Top Banner

of 14

batubara analisa

Jul 07, 2018

Download

Documents

Iji Muizi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 batubara analisa

    1/32

    5

    BAB IIDASAR TEORI

    2.1 Batubara

    2.1.1 Pengertian Batubara

    Batubara merupakan sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang

    awalnya berakumulasi di rawa dan tanah gambut. Pembentukan batubara dimulai sejak

    Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu

    bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap

    batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lamanya waktu pembentukan yang disebut

    sebagai “maturitas organ ik” (World Coal Institute, 2009)

    2.1.2 Analisa Batubara

    Ada dua metode untuk menganalisa batubara, yaitu dengan cara analisa ultimate dan

    analisa proximate . Analisa ultimate adalah menganalisis seluruh elemen komponen batubara,

    padat atau gas. Sedangkan analisa proximate adalah meganalisa hanya fixed carbon , bahan yang

    mudah menguap, kadar air dan persen abu. Analisa ultimate harus dilakukan dilaboratorium

    dengan peralatan yang lengkap dan oleh para ahli kimia yang terampil, sedangkan analisa

    proximate dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana.(Indonesian Science & Teknologi

    digital Library 2010)

    1) Pengukuran kadar air

    Cara untuk mengukur kadar air dilakukan dengan menempatkan sampel bahan baku

    batubara yang dihaluskan sampai ukuran 200-mikron dalam krus terbuka, kemudiandipanaskan dalam oven pada suhu 108 + 2 0 C dan diberi penutup. Sampel kemudian

    didinginkan hingga suhu kamar dan ditimbang lagi. Kehilangan berat merupakan kadar

    airnya.

    2) Pengukuran bahan yang mudah menguap ( volatile matter )

  • 8/19/2019 batubara analisa

    2/32

    6

    Sampel batubara halus yang masih baru ditimbang, ditempatkan pada krus tertutup,

    kemudian dipanaskan dalam tungku pada suhu 900 + 15 0 C. Sampel kemudian didinginkan

    dan ditimbang. Sisanya berupa kokas ( fixed carbon dan abu).

    3) Pengukuran karbon dan abu

    Tutup krus dari dari uji bahan mudah menguap dibuka, kemudian krus dipanaskan

    dengan pembakar Bunsen hingga seluruh karbon terbakar. Abunya ditimbang, yang

    merupakan abu yang tidak mudah terbakar. Perbedaan berat dari penimbangan sebelumnya

    merupakan fixed carbon . Dalam praktek, Fixed Carbon atau FC dihitung dari pengurangan

    nilai 100 dengan kadar air, bahan mudah menguap dan abu.

    a) Analisis proximate

    Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon , bahan mudah

    menguap, abu, dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan bahan yang mudah

    menguap secara langsung turut andil terhadap nilai panas batubara. Fixed carbon bertindak

    sebagai pembangkit utama panas selama pembakaran. Kandungan bahan yang mudah

    menguap yang tinggi menunjukan mudahnya penyalaan bahan bakar. Kadar abu merupakan

    hal penting dalam perancangan grate tungku, volum pembakaran, peralatan kendali polusi

    dan sistim handling abu pada tungku. Analisis proximate untuk berbagai jenis batubara

    diberikan dalam Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Analisa Proximate Batubara

    ParameterBatubara

    India

    Batubara

    Indonesia

    Batubara Afrika

    Selatan

    Kadar air 5,98 9,43 8,5

    Abu 38,63 13,99 17

    Bahan mudah menguap

    (volatile matter) 20,70 29,79 23,28

    Fixed Carbon 34,69 46,79 51,22

    Sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia-www.energyefficiencyasia.org

  • 8/19/2019 batubara analisa

    3/32

    7

    Parameter-parameter tersebut digambarkan dibawah.

    1. Fixed carbon

    Fixed carbon adalah bahan bakar padat yang tertinggal dalam tungku setelah bahan yangmudah menguap didestilasi. Kandungan utamanya adalah karbon. Selain mengandung

    karbon, fixed carbon juga mengandung hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen yang tidak

    terbawa gas. Fixed carbon memberikan perkiraan kasar terhadap nilai panas batubara.

    2. Bahan yang mudah menguap (volatile matter)

    Bahan yang mudah menguap dalam batubara adalah metan, hidrokarbon, hydrogen, karbon

    monoksida, dan gas-gas yang tidak mudah terbakar, seperti karbon dioksida dan nitrogen.

    Bahan yang mudah menguap merupakan indeks dari kandungan bahan bakar bentuk gas

    didalam batubara. Kandungan bahan yang mudah menguap berkisar antara 20% hingga 35%.

    Bahan yang mudah menguap:

    Berbanding lurus dengan peningkatan panjang nyala api, dan membantu dalam

    memudahkan penyalaan batubara.

    Mengatur batas minimum pada tinggi dan volum tungku. Mempengaruhi kebutuhan udara sekunder dan aspek-aspek distribusi. Mempengaruhi kebutuhan minyak bakar sekunder.

    3. Kadar abu dan akibatnya

    Abu merupakan kotoran yang tidak akan terbakar. Kandungan abunya berkisar antara 5%

    hingga 40%:

    Mengurangi kapasitas handling dan pembakaran. Meningkatkan biaya handling. Mempengaruhi efisiensi pembakaran dan efisiensi boiler.

    Menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan.

    4. Kadar air dan akibatnya

  • 8/19/2019 batubara analisa

    4/32

    8

    Kandungan air dalam batubara harus diangkut, di- handling dan disimpan bersama-sama

    batubara. Kadar air akan menurunkan kandungan panas per kg batubara, dan kandungannya

    berkisar antara 0,5% hingga 10%. Kadar air:

    Meningkatkan kehilangan panas, karena penguapan dan pemanasan berlebih dari uap. Membantu pengikatan partikel halus pada tingkatan tertentu. Membantu radiasi transfer panas

    5. Kadar Sulfur dan akibatnya

    Pada umumnya berkisar pada 0,5 % hingga 0,8%. Sulfur:

    Mempengaruhi kecenderungan terjadinya penggumpalan dan penyumbatan Mengakibatkan korosi pada cerobong asap,peralatan lain seperti preheater/pemanas udara

    awal dan sekitar economizers Membatasi suhu gas buang yang keluar dengan jalan memanfaatkan sisa gas buangnya

    b) Analisa ultimate

    Analisa ultimate menentukan berbagai macam kandungan kimia unsur- unsur seperti

    karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dll. Analisis ini berguna dalam penentuan jumlah udara

    yang diperlukan untuk pembakaran dan volume serta komposisi gas pembakaran. Informasi

    ini diperlukan untuk perhitungan suhu nyala dan perancangan saluran gas buang dll. Analisis

    ultimate untuk berbagai jenis batubara diberikan dalam tabel di bawah.

    Tabel 2.2 Analisa Ultimate Batu Bara

    Parameter Batubara India, % Batubara Indonesia, %

    Kadar Air 5,98 9,43

    Bahan Mineral (1,1 x Abu) 38,63 13,99

    Karbon 41,11 58,96

    Hidrogen 2,76 4,16

    Nitrogen 1,22 1,02

  • 8/19/2019 batubara analisa

    5/32

    9

    Sulfur 0,41 0,56

    Oksigen 9,89 11,88Sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia-www.energyefficiencyasia.org

    2.2 Biomassa

    2.2.1 Pengertian Biomassa

    Biomassa adalah sebuah nama yang diberikan untuk material yang tersisa dari suatu

    tanaman atau hewan seperti serbuk kayu dari hutan, sekam padi dan jerami padi dari pertanian

    serta limbah organik manusia dan hewan. Energi yang terkandung dalam biomassa berasal dari

    matahari. Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasikan menjadi molekul

    karbon lain misalnya, gula dan selulosa dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan dalam

    tanaman dan hewan diakibatkan karena memakan tumbuhan atau hewan lain maka dari itu

    didalam kotorannya terdapat suatu energi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi

    dengan kata lain energi ini dikenal dengan nama bio-energi.

    Ketika biomassa dibakar maka energi akan terlepas, umumnya energi yang dilepaskan

    dalam bentuk panas. Karbon pada biomassa bereaksi dengan oksigen diudara sehingga

    membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna jumlah karbondioksida yang dihasilkan

    akan sama dengan jumlah yang diserap dari udara saat tanaman tersebut tumbuh. Biomassa yang

    terdapat di alam bebas bila dibiarkan begitu saja di tanah maka akan terurai dalam waktu yang

    lama, melepaskan karbondioksida dan energi yang tersimpan secara perlahan – lahan. Dengan

    membakar biomassa, energi yang tersimpan akan dengan cepat terlepas dan dapat dimanfaatkan.

    Oleh karena itu proses konversi biomassa sangat bagus untuk menjadikan energi yang berguna

    meniru proses alam dengan laju yang lebih cepat. Biomassa dapat digunakan langsung misalnya

    membakar kayu digunakan untuk pemanasan, memasak, dan dapat juga digunakan untuk

    produksi biofuel cair (biodiesel dan alkohol), atau biogas yang dapat digunakan sebagai

    pengganti bahan bakar fosil. Misalnya alkohol dari tebu dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar bensin atau biogas dari kotoran hewan yang dapat digunakan sebagai bahan

    pengganti gas alam.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    6/32

    10

    2.2.2 Serbuk Kayu

    Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam menggantikan bahan bakar fosil adalah

    dengan mengkonversikan biomassa menjadi bio-oil yaitu dengan cara pirolisis. Sebagai contoh

    bahan yang dapat digunakan adalah limbah serbuk gergaji. Bahan serbuk gergaji, mudah

    diperoleh dan dapat terbarukan. Bahan ini juga banyak terdapat di Indonesia sebagai negara yang

    kaya akan kayu hutan (Alfathoni, 2002). Besar limbah serbuk gergaji yang berasal dari industri

    penggergajian adalah 15% yang terdiri dari 1,5% serbuk dari unit utama, 13% serbuk dari unit

    kedua dan 0,5% dari unit trimmer (Martono, 2003).

    Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan (2006) produksi kayu

    gergajian di Sumatera Utara pada tahun 2006 mencapai 66.616 m3. Dengan asumsi bahwa

    produksi limbah kayu gergajian sebesar 50% dan serbuk gergajian sebesar 15% (DepartemenKehutanan 1998/1999, dalam Pari, 2002) maka besarnya limbah kayu gergajian yang dihasilkan

    adalah sebesar 9.992,4m3. Besarnya produksi kayu gergajian yang terjadi pada industri

    penggergajian, ditunjukkan pada Tabel 2.3

    Tabel 2.3 Perkembangan produksi gergaji

    2.2.3 Komposisi Biomassa

    Pada tabel ultimate analysis kandungan utama yang terdapat pada biomassa adalah

    carbon, oksigen, dan hidrogen. Pada tabel ultimate analysis memperlihatkan komposisi dari 13 biomassa. Rumus kimia dari biomassa umumnya diwakili oleh C xHyOz. nilai koefisien dari x,y

    dan z ditentukan oleh masing-masing biomassa. Nilai x, y, dan z ditunjukan pada tabel berikut.

    Table 2.3 Ul timate analysis of Biomass

  • 8/19/2019 batubara analisa

    7/32

    11

    Sumber K Raveendran et.al, Influence of Mineral Matter on Biomass

    Untuk menentukan sistem energi biomassa, kandungan energi setiap jenisnya harus

    ditentukan terlebih dahulu. Nilai kalor seringkali digunakan sebagai indikator kandungan energi

    yang dimiliki setiap jenis biomassa. Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan saat bahan

    menjalani pembakaran sempurna atau dikenal sebagai kalor pembakaran. Nilai kalor ditentukan

    melalui rasio komponen dan jenisnya serta rasio unsur di dalam biomassa itu sendiri (terutama

    kadar karbon).

    1) Nilai kalor tertinggi dan terendah

    Biomassa terdiri atas senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen dan saat dibakar secara

    sempurna akan menghasilkan air dan karbon dioksida. Air dan uap air yang dihasilkan

    mengandung kalor laten yang terbebas saat kondensasi. Nilai kalor yang meliputi kalor laten

    disebut sebagai nilai kalor tinggi atau high heating value (HHV), sedangkan untuk nilai kalor

    dimana kalor laten tidak termasuk dalam sistem tersebut disebut sebagai nilai kalor rendah

    atau low heating value (LHV).

    ...……………………………………..…… (2.1)

    Dengan sampel bahan uji seperti persamaan :

    S.N Biomassa Ultimate Analysis (wt %) HHV a

    (MJ/kg)Density(kg/m 3)

    X Y Z %conversion ofcarbon

    C H N O

    1 Ampas tebu 43.8 5.8 0.4 47.1 16.29 111 3.65 5.8 2.94 812 Sabut kelapa 47.6 5.7 0.2 45.6 14.67 151 3.97 5.7 2.85 723 Batok kelapa 50.2 5.7 0.0 43.4 20.50 661 4.18 5.7 2.71 654 sabut empulur 44.0 4.7 0.7 43.4 18.07 94 3.67 4.7 2.71 745 Bonggol jagung 47.6 5.0 0.0 44.6 15.65 188 3.97 5.0 2.79 706 tangkai jagung 41.9 5.3 0.0 46.0 16.54 129 3.49 5.3 2.88 82.37 Limbah kapas 42.7 6.0 0.1 49.5 17.48 109 3.56 6.0 3.10 878 Kulit kacang 48.3 5.7 0.8 39.4 18.65 299 4.03 5.7 2.46 61.29 Jerami padi 42.7 6.0 0.1 33.0 17.48 201 3.56 6.0 2.063 5810 Sekam padi 38.9 5.1 0.6 32.0 15.29 617 3.24 5.1 2.0 6211 Tangkai padi 36.9 5.0 0.4 37.9 16.78 259 3.08 5.0 2.37 82.412 Serbuk kayu 48.2 5.9 0.0 45.1 19.78 259 4.02 5.9 2.82 70.213 Jerami gandum 47.5 5.4 0.1 35.8 17.99 222 3.96 5.4 2.24 56.5

    Average 44.6 5.5 0.3 41.8 17.32 253.84 3.72 5.49 2.61 70.89

  • 8/19/2019 batubara analisa

    8/32

    12

    …… ......... ………………………………… (2.2)

    2.2.4 Pemanfaatan Energi Biomassa.

    Agar biomassa ini dapat digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi untuk

    mengkonversi biomassa tersebut. Ada beberapa teknologi untuk mengkonversikan biomassa,

    dijelaskan pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Teknologi Biomassa

    Sumber : Jurnal Teknik Kimia Unsri,no 2 Vol 5, April 200

    Pirolisis

    Gasifikasi

    Indirectliquefaction

    Direct liquefaction

    Esterifikasi/transesterifikasi

    Syngas/gas fuel

    Pembakaranlangsung

    Panas

    Pengarangan Bahan bakar padat

    Bahan bakarcair

    Biodiese

    Biomassa

    non-thermal

    Pencernaananaerobik

    Fermentasihidrolisis

    Gas metan

    Etanol

    thermal

  • 8/19/2019 batubara analisa

    9/32

    13

    Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi

    tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Berikut

    adalah proses yang biasanya dipakai untuk memanfaatkan biomassa.

    1. Biobriket.

    Briket adalah cara yang digunakan untuk mengkonversikan energi biomassa ke bentuk

    biomassa lain dengan cara dimampatkan atau dipadatkan sehingga bentuknya menjadi lebih

    teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang

    bisa dibuat menjadi brike namun biomassa lain seperti sekam padi, arang sekam, serbuk

    kayu, dan limbah-limbah biomassa lainnya dapat dijadikan briket.

    2.

    Pirolisa.Pirolisa adalah penguraian biomassa ( lysis) karena panas ( pyro ) pada suhu yang

    lebih dari 150 oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa

    primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku

    (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap

    hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas,

    sehingga keberadaan O 2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi

    pembakaran, dengan kata lain oksigen tidak diperlukan dalam proses pirolisa.

    3. Liquification

    Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cair dengan proses

    kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cair dengan

    peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan

    lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas

    berubah bentuk menjadi cair untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam

    pemanfaatannya.

    4. Biokimia

    Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh

    proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan anaerobic

  • 8/19/2019 batubara analisa

    10/32

    14

    digestion . Anaerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH 4

    dan gas lain melalui proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah

    diperlihatkan pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Skema Pembentukan Biogas

    Sumber : Jurnal Teknik Kimia Unsri,no 2 Vol 5, April 2004

    Selain anaerobic digestion , proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalamkonversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau glukosa dapat

    difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO 2. Akan tetapi, karbohidrat harus

    mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi

    pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya

    sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didestilasi untuk mencapai kadar

    etanol di atas 99.5%.

    5. Transesterifikasi

    Transesterifikasi adalah proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada

    senyawa ester dengan alkohol.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Esterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Esterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Esterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ester

  • 8/19/2019 batubara analisa

    11/32

    15

    2.2.5 Produk Biomassa

    Terdapat tiga tipe bahan bakar yang dihasikan dari pengolahan bahan biomassa yang biasa

    digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, yaitu :

    1. Cairan (ethanol, biodiesel, dan methanol)

    2. Gas (biogas (CH 4, CO 2), producer gas (CO, H 2, CH 4, CO 2), syngas (CO, H 2)

    3. Padat (Arang)

    Penggunaan etanol dan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan tranportasi dapat

    mengurangi emisi gas CO 2. Oleh karena itu biomassa bukan hanya energi terbarukan tapi juga

    bersih atau ramah lingkungan, dan dapat digunakan sebagai sumber energi secara global.

    Biomassa merupakan sumber energi tertua yang dikenal oleh manusia, kontribusinyaterhadap total pemanfaatan energi di Indonesia bahkan di dunia masih sangat kecil. Pemahaman

    akan keterbatasan cadangan sumber energi fosil dan kepedulian terhadap keberlangsungan

    penyediaan sumber energi tersebut menyebabkan munculnya ketertarikan peneliti terhadap

    pemanfaatan biomassa pada tahun 1970an. Akan tetapi harga energi yang terus menurun saat itu

    menyebabkan perkembangan teknologi biomassa tidak begitu pesat. Hingga pada tahun 1980an

    kepedulian terhadap emisi CO 2 yang disebabkan oleh penggunaan energi fosil mengakibatkan

    dikeluarkannya peraturan Kyoto Protocol untuk membatasi emisi CO 2 yang boleh dilepas ke

    udara.

    2.3 Pasir silika

    Material hamparan ( bed material ) yang digunakan pada gasifikasi fluidized bed sangat

    berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses fluidisasi yang dihasilkan. Material hamparan

    adalah suatu jenis bahan yang digunakan pada sistem gasifikasi fluidized bed sebagai media

    fluidisasi dan media penyimpan panas. Pada gasifikasi fluidized bed , material hamparan ini akan

    difluidisasi dengan menggunakan dorongan angin gasifikasi seperti udara, oksigen, uap ataucampurannya. Jenis material hamparan yang sering digunakan pada gasifikasi adalah pasir silika,

    limestone dan dolomite .

    Dalam studi ini akan digunakan pasir silika ( quartz sand ) sebagai material hamparan,.

    karena memiliki kalor jenis ( specific heat ), merupakan material yang sangat baik dalam

  • 8/19/2019 batubara analisa

    12/32

    16

    menyimpan kalor. Semakin kecil nilai kalor jenis suatu material, maka akan semakin mudah

    untuk menaikkan suhu material tersebut. Pasir silika memiliki titik lebur yang tinggi sampai

    mencapai 1800 oC, sehingga sangat cocok digunakan untuk aplikasi gasifikasi fluidized bed .

    Disamping untuk material hamparan pada gasifikasi fluidized bed , pasir silika banyak digunakan

    dalam industri semen, gelas, pengecoran besi baja, keramik dan lain-lain.

    2.4 Gasifikasi

    Gasifikasi adalah proses yang merubah biomassa menjadi gas yang dapat dibakar. Secara

    umum, proses gasifikasi melibatkan empat tahapan proses berupa drying, pyrolisis, oksidasi

    parsial dan reduksi. Drying merupakan tahapan pertama dari proses gasifikasi, yaitu proses

    penguapan kandungan air didalam biomassa melalui pemberian sejumlah panas pada interval

    suhu 100 ~ 3000

    C. Pada drying ini, biomassa tidak mengalami penguraian unsur-unsur kimianya(dekomposisi kimia), tetapi hanya terjadi pelepasan kandungan air dalam bentuk uap air. Proses

    drying dilanjutkan dengan dekomposisi termal kandungan volatile matter berupa gas dan

    menyisakan arang karbon, dimana proses ini biasa disebut sebagai pirolisis. Proses pirolisis

    merupakan proses eksoterm yang melepas sejumlah panas pada interval suhu 300 ~ 600 0C.

    Selanjutnya sisa arang karbon akan mengalami proses oksidasi parsial, dimana proses ini

    merupakan proses eksoterm yang melepas sejumlah panas pada interval suhu diatas 600 0C.

    Panas yang dilepas dari proses oksidasi parsial ini digunakan untuk mengatasi kebutuhan panas

    dari reaksi reduksi endotermis dan untuk memecah hidrokarbon yang telah terbentuk selama

    proses pirolisis. Proses reduksi gas CO 2 dan H 2O ini terjadi pada interval suhu 400 ~ 9000C.

    Reduksi gas CO 2 melalui reaksi kesetimbangan Boudouard equilibrium reaction dan reduksi gas

    H2O melalui reaksi kesetimbangan water-gas reaction , dimana reaksi-reaksi tersebut secara

    dominan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

    Produk gas terdiri atas karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO 2), hidrogen (H 2),

    metan (CH4), sedikit hidrokarbon berantai lebih tinggi (etena, etana), air, nitrogen (apabila

    menggunakan udara sebagai oksigen), dan berbagai kontaminan seperti partikel arang, debu, tar,hidrokarbon rantai tinggi, alkali, amoniak, asam, dan senyawa-senyawa sejenisnya.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    13/32

    17

    2.4.1 Teknologi Co-Gasifikasi

    Teknologi co-gasifikasi adalah proses gasifikasi bersama antara dua jenis bahan bakar,

    dalam hal ini adalah bahan bakar utama berupa batu bara dan biomassa sampah organik

    pertanian, perkebunan, dan rumah tangga. Teknologi ini diterapkan untuk menghasilkan

    karakteristik gas yang ramah lingkungan. Sampah/biomassa memiliki kandungan sulfur dan

    nitrogen yang sangat rendah sehingga pembakarannya menghasilkan SO 2 dan NO x yang rendah

    pula

    2.4.2 Reaktor Gasifikasi

    Saat ini terdapat 3 (tiga) jenis utama reaktor gasifikasi yaitu reaktor unggun bergerak

    (moving bed ), reaktor unggun terfluidakan (fluidized bed ), dan reaktor entrained flow . Ketiga

    jenis reaktor tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing yang akan diuraikan pada sub bab berikutnya.

    Tabel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Gasifier

    Jenis gasifier Kelebihan Kelemahan

    UpdraftGasifier

    a. menghasilkan pembakaran yang

    sangat bersih

    b. lebih mudah dioperasikan

    c. arang yang dihasilkan lebih sedikit

    a. menghasilkan sedikit

    metan

    b. tidak dapat beroperasi

    secara kontinyu

    c. gas yang dihasilkan

    tidak kontinyu

    DwondraftGasifier

    a. dapat beroperasi secara kontinyu

    b. suhu gas tinggi

    a. tar yang dihasilkan lebih

    banyak

    b. produksi asap terlalu

    banyak selama operasi

    c. menghasilkan arang

    lebih banyak

    Crossdraft

    Gasifier

    a. suhu gas yang keluar tinggi

    b. reduksi CO2 rendah

    a. komposisi gas yang

    dihasilkan kurang bagus

  • 8/19/2019 batubara analisa

    14/32

    18

    c. kecepatan gas tinggi

    d. tempat penyimpanan,

    pembakaran dan zona reduksi

    terpisah

    e. kemampuan pengoperasiannya

    sangat bagus

    f. waktu mulai lebih cepat

    b. gas CO yang dihasilkan

    tinggi, gas H rendah

    c. gas metan yang

    dihasilkan juga rendah

    Fluidized bed

    Gasifier

    a. reaktor mempunyai kemampuan

    untuk memproses fluida dalam

    jumlah yang besar

    b. pengendalian temperatur lebih

    baik

    c. pencampuran (mixing) yang

    bagus untuk katalis dan reaktan

    a. rancang bangunannya

    kompleks sehingga

    biaya pembuatannys

    mahal

    b. jarang digunakan di

    dalam laboratorium

    1. Updraft Gasif ier

    Pada tipe ini udara masuk melalui arah bawah dan mengoksidasi arang secara parsial untuk

    Gambar 2.3 Updraf t gasif ier

    Sumber : Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004

    menghasilkan CO dan H 2 (jika digunakan uap) dan ditambah N 2 (jika digunakan udara).

    Gas ini kemudian bertemu dengan biomassa. Gas yang sangat panas tersebut mempirolisa

  • 8/19/2019 batubara analisa

    15/32

    19

    biomassa, menghasilkan karbon padatan (arang), uap air dan 10 - 20% uap minyak pada

    temperatur 100 - 400 oC, tergantung pada kadar air biomassa. Selanjutnya arang akan dioksidasi

    parsial oleh udara dan menghasilkan gas.

    2. Downdraft Gasif ier

    Udara masuk menyebabkan pirolisis ( flaming pyrolisis ) biomassa. Proses ini

    mengkonsumsi uap-uap minyak dan menghasilkan gas reduksi partial CO, CO2, H2 dan H20,

    serta sedikit metan sekitar 0,1%. Gas panas bereaksi dengan arang untuk mereduksi gas lebih

    lanjut dan meninggalkan sekitar 2-5% abu arang. Berdasar gas yang perlukan untuk proses

    gasifikasi, terdapat gasifikasi udara dan gasifikasi uap. Gafisikasi udara, dimana gas yang

    digunakan untuk proses gasifikasi adalah udara. Gasifikasi uap, gas digunakan untuk proses

    adalah uap.

    Gambar 2.4 Downdraf t Gasif ier

    Sumber : Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004

    3. Crossdraf t Gasif ierMungkin gasifikasi tipe cross-draft lebih menguntungkan dari pada updraft dan down-draft

    gasifier. Keuntungannya seperti suhu gas yang keluar tinggi, reduksi CO 2 yang rendah dan

    kecepatan gas yang tinggi yang dikarenakan desainnya. Tidak seperti down-draft dan up-drat

    gasifier, tempat penyimpanan, pembakaran, dan zona reduksi pada cross-draft gasifier terpisah.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    16/32

    20

    Untuk desain bahan bakar yang terbatas untuk pengoperasian rendah abu bahan bakar seperti

    kayu, batu bara, limbah pertanian. Kemampuan pengoperasiannya sangat bagus, menyebabkan

    konsentrasi sebagian zona beroperasi diatas suhu 200 oC. Waktu mulai ( start up ) 5-10 menit jauh

    lebih cepat daripada down-draft dan up-draft gasifier. Pada cross-draft dapat menghasilkan

    temperatur yang relatif tinggi, komposisi gas yang dihasilkan kurang baik seperti tingginya gas

    CO dan rendahnya gas hidrogen serta gas metana.

    Gambar 2.5 Crossdraft Gasif ier

    Sumber : Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004

    4. F lu idi sed bed gasif iers

    Gasifikasi fluidised bed ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah operasional

    pada gasifikasi moving bed yang menghasilkan kadar abu yang tinggi, tetapi sangat cocok untuk

    kapasitas lebih besar (lebih besar dari 10 MWth) pada umumnya. Fitur dari gasifikasi fluidised

    bed dapat dibandingkan dengan pembakaran fluidised bed . Dibandingkan dengan moving bed

    gasifiers yang temperatur gasifikasinya relatif rendah sekitar 750-900°C. Dalam moving bed

    gasifiers suhu di zona perapian mungkin setinggi 1200°C, dalam gasifiers arang suhunya bahkan

    1500°C. Bahan bakar ini dimasukkan ke dalam pasir panas yang dalam keadaan suspensi

    (fluidised bed gelembung) atau sirkulasi (sirkulasi fluidised bed). Bed berperilaku kurang lebih

    seperti fluida dan ditandai dengan turbulensi yang tinggi. Pencampuran partikel bahan bakar

  • 8/19/2019 batubara analisa

    17/32

    21

    yang sangat cepat dengan material bed, sehingga dalam pirolisis cepat dan jumlah gas pirolisis

    yang relatif besar. Karena suhu rendah konversi tar tidak terlalu tinggi.

    Gambar 2.6 F lu idi zed bed gasif iers

    Sumber : Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004

    Tabel 2.5 Aspek-aspek Teknis Gasifikasi menggunakan F lui dized Bed

    Gasifikasi bertekanan

    (+) Peralatan disisi hilir lebih kecil dan secara

    umum lebih murah terutama untuk peralatan

    berskala kecil

    (-) Reaktor gasifikasi ( gasifier ) memakan biaya

    yang lebih besar apabila skala proses lebih

    kecil

    (-) Sulit menjaga laju massa di dalam gasifier

    agar tetap konstan, sehingga pengalaman

    operasi masih terbatas pada proyek-proyek

    demo

    Gasifikasi atmosferik

    (-) Ukuran peralatan di sisi hilir lebih besar

    (+) Reaktor gasifikasi ( gasifier ) memakan biaya

    yang lebih murah apabila skala proses lebih

    kecil

    (+) Terdapat banyak pengalaman komersial

    menggunakan udara sebagai agen gasifikasi

    Oksigen

    (-) Dibutuhkan pabrik pemisahan udara, sehingga

    skala kecil kurang ekonomis

    (+) Tidak terjadi pelarutan gas sintesis oleh N 2

    Udara

    (+) Proses lebih murah

    (+) Gas sintesis larut dalam N 2, berpengaruh

    pada selektivitas C 5+

    Pemanasan langsung

    (+) Produksi tar lebih sedikit

    Pemasan Tidak Langsung

    (-) Produksi tar lebih banyak

  • 8/19/2019 batubara analisa

    18/32

    22

    Sumber: Exploration of the possibelities for production of Ficher Tropsch liquids and power via biomass

    gasification, Tijmensu, 2002

    5. Recirculasi/ Cyclonic Cyclonic merupakan unit utama yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi gasifikasi

    dengan jalan membakar kembali melalui proses sirkulasi. Gas panas dan tar,debu bercampur

    kembali ke reactor. Siklon ini menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dari gas

    dengan mengarahkan aliran gas menuju jalur melingkar. Karena pengaruh gaya inersia, partikel

    tidak akan mampu mengikuti jalur tersebut sehingga akan terpisahkan dari aliran gas. Meskipun

    secara fisik pemisahan partikel cukup kompleks, filter siklon dengan kinerja yang sudah

    diprediksikan sebelumnya dapat dirancang menggunakan teknologi teoritis dan empiris yang

    sudah dikembangkan selama ini.

    Siklon (seringkali dirancang sebagai tube berbentuk U) umumnya digunakan sebagai

    langkah pembersihan gas yang paling pertama di sebagian besar sistem gasifikasi karena unit ini

    dipandang cukup efektif dan relatif murah untuk dibangun dan dioperasikan. Di dalam gasifier

    unggun terfluidakan ataupun entrained bed, siklon merupakan bagian terintegrasi dalam

    perancangan reaktor yang digunakan untuk memisahkan material unggun dan partikel lainnya

    dari aliran gas.

    Partikel ini efektif untuk memisahkan partikel yang ukurannya lebih besar dan dapatdioperasikan pada rentang temperatur yang cukup besar. Batasan utamanya hanya pada segi

    bahan konstruksi. Siklon, seringkali dirancang dalam bentuk beberapa unit yang dipasang seri

    (multi-clones), dapat memisahkan >90% partikel berdiameter 5 micron dengan penurunan

    tekanan minimum 0,01 atm. Pemisahan partikel dengan diameter 1-5 micron secara parsial juga

    masih memungkinkan, namun Siklon menjadi tidak efektif untuk memisahkan partikel sub-

    micron. Karena siklon dapat dioperasikan pada temperatur tinggi, panas sensible dalam produk

    gas dapat dipertahankan.

    Siklon juga dapat memisahkan tar yang terkondensasi dan material alkali dari aliran gas,

    namun bentuk uap dari kedua jenis kontaminan tersebut masih akan terbawa oleh aliran gas.

    Dalam praktiknya, pemisahan sejumlah tar secara signifikan dapat dilakukan secara sekuensial

    dengan cara memisahkan partikel.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    19/32

    23

    Teknologi siklon merupakan teknologi yang sudah matang dan pengembangannya di

    masa depan akan terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih maximal.

    Gambar 2.7 cyclone CFB

    Konsep gasifikasi CFB di Finland, dilengkapi dengan cyclone sistem.

    Sumber: Technical Research Centre of Finland 2002

    6. Reaktor Entrained FlowReaktor entrained flow dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu slagging dan non slagging.

    Di dalam gasifier slagging , komponen-komponen yang terbentuk dari parikel debu dapat meleleh

    di dalam gasifier, mengalir turun di sepanjang dinding reaktor, dan meninggalkan reaktor dalam

    bentuk slag cair. Secara umum, laju alir massa slag sekurang-kurangnya 6 % dari laju alir bahan

    bakar untuk memastikan proses berjalan dengan baik. Di dalam gasifier non slagging , dinding

    reaktor tetap bersih dari slag. Jenis gasifier ini cocok untuk umpan yang kandungan partikel debu

    nya tidak terlalu tinggi.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    20/32

    24

    Gambar 2.8 reaktor entrained flow

    Sumber : Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004

    Kelakuan partikel debu yang dihasilkan oleh biomassa diteliti secara detail oleh

    Boerrigter H., dkk (2004). Hasil eksperimen menunjukkan bahwa partikel debu yang dihasilkan

    oleh biomassa, khususnya biomassa kayu, sulit meleleh pada temperatur operasi gasifier

    entrained flow (1300-1500 oC). Hal tersebut disebabkan kenyataan bahwa partikel debu tersebut

    banyak mengandung CaO. Oleh karena itu gasifier non slagging sepertinya menjadi pilihan

    utama untuk proses gasifikasi, juga dengan pertimbangan bahwa jenis gasifier ini lebih murah.

    Akan tetapi gasifier entrained flow jenis slagging lebih disukai untuk operasi gasifikasi dengan

    umpan biomassa. Alasan yang paling penting adalah (1) pelelehan sebagian kecil komponen

    partikel debu tidak akan pernah dapat dihindari dan (2) gasifier entrained flow jenis slagging

    lebih fleksibel terhadap jenis biomassa yang akan digunakan.

    Fleksibilitas jenis umpan ini bahkan dapat diperluas hingga ke batu bara. Penambahan

    agen fluks seperti silica atau clay diperlukan. Selain itu recycle slag juga diperlukan.

    Penggunaan reaktor entrained flow jenis slagging untuk batu bara sudah dapat diaplikasikan.

    Oleh karena itu, penambahan material fluks menyebabkan slag yang dihasilkan melalui

    gasifikasi biomassa menjadi mirip dengan slag yang dihasilkan oleh gasifikasi batu bara.

    Sehingga tidak terdapat permasalahan untuk proses gasifikasi itu sendiri apabila umpan yang

    digunakan bukan batu bara, melainkan biomassa.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    21/32

    25

    Akan tetapi tantangan utama yang timbul adalah dalam hal pengumpanan biomassa.

    Sebagaimana telah dikaji oleh peneliti-peneliti di seluruh dunia, proses gasifikasi dapat terjadi

    pada tekanan yang berbeda, melalui proses pemanasan langsung ataupun tidak langsung, serta

    menggunakan udara atau oksigen.

    2.4.3 Dasar Proses Gasifikasi

    1. Zona Pengeringan

    Bahan bakar padat dimasukkan ke dalam gasifier di atas. Hal ini tidak perlu menggunakan

    peralatan pengumpanan bahan bakar yang kompleks, karena sejumlah kecil kebocoran udara

    dapat ditoleransi di tempat ini. Sebagai akibat dari perpindahan panas dari bagian bawah gasifier ,

    pengeringan bahan bakar biomassa terjadi di bagian bungker. Uap air akan mengalir ke bawahdan menambah uap air yang terbentuk di zona oksidasi. Bagian dari itu dapat direduksi menjadi

    hidrogen dan sisanya akan berakhir sebagai kelembaban dalam gas.

    2. Zona Pirolisis

    Tidak seperti pembakaran, pirolisis terjadi pada tempat yang tidak terdapat oksigen,

    kecuali dalam kasus di mana oksidasi parsial diperbolehkan untuk menyediakan energi termal

    yang dibutuhkan untuk proses gasifikasi. Terdapat tiga variasi pirolisis.

    a. mild pyrolysis

    b. slow pyrolysis

    c. fast pyrolysis

    Pada pirolisis melokel besar hydrocarbon dipecah menjadi partikel kecil hydrocarbon .

    Fast pyrolysis hasil utamanya adalah bahan bakar cair, slow pyrolysis menghasilkan gas dan

    arang. Mild pyrolysis yang saat ini sedang dipertimbangkan untuk pemanfaatan biomassa yang

    efektif. Pada proses ini biomssa dipanaskan 200-300 0C tanpa kontak dengan oksigen. Struktur

    kimia dari biomssa diubah, dimana menghasilkan carbon dioksida, carbon monoksida, air, asam

    asetat, dan methanol. Mild pyrolysis meningkatkan densitas energi dari biomssa.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    22/32

    26

    Pada suhu di atas 250°C, bahan bakar biomassa dimulai pyrolysing . Rincian pirolisis ini

    reaksi yang tidak dikenal, tetapi orang bisa menduga bahwa molekul-molekul besar (seperti

    selulosa, hemi-selulosa dan lignin) terurai menjadi molekul berukuran sedang dan karbon ( char )

    selama pemanasan bahan baku. Produk pirolisis mengalir ke bawah ke zona pemanasan pada

    gasifier . Beberapa akan dibakar di zona oksidasi, dan sisanya akan memecah bahkan molekul

    yang lebih kecil dari hidrogen, metana, karbon monoksida, etana, etilena, dll jika tetap berada di

    zona panas cukup lama. Jika waktu tinggal di zona panas terlalu pendek atau suhu terlalu rendah,

    maka molekul berukuran menengah dapat melarikan diri dan akan mengembun sebagai tar dan

    minyak, dalam suhu rendah bagian dari sistem. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis

    beserta produknya adalah:

    biomassa char + tar + gases (CO 2; CO; H 2O; H 2; CH 4; CxHy)

    3. Zona Oksidasi

    Zona pembakaran (oksidasi) dibentuk pada tingkat di mana oksigen (udara) dimasukkan.

    Reaksi dengan oksigen sangat eksotermik dan mengakibatkan kenaikan tajam suhu sampai 1200-

    1500°C. Sebagaimana disebutkan di atas, fungsi penting dari zona oksidasi, selain penghasil

    panas, adalah untuk mengkonversi dan mengoksidasi hampir semua produk terkondensasi dari

    zona pirolisis. Untuk menghindari titik-titik dingin di zona oksidasi, kecepatan udara masuk dangeometri reaktor harus dipilih dengan baik. Umumnya dua metode yang digunakan untuk

    mendapatkan suhu distribusi:

    1) mengurangi luas penampang pada ketinggian tertentu dari reaktor (konsep

    "tenggorokan").

    2) penyebaran nozel inlet udara di atas lingkar mengurangi cross-sectional area , atau

    alternatif menggunakan inlet udara sentral dengan perangkat penyemprotan.

    4. Zona Reduksi

    Produk reaksi dari zona oksidasi (gas panas dan bara arang ) bergerak turun

    ke zona reduksi. Di zona ini masuk panas sensible dari gas dan arang dikonversi sebanyak

    mungkin menjadi energi kimia dari gas produser. Produk akhir dari reaksi kimia yang terjadi di

  • 8/19/2019 batubara analisa

    23/32

    27

    zona reduksi adalah gas mudah terbakar yang dapat digunakan sebagai bahan bakar gas dalam

    pembakaran dan setelah pembuangan abu dan pendinginan cocok untuk motor bakar dalam.

    Abu yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa kadang-kadang harus dibuang dari gasifier .

    Karena biasanya timbul perapian di dasar peralatan dan dengan demikian membantu untuk

    mencegah penyumbatan yang dapat menyebabkan obstruksi aliran gas. Berikut adalah reaksi

    kimia yang terjadi pada zona tersebut :

    Bourdouar reaction:

    C + CO 2 = 2 CO – 172 (MJ/kmol)

    Steam-carbon reaction :

    C + H 2O = CO + H 2 – 131 (MJ/kmol)

    Water-gas shift reaction:

    CO + H 2O = CO 2 + H 2 + 41 (MJ/kmol)

    CO methanation :

    CO + 3 H 2 – 206 (MJ/kmol) = CH 4 + H 2O

    2.4.4 Parameter – Parameter Penting dalam Proses Gasifikasi

    Menurut Belonio (2005), parameter – parameter penting yang harus dipertimbangkan

    dalam proses gasifikasi, yaitu :

    1) Temperatur gasifikasi

    Temperatur gasifikasi harus tinggi karena dalam tahap pertama gasifikasi adalah

    pengeringan untuk menguapkan kandungan air dalam batu bara dan biomassa agar

    menghasilkan gas yang bersih. Temperatur yang tinggi juga dapat berpengaruh dalam

    menghasilkan gas yang mudah terbakar. Sehingga untuk mempertahankan temperatur, maka

    tangki reaktor diisolasi dengan bata tahan api agar tidak ada panas yang keluar ke lingkungan

    sehingga efisiensi reaktor menjadi baik.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    24/32

    28

    2) Spesific Gasification Rate (SGR)

    SGR mengindikasikan banyaknya biomassa rata-rata yang dapat tergasifikasi dalam

    gasifier. Jika SGR semakin besar maka proses gasifikasi tidak berjalan secara sempurna,

    sebaliknya jika SGR semakin kecil maka proses gasifikasi berjalan lambat. SGR dapat

    dihitung dengan cara :

    SGR = . …………………………………………….. ...(2.1)

    3) FCR ( Fuel Consumtion Rate )

    Biomassa yang dibutuhkan pada proses gasifikasi dapat dihitung menggunakan

    rumus:

    FCR = ……………………………………………… .(2.2)

    = ……………………………………………….(2. 3)

    4) GFR (Gas Fuel Ratio) .

    GFR (Gas Fuel Ratio) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

    GFR = ....... ……………………………………………….…(2. 4)

    5) Prosentase (%) Char

    Prosentase (%) char adalah perbandingan banyaknya arang yang dihasilkan dengan

    banyaknya biomassa yang dibutuhkan.Prosentase( %) char dapat dihitung menggunakan

    rumus :

    % char = ......... …...……….………………...…………….….(2. 5

  • 8/19/2019 batubara analisa

    25/32

    29

    6) Waktu konsumsi bahan bakar

    Hal ini mengacu pada total waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar mengubah

    menjadi gas dari bahan bakar padat di dalam reaktor. Ini termasuk waktu untuk menyalakan

    bahan bakar dan waktu untuk menghasilkan gas, ditambah waktu untuk benar-benar

    membakar semua bahan bakar dalam reaktor. Kepadatan dari bahan bakar padat ( ρ), volume

    reaktor (Vr), dan konsumsi bahan bakar tingkat (FCR) adalah faktor yang digunakan dalam

    menentukan total waktu untuk mengkonsumsi bahan bakar padat dalam reaktor. Seperti

    ditunjukkan di bawah, ini dapat dihitung menggunakan rumus :

    T = ………………………………………………………………………………... .(2.6)

    Dimana:

    FCR = Fuel Consumption Rate (kg/hr)

    T = Waktu konsumsi bahan bakar (hr)

    = Massa jenis Bahan bakar (kg/m 3)

    7) Jumlah udara dibutuhkan untuk gasifikasi

    Hal ini mengacu pada laju aliran udara yang diperlukan untuk mengubah bahan bakar padat menjadi gas . Hal ini sangat penting dalam menentukan ukuran kipas angin atau blower

    yang dibutuhkan untuk reaktor di gasifying serbuk kayu. Seperti ditunjukkan, ini dapat hanya

    ditentukan dengan menggunakan tingkat konsumsi serbuk kayu bahan bakar (FCR), udara

    stoikiometri dari bahan bakar (SA), dan rasio ekuevalensi ( ε) untuk gasifying 0,3 sampai 0,4.

    Seperti ditunjukkan, ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    AFR = ..... …….…………………………………………………………….. (2.7)

    Dimana:

    AFR = Air Fuel Rate (tingkat aliran udara) (m 3/jam)

  • 8/19/2019 batubara analisa

    26/32

    30

    FCR = Fuel Consumption Rate (kg/jam)

    = Massa jenis udara (1,25 kg/m 3)

    ε = Rasio ekuivalensi (0,3-0,4)

    SA = Udara stoikiometri dari bahan bakar padat

    2.4.5 Efisiensi gasifikasi

    Penelitian parameter-parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifier dilakukan oleh

    Jayah, dkk (2003). Parameter-parameter tersebut yaitu kandungan moisture, temperatur udara

    masuk, dan heat loss . Mereka menyimpulkan bahwa kandungan moistur bahan-bakar semakin

    tinggi, nilai kalor syngas semakin rendah, dengan kata lain efisiensi gasifikasi semakin kecil

    dengan tingginya kandungan moisture bahan-bakar. Nilai tertinggi dari kandungan moistur dari bahan-bakar tidak boleh lebih dari 33%. Untuk pengaruh temperatur udara masuk, semakin

    tinggi temperatur udara masuk gasifier akan menaikan efisiensi gasifikasi. Disamping itu,

    pemanasan udara masuk bisa

    menurunkan air fuel ratio . Sedangkan pengaruh besarnya heat loss , semakin kecil heat loss

    semakin besar pengaruhnya terhadap efisiensi konversi gasifikasi.

    Prins, dkk., (2007) menjabarkan beberapa parameter penting yang mempengaruhi efisien

    gasifikasi. Khususnya pengaruh temperatur dan besarnya nilai dari equivalen ratio gasifikasi.

    Untuk bahan-bakar biomassa dengan nilai prosentasi karbon yang rendah, temperatur gasifikasi

    dikondisikan pada 782 0 C - 927 0 C pada equivalen ratio 0,244 - 0,295. Pada equivalen ratio yang

    lebih rendah, jumlah udara menjadi berlimpah menjadikan panas banyak terbuang, efisiensi

    gasifikasi turun. Untuk memastikan semua karbon bereaksi, temperature harus tinggi > 927 0C

    dan equivalen ratio 0,4. Tetapi, pada kondisi tersebut prosentase tar yang dihasilkan sangat

    tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, ada dua cara yaitu memanaskan udara masuk gasifier dan

    memperlama waktu tinggal ( residence time ) produk gas.

    Efisiensi gasifikasi didapat dengan perbandingan energi input dan energi output daricarbon convertion rate (CCR). Dalam hal ini yaitu apabila gas sebuah proses gasifikasi

    dimanfaatkan untuk proses pembakaran dalam maka efisiensi gasifikasi merupakan efisiensi

    cold-gas dimana gas yang dihasilkan akan didinginkan sampai temperature ambient sebelum

    dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Untuk cold-gas efisiensi dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • 8/19/2019 batubara analisa

    27/32

    31

    ………………………………………………………………………..…….…(2.8 )

    Dimana:M b = Fuel consumption ( kg/sec)

    C b = Heating value of fuel ( kJ/m3)

    Vg= Gas generation rate (m3/sec)

    qg = Heating value of the gas (kJ/m3)

    2.5 Fluidisasi

    Bila suatu zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel padat pada

    kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak. Jika kecepatan fluida berangsur-angsur

    dinaikan partikel-partikel itu akhirnya akan mulai bergerak dan melayang di dalam fluida. Istilah

    “fluidisasi” ( fluidization ) dan “hamparan fluidisasi” ( fluidized bed ) bisa digunakan untuk

    memeriksa keadaan partikel yang seluruhnya dalam keadaan melayang (suspensi), karena

    suspense ini berlaku seakan-akan fluida rapat. Jika hamparan itu dimiringkan, permukaan

    atasnya akan tetap horizontal. Dan benda-benda besar akan mengapung atau tengelam di dalam

    hamparan itu tergantung pada perbandingan densitasnya terhadap suspense zat padat yang

    terfluidisasi dapat dikosongkan dari hamparannya melalui pipa dan katup sebagaimana halnyasuatu zat cair dan sifat fluidisasi ini merupakan keuntungan utama dari penggunaan fluidisasi

    menangani zat padat.

    2.5.1 Karakteristik Fluidisasi

    Bila zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel pada kecepatan

    rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak (diam). Jika kecepatan fluida berangsur-angsur

    dinaikkan, partikel-partikel itu akhirnya akan mulai bergerak dan melayang di dalam fluida, serta

    berperilaku seakan-akan seperti fluida rapat.

    Jika hamparan itu dimiringkan, permukaan atasnya akan tetap horizontal, dan benda-

    benda besar akan mengapung atau tengelam di dalam hamparan itu tergantung pada

    perbandingan densitas dari partikel tersebut.

  • 8/19/2019 batubara analisa

    28/32

    32

    2.5.2 Jenis-Jenis Fluidisasi

    1. Fluidisasi Partikulat (Particulate Fluidization)

    Fluidisasi partikulat adalah jenis fluidisasi yang menggunakan zat cair sebagai fluidanya.

    Ekspansi hamparan yang terjadi cukup besar dan seragam pada kecepatan tinggi. Partikel-

    partikel itu bergerak menjauh satu sama lain dan gerakannya bertambah hebat dengan

    meningkatnya kecepatan, tetapi densitas hamparan rata-rata pada kecepatan tinggi.

    2. Fluidisasi Gelembung (Bubbling Fluidization)

    Fluidisasi gelembung adalah jenis fluidisasi yang menggunakan udara sebagai fluidanya.

    Pada fluidisasi ini kebanyakan gas akan mengalir melalui hamparan dalam bentuk gelembungatau rongga-rongga yang tidak berisikan zat padat dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir

    dalam saluran-saluran yang berbentuk diantara partikel. Gelembung yang terbentuk berprilaku

    hampir seperti gelembung udara didalam air atau gelembung uap didalam zat cair yang

    mendidih. Karena itu fluidisasi jenis ini kadang-kadang dinamai dengan istilah hamparan didih

    (boiling bed)

    2.5.3 Rumus-rumus Umum Fluidisasi

    Volume dan Luas Permukaan Padatan

    Volume padatan:

    Vs = (m 3) ..……………………………………………………….…(2. 10)

    Luas permukaan padatan:

    As = (m 2) ……………………………………………….,………...… (2.11)

    dimana: A s = luas permukaan padatan (m 2)

    Vs = volume padatan (m3)

    φ = sphericity (faktor kebolaan)

  • 8/19/2019 batubara analisa

    29/32

    33

    dm = diameter rata-rata (m)

    2.5.4 Fraksi Ruang Kosong ( voidage )

    (m s m b)

    .................................................................(2.12)

    2.5.5 Kecepatan Minimum Fluidisasi (U mf )

    Langkah pertama adalah menentukan fraksi ruang kosong (εmf ) yang terjadi di dalam bed

    (hamparan) dengan mengunakan persamaan sebagai berikut:

    dimana: φ = faktor kebolaan pasir silika

    Selanjutnya adalah menentukan bilangan Archimedes ( Ar ) dengan menggunakan

    persamaan sebagai berikut:

    dimana: Ar = bilangan Archimedes

    g = percepatan gravitasi bumi (m/detik)

    dp = diameter partikel pasir silika (m)

    ρg = densitas udara (kg/m3)

    ρ p = densitas pasir silika (kg/m3)

    μ = viskositas udara (kg/m.detik)

  • 8/19/2019 batubara analisa

    30/32

    34

    Bilangan Archimedes ( Ar ) ini akan digunakan untuk menentukan bilangan Reynolds

    ( Remf ) dengan menggunakan Ergun equation sebagai berikut:

    Setelah bilangan Reynolds dapat dihitung dengan rumus di atas, maka kecepatan

    minimum fluidisasi (U mf ) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    Umf = (m/s) …………………………………………………………... (2.13)

    2.5.6 Ekspansi Ketinggian Hamparan Fluidisasi (ΔHa)

    Kecepatan bubble (U b) :

    dimana: Ub = kecepatan bubble (m/detik)

    U = kecepatan fluidisasi

    k = konstanta (1)

    Umf = kecepatan minimum fluidisasi (m/detik)g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s 2)

    dB = diameter bubble (meter)

    Ekspansi ketinggian hamparan fluidisasi (ΔHa) :

    ΔH a = H a – Hmf = (U – U mf ) t bubble …… ...…………………… .(2.14)

    2.6 Pembakaran Bahan bakar

    2.6.1 Nilai Pembakaran

  • 8/19/2019 batubara analisa

    31/32

    35

    Bila di dalam 1 kg bahan bakar yang terdiri dari C kg karbon, H kg Hidrogen, O kg

    Oksigen, S kg Belerang, N kg Nitrogen, A kg abu, W kilogram air maka dapat dihitung nilai

    pembakaran atau heating value dari bahan bakar tersebut, yaitu jumlah panas yang dihasilkan

    dari pembakaran yang sempurna dari 1kg bahan bakar yang dimaksud. Berdasarkan buku ketel

    uap (Djokosetyardjo, 1989) tentang pembakaran bahan bakar rumus untuk mentukan heating

    value adalah sebagai berikut:

    Qhigh = 33915 C + 144033 ( H - O/8 ) + 10648 S (kJ/kg) ………..……… ....……………... (2.15)

    Q low = 33915 C + 121423 ( H - O/8 ) + 10648 S – 2512(W + 9 x O/8) (kJ/kg) ……………. (2.16)

    Qhigh = nilai pembakaran tertinggi atau highest heating value , yang dalam hal ini uap air

    yang terbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas pengembunannya turut dihitung serta dinilai sebagai panas pembakaran yang terbentuk.

    Qhigh = nilai pembakaran tertinggi atau lowest heating value , yang dalam hal ini uap air

    yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas

    pengembunannya tidak turut dihitung serta tidak dinilai sebagai panas pembakaran yang

    terbentuk.

    2.6.2 Jumlah Udara Pembakaran

    Jika susunan bahan bakar diketahui, maka dapat dihitung jumlah kebutuhan udara

    pembakaran untuk pembakaran sempurna. Sebelum menghitung kebutuhan udara pembakaran,

    terlebih dahulu menghitung oksigen yang diperlukan untuk setiap kandungan C dan H yang

    mengikat oksigen dalam pembakaran.

    Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO 2 menurut persamaan:

    C + O 2 =CO 2

    12 kg C + 32 kg O 2 = 44 kg CO 2

    1kg C + 32/12 O 2 = 44/12 CO 2

    1kg C + 2,67 O 2 = 3,67 CO 2 ………………………………………………………… .(2.17)

    Hidrogen (H) terbakar menjadi H 20 menurut persamaan:

  • 8/19/2019 batubara analisa

    32/32

    36

    4 H + O 2 = 2H 2O

    4 kg H + 32 O 2 = 36 kg H 2O

    1kg H + 8kg O 2 = 9 kg H 2O ………………………………………………………… (2.18)

    Belerang (S) terbakar berdasarakan persamaan:

    S + O 2 = SO 2

    32 kg S + 32 kg O 2 = 64 kg SO 2

    1 kg S + 1 kg O 2 = 2 kg SO 2 ………………………………………………………… .(2.19)