, Ongole, Madura, Bali dan Friesien Holstein) dan dua bangsa kambing (Peranakan Ettawa dan Boer). BBIB Singosari memiliki motto "Setetes Mani Sejuta Harapan" yang telah terregistrasi di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia no IDM000138723. Dengan motto tersebut BBIB Singosari senantiasa memproduksi semen beku berkualitas sesuai dengan SNI 01-4869,1-2008, dengan menggunakan bahan pengencer yang berkualitas dan mesin - mesin modern. Sebagai jaminan terhadap kualitas semen beku produksi BBIB Singosari, Laboratorium Uji Mutu Semen BBIB Singosari telah terakreditasi yang ke dua kali pada tanggal 19 Pebruari 2010, menerapkan dan memelihara Sistem Mutu sesuai ISO/IEC 17025:2005. BBIB Singosari memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan dunia peternakan di Indonesia. Hal ini diwujudkan dalam bentuk Program Progeny Testing / Uji Zuriat yang telah dilaksanakan bekerjasama
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Penyuluhan IB merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi
seseorang/kelompok/masyarakat yang bertujuan untuk memberikan dan meningkatkan
pengetahuan seseorang/kelompok/masyarakat tentang IB baik secara teknis, pembibitan, sosial
budaya dan aspek ekonomi.
Melalui penyuluhan IB diharapkan mampu mengubah pandangan seseorang dan dengan rasa
kesadarannya dapat menumbuhkan motivasi untuk menerapkan IB dalam manajemen reproduksi
ternaknya.
C. UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENYULUHAN IB
Keberhasilan kegiatan penyuluhan IB dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu :1. Penyuluh/komunikator adalah petugas penyuluh itu sendiri yang akan memberikan informasi
tentang IB2. Reseptor adalah orang yang akan diberikan penyuluhan3. Informasi adalah materi IB yang akan disampaikan ke reseptor4. Cara/metode penyampain informasi IB
1. Penyuluh/komunikator IB
Dalam kegiatan penyuluhan IB, komunikator biasanya petugas penyuluh peternakan atau
petugas dinas yang menangani IB, dokter hewan, Inseminator, petugas`pemeriksa
kebuntingan dan asisten teknis reproduksi. Supaya informasi tentang IB dapat dimengerti
dan menarik minat seseorang/kelompok/masyarakat untuk menerapkan IB,
maka komunikator IB sebaiknya memenuhi persyaratan yaitu:
a. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknologi IB
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik
c. Mampu memahami karakter seseorang/kelompok/masyarakat
d. Komunikator mampu menarik perhatian dan menyakinkan masyarakat tentang keunggulan
IB sehingga mampu menarik perhatian masyarakat
e. Mampu menunbuhkan minat masyrakat untuk ingin tahu lebih banyak
2. Reseptor/penerima informasi IB
Sebagai penerima informasi adalah seseorang/peternak/kelompok/masyarakat. Untuk
keberhasilan program penyuluhan IB, maka antar komunikator dengan reseptor sebaiknya
terbangun komunikasi yang baik, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan
motivasinya untuk mengadopsi serta tergerak untuk menerapkan teknologi IB.
3. Informasi tantang IB
Informasi yang disampaikan oleh komunikator adalah semua informasi yang berkaitan dengan
Inseminasi buatan telah dilakukan sejak beberapa abad yang lampau. Berawal dari
seorang pangeran Arab yang mencuri semen dari dalam Vagina kuda betina milikmusuhnya yang
baru saja dikawini oleh pejantan unggul. Kemudian semen tersebut dimasukkan ke dalam vagina
kuda betina miliknya yang sedang birahi sampai akhirnya kudanya berhasil bunting dan
melahirkan dengan anak yang normal. Kemudian sejak saat itu penelitian mengenai metode
pengambilan sperma semakin marak dan berkembang pesat sebagai bagian dari perkembangan
teknologi di bidang inseminasi buatan
Berbagai metode penampungan semen terus menerus dikembangkan dikalangan peneliti yang berkecimpung di dunia peternakan. Berawal dari metode pengumpulan semen dengan menyerap divagina sesudah perkawinan alam sudah lama ditinggalkan karena diketahui semen yang dihasilkan tidak bisa dijamin kebersihannya sebagai akibat dari bercampurnya dengan sekresi dan bakteri dari saluran kelamin ternak betina.
Kemudian perkembangan metode pengumpulan semen dilakukan dengan cara pengurutan (massage) pada ampula vas deferens dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap melalui rektum. Namun metode ini pada akhirnya juga ditinggalkan karena selain butuh ketrampilan khusus dan pengalaman, juga beberapa sapi jantan kurang atau tidak memberi respon dengan metode ini. Selain itu cara ini ditengarai sering bercampur dengan urine dan kuman-kuman dari hasil sperma yang ditampung. Kemudian perkembangan selanjutnya para peneliti mencoba cara-cara lain yang lebih praktis dan bisa menjaga kualitas sperma yang ditampungnya. Sampai
akhirnya berhasil ditemukan metode penampungan semen dengan menggunakan vagina buatan. Metode ini ternyata sangat populer dan kini dipakai secara meluas pada pusat-pusat inseminasi buatan di seluruh penjuru dunia. Tidak terkecuali, Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari sebagai salah satu stasion inseminasi buatan nasional dari awal berdiri sampai sekarang masih mempertahankan metode penampungan sperma dengan menggunakan vagina buatan.
Pada dasarnya jenis vagina buatan yang dimiliki oleh Balai adalah model double-walled type AV dan termasuk model yang sering dipakai di Indonesia. Metode ini tetap dipertahankan oleh Balai karena kelebihan yang dimilikinya sebagai sebuah simulasi yang sempurna terhadap perkawinan secara alam dan semen tertampung dalam kualitas yang jauh lebih baik dari pada metode-metode lainnya. Sesudah metode vagina buatan, metode yang lebih mutakhir ialah pengumpulan semen dengan memakai elektroejakulator. Namun pada aplikasinya metode ini kurang populer karena pejantan yang ditampung cenderung menunjukkan rasa yang kurang nyaman, bahkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Austin et al. (1961) menunjukkan bahwa volume dan konsentrasi semen yang diperoleh dengan metode ini pada umumnya lebih rendah. Namun demikian, Balai sendiri tetap menggunakan metode elektroejakulasi khusus untuk pejantan unggul yang pincang, lumpuh, cedera, lamban atau impoten, dan tidak sanggup menaiki teaser.
Kebersihan dan syarat-syarat higiene pejantan penting diperhatikan pada saat penampungan semen. Hal ini dilakukan agar kualitas sperma yang ditampung tidak terkontaminasi dengan kotoran dan kuman-kuman penyebab penyakit. Karenanya sebelum melakukan kegiatan penampungan semen, dilakukan persiapan pejantan yang akan ditampung sesuai dengan jadwal berikut catatan kesehatannya. Karenanya sebelum penampungan dilakukan, setiap
petugas harus memastikan jika kondisi penis pejantan yang akan ditampung dalam keadaan sehat (tidak terjadi luka atau bisul). Jika diketahui penis terdapat luka, maka harus diolesi dengan antibiotik pada saat pejantan mengalami ereksi. Secara berkala dilakukan pemotongan rambut preputium secara manual/elektrik sampai batas 1 - 2 cm dari ujung preputium. Menurut Toelihere (1979), rambut yang terletak dibagian ujung preputium tidak boleh terlalu panjang dan terlalu pendek.
Preputium dan daerah sekitarnya juga dilakukan pencucian dengan menggunakan alat preputium washing machine dalam larutan desinfektan ringan. Penampungan semen dilakukan di tempat khusus yakni service crate atau arena penampungan dengan konstruksi terbuat dari besi agar pada saat proses penampungan bahan tersebut cukup kuat menahan kaki depan pejantan. Untuk mensiasati agar lantai pada arena penampungan memiliki tempat berpijak yang tidak licin, maka perlu kiranya diberikan matras yang cukup tebal agar pejantan merasa nyaman pada saat memijakkan kakinya sehingga resiko terjadinya kecelakaan semakin kecil atau bila terdapat ternak yang jatuh maka resikonya tidak sedemikian parah. Teaser yang digunakan adalah pejantan yang berukuran lebih kecil atau sama serta dipilih pejantan teaser yang memiliki temperamen lebih tenang (pendiam). Menurut Toelihere (1979), mengatakan bahwa teaser (pemancing) yang digunakan pada saat proses penampungan adalah sapi betina, sapi jantan kebiri atau jantan pendiam, atau bisa menggunakan dummy cow (hewan tiruan).
Meskipun Balai sendiri memiliki dummy cow tetapi aplikasinya hampir tidak pernah difungsikan mengingat sifatnya yang kurang praktis dan pada beberapa bangsa pejantan tidak mampu memberikan respon yang baik. Menurut beberapa literatur disebutkan bahwa sapi-sapi Eropa (Bos taurus) khususnya sapi Frisian Holstein sangat mudah sekali diajarkan menaiki dummy cow,
akan tetapi untuk sapi-sapi potong tropis (Bos indicus) atau persilangannya merupakan pejantan-pejantan yang lamban atau rendah libidonya, sehingga pemakaian dummy cow menjadi kurang efektif. Berdasarkan pengalaman penulis, pejantan yang ditampung menunjukkan kecenderungan lebih memilih pasangan (teaser) yang cocok sesuai dengan pasangannya. Jika dilakukan pergantian pasangan teaser diluar kebiasaan, maka pejantan cenderung mengalami penurunan libido sehingga pada akhirnya collector lebih susah dalam melakukan penampungan. Namun perlu diingat, bahwasanya jika terlalu sering dipakai sebagai pejantan teaser, maka ada kecenderungan terdapat pengaruh pada kondisi kesehatan ternak itu sendiri. Berdasarkan pengamatan yang ada di Balai, karena teaser yang digunakan memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih kecil atau sama dengan pejantan yang akan ditampung, ada kecenderungan memberikan dampak pada kelainan pada bentuk punggung serta kekuatan kaki yang semakin lemah sebagai akibat ternak tersebut menahan beban yang terlalu besar (pejantan) pada saat proses penampungan.
Selain melakukan persiapan pejantan yang akan ditampung, maka sudah semestinya perlu dilakukan persiapan peralatan penampungan. Petugas harus memastikan bahwa vagina buatan yang akan digunakan sudah steril dan terpasang dengan lengkap seluruh bagiannya berikut perlakuan yang harus diberikan (pengisian air hangat dan pemberian lubricating jelly di 1/3 bagian atas dari AV). Perlu diingat bahwasanya untuk menghindari semen agar tidak terjadi temperatur shock dan terkena sinar matahari langsung, maka pada bagian collection tube harus diberi selongsong yang berwarna hitam. Ini merupakan prosedur standar wajib yang selama ini telah dijalankan oleh Balai sebagai bagian upayanya untuk mendapatkan kualitas semen yang baik.
Setiap pejantan yang ada di Balai secara rutin dilakukan penampungan sebanyak dua kali per minggu sesuai dengan jadwal
dan kebutuhan. Karena prosedur ini dilaksanakan secara rutin pada pejantan, maka diperlukan beberapa kebijakan dari Balai untuk menghindari terjadinya penurunan libido pada semua pejantan yang ada.Kebijakan pertama yakni dengan mengganti atau merotasi pemancing secara berkala. Kadang-kadang seekor pejantan akan menjadi bosan, acuh tak acuh, dan tidak mau melayani vagina buatan apabila prosedur yang sama dijalankan secara rutin setiap kali penampungan. Hal ini sekaligus untuk mengurangi dampak resiko seperti yang telah dijelaskan di atas dari pejantan teaser jika terlalu sering digunakan. Menurut Hale dan Almquist (1960), bahwasanya dengan melakukan penggantian pemancing, pada umumnya libido pejantan yang akan ditampung yang sebelumnya mengalami penurunan dapat dipulihkan kembali, bahkan dapat dilakukan lebih banyak penampungan. Kebijakan yang kedua yakni secara berkala dengan melakukan rotasi pejantan berdasarkan penempatan kandang yang pada akhirnya secara otomatis tempat arena penampungan juga akan berubah. Hal ini dilakukan agar pejantan mendapatkan suasana lingkungan yang baru dan berbeda sebagai upaya untuk meningkatkan libidonya. Faktor lain yang mempengaruhi libido pejantan antara lain adalah faktor pemberian pakan, exercise, umur, kondisi lingkungan dan lain-lain.
Perlu diperhatikan, bahwasanya bentuk atau konstruksi arena penampungan yang ada di Balai dibuat sedemikian rupa yang pada intinya dibuat model tempat arena terbuka dengan hanya memberikan atap saja (tanpa dinding) agar pejantan dan petugas nantinya merasa nyaman bisa terbebas dari sengatan matahari langsung dan hujan serta alokasi tempat dibuat relatif jauh dari keramaian aktifitas keseharian. Menurut Foster et al. (1970), bahwasanya penggantian arena penampungan dari dalam gedung ke tempat terbuka dapat meningkatkan libido pejantan. Dikatakan lebih lanjut bahwasanya suatu aspek yang sangat penting dalam perlakuan pejantan pada saat penampungan adalah menghindari gangguan-gangguan. Suasana di arena harus dibuat tenang tanpa
menimbulkan keributan (kegaduhan) serta menghindari gerakan tiba-tiba yang bisa membuat pejantan menjadi takut atau terkejut.
Upaya lain guna meningkatkan kemampuan libido pada saat penampungan adalah dengan melakukan false mounting (pengekangan) terhadap pejantan. Pengekangan dilakukan dengan tidak menampung semen terlebih dahulu pada saat pejantan menaiki teaser untuk yang pertama, kedua kalinya atau bahkan untuk yang kesekian kalinya. Menurut Hale & Almquist (1960), mengatakan bahwa satu false maounting mampu meningkatkan konsentrasi sperma sebesar 50 % dan dua false mounting menyebabkan peningkatan konsentrasi 2 kali lipat konsentrasi sperma yang diperoleh jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Prosedur false mounting yang dilakukan di Balai adalah sebanyak 2 - 3 kali (disesuaikan dengan kondisi pejantan) yaitu dengan cara menghandle penis agar tidak menyentuh bagian pemancing (teaser). Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, sebaiknya perlakuan false mounting pada pejantan tidak dilakukan lebih dari 5 kali, karena jika terlalu sering/banyak dilakukan, maka selain pejantan akan mudah lelah dan penis akan menjadi kotor juga ditengarai dalam jangka panjangnya pejantan yang bersangkutan justru akan menurunkan kemampuan libido.
Keamanan, keselamatan, dan kenyamanan petugas dalam menjalankan aktivitasnya tetap menjadi prioritas bagi Balai, tidak terkecuali dengan petugas collector dan petugas handling. Karenanya, setiap petugas collector dan handling yang ditunjuk dalam setiap menjalankan aktivitasnya wajib memakai pakaian khusus serta perlengkapan helm dan sepatu pengaman (safety boots). Hal ini dilakukan selain memberikan tingkat kenyamanan bagi petugas juga meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan.
Pada saat penampungan, collector berdiri di samping kanan pejantan dengan posisi memegang vagina buatan pada tangan
kanan dan mengarahkannya kira-kira dengan sudut kemiringan 35o dengan lubang vagina buatan menghadap ke bawah. Pada saat pejantan melakukan ejakulasi, maka dengan segera tangan kiri menggenggam preputium dan mengarahkan ke vagina buatan. Yang perlu diperhatikan adalah pada saat penampungan tidak dilakukan gerakan mendorong vagina buatan ke arah penis, pejantan dibebaskan untuk memberikan dorongan penisnya sendiri memasuki vagina buatan. Menurut Toelihere (1979), mengatakan bahwa dorongan vagina buatan ke arah penis yang sedang ereksi sebagian besar dari kasus yang ada pejantan tidak mau berejakulasi.
Setelah proses penampungan pejantan selesai, maka perlu dilakukan pengecekan kembali mengenai identifikasi pejantan yang meliputi nama, kode, dan data pre-collection. Hal ini wajib dilakukan agar dalam tahap prosesing nantinya tidak terjadi kekeliruan mengenai identifikasi produk akhir setelah menjadi semen beku. Jika tempat penampungan dan laboratorium dimana semen nantinya akan diproses mempunyai jarak yang cukup jauh, maka selama perjalanan collection tube harus diberi pelindung yang berupa kain hitam sebagai upaya untuk mencegah penurunan kualitas akibat kontak langsung dengan sinar matahari dan kemudian dengan segera semen yang telah tertampung dikirim ke laboratorium untuk selanjutnya dilakukan pemprosesan menjadi semen beku. Setelah digunakan penampungan, maka dengan segera vagina buatan di cuci, dibersihkan dan disterilkan kembali. Proses sterilisai alat AV yang dilakukan di Balai adalah dengan merebus didalam air panas. Langkah selanjutnya yaitu proses pengeringan didalam lemari sterilisasi yang didalamnya dilengkapi dengan sinar ultra violet. Setelah semuanya selesai baru ultra violet.. Menurut Toelihere (1979), proses pencucian dan pembilasan menggunakan larutan 70 % ethyl alkohol, karena jika dilakukan sterilisasi melalui metode perebusan di dadalam air panas bisa mempercepat kerusakan bagian-bagian yang terbuat dari karet.
Demikian secara garis besar proses penampungan yang dilakukan di Balai
Besar Inseminasi Buatan Singosari. Setiap metode penampungan masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun yang perlu diperhatika
dalam setiap aktifitas penampungan adalah faktor kenyamanan ternak dan
petugas, serta yang paling penting adalah kebersihan untuk mencegah
kontaminasi semen sehingga bisa dihasilkan sperma dengan kualitas yang
bagus
Berguru di Padepokan Pak Urip
Telepon berdering, waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari, setelah telephon diangkat, kami bergegas
mempersiapkan peralatan dan beberapa obat, “kita harus segera ke sumberame, ada akseptor yang
memanggil” ujar pak Urip, Inseminator yang sudah belasan tahun menekuni profesinya.
Dengan menahan kantuk yang luar biasa ditambah hembusan angin laut yang membuat mata pedih,
bercampur beberapa rasa penasaran membuat semua itu menjadi biasa. Sepeda sudah dihidupkan,
beberapa buah kendaraan ikut berlalu larang di malam yang sunyi itu, tanpa banyak pertanyaanku saat
itu, takut mengganggu konsentrasi pak Urip mengendarai sepeda motor menyisiri jalan yang dekat
dengan pantai itu.
Sesampai di lokasi, si empunya sudah menunggu dengan harap-harap cemas menanti sang “mantri”
bersama Istrinya menceritakan beberapa tanda-tanda sebelum menghubungi pak Urip, aku
mendengarkan dengan seksama, tak banyak kupahami karena mereka berkomunikasi dengan bahasa
setempat, tapi mencoba untuk menggabungkan dengan nalar dan akal, supaya klop dan pulang rasa
penasaran itu sedikit terobati.
Aneka peralatan sudah disiapkan diatas meja ala kadarnya, sebagai penonton plus asisten yang
sebelumnya sudah dibekali dengan sedikit beberapa teknik, tetapi keahlian itu berawal dari melihat dulu
sebelum terjun langsung, kulihat dengan seksama, setelah beberapa kali di cek dengan phalpasi rectal,
tanganku ditarik oleh pak urip untuk mencoba meng-Inseminasikan, harap-harap cemas awalnya, karena
memang pengalaman pertama disamping pemilik sapi-nya memperhatikan setiap gerak-geriku
memperlakukan “rojokoyonya”. Rasa tak percaya itu akhirnya datang juga, aku berhasil meng-
Inseminasikan straw yang berisi sel sprema sesuai permintaan peternakan ke posisi yang diharapkan.
Keringat sedikit keluar mengiringi rasa khawatir dalam hati, bisakah aku melaksanakannya?.
“Kecemasan yang tadi itu Nampak tidak bisa ditutupi”, ketika Pak Urip membuka pembicaraan setelah
pulang ke rumah, “Wah…! Pengalaman pertama begitu membuat khawatir, tapi aku yakin, pasti bisa”,
sambungnya. “Terima kasih” kataku dalam hati. Agak khawatir juga jika hari-hari berikutnya tidak mampu
melaksanakanya. Soalnya setelah di Inseminasi komunikasi Pak Urip dengan pemilik menggunakan
bahasa setempat. Jadi apakah puas atau tidak dengan service IB nya, aku hanya geleng-geleng kepala
dengan ketidak tahuanku.
Bersandar di tepian pantai, menyeruput sedikit air bersoda dalam botol sembari bercerita tentang
berbagai macam karakter peternak yang beliau hadapi setiap hari, terkadang menjengkelkan, terkadang
menyenangkan bahkan terkadang pula kalimat yang menyakitkan tak terbendung keluar.
“Kalau mau belajar menjadi Inseminator harus sabar” Ujar pak Urip terhadapku, hal senada aku iyakan
dalam hati, tiada kalimat kukeluarkan karena cerita tidak selesai saat itu, nanti dilanjutkan, karena
akseptor sudah menunggu dengan raungannya.
Enak benar suasana melepas lelah ditempat itu, sembari bermain air dengan kaki di pantai mendapat
tausiyah-tausiyah gratis dari sang senior, membuat nyaman rasanya praktik.
Alhamdulillah sudah 10 akseptor dalam semalam, kucoba semua dan rasa khawatir berangsur-angsur
hilang setelah beberapa hari ikut praktik senior.
Sebenarnya tidak begitu asing dengan beberapa istilah yang ada di lapangan, dengan beberapa materi
selama tiga minggu di dalam kelas ditambah praktikum dari beberapa tenaga ahli yang mengajar
membuat penjelasan dengan makna dan beberapa teknis istilah tentang Inseminasi Buatan. Asyik juga
mengotak-atik organ dengan santai tapi serius.
Tak ubahnya orang yang haus maka memperbanyak air yang diminum, maka dengan mengikuti
beberapa teori membuat dahaga itu berangsur-angsur hilang, bahkan rasa manis itu akan didapat setelah
beberapa hari mengikuti prakti di Rumah Potong Hewan (RPH), dengan bebasnya Instruktur mengajari
dari A sampai Z, mengenai organ apapun yang ditemui saat praktik menyebabkan suasana santai
menyeruak. Hal itu tak dapat dipungkiri setelah beberapa senyum keluar dari beberapa rekan.
Dengan perbekalan yang ada, maka kata “siap” yang terlontar setelah diberangkatkan ke lapangan.
Beberapa hari “magang senior”, banyak yang kutemui gejala aneh yang mempengaruhi organ reproduksi
ternak hingga penyakit-penyakit yang menyebabkan hal yang tidak diinginkan.
Dari beberapa cerita, kurangkum beberapa hal positif bahwa :
Seorang Inseminator tersenyum menghadapi peternak…
Seorang Inseminator siap kapanpun akseptor membutuhkan tangan terampilnya…
Seorang Inseminator sabar dan tenang menghadapi situasi di depan peternak…
Seorang Inseminator sigap dalam menjalankan tugasnya…
Seorang Inseminator harus banyak belajar dari pengalaman, Janganlah kegagalan yang terjadi terulang
kembali, kasihan peternak, karena itu harta yang sangat diharapkan untuk kelangsungan hidup
keluarganya.
Begitu mulya dan harunya sampai dalam hatiku berkata :“Seorang Inseminator sudah banyak jasa untuk
meningkatkan populasi ternak di wilayahnya, kalau tidak mungkin kita akan sulit menemukan kuliner lezat
berasal dari protein hewani yang beraneka ragam”.
Seiring kaki melangkah pulang, tak terasa puluhan akseptor yang sudah aku IB dan Alhamdulillah
berhasil, “Pengalaman, Pantai dan cerita itu selalu terngiang-ngiang serta sulit untuk dilupakan”.
+++++++++++
Detik Detik Menuju Badan Layanan Umum
Sudah tiga puluh dua tahun lamanya BBIB Singosari berkecimpung di dunia Peternakan, lebih spesifik lagi adalah bidang inseminasi buatan yang manifestasinya sebagai salah satu produsen penghasil semen beku tingkat nasional sekaligus pusat Bimbingan Teknis di bidang IB. Sebuah umur yang cukup matang dan dewasa dalam kiprahnya untuk lebih bisa berbenah diri dan menata kembali kearah yang lebih baik. Membuka lembaran di awal tahun 2010 sungguh amat berat, bagaimanapun juga Balai telah sepakat memposisikan tahun ini sebagai sebuah awal tahun yang penuh dengan ujian, cobaan, penggemblengan dan sekaligus ajang pembuktian komitmennya dalam upayanya untuk terus bisa mewujudkan sebuah hajat besarnya ditengah-tengah masa transisi menuju perubahan status yang sekian lama telah didambakan.
Ditengah-tengah maraknya berbagai macam dorongan dan motivasi yang diberikan oleh beberapa pihak lain kepada Balai dalam rangka menyongsong dan menduduki kasta yang lebih tinggi sebagai wujud kiprahnya sebagai bagian dari sebuah kelembagaan
kepemerintahan yang mampu memberikan pengabdian, out put, dan kemajuan yang luar biasa kepada masyarakat luas khususnya kontribusi nyata dalam upaya membangun peradapan peternakan modern. Sudah sepantasnya bagi Balai untuk bisa menempatkan dirinya dan ikut andil bagian dalam bursa pemilihan kinerja sebuah instansi yang berprestasi. Ke depan, kita tidak akan pernah lagi mendengar sebuah nama status Badan Layanan Umum (BLU) hanya sebatas pada angan-angan (mimpi) Balai belaka, karena semuanya pada akhirnya akan menjadi sebuah realita, setidaknya kita hanya menunggu momen yang tepat kapan mimpi itu akan segera digulirkan.
Sering kita mendengar istilah Badan Layanan Umum (BLU), namun juga tidak jarang diantara sekian banyak orang yang sering mendengar nama tersebut namun kenyataannya masih begitu awam untuk bisa menjelaskan apalagi menterjemahkan bagaimana kinerja, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika sebuah instansi telah menyandang Badan Layanan Umum. Semenjak Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari ingin menjadikan Pengelolaan Keuangannya menjadi Badan Layanan Umum atau lebih dikenal dengan sebutan PPK-BLU. Setidaknya berbagai macam sosialisasi telah digencarkan sejak dini oleh orang-orang yang duduk di lingkungan struktural kepada seluruh jajaran stafnya. Hal ini dilakukan agar semua staf mengerti betul dan paham bagaimana etos kerja yang seharusnya mereka berikan kepada Balai ketika nantinya benar-benar menyandang status BLU yang tentunya sangat berbeda dengan apa yang mereka lakukan saat ini. Secara tidak langsung setidaknya sedikit banyak mampu merangsang sekaligus memberikan bekal yang cukup kepada seluruh staf yang ada di lingkup Balai agar mereka benar-benar siap dan percaya diri ketika Balai ini telah melewati masa transisi menuju sebuah Badan di mana unsur kemandirian dan profesionalisme kerja benar-benar menjadi barometer utama yang harus dimiliki oleh semua pegawai
agar Balai tetap eksis dan berdaya saing dengan dunia luar yang notabene memiliki motivasi yang kurang lebih sama.
Semua instansi yang telah dikukuhkan menjadi BLU harus dikelola secara professional ala bisnis, oleh karena itu pegawainya haruslah tenaga yang profesional. Sedangkan Sumber Daya Manusia yang digunakan bisa berasal dari pegawai yang berstatus PNS maupun Non PNS yang komposisi jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Kalau kita berkiblat pada hukum Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara tepatnya pada Pasal 1 UU No. 1 tahun 2004, di sana disebutkan dengan jelas mengenai definisi dari sebuah Badan Layanan Umum yang pada hakekatnya terbatas hanya pada sebuah instansi di lingkungan pemerintah yang siap dan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan upaya mencari keuntungan dan didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Ada satu point menarik yang perlu kita cermati dan tekankan berkenaan dengan penggalan pasal UU tersebut. Disini tersirat dengan jelas bahwa ketika sebuah instansi telah menyandang status BLU maka selanjutnya misi yang harus ia bawa adalah bagaimana nantinya instansi tersebut dalam melakukan aktivitasnya tidak boleh serta merta mencari keuntungan belaka dan harus berpegang pada prinsip efisiensi dan produktifitas. Hal ini sangat wajar karena misi yang diangkat oleh Balai adalah upaya mengedepankan pelayanan secara utuh kepada masyarakat luas.
Pada dasarnya pola pengelolaan keuangan ala BLU bisa dijalankan oleh semua instansi pemerintah yang melayani publik dengan tujuan untuk membedakan dari pemerintah dalam fungsinya sebagai regulator serta penentu kebijakan. Satuan kerja BLU (dapat
berasal dari berbagai jenjang eselon atau non eselon) merupakan pengagenan (agentification) aktifitas (kegiatan) yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi diselenggarakan oleh instansi yang dikelola ala bisnis (bisnis like) sehingga pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif. BLU adalah satker yang menerima fleksibilitas pengelolaan keuangan sebagai format baru dalam pengelolaan APBN/APBD. BLU adalah wadah baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat
Perlu anda ketahui bersama bahwa rencana perubahan status yang akan dilakukan oleh Balai selama ini tidak serta merta menjadi hasrat pribadi, tetapi lebih dari sebuah keinginan dari pemerintah pusat yang mengharapkan agar semua instansi di bawahnya yang memiliki kemampuan dan prestasi kerja yang bagus serta cukup mandiri dalam menjalankan aktivitasnya selanjutnya akan diberikan kesempatan untuk menaikkan statusnya menjadi sebuah badan yang lebih mandiri dan lebih independen yang bernama BLU. Dari sekian banyak instansi yang berada di bawah lingkup Departemen Pertanian, ternyata nama Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari merupakan salah satu dari dua nama instansi yang dipercaya oleh DEPTAN untuk bisa mewujudkan sebuah impian besar yang tentunya juga diidam-idamkan oleh instansi manapun.
Masuknya nama Balai ke dalam bursa pilihan di jajaran pemerintah pusat (DEPTAN) menjadikan prestasi tersendiri bagi Balai untuk mendapatkan pengakuan dari luar sekaligus sebuah penghargaan yang luar biasa yang tentunya moment seperti ini sedikit banyak akan memberikan rasa optimistis kepada seluruh jajaran pegawai di lingkup Balai untuk bisa lebih melakukan berbagai macam terobosan-terobosan positif sebagai upaya untuk mengangkat sektor peternakan secara global.
Dipilihnya BBIB Singosari oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kandidat instansi yang akan menduduki status BLU lebih disebabkan karena Balai sendiri dinilai memiliki kemampuan dan telah memenuhi beberapa macam kriteria yang telah dipersyaratkan dalam pengelolaan keuangan menjadi Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Adapun persyaratan wajib yang harus dipenuhi oleh suatu satuan kerja instansi pemerintah agar dapat diizinkan untuk menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum meliputi persyaratan substantif, persyaratan teknis dan administratif. Nilai lebih dari sistem pengelolaan ini adalah mampu memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Praktik bisnis yang dimaksud adalah bagaimana kita nantinya mampu melakukan proses penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. Jika kita kaji lebih mendalam, sebenarnya di lingkungan pemerintahan di Indonesia tersimpan sejumlah potensi yang perlu dilakukan pengelolaan secara lebih efisien dan efektif melalui pola BLU.Sistem pengelolaan ini sangatlah bervariatif, disatu sisi ada sebuah instansi yang mendapatkan imbalan jasa dari masyarakat dalam proporsi yang signifikan terkait dengan pelayanan yang diberikan, dan di sisi lainnya ada pula yang bergantung sebagian besar pada dana APBN/APBD. Adapun satuan kerja (instansi) yang mampu menghasilkan pendapatan lebih sebagai hasil dari layanannya kepada publik dalam porsi yang signifikan dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola sumber daya untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan. Peluang ini secara khusus disediakan bagi satuan kerja pemerintah yang mampu melaksanakan tugas operasional pelayanan publik. Hal ini
merupakan upaya peng-agenan aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi oleh instansi pemerintah dengan pengelolaan ala bisnis, sehingga pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif. Berbicara masalah pelayanan publik (pelayanan prima) tentunya kita semua sudah tidak perlu lagi meragukan kinerjanya karena sudah sejak lima tahun silam Balai ini telah berhasil dianugerahi Piala Citra Pelayanan Prima sebagai cermin upaya pelayanan dan pengabdian yang optimal yang mampu memberikan tingkat kepuasan kepada publik. Efektifitas dan produktifas Balai dinilai sudah cukup mumpuni dalam hal membangun SDM yang handal, manajemen yang profesional, dan fasilitas yang modern dan memenuhi standar kerja internasional. Dengan memegang status BLU, maka ke depan Balai dapat memperoleh fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dengan menerapkan praktik bisnis yang sehat sekaligus dapat dilakukan pengamanan atas aset negara yang dikelolanya
Sejauh ini, ada beberapa kesalahan persepsi yang dilontarkan oleh orang lain berkaitan dengan pengelolaan keuangan ala BLU. Kembali pada sebuah prinsip yang harus dipegang oleh semua instansi yang memegang status BLU haruslah bisa menempatkan posisinya dengan benar dan tepat. Selama ini ada kecenderungan opini dari berbagai kalangan kepada sebuah instansi yang berstatus BLU yang dinilai hanya semata-mata sebagai sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Padahal aturan sesungguhnya adalah bagaimana instansi tersebut mampu memberikan peningkatan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan yang berbasis pada hasil, Sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan tarif layanan yang terjangkau tetapi tetap mengedepankan pada kualitas produk yang baik, cepat, efisien dan efektif dapat diaplikasikan.
BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisahkan dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk, atau dengan kata lain, BLU berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya, yang ditandai dengan penandatanganan kontrak kinerja (a contractual performance agreement) oleh kedua belah pihak, menteri/pimpinan lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan kepada publik dan BLU bertanggung jawab untuk memberikan layanan. Sebenarnya siapapun bisa mengajukan instansinya dalam hal perubahan status menuju BLU. Sepanjang kita mengetahui secara utuh bagaimana persyaratan, aturan perundang-undangan yang berlaku, serta prosedur teknis maupun non teknis yang harus dipersiapkan, maka semuanya akan menjadi mudah dan yang pasti tidak akan ada lagi yang namanya proses yang berbelit dan menyulitkan atau sifatnya menghambat. Intinya sepanjang dokumen persyaratan administratif yang diajukan telah disampaikan secara lengkap dan memadai, maka proses penilaian dapat dilaksanakan dan diproses. Kesimpulan dari tulisan ini dapat dijabarkan bahwasanya apapun status yang diberlakukan di Balai ini nantinya, maka kita yang diposisikan sebagai salah satu unsur pembuat dan penentu kebijakan harus senantiasa mendukung apa saja yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kebulatan tekad dari seluruh jajaran di lingkup Balai untuk bisa mewujudkan perubahan statusnya dalam rangka untuk mempromosikan peningkatan pelayanan publik melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU. Belum waktunya kita bereuforia, karena saat ini masih terlalu dini bagi kita untuk melakukan hal itu. Masih begitu banyak tugas dan pekerjaan yang harus kita benahi dan persiapkan. Sepanjang kita memiliki komitmen dan semangat tekad yang kuat, maka seberat apapun tugas dan keinginan yang kita emban akan menjadi sebuah kenyataan. Mari kita sambut detik-detik bersejarah ini dengan
semangat baru yang nantinya bisa kita ceritakan kepada siapapun yang menghendaki perubahan yang sama..
Telah diuji di Lab. Uji Mutu yang menerapkan Sistem Mutu sesuai ISO/IEC 17025:2005
Prosedur Penjualan Semen Beku
Fasilitas Pemeliharaan Ternak
Sperma yang bermutu dihasilkan dari pejantan unggul yang bebas dari penyakit.Untuk mendapatkan pejantan yang sehat diperlukan perhatian khusus sejak dari proses penyediaan hijauan hingga proses pemeliharaan dan perawatan kesehatan.
BBIB Singosari berupaya memberikan kenyamanan kepada setiap pelanggan dengan menyediakan Sarana Layanan Masyarakat.
Infrastruktur BBIB Singosari
Infrastruktur yang dimiliki oleh BBIB Singosari bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada pelanggan dan merupakan jaminan atas kualitas produk yang dihasilkan.Untuk menunjang aktivitasnya, BBIB Singosari yang memiliki areal seluas67,72 hektar memliki berbagai fasilitas antara lain: