-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara
megaskopis
Mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur
dan
teksturnya
Menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher
(1969)
1.2 Tujuan
Mampu mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental
secara
megaskopis
Mampu mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui
struktur dan
teksturnya
Mampu menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi
Fisher
(1969)
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari / Tanggal : Senin, 6 April 2015
Waktu : Pukul 18.30 WIB
Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik
Geologi,
Universitas Diponegoro
Hari / Tanggal : Senin, 13 Maret 2015
Waktu : Pukul 18.30 WIB
Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik
Geologi,
Universitas Diponegoro
1
-
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat
Penggaris
Alat Tulis
Lup
Klasifikasi Fisher tahun 1966
Kamera
Lembar Deskripsi
2.1.2 Bahan
Batuan Peraga Nomor PR-10
Batuan Peraga Nomor 42 XX
Batuan Peraga Nomor X
Batuan Peraga Nomor 108
Batuan Peraga Nomor X2
2.2 Diagram Alir
Menyiapkan batuan peraga nomor PR-10, 42 XX, X, 108, X2
Mulai
2
-
Membuat sketsa batuan
Pengolahan data data yang sudah di dapat kemudian dijadikan
sebagai laporan
Mendeskripsikan batuan berdasarkan kenampakan Megaskopis
Selesai
Mendeskripsikan komposisi batuan dan membuat persentase material
yang terdapat pada batuan tersebut
Membuat Petrogenesa batuan, berdasarkan data data kenampakan
megaskopis, dan deskirpsi komposisi
Pemberian nama batuan berdasarkan klasifikasi fisher tahun
1966
3
-
BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Batuan peraga nomor PR-10
Nomor peraga : PR-10
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Abu abu terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : < 2 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Baik
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini seluruhnya tersusun dari material piroklastik
berukuran Ash ( < 2 mm)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 100 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat
proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak
berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe
pengendapan jatuhan karena
memiliki ukuran yang halus. Memiliki tekstur dengan ukurang
butir yang halus, derajat
kebundaran yang membundar, kemasnya tertutup sehingga dapat
diinterpretasikan
4
-
bahwa materialnya memiliki waktu pengendapan yang homogen,
sortasi baik karena
memiliki ukuran butir yang seragam. Batuan ini terbentuk dari
material ash yang
membeku sangat cepat yang kemudian karena pengaruh tekanan,
material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami
proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Tuff (Fisher, 1966)
Ash
Foto 3.1 Batuan nomor peraga PR-10
5
-
3.2 Batuan peraga nomor 42-XX
Nomor peraga : 42 XX
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Abu abu terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : 2 - 64 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Buruk
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini tersusun dari material piroklastik berukuran ash (
< 2 mm) dengan
presentase (45%) dan material piroklastik berukuran lapilli ( 2
64 mm) dengan
presentase (55%). Selain itu juga terdapat mineral di dalam
batuan ini yaitu hornblende
dengan persentase (5%)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 45 %
Lapili 55 %
Hornblende 5 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat
proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak
berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe
pengendapan aliran karena
6
-
memiliki sortasi yang buruk. Jadi, material piroklastik yang
berukuran ash dan lapilli
bercampur , dan mengakibatkan sortasinya yang buruk. Batuan ini
tersusun dari
material piroklastik berukuran ash dan lapili yang mengendap di
cekungan karena tipe
aliran piroklastik, dan kemudian karena pengaruh tekanan,
material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami
proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher, 1966)
Ash
Lapili Hornblende
Foto 3.2 Batuan nomor peraga 42 XX
7
-
3.3 Batuan peraga nomor X
Nomor peraga : X
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Biru
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : -
Roundness : -
Kemas : -
Sortasi : -
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini seluruhnya tersusun dari gelasan ( 100 % )
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Gelasan 100 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi yang
memiliki struktur masif karena tidak menunjukkan adanya
lubang-lubang tempat
pengeluaran gas-gas sehingga membentuk struktur yang padat dan
tidak berlubang.
Memiliki tekstur gelasan yang menunjukkan bahwa pembekuannya
sangat cepat
sehingga tidak memungkinkan membentuk Kristal atau amorf serta
dapat disebabkan
oleh adanya kontak dengan air. Sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa batuan ini
terbentuk dengan tipe pengendapan aliran
8
-
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Obsidian (Thrope and Brown, 1924)
Gelasan
Foto 3.3 Batuan nomor peraga X
9
-
3.4 Batuan peraga nomor 108
Nomor peraga : 108
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Coklat terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : < 2 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Baik
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini seluruhnya tersusun dari material piroklastik
berukuran Ash ( < 2 mm)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 100 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat
proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak
berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe
pengendapan jatuhan karena
memiliki ukuran yang halus. Memiliki tekstur dengan ukurang
butir yang halus, derajat
kebundaran yang membundar, kemasnya tertutup sehingga dapat
diinterpretasikan
bahwa materialnya memiliki waktu pengendapan yang homogen,
sortasi baik karena
memiliki ukuran butir yang seragam. Batuan ini terbentuk dari
material ash yang
10
-
membeku sangat cepat yang kemudian karena pengaruh tekanan,
material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami
proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Tuff (Fisher, 1966)
Foto 3.4 Batuan nomor peraga 108
Ash
11
-
3.5 Batuan peraga nomor X 2
Nomor peraga : X 2
Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental
Kenampakan Megaskopis
Warna : Abu abu terang
Struktur : Masif
Tekstur
Ukuran butir : 2 - 64 mm
Roundness : Rounded
Kemas : Tertutup
Sortasi : Buruk
Deskripsi Komposisi :
Batuan ini tersusun dari material piroklastik berukuran ash (
< 2 mm) dengan
presentase (35%) dan material piroklastik berukuran lapilli ( 2
64 mm) dengan
presentase (55%). Selain itu juga terdapat mineral di dalam
batuan ini yaitu Biotite
dengan persentase (10%)
Material Piroklastik / mineral Persentase (%)
Ash 35 %
Lapili 55 %
Biotite 10 %
Petrogenesa :
Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi. Memiliki
struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat
proses
pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak
berlubang. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe
pengendapan aliran karena
12
-
memiliki sortasi yang buruk. Jadi, material piroklastik yang
berukuran ash dan lapilli
bercampur , dan mengakibatkan sortasinya yang buruk. Batuan ini
tersusun dari
material piroklastik berukuran ash dan lapili yang mengendap di
cekungan karena tipe
aliran piroklastik, dan kemudian karena pengaruh tekanan,
material tersebut
terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami
proses sementasi.
Gambar Batuan :
Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher, 1966)
Ash
Lapili
Biotite
Foto 3.5 Batuan nomor peraga X2
13
-
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum Petrologi acara Batuan Beku Fragmental dilaksanakan
dua kali yaitu
pada Senin,6 April 2015 dan Senin, 13 April 2015 di Laboratorium
Teknik Geologi.
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui
kenampakan batuan beku
fragmental berdasarkan kenampakan megaskopis, dan memberi
penamaan sesuai
dengan klasifikasinya. Selain itu, praktikan juga diharapkan
dapat mengetahui
petrogenesa dari batuan yang telah di deskripsi berdasarkan
kenampakan secara
megaskopis dan dapat memperkerikan tipe aliran
piroklastiknya.
4.1 Batuan nomor peraga PR-10
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki
warna
abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang
pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen
batuan lain yang
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif.
Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (< 2 mm), derajat kebundarannya
Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling
bersentuhan.
Sortasinya baik yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang
terdapat pada
batuan ini seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi
yang berukuran (< 2 mm) yang disebut ash. Material
piroklastik ini keluar dari
gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh angin dan akan
terendapkan di suatu
daerah.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun seluruhnya dari
material
piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (100%)
maka setelah
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan
tersebut termasuk
Tuff (Fisher, 1966).
14
-
Gambar 4.1.1 Klasifikasi Fisher, 1966
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat
erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material
piroklastik
yaitu ash. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat
diindikasikan
bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari ukuran
materialnya
yang halus dan juga sortasinya yang baik, dapa diinterpretasikan
bahwa tipe
aliran piroklastinya yaitu tipe jatuhan. Pada saat magma berada
di permukaan
bumi, magma menghasilkan letupan-letupan gas, lalu pada saat itu
magma juga
mengeluarkan material halus yang sangat cepat membeku di udara.
Kemudian
karena adanya pengaruh tekanan dan lingkungan sekitar,
material-material ash
tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami sementasi
sehingga
bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies Medial
yang dimana
pada daerah ini terdapatkan banyak litologi tuff
15
-
Gambar 4.1.2 Fasies Gunungapi
4.2 Batuan nomor peraga 42 XX
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki
warna
abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang
pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen
batuan lain yang
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif.
Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (2 - 64 mm), derajat kebundarannya
Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling
bersentuhan.
Sortasinya buruk yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang
terdapat pada
batuan ini tidak seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi
yang berukuran (2 - 64 mm) yang disebut lapilli, selain itu pada
batuan ini
ditemukan juga material piroklastik berukuran ash (< 2 mm).
Material
piroklastik ini keluar dari gunungapi akibat erupsi lalu terbawa
oleh aliran dan
terendapkan di suatu cekungan.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun dari material
piroklastik
berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (40%), lapilli ( 2
64 mm) dengan
Zona Medial
16
-
persentase (55%), dan juga mineral hornblende dengan persentase
(5%), maka
setelah diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966
batuan tersebut
termasuk Lapili Tuff (Fisher, 1966).
Gambar 4.2.1 Klasifikasi Fisher, 1966
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat
erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material
piroklastik
yaitu ash dan lapili. Dari tipe letusannya yang bersifat
eksplosif dapat
diindikasikan bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila
dilihat dari
sortasinya yang buruk, dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran
piroklastinya
yaitu tipe aliran. Karena pada tipe aliran material material
yang berbeda
ukurannya terbawa bersama dan tidak ada pemilahan sehingga
sortasinya
menjadi buruk dan acak-acakan. Kemudian pada suatu cekungan,
material
material tersebut dan mengendap lalu karena adanya pengaruh
tekanan,
material-material tersebut mengalami kompaksi namun tidak
mengalami
sementasi sehingga bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk
dalam fasies
Medial yang dimana pada daerah ini terdapatkan banyak litologi
lapilli tuff
17
-
Gambar 4.2.2 Fasies Gunungapi
4.3 Batuan nomor peraga X
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki
warna
biru. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal,
keras, tidak
terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan
lain yang
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif.
Memiliki
tekstur gelasan, yang menunjukan bahwa batuan ini merupakan
batuan beku
ekstrusif yang terbentuk di luar permukaan bumi yang menyebabkan
tidak
terbentuknya kristal pada batuan ini dan seluruhnya tersusun
atas gelasan.
Memiliki warna biru cerah, dari warna batuan yang cerah ini
dapat
diindikasikan bahwa sifat magma penyusunnya adalah asam
sampai
intermediete
Batuan ini seluruhnya tersusun atas gelasan dengan persentase
(100%),
Setelah di masukkan kedalam klasifikasi thrope and brown tahun
1985, nama
batua ini adalah obsidian (Thrope and Brown, 1985).
Zona Proximal
18
-
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk di
luar
permukaan bumi. Dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk dari
proses pendinginan magma yang sangat cepat sehingga tidak
memungkinkan
untuk terbentuknya Kristal atau dapat disebut sebagai amorf.
Lalu dalam proses
pendinginan yang cepat ini lavanya kontak dengan air sehingga
proses
pendinginannya berlangsung tambah cepat dan tidak
memungkinkan
terbentuknya Kristal. Dari hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
tipe aliran
piroklastiknya adalah tipe aliran. Dan pada fasies gunung api
dapat diperkirakan
bahwa batuan ini terdapatkan pada zona distal sampai zona
medial
Gambar 4.3.1 Fasies Gunungapi
4.4 Batuan nomor peraga 108
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki
warna
coklat terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang
pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen
batuan lain yang
Zona Medial Zona Distal
19
-
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif.
Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (< 2 mm), derajat kebundarannya
Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling
bersentuhan.
Sortasinya baik yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang
terdapat pada
batuan ini seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi
yang berukuran (< 2 mm) yang disebut ash. Material
piroklastik ini keluar dari
gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh angin dan akan
terendapkan di suatu
daerah.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun seluruhnya dari
material
piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (100%)
maka setelah
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan
tersebut termasuk
Tuff (Fisher, 1966).
Gambar 4.4.1 Klasifikasi Fisher, 1966
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat
erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material
piroklastik
20
-
yaitu ash. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat
diindikasikan
bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari ukuran
materialnya
yang halus dan juga sortasinya yang baik, dapa diinterpretasikan
bahwa tipe
aliran piroklastinya yaitu tipe jatuhan. Pada saat magma berada
di permukaan
bumi, magma menghasilkan letupan-letupan gas, lalu pada saat itu
magma juga
mengeluarkan material halus yang sangat cepat membeku di udara.
Kemudian
karena adanya pengaruh tekanan dan lingkungan sekitar,
material-material ash
tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami sementasi
sehingga
bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies Medial
yang dimana
pada daerah ini terdapatkan banyak litologi tuff
Gambar 4.4.2 Fasies Gunungapi
4.5 Batuan nomor peraga X 2
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki
warna
abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang
pejal, keras,
tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen
batuan lain yang
Zona Medial
21
-
tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif.
Memiliki
tekstur dengan ukuran butir (2 - 64 mm), derajat kebundarannya
Rounded,
memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling
bersentuhan.
Sortasinya buruk yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang
terdapat pada
batuan ini tidak seragam
Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif
gunungapi
yang berukuran (2 - 64 mm) yang disebut lapilli, selain itu pada
batuan ini
ditemukan juga material piroklastik berukuran ash (< 2 mm).
Material
piroklastik ini keluar dari gunungapi akibat erupsi lalu terbawa
oleh aliran dan
terendapkan di suatu cekungan.
Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun dari material
piroklastik
berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (35%), lapilli ( 2
64 mm) dengan
persentase (55%), dan juga mineral biotite dengan persentase
(10%), maka
setelah diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966
batuan tersebut
termasuk Lapili Tuff (Fisher, 1966).
Gambar 4.5.1 Klasifikasi Fisher, 1966
22
-
Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat
erupsi
yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material
piroklastik
yaitu ash dan lapili. Dari tipe letusannya yang bersifat
eksplosif dapat
diindikasikan bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila
dilihat dari
sortasinya yang buruk, dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran
piroklastinya
yaitu tipe aliran. Karena pada tipe aliran material material
yang berbeda
ukurannya terbawa bersama dan tidak ada pemilahan sehingga
sortasinya
menjadi buruk dan acak-acakan. Kemudian pada suatu cekungan,
material
material tersebut dan mengendap lalu karena adanya pengaruh
tekanan,
material-material tersebut mengalami kompaksi namun tidak
mengalami
sementasi sehingga bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk
dalam fasies
Medial yang dimana pada daerah ini terdapatkan banyak litologi
lapilli tuff
Gambar 4.5.2 Fasies Gunungapi
Zona Proximal
23
-
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Batuan peraga nomor PR-10 memiliki warna abu-abu terang,
struktur massif,
dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (< 2 mm), bentuk
butir rounded, sortasi
baik, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan
persentase
(100 %). Nama batuan ini adalah Tuff (Fisher, 1966)
Batuan peraga nomor 42-XX memiliki warna abu-abu terang,
struktur massif,
dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (2 - 64 mm), bentuk
butir rounded,
sortasi buruk, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash
dengan
persentase (40 %), Lapili dengan persentase (55 %), dan mineral
hornblende
dengan persentase (5 %). Nama batuan ini adalah Lapili-Tuff
(Fisher, 1966)
Batuan peraga nomor X memiliki warna biru, struktur massif, dan
memiliki
tekstur gelasan. Memiliki komposisi berupa gelasan dengan
persentase (100
%). Nama batuan ini adalah Obsidian (Thrope and Brown, 1985)
Batuan peraga nomor 108 memiliki warna coklat terang, struktur
massif, dan
memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (< 2 mm), bentuk butir
rounded, sortasi
baik, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan
persentase
(100 %). Nama batuan ini adalah Tuff (Fisher, 1966)
Batuan peraga nomor 42-XX memiliki warna abu-abu terang,
struktur massif,
dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (2 - 64 mm), bentuk
butir rounded,
sortasi buruk, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash
dengan
persentase (35 %), Lapili dengan persentase (55 %), dan mineral
biotite dengan
persentase (10 %). Nama batuan ini adalah Lapili-Tuff (Fisher,
1966)
24
-
5.2 Saran
Agar pada saat penyampaian materi presentasi tidak terlalu cepat
dalam
penyampainnya
25