Batik Motif Kawung dan Maknanya dalam Kehidupan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki beraneka macam kekayaan, baik itu kekayaan alam, kekayaan kesenian, kekayaan kerajinan, dan masih banyak yang lain. Salah satu wujud dari kekayaan tersebut adalah batik. Siapa yang tidak mengenal batik. Batik adalah sebuah kerajinan yang terbuat dari kain yang diberi hiasan berupa motif, warna, ornamen yang dibuat dengan cara di tulis dengan canting atau di cap. Batik juga merupakan hasil kerajinan yang paling digemari, karena keindahan yang ditampilkan dari sehelai kain batik tersebut. Dari keindahan itu memunculkan beraneka macam makna yang oleh kita sebagai penikmat dan pengemar batik belum tentu mengetahuinya. Batik juga dapat dikatakan sebagai sarana akulturasi budaya. Dikatakan demikian karena batik dalam perkembanganya sampai saat ini terdapat banyak sekali perubahan-perubahan. Perubahan ini terjadi karena budaya umum yang ada pada saat atau masa itu. Pada masa Hindu, batik cenderung diwarnai motif-motif dan corak yang berhubungan dengan agama Hindu. Pada masa Islam, batik juga diwarnai oleh motif dan corak-corak yang islami, walaupun motif-motif dan corak-corak peninggalan Hindu masih ada, namun hanya sebagai tambahan saja. Demikian selanjutnya sampai sekarang batik diwarnai oleh berbagai macam budaya pada masa batik itu ada. Batik yang merupakan salah satu kekayaan kerajinan Indonesia yang sangat indah memiliki keunggulan yang bermacam-macam. Selain dijadikan sebagai sebuah hasil karya, kerajinan batik juga bisa dijadikan pedoman serta tuntunan hidup sehari-hari karena dalam selembar kain batik tersirat berbagai makna yang dapat dijadikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Batik Motif Kawung dan Maknanya dalam Kehidupan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki beraneka macam kekayaan, baik itu kekayaan alam, kekayaan kesenian, kekayaan kerajinan, dan masih banyak yang lain. Salah satu wujud dari kekayaan tersebut adalah batik. Siapa yang tidak mengenal batik. Batik adalah sebuah kerajinan yang terbuat dari kain yang diberi hiasan berupa motif, warna, ornamen yang dibuat dengan cara di tulis dengan canting atau di cap. Batik juga merupakan hasil kerajinan yang paling digemari, karena keindahan yang ditampilkan dari sehelai kain batik tersebut. Dari keindahan itu memunculkan beraneka macam makna yang oleh kita sebagai penikmat dan pengemar batik belum tentu mengetahuinya.
Batik juga dapat dikatakan sebagai sarana akulturasi budaya. Dikatakan demikian karena batik dalam perkembanganya sampai saat ini terdapat banyak sekali perubahan-perubahan. Perubahan ini terjadi karena budaya umum yang ada pada saat atau masa itu. Pada masa Hindu, batik cenderung diwarnai motif-motif dan corak yang berhubungan dengan agama Hindu. Pada masa Islam, batik juga diwarnai oleh motif dan corak-corak yang islami, walaupun motif-motif dan corak-corak peninggalan Hindu masih ada, namun hanya sebagai tambahan saja. Demikian selanjutnya sampai sekarang batik diwarnai oleh berbagai macam budaya pada masa batik itu ada.
Batik yang merupakan salah satu kekayaan kerajinan Indonesia yang sangat indah memiliki keunggulan yang bermacam-macam. Selain dijadikan sebagai sebuah hasil karya, kerajinan batik juga bisa dijadikan pedoman serta tuntunan hidup sehari-hari karena dalam selembar kain batik tersirat berbagai makna yang dapat dijadikan petunjuk hidup bagaimana manusia berbuat agar menjadi manusia yang unggul dibandingkan dengan manusia lain. Makna-makna batik terkandung dari beraneka corak, warna, dan ornamen yang menghiasi batik tersebut. Berbagai macam makna dan nilai dapat ditampilkan dari selembar kain batik. Yang dapat kita ketahui sebagai masyarakat awam adalah nilai keindahan atau seni dari batik. Namun dalam sehelai kain batik yang indah itu selain mempunyai nilai seni juga tersirat nilai-nilai kehidupan yang menjadikan manusia itu menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. Bagaimana manusia menjadi baik, bahagia, jujur, arif-bijaksana, adil dan sebagainya yang dapat menjadikan manusia itu dipandang baik bagi kehidupan.
Makna Motif Kawung pada Batik
Salah satu makna dari kain batik dapat dilihat dari motifnya. Motif kawung misalnya, motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif kawung diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling, selain itu
motif kawung juga dihubungkan dengan binatang kuwangwung. Filosofi dari pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisyaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
Handmade Batik Shirt Quantum Lea[f]p by Legi Culture
Batik sebagai pakaian terkandung didalamnya tuntunan dan tatanan dalam melakukan segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Pepatah Jawa meyebutkan “Ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana, agama ageming diri.” Harga diri ada pada perkataan/ucapan, harga diri tercermin pada pakaian yang kita kenakan, agama adalah pakaian yang baik bagi kita.
Banyak sekali cara yang dilakukan guna menumbuhkan kecintaan kepada batik, diantaranya batik digunakan sebagai pakaian dinas atau kerja dan pakaian sekolah pada hari-hari tertentu, sehingga diharapkan dengan usaha tersebut kecintaan terhadap batik dapat tumbuh. Apalagi sekarang anak-anak muda Indonesia banyak yang berkecimpung dalam industri kreatif batik.
Selain itu, dengan diakuinya Batik sebagai Warisan asli Budaya Indonesia dan ditetapkannya tanggal 02 Oktober sebagai Hari Batik Nasional diharapkan batik akan tetap lestari dan terjaga sampai kapanpun serta nilai-nilai dan maknanya tetap terjaga dan tetap dijadikan pedoman, tuntunan dan tatanan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar manusia menjadi manusia yang bahagia, baik itu kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Penerapan filsafat batik dalam kehidupan sekarang masih sangat relevan.
Filsafat batik ini bisa menjadi pegangan hidup agar dalam menjalankan hidupnya manusia selalu berada pada jalan kebaikan, sehingga dalam menjalankan hidupnya manusia akan mengalami kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Source:Jurnal Filsafat- See more at: http://www.accdiy.com/2012/11/batik-motif-kawung-dan-maknanya.html#sthash.UAvLFFGI.dpuf
Keunikan Makna Filosofi Batik Klasik: Motif Jlamprang 19 July 2013, 07:39 Oleh Fitinline
0 Komentar
Batik dengan nama motif Jlamprang ini berasal dari daerah Pekalongan. Di Yogyakarta, motif
serupa diberi nama Nitik. Motif Jlamprang merupakan salah satu batik yang cukup popular
yang diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari
motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata
Batik dan Kebudayaan IndonesiaMonday, 27 May 2013By Editorial Kopi Keliling
Batik kembali naik daun setelah ditetapkannya Hari Batik sejak tanggal 2 Oktober 2012 tahun lalu. Setiap Jumat, kebanyakan kantor menghimbau para pekerjanya untuk berbusana batik ke tempat kerja. Dan kita senang-senang saja bukan? Karena ternyata batik itu bisa dibuat keren dan nggak berkesan kuno.
Selain sebagai pakaian, kain batik itu adalah kain kebesaran keluarga keraton. Dan kita yang hidup di jaman sekarang termasuk beruntung banget lho, karena dulunya batik nggak boleh dipake sama “rakyat jelata”. Sementara sekarang batik kita pake bukan cuma untuk pakaian resmi, tapi juga sebagai bahan daster, taplak meja, seprai, sendal, dan lain-lain.
Batik Jawa
Batik Jawa, terutama yang berasal dari Yogya dan Solo, dikenal punya nilai-nilai kejawen. Warna batik tradisional seperti indigo, coklat tua, dan putih itu mewakili 3 dewa besar Hindu: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Dalam upacara-upacara orang Jawa, kebangsawanan seseorang itu bisa dinilai dari jenis dan motif batik yang dia pake.
Di luar Yogya dan Solo juga ada batik-batik lainnya, tentunya dengan motif yang berbeda. Batik pesisir (Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tuban, dan Madura) warnanya lebih berani dan terpengaruh budaya Arab, Cina, dan Belanda. Di jaman Belanda, batik pesisir ini yang paling disukai sama orang-orang keturunan Cina dan Belanda. Kata “batik”, meskipun nggak selalu dari pulau Jawa, berasal dari bahwa Jawa: “amba” (menulis) dan “titik”.
Tapi apakah batik bener-bener asli budaya Indonesia? Nah, ini yang paling sering diperdebatkan. Menurut beberapa penelitian sih sebenernya batik udah ada sejak Abad 4 Sebelum Masehi di Mesir, dan gunanya buat ngebungkus mumi. Sementara di Cina, batik udah ada sejak masa pemerintahan Dinasti Tang pada tahun 618-907. Di India dan Jepang, batik udah ada sejak pemerintahan Nara (tahun 645-794). Sementara di Indonesia sendiri, batik diperkirakan baru ada sekitar Abad 6 atau 7. Banyak yang bilang batik di Indonesia itu karena pengaruh budaya Hindu, tapi ini masih jadi perdebatan sih karena Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua – yang dari dulu juga udah punya batiknya sendiri – kan nggak kenal sama budaya Hindu?
Mungkin motif batik tertua di Indonesia adalah motif “gringsing” yang udah ada sejak Abad 12 di Kediri. Jadi nggak bener tuh kalo Malaysia (pernah) bilang bahwa batik itu budaya mereka. Karena di negara tetangga kita itu, batik baru ada di Abad 17. Dan kalo hari ini kita ke Johor, batik setempat itu jelas-jelas motifnya kena pengaruh motif Jawa dan Sumatra. Wajar, karena di daerah itu memang banyak banget imigran dari Jawa dan Sumatra.
Ada satu jenis batik di pulau Jawa yang menarik banget ceritanya. Batik Hokokai, sesuai dengan namanya, adalah batik yang ada pengaruh Jepangnya. Batik jenis ini lahir pada masa penjajahan Jepang, jadi umurnya belum setua batik yang lain. Batik Hokokai ini gambarnya bunga-bunga di taman dan kupu-kupu. Selain itu, ada batik Hokokai yang bergambar bunga sakura atau seruni (bunga lambang pemerintah Jepang). Kain panjang batik Hokokai ini punya 2 pola dalam satu helai kain: pagi dan sore.
Seperti yang disebut tadi, batik itu bukan monopoli orang Jawa. Orang Sunda pun punya batiknya sendiri, dan biasa disebut batik Priangan. Batiknya orang Sunda ini juga di tiap daerah di Jawa Barat motifnya beda-beda. Ada batik Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Kuningan, Baduy, dan Banten.
Sementara orang Bali karena lebih tertarik sama seni patung dan seni lukis, nggak terlalu mengembangkan batiknya. Palingan batik Bali itu adalah batik yang dibuat pake teknik ikat dan celup. Tapi tetep sih punya karakter sendiri yang kuat.
Orang Sumatra juga punya batiknya sendiri sesuai wilayahnya. Ada batik Riau, Palembang, Aceh, Minang, dan Jambi. Batik Minang itu disebut juga “batiak tanah liek” atau “batik yang dibuat dengan tanah liat”.
Kamu sendiri paling suka batik motif apa, dan biasanya kamu make batik untuk kemana?
Sejarah pembuatan batik di Indonesia memang sudah ada sejak nenek moyang kita dahulu kala. Dari kerajaan-kerajaan budha, hindu, hingga Islam kesenian membatik terus berlanjut. Kain batik dalam pandangan bangsa Indonesia mempunyai arti filosofis batik tersendiri dalam setiap coraknya.
Jejak Islam pada batik Nusantara tak kalah memberi sentuhan yang khas pada batik. Walau beberapa perubahan terjadi pada beberapa motifnya, namun batik tetap menjadi simbol
kebanggaan tersendiri. Bahkan lebih dari itu, batik digunakan sebagai perjuangan kaum Muslim untuk melawan penjajahan.
Pada tahun 2009, badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO) mengeluarkan sebuah keputusan bahwa, “kain berlukis” khas Indonesia, batik, ditetapkan sebagai warisan budaya dunia nonbenda.
Menjadi bagian dari kekayaan seni dan budaya yang antik dan artistik menjadikan batik begitu penting bagi bangsa Indonesia. Sejarah batik yang panjang menjadikan bukti keantikan fashion etnik yang satu ini. Arkeolog Belanda JLA Brandes dan arkeolog Indonesia FA Sutjipto percaya bahwa tradisi batik berasal dari daerah seoerti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua (Iwan Tirta dkk [1996] dalam Batik: a Play of Lights and Shades Volume 1).
Ragam Corak Batik Indonesia
Sebagian referensi lain menduga, batik berasal dari bangsa Sumeria dan berkembang di Jawa setelah dibawa pada abad ke-14 oleh para pedagang India, negara yang kala itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam Parsi, Persia.
Meski batik dibawa oleh orang-orang Islam dari India, tetapi ketika orang di Nusantara ingin membuat batik, mereka membuat batik dengan estetika Islam yang ada di daerahnya, misalnya, estetika Islam Jawa.
Batik-batik tua Nusantara yang berumur ratusan tahun yang tersimpan di berbagai museum di Eropa dan Amerika Serikat juga menunjukkan pengaruh Islam yang kuat. Sayangnya, pengaruh Islam ini jarang dibicarakan orang, yang banyak dibicarakan justru pengaruh Cina, India (Hindu), dan Belanda.
Motif Batik Indonesia
Meski kata “Batik” secara etimologi diyakini berasal dari akronim dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “amba” yang berarti lebar, luas, kain dan “matik” yang berarti membuat titik-titik, kehadiran batik di Jawa tidak tercatat. Tetapi, sejumlah prasasti dan arc mencatatnya dengan cara lain.
Dalam berbagai literatur, sejarah perbatikan Indonesia sering dikaitkan dengan kerajaan Majapahit (1293-1500 M) dan penyebaran Islam di Pulau Jawa. Penemuan arca da Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya menegaskan hal itu. Raja pertama Majapahit itu mengenakan kain batik abermotif kawung. Karena itulah, kesenian batik diyakini dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan diwariskan secara turun-temurun.
Pengaruh Kerajaan Mataram Islam
KRT Hardjonagoro, mempunyai pendapat yang berbeda. Menurut pakar terkemuka batik Indonesia ini, meski bermula pada masa Majapahit, sejarah dan perkembangan batik di Nusantara mulai terekam sejak masa kerajaan Mataram Islam (abad ke-17) di Jawa Tengah.
Pada masa-masa kerajaan Islam, di mulai dari kerajaan Mataram Islam, berbagai kesenian mengalami perubahan rupa dan karakter dari bentuknya pada masa Hindu. Dalam dunia seni, hal itu disebut stilisasi, yaitu proses rekayasa segala sesuatu yang dapat dirujuk dalam dunia nyata objeknya, dalam bentuk yang berubah sama sekali.
Contohnya adalah Wayang Kulit, Wali Songo menggunakan rupa eayang kulit yang berbeda dengan wayang pada masa Hindu. Hal itu dilakukan untuk menghindari wujud dimensi manusia yang sesungguhnya sebagaimana dilarang dalam Islam. Begitu juga dengan batik, pada masa kerajaan Islam proses stilisasi terus berlangsung.
Motif Semen yang berarti “semai bersemi” adalah motif yang paling banyak distilisasi. Ornamen dasarnya adalah ragam hias yang berhubungan dengan daratan (tumbuh-tumbuhan dan binatang berkaki empat), udara (burung dan awan), serta air atau laut (ular, ikan, dan katak). Semen Gurdo artinya motif batik dengan gambar burung garuda, tetapi setelah distilisasi Semen Gurdo tidak menggambarkan burung garuda, tetapi hanya sayapnya.
Hal itu jelas tidak terlepas dari ajaran Islam, yakni hadits Rasulullah SAW yang melarang penggambaran benda bernyawa. Pada masa kerajaan Islam menggambar bernyawa sama dengan menyaingi Tuhan. Pesan itu terus dilanjutkan hingga masa-masa setelah itu, ketika para pemuka agama menjelaskan kepada masyarakat bahwa menggambar benda bernyawa itu haram hukumnya.
Akhirnya, seperti yang kita ketahui sekarang, batik dengan coraknya yang khas dan memiliki nilai estetika tersendiri telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Jejak Islam yang melekat kuat di hati rakyat Indonesia telah membawa perubahan besar pada motif batik dari masa sebelumnya.
Seperti yang dicontohkan oleh batik Rifa’iyah , yang dengan jelas melarang penggambaran mahluk hidup karena bertolak belakang dengan syariat Islam. Batik dengan segala pesonanya sudah menjadi hak milik bangsa Indonesia yang kaya akan ragam budaya. Mari