Page 1
RELEVANSI AYAT-AYAT AL-TIJĀRAH DALAM AL-
QURĀN DENGAN PRAKTEK JUAL BELI ON-LINE
(Studi Penafsiran al-Tijārah dan penerapanya)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salasatu Persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Novia Harsela Salpin Sarah
NIM: 1113034000200
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATUYLLAH
JAKARTA
1441H./ 2020 M.
Page 2
RELEVANSI AYAT-AYAT AL-TIJĀRAH DALAM AL-QURĀN PADA
PRAKTEK JUAL BELI ON-LINE
(Studi Penafsiran al-Tijārah dan penerapanya)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salasatu Persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Novia Harsela Salpin Sarah
NIM: 1113034000200
Pembimbing
Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A.
NIP: 196908221997031002
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATUYLLAH
JAKARTA
1439H./ 2017 M.
Page 4
dc
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul RELEVANSI AYAT-AYAT AL-TIJARAH DALAM AL-QUR'AN DENGAN PRAKTIK JUAL BELI ON-LINE (STUDI PENAFSIRAN AL-TIJARAH DAN PENERAPANNYA) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 13 Agustus 2020
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Eva Nugraha, M. Ag
Fahrizal Mahdi , Lc, MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Abd Moqsith, M.Ag
Dr. Abdul Hakim Wahid, MA NIP. 19710607 200501 1 002 NIP. 19780424 201503 1 001
Pembimbing,
Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP. 19690822 199703 1 002
Page 5
ABSTRAK
Novia Harsela Salpin Sarah (1113034000200)
Relevansi Ayat-Ayat Al-Tijārah dalam Al-Qurān Dengan Praktek
Jual Beli Online (Studi Penafsiran al-Tijarah dan Penerapannya)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
praktek jual beli menjadi berkembang measuki era digital dengan adanya
praktek jual beli online. Dalam al-Qurān banyak dijumpai ayat-ayat
perdagangan diantaranya ayat-ayat yang mengandung lafadz al-Tijārah.
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana tafsir ayat-ayat al-
tijārah dan relevansinya dalam al-Qurān dengan praktek jual beli on line.
Untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah ini, penulis
menggunakan metode tafsir tematik yang membahas lafadz-lafadz al-
tijārah serta mengkaji berbagai pendapat para mufasir mengenai
pengertian secara etimologis dan terminologis. Serta mengklasifikasikan
ayat al-tijārah yang mengandung makna hubungan muamalah
(perdagangan antar manusia) dengan ayat-ayat yang memiliki makna
hubungan makhluq dengan sang khaliq.
Hasil penelitian ini adalah terdapat dua bentuk penggunaan
istilah al-tijārah dalam al-Qurān, yaitu perdagangan antar manusia
dengan manusia dan perdagangan antar Allah dengan manusia. Ayat-
ayat al-tijārah tentang perdagangan antar manusia lebih mengarah
kepada etika-etika perdagangan, antara lain:pertama, tata cara hutang
piutang dalam jual beli online terdapat komponen penunjang sesuai
standar protokol SET (Secure Electronic Transaction) yaitu: (1) Virtual/
Physical Smart Card, (2) Virtual Point off Sale, (3) Virtual Aquirer atau
Payment Gateway (4) Visa Credit Card. Media yang digunakan bisnis
online diantaranya, marketplace, website, webblog, forum, media sosial.
Kedua melakukan transaski jual beli saling ridho antar kedua beliah
pihak dengan cara proses komuikasi via chating melalui media yang ada.
Ketiga perintah untuk meninggalkan jual beli ketika waktu shalat tiba
dapat terpenuhi dengan adanya keluasan waktu dalam transaksi jual beli
online.
Page 6
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan nikmat tiada henti sehingga penulis dapat
menyelesaikan salah satu karya ilmiah berjudul RELEVANSI
AYAT-AYAT AL-TIJĀRAH DALAM AL-QURĀN PADA
PRAKTEK JUAL BELI ON-LINE (Studi Penafsiran al-
Tijārah dan penerapanya) yang menajdi salasatu syarat untuk
mendapat gelar Sarjana Agama. Selawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada uswah ḥasanaḥ Nabi Muhammad saw.,
semoga kita mendapat syafaat beliau di akherat nanti.
Penelitian ini dapat diselesaikan dengan usaha penuh
penulis, dan tentunya dengan bantuan-bantuan dari berbagai pihak.
Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-
banyaknya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, terus memberikan dorongan moril
maupun materil serta nasehat bagi penulis agar terus
menyelesaikan pendidikan sampai selesai. Serta Adik-Adik
Tercinta, Della Dwi Ayu dan Muhammad Adam Al-Faruq,
beserta suami dan anak tersayang, keluarganya yang terus
meberi semangat dan dukungan bagi penulis selama karir
pendidikan ini.
2. Prof. Dr. Hj. Amani Lubis, MA selaku Rektor uin syarif
Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
3. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya
yang telah menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan.
Sekaligus sebagai dosen penbasehat akademik yang terus
memberikan masukan dan arahan bagi penulis selama
perkuliahan.
4. Dr.Eva Nugraha, MA selaku ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir dan Fakhrizal Mahdi, Lc., MIRKH. selaku
sekretaris Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir beserta
jajarannya yang selalu menyempatkan waktunya dalam
menyiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan penulis.
Page 7
5. Bapak Drs. Ahmad Rifki Muchtar, MA, Maselaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan
yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian.
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuludin khususnya prodi Ilmu Al-
Quran dan Tafsir dan Prodi Ilmu Hadis yang telah memberikan
pengajaran serta pemahaman yanga baru bagi penulis.
7. Bapak dan Ibu petugas Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuludin,
Perpustakaan Pusat Studi Al-Quran, dan pihak lain yang
mempersiapkan tempat dan berbagai referensi yang digunakan
oleh penulis.
8. Kawan-kawan di senior-senior dan kawan-kawan di Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), kawan-kawan DEMA UIN Jakarta
2018, serta teman berbagi cerita Omarwati, Arimah, Rindi, dan
lain-lain yang tidak bisa saya sebut satu Persatu. terimakasih
memberikan pelajaran keorganiasian dan dinamika kampus.
9. Seluruh crew @desapernik Alice Mutiara Tasti, dan Tim yang
telah bekerjasama menjalankan projek Desa Pernik.
Sebagai penutup, penulis berharap semoga karya tulis ini
memberikan manfaat akademis bagi perguruan dan manfaat
praktis bagi pembaca pada umumnya. Tidak lupa semoga karya
tulis ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis sampai akhir
nanti.
Ciputat, 20 Juli 2020
Novia Harsela Salpin Sarah
Page 8
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada
Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang pertama kali
diterbitkan pada tahun 1991 dari American Library Association (ALA) dan
LibraryCongress (LC).
I. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alīf .......... Tidak dilambangkan ا
Bā′ B Be ب
Tā′ T Te ت
Tsā′ Ts Te dan Es ث
Jā′ J Je ج
Hā′ Ḥ Ha titik bawah ح
Khā′ Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Dzal Dz De dan zet ذ
Rā′ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sīn S Es س
Syīn Sy Es dan ye ش
Ṣād Ṣ Es titik bawah ص
Ḍād Ḍ De titik bawah ض
Ṭā′ Ṭ Te titik bawah ط
Ḍā′ Ẓ Zet titik bawah ظ
Page 9
viii
ʻAyn ...ʻ... Koma terbalik (di atas) ع
Gayn Gh Ge غ
Fā′ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lām L El ل
Mīm M Em م
Nūn N En ن
Waw W We و
Hā′ H Ha ه
Hamzah ...′... Apostrof ء
Yā′ Y Ye ي
II. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap
Ditulis mutaʻddidah متعددة
Ditulis ʻiddah عدة
III. Tā′ marbūṭāh di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h:
ditulis Hibah هبة
ditulis Jizyah جزية
Page 10
ix
(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap
ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, sholat, dan sebagainya, kecuali
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain ditulis t:
ditulis niʻmatullah نعمة للا
ditulis zakat al-fiṭri زكاة الفطر
IV. Vokal pendek
Fatḥah Ditulis a contoh ضرب ditulis ḍaraba
Kasrah Ditulis i contoh فهم ditulis Fahima
Ḍammah Ditulis u contoh كتب ditulis Kutiba
V. Vokal panjang
1. Fatḥah + alif ditulis ā (garis di atas)
ditulis Jāhiliyyah جاهلية
2. Fatḥah + alif maqṣurah ditulis ā (garis di atas)
ditulis yasʻā يسعى
3. Kasrah + ya mati ditulis ī (garis di atas)
Ditulis Majīd مجيد
4. Ḍammah + waw mati ditulis ū (garis di atas)
ditulis Farūd فرود
Page 11
x
VI. Vokal rangkap
1. Fatḥah + ya mati ditulis ai
Ditulis Bainakum بينكم
2. Fatḥah + waw mati ditulis au
ditulis Qaul قول
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisah dengan
apostrof
Ditulis a′antum أأنتم
Ditulis u′iddah أعدة
Ditulis la′insyakartum لئن شكرتم
VIII. Kata sandang alif dan lam
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al
Ditulis al-Qur′ān القرءان
Ditulis al-Qiyās القياس
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis sama dengan huruf qamariyyah
Ditulis al-Syams الشمس
′Ditulis al-samā السمآء
IX. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Page 12
xi
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya
Ditulis dzawī al-furūḍ ذوى الفروض
Ditulis ahlal-sunnah أهل السنة
Page 13
DAFTAR ISI
LAMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................... i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................. iii
ABSTRAK .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................ 9
C. Tujuan Penelitian ..................................................... 10
D. Tinjauan Pustaka ....................................................... 11
E. Metode Penelitian ..................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .............................................. 17
BAB II AL-TIJĀRAH DALAM AL-QURĀN .................. 18
A. Pengertian al-Tijārah ................................................. 18
B. Lafadz al-Tijārah dalam Al-Qurān ............................ 20
Page 14
C. Pandangan Para Mufassri tentang ayat al-Tijārah..... 27
D. Cara dan Adab Bertijarah .......................................... 30
BAB III JUAL BELI ONLINE .......................................... 40
A. Pengertian Jual Beli Online ...................................... 40
B. Subjek dan Objek Jual Beli Online ........................... 41
C. Komponen Jual Beli Online . .................................... 42
D. Tempat Jual Beli Online .......................................... 46
E. Jenis Transaksi Jual Beli Online .............................. 48
F. Mekanisme Transaksi Jual Beli Online .................... 51
G. Kelebihan dan Kekurangan Jual Beli Online ........... 52
BAB IV RELEVANSI AL-TIJĀRAH DENGAN JUAL BELI
ONLINE .............................................................................. 63
A. Prinsip Dasar dalam Ayat-Ayat Al-Tijārah ............. 63
B. Penerapan Ayat Tijarah dalam Perdagangan Online
1. Tijarah dalam Konteks Muamalah ...................... 69
2. Menjauhi Perbuatan Bathil dan Bersikap Saling Ridha
dalam Berbisnis .................................................. 77
3. Tijarah dalam Konteks Agama ........................... 82
4. Ber –Tijārah Tidak Melupakan Dzikir, Shalat,
Berzakat dalam Kesibukan Berbisnis ................ 83
Page 15
5. Ber-tadarrus Al-Qurān, Shalat dan Menafkahkan
Sebagian dari Rezeki merupakan Bentuk Bisnis dari
Allah dengan Balasan Surga-Nya ....................... 87
6. Beriman dan Berjihad di Jalan-Nya sebagai Bentuk
Bisnis dari-Nya untuk Terselamatkan dari Siksa-Nya
............................................................................. 91
7. Kerugian Menukar Petunjuk-Nya dengan Kesesatan
selain dari-Nya laiknya Sebuah Bisnis yang Merugikan
............................................................................. 93
8. Tidak Meninggalkan Ibadah karena Bisnis dan Ajakan
Berbisnis dengan-Nya ......................................... 96
BAB V PENUTUP ............................................................... 98
A. Kesimpulan ......................................................... 98
B. Saran-Saran ......................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam memiliki arti penyerahan, atau penyerahan diri
secara total kepada Allah SWT.1 Dalam wilayah “penyerahan”
itu, ada ruang Allah SWT. untuk menyuruh umat-Nya, tidak
sekedar pasrah, tetapi juga memerintahkan untuk giat bekerja
keras dan berusaha agar mampu mengubah hidupnya menjadi
lebih baik.
Dalam al-Qurān secara tegas disebutkan, Allah tidak
aka merubah suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah
nasibnya.2 Bahkan dalam ayat lain disebutkan, tiada manusia
peroleh kecuali yang diusahakan. 3 Itu artinya manusia
diizinkan untuk dimampukan Allah untuk memperbaiki
keadaan, termasuk menjadi pribadi yan mandiri dan berdaulat.
Dengan demikian juga dinyatakan, sungguh dalam kesukaran
itu terdapat kemudahan, karena itu selesaikan tugas dan giatlah
1 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:
Djambani, 1992), hlm.701 2 Firman Allah SWT. QS. Ar-Ra’d: 11 يغي ر ما بقوم حتى يغي روا ما بأنفسهم
ل yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu إن للا
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.” (Lihat Qurān Terjemah Departemen Agama)
Dan bahwasanya seorang manusia tiada“ وأن ليس لإلنسان إل ما سعى 3
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm : 39), al-
Qurān terjemah Departemen Agama
Page 17
2
bekeja keras.4 Nabi Muhammad SAW. Pernah mewanti-wanti,
sungguh Allah SWT.menyukai hamba yang bekerja dan
terampil. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah
demi keluarganya maka serupa dengan pejuang fisabilillah.
Salah satu jalan untuk mencari nafkah adalah melalui kegiatan
bisnis, yaitu kegiatan yang berjiwa entrepreneur, yang
memupuk kemandirian dan kedaulatan. Bisnis selain untuk
nafkah keluarga juga untuk kepentingan kemaslahatan
masyarakat. Manusia adalah makhluk yang memerlukan orang
lain atau kelompok lain. Bisnis diperlukan karena tidak ada
seorangpun yang dapat hidup dengan sempurna, mampu
menyediakan segala keperluan dan tuntutan hidupnya sendiri
tanpa melibatkan orang lain.5
Para sahabat sahabat Rasul juga banyak yang menjadi
pengusaha dan businessman yang sukses. Di antaranya adalah
Abu Bakar, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan
lain-lain. Tidak heran jika perjuangan Islam mendapatkan
kewibawaan dimata kawan dan lawan.
Jual beli adalah sebuah keniscayaan, seiring
berjalannya waktu dan zaman. Teknologi hampir tidak bisa
dipisahkan dikalangan masyarakat dalam kebutuhan sehari
hari terlebih lagi dalam bidang perdagangan, jasa, keilmuan
4 يسرا العسر مع artinya, “maka sungguh bersama kesulitan فإزن
terdapat kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5) 5 M. Azrul Tanjung dkk, Reinventing Budaya Bisnis: Untuk
Kesejahteraan dan Kejayaan Islam, (Jakarta: Grafindo Creatif Writing,
2004), hlm.63
Page 18
3
dan lainnya. Banyak kita jumpai pada zaman yang sudah
modern ini semua kebutuhan dan keinginan bisa dikendalikan
dengan mudah dengan Teknologi & Informasi termasuk dalam
kegiatan jual beli. Oleh karena itu, praktek jual beli yang
dilakukan manusia semenjak masa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam hingga saat ini menunjukkan bahwa umat
telah sepakat akan disyariatkannya jual beli.6
Dalam al-Qurān banyak dijumpai istilah-istilah yang
dekat dan telah dikenal dalam dunia perdagangan. Istilah
tersebut misalnya adalah kata istarā dalam QS al-Taubah: 111,
kata bā’a dalam QS Al-Baqarah: 254, kata qarḍ dalam QS Al-
Maidah: 12, kata rahn dalam QS Al-Ṭūr: 21, kata al-tijarah
dalam QS. Al-Ṣaf: 10 dan sebagainya. Pengungkapan
perdagangan dalam al-Qurān ditemui dalam tiga bentuk
kalimat (kata), yaitu tijarāh, bay’, dan syirā.7 Term bā’a dalam
al-Qurān disebutkan sebanyak 15 kali dalam 8 surat8. Term
isytara dan syira dalam al-Qurān disebutkan sebanyak 25 kali
dalam 8 surat. Setelah diteliti ternyata dari 25 ayat tersebut
hanya 2 ayat saja yang berkonotasi perdagangan dalam
konteks bisnis yang sebenarmya,yaitu pada ayat yang
mengisahkan nabi Yusuf as yang dijual oleh orang yang
6 Fiqih Sunnah Jilid 3. Hlm 46, Sayyid Sabid, Tarjamah Bidayatul
Mujtahid Jilid III hlm. 181 7 Nila Libasut Taqwa, Aspek Perdagangan Perspektif al-Qur’an, 8 Muhammad Fuad Abdul Bāqiy, al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfādh al-Qur’an al-Karīm, (Bandung, Diponegoro, tt), h. 179-180.
Page 19
4
menemukannya yang terdapat dalam surah yusuf ayat 20 dan
21, dan yang selebihnya adalah majazi (bukan sebenarnya)
yang berkonotasi perdagangan teologi, selain itu masih banyak
lagi istilah-istilah lain yang berkaitan dengan perdagangan,
seperti, ribh, khusr, dayn, amwāl, rizq, syirkah, dan sejumlah
perintah melakukan perdagangan global.
Term Tijārah terdapat pada 8 surat dalam al-Qurān,
diantarannya QS Al-Nisa: 29; QS Al-Baqarah: 16; QS. Al-
Shaff : 10-11; QS. Al-Nur: 30; QS. Al Taubah : 24, QS Fatir
29-30; QS Al-Jumuah:11.9
Menurut Ar-Raghib Al-Asfahani, tijarah berarti
membelajakan modal dengan tujuan mencari keuntungan. 10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dagang adalah
pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli
barang untuk memperoleh keuntungan, jual-beli, niaga.
Berdagang sama dengan berjual-beli, berniaga. Bisnis usaha
dagang, usaha komersial di dunia perdagangan; bida ng
usaha.11
9 Jurnal At-Tubyan Vol. II No.1 Januar-Juni 2017, Al-Tijarah
(Perdagangan) dalam Al-Quran (Studi Komparatif Tafsir Jami’ :o Ahkam
alquran dan Tafsir al-Misbah, hlm. 115-123 10 Ar-Raghib Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfadz Al-Qur’an,
(Mesir: Dar al-Kitab al-’Arabi, t.t.), hlm. 171-172 11 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1993), hlm. 179
Page 20
5
Term tijarāh, bay’, dan syirā mempunyai makna yang
hampir sama, yaitu jual-beli dan perniagaan. Jika mengikuti
prinsip jual beli secara Islam, jual beli merupakan sarana
tolong menolong antar sesama manusia. Orang yang sedang
melakukan jual beli tidak dilihat sebagai orang yang melihat
keuntungan semata, akan tetapi juga dipandang sebagai orang
yang sedang membantu saudaranya.12
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
membuat praktek jual beli di masyarakat terbagi kedalam dua
metode, yaitu off- line 13 dan on-line 14 . Penggunaan media
internet sangat efisien, bagi penjual tidak perlu membangun
toko, terikat jam kerja buka dan tutup, memiliki pegawai yang
banyak seperti teller, satpam, cleaning service, tidak perlu
memajang barang secara fisik, serta lebih menghemat modal.
Bagi pembeli, keuntungan belanja dengan media on-line antara
lain dapat mengunjungi penjual kapan saja dan dapat
dilakukan dimana saja. Pembeli dengan leluasa dapat masuk
kesebuah situs belanja dan melihat barang-barang yang
12 M. Yazid Affandi, Fiqih Muamalah dan Implementasinya
Dalam Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: LogungPustaka, 2009)
hlm. 54. 13 Perdagangan secara konvensional yang terjadi melalui tatap
muka secara langsung antara penjual dan pembeli pada suatu tempat
tertentu seperti toko, pasar, tempat pameran, maupun pada waktu tertentu
sesuai dengan jam buka toko yang bersangkutan. 14 Menggunakan teknologi modern berupa internet sebagai alat
bantu untuk memperlancar kegiatan usaha, transaksi perdagangan terjadi
melalui dunia maya (via internet atau online) sehingga antara penjual dan
pembeli tidak dibatasi oleh tempat dan waktu.
Page 21
6
terdapat dalam katalog tanpa harus merasa tidak nyaman
diawasi oleh petugas jaga.15
Dalam perkembangan selanjutya ternyata internet
melahirkan jutawan-jutawan baru. Dalam arti mulai banyak
yang menggunakan media internet sebagai sarana berbisnis
(bisnis on-line). Dari pengalaman sebagian besar orang
ternyata banyak sekali peluang bisnis yang dapat dilakukan
menggunakan internet. Pada dasarnya, bisnis didunia maya
tidak berbeda dengan dunianyata. Bisnis didunia maya juga
memerlukan ketekukan dan keseriusan. Dalam Islam, hukum
asal segala transaksi adalah diperbolehkan, selama tidak ada
dalil al-Qurān atau sunnah yang melarangnya. Sebaliknya jika
tidak ada dalil alquran yang melarangnya maka hukumnya
menjadi mubah.16
Internet tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-
hari, menurut lembanga riset pasar e-Marketer populasi
pengguna internet tanah air mencapai 83,7 juta orang pada
2014, lalu pada tahun 2017 e-Marketer memperkirakan
pengguna internet di Indonesia akan mencapai 112 orang, dan
akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka ini
sudah mengalahkan Jepang diperingkat kelima yang
15 Jurnal Transformasi Voll.11 No.1 2015 hal. 65-71
16 Apip Purkon, Bisnis Onlline Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014), hlm. 2-3.
Page 22
7
pertumbuhannya lebih lamban. 17 Pertumbuhan pengguna
internet yang cukup pesat di Indonesia menjadi salah satu
pemicu munculnya tren berbelanja online, berdasarkan data
pada tahun 2000, pengguna internet di Indonesia baru
mencapai 2 juta orang, dengan 400.000 orang mertupakan
pelanggan terdaftar. Jumlah tersebut meningkat hingga empat
kali lipat pada tahun 2003, mencapai 8 juta pengguna internet18
Penggunaan internet dalam bisnis berubah dari dari
fungsi sebgai alat pertukkaran informasi secara elektronik
menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran,
penjualan, pelayanan pelanggan. Pemasaran di internet
cenderung menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan
tanpa aturan yang baku. Sedangkann pasar konvensional,
barang mengalir dalam partai-partai besar, melalui pelabuhan
laut, pakai kontainer, distributor, lembanga penjamin, importir
dan lembaga bank. Pemasaran konvensional lebih banyak yang
terlibat dibandingkan pemasaran lewat internet. Pemasaran di
internet sama dengan direct marketing19, dimana konsumen
berhubungan langsung dengan penjual.
17 Yovita Hamdani, Revolusi Asuransi digital, (Jakarta: PT
Gramedia Jakarta: 2014), hlm. 31 18 Case Center Departemen Manejemen, fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Cases in Management: Indonesian’s Business
Challenges (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm. 274. 19 Direct marketing adalah menjual barang dan layanan lsngsung
kepada pelanggan. Direct marketing biasanya mempunyai respons,
semacam sarana dimana pelanggan dapat berkomunikasi denganpenjual
barang secara langsung. Mural Raphel, Neil Raphel, dan Janis S Raye,
Page 23
8
Internet mendukung komunikasi dan kerjasama global
antara pegawai, konsumen, penjual, dan rekan bisnis yang lain.
Internet memungkinkan orang dari organisasi atau lokasi yang
berbeda bekerjasama sebagai satu tim virtual. Dengan internet
memungkinkan aplikasi Electronic Commerce 20 dapat
digunakan pada jaringan global, dan biasanya dilengkapi
dengan aplikasi pemrosesan pesan secara On-Line, Electronic
Data Interchange (EDI) untuk mengirim dokumen bisnis,
keamanan sistem pembayaran Eelectronic Found Transfer
(EFT). 21 Akibat internet, pemasaran terhadap perusahaan
menjadi proses yang interaktif saat ini. Situs Web perusahaan
bukan hanya sekedar menyajikan katalog produk dan media
promosi, melainkan digunakan untuk berdialog, berdiskusi,
dan berkonsultasi dengan konsumen secara On-Line, bulletin
boards, kuisioner elektronik, mailing lists, dan pengiriman
surat elektronik. Sehingga konsumen dapat dilibatkan secara
langsung dalam perancangan, pengembangan, pemasaran, dan
penjualan produk.
Transaksi barang dan jasa melalui media online
termasuk kategori muamalah dibidang perdagangan atau
bisnis, yang menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan
Winning CustomerLoyality: panduan lengkap untuk meraih kesetiaan
pelanggan. 20 Hendra Haloman Sipayung dan Fransisca esther Butar Butar,
Cara Gila Menjual apa pun lewat Internet, (Bandung: Kaifa, 2011) 21 Olivia Yenti Yuliana, Jurnal Akutansi & Keuangan Vol. 2, No.
1, Mei 2000: 36-52 http://puslit.petra.ac.id/jurnals/accounting/
Page 24
9
oleh pihak penjual atau penyedia jasa dengan pembeli dalam
memenuhi kebutuhan masing-masing. Yang dimaksud dengan
fiqih muamalah secara termonologi didefinisikan sebagai
hukum-hukum yang berkairtan dengan tindakan hukum
manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan. Mislnya dalam
persoalan jual beli, utang piutang, kerjasama dagang,
perserikatan, perkongsian.22
Dari latar belakang diatas, penulis mengangkat judul
skripsi Relevansi Ayat-ayat al-Tijārah dalam al-Qurān
pada Praktek Jual Beli On-Line (Studi Penafsiran al-
Tijārah dan penerapanya). Dengan lebih fokus pada kajian
lafadz al-Tijarah dalam al-Qurān.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas
dalam penelitian ini, maka penulisan skripsi ini akan diberi
batasan agar tersusun lebih terarah dan sistematis, yakni dalam
mengkaji ayat-ayat Al-Qurān tentang jual-beli lebih lanjut
mengkaji lafadz al-Tijārah, serta menggali substansi muatan-
muatan yang terkadandung didalam ayat-ayatnya.
Dengan adanya pembatasan diatas, penulis
mengarahkan pembahasan ini dengan rumusan masalah yang
22 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006) , hlm. 30
Page 25
10
akan menjadi bahasan dalam skripsi yang disusun dalam
pokok permasalahan untuk memandu bahasan dalam skripsi
ini, antara lain:
1. Bagaimana Tafsir ayat-ayat Tijārah dalam Al-Qurān?
2. Bagaimana penerapan ayat Tijārah dan relevansinya
dalam praktek perniagaan on-line?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan adalah:
1. Untuk melengkapi hazanah tentang kajian tafsir dan
ilmu keislaman di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk melengkapi penelitian yang sudah ada
sebelumnya tentang jual beli dalam al-Qurān
3. Untuk mengetahui relevansi ayat Tijārah dalam
praktek jual beli on line.
4. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada akhir
program sarjana Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, dalam meraih gelar Sarjana
Strata satu (S1).
D. Tinjauan Pustaka
Page 26
11
Sebelum melakukan penelitian, terlebih daluhu penulis
mengkaji penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan
berkaitan dengan objek sejenis maupun tema terkait untuk
mendudukan posisi penulis dalam kajian ini.
Kajian jual beli (al-bay’u) dan riba dan ayat-ayat yang
berkaitan dengan jual beli, seperti yang di tulih oleh Siswadi,
S.Ag., S.Pd., M.Pd.I pada Jurnal Ummul Qura Vol III, No. 2,
Agustus 2013 yang berjudul Jual Beli Dalam Perspektif
Islam membahas lebih kepada syariat dan hukum,rukun dan
syarat jual beli itu sendiri. Menurut kesimpulan dari
tulisannya, jual beli adalah pertukaran harta dengan harta
dengan menggunakan cara tertentu. Pada dasarnya merupakan
akad yang diperbolehkan, hal ini berdasarkan atas dalil-dalil
yang terdapat dalam al-Qurān, Hadits dan Ijma’ Ulama. Rukun
jual beli meliputi tiga hal, yaitu: harus adanya akid (orang yang
melakukan akad), ma’qud alaihi (barang yang diakadkan) dan
shighat, yang terdiri atas ijab qabul. Jual beli yang batil adalah
akad yang salah satu rukun dan syaratnya tidak terpenuhi
dengan sempurna, seperti penjual yang bukan berkompeten,
barang yang tidak bisa diserahterimakan dan sebagainya.
Dalam tulisan lain, Nila Libasut Taqwa dalam skripsinya
yang berjudul Aspek Perdagangan Dalam Perspektif Al-Qurān
(Tajian Tafsir Tematik), penulis menjelaskan makna istilah
perdagangan dan penggunaannya yang terdapat di dalam al-
Qur‟an. Penulis lebih fokus pada pemaknaan istilah
Page 27
12
perdagangan dalam al-Qur‟an kajian kata isytarā dan bā‟a
serta derivasinya dengan menggunakan penafsiran Abū
Ḥayyān23 (w. 745 H), Al-Zamakhsyari24 (w. 538 H), Fakhru
al-Dīn al-Rāzi25 (w. 606 H), Ibn Āsyūr26 (w. 1393 H).
Skripsi tulisan Hasdiah dari Fakultas Ushuludin UIN
Alaudin Makassar yang berjudul Al-Tijārah dalam Al-Qurān
(Suatu Kajian Tematik) tahun 2013. Permasalahan pada skripsi
ini adalah bagaimana hakekat al-tijārah dalam al-Qurān dan
eksistensi al-tijārah serta bagaimana eksistensi dan
23 Imam Abū Ḥayyan mempunyai kitab tafsir yang berjudul Bahr al-
Muhiṭ yang merupakan kitab tafsir yang memakai metode penafsiran tahlili
dan bercorak lughawi (kebahasaan). Beliau tidak lalai dalam menjelaskan
sisi kebahasaan al-Qur‟an. Beliau juga menyebutkan asbabun nuzul, nasikh
mansukh, qira‟at, dan masalah-masalah ushuliyyah. Lihat Muhammad
Husein al-Żahabi, at-Tafsīr wa al-Mufassirūn (Kairo: Dar al-Hadith, 2012),
h. 271-272. 24 17Imam Al-Zamakhsyari mempunyai kitab tafsir yang berjudul
al-Kasysyāf yang merupakan kitab tafsir yang memakai metode penafsiran
tahlili dan bercorak lughawi (kebahasaan). Di dalam tafsir tersebut kental
akan unsur-unsur kebahasaan al-Qur‟an, sehingga al-Qur‟an dapat bernilai
mu`jizat dari kebahasaannya. Lihat Muhammad Husein al-Żahabi, at-
Tafsīr wa al-Mufassirūn (Kairo: Dar al-Kutub, 1961), h. 305-307. 25 Imam Fakhruddīn al-Rāzi mempunyai kitab tafsir yang berjudul
Mafātīḥ al-Ghaib yang menafsirkan al-Quran dengan memakai metode
tahlili dan bercorak falsafi dan ilmi. Namun, ia juga menjelaskan al-Qur‟an
dengan masalah-masalah uṣuliyah, nahwiyah, dan balaghiyah sebagaimana
dalam masalah eksakta dan alam. Lihat Muhammad Husein al-Żahabi, at-
Tafsir wa al-Mufassirun(Kairo: Dar al-Kutub, 1961), h. 210. 26 Thahir Ibn „Āsyūr memiliki kitab tafsir yang berjudul al-Taḥrīr
wa al-Tanwīr yang cenderung memakai metode tahlili dalam menafsirkan.
Itu bisa dilihat dari cara beliau memaparkan makna ayat demi ayat dari
segala aspek kebahasaan dan balagahnya dengan tujuan mendapatkan
makna yang benar dari setiap ayat. Selain itu, ia juga menafsirkan ayat demi
ayat secara muṣhafi dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nas. Sedangkan
corak yang dipakai cenderung pada corak adabi ijtimia‟i, yaitu penafsiran
yang menjelaskan ayat- ayat al-Qquran berdasarkan ketelitian ungkapan-
ungkapan dengan bahasa yang lugas dengan menekankan tujuan pokok
Page 28
13
pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan dengan metode deskriptif
kuantitatif. Sebuah kajian tafsir maudhu’I menghasilkan
kesimpulan bahwa dalam al-Qurān disebut al-tijārah adalah
suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar
manusia untuk menjemput rizki Allah SWT. Al-Qurān
menyebut al-tijārah dalam beberapa ayat. Ayat yang
menjelaskan hakekat perdagangan atau perniagaan terdapat
dalam QS. Al-Ṣaf: 10-11. Ayat tersebut menjelaskan al-tijārah
yang berhubungan dengan masalah aqidah (keyakinan).
Adapun dalam ayat yang lain perniagaan sebagai bentuk
mensyukuri nikmat Allah SWT., untuk menjelaskan
perniagaan hakiki tersebut, Allah SWT. memberi tuntunan
ketika memilih berniaga didunia ini. Menjelaskan bahwa
salasatu kecintaan seseorang pada perniagaan dan anak, serta
keluarganya, dimana perniagaan tersebut dia usahakan untuk
mereka yang erat kaitanya dengan tujuan dan tugas keluarga,
menghidupi keluarga dalam kehidupan ini, walaupun yang
diinginkan ialah cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya yang
harus lebih diutamakan diatas segala-galanya.
Penelitian selanjutnya berupa skripsi Dwi Sakti
Muhammad Huda yang berjudul Tinjauan Hukum Islam
terhadap Penerapan Khiyar dalam Jual Beli Barang Elektronik
Secara Online (Studi Kasus di Toko Online Kamre MBantul)
Fakultas Syariah Hukum UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
Page 29
14
dengan menganalisis data yang terkumpul menggunakan
metode kuantitatif. Hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan teori jual beli khiyār dan hokum Islam. Bentuk
jual beli dan proses transaksi yang ditetapkan pada toko online
Mbantul tidak berbeda jauh dengan jual beli pada umumnya,
hanya saja system online digunakan sebagai media jual dan
media transaksi. Selain itu bentuk jual beli khiyār diterapkan
diterapkan, yaitu khiyār syarat dan khiyār ‘aib.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, menggunakan studi
kepustakaan (Library Research). Dengan merujuk pada
sumber-sumber primer seperti al-Qurān dan kitab-kitab tafsir
dan sekunder lainnya yang mengandung dan berkaitan dengan
masalah yang dibahas diantaranya, buku, jurnal, kamus,
maupun berbagai literature yang terdapat dalam perpustakaan.
Lebih dari itu, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
yaitu penelitian yang mengedepankan data-data kualitatif
berupa: ayat-ayat al-Qurān, penafsiran al-Qurān, sunah nabi,
atsar sahabat, pendapat-pendapat para ulama, riwayat,
pengertian bahasa dan lafaz al-Qurān, serta kaedah maupun
teori ilmu pengetahuan.
2. Sumber data
Dalam penulisan skripsi ini ayat-ayat al-Qurān
berkaitan dengan jual beli menjadi objek utama. Adapun
sumber data yang digunakan dalam skripsi ini terdari data
Page 30
15
primer dan data sekunder.data primer adalah sumber pokok
kajian, yaitu al-Qurān. Adapun data sekunder adalah sekunder
adalah data pendukung yang memudahkan kajian. Kata kunci
yang digunakan untuk data sekunder adalah: metode tafsir,
penelitian tematik, al-tijārah, ulumū-l-Qurān, dll
Beberapa sumber rujukan antara lain: Tafsir Al-Misbāh
karya M. Quraish Shihab; Tafsir Aṭ-Ṭabari karya Abū Ja’far
Muhammad bin Jarīr Aṭ-Ṭabari; Mukhtasar Tafsir ibnu Katsir,
Karya Syaikh Ahmad Syākir, Tafsir Al-Manar karya Sayyid
Muhammad Rasyid Ridhā. Tafsir Surat-Surat Pilihan karya
Murtaḍā Muṭṭahari; Tafsir al-Qurān Tematik oleh kementrian
Agama Republik Indonesia; Asbabun Nuzul karya Jalāluddin
as-Sūyūṭi; Metode Tafsir Mawdhui’y karya al-Ḥayy al-
Farmawi; Kaidah Tafsir karya M. Quraish Shihab; Pengantar
Studi al-Qurān karya Manna’ al-Qaṭṭan; Wawasan al-Qurān
karya M. Quraish Shihab. Al-Qurān dan Terjemahannya oleh
Kementrian Agama Republik Indonesia; dan berbagai sumber
lain yang mendukung penulisan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, yaitu mengumpulkan data tertulis dari literature-
literatur yang ada dengan menggunakan kata-kata kunci
terkait, yakni; tafsir,al-tijarah, al-bay’u
Page 31
16
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah
analisis-deskriptif dengan mengedepankan metode induktif.
Deskriptip diartikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Karakteristik tersebut
membuat penelitian ini diisi kutipan-kutipan data yang
digunakan untuk memberi gambaran penyajian laporan.
Adapun motode induktif diartikan analisa yang dilakukan
sejak awal pengumpulan data sampai akhir untuk memecah
masalah yang dihadapi. Secara bahasa, induktif berarti bersifat
induksi, yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan
yang khusus untuk diperlakukan secara umum.
Langkah-langkah yang digunakan adalah dengan
mengedepankan langkah penafsiran tematik yang dirumuskan
oleh Abd. al-Ḥayy al-Farmawi. Pertama, memilih atau
menetapkan masalah al-Qurān yang akan dikaji secara tematik.
Dalam hal ini penulis memilih tema jual beli dalam al-Qurān.
Kedua, melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan
dengan masalah yang telah ditetapkan. Ketiga, menyusun ayat-
ayat tersebut secara runut menurut kronologi masa turunya,
disertai pengetahuan asbābun nuzūl. Keempat,mengetahui
munāsabah ayat-ayat dalam masing-masing surat. Kelima,
menyusun tema bahasan didalam kerangka yang pas,
sistematis, sempurna, dan utuh (outline). Keenam, melengkapi
bahasan dengan al-hadis dan pendapat ulama, jika perlu.
Page 32
17
Ketujuh, mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan
menyeluruh.
F. Sistematika Penulisan
Sistenatika penulisan di bagi menjadi empat bab,
diantaranya BAB I menguraikan pendahuluan ini merupakan
langkah awal dalam penelitian yang akan dibahas, untuk
memudahkan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas
tentang masalah yang dihadapi, serta mempermudah pembaca
memahami skripsi ini secara keseluruhan. Untuk
mempermudah tersusunnya materi pembahasan dalam
penelitian ini, penulis membaginya kedalam empat bab.
BAB II: berisi tentang pandangan umum mengenai al-
tijārah, mulai dari membahas pengertian, ayat-ayat yang
terdapat lafadz al-tijārah, pandangan mufasir serta adab dalam
bertijarah.
BAB III: membahas tentang hakikat jual beli on-line,
meliputi pengertian jual beli on-line, jual beli on-line dalam
pandangan ekonomi dan syariat Islam.
BAB IV: membahas telaah tafsir ayat al-tijārah, dan
relevansinya dengan praktek jual beli online
BAB V: penulis menutup kajian ini dengan kesimpulan
hasil penelitian yang dilakukan penulis, dan saran-saran dari
penulis untuk melakukan riset lanjutan.
Page 33
18
BAB II
AYAT - AYAT AL-TIJĀRAH DALAM AL-QURĀN
A. Pengertian Al-Tijārah
Kata al-tijārah ( اتلجارة) secara bahasa, asalnya
terdiri dari tiga huruf , اء اتلت , يتم ,
ا لت تراء -al-tā’, al) وال
jīm, dan al-rā’) bermakna وتفة تمعتر ا ل جارة yakni اتلت
perdagangan.1 Secara verbal membentuk kata – ترر تترا–يتتج (tajara – yatjuru – tajran) yang bermakna
باع و ى yaitu menjual dan (’syarā dan bāa) ش
membeli.2 Kata اتلجارة adalah bentuk maṣdar dari kata
.(tajara) تر
Secara istilah terdapat perbedaan orientasi di
antara para ulama dalam mendefinisikan istilah al-
tijārah Sebagai berikut:
1. Menurut al-Raghib al-Aṣfahāni berkata: al-
tijārah adalah تمالطلبا سا لترأ فت اتلصف
1 Abu al-Ḥusain Aḥmad ibn Faris ibn Zakariah, Mu’jam Maqāyis
al-Lughah, Juz I (t.t., Daar al-Fikr, t.th), h.93. 2 Ibn Manẓūr, Lisan al-‘Arab, Juz.V (Kairo: Dār al-Marif, t.th),
h.420.
Page 34
19
بتح yakni mengelola modal untuk للر
mencari laba (keuntungan).3
2. Menurut Ibrahim Muṣṭāfa berkata: al-
tijārah adalah تمال ليتبال فيتهوتقت تتجر ماي بتح لر
ا yakni sesuatu yang لغرتض
diperdagangkan dan pengelolaan harta
untuk mencari keuntungan.4
3. Menurut al-Jurjānī, al-tijārah memiliki
makna ل باع ء شت اء ش عنت عبارة ungkapan tentang membeli sesuatu untuk
dijual karena mencari laba.5
4. Menurut Abdul Rauf al-Munāwī, al-tijārah
memiliki makna تمال ال ليتب باتلصففيتهتقتبتح لر
6 لغرتضلغرتضا
Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kata al-tijārah menunjukan dua pengertian; pertama,
aktivitas jual beli (perdagngan) yang diistilahkan al-buyū’
bentuk jamak dari kata al-bay dan al-syirā. Kedua, komoditas
(barang) dagangan yang diistilahkan ‘urūḍ. Dalam al-Qurān,
kata al-tijārah tersebut tidak saja digunakan untuk menunjukan
3 Abu al-Qasim al Husain ibn Muhammad al-Ma’ruf bi al-Raghib
al-Aṣfahāni, al-Mufaradāt fi Garīb al-Qurān, (Beirut: Dār al-Ma’rifat, t.th.,
h.178. 4 Ibrahim Mustafa dkk, Qamus al-MuniṬ, Juz.I, (t.t.: Dār al-
Da’wah, t.th.), h.82 5 Ali ibn Muhammad ibn Ali al-Jurjānī, al-Ta’rifāt, Juz.I, (Bairūt:
Dār al-Kitāb al-‘Arabī), h. 73. 6 Muhammad Abdur Rauf al-Munāwī, al-Taqwif ala Muhimmāt al-
Ta’ārīf, Juz. I (Bairūt: Dār al-Fikr al-Mu’asir), h. 160.
Page 35
20
aktivtas transaksi dalam pertukran barang atau produk tertentu
pada kehidupan yang nyata sehari-hari. Tetapi juga digunakan
untuk menunjukan sifat ketaatan seorang hamba kepada Allah
swt., yang mencangkup pengertian ibadah dan keimanan
kepada-Nya.7
B. Lafadz al-Tijārah dalam al-Qurān
Lafadz al-tijārah dengan segala bentuk devariasinya
terulang sebanyak 8 kali dalam al-Qurān,8 sebagai berikut:
1. Lafadz al-tijārah yang bermakna perdagangan
secara material, yaitu proses perniagaan
keuntungannya ada yang berupa materi, dapat
diindera atau dapat dilihat berupa barang dan yang
semisalnya
a. QS. Al-Baqarah (2): 282
ها يأ ينٱي ل سم ى جلم
أ إذاتداينت مبدينإل ت ءامن وا
كت ب وه ٱف ب كتب م وليلعدل ٱولكت ببينك أ
نيكت بكماعلمه فليكت بول ملللل ٱكتبأ
يٱ ل لقٱعليه ٱولتق ۥربه لل يبخسمنه ولفننكنشي يٱا ولقٱعليهل
وضعيفاأ
سفيهاأوله فلي ملل و ه ي مل ن
أ يستطيع ۥل لعدل ٱب
7 Jusmaliani, M.E., dkk, Bisnis Berbasis Syari’ah, Cet.I, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h.24. 8 Muhammad Fuād Abdul Bāqi, Mu’jam al Mufahras li Alfāẓ al
Qurān al-Karīm, (Kairo: Dār al-ḥadīs, t.th), h.52.
Page 36
21
تٱو وا ستشهد ل مفنن منر جالك ونامشهيدين يك لي لورج تانٱفرج
نترضونمنمرأ هداءٱمم نلش
أ
ما إحدىه ر فت ذك ما إحدىه خرى ٱتضل ل
يأ ول
هداء ٱ ولتسلش ت وا اإذاماد ع غغ نتكت ب وه أ ت وا م
ا كب وجلهإلأ
أ ۦ عند قسط
أ م ٱذلك لل قوم
وأ
تجرة ون تك نأ إل ت ترتاب وا ل
أ دن
وأ هدة للش
لناحأ مج مفليسعليك ونهابينك ةىت دير حاض
تبايعت إذا ت وا شهد لكتبوولي ضارم تكت ب وهاوأ
فننه ت تفعل وا إون وۥشهيد م بك وق تٱف س وا ق ٱت لل م ٱوي عل م ك ٱولل ءعليملل ش
ل ٢٨٢بك
Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang
akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
Page 37
22
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada
dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka
yang seorang mengingatkannya. Janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya
Page 38
23
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”9
b. Q.S. Al-Nisā (4): 29
ها يأ ينٱي مل بينك م مولك
أ ت ل وا ك
تأ ل ت ءامن وا
م وللبطلٱب نك ونتجرةعنتراضم نتك أ إل
م إن سك نف أ ت ٱتقت ل وا الل مرحيمى ٢٢كنبك
Terjemahan
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”
c. Q.S. al-Taubah (9) : 24
مق ل إوخون ك م بناؤ ك وأ م ءاباؤ ك كن إن
مولوأ م ت ك وعش م ك زوج
وهاٱوأ قتفت م
ترضونها ومسكن كسادها تشون وتجرةن مم إلك حب
ٱأ وللل ۦوجهادفسبيلهۦورس
9
Page 39
24
تفت وا بص تيأ ٱحت لل مره
بأ ٱوۦ يلل هديل
٢٢لفسقيٱلقومٱTerjemahan:
“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik”
d. Al-Nur (24): 37
ميوم ل ه رج وأ يديهم
وأ م لسنت ه
أ عليهم تشهد يعمل ون ت ٢٢بماكن وا
Terjemahan
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki
mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa
yang dahulu mereka kerjakan”
Page 40
25
e. Q.S. Al- Jumu’ah (62): 11
إوذا لهوا وأ تجرة ت وا
تٱرأ وا وكنفض وترك إلها
عند ما ق ل ا ٱقائمى لل ن م هوٱخومنلل
ٱوتل جرة ٱ لل زقيٱخ ١١لرTerjemahan
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau
permainan, mereka bubar untuk menuju
kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang
berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di
sisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi
rezeki”
2. Lafadz al-tijārah yang bermakna immaterial, yaitu
proses perniagaan selain keuntungan yang materi
ada juga keuntungan non materi (maknawi), baik
berupa pahala, balasan kebaikan, maupun syurga
dan semisalnya di akhirat. Diantaranya sebagai
berikut:
a. Q.S. al-Baqarah (2): 16
ئك ل وت ينٱأ تٱل ا و للةٱشت لض دىٱب ربحتله فما
هتدين م ت موماكن وا ١١ت جرت ه Terjemahannya
Page 41
26
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan
dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung
perniagaan mereka dan tidaklah mereka
mendapat petunjuk”
b. Q.S. Faṭir (35): 29
ينٱإن يتل كتب ٱل ون تلل وا قام لوةٱوأ ولص نفق
توأ ا
ونتجرةىلنتب ور يرج اوعلنيةى مس ى ارزقنه ٢٢ممTerjemahannya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi”
c. Q.S. al-Ṣaff (61): 10
يأ ينٱهاي مل تجرةت نجيك ملع د لك
هلأ ت ءامن وا
لمنعذا أ ١١م
Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih”
Page 42
27
C. Pandangan Para Mufassir Tentang Ayat al-Tijārah
Ibn Katsīr menafsirkan ayat al-tijārah pada Q.S. al-
Baqarah (2): 282 bahwa ayat ini mengharuskan para pihak yang
ber-tijārah untuk menulis hutang piutang dan
mempersaksikannya dihadapan pihak ketiga yang dipercaya
(dalam kondisi tertentu dihadapan notaris atau kuasa hukum),
sambil menekankan perlunya menulis hutang walau sedikit
disertai dengan dengan jumlah dan ketetapan waktu hutang
tersebut menjadi jelas.10
Kata al-tijārah dalam ayat ini diartikan sebagai
perdagangan yang sifanta meteril, ia memberi penegasan atau
petunjuk bahwa jika perdagangan yang engkau jalankan itu
adalah perdagangan tunai, maka tidak boleh ada dosa bagi kami
jika kami menulisnya. Oleh karena itu, dengan perintah
menulis hutang piutang yang mengakibatkan terpeliharanya
harta sehingga tercermin keadilan seperti yang didambakan
oleh al-Qurān, maka lahirlah jalan tengah antara rahmat dan
hikmah-Nya.
Ibn Jarīr al-Ṭabarī menafsirkan ayat pada QS.al-Nisā’
(4) : 29, bahwa al-tijārah tidak akan sah melainkan dengan
kerelaan hati antara kalian, ayat ini juga mengindikasikan agar
seorang hamba senantiasa mencari harta dengan jalan yang
10 Ismā’īl Ibn Katsīr, Tafsir al-Qurān al-‘Adzīm, Jilid II. Cet.I,
(Kairo: Dār al-Quṭūbah,2000), h.505
Page 43
28
halal yang Allah telah halalkan bagi siapa saja yang
mencarinya dan mengusahakannya.11
Wahbah al-Zuḥailī menafsirkan ayat pada QS Al-
Taubah (9): 24, bahwa kecintaan seseorang terhadap al-tijārah
merupakan tabu’at manusia, karena al-tijārah berfungsi
sebagai pendapatan (penghasilan untuk kehidupan). Oleh
karena itu, manusia bersemangat mengembangkan al-tijārah-
nya dan memperbanyak keuntungannya agar ia memperoleh
faedah dari al-tijārah tersebut.12
Muḥammad Ṭāhir ibn ‘Āsyur al-Tūnisī menjelaskan
ayat pada QS. Al-Nūr (24): 37 bahwa para lelaki tidak
dilalaikan oleh al-tijārah karena mereka senantiasa berdzikir
kepada Allah tetapi tidak dikatakan bahwa mereka tidak ber-
tijārah pada kesempatan yang lain. Al-tijārah ini merupakan
bentuk usaha menarik komoditas untuk memperoleh
keuntungan darinya dengan cara mengolah dana tersebut.13
Abū Muḥammad al-Baghwi menjelaskan ayat pada QS.
Al-Jumuah (62): 11 bahwa ayat ini turun berkenaan al-tijārah
yang dilakukan Duḥaiyah ibn al-Khalīfah al-Kalbī dari kota
Syam (sekarang Suriah) sebagaimana yang dikabarkan oleh
11 Muhammad Ibn Jarīr al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl al-
Qurān, Jilid VIII, Cet.I, (t.tp: Muassasah al-Risālah, 1420 H/ 2000M),
h.227. 12 Wahbah ibn Muṣṭafā al-Zuḥailī, Tafsir al-Munīr fī al-‘Aqīdah
wa al-Syarī’ah wa al-Manḥaj, Juz.10, (Damaskus: Dār al-Fikr, 1418 H),
h.151. 13 Muḥammad Ṭāhir ibn Muhammad ibn ‘Āsyur al-Tūnisī, al-
Tahrīr wa al-Tanwīr , Juz 18, (Tunis: Dār al-Tūnisiyah, 1984 M), h. 249.
Page 44
29
Jābir ibn Abdillah dalam riwayat al-Bukharī, dimana ketika itu
Nabi Muḥammad saw. berkhutbah sedang manusia asyik ber-
tijārah hingga tersisa 12 orang didalam mesjid, maka turunlah
ayat tersebut sebagai teguran terhadap perbuatan mereka. Oleh
karenanya, al-tijārah tidaklah lebih baik dibandingkan
keberuntungan dari Allah Yang Maha Memberi rizki.14
Al-Rāgib al-Aṣfahānī menjelaskan ayat pada Q.S al-
Baqarah(2): 16, bahwa perniagaan itu ada dua bentuk yaitu
bentuk perniagaan yang antara penjual dengan penjual dan
antara penjual dengan pembeli, dimana keduanya
mengharapkan keberuntungan atas perniagaannya, dan ayai ini
menjelaskan bahwa perniagaan mereka tidak beruntung karena
kerugian yang terjadi disebabkan tidak taatnya kepada penjual
yaitu Allah yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi rizki.15
Abdurraḥmān ibn Nāṣir al-Si’dī menjelaskan ayat pada
Q.S. Fāṭir (35): 29 bahwa mereka mengharapkan al-tijārah
yang tidak akan merugi, karena sebaik-baik al-tijārah, yang
paling afḍal-nya, adalah riḍā Rabb mereka, dengan ganjaran
yang banyak, keselamatan dari murka dan sanksi-Nya, karena
didalamnya mereka beramal ikhlas dan mereka tidak
14 Abū Muḥammad al-Ḥusain al-Baghwi, Ma’ālim al-Tanzīl, juz
VIII, cet. IV (t.tp.: Dār al-Ṭayyibah, 1417 H/ 1997 M), h.123. 15 Abū Qāsim al-ḥusain ibn Muhammad al-Ma’ruf Al-Rāgib al-
Aṣfahānī, Tafsīr Al-Rāgib al-Aṣfahānī, Juz I, (t.tp.: Jāmi’ah Ṭanṭa Fak.
Adab, 1420.H/ 2000 M), h. 105.
Page 45
30
mengharapkan tujuan –tujuan yang buruk niat-niat yang jelek,
lagi rusak sedikitpun.16
Wahbah Zuḥaili dalam Tafsīr al-Wasīṭ menjelaskan
ayat pda Q.S. al-Ṣaff (61): 10, bahwa ayat ini merupakan jenis
al-tijārah immaterial yakni teguh lagi konsisten beriman
kepada Allah swt. dan Rasul-Nya, Ikhlas beramal kepada-Nya,
berjihad untuk meninggikankalimat Allah dan menyebarkan
agama-Nya dengan jiwa (diri) dan hartanya. Al-tijārah yang
dimaksud adalah amal shaleh.17
D. Cara dan Adab ber-tijārah
1. Cara ber-tijārah
a. Sesuai Syariat18
Ada perangkat atau ketentuan tertentu yang
harus dipenuhi oleh setiap orang yang hendak
melakukan aktifitas jual-beli. Diantara komponen
tersebut adalah memperhatikan masalah akad. Yang
16 Abdurraḥmān ibn Nāṣir al-Si’dī, Tafsīr Karim al-Raḥmān fī
tafsīr Kalām al-Mannān, Cet.I, (t.tp: Muassasah al-Risālah, 1420 H/ 2000
M), h.689. 17 Wahbah ibn Muṣṭafā al-Zuḥailī, Tafsir al-Wasīṭ, Juz III,
(Damaskus: Dār al-Fikr, 1418 H), h.2649. 18 Quraish Shihab, Etika Bisnis dalam Wawasan Al-Qurān, (t.tp:
Jurnal ulum al-Qur’an, 1997), h.7-8
Page 46
31
membedakan ada tidaknya unsur Riba dan Gharar
(penipuan) dalam sebuah transaksi adalah terletak pada
akadnya. Sebagai contoh adalah akad murabahah19 dan
pinjaman bunga dalam bank konvensional.
Beberapa sistem akad al-tijārah dikenal dalam
Islam meliputi, pertama sistem murabahah. Jika
akadnya murabahah, maka harus jelas barang apa yang
diperjualbelikan dan berapa marjin profit yang
disepakati. Misal pihak A membeli produk dari pabrik.
Kemudian A menjual kepada B dengan mangatakan
“saya menjual produk ini kepada anda dengan harga
Rp. 11.000,- harga pokoknya Rp. 10.000,- dan saya
ambil keuntungan Rp. 1.000,- selanjutnya B tidak bisa
langsung bertransaksi dengan pabrik, jika B mau
menjual kepada C, maka prosesnya sama dengan A
(keuntungan yang diambil terserah kepada B, pihak
penjual).
Kedua sistem muḍārabah. Jika akanya
muḍārabah, maka harus jelas jenis usahanya, siapa
yang bertindak sebagai rabbul māl (pemilik modal) dan
19 Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Dalam tenkis perbankan syariah, akad ini merupakan salahsatu
bentuk natural certanty contracts, karena dalam murabahah ditentukan
require rate of profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh). Berapa besar
keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau
dalam bentuk presentase dari harga pembeliannya, seperti 10% atau 20%.
Lihat Ir. Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.113
Page 47
32
mudarib-nya (pengelola usaha), sebagaimana rasio bagi
hasilnya. Muḍārabah adalah akad kerjasama suatu
usaha antar dua pihak pertama (mālik, ṣāhib al-māl,
Lembaga Koprasi Simpan-Pinjam) menyediakan
seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, muḍārib,
nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan
usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak. Jika ada keuntungan, dibagi
sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak
antara pemodal dan pengelola modal, sementara
kerugian ditanggung hanya oleh pemilik modal. Sebab
dalam muḍārabah berlaku hukum wakalah
(perwakilan), sementara seorang wakil tidak
menanggung kerusakan harta atau kerugian dana yang
diwakilkan kepadanya. Namun demikian, pengelola
turut menanggung kerugian jika kerugian itu terjadi
karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-
syarat yang ditetapkan pemodal. Muḍārabah sendiri
terdiri dari dua macam, yaitu muṭalaqah adalah kontrak
muḍārabah yang tidak memiliki ikatan tertentu, dan
muqayyadah yang berarti, pada akadnya dicantumkan
untuk persyaratan-persyaratan tertentu.
Ketiga sistem musyārokah. Jika akadnya
musyārokah maka harus jelas jenis usahanya, berapa
rasio keuntungan dan kerugian, dan bagaimana rasio
terhadap aspek manajemennya. Musyarokah adalah
Page 48
33
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha
tertentu, dimana masing-masing memberikan
kontribusi dana dengan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Misalkan A
kerjasama dengan B untuk menjual produknya, dan
kesepakatan A menyediakan barang, sedangkan B
menanggung biaya transportasi pemasaran, selanjutnya
hak masing-masing diagi sesuai kesepakatan.
b. Tidak sesuai syariat
Adapun ber-tijārah yang tidak sesuai syariat
yaitu sebagai berikut20:
1) Jika akad ber- tijārah itu menyulitkan ibadah,
misalnya mengambil waktu salat.
Seorang pedagang sibuk jual beli sampai
terlambat melakukan shalat jum’ah di mesjid, baik
tertinggal seluruh shalat ataupun masbuq. Berniaga
sampai melalaikan shalat itu dilarang, sebagaimana
firman Allah swt. dalam Q.S. al-Jumu’ah (62): 9
ها يأ ينٱي ل يوم من لوة للص ن ودي إذا ت عةٱءامن وا ل م
تٱف سعوا ذكر ٱإل تلل وا مإنليع ٱوذر لك مخ ذلك
ون نت متعلم ٢ك
20 Syaikh Shalih al Fauzan bin Fauzan, Fiqh wa Fatwa al-Buyu’
(Riyāḍ: Jāmi’ah ibn Su’ud , 1441 H0, h. 125-137
Page 49
34
Terjemahan
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui”
Dalam ayat lain Q.S al-Munāfiqūn (63): 9 Allah berfirman,
sebagai berikut:
ها يأ ينٱي مل ك ولد
أ ول م مول ك
أ م ت لهك تل ءامن وا
ٱعنذكر م لل ئكه ل وت ونٱومنيفعلذلكفأ ٢لخس
Terjemahan:
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi
Dalam firman Allah swt. “maka merekalah orang yang
merugi”. Allah menyatakan mereka dalam kerugian, meskipun
mereka kaya, berhasil mengumpulkan banyak harta dan
memiliki banyak anak. Sesungguhnya harta dan anak-anak
tidak bisa menggantikan dzikir yang terlewatkan.
Seorang pedagang akan meraih keuntunan yang hakiki,
jika meraih dua kebaikan, yaitu yaitu memadukan antara
mencari rezeki dengan ibadah kepada Allah swt.
Page 50
35
Melangsungkan akad jual beli pada waktunya, dan menghadiri
shalat pada waktunya. Allah berfirman dalam Q.S al-
Ankabūt(29) : 17;
م ئنك تلأ ت ون
لر جالٱأ بيلٱوتقطع ون فلس ت ون
وتأ
م ٱناديك نكر تۦفماكنجوا قومهلم نقال واأ ئتناٱإل
ٱبعذا نتمنلل دقيٱإنك ٢٢لصTerjemahan
“Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi
laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di
tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya
tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada
kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar"21
Jadi, perniagaan itu ada dua, yaitu perniagaan dunia dan
akhirat. Perniagaan dunia menggunakan harta dan
usaha.Sedangkan perniagaan akhirat menggunakan amal
shalih. Allah berfirman dalam Q.S al-Ṣaff(61): 10-13;
21 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qurān dan
Terjemahnya, h. 398.
Page 51
36
ها يأ ينٱي نل مم تجرةت نجيك ملع د لك
هلأ ت ءامن وا
لمت ؤمن ون١١عذا أ ٱب وللل ونفسبيلۦورس وت جهد
ٱ نت ملل ك إن م لك خ م ذلك م سك نف وأ م مولك
بأ
ون مذ ن وبيغفر١١تعلم مجنتتريلك موي دخلك ك
نهر ٱمنتتهاذلكل عدن جنت ف بةى طي ومسكن
خرى١٢لعظيم ٱلفوز ٱ نوأ نصم بونها ٱت وفتحقريبلل
ؤمنيٱوبش ١١لم Terjemahan
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih (10). (yaitu)
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (11).
Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke
tempat tinggal yang baik di dalam jannah ´Adn. Itulah
keberuntungan yang besar (12). Dan (ada lagi) karunia
Page 52
37
yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman (13)”22
Inilah perniagaan yang menguntungkan, jika ditambah
lagi dengan pernigaan dunia yang diperbolehkan, maka itu
berarti kebaikan di atas kebaikan.Jika seseorang hanya
melakukan perdagangan di dunia dan mengabaikan
perdagangan di akhirat, inilah orang yang rugi.Sebagaimana
firman Allah, yang artinya mereka itulah orangorang yang
merugi.
Seandainya seseorang melakukan ibadah, shalat, dzikir
dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya, niscaya Allah
membukakan pintu rezeki baginya. Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu,
Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa (Q.S Ṭāha(20): 132).
Shalat yang dianggap oleh sebagian orang sebagai
penghalang mencari rezeki, ternyata sebaliknya, ia bisa
membuka pintu rezeki, kemudahan dan barakah. Jika engkau
berdzikir dan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, maka
22 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a>n dan
Terjemahnya, h. 552.
Page 53
38
Allah akan memberikan kemudahan dan membukakan pintu
rezeki buatmu, dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.
Allah SWT.menjelaskan sifat-sifat hambaNya yang
beriman dalam Q.S al- Nūr(24): 36-37
ذنف ٱب ي وتأ نت رفعوي ذكرفيهالل
ه ٱأ ل ي سۥسم ۥب ح
ٱفيهاب و د ت لهيهمتجرةولبيعرجال١١ألغالٱولغ ل
ٱعنذكر لل ٱإوقام لوة لص ٱإويتاء كوة الز يومى ياف ون
فيه ل و ٱتتقلب بصر ٱولق ١٣ل
Terjemahan:
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang
telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut
nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu
petang (36). Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang,
dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada
suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang (37).”23
23 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qurān dan
Terjemahnya, h. 355.
Page 54
39
Ketika menafsirkan ayat ini, sebagian ulama salaf
mengatakan, orang-orang mukmin itu melakukan akad jual
beli. Jika salah seorang di antara mereka mendengar adzan,
sedangkan timbangan masih ada di tangannya, maka dia akan
menurunkan timbangan itu dan pergi mengerjakan shalat.
Kesimpulannya, jika jual beli menghalangi seseorang
dari shalat, maka hal itu termasuk jual beli yang dilarang, bathil
dan hasilnya haram.
Page 55
40
BAB III
JUAL BELI ON LINE
A. Pengertian Jual Beli Online
Kegiatan jual beli online saat ini semakin marak,
apalagi situs yang digunakan untuk transaksi jual beli online
semakin baimk dan beragam. Namun, seperti yang kita ketahui
bahwa dalam sistem jual beli online produk yang ditawarkan
hanya berupa penjelasan spesifikasi barang dan gambar yang
bisa jadi belum tentu keakuratannya. Untuk itu sebagai
pembeli, maka sangat penting untuk mencari tahu kebenaran
apakah baranmg yangdibeli itu sudah sesuai atau tidak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jual
beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni
pihak yang menyerahkan barang , dan pembeli sebagai pihak
yang membaray harga barang yang dijual.1 Menurut Rahmat
Syafe’i, secara bahasa jual beli adalah pertukaran sesuatu
dengan sesuatu yang lain.2
Kata online terdiri dari dua kata, yaitu on (Inggris) yang
berarti hihup atau didalam, dan line (Inggris) yang berarti garis,
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, Edisi IV , Cet. I, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
2008), h.589 2 Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Cet. X, (Bandung, CV.
Pustaka Setia, 2001) h. 73
Page 56
41
lintasan, saluran, atau jaringan.3 Secara bahasa online dapat
diartikan “didalam jaringan” atau “dalam koneksi”. Online
adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan intenet. Dalam
keadaan online, kita bisa melakukan kegiatan secara aktif
sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu
arah seperti membaca berita online dan artaikel di website
maupun komunikasi dua arah seperti chatting di media sosial
dan saling berkirim e-mail. Online bisa diartikan sebagai
keadaan dimana menghunakan jaringan, satu perangkat dengan
perangkat lainnya terhubung sehingga dapat saling
berkomunikasi.
Dari pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa jual
beli online adalah persetujuan saling mengikat melalui internet
antara penjual sebagai pihak yang menjual barang dan
pembelin sebagai pihak yang membayar harga barang yang
dijual. Jual beli secara online menerapkan sisrtem jual beli di
internet, tidak ada kontak langsung antara penjual dan pembeli.
Jual beli dilakukan melalui suatu jaringan yang terkoneksi
dengan menggunakan handphone, komputer, tablet, dan lain-
lain.
B. Subjek dan Objek Jual Beli Online
Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli
tidak bertemu langsung dalam suatu tempat, proses komunikasi
3 “sederet.com”, Online Indonesia English Dictionary.
http://mobile.sederet.com/ (9 Juli 2020)
Page 57
42
melalui jaringan internet di dunia maya. Adapun yang menjadi
subjek jual beli online tidak berbeda dengan jual beli secara
konvensional, yaitu pelaku usaha sebagai penjual yang menjual
barangnya dan pembeli sebagai konsumen yang membayar
harga barang. Penjualan dan pembelian online terkadang hanya
dilandasi oleh kepercayaan, artinya pelaku jual beli online
kadang tidak jelas sehingga rentan terjadinya penipuan.
Adapun yang menjadi objek jual beli online, yaitu
barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen, namun barang atau
jasa yang dibeli tidak dilihat langsung pembeli selaku subjek
jual beli online. Sangat berbeda dengan jual beli secara
konvensional dimana penjual dan pembeli dapat bertemu dan
melihat objek jual beli secara langsung, sehingga
memungkinkan pembeli mendapatkan kepastian terkait
dengan kualitas barang yang akan dibelinya, sehingga
memininalisir terjadi tindakan penipuan.
C. Komponen Jual Beli Online
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam jual beli online
atau sering disebut sebagai e-commerce, pihak-pihak ini lebih
tepat disebut sebagai komponen-komponen karena semuanya
bersifat maya atau virtual. Sesuai dengan standar protokol SET
Page 58
43
(Secure Electronic Transaction), komponen yang terlibat
dalam jual beli online, yaitu:4
1. Virtual/ Physical Smart Card
Virtual atau Physical Smart Card adalah media yang
digunakan pembeli atau pelaku transaksi dalam menyerahkan
kartu kreditnya kepada kasir di counter. Penyerahan kartu
kredit ini tidak dilakukan secara fisik lagi, tetapi dengan alat
yang disebut dengan smart card. Dengan smart card ini
pembeli akan mengirimkan informasi dari kartu kredit yang
dibutuhkan oleh penjual barang untuk selanjutnya dilakukan
otoritas atas informasi yang diperolehnya.
Pengirim informasi kartu kredit ini sudah terjamin
keamanannya karena smart card yang digunakan sudah
memiliki CA (Certificate Autority) tertentu. Saat ini smart card
untuk jual beli online tersedia dalam bentuk software, yang
biasa dikenal dengan virtual smart card. Dengan virtual smart
card, pelaku transaksi tidak perlu mengetikan nomor kreditnya
setiap kali melakukan transaksi, tetapi tinggal hanya
menjalankan software ini dan menekan satu tombol tertentu
untuk melakukan pembayaran. Contoh Contoh software virtual
card ini adalah vWallet, Microsoft Wallet dan Smartcard.
2. Virtual Point of Sale
4 Disa Nusia Nisrina, Skripsi: Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Jual Beli Online dan Relevansinya terhadap undang-undang perlindungan
konsumen, (UIN Alaudin Makasar, 2010), h.52
Page 59
44
Sebagai tempat penjualan, tentunya penjual harus
mempunyai software aplikasi yang benar-benar baik dan
lengkap yang mendukung transaksi online, antara lain:
menyediakan interface untuk operasi-operasi penjualan.
Pengiriman laporan transaski ke pembeli dan kebagian
keuangan yang juga online, pengontrolan penyediaan barang
atau inventori, memiliki interface untuk otoritas secara
transpasan dan mendukung SET demi keamanan pengiriman
dan penerimaan data antara pembeli dan penjual. Dengan
adanya sofware virtual point of sale, pembeli akan benar-benar
merasakan seolah-olah berada di toko atau tempat penjualan
yang sesungguhnya. Pembeli dapat melakukan pemilihan
barang yang dibutuhkan, berapa stok barang yang tersedia,
mengetahui jumlah barang yang dibelinya, berapa banyak
transaksinya, kapan barang yang dibeli akan tiba, tanpa rasa
was-was akan salah tagih atau salah debet atas kartu kreditnya.
Penyebabnya, pembeli akan dapat langsung mencetak dengan
printer segala transaski yang telah dilakukan pada saat itu juga
melalui komputernya, juga tanpa merasa kuatir akan keamanan
informasinya yang telah dikirim atau diterimanya saat
melakukan transaski kepada penjual barang tersebut. Salahsatu
contoh software ini adalah vPost.
3. Virtual Acquirer atau Payment Gateway
Transaksi yang sesungguhnya pihak penjual akan
melakukakan otoritas kartu kredit pembeli kepada pihak bank
Page 60
45
yang bekerjasama dengan visa atau master card, sehingga
dapat diperoleh apakah kartu kredit itu valid atau tidak,
bermasalah atau tidak. pabila memang tidak bermasalah, pihak
penjual akan mengirim jumlah transaksi yang ilakukan pembeli
ke pihak bank. Sealanjutnya pihak bank akan mengeluarkan
kartu kredit melakukan penagihan kepada pemilik kartu kredit
untuk dibayarkan ke pihak penjual. Pada bank sentral,
tranksaksi yang terjadi adalah transfer sejumlah dana antar
bank, di mana bank A akan mengirim memo kepada bank
sentral atas pemindahan dana nasabahnya kepada nasabah bank
B, bank sentral akan meneruskan memo ini ke bank B,
selanjutnya setelah bank B menerima memo ini, bank B akan
menambahkan sejumlah dana account nasabahnya. Dalam jual
beli online, karena seluruh transaksi dilakukan secara online
maka softwarelah yang memegang peranan penting dalam
transaksi ini. Software ini dapat saja diletakkan di beberapa
bank tertentu bekerjasama dengan beberapa penjual untuk
membangun suatu sistem jual beli online atau bisa juga
diletakkan di ISP. Salah satu perusahaan yang menerapkan ini
adalah Wells Fargo dan General Electric.
4. Visa Credit Card
Visa adalah suatu keharusan untuk mendukung 100%
transaksi online di internet. Mereka bekerjasama dengan
berbagai bank di seluruh dunia dan pihak-pihak pengembang
software jual beli online. Visa sendiri harus menyediakan data
base yang handal dan terjaga kerahasiannya yang dapat di
Page 61
46
akses setiap saat oleh para pembeli. Di internet ini pun visa
menyediakan layanan-layanan online seperti ATM Locator,
Electronic Banking, Bill Paymet dan lain sebagainya.
D. Tempat Jual Beli Online
Ada beberapa tempat yang biasa ditempati oleh pelaku
usaha untuk berjualan online, yaitu:5
1. Marketplace
Pelaku usaha menjajakan produk yang dijual dengan
mengunggah foto produk dan deskripsi produk yang dijual di
marketplace. Marketplace tersebut telah menyediakan sistem
yang tertata sehingga pelaku usaha hanya perlu menunggu
notifikasi jika ada konsumen yang melakukan pembelian.
Contoh dari marketplace adalah BukaLapak.com,
Tokopedia.com, Shopee, dan lain-lain.
2. Website
Seorang pelaku usaha online dapat membuat situs yang
ditujukan khusus untuk berbisnis online. Situs tersebut
memiliki alamat atau nama domain yang sesuai dengan nama
toko onlinenya.
5 Disa Nusia Nisrina, Skripsi: Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Jual Beli Online dan Relevansinya terhadap undang-undang perlindungan
konsumen, (UIN Alaudin Makasar, 2010), h.54
Page 62
47
Untuk membuat situs dengan nama yang sesuai seperti
itu, pelaku usaha harus membayar biaya hosting. Beberapa
penyedia web menawarkan paket-paket situs dengan harga
yang berbeda-beda. Ada yang termasuk template atau desain
dari situs tersebut, atau ada pula yang terpisah. Ini tergantung
paket apa yang dipilih oleh seorang pelaku usaha. Contohnya
ialah, desapernik.com6, vindyka.com, vanilahijab.com dan
lain-lain.
3. Webblog
Pelaku usaha yang memiliki budget yang terbatas bisa
mengandalkan webblog gratis seperti blogspot atau wordpress.
Dengan format blog, pelaku usaha dapat mengatur desain atau
foto-foto produk yang ia jual. Contohnya ialah, www.
bajumuslimtermurah.blogspot.com,
http://morinabusana.blogspot.com.
4. Forum
Salah satu tempat berjualan secara online yang paling
banyak digunakan adalah forum yang digunakan sebagai
tempat jual beli. Biasanya, forum ini disediakan oleh situs-situs
yang berbasis komunitas atau masyarakat. Dari forum ini,
seseorang dapat menemukan apa yang ia cari dan apa yang
sebaiknya ia jual. Untuk mengakses dan membuat posting
disebuah forum, pelaku usaha diharuskn untuk sign up terlebih
6 Usaha yang dimiliki penulis
Page 63
48
dahulu untuk menjadi member dari situs tersebut. Contohnya
ialah, Kaskus.co.id dan Paseban.com
5. Media Sosial
Salah satu sarana yang cukup efektif untuk berbisnis
online, adalah mediamedia yang menyentuh masyarakat secara
personal, yaitu media sosial. Contohnya ialah, Facebook,
twitter, instagram, dan lain-lain.
E. Jenis Transaksi Juali Beli Online
Konsumen jual beli online semakin dituntut untuk
mengetahui lebih dalam mengenai proses, resiko serta
keamanan dari sebuah transaksi online. Saat ini jenis transaksi
online juga semakin beragam mulai dari jenis konvensional
dimana pembeli dan penjual harus bertatap muka dalam
melakukan proses transaksi hingga yang menggunakan proses
transaksi otomatis tanpa harus bertatap muka.
Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis transaksi jual
beli online yang biasa dilakukan oleh konsumen jual beli
online, yaitu:7
1. Transfer Antar Bank
Transaksi dengan cara transfer antar bank merupakan
jenis transaksi yang paling umum dan popular digunakan oleh
para pelaku usaha atau penjual online. Jenis transaksi ini juga
7 Maxmanroe, “3 Jenis Transaksi Jual Beli Online Terpopuler di
Indonesia”, Blog Maxmanroe.https://www.maxmanroe.com/2014/01/3-
jenis-transaksi-jual-beli-online-terpopuler-diindonesia.html
Page 64
49
memudahkan proses konfirmasi karena dana bisa dengan cepat
di cek oleh penerima dana atau penjual. Prosesnya adalah
pertama-tama konsumen mengirim dana yang telah disepakati
lalu setelah dana masuk, maka penjual akan mengirimkan
barang transaksi yang dijanjikan.
Kekurangan transaksi antar bank adalah diperlukannya
kepercayaan yang tinggi dari para pembeli sebelum
memutuskan mengirim dana. Disini tidak jarang terjadi
penipuan, setelah dana terkirim ternyata barang tak kunjung
diterima.
2. COD (Cash on Delivery)
Pada sistem COD sebenarnya hampir dapat dikatakan
bukan sebagai proses jual beli secara online, karena penjual
dan pembeli terlibat secara langsung, bertemu, tawar-
menawar, dan memeriksa kondisi barang baru kemudian
membayar harga barang.
Keuntungan dari sistem ini adalah antara pelaku usaha
dan konsumen lebih bisa leluasa dalam proses transaksi.
Konsumen bisa melihat dengan detil barang yang akan dibeli.
Jenis transaksi ini dipopulerkan oleh website jual beli seperti
Tokobagus, Berniaga, dan lainnya.
Kekurangan dari sistem ini adalah keamanan baik
pelaku usaha maupun konsumen karena boleh jadi pihak yang
akan ditemui pelaku usaha atau konsumen adalah orang yang
berniat jahat.
Page 65
50
3. Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang semakin
popular, selain memberikan kemudahan dana proses verifikasi,
pembeli juga tidak perlu melakukan semua tahap transaksi.
Akan tetapi karena tidak semua pembeli mempunyai kartu
kredit sehingga cara pembayaran ini menjadi pilihan kedua.
Bahkan pengguna dengan
kartu kredit pun akan berusaha memastikan bahwa toko si
pelaku usaha memiliki tingkat keamanan yang tinggi guna
menghindari tindakan pencurian data oleh pihakpihak tertentu.
4. Rekening Bersama
Jenis transaksi ini disebut juga dengan istilah escrow.
Cara pembayaran ini mempunyai perbedaan dengan proses
pembayaran melalui transfer bank. Jika dalam transfer bank
pihak ketiganya adalah bank, sedangkan dengan sistem
rekening bersama yang menjadi pihak ketiga adalah lembaga
pembayaran yang telah dipercaya baik oleh pihak pelaku usaha
maupun konsumen.
Prosesnya, yaitu pertama konsumen mentransfer dana
ke pihak lembaga rekening bersama. Setelah dana dikonfirmasi
masuk, lalu pihak rekening bersama meminta pelaku usaha
mengirim barang yang sudah disepakati. Jika barang sudah
sampai, baru dana tersebut diberikan pada si pelaku usaha.
Dengan sistem ini dana yang diberikan oleh pembeli
bisa lebih terjamin keamanannya karena dananya hanya akan
Page 66
51
dilepas jika barang benar-benar sudah sampai ditangan
konsumen. Jika terjadi masalah pun dana bisa ditarik oleh sang
konsumen. Sistem ini banyak digunakan pada proses jual beli
antar member forum Kaskus.
5. Potongan Pulsa
Metode pemotongan pulsa biasanya diterapkan oleh
toko online yang menjual produk-produk digital seperti
aplikasi, musik, ringtone, dan permainan. Transaksi ini masih
didominasi oleh transaksi menggunakan perangkat seluler atau
smartphone.
F. Mekanisme Transaksi Jual Beli Online
Dalam mekanisme jual beli online hal pertama yang
dilakukan oleh konsumen, yaitu mengakses situs tertentu
dengan cara masuk ke alamat website toko online yang
menawarkan penjualan barang. Setelah masuk dalam situs itu,
konsumen tinggal melihat menunya dan memilih barang apa
yang ingin dibeli. Misalnya, jam tangan, klik jam tangan,
merek apa yang disukai, klik dan pilih harga yang cocok, lalu
klik sudah cocok, bisa lakukan transaksi dengan menyetujui
perjanjian yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak. Kalau
sudah terjadi kesepakatan secara digital, pelaku usaha akan
mengirimkan nomor rekening dan alamatnya pada konsumen
Page 67
52
dan setelah itu konsumen menunggu barangnya sekitar
seminggu.8
Adapun saat ini dengan berbagai macamnya sosial
media seperti facebook, Line, Black Berry Massanger (BBM),
WhatsApp, dan lainnya. Konsumen tinggal melihat postingan
pelaku usaha berupa gambar-gambar produk yang ditawarkan
kepada konsumen, lalu kemudian konsumen tinggal
mengkonfirmasi lewat komentar, inbox atau sms dan telepon
jika ingin memesan barang yang di inginkan. Biasanya
digambar itu telah tertera nomor rekening pelaku usaha,
sehingga setelah mengkonfirmasi pelaku usaha, maka
konsumen bisa langsung mentransfer uangnya lewat bank, lalu
mengirimkan bukti transfernya ke pelaku usaha, setelah
itukonsumen menunggu barang yang dibelinya paling cepat
biasanya dalam waktu seminggu.
G. Kelebihan dan Kekurangan Jual Beli Online
Dalam melakukan transaksi elektronik dalam hal ini jual
beli online, ada kelebihan dan kekurangan yang didapatkan
oleh pelaku usaha dan konsumen. Adapun kelebihan dan
kekurangan bagi pelaku usaha dan konsumen dalam melakukan
transaksi jual beli online, yaitu:
8 Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam (Cet. 1; Makassar:
Alauddin University Press, 2012), h. 242.
Page 68
53
1. Kelebihan dan Kekurangan Jual Beli Online Bagi
Pelaku Usaha
Ada beberapa kelebihan jual beli online bagi pelaku
usaha, yaitu:9
a) Dapat digunakan sebagai lahan untuk menciptakan
pendapatan yang sulit atau tidak dapat diperoleh
melalui cara konvensional, seperti memasarkan
langsung produk atau jasa, menjual informasi,
iklan, dan sebagainya. Contohnya, pelaku usaha
tidak lagi repot-repot memasarkan barang jualan
secara langsung, tetapi cukup melakukan
pemasaran barang jualan melalui media online;
b) Jual beli dapat dilakukan tanpa terikat pada tempat
dan waktu tertentu. Jual beli online merupakan
bisnis yang dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun, selama tersedia fasilitas untuk
mengakses internet. Contoh: Seorang pengusaha
melakukan perjalanan bisnis, kemudian pada saat
itu juga ada konsumen yang ingin memesan barang
sedangkan pengusaha tersebut tidak sedang di
kantor, pengusaha tersebut menganjuran agar
melakukan transaksi via internet dan barang
pesanan dapat diambil esoknya.
9 Arip Purkon, Bisnis Online Syariah: Meraup Harta Berkah dan
Berlimpah Via Internet (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 20.
Page 69
54
c) Modal awal yang diperlukan relatif kecil. Modal
yang diperlukan adalah fasilitas akses internet dan
kemampuan mengoperasikannya. Banyak penyedia
jasa yang menawarkan media promosi, baik yang
berbayar maupun yang gratis. Contoh: Anto
termasuk pengusaha pemula dengan modal
pemasaran yang sedikit, namun pada saat
bersamaan anto juga menerapkan pemasaran lewat
internet sehingga tidak terlalu mengeluarkan modal.
d) Jual beli online dapat berjalan secara otomatis.
Pelaku usaha hanya melakukan bisnis jual beli ini
beberapa jam saja setiap harinya sesuai dengan
kebutuhan. Selebihnya dapat digunakan untuk
melakukan aktivitas yang lain. Contoh: andi
seorang pengusaha namun juga merupakan seorang
guru disalah satu smp ternama di jakarta, namun itu
tidak mengganggu usahanya karena andi
menerapkan penjualan online sejak 2 tahun yang
lalu.
e) Akses pasar yang lebih luas. Dengan adanya akses
pasar yang lebih luas, potensi untuk mendapatkan
pelanggan baru yang banyak semakin besar.
Contoh: Penggunaan internet sekarang semakin
luas, pasar internet merupakan salah satu pasar
modern yang diterapkan sekarang, dengan hadirnya
Page 70
55
seperti zalora, berniaga.com, olx dll. Membuktikan
bahwa pasar online telah terbuka bebas.
f) Pelanggan (konsumen) lebih mudah mendapatkan
informasi yang diperlakukan dengan online.
Komunikasi antara pelaku usaha dan konsumen
akan menjadi lebih mudah, praktis, dan lebih hemat
waktu serta biaya. Contoh: Banyaknya website yang
menyediakan layanan jual beli online
memungkinan untuk dapat mengakses dengan
mudah spesifikasi barang yang ingin dibeli.
g) Meningkatkan efisiensi waktu, terutama jarak dan
waktu dalam memberikan layanan kepada
konsumen selaku pembeli. Contoh: Seorang
pengusaha dan konsumen yang bertransaksi 2
negara yang berbeda.
h) Penghematan dalam berbagai biaya operasional.
Beberapa komponen biaya seperti transportasi,
komunikasi, sewa tempat, gaji karyawan dan yang
lainnya akan lebih hemat. Dengan adanya
penghematan biaya dalam berbagai komponen
tersebut, secara otomatis akan meningkatkan
keuntungan. Contoh: dengan adanya fasilitas online
untuk melakuka transaksi jual beli online sehingga
seorang pengusaha dapat menghemat biaya
operasional terutama yang berbeda tempat yang
Page 71
56
sangat jauh, dengan hanya biaya kirim saja yang
menjadi tanggungan.
i) Pelayanan ke konsumen lebih baik. Melalui internet
pelanggan bisa menyampaikan kebutuhan maupun
keluhan secara langsung sehingga pelaku usaha
dapat meningkatkan pelayanannya. Contoh: Jual
beli online menyediakan fasilitas chat agar
konsumen dan pengusaha dapat berkomunikasi
secara langsung untuk menyampaikan kebutuhan-
kebutuhannya.
Selain beberapa kelebihan tersebut, jual beli online atau
bisnis online ini juga mempunyai kekurangan, yaitu: 10
a) Masih minimnya kepercayaan masyarakat pada
bentuk transaksi online. Masih banyak masyarakat
khususnya di Indonesia yang belum terlalu yakin
untuk melakukan transaksi online, apalagi berkenan
dengan pembayaran. Biasanya mereka lebih suka
transaksi secara langsung walaupun dengan orang
sudah dikenal. Contohnya, konsumen yang memilih
datang langsung berbelanja ke toko dibandingkan
dengan online shopping karena takut terjadinya
penipuan;
b) Masih minimnya pengetahuan tentang teknologi
informasi, khususnya dalam pemanfaatan untuk
10 Arip Purkon, Bisnis Online Syariah: Meraup Harta Berkah dan
Berlimpah Via Internet, h. 20.
Page 72
57
bisnis sehingga menimbulkan banyak
kekhawatiran. Contohnya, banyak pedagang baju
dipasar lebih memilih untuk menjual barangnya
secara langsung ketimbang menjualnya secara
online karena ketidaktahuannya dalam
pengoperasian teknologi informasi;
c) Adanya peluang penggunaan akses oleh pihak yang
tidak berhak, khususnya yang bermaksud tidak
baik, misalnya pembobolan data oleh para hacker
yang tidak bertanggung jawab, pembobolan kartu
kredit, dan rekening tabungan. Contohnya, pelaku
usaha yang memasarkan produknya melalui social
media facebook, akan tetapi akun facebooknya telah
di hack oleh hacker sehingga mengambil alih akun
pelaku usaha yang dapat berakibat kerugian bagi
pelaku usaha dan konsumen;
d) Adanya gangguan teknis, misalnya kesalahan
dalam penggunaan perangkat komputer dan
kesalahan dalam pengisian data. Hal ini bisa terjadi,
khususnya bagi yang belum mahir (kurang
berpengalaman) dalam menggunakan teknologi
informasi. Contohnya, pelaku usaha yang salah
menuliskan alamat konsumen sehingga barang
yang dibeli konsumen tidak sampai kepada
konsumen karena pengiriman barang kepada alamat
yang salah;
Page 73
58
e) Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan
pelayanan (server). Hal ini dapat terjadi ketika
pesanan sedang ramai, tetapi internet tidak dapat
diakses karena masalah teknis, sehingga
kesempatan lewat begitu saja. Contohnya, toko
online yang sedang ramai dikunjungi oleh
konsumen, akan tetapi pelaku usaha tidak dapat
berkomunikasi dengan konsumen akibat
terganggunya jaringan internet yang berakibat
konsumen tidak jadi memesan barang atau produk
pelaku usaha.
f) Penyebaran reputasi didunia maya dapat dilakukan
dengan cepat, baik reputasi baik, maupun buruk.
Disatu sisi, hal ini bisa berdampak negatif, apalagi
digunakan oleh pihak tertentu yang tidak
bertanggung jawab dan bermaksud digunakan oleh
pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab dan
bermaksud yang disebarkan adalah reputasi baik.
Contohnya, toko online yang menjual barang
jualannya tetapi konsumen tidak puas dengan
barang yang dibelinya dari pelaku usaha karena
adanya ketidaksesuaian antara gambar dengan
aslinya yang membuat konsumen kecewa dan
akhirnya mempengaruhi konsumen lain bahwa
barang yang dijual oleh pelaku usaha tidak sesuai
Page 74
59
dengan yang ada digambar sehingga hal ini
berakibat buruk pelaku usaha.
2. Kelebihan dan Kekurangan Jual Beli Online Bagi
Konsumen
Ada beberapa kelebihan jual beli online bagi
konsumen, yaitu:11
a) Home shopping. Pembeli dapat melakukan
transaksi dari rumah sehingga dapat menghemat
waktu, menghindari kemacetan, dan menjangkau
toko-toko yang jauh dari lokasi. Contohnya,
konsumen hanya memesan barang yang diingankan
melalui media online dimanapun dan kapanpun,
meskipun konsumen hanya berada di rumah;
b) Mudah melakukannya dan tidak perlu pelatihan
khusus untuk bisa belanja atau melakukan transaksi
melalui internet. Contohnya, konsumen hanya
mencari sebuah situs online penjualan barang
kemudian memesan barang dikolom komentar situs
tersebut;
c) Pembeli memiliki pilihan yang sangat luas dan
dapat membandingkan produk maupun jasa yang
ingin dibelinya. Contohnya, konsumen dapat
melihat-lihat foto barang-barang yang diposting
11 Rif’ah Roihanah, Perlindungan Hak Konsumen Dalam
Transaksi Elektronik (E-commerce), (Justitia Islamica 8, no.2, 2011) h. 112.
Page 75
60
oleh pelaku usaha, baik itu pelaku usaha a, b,
maupun c;
d) Tidak dibatasi oleh waktu. Pembeli dapat
melakukan transaksi kapan saja selama 24 jam per
hari. Contohnya, konsumen dapat malukukan
transaksi jual beli kapan saja tanpa harus takut toko
pelaku usaha tertutup;
e) Pembeli dapat mencari produk yang tidak tersedia
atau sulit diperoleh di outlet atau pasar tradisional.
Contohnya, konsumen ingin membeli makanan
khas suatu daerah, akan tetapi makanan khas
tersebut tidak terdapat di wilayah tempat tinggal
konsumen, sehingga konsumen memesannya secara
online.
Selain kelebihan yang didapatkan oleh konsumen
dalam melakukan transaksi online, konsumen juga sering
menghadapi masalah-masalah yang berkenan dengan haknya.
Hal ini bisa dikatakan sebagai kekurangan saat melakukan
transaksi jual beli online, seperti:12
a) Konsumen tidak dapat langsung mengidentifikasi,
melihat, atau menyentuh barang yang akan dipesan.
Contohnya, konsumen hanya melihat foto barang
yang diiginkan melalui postingan pelaku usaha;
12 Rif’ah Roihanah, Perlindungan Hak Konsumen Dalam
Transaksi Elektronik (E-commerce), (Justitia Islamica 8, no.2, 2011) h. 113.
Page 76
61
b) Ketidakjelasan informasi tentang barang yang
ditawarkan. Contohnya, konsumen tidak dapat
mengetahui secara jelas apakah barang tersebut
berkualitas a atau b karena hanya melihat foto
barangnya saja;
c) Tidak jelasnya status subjek hukum dari si pelaku
usaha. Contohnya, penjual selaku pelaku usaha
yang tidak memberikan jaminan kepastian agar
konsumen tidak merasa dirugikan;
d) Tidak ada jaminan keamanan bertransaksi dan
privasi, serta penjelasan terhadap resiko-resiko
yang berkenaan dengan sistem yang digunakan,
khususnya dalam hal pembayaran secara elektronik,
baik dengan credit card maupun electronic cash.
Contohnya, konsumen yang melakukan transaksi
pembayaran melalui electronic cash tidak dijamin
keamanannya dari para hacker;
e) Pembebanan resiko yang tidak berimbang, karena
umumnya terhadap jual beli diinternet, pembayaran
telah lunas dilakukan dimuka oleh konsumen,
f) sedangkan barang belum tentu diterima atau akan
menyusul kemudian karena jaminan yang ada
adalah jaminan pengiriman. Contohnya, konsumen
yang mentransfer uang terlebih dahulu kepada
pelaku usaha saat membeli suatu produk, dan
produk tersebut baru dikirim kepada konsumen
Page 77
62
setelah konsumen mentransfer uangnya kepada
pelaku usaha.
Page 78
63
BAB IV
RELEVANSI AYAT AL-TIJĀRAH DALAM
PERDAGANGAN ONLINE
A. Prinsip dasar ayat-ayat al-tijārah
Sebelum memaparkan penerapan ayat-ayat al-tijārah,
terlebih dahulu perlu diketahui prinsip-prinsip dasar al-tijārah,
yaitu sebagai berikut:1
1. Iman dan Jihad
Apresiasi Islam membawa kenyataan bahwa dalam
Islam terkait erat kepada pesan moral untuk menjamin
keseimbangan hak-hak asasi manusia, baik kaitannya dengan
individual maupun sosial bahkan spiritual. Hal ini sejalan
dengan firman Allah swt. dalam Q.S al-Ṣaff(61): 10-11
ها يأ ين ٱ ي ن لذ تجرة تنجيكم م دلكم لع
ءامنوا هل أ
لم تؤمنون ٠١عذاب أ ٱب وتجهدون ف سبيل ۦورسول للذ
ٱ نفسكم ذلكم خي لذكم إن كنتم للذمولكم وأ
بأ
٠٠علمون ت Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih (10). (yaitu)
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
1 Lihat Quraish Shihab, Etika Bisnis dalam Wawasan al-Qurān
(t.tp: Jurnal Ulumul Qur’an, 1997), h. 5.
Page 79
64
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (11)”2
Al-Rāgib al-Aṣfaḥānī berkata bahwa ayat ini
menjelaskan petunjuk transaksi yang menguntungkan dan
perniagaan yang bermanfaat, yang dengannya pelaku bisnis
akan mendapatkan keuntungan besar dan keberhasilan yang
kekal. Perniagaan yang dimaksud bukan hanya pada persoalan
kepedulian sosial dalam hal berzakat, berinfak dengan harta
yang dimiliki. Akan tetapi, erat kaitannya dengan tataran
keimanan, keikhlasan, dan jihad dengan segala potensi yang
dimiliki baik jiwa maupun harta.3
2. Kerelaan Bersama
Kerelaan bersama secara hakikat dapat terwujud
dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan al-Qurān dan
al-Hadis. Dalam pandangan Islam kerelaan bersama tersebut
tidaklah bersifat mutlak/absolut. Ajaran Islam sangat
menjunjung tinggi kemerdekaan seseorang untuk memiliki
sesuatu selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.Hak
kerelaan bersama itu didasarkan atas kemaslahatan dan sifatnya
sebagai amanah Allah, juga sebagai titipan fungsional
sebagaimana ditegaskan dalam QS al-Nisā(4): 29.
2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qurān dan
Terjemahnya (Bandung: PT.Syamil Cipta Media, 2005), h. 552. 3 Abū al-Qāsim al-Ḥusain ibn Muḥammad al-Ma’rūf al-Rāgib al-
Aṣfahānī, Al-Mufradāt fī Garīb al-Qurān, (Beirut: Dār al-Ma’rifah, t.th.), h.
73.
Page 80
65
ها يأ ين ٱ ي لذ مولكم بينكم ب
كلوا أ
لبطل ٱءامنوا ل تأ
نكم ول تقتلوا ن تكون تجرة عن تراض م أ إلذ
نفسكم إنذ ٱأ ٩٢كن بكم رحيما للذ
Terjemahan
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”
Ayat ini berisi perintah supaya orang-orang yang
beriman tidak berbuat ẓālim kepada sesama dengan cara
memakan harta mereka secara batil. Kata ta’kulū yang berarti
mengambil dan menggunakan manfaat harta orang lain tanpa
izin yang semuanya melanggar hak kepemilikan. Tapi ia harus
rela dalam bertransaksi.
Islam memelihara keseimbangan antara hal-hal
berlawanan yang terlalu dilebih-lebihkan.Tidak hanya
mengakui hak milik pribadi, tetapi juga dengan menjamin
pembagian kekayaan yang seluas-luasnya.
3. Pemanfaatan Kepemilikan
Berhubungan dengan ini harta yang dimiliki oleh
seseorang maka harus dia manfaatkan, karena harta tersebut
Page 81
66
sebagai sarana dan investasi dalam kehidupannya sesuai
dengan koridor Islam.
Adapun aplikasi al-tijārah yang erat kaitannya dengan
hak milik pribadi dan aplikasi penggunaannya sebagai berikut:4
a) Pemerataan Kekayaan
Ketentuan pertama dalam syariat ialah tidak
diperbolehkannya memiliki kekayaan yang tidak digunakan.
Ketentuan terhadap pemerataan kekayaan secara terus menerus
juga berlaku bagi cara memanfaatkannya. Hal tersebut karena
tujuan system perekonomian Islam untuk melakukan
pembagian kekayaan yang seluasluasnya, dan paling berfaedah
melalui lembaga yang didirikannya serta melalui dorongan
moral. Allah berfirman dalam Q.S al-Ḥasyar(59) : 7
ا فاء مذ ٱأ رسول للذ هل ۦلع
فللذه وللرذسول ولي لقرى ٱمن أ
بيل ٱ بن ٱو لمسكي ٱو لتم ٱو لقرب ٱ ي ك ل يكون دولة ب لسذغنياء ٱ
نهىكم عنه ومافخذوه لرذسول ٱمنكم وما ءاتىكم ل ٱف ٱو نتهوا ه ٱ تذقوا ٱإنذ للذ ٧ لعقاب ٱشديد للذ
Terjemahannya:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
4 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi
(Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999), h. 262.
Page 82
67
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”5
Ayat ini menjelaskan tentang pemerataan kekayaan
secara terus menerus pada seluruh lapisan masyarakat dan
jangan dimonopoli oleh orang kaya saja. Pada dasarnya ayat ini
berhubungan dengan hukum fa’i (harta rampasan perang yang
diperoleh dari musuh sebelum terjadi peperangan). Pada ayat
ini diterangkan bahwa harta fa’i yang berasal dari orang Kafir
diserahkan kepada Allah SWT.dan Rasul- Nya, digunakan
untuk kepentingan public dan tidak dibagi-bagikan kepada
kaum Muslimin. Cara pembagian tersebut merupakan
implementasi keadilan distribusi harta dengan satu tujuan,
yaitu supaya haarta tersebut tidak hanya beredar di antara
orang-orang kaya saja.
Kebijakan ini diutamakan untuk kepentingan public
yang lebih luas, yaitu anak yatim, orang miskin dan orang
dalam perjalanan di jalan Allah SWT. Kebijakan dan besarnya
alokasi pembagian tersebut ditentukan oleh pemimpin atau
pemerintah.Pemerintah mengalokasikan distribusi kekayaan
dalam bentuk subsidi bukan korupsi.Dengan demikian, upaya
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’ān dan
Terjemahnya, h. 546.
Page 83
68
untuk menurunkan angka kemiskinan bukan sekedar impian
saja.
b) Pembayaran zakat
Seorang hamba mengetahui dirinya bahwa dia dituntut
untuk berzakat jika dia seorang Muslim. Hal ini Allah
tegaskan dalam Q.S al-Taubah(9): 103.
عليهمه يهم بها وصل رهم وتزك مولهم صدقة تطه
خذ من أ
سميع عليم ذهم وٱللذ ٠١١إنذ صلوتك سكن ل
Terjemahannya
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”6
Ayat ini menjelaskaan tentang peristiwa Abu Lubābah
dan sahabatnya yang tertinggal dalam suatu peperangan dan
datang dengan hartanya untuk disedekahkan, namun Nabi
berkata: ‚Aku tidak diperintahkan untuk mengambil harta
kalian sedikitpun, lalu Allah swt. menurunkan ayat ini.
c) Penggunaan yang berfaedah
6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qurān dan
Terjemahnya, h. 203.
Page 84
69
Harta yang dimiliki oleh seorang hamba yang kaya
maupun miskin menggunakannya dalam hal yang bermanfaat
bukan selainnya. Hal ini juga Allah SWT.tegaskan dalam
firman-Nya pada Q.S al-Taubah(9): 60
ما دقت ٱ۞إنذ عليها لعملي ٱو لمسكي ٱللفقراء و لصذقاب ٱقلوبهم وف لمؤلذفة ٱو ٱوف سبيل لغرمي ٱو لر للذبيل ٱ بن ٱو ن لسذ ٱفريضة م ٱو للذ ٠١عليم حكيم للذ
Terjemahaan
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana”
B. Penerapan Ayat Al-Tijārah dalam Perdagangan
Online
1. Tijarah dalam Konteks Muamalah
a) Kebolehan utang piutang dalam bisnis (al-
Baqarah/2: 282)
ها يأ ين ٱ ي سم لذ جل م
إذا تداينتم بدين إل أ ءامنوا
ٱف كتبوه ب ك لعدل ٱولكتب بذينكم كتب بتب ول يأ
ن يكتب كما علذمه ٱأ يٱفليكتب ولملل للذ ه علي لذ ٱولتذق لق ٱ فنن كن ول يبخس منه شي ۥربذه للذ ا
Page 85
70
يٱ ن يملذ لق ٱعليه لذو ل يستطيع أ
و ضعيفا أ
سفيها أ
ۥهو فليملل وله ٱو لعدل ٱب شهيدين من ستشهدواذ تان ٱفرجل و يكونا رجلي م ر جالكمه فنن ل
ن مرأ ممذ
هداء ٱترضون من ر إحدىهما لش ن تضلذ إحدىهما فتذك أ
خرى ٱب ل
هداء ٱول يأ ول تس لش ن إذا ما دعوا
أ موا
و كبيا جله إل تكتبوه صغيا أ
قسط عند ۦ أ
ذلكم أ
ٱ ن تكون تجرة للذ أ لذ ترتابوا إلذ
دن أ
هدة وأ قوم للشذ
وأ
لذ ة تديرونها بينكم فليس عليكم جناح أ حاض
شهدوا إذا تبايعت وأ يد كتب ول شه ول يضارذ م تكتبوها
ٱفسوق بكم و ۥإون تفعلوا فننذه قوا ه ٱ تذ ٱويعل مكم للذ للذ ٱو ء عليم للذ ش
٩٨٩بكل Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)
atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-
Page 86
71
orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki,
maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”
Quraish Shihab berpendapat, kata tijārah (جتارة) pada
ayat ini diartikan sebagai perdagangan yaitu bilamana
perdagangan yang dilakukan secara tunai, maka tidak mengapa
jika tidak menuliskan transaksinya, hal ini berbeda dengan
penggalan awal ayat bercerita tentang perdagangan dalam
bentuk utang-piutang yang menganjurkan untuk menuliskan
disertai adanya saksi dari transaksi tersebut. Ayat dimana kata
ini disebut (QS. al-Baqarah/2: 282),4merupakan ayat جتارة
yang terpanjang dalam al-Qurān dan dikenal juga dengan
sebutan ayat al-mudayanah atau ayat yang berhubungan
Page 87
72
dengan utang-piutang. Transaksi utang-piutang atau dalam
istilah fiqh disebut al-Qardh oleh para ulama diperbolehkan
berdasarkan al-Qurān, hadis, dan ijma‘ Ulama.7
Menurut Muhammad Quraish Shihab ayat tersebut
mempunyai posisi yang strategis yang diposisikan setelah ayat-
ayat yang menguraikan anjuran bersedekah dan berinfak (QS.
al-Baqarah / 2 : 271-274), kemudian disusul dengan ayat-ayat
larangan melakukan transaksi riba (QS. al-Baqarah/ 2: 275-
279), serta ayat-ayat yang menganjurkan memberikan
tangguh/dispensasi kepada yang berutang jika tidak mampu
membayar utangnya hingga mereka (yang berutang) mampu
untuk membayarnya atau bahkan sebaiknya si pemberi utang
menyedekahkan sebagian atau semua utang yang mereka
transaksikan karena kesulitan yang berutang dalam
melunasinya (QS. al-Baqarah(2) : 280).8
Ayat tersebut mengandung beberapa pokok pikiran,
diantaranta yang pertama, yaitu anjuran menulis utang-piutang,
secara redaksional tujukan kepada orang-orang yang beriman,
tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksi
utang-piutang. Bentuk utang-piutang yaitu ketika seseorang
membutuhkan sesuatu yang mengharuskan meminjam
sejumlah modal/uang dari seseorang yang menjadi pemberi
utang ataukan jika seseorang memiliki modal tetapi tidak
7 M. Syafi‘i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek (Jakarta:
GIP, 2001), h. 13. 8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 730.
Page 88
73
pandai berdagang atau tidak memiliki kesempatan untuk
berdagang, sedangkan orang lain pandai dan cakap serta
memiliki waktu yang cukup untuk berdagang, tetapi tidak
memiliki modal maka diperbolehkan diberikan pinjaman
(utang-piutang)9 Muhammad Quraish Shihab mengatakan
bahwa menulis transaksi utang-piutang oleh banyak ulama
sebagai anjuran, bukan sebuah kewajiban. Namun demikian,
ayat ini mengisyaratkan perlunya belajar tulis-menulis karena
dalam kehidupan saat ini setiap orang dapat mengalami
kebutuhan pinjam dan meminjamkan serta aktivitas lainnya. Itu
diisyaratkan oleh penggunaan kata iza (apabila) pada awal
penggalan ayat ini, yang lazim digunakan untuk menunjukkan
kepastian akan terjadinya sesuatu.10
Kedua yaitu anjuran bersikap jujur dan adil menulis
utang-piutang, sebagaimana dalam potongan ayat “…dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan
adil…” yakni menuliskan transaksi utang-piutang dengan
benar, tidak menyalahi ketentuan Allah dan aturan yang
berlaku dalam masyarakat di mana mereka berada. Tidak juga
merugikan salah satu pihak yang berdagang, oleh sebab itu
sebaiknya bagi seorang pencatat utang-piutang memiliki
kemampuan menulis/mencatat transaksi utang-piutang,
pengetahuan akan aturan yang berlaku terkait proses utang-
9 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2005), h. 209 10 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 730.
Page 89
74
piutang dan bersikap adil, jujur lagi benar dalam menjalankan
tugasnya. Selain itu juga adanya keadilan dan kejelasan juga
harus ada dalam objek peminjaman, dimana salah satu
indikatornya bisa diukur, ditakar, ditimbang dan sebagainya.11
Ketiga yaitu dibolehkan adanya pihak ketiga dalam
proses transaksi (menuliskan serta mengimlakan) utang-
piutang. Dalam proses tersebut dari ayat ini membolehkan
pihak ketiga jika salah satu dari orang yang bertransaksi tidak
pandai baca-tulis, lemah akalnya (tidak pandai mengurus
harta), atau lemah keadaannya seperti sudah tua renta ataukah
sakit keras, dan alasan lain yang mengharuskan adanya pihak
ketiga dalam melancarkan proses transaksi tersebut.
Keempat yaitu anjuran mengimlakan bagi orang yang
berutang kepada si pemberi utang. Mengapa dalam ayat ini
yang mengimlakan harus dari yang berutang? Menurut
Muhammad Quraish Shihab karena orang yang berutang
berada di posisi lemah. Karena jika yang memberi utang yang
mengimlakan, bisa jadi suatu ketika yang berutang
mengingkarinya. Proses imla/pembacaan hasil transaksi utang-
piutang yang dilakukan sendiri oleh yang berutang di depan
penulis/pencatat dan si pemberi utang maka tidak ada alasan
bagi yang berutang untuk mengingkari isi perjanjian.
Kelimayaitu anjuran adanya persaksian (bukti) dalam
transaksi utang-piutang. Kata saksi yang digunakan dalam ayat
11 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 734.
Page 90
75
ini menggunakan kata شهدين (syahidain) bukan kata شاهدين
(syahidain), menurut Muhammad Quraish Shihab12, hal
tersebut berarti bahwa saksi yang dimaksud benar-benar yang
wajar serta dikenal kejujurannya sebagai saksi dan telah
berulang-ulang melaksaksanakan tugas tersebut. Dengan
demikian, tidak ada keraguan dalam kesaksiannya.
Selanjutnya keenam, dibolehkannya berdagang tanpa
pencatatan/penulisan transaksi dalam bentuk tunai. Hal ini
disebabkan telah jelasnya proses transaksi, berbeda dengan
penundaan pembayaran (utang-piutang) yang mengharuskan
adanya bukti dengan bentuk pencatatan/penulisan dan saksi
atau apapun yang bias mnejadi bukti kuat (missal: surat
bermaterai) dalam proses utangpiutang, agar memberi rasa
aman kepada si pemberi utang dan berhati-hati dalam
pengembalian uang/barang yang dipinjam oleh si berutang.
yaitu larangan memudaratkan dalam proses utang-
piutang. Sebagaimana kita kenal bahwa utang-piutang (al-
Qarḍ) masuk dalam aqad taṭawwu’i atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial13, akan tetapi perlu
diingat hal ini berisi anjuran agar bersikap proporsional dan
adil yakni janganlah penulis dan saksi memuḍaratkan yang
bermuamalah atau juga sebaliknya janganlah yang
12 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 734. 13 M. Syafi‘i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek
(Jakarta: GIP, 2001),., h. 131
Page 91
76
bermuamalah memuḍaratkan para saksi dan penulis seperti
menunda pembayaran/pengembalian pinjaman14 atau antar
yang bermuamalah (kreditur dan debitur) misalnya tidak
mengembalikan jumlah pinjaman yang sama, dimana didalam
utang-piutang dituntut untuk mengembalikan pinjaman dengan
jumlah yang sama15. Oleh karenanya diperbolehkan
memberikan mereka (penulis/pencatat utang-piutang) biaya
transport atau biaya administrasi sebagai imbalan jerih payah
dan penggunaan waktu mereka.
Dalam hal jual beli online, ada pihak yang terlibat
dalam jual beli online, pihak tersebut berupa komponen yang
sesuai dengan standar protokol SET (Secure Electronic
Transaction), yaitu; Virtual atau Physical Smart Card, Virtual
Point of Sale, Virtual Acquirer atau Payment Gateway, Visa
Credit Card.16 Komponen tersebut berfungsi dalam pencatatan
pembayaran berupa cash/debit atau credit.
2. Menjauhi Perbuatan Batil dan Bersikap saling
Ridha dalam Berbisnis
14 Rasulullah saw. Bersabda: Penundaaan pembayaran utang oleh
orang kaya/mampu adalah perbuatan zalim” (HR. Muslim), lihat Imam
Muslim, Shahih Muslim bi al-Syarh al-Nawawi (Kairo: Dar al-Hadits,
1994), Vol. V, h. 493. 15 M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam (Jakarta:
Rineka Cipta, 1990), h. 8. Lihat juga Warkum Sumitro, Azas-azas
Perbankan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 97. Lihat
juga Karnaen Purwaatmaja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia
(Depok: Usaha Kami, 1996), h. 33. Lihat juga M. Umar Chapra, Al-Qurān
Menurut Sistem Moneter Yang Adil (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa, 1997), h. 40. Lihat juga Toto Abdul Fatah, Bank Tidak Identik
dengan Riba (Jawa Barat: MUI, t.th), h. 42. 16 Lihat BAB III halaman 34 - 36
Page 92
77
Allah swt berfirman dalam Q.S. al-Nisa (4): 29 sebagai
berikut:
ها يأ ين ٱ ي لذ مولكم بينكم ب
كلوا أ
لبطل ٱءامنوا ل تأ
نكم ول تقتلوا ن تكون تجرة عن تراض م أ إلذ
نفسكم إنذ ٱأ ٩٢ كن بكم رحيما للذ
Terjemahan
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu
Kata جتارة pada ayat ini oleh Muhammad Quraish
Shihab diartikan sebagai perniagaan, yaitu perniagaan yang
diridhai Allah adalah dengan syarat perniagaan yang
berdasarkan kerelaan/saling ridha (yang tidak melanggar
ketentuan agama) atau ketiadaan paksaan17 di antara pihak
yang bertransaksi, yaitu dari orang yang memberi utang
(kreditur) ataupun yang berutang (debitur) dimana, pada
penggalan ayat sebelumnya bercerita akan larangan memeroleh
harta secara batil (tidak sesuai dengan syariat), dan pada
penggalan kalimat terakhir ayat ini untuk menghindari bunuh
diri dari segala aktifitas khususnya perniagaan yang mereka
lalui dalam kehidupan. Melalui ayat ini, Allah swt.
17 M. Quraish Shihab, Bisnis Sukses Dunia Akhirat.., h. 79.
Page 93
78
mengingatkan kepada orang-orang yang beriman agar
memakan yakni memeroleh harta tidak secara batil, yakni tidak
sesuai dengan tuntunan syariat18, tetapi hendaknya memeroleh
harta itu dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan
yang tidak melanggar ketentuan agama.
Ayat ini berbicara mengenai larangan perolehan harta
secara batil, sebagaimana dalam penggalan ayat كلوال تأ
مولكم بينكم بلبطل ٱأ (....janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil....). Quraish Shihab
berpendapat bahwasanya penggunaan kata makan untuk
melarang perolehan harta secara batil disebabkan (salah satu)
kebutuhan pokok manusia adalah makan dan oleh karena
makan yang merupakan kebutuhan pokok itu terlarang
memerolehnya dengan batil, tentu lebih terlarang lagi bila
perolehan dengan batil menyangkut kebutuhan sekunder
apalagi tersier,19 hal ini tidak lepas dari defenisi harta yang
merupakan segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia
untuk menyimpan dan memilikinya.20 Menurut Quraish
18 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Ed.
II, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 67. 19 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 2, h. 497. 20 Majduddin al-Firouzabadi, al-Qamus al-Muhith (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 2009), h. 52. Ibnu Asyur mnegatakan bahwa: kekayaan
pada mulanya berarti emas dan perak, tetapi kemudian berubah
pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan dimiliki”. Lihat
Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakat (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1973), Vol.
Page 94
79
Shihab, al-Qurān al-Karim dalam semua uraiannya, termasuk
dalam bidang ekonomi, selalu memandang manusia secara
utuh, sehingga al-Qurān memaparkan ajarannya dengan
memperhatikan kepentingan individu dan masyarakat. Individu
dilihatnya secara utuh; fisik, akal, dan kalbu, dan masyarakat
dihadapinya dengan menekankan adanya kelompok lemah dan
kuat, tetapi tidak menjadikan mereka dalam kelas-kelas yang
saling bertentangan sebagaimana halnya komunisme, namun
mendorong mereka semua untuk bekerja sama guna meraih
kemaslahatan individu tanpa mengorbankan masyarakat atau
sebaliknya21
Menurut Quraish Shihab kesatuan kemanusiaan
mengantar pengusaha Muslim menghindari segala bentuk
eksploitasi terhadap sesama manusia, Muslim atau non-
Muslim. Dari sini dapat dimengerti mengapa Islam
mengharamkan bukan saja riba, tetapi juga penipuan atau
dugaan dapat mengakibatkan penipuan walau terselubung,
seperti larangan memperjualbelikan sesuatu yang tidak/belum
jelas sifat dan keadaannya (bai’ al-gharar), sebagaimana
melarang pula menawarkan barang pada saat konsumen
menerima tawaran yang sama dari orang lain. Larangan
memakan harta yang berada di tengah mereka dengan batil itu
1, h. 123. Lihat juga Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 9. Lihat juga, Habib Nazir dan Afif
Muhammad, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syari’ah (Bandung:
Kaki Langit, 2004), h. 368. 21 Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi…, h. 194.
Page 95
80
mengandung makna larangan melakukan
transaksi/perpindahan harta yang tidak mengantar masyarakat
kepada kesuksesan, bahkan mengantarnya kepada kebejatan
dan kehancuran, seperti praktik-praktik riba, perjudian, jual
beli yang mengandung penipuan, dan lain-lain. Jika memakan
harta dengan cara yang batil dibiarkan tanpa adanya
peringatan/punisment dapat menimbulkan pemahaman
bahwasanya harta mengatarkan kepada keburukan,
menganggap segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan
materi merupakan kotoran bagi ruhani, yang mengajarkan
idealisme dan moral yang baik, oleh sebab itu dikenalnya
falsafah Brahma di India sebagai sebuah pradigma dari hal
tersebut.22
Ayat di atas (Q.S. Al-Nisa (4): 29) menekankan akan
keharusan mengindahkan peraturan-peraturan yang ditetapkan
dan tidak melakukan apa yang diistilahkan oleh ayat di atas
dengan (ابلاطل ) al-batil, yakni pelanggaran terhadap
ketentuan agama atau persyaratan yang disepakati. Dalam
konteks ini, Nabi saw. bersabda, "Kaum Muslimin sesuai
dengan (harus menepati) syarat-syarat yang mereka sepakati
selama tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan
yang halal."
22 Yusuf al-Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam al-Qurān
dan Sunah (Solo: Citra Islami Press, 1997), h. 78.
Page 96
81
Selanjutnya ayat tersebut mengandung anjuran
berniaga berdasarkan kerelaan dalam penggalan ayat:
نكم.... ن تكون تجرة عن تراض م ....أ
.... (hendaklah) perniagaan yang berdasarkan kerelaan
di antara kamu..., yakni menekankan keharusan adanya
kerelaan kedua belah pihak atau yang diistilahkannya dengan
نكم Walaupun kerelaan .(an taradin minkum') عن تراض م
sesuatu yang abstrak atau tersembunyi di lubuk hati, indikator
dan tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan kabul, atau apa saja
yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah
bentuk-bentuk merupakan dan dapat digunakan dalam
menghukumi serta menunjukkan adanya sikap kerelaan antara
mereka yang bertransaksi. Sikap saling rela dalam bertransaksi
menimbulkan hubungan timbal balik yang harmonis, adanya
peraturan dan syariat serta sanksi yang menanti, merupakan
tiga hal yang selalu berkaitan bisnis dan di atas ketiga hal
tersebut, ada etika yang menjadikan pelaku bisnis tidak sekadar
menuntut keuntungan materi yang segera, tetapi melampauinya
yakni mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri,
karena Islam lebih atas dasar ajaran sosial dan moralnya23.
3. Al-Tijārah dalam Konteks Agama
23 Achmad Ramzy Tadjoedin, Berbagai Aspek Ekonomi Islam
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), h. 13.
Page 97
82
a) Anjuran Tidak Lebih Mencintai Bisnis Duniawi
dari Allah, Rasul dan Berjihad di jalan-Nya dalam
Q.S. al-Taubah(9): 24
ٱ وا ٱيت اب شت وا عن سبيله للذ ما إنذهم ساء ۦ ثمنا قليل فصد ٢كنوا يعملون
Terjemahan
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga
yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari
jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
mereka kerjakan itu
Kata جتارة pada ayat ini oleh Quraish Shihab diartikan
sebagai perniagaan yang mempunyai konteks akan beberapa
hal yang dicintai manusia24, selain perniagaan disebutkan juga
bapak, anak, saudara, istri, kerabat, harta kekayaan, dan rumah
tempat tinggal. Dari hal-hal yang dicintai manusia tersebut
hendaknya seorang muslim beriman lebih mencintai Allah,
rasul, dan berjihad di jalan-Nya. Bagi orang yang lebih
mencintai selain ketiga tersebut dapat digolongkan sebagai
orang fasik dan akan mendapatkan siksa-Nya. Ayat ini menurut
Quraish Shihab salah satu bukti keinginan manusia untuk
meraih sebanyak mungkin untuk diri dan keluarganya dan hal
ini bukan berarti melarang mencintai keluarga, harta benda dan
24 M. Quraish Shih
ab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 2, h. 497.
Page 98
83
lain sebagainya.25 Bagaimana melarangnya padahal cinta
terhadap harta dan anak adalah naluri dan dorongan fitrah
manusia26
Ayat tersebut juga menjelaskan ketika bapak, anak,
saudara, istri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan, dan
rumah lebih dicintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjihad di
jalan-Nya, maka Allah akan mendatangkan keputusan-Nya
(misal: musibah) yang tidak dapat kamu elakkan, akibat sikap
buruk itu, dan mereka menjadi orang-orang fasik yang keluar
dan menyimpang dari tuntunan Ilahi27. Berkaitan dengan
kekayaan, kekayaan sering dikemukakan untuk direnungkan
sebagai rahmat Allah yang paling nyata kepada manusia.
Karena itu, seorang Muslim yang sibuk berproduksi dan
mengupayakan kekayaan berarti melaksanakan suatu tindak
pengabdian yang fundamental kepada Allah atau ibadah.28
4. Tidak Melupakan Zikir, Shalat dan Berzakat dalam
Kesibukan Berbisnis
Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-Nur(24): 37:
25 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi.., h. 195 26 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mi shbah, Vol. 5, h. 55. 27 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik atas
Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), h. 503 28 Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar (Yogya:
LPPI, 2001), h . 68-72, 81
Page 99
84
ٱلذ تلهيهم تجرة ول بيع عن ذكر رجال ل ٱإوقام للذ لصذ وة ٱإويتاء كوة بصر ٱو لقلوب ٱيافون يوما تتقلذب فيه لزذ
ل
١٧ Terjemahan
“laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan
(dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari
yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang”
Kata جتارة pada ayat ini oleh Quraish Shihab diartikan
sebagai perniagaan dimana kesibukan dalam perniagaan
menjadi salah satu sebab kelalaian manusia beribadah kepada
Allah swt., oleh karenanya ayat ini mengajak manusia untuk
tidak lalai dalam perniagaan dan proses jual-beli yang sudah
dan akan dilakukan. Salah satu hal yang sering dilalaikan
karena perniagaan adalah adalah berzikir, karena memikirkan
keuntungan dan kerugian, dan ibadah salat karena sibuk dalam
perniagaan, serta ibadah zakat yang sering dilupakan atau
bahkan disengaja karena khawatir kekurangan harta. Menjadi
tanda bagi orang yang senantiasa berzikir, salat dan berzakat
adalah mereka takut akan siksa yang akan ditimpakan pada hari
kiamat nanti.
Page 100
85
Quraish Shihab mengutip perkataan Ibn Asyur bahwa
kata رجال (rijal) dipahami dalam pengertian lawan dari kata
perempuan. Hal ini disebabkan karena yang bertasbih di gereja
adalah para rahib yang kesemuanya merupakan laki-laki,
mereka itu yang berkosentrasi dalam ibadah sehingga jual beli
dan perdagangan tidak melalaikan mereka dari mengingat
Allah. Pujian yang diberikan kepada mereka disebabkan
keimanan mereka ketika itu masih dinilai sahih dan ketika itu
pun ajaran Islam belum mereka kenal.29
Kata رجال “(rijal)” sebenarnya tidak harus dipahami
dalam arti antonim perempuan. Kata ini digunakan juga dalam
arti manusia, baik laki-laki maupun perempuan, selama mereka
memiliki keistimewaan atau ketokohan atau ciri tertentu yang
membedakan meraka dari yang lain
Dalam hal perniagaan dan jual beli menjadu sebab
kelalaian dari tuntunan Allah swt., Quraish Shihab berpendapat
bahwasanya kata (جتارة ) tijarah dan (بيع ) bai' biasa
diterjemahkan jual beli‖. Sementara ada ulama memahami kata
bai' dalam arti ( بيع) tijarah dalam arti membeli dan ( جتارة)
29M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 9, h. 561.
Page 101
86
menjual. Ada juga yang membedakannya dengan menyatakan
bahwa kata bai' terbiasa digunakan untuk menggambarkan
telah terjadinya transaksi dan diperolehnya keuntungan,
sedangkan kata tijarah menggambarkan profesi jual beli.
Dengan demikian, seseorang yang tidak dilengahkan oleh
tijarah belum tentu ia tidak dilengahkan oleh bai'. Tabataba'i
berpendapat bahwa kata tijarah, jika diperhadapkan dengan
bai', ia berarti kesinambungan dalam upaya mencari rezeki
dengan jalan jual beli, sedang bai' adalah upaya jual-beli yang
menghasilkan keuntungan ril yang sifatnya langsung30. Dengan
demikian, penggalan ayat ini bagaikan menyatakan, bahwa
manusia-manusia itu tidak pernah lengah dari mengingat Allah
sepanjang upaya mereka yang bersinambung guna mencari
keuntungan dan tidak juga pada saat mereka sedang melakukan
jual beli dan meraih keuntungan. Ibn 'Asyur memahami kata
tijarah dalam arti mendatangkan barang untuk memeroleh
keuntungan dengan jalan menjualnya, sedangkan bai' adalah
menjual sesuatu karena kebutuhan akan harganya.
Dalam ayat ini dijelaskan tanda orang yang berzikir,
salat dan berzakat serta taat kepada Allah, dimana penggalan
ayatnya yang berbunyi ...kepada suatu hari yang (ketika itu)
guncang hati dan penglihatan…. Kata (تقلب ) taqallub
30 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 9, h. 562-563.
Page 102
87
terambil dari kata (قل ب ) qallaba yang berati membolak-
balik/guncang. Dari akar kata yang sama, lahir kata qalb yakni
hati karena hati sifatnya berbolak-balik, sekali senang sekali
susah, sekali menerima kali lain menolak dan seterusnya.
Tabataba'i menyimpulkan bahwa mereka merasa
khawatir tentang taqallub itu karena salah satu sisinya adalah
ketiadaan perolehan cahaya Ilahi dan limpahan karunia-Nya
dan itulah kesengsaraan abadi dan dengan demikian pula maka
pada hakikatnya mereka merasa takut terhadap bahaya yang
akan menimpa diri mereka.31
5. Ber-tadarrus Al-Qurān, Shalat dan Menafkahkan
Sebagian dari Rezeki merupakan Bentuk Bisnis
dari Allah dengan Balasan Surga-Nya
Firman Allah swt. Dalam Q.S. Fatir (35) 29
ين ٱ إنذ ٱيتلون كتب لذ للذ قاموالوة ٱوأ ا لصذ ممذ نفقوا
وأا وعلنية يرجون تجرة لذن تبور ٩٢رزقنهم س
Terjemahan:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca
kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka
itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”
31 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 9, h. 564-565.
Page 103
88
Kata جتارة pada ayat ini oleh Muhammad Quraish
Shihab diartikan sebagai perniagaan, yaitu sebuah ajakan
berbisnis dengan Allah yang dijanjikan tidak akan merugikan
orang yang menjadi mitra dagangnya, ungkapan hubungan
timbal balik antara Allah dan manusia, yakni dengan
melaksanakan perintah-Nya, seperti mempelajari kitab-Nya,
salat dan bersedekah akan dibalas dengan pahala dari-Nya.
Kata tijarah/perniagaan digunakan al-Qurān antara
lain sebagai ungkapan hubugan timbal balik antara Allah dan
manusia. Al-Qurān dalam mengajak manusia memercayai dan
mengamalkan tuntunan-tuntunannya dalam segala aspek sering
kali menggunakan istilah-istilah yang dikenal oleh dunia
bisnis, seperti perdagangan, jual beli, untung rugi, kredit, dan
sebagainya (QS. as-Shaf: 10, QS. al-Hadid: 11, QS. ash-Shaf:
12 dan QS. at-Taubah: 111). Demikian terlihat al-Qurān
menggunakan logika pelaku bisnis dalam menawarkan ajaran-
ajarannya.32
Dalam Q.S. Fatir (25): 29, Allah swt. menggunakan
lafadz yang mengandung makna pengukuhan "sesungguhnya"
Allah berkata kepada orang-orang yang senantiasa ,(إنذ )
membaca kitab Allah dengan mengkaji dan mengamalkan
32 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 11, h.66.
Page 104
89
pesan-pesannya dan telah melaksanakan salat serta
menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan kepada
mereka, baik dengan cara rahasia, diam-diam, dan maupun
secara terang-terangan, banyak jumlahnya atau sedikit, dalam
keadaan mereka lapang atau sempit, mereka yang melakukan
hal tersebut dengan tulus ikhlas mengharapkan perniagaan
dengan Allah yang hasilnya tidak pernah akan merugi. Mereka
dengan amalan-amalan itu mengharap agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun segala kekhilafan lagi Maha
Mensyukuri segala ketaatan. Bahwasanya salah satu ciri yang
dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang
mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. Memang, boleh
jadi dewasa ini sebagian umat muslim belum menyadari
keuntungan berbisnis dengan-Nya (yakni ganjaran dari usaha
taat kepada-Nya), bahkan boleh jadi ada yang merasa rugi,
tetapi sekali lagi mari kita gunakan logika pebisnis sukses dan
bertanya: Bukankah seorang pebisnis suatu perusahaan harus
berhitung tentang keuntungan jangka panjang? Terkadang
bahkan demi keuntungan itu, perusahaan bersedia
mengeluarkan biaya terlebih dahulu, bukan saja dengan
mengurangi pemasukan keuntungannya, tetapi juga mengambil
Page 105
90
dari modal kerjanya? Itu mereka lakukan, walau belum ada
kepastian tentang keuntungan masa depan itu.33
Terdapat pokok pikiran dari ayat ini, yang pertama,
anjuran membaca kitab Allah (tadarrus), salat dan bersedekah;
sebagaimana penggalan ayat
ين ٱ إنذ ٱيتلون كتب لذ للذ قاموالوة ٱوأ ا لصذ ممذ نفقوا
وأ
....رزقنهم
Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah
dan telah melaksanakan salat serta telah menafkahkan
sebagian dari apa yang Kami anugerahkan kepada mereka34
Kata (يتلون ) yatluna menggunakan bentuk kata kerja mudhari'
(masa kini dan datang) ketika berbicara tentang yatluna kitaba
Allah/membaca kitab Allah sebagai isyarat bahwa mereka
senantiasa dan dari saat ke saat membacanya. Quraish Shihab
mengatakan bawasanya dalam ayat ini pelaksanaan salat dan
bernafkah dilukiskan oleh ayat di atas dengan menggunakan
bentuk kata kerja masa lampau. Ini mengutip Ibn 'Asyur karena
ketetapan tentang keduanya telah mereka ketahui dan telah
33 M. Quraish Shihab, Berbisnis dengan Allah: Bisnis Sukses
Dunia Akhirat, (Ciputat: Lentera Hati, 2008), h. 86.. 34 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 11, h.64-65
Page 106
91
mantap, berbeda dengan ayat-ayat al-Qurān yang masih
berlanjut proses turunnya. Sedang, mengutip al-Biqa'i,
penggunaan bentuk kata kerja masa lampau itu sebagai
perintah halus dan anjuran agar selalu bersegera
melakukannya.
Menurut Quraish Shihab ada tiga kemungkinan bagi
seorang pemilik harta untuk menggunakan hartanya, pertama,
dibelanjakan, kedua, diinvestasikan, dan ketiga ditumpuk.
Ketiga hal ini, jika menimbulkan kerusakan akhlak, dilarang
keras oleh al-Qurān, seseorang boleh membelanjakan hartanya
asal tidak mengakibatkan pemborosan atau membuang-
buangnya. Seseorang tidak dibenarkan menggunakan hartanya
untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi yang sejak awal
telah diharamkan, seperti berjudi, berzina, dan minum
minuman keras, bahkan seseorang yang terbiasa memberi
bantuan bukan pada tempatnya dapat dikenakan pembatasan
kewenangan menggunakan hartanya.35
6. Beriman dan Berjihad di Jalan-Nya sebagai Bentuk
Bisnis dari-Nya untuk Terselamatkan dari Siksa-
Nya
Firman Allah swt. dalam Q.S. al-Ṣaff (61): 10, sebagai
berikut
35 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: al-Quran dan
Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Ciputat: Lentera Hati, 2006), h. 199
Page 107
92
ها يأ ين ٱ ي ن عذاب لذ تجرة تنجيكم م دلكم لع
ءامنوا هل أ
لم ٠١أ
Terjemahan
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih”
Kata جتارة pada ayat ini oleh Quraish Shihab adalah
amal-amal saleh. Memang, al-Qurān sering kali menggunakan
kata itu untuk makna tersebut karena memotivasi ummat dalam
beramal saleh adalah untuk memeroleh ganjaran persis seperti
perniagaan yang dijalankan seseorang guna meraih keuntungan
dan perhitungan. Islam adalah agama yang mampu
menyeimbangkan antara dunia dan akhirat antara hablum
minallah (hubungan dengan Allah) dan hablumninannas
(hubungan antara sesama manusia, oleh karenanya seorang
Muslim dituntun untuk selalu menyeimbangkannya (dunia dan
akhirat), disebabkan itu tidak sedikit penggunaan terminolog
keduniawian dipakai dalam masalah akhirat seperti berdagang
dengan Allah. Quraish Shihab menyatakan berkaitan dengan
ayat setelahnya, yaitu Q.S. al-Ṣaff (61): 11 sebagai berikut
Page 108
93
ون تؤمن ٱب ٱوتجهدون ف سبيل ۦورسول للذ للذنفسكم ذلكم خي لذكم إن كنتم
مولكم وأ
بأ
٠٠تعلمون Terjemahannya
“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”
Ayat tersebut dipahami bahwa Allah mengajak orang-
orang yang beriman suatu perniagaan besar yang bila dilakukan
dapat menyelamatkan dari siksa yang pedih. Perniagaan itu
ialah berjuang di jalan Allah, yakni beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad (bersungguh-sungguh)36
Yang kedua, terdapat anjuran untuk senantiasa beriman
dan berjihad di jalan-Nya. Kata tu'minun demikian juga
tujahidun berbentuk mudari' tetapi maksudnya adalah perintah.
Makna ini dikuatkan oleh kata yagfir yang dapat dinilai sebagai
dampak dari perintah yang disampaikan dalam bentuk kata
kerja mudari' itu.
7. Kerugian Menukar Petunjuk-Nya dengan
Kesesatan selain dari-Nya laiknya Sebuah Bisnis
yang Merugikan
Firman Allah swt dalam Q.S. al-Baqarah (2): 16
sebagai berikut:
36 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: al-Quran dan
Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Ciputat: Lentera Hati, 2006), h. 32
Page 109
94
ئك ولين ٱ أ ٱ لذ وا للة ٱ شت لضذ فما ربحت ت جرتهم وما لهدى ٱب
٠٠كنوا مهتدين Terjemahan
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”
Kata جتارتهم pada ayat ini oleh Quraish Shihab
diartikan sebagai perniagaan. 37 yaitu perniagaan yang
mempunyai konteks ketidakberuntungan disebabkan menukar
petunjuk dengan kesesatan, dalam artian menjauh dari tuntunan
agama serta mendekat serta menggantinya kepada kekufuran.
Dalam ayat ini mengandunh beberapa pokok pikiran,
diantarannya pertama, berbicara perihal menukar kesesatan
dengan petunjuk Allah swt., dalam penggalan ayat ...mereka
itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk…
(.... ئك ولين ٱ أ ٱ لذ وا للة ٱ شت لضذ لهدى ٱب ...), Quraish Shihab
menafsirkan kata isytarau ( وا membeli dengan/ (ٱشت
menukar.38 Ayat diatas bermaksud menggambarkan keadaan
kaum munafikin yang bergaul dengan kaum Muslimin dengan
menampakkan keimanan dan mengenakan pakaian hidayah,
37 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 134. 38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 134.
Page 110
95
tetapi ketika ia menyendiri dengan rekan-rekannya yang
durhaka, ia menukar pakaian itu dengan pakaian yang lain yaitu
pakaian kesesatan. Penukaran itu diibaratkan dengan jual beli
untuk mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukannya itu
terlaksana dengan kerelaan, sebagaimana layaknya semua jual
beli. Selanjutnya, karena setiap jual beli pasti dimotivasi oleh
perolehan keuntungan, di sini ditegaskan bahwa perniagaan
mereka tidak menghasilkan keuntungan. Berkaitan dengan
pokok pikiran kedua, dalam penggalan ayat ... فما ربحت
مهتدين maka tidaklah beruntung…) ....ت جرتهم وما كنوا
perniagaan mereka dan sejak dahulu tidaklah mereka
termasuk kelompok orang-orang yang mendapat petunjuk.)
Kalimat وما كنوا مهتدين (makanu muhtadin), bukan dalam arti
tidak mempunyai pengetahuan tentang seluk-beluk
perdagangan, seakan-akan yang ditekankan di sini adalah
kesalahan memilih barang dagangan, bukan ketidakmampuan
berdagang. Ayat ini diartikan oleh Quraish Shihab bahwa
mereka tidak memeroleh keuntungan dalam perniagaan
mereka, akibat dari bentuk keseimbangan alam dan tanggung
jawab ketaatan kepada-Nya, bahkan mereka rugi dan
kehilangan modal. Modal yang dimiliki oleh setiap orang
adalah fitrah kesucian. Ini mereka abaikan, padahal seharusnya
modal tersebut mereka manfaatkan guna memperoleh
Page 111
96
keuntungan berupa amal-amal saleh. Tetapi, nyatanya,
jangankan tidak memeroleh keuntungan, modal pun lenyap
karena keimanan tidak menghiasi jiwa mereka.
8. Tidak Meninggalkan Ibadah karena Bisnis dan
Ajakan Berbisnis dengan-Nya
Firman Allah swt. dalam Q.S. al-Jumu’ah (62) : 11,
sebagai berikut
و لهوا إوذاوا تجرة أ
ٱرأ وا قل ما نفض إلها وتركوك قائما ٱعند ن للذ هو ٱخي م
ٱومن للذ ٱو ل جرة زقي ٱخي للذ ٠٠ لرذTerjemah
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau
permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan
mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik
Pemberi rezeki”
Kata جتارة pada ayat ini oleh Quraish Shihab diartikan
sebagai perniagaan yaitu salah satu yang menjadi bentuk
kelalaian dalam beribadah kepada Allah swt., diceritakan pada
ayat sebelumnya. kaum Muslimin diperintahkan agar
menghadiri ibadah salat Jum'at. Tetapi, ada sekelompok orang
yang lalai dan tidak memenuhi secara baik perintah tersebut.
Ayat di atas mengecam mereka dan tidak lagi mengarahkan
pembicaraan kepada mereka, untuk mengisyaratkan bahwa
mereka tidak pantas mendapat kehormatan diajak berdialog
dengan Allah. Ayat pada QS. al-Jumu‘ah (62): 11 di atas secara
Page 112
97
detail berbicara tentang sikap sementara sahabat Nabi saw.
ketika hadirnya kafilah dari Syam yang dibawa oleh Dihyat Ibn
Khalifah al-Kilabi. Ketika itu harga-harga di Madinah
melonjak, sedang kafilah tersebut membawa bahan makanan
yang sangat dibutuhkan, ketika tabuh tanda kedatangan kafilah
di pasar terdengar oleh jamaah Jum'at sebagian jamaah masjid
berpencar dan berlarian menuju pasar untuk membeli karena
takut kehabisan. Maka, terhadap ulah mereka tersebut ayat
tersebut turun.39
39 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1, h. 62-63
Page 113
99
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan telaah dan analisis yang telah dipaparkan,
maka penulis menyimpulkan bahwa, ayat-ayat al-tijārah
terbagi dalam tiga kategori, pertama ayat mengandung makna
hubungan bisnis sesama manusia (muamalah) yakni bersifat
material-kuantitatif, terdapat dalam Q.S. al-Baqarah (2): 282
dan Q.S. al-Nisa (4): 29; kedua, ayat yang memiliki makna
hubungan bisnis Allah swt. kepada manusia, yakni bersifat
immaterial-kuantitatif terdapat dalam Q.S. al-Taubah (9): 24,
Q.S. Al-Nur (24):37, Q.S. Fatir (35): 29, Q.S. al-Ṣaff (61): 10,
dan Q.S. Al-Baqarah (2): 16; dan ketiga ayat yang memiliki
makna hubungan bisnis Allah swt. kepda manusia, sekaligus
mencakup antar sesama manusia. Terdapat dalam Q.S. al-
Jumu’ah (62): 11.
Dalam hal relevansi ayat al-tijārah dengan praktek jual
beli onlie, jual beli online memiliki prinsip dasar yang sama
dengan jual beli konvensional (secara offline) dengan beberapa
keuntungan kan kerugian. Dalam tansaksi bisnis non-tunai,
terdapat komponen penunjang yang aman sesuai standar
protokol SET (Secure Electronic Transaction) yaitu: (1)
Virtual/ Physical Smart Card, (2) Virtual Point off Sale, (3)
Virtual Aquirer atau Payment Gateway (4) Visa Credit Card.
Page 114
Media yang digunakan bisnis online diantaranya,
marketplace, website, webblog, forum, media sosial. Dalam
proses pembayarannya bisa dengan cara transfer bank dan
COD (cash on delivery) semua menunjang dalam upaya
melakukan transaski saling riḍo dan ikhlas, dan kemudahan
dalam ijab qobul (serah terima).
B. SARAN-SARAN
Penelitian ini masih banyak kekurangan disana-sini,
untuk itu penulis menyarankan kepada peneliti-peneliti
selanjutnya agar membahas lebih komprehensif mengenai
istilah-istilah etika bisnis dalam al-Qurān serta relevansinya
dengan perkembangan dunia digital. Karena masih banyak hal-
hal yang belum penulis teliti, antara lain: Mengkaji lebih dalam
Istilah-istilah perdagangan dan penafsiran al-tijārah menurut
mufassir klasik dan kontemporer. Serta perlu dikaji lebih dalam
bagaimana relevansi nilai al-Qurān dalam perkembangan
zaman termasuk perkembangan teknologi digital.
Demikianlah penelitian ini penulis buat dengan
sebenar-benarnya, diharapkan ada penelitian lanjutan yang
lebih komprehensif, dan mohon koreksi atas penelitian saya.
Page 115
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, M. Yazid. Fiqih Muamalah dan Implementasinya
Dalam Lembaga Keuangan Syariah.
Yogyakarta: LogungPustaka, 2009
al-Aṣfahānī, Abū Qāsim al-ḥusain ibn Muhammad al-
Ma’ruf Al-Rāgib. Tafsīr Al-Rāgib al-
Aṣfahānī, Juz I. t.tp.: Jāmi’ah Ṭanṭa Fak.
Adab, 1420.H/ 2000 M
............., Abū al-Qāsim al-Ḥusain ibn Muḥammad al-Ma’rūf
al-Rāgib. Al-Mufradāt fī Garīb al-Qurān,
Beirut: Dār al-Ma’rifah, t.th.
............., Ar-Raghib. Mu’jam Mufradat Alfadz Al-Qur’an.
Mesir: Dar al-Kitab al-’Arabi, t.t.
al-Baghwi, Abū Muḥammad al-Ḥusain. Ma’ālim al-Tanzīl,
juz VIII, cet. IV. t.tp.: Dār al-Ṭayyibah, 1417
H/ 1997 M.
Ali ibn Muhammad ibn Ali al-Jurjānī, al-Ta’rifāt, Juz.I,
(Bairūt: Dār al-Kitāb al-‘Arabī), h. 73.
al-Jurjānī, Ali ibn Muhammad ibn Ali. al-Ta’rifāt, Juz.I.
Bairūt: Dār al-Kitāb al-‘Arabī
al-Munāwī, Muhammad Abdur Rauf, al-Taqwif ala
Muhimmāt al-Ta’ārīf, Juz. I. Bairūt: Dār al-
Fikr al-Mu’asir
al-Qardawi, Yusuf. Fiqhuz Zakat. Vol I. Beirut: Muassasah
ar-Risalah, 1973.
............., Yusuf. Sistem Masyarakat Islam dalam al-Qurān
dan Sunah. Solo: Citra Islami Press. 1997
al-Si’dī, Abdurraḥmān ibn Nāṣir. Tafsīr Karim al-Raḥmān fī
tafsīr Kalām al-Mannān, Cet.I. t.tp:
Muassasah al-Risālah, 1420 H/ 2000 M
Page 116
al-Ṭabari, Muhammad Ibn Jarīr. Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl al-
Qurān, Jilid VIII, Cet.I. t.tp: Muassasah al-
Risālah, 1420 H/ 2000M
al-Zuḥailī, Wahbah ibn Muṣṭafā. Tafsir al-Munīr fī al-
‘Aqīdah wa al-Syarī’ah wa al-Manḥaj,
Juz.10. Damaskus: Dār al-Fikr, 1418 H.
Antonio, M. Syafi‘i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek.
Jakarta: GIP, 2001
Bāqi, Muhammad Fuād Abdul. Mu’jam al Mufahras li Alfāẓ
al Qurān al-Karīm. Kairo: Dār al-ḥadīs, t.th
Bāqiy, Muhammad Fuad Abdul. al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfādh al-Qur’an al-Karīm. Bandung,
Diponegoro, t.t.
bin Fauzan, Syaikh Shalih al Fauzan. Fiqh wa Fatwa al-
Buyu’. Riyāḍ: Jāmi’ah ibn Su’ud , 1441 H.
Case Center Departemen Manejemen, fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Cases in
Management: Indonesian’s Business
Challenges. Jakarta: Salemba Empat, 2008
Chapra, M. Umar. Al-Qurān Menurut Sistem Moneter Yang
Adil. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Primayasa. 1997
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qurān dan
Terjemahnya. Bandung: PT.Syamil Cipta
Media, 2005
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, Edisi IV , Cet. I.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. 2008
Fatah,Toto Abdul. Bank Tidak Identik dengan Riba. Jawa
Barat: MUI, t.th
Page 117
Hamdani, Yovita. Revolusi Asuransi digital. Jakarta: PT
Gramedia Jakarta: 2014.
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia.
Jakarta: Djambani, 1992
Ibn ‘Āsyur al-Tūnisī, Muḥammad Ṭāhir ibn Muhammad. al-
Tahrīr wa al-Tanwīr , Juz 18, Tunis: Dār al-
Tūnisiyah, 1984 M
Ibn Katsīr, Ismā’īl. Tafsir al-Qurān al-‘Adzīm, Jilid II. Cet.I.
Kairo: Dār al-Quṭūbah,2000.
Ibn Manẓūr, Lisan al-‘Arab, Juz.V (Kairo: Dār al-Marif,
t.th), h.420.
Ibn Manẓūr. Lisan al-‘Arab, Juz.V. Kairo: Dār al-Marif, t.th
Ibn Zakariah, Abu al-Ḥusain Aḥmad ibn Faris. Mu’jam
Maqāyis al-Lughah, Juz I. t.t., Daar al-Fikr,
t.th
Ibrahim Mustafa dkk, Qamus al-MuniṬ, Juz.I, (t.t.: Dār al-
Da’wah, t.th.), h.82
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar.
Yogya: LPPI, 2001.
Jurnal At-Tubyan Vol. II No.1 Januar-Juni 2017, Al-Tijarah
(Perdagangan) dalam Al-Quran (Studi
Komparatif Tafsir Jami’ : Ahkam alquran
dan Tafsir al-Misbah
Jurnal Transformasi Voll.11 No.1 2015 hal. 65-71
Jusmaliani, M.E., dkk, Bisnis Berbasis Syari’ah, Cet.I.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Karim, Ir. Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan
Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Page 118
M. Muslichuddin. Sistem Perbankan Dalam Islam. Jakarta:
Rineka Cipta. 1990
Majduddin al-Firouzabadi, al-Qamus al-Muhith. Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah, 2009
Manan, Abdul. Reformasi Hukum Islam di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam. Cet. 1;
Makassar: Alauddin University Press. 2012
Muhammad Abdur Rauf al-Munāwī, al-Taqwif ala
Muhimmāt al-Ta’ārīf, Juz. I (Bairūt: Dār al-
Fikr al-Mu’asir), h. 160.
Muhammad Fuād Abdul Bāqi, Mu’jam al Mufahras li Alfāẓ
al Qurān al-Karīm, (Kairo: Dār al-ḥadīs,
t.th), h.52.
Muhammad, Habib Nazir dan Afif. Ensiklopedi Ekonomi
dan Perbankan Syari’ah Bandung: Kaki
Langit, 2004
Mustafa ,Ibrahim, dkk. Qamus al-MuniṬ, Juz.I. t.t.: Dār al-
Da’wah, t.th.
Purkon, Arip. Bisnis Online Syariah: Meraup Harta Berkah
dan Berlimpah Via Internet. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2014.
Purwaatmaja, Karnaen Membumikan Ekonomi Islam di
Indonesia. Depok: Usaha Kami. 1996
Raharjo, M. Dawam. Islam dan Transformasi Sosial
Ekonomi. Yogyakarta: Lembaga Studi
Agama dan Filsafat, 1999
Page 119
Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005), h. 209
Roihanah, Rif’ah. Perlindungan Hak Konsumen Dalam
Transaksi Elektronik (E-commerce). Justitia
Islamica 8, no.2. 2011
Shihab , M. Quraish. Berbisnis dengan Allah: Bisnis Sukses
Dunia Akhirat. Ciputat: Lentera Hati. 2008
............., Quraish. Etika Bisnis dalam Wawasan Al-Qurān.
t.tp: Jurnal ulum al-Qur’an, 1997.
............., M. Quraish Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik
atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung:
Mizan. 1996
............., Quraish. Etika Bisnis dalam Wawasan al-Qurān
t.tp: Jurnal Ulumul Qur’an, 1997
............., Quraish. Menabur Pesan Ilahi: Al-Qurān dan
Dinamika kehidupan Masyarakat. Ciputat,
Lentera Hati, 2006
............., Quraish. Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati,
2016
Sipayung, Hendra Haloman. dan Fransisca esther Butar
Butar, Cara Gila Menjual apa pun lewat
Internet. Bandung: Kaifa, 2011
Sri Nurhayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia,
Ed. II. Jakarta: Salemba Empat, 2011
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2007
Page 120
Sumitro,Warkum. Azas-azas Perbankan Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada 1997
Syafe’i, Rahmat. Fiqih Muamalah, Cet. X. Bandung, CV.
Pustaka Setia, 2001
Tadjoedin, Achmad Ramzy. Berbagai Aspek Ekonomi Islam.
Yogyakarta: Tiara Wacana. 1992
Tanjung, M. Azrul, dkk, Reinventing Budaya Bisnis: Untuk
Kesejahteraan dan Kejayaan Islam. Jakarta:
Grafindo Creatif Writing, 2004
Taqwa, Nila Libasut. Aspek Perdagangan Perspektif al-
Qur’an,
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1993
Yuliana, Olivia Yenti. Jurnal Akutansi & Keuangan Vol. 2,
No. 1, Mei 2000.
Nisrina, Disa Nusia. Skripsi: Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Jual Beli Online dan Relevansinya
terhadap undang-undang perlindungan
konsumen, UIN Alaudin Makasar. 2010.
http://mobile.sederet.com/
.https://www.maxmanroe.com/2014/01/3-jenis-transaksi-
jual-beli-online-terpopuler-diindonesia.html