7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
1/83
1 of 83 pages
BARAKTU 'D-DU
BERKAT-BERKAT DOAKARYA
ARAT MIRZ GHULM AMAD
IMM MAHD-DAN-ISA ALMASIH YANG DIJANJIKAN (MASMAUD) A.S.
Penerjemah: Maulana H. ABDUL BASITH-Wahid, Sy.
Materi ajar untuk kelas Muolaah Buku-buku arat MasMaud a.s. TahunIV/2012; @Lantai Dasar Mesjid Alhidayah Kebayoran Lama Selatan, Jakarta
Selatan. Narasumber: FAZZAL-e-MUJEEB (anggota JAI Kebayoran; ponsel
+62818849407).
CATATAN: Kelas Muolaah Buku-buku arat MasMaud a.s. ini berdiri pada
hari Sabtu tanggal 5 Januari 2008. Kelas ini mengkaji khusus buku-buku yangditulis oleh arat Mas Maud a.s.. Menginjak pada tahun yang keempat ini,kajian sudah membahas tiga buku, yaitu: Filsafat Ajaran Islam(Urdu: Islm UlK Filsaf), Alwasiyat (Urdu: Al-Waiyyat), dan Penampakan Kebesaran Tuhan(Urdu: Tajalliyat-i-Ilahiyyah). Softcopy terjemahan buku Barkatu 'd-Du' inidiperoleh dari Maulana DILDAAR AHMAD DARTONO (ponsel
+6281288449211, muballigh dan anggota Dewan Naskah JAI), di Kemang, Bogor,
Sabtu pagi, 4 Februari 2012. Softcopy tersebut ditik dan diedit kembali oleh
RUHDIYAT AYYUBI AHMAD (ponsel +628567545701; wakafin Sekretariat PB
JAI di Kemang, Bogor; pada {Raman}, Jumat, 14 Juli 2007). Terjemahan ini
diedit kembali oleh RAHMAT ALI (anggota JAI Kebayoran; ponsel+6285810678106 dan +6287872081958; email [email protected]; di
Kebayoran Lama Selatan, 28 Feberuari 2012 M (15 Rbiu 'l-Awwal 1433 H.Q.)),untuk keperluan akademik Kelas Muolaah Buku-buku arat MasMaud a.s.di JAI Kebayoran. Editan terjemahan ini masih jauh dari sempurna & disarankan
untuk tidak menjadi bahan rujukan.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
2/83
2
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
3/83
3
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
4/83
4
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
5/83
5
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
6/83
6
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
7/83
7
(Terjemahan Halaman Judul)
BERKAT-BERKAT DOAPENYANGKALAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN
SAYYID AMAD KHN, K.C.S.I.
ditulis dan diterbitkan demi manfaatmasyarakat umum
oleh
Mirz Ghulm Amad a.s.
Almasih Yang Dijanjikandan Mujadid Abad XIV
pada bulan suci Raman tahun 1310 Hijriah
Dicetak di Riy Hind Press Qdiyndibawah pengawasan Tuan Syaikh Nr Amad
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
8/83
8
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
9/83
9
Contoh Sebuah Pengabulan Doa
Keberatan suratkabarAns-i-Hind Mrah ) ) atas Nubuwatan kami
SAYA telah menerima satu kopi dari suatu suratkabar
yang terbit pada tanggal 25 Maret 1893, yang mengandung
kritikan atas nubuwwatan saya tentang Laikh-Rm dari [kota]Paisyawar. Selain dari itu juga, menerima beberapa
suratkabar lain dengan isi yang sama. Rupanya, kalimah
kebenaran ini telah menghebohkan beberapa suratkabar. Halini sungguh menyenangkan karena orang-orang yang
memusuhi saya, merekalah yang menyebarkan
nubuwatan saya.
Untuk menjawab keberatan itu, untuk sementara
waktu, cukuplah bagi saya dengan mengatakan bahwa apa-
apa yang telah saya tulis atau saya katakan adalah sesuai
dengan hal itu. Jika dikatakan bahwa kabar gaib semacam ini
tidak ada gunanya dan keraguan masih tetap ada di dalamnya,
untuk keberatan semacam ini, saya hanya mengatakan bahwa
keberatan itu belum waktunya timbul.
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, dan di sini
saya mengatakan sekali lagi, jika seperti pengeritik-pengeritik
katakan, akibat dari kabar gaib itu hanya berupa serangan
biasa atau semacam sakit, atau hanya berupa kolera yang
akan sembuh kemudian, maka kabar gaib itu bukanlahnubuwatan yang benar. Tanpa diragukan lagi adalah hanya
sebuah penipuan belaka. Penyakit semacam ini biasa datang
dan tidak seorang pun kebal terhadap penyakit-penyakit
tersebut. Kalau keadaannya demikian, maka saya patut
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
10/83
10
menerima hukuman yang telah saya sebutkan. Tetapi, jika
kabar gaib itu sempurna dengan cara yang terang
memperlihatkan tanda kemurkaan Tuhan, maka ingatlahbahwa azab itu datang dari zat-Nya.
Hakikat yang sebenarnya ialah bahwa kebesaran
wahyu nubuwatan dan kehebatannya tidak bergantung pada
penentuan hari maupun waktu. Tetapi, cukup dengan
menentukan batas waktu penurunannya. Maka, apabila
nubuwatan itu tampak sempurna disertai dengan kebesaran-
Nya, dengan cara yang menggetarkan hati, dengan sendirinya
kabar gaib itu akan menarik hati manusia ke arah-Nya.Semua pikiran dan keberatan yang timbul dalam hati
sebelumnya akan hilang sirna. Dan orang-orang yang
bertabiat jujur, dengan rasa malu, akan menarik keragu-
raguannya. Mari kita ingat bahwa hamba yang lemah ini pun
hanya seorang manusia biasa yang tidak lepas dari hukum
kodrat Ilahi seperti yang lainnya. Jika kita bisa memberi suatu
nubuwatan yang tidak mendasar, yang hanya mengandung
kabar gaib tentang penyakit yang diduga-duga saja dansebagainya, maka orang yang tersangkut dalam nubuwwat itu
pun bisa mengeluarkan kabar gaib yang sama tentang saya.
Saya bisa memanjangkan waktu berlakunya nubuwatan
itu jadi sepuluh tahun, tidak enam tahun seperti yang saya
umumkan sebelumnya. [Usia] Laikh-Rm pada saat sekarangini tidak lebih dari tigapuluh tahun. Beliau masih muda, gagah,
dan sehat sekali. Sedang hamba ini, sekarang lebih darilimapuluh tahun, lemah, dan sering terserang bermacam
penyakit. Meskipun demikian, akan ketahuan dengan nyata
apa-apa yang dari manusia dan apa yang dari Tuhan.Mengatakan, seperti yang dikatakan pengritik bahwa zaman
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
11/83
11
sekarang dan hanya perkataan biasa yang keluar dari mulut
orang. Menurut pendapat saya, justru sekaranglah waktunya
untuk menerima kebenaran yang hakiki dan sempurna,[yakni] waktu yang tidak pernah ada sebelumnya.
Memang, pada waktu sekarang ini, penipuan, kelicikan,
tidak akan tumbuh subur. Bahkan, yang demikian merupakan
hal yang menggembirakan bagi penuntut-penuntut kebenaran
yang tulus. Sebab, orang yang dapat membedakan antara yang
benar dan bathil ialah orang yang menghormati kebenaran
dengan tulus hati dan memeluknya bila ia menemukan
kebenaran itu. Kebenaran mempunyai daya tarik yang hebat,yang membuat orang untuk mau-tidak mau
harus menerimanya.
Janganlah berusaha untuk mencela dan mengalahkan
zaman di manapun kita hidup. Ratusan perkara-perkara
sekarang terbukti benar yang [dulunya] tidak pernah
diketahui kebenarannya oleh nenek-moyang kita. Pengubahan
semacam ini tidak mungkin terjadi jika tidak ada rasa dahaga
atas kebenaran pada umumnya secara menyeluruh, sepertiapa yang kita dapatkan pada masa sekarang ini. Orang-orang
mencintai kebenaran hakiki. Bukan membencinya.
Mengatakan bahwa orang-orang sekarang jauhbertambah pandai dan lebih berpikir, masa bagi orang-orang sederhana telah berlalu, merupakan satu penghinaanterhadap masa di mana kita hidup. Apakah masa kita sudah
begitu buruk sehingga dia tidak mau menerima satukebenaran yang sudah terang telah tampak kebenarannya?
Saya tidak akan mengatakan demikian. Sekali-kali
tidak! Karena, saya mendapatkan justru kebanyakan orang
yang terpelajarlah yang memberikan perhatiannya kepada
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
12/83
12
saya dan mengambil faedah dari saya. Beberapa di antara
mereka ada yang bertitel B.A. dan M.A.. Saya melihat di
dalam diri mereka semangat dan kedambaan yang besaruntuk menerima kebenaran. Bukan hanya mereka saja,
bahkan ada sekelompok orang kulit putih Eurasia yang baru
masuk Islam di Madras, masuk jemaah kami, dan mempunyai
keyakinan atas kebenaran kami.
Saya rasa apa yang sudah saya tulis di sini cukup untuk
menolong orang-orang yang dalam dirinya mempunyai rasa
takut kepada Allah swt. untuk mengerti. Orang-orang Asia
mempunyai kebebasan untuk memberi komentar atas tulisanini seperti yang mereka kehendaki.
Saya tahu, saat sekarang ini, memuji nubuwatan sama
seperti mencelanya. Jika ini datang dari Tuhan seperti yang
saya ketahui benar-benar bahwa memang ini dari Tuhan
datangnya, tentu akan zahir dengan penuh kedahsyatan dan
akan menggerakkan hati orang-orang. Tetapi, jika kabar gaib
ini bukan dari zat-Nya, maka hanya akan menjadi satu
kehinaan bagi saya, jika saya berusaha menutupi kehinaan inidengan membuat argument-argumen yang lemah, maka hal
itu akan mengakibatkan kehinaan yang lebih besar lagi
bagi saya.
Tuhan Yang Abadi, Maha Suci, dan Maha Agung, Yang
menguasai segalanya, tidak sekali-kali akan menghormati
pendusta. Satu hal yang tidak benar ialah mempunyai pikiran
bahwa antara saya dan Laikh-Rm ada permusuhan pribadi.Saya tidak mempunyai permusuhan pribadi dengan siapa pun.Tetapi, sebetulnya, dia memusuhi dan membenci kebenaran
serta menghina wujud sempurna lagi suci (aratRasulullahsaw.) yang merupakan mata air segala kebenaran. Oleh
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
13/83
13
karenanya, Allah swt. menghendaki untuk mengangkat
derajat orang yang dicintai-Nya.
[wa's-salmu al manit-tabaa 'l-hud'] (keselamatanlah bagi orang yangmengikuti petunjuk)!![]
-------oooOooo-------
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
14/83
14
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
15/83
15
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang; [mari]
kita memuji-sanjung-Nya dan berselawat atas rasul-Nya yang
muliaolla'l-Lhu alaihi wa lihi wa sallam!!)
Tinjauan Buku
Ad-Du wa 'l-Istijbah (Doa danPengabulannya) dan Tarr F Uli 't-Tafsr (Prinsip-prinsip Penafsiran
Alquran Karim) karya Sir Sayyid AmadKhn, K.C.S.I.
[Syair Bahasa Farsi]:
Hai orang yang terbelenggu oleh logika-anehmu,jangan bangga akan kekuatanmu.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
16/83
16
Karena pada cakrawala ajaib ini
telah diperlihatkan kepada orang banyak
seperti engkau.Manusia yang asing terhadap Tuhan tidak berani
memasuki perumahan Ilahi.
Rahasia Langit akan diungkapkan oleh
orang-orang samawi.
Sia-sialah belaka menyatakan engkau dapat mencapai
arti hakiki Alquran dengan kemampuanmu.
Barangsiapa yang mengartikan sendiri, sesungguhnya
dia membawa yang palsu dan barang matiyang busuk.
DALAM bukunya tersebut di atas, Tuan Sayyid telah
mengemukakan keyakinannya tentang doa bahwa:
Pengabulan doa-doa tidak berarti bahwa setiapapa yang diminta atau dimohonkan dalam doa itu akan
dikabulkan. Karena, jika pengabulan doa-doa itudiartikan demikian, maka ada dua kesukaran
yang timbul.
Pertama, ribuan doa yang dipanjatkan denganmerendahkan diri dan tulus, tetapi apa yang diminta
kepada Tuhan tetap saja tidak tercapai; berarti, doa-
doa itu tidak dikabulkan. Padahal, Tuhan telah
menjanjikan pengabulan setiap doa yang dipanjatkan.Keduabahwa, hal-hal yang sudah ditakdirkanakan terjadi tentu akan terjadi juga dan perkara-perkara yang ditakdirkan tidak akan terjadi tetaptidak akan terjadi, betapapun usaha manusia untuk
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
17/83
17
mengubahnya; yakni, tidak akan ada perubahan-
perubahan apapun yang telah ditakdirkan Tuhan.
Jadi, jika pengabulan doa itu mempunyai artiterkabulnya setiap permintaan, maka janji Tuhan yangtercantum dalam ayat (udn astajib-lakum)artinya, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akanKu-perkenankan bagi kamu1 akan menyalahi hal-halyang sudah ditakdirkan tidak akan terjadi; berarti,bahwa janji Tuhan tersebut akan terbukti sia-sia sebab
hanya bagian permintaan yang-sudah-ditakdirkan-
kejadiannya itulah yang akan dikabulkan. Kitamengetahui bahwa janji pengabulan doa itu bersifat
umum bagi setiap orang tanpa ada pengecualian.
Dari beberapa ayat, tampak nyata bahwaperkara-perkara yang sudah ditakdirkan tidak akantercapai adalah jelas tidak akan dikabulkan olehTuhan. Tetapi, terbukti pula dari beberapa ayat bahwa
tidak ada satu doa pun yang ditolak atau tidak diterima;
yang berarti, semua doa dikabulkan seperti yang
dijanjikan Allah swt. artinya, Berdoalah
kepada-Ku niscaya Aku perkenankan (kabulkan)
bagi kamu.Di sini tampak nyata satu kontradiksi dalam
ayat-ayat tersebut, dan kita tidak bisa menghindari
kontradiksi ini selain dengan mengartikan pengabulan
doa hanyalah merupakan suatu ibadah. Sebab, denganmengartikan bahwa berdoa hanya semata-mata suatutindakan ibadah sajalah kita bisa mengartikan bahwa
1 QS [al-Mu'min] 40:61
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
18/83
18
doa itu dikabulkan seperti apa yang dijanjikan oleh
Allah swt., dengan syarat doa itu dikerjakan dengan
khusyuk dan merendahkan diri.Jadi, pengabulan doa hanyalah merupakanpengabulan suatu ibadah, dan kita akan mendapatkan
sesatu ganjaran rohani. Jika sudah ditakdirkan bahwa
suatu akan didapat atau berhasil diperolehdansecara kebetulan kita berdoa untuk hal tersebutmaka, jelaslah perkara itu akan tercapai. Akan tetapi,
berhasilnya itu bukan semata-mata karena doa,
melainkan karena sudah ditakdirkan lebih dahulu.Faedah yang kita peroleh dari berdoa itu adalah
bahwa doa bisa membangkitkan dan menumbuhkan
kesabaran dan istiqll pada kita apabila pada waktuberdoa itu hanya ada satu pikiran yang terlintas dalam
hati, yaitu kekuasaan, kebesaran, serta qudrat Ilahi.
Pikiran semacam inilah yang mengalahkan dan
mengantisipasi pikiran yang menimbulkan kegelisahan
dalam hati sanubari kita. Keadaan jiwa serta pikiransemacam ini merupakan akibat yang wajar dari ibadah
ketika hanya wujud dan kebesaran Tuhan-lah yang
timbul dalam pikiran orang yang melakukan ibadah
tersebut. Inilah yang dikatakan Pengabulan Suatu Doa.
Selanjutnya, Tuan Sayyid menulis dalam bukunya bahwa:
Orang-orang yang tidak mengerti akan hakikat doa-doa tersebut dan tidak tahu akan hikmah yang
terkandung di dalamnya, tentu dapat mengatakan
Apakah faedah dan gunanya doa jika hal-hal yang-
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
19/83
19
sudah-ditakdirkan-tidak-tercapai tetap tidak akan
didapat meski ribuan doa dipanjatkan ke hadirat Ilahi;
demikian juga hal-hal yang-sudah-ditakdirkan-akan-tercapai tetap akan didapat dengan doa maupun tanpa
doa. Kalau demikian halnya, maka mendoa merupakanhal yang sia-sia.
Menjawab persoalan tersebut, Tuan Sayyid
mengatakan bahwa:
Hasrat keinginan untuk memohon pertolongan kepadaTuhan dalam keadaan susah dan terdesak merupakan
salah satu bagian dari fitrah dan sifat manusia. Oleh
karena itu, berdoa merupakan hal naluriah, yakni
dikerjakan dengan tanpa memikirkan apakah akan
berhasil atau tidak, dan fitrah insani itulah yang
mendesak manusia untuk meminta kepada Tuhan.
DENGAN pernyataan di atasyang sengaja kami kutipsebagai ringkasan, nyata terbukti bahwa Tuan Sayyid
mempunyai keyakinan atau akidah bahwa doa bukan
merupakan satu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu
maksud tertentu, dan doa sama sekali tidak mempunyai
pengaruh atau hubungan apa-apa dalam mencapai
suatu maksud.
Jika seseorang mendoa dengan niat untuk mencapaisesuatu tujuan atau maksud, maka menurut Tuan Sayyid, hal
ini merupakan hal yang sia-sia belaka. Karena hal-hal yang
sudah ditakdirkan akan terjadi, maka berdoa tidak diperlukan
lagi. Dan bagi hal-hal yang sudah ditakdirkan tidak akan
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
20/83
20
terjadi, maka berdoa dengan merendahkan diri dan sungguh-sungguh juga merupakan suatu yang tidak berguna.
Pendeknya, dengan tulisan tadi, jelas sekali bagaimanakeyakinan Tuan Sayyid tentang doa bahwa doa hanya
merupakan ibadah semata yang tidak mempunyai hubungan
apa-apa dalam mencapai sesuatu dan menetapkan doa
sebagai jalan untuk mencapai suatu maksud duniawi adalah
pikiran yang sia-sia.
Sekarang jelaslah bahwa telah terjadi kekeliruan yang
besar pada diri Tuan Sayyid dalam memahami ayat-ayat suci
Alquran, tetapiinsy' Allhakan kami perlihatkan padabagian akhir buku ini mengapa Tuan Sayyid bisa mengalami
kekeliruan semacam itu.
DENGAN sangat menyesal dan sedih, sekarang kami
tunjukkan di sini bahwa seandainya Tuan Sayyid tidak
mampu memahami arti dan makna serta hikmah-hikmah ayat
suci Alquran, tidakkah beliau melihat dan menyadari hukum
alam yang diyakini benar-benar oleh beliau sebagai petunjukTuhan yang nyata dan sebagai kunci untuk penafsiran
rahasia-rahasia yang tersembunyi dari Alquran ketika
menulis karangan tadi?
Apakah Tuan Sayyid tidak mengetahui bahwa
meskipun kebaikan dan keburukan tidak lepas dari takdir,
akan tetapi hukum dan kodrat alam menetapkan sarana-
sarana sedemikian rupa untuk mencapainya sehingga orangyang berpikiran sehat akan menganggap penggunaan cara
dan ikhtiar merupakan suatu hal yang perlu dan benar untuk
mencapai sesuatu?
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
21/83
21
Untuk menjelaskan hal ini baiklah kita ambil contoh:
orang sakit. Misalnya, sekali pun berdasarkan hukum takdir
baik menggunakan obat atau pun tidak mempergunakan,pada hakikatnya adalah sama dengan berdoa atau pun tidak
berdoa. Namun, apakah Tuan Sayyid akan berani mengatakan
bahwa ilmu kedokteran serta ilmu ketabiban adalah ilmu
yang salah atau keliru dan Allah swt. tidak menaruh khasiat
dalam obat untuk menyembuhkan? Oleh karena itu, jika Tuan
Sayyiddi samping percaya pada adanya takdirjugamengakui akan kemanjuran obat-obatan, mengapa beliau
membedakan sebagian hukum Tuhan dengan yang lainnyayang sama dan sejajar?
Apakah Tuan Sayyid tetap berpendirian bahwa Tuhan
mempunyai kekuasaan untuk memberikan khasiat yang kuat
dalam trapethum, scammonia, senna dan biji croton sebagai
obat pencuci perut, atau Tuhan berkuasa untuk memberikan
kepada zat arsenik dan acconite atau zat-zat beracun yang
kuat dengan suatu khasiat yang mematikan namun Dia tidak
mempunyai kekuasaan untuk memberikan khasiat pada doa-doa lebih-lebih doa orang-orang suci yang dipanjatkan dengan
merendahkan diri dan sungguh-sungguh?
Apakah Tuhan tetap juga mengabaikan doa-doa orang
semacam itu sebagai sesuatu yang tidak berjiwa tanpa ada
daya pengaruh apa pun?
Apakah mungkin Allah swt. tidak memberikan khasiat-
khasiat dalam doa yang berfaedah bagi manusia seperti yangterkandung dalam obat-obatan? Tidak. Sama sekali tidak
mungkin. Sesungguhnya, Tuan Sayyid tidak
mengetahui/memahami sama sekali falsafah hakiki tentang
doa. Juga, beliau sama sekali tidak mempunyai pengalaman
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
22/83
22
tentang pengaruh doa yang hebat pada sesuatu. Keadaan
beliau persis sama seperti seseorang yang mempergunakan
obat yang sudah kadaluwarsa, obat yang sudah habiskemanjurannya karena melihat obat itu tidak memberikan
pengaruh dan khasiat, kemudian ia mengatakan bahwa obat
itu tidak mempunyai pengaruh dan khasiat, dan ia
mengatakan bahwa obat itu sama sekali tidak ada gunanya.
Begitu juga keadaan beliau, karena tidak melihat
pengaruh dan khasiat doa, maka beliau menolak khasiat doa.
Sayang seribu sayang, meskipun sudah mencapai usia
lanjut, namun Tuan Sayyid, hingga sekarang, tidakmempunyai pengertian mengenal falsafah hukum alam,
betapa eratnya hubungan antara hukum sebab-akibat, dan
betapa sempurnanya hukum alam itu. Oleh sebab itu, begitu
mudah Tuan Sayyid menaruh kepercayaan bahwa sesuatu
bisa terjadi tanpa sebab-sebab lahiriah atau sebab batiniah,
sebab apa-apa yang telah ditakdirkan tentu akan terjadi.
DALAM dunia ini kita mengetahui bahwa tidak ada satubenda pun yang lepas dari kudrat Ilahi yang telah ditentukan
oleh Allah swt.. Semua benda mempunyai khasiat dan
pembawaannya masing-masing, misalnya: api, air, tanah,
gandum, tanam-tanaman, bintang-bintang, logam, mineral,
dan semua benda yang dipergunakan sehari-hari itu
dipergunakan sesuai dengan khasiat dan pembawaan yang
terkandung di dalamnya.Mencoba mengambil faedahnya tanpa mengindahkan
khasiat-khasiat yang terkandung di dalamnya merupakan hal
yang bodoh, mengingkari penggunakan cara dan ikhtiar, sama
dengan mengingkari kudrat Ilahi. Barangsiapa yang
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
23/83
23
mempunyai keyakinan bahwa suatu benda bisa diperoleh
tanpa sebab-sebab lahiriah dan rohaniah, seolah-olah dia
mengingkari hikmah hukum kudrat Ilahi.Pendeknya, Tuan Sayyid hanya ingin mengemukakan
bahwa di mana-mana selalu terjadi hukum sebab dan akibat,
atau hukum upaya dan akibatnya. Tetapi, hukum tersebut
tidak berlaku dalam doa. Doa sama sekali tidak mempunyai
pengaruh apa-apa. Pengingkaran terhadap doa sebagai suatu
cara untuk mencapai suatu maksud telah mencapai taraf
ekstrim dalam kepercayaan Tuan Sayyid.
Seandainya dibicarakan di hadapan Tuan Sayyidtentang khasiat api, beliau tidak akan mengingkari bahwa
seseorang yang telah ditakdirkan akan terbakar, maka tanpa
sebab apa pun ia akan terbakar. Oleh karena itu, saya benar-
benar heran, mengapa Tuan Sayyid sebagai seorang muslim
mengingkari pengaruh doa yang juga mempunyai khasiat
seperti api, yang kadang-kadang menyinari kegelapan atau
membakar orang-orang yang aniaya.
Apakah dalam kedua hal itu tidak berlaku hukum takdiryang sama? Lalu, mengapa beliau tidak ingat akan hukum
kudrat itu sewaktu berdoa, padahal beliau percaya akan
hukum sebab dan akibat dalam benda-benda yang lain secara
fanatik. Sampai-sampai beliau yakin bahwa lalat pun
mempunyai khasiat dan pengaruh. Apakah dalam doa tidak
ada sedikit pun pengaruh dan khasiat?
Hakikat sebenarnya ialah, Tuan Sayyid tidak tahu apayang dapat dihasilkan oleh doa. Beliau tidak mempunyai
pengalaman dalam hal ini, dan tidak mempunyai hubungan
dengan orang-orang yang mempunyai pengalaman dan
pengetahuan tentang doa.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
24/83
24
SEKARANGdemi kepentingan umummarilah kita
kembali kepada pokok pembicaraan, yakni doa dan artisebenarnya dari pengabulan doa itu.
Masalah pengabulan doa adalah sebagian dari masalah
hakikat doa. Dan, ini merupakan satu hal yang prinsip bahwa
seseorang yang tidak mengerti dan memahami asal hakikat
doa, maka bagaimana dia akan mengerti apa sebenarnya arti
pengabulan doa itu? Oleh sebab itu, pertama-tama, marilah
kita berusaha untuk memahami apa sebenarnya doa itu.
Tanpa pengertian sepenuhnya tentang doa, akan timbulkesalahpahaman seperti yang telah terjadi pada diri Tuan
Sayyid.
Doa adalah adalah suatu hubungan timbal-balik antara
Tuhan dengan hamba-Nya yang patuh. Tahap pertama,
rahmat dan karunia Allah swt. menarik seorang hamba ke
arah Dia Yang bersifat ramn. Kemudian, [ii] rasaterimakasih dan syukur si hamba akan anugerah, karunia, dan
rahmat-Nya, menarik dia lebih dekat kepada Allah swt., danTuhan menarik dia ke arah-Nya.
Dalam doa, hubungan semacam ini mencapai tahap
sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengaruh yang luar
biasa. Misalnya, [pada] seseorang [yang] berada dalam
kesukaran yang sangat hebat. Dengan penuh keyakinan,
penuh pengharapan, penuh kecintaan, penuh kesetiaan, dan
dengan penuh usaha menghadapkan diri ke hadirat Allah swt.dan menjatuhkan diri di haribaan-Nya.
Selanjutnya, [iii] ia akan mencapai kesadaran yang luar
biasa, kesadaran yang akan menembus tabir-tabir kegelapan,
kemalasan, dan kelengahan. Ia terus maju menuju medan
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
25/83
25
kefanaan/kesirnaan diri dan akhirnya akan sampai ke
haribaan Ilahi, Tuhan yang tidak mempunyai sekutu. Jiwanya
rebah di hadapan singgasana Allah swt..Selanjutnya, [iv] kemampuan untuk menyerap rahmat
Ilahi yang terkandung dalam dirinya, [membuat ia mampu]
menarik rahmat serta karunia-Nya. Dalam keadaan demikian,
Allah Yang Maha Kuasa berpaling ke arahnya dan berkenan
mengabulkan doanya. Barulah, doa akan menampakkan
pengaruhnya dan khasiatnya.
Pengaruh doa, yang pertama ialah, Allah swt.
menggerakkan sarana-sarana yang akan menjadi penyebabuntuk tercapainya suatu tujuan. Misalnya, jika doa itu untuk
meminta hujan, berkesesuaian dengan terkabulnya doa itu
Allah swt. akan menjadikan suatu sebab alami supaya hujan
turun [seperti angin, awan, dan lain-lain]. Jika doa itu untuk
kelaparan, maka Tuhan akan menciptakan sebab-sebab alami
yang diperlukan untuk menimbulkan kelaparan, misalnya
bencana alam, serangan hama, musim kemarau panjang, dan
lain-lain.[Yang kedua]. Orang-orang suci yang mempunyai
pengalaman rohani semacam itu telah membuktikan bahwa
dalam doa yang sempurna terkandung suatu daya
menciptakan, yakni dengan seizin Allah, doa itu
menggerakkan benda-benda kasar seperti dalam dunia
rohani. Benda-benda kasarseperti air, api, udara, bumi,
bahkan alam samawi, hati, serta kehendak manusiadapatdipengaruhi dan digerakkan ke arah yang dikehendakinya.Tidak kurang contoh-contoh semacam itu [yang] terdapat
dalam Kitab-kitab suci. Apa yang disebut mukjizat semata-
mata merupakan contoh dari pengabulan doa.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
26/83
26
RIBUAN mukjizat para nabi dan wali yang disaksikan
sejak dahulu kala hingga sekarang, merupakan contoh yanghidup dari pengabulan doa pula. Suatu hal ajaib yang telah
terjadi di padang pasir tanah Arab yang gersang, ialah ratusan
ribu manusia yang mati telah hidup kembali dalam waktu
yang pendek. Mereka yang benar-benar telah mati rohaninya
dari generasi ke generasi, berubah menjadi insan-insan yang
berakhlak, suci lagi saleh. Yang buta mulai melihat. Yang tuli
dan bisu mulai menerangkan kebenaran-kebenaran Ilahi
sekali lagi di dunia. Revolusi rohani yang kehebatannyaseperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya, tidak pernah
mata memandangnya, dan tidak pernah telinga
mendengarnya.
Apakah Anda tahu apa penyebab kesemuanya itu?
Penyebab kesemuanya itu tiada lain adalah doa di malam
gelap gulita dari seorang fan fi'l-Lh (sirna/larut di dalamAllah) yang menggemparkan seluruh dunia, doa-doa yang
menggoncangkan arasy Ilahi dan mengakibatkan revolusiyang begitu hebat sehingga tidak seorang pun bisa
menghubungkannya dengan seorang yang buta huruf dan
seorang diri seperti Rasulullah saw.. Setiap orang pasti
mengatakan revolusi semacam ini sesuatu yang tidak
mungkin dilakukan oleh seorang yang buta huruf lagi
yatim piatu.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
27/83
27
[Allhumma oll wa sallim wa brik alaihi walih biadadi hammih wa ghommih wa uznih
lihdzihi 'l-ummati wa azil alaihi anwroromatika ila 'l-abad(i)].Ya Tuhan, turunkanlah keselamatan
serta berkat atas beliau dan atas pengikut-
pengikut beliau, sebanyak perhatian dan
keprihatinan beliau serta kesedihan beliau atas
umat ini, dan turunkanlah nur-nur rahmat
Engkau atas beliau untuk selama-lamanya.
SAYA melihat atas dasar pengalaman pribadi saya
sendiri. Pengaruh doa itu lebih kuat daripada pengaruh api
dan air. Bahkan, merupakan satu tanda dalam rangkaian
kenyataan bahwa tidak ada sarana alami yang lebih hebat lagi
daripada doa.
Apabila diragukan bahwa doa kadang-kadang meleset
dan tidak memiliki efek/pengaruh sama sekali, maka jawaban
saya ialah bahwa keadaan itu sama seperti obat-obatan.Apakah obat-obatan sanggup menutup pintu kematian? Atau,
apakah ada orang yang bisa mengatakan bahwa obat-obat itu
selamanya berfaedah dan tidak mungkin meleset?
Memang benar, bahwa segala sesuatu terjadi sesuai
hukum dan takdir yang telah ditentukan. Tetapi, hal itu tidak
berarti bahwa hukum dan takdir membuat ilmu pengetahuan
tidak berarti dan tidak berguna. Juga, tidak berarti bahwausaha dan ikhtiar merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipercaya.
Jika kita mempergunakan pikiran dengan seksama,
akan nampak bahwa sarana jasmani dan rohani tidak lepas
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
28/83
28
dari takdir Ilahi. Misalnya, seorang pasien ditakdirkan akan
sembuh, maka sebab-sebab untuk kesembuhan akan muncul
sepenuhnya, dan keadaan tubuh si pasien pun sanggup untukmenyerap dan menerima khasiat obat-obatan itu, barulah
obat akan tepat mengenai sasarannya. Begitulah juga, faedah
doa akan berkumpul menjadi satu, satu iradah (kehendak)
Ilahi yang menginginkan terkabulnya doa itu, Allah swt.
menjadikan niam (tatanan) rohani dan jasmani dalam satusilsilah/rangkaian hukum sebab dan akibat yang serupa.
Kesalahan fatal yang dibuat Tuan Sayyid ialah beliau
menerima dan mengakui adanya tatanan jasmani tetapimengingkari adanya tatanan rohani.
Bilakhir, saya merasa perlu mengatakan bahwa jika
Tuan Sayyid tidak mau bertobat dari pandangan yang keliru
mengenai hal itu dan tetap mengatakan Apa buktinya bahwadoa mempunyai khasiat dan pengaruh?, maka saya diutusuntuk menghapuskan kekeliruan ini. Saya berjanji untuk
memberi tahu Tuan Sayyid terlebih dahulu sebelum terbukti
pengabulan beberapa doa saya. Tidak hanya memberi tahu,bahkan akan saya cetak dan siarkan. Akan tetapi, dengan
syarat, Tuan Sayyid berjanji akan meninggalkan kepercayaan
yang salah itu, sesudah terbukti doa saya dikabulkan.
TUAN Sayyid berpendapat bahwa seakan-akan di
dalam Alquran Allah swt menjanjikan bahwa semua doa akan
dikabulkan, padahal ternyata tidak semua doa dikabulkanTuhan. Inilah kesalahpahaman besar beliau. Sebenarnya ayat
tidak menunjang pandangan beliau, karena di
dalam ayat ini terkandung suatu perintah untuk berdoa, tetapi
yang dimaksud dengan doa di sini bukan doa biasa melainkan
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
29/83
29
ibadah-ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia, karena
bentuk perintah dalam ayat itu adalah ,
menunjukkan kewajiban yang tidak bisa ditolak. Dan terbukti,bahwa tidak dalam setiap doa terkandung suatu kewajiban.
Bahkan, Allah swt. pada beberapa tempat memuji orang-
orang yang tetap bersabar jika ditimpa kesusahan dan
menerima nasib buruknya, mereka puas dengan hanya
mengatakan, Inn li'l-Lhi (sesungguhnya kami kepunyaanAllah).
Perintah yang terkandung di dalam ayat itu adalah
perintah untuk beribadah yang dikuatkan dengan perintahberdoa. Perintah berdoalah kepada-Ku mengingatkankepada perintah untuk beribadah, dan kegagalan beribadah
diancam dengan azab atau hukuman
(inna 'l-ladzna yastakbirna an ibdatsayadkhulna jahannama dkhirn[a])artinya,Barangsiapa yang merasa tinggi hati dan takabbur untuk
beribadah kepada-Ku mereka akan masuk neraka dankeadaan hina (QS 40:61).
Ancaman dan peringatan semacam ini tidak terdapat
dalam (berkenaan) doa-doa lainnya, karena kadang-kadang
nabi-nabi juga ditegur berkenaan dengan suatu doa, terbukti
dari ayat Alquran, (inn aiuka a
takna mina 'l-jhiln[a])artinya, Sesungguhnya, Aku
memperingatkan kepada engkau supaya engkau tidaktermasuk orang-orang yang jahil (tidak berpengetahuan) (QS11:47).
Seandainya benar bahwa doa merupakan ibadah,
mengapa Nabi Nuh a.s. ditegur (fal tas'aln[i])
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
30/83
30
artinya, Janganlah minta kepada-Ku (QS 11:47). Dankadang-kadang, wali-wali dan nabi-nabi menganggap bahwa
meminta kepada Tuhan merupakan suatu perbuatan kuranghormat. Orang-orang yang saleh selalu minta fatwa kepada
hati nuraninya sendiri sebelum berdoa semacam itu. Mereka
beramal sesuai dengan apa yang dikatakan hati kecilnya.
Yakni, jika ada dalam keadaan musibah, hati kecilnya
memberi fatwa untuk berdoa, maka dia akan berdoa; dan
kalau kata hatinya mengatakan harus bersabar, maka dia akan
bersabar dan mengelak dari berdoa.
Selain dari itu, Allah swt. tidak menjanjikanpengabulan doa-doa biasa, yang pengabulannya tergantung
dari kehendak Tuhan sendiri. Dengan jelas Allah swt.
berfirman dalam Alquran, (bal
iyyhu tadna fayaksyifu m tadna ilaihi i sy'[a])artinya, Bahkan, hanya Dia-lah Yang kamu seru maka Diaakan menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa
kepada-Nya, jika Dia menghendaki. (QS [al-Anm] 6:42)Dan, seandainya saja, kata Berdoalah ini kita artikan
sebagai doa biasa seperti lazimnya, maka tidak ada pilihan
lain bagi kita selain harus menerima bahwa doa yang
diperintahkan di sini bukan doa biasa melainkan doa yang
mengandung syarat-syarat. Sedangkan, untuk memenuhi
syarat-syarat tersebut adalah di luar kekuatan manusia, tidak
mungkin bagi seseorang untuk memenuhi syarat-syarat itu
kecuali dengan karunia dan pertolongan Allah swt..Juga perlu diingat, bahwa hanya kerendahan diri tidak
cukup dalam berdoa, melainkan banyak hal-hal yang harus
dipenuhi untuk itu, seperti ketakwaan, kecintaan, dan
pemusatan pikiran yang sempurna.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
31/83
31
Satu syarat lagi ialah sesuatu yang diminta dalam doa
itu dalam pandangan Allah swt. berfaedah bagi dia, baik di
dunia ini maupun di akhirat nanti. Misalnya, seorang anaktersayang meminta kepada ibunya sepotong bara api atau
seekor anak ular, atau si anak meminta racun yang
mematikan. Apakah sang ibu akan memberikannya? Sekali-
kali tidak. Meskipun barang yang diminta tersebut sangat
menarik bagi si anak. Seandainya sang ibu memberikannya,
lalu andaikata si anak bisa diselamatkan dari kematian karena
makan racun itu, namun badannya telah cacat untuk
selamanya, maka setelah si anak besar dia tidak akanmengampuni sang ibu atas kebodohannya.
Selain syarat-syarat tersebut di atas masih banyak
syarat-syarat lain yang diperlukan untuk pengabulan suatu
doa, dan sebelum syarat-syarat tadi terpenuhi maka doa tidak
akan dikabulkan. Dan, selama doa itu tidak disertai oleh jiwa
rohani dari orang-orang yang berdoa dan orang-orang yang
didoakankedua-duanya tidak memiliki kemampuanminimal untuk itu, maka doa-doa mereka tidak akandikabulkan. Dan, sebelum adanya kehendak Tuhan untuk
mengabulkan doa itu, maka segala syarat-syarat untuk
tercapainya suatu doa tidak akan terpenuhi juga, dan orang
itu tidak dapat pula memusatkan pikiran, keteguhan dan
ketabahan hati.
TUAN Sayyid percaya bahwa ganjaran-ganjaran diakhirat nanti, seperti karunia, nikmat-nikmat, kelezatan,
kesenangan, dan kegembiraan, dan yang dapat diartikan
sebagai najat (keselamatan), semua ini adalah buah dari doa
yang dikuatkan oleh iman. Kalau memang demikian, maka
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
32/83
32
Tuan Sayyid harus menerima tanpa keraguan lagi bahwa doa
orang-orang suci mempunyai khasiat dan dapat menjauhkan
bahaya dan merupakan kunci tercapainya suatu maksud. Jikadoa mempunyai khasiat dan pengaruh di dunia ini, maka
terlebih lagi nanti di akhirat.
Wahai orang-orang, berpikirlah dengan sungguh-
sungguh. Jika benar doa merupakan sesuatu yang tidak
mempunyai khasiat apa-apa dan tidak menjauhkan bahaya
musibah dalam kehidupan dunia ini, mengapa di Hari
Pembalasan nanti mempunyai khasiat dan pengaruh?
Jelaslah, jika doa mempunyai khasiat untuk menolakdan menjauhkan sesuatu musibah dan bisa menyelamatkan
kita dari malapetaka, maka sudah seharusnyalah khasiat doa
itu tampak di dunia ini juga, supaya keimanan kita bertambah
besar dan supaya kita akan lebih giat lagi berdoa untuk
keselamatan di akhirat nanti.
Jika benar bahwa doa adalah sesuatu yang tidak
mempunyai khasiat sama sekaliseperti yang dikatakanTuan Sayyiddan tidak berguna untuk menjauhkan musibahdunia, maka jelas doa tetap tidak akan berpengaruh pada
kehidupan akhirat nanti. Dan dengan demikian, menaruh
harapan pada doa untuk keselamatan akhirat adalah suatu hal
yang sia-sia belaka.
Sekarang, saya tidak akan menulis lebih panjang lagi
tentang hal ini, karena pembaca yang mempunyai hati bersih
dan jujur mengerti bahwa saya telah membuktikan betapakelirunya Tuan Sayyid dalam mengartikan doa. Jika Tuan
Sayyid masih bertahan pada pendiriannya, maka saya telah
mengajukan suatu cara untuk menjelaskannya. Jika benar-
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
33/83
33
benar ini mencari kebenaran, tentu akan menerima usul saya
tadi.
BUKU kedua yang ditulis Tuan Sayyid ialah Tarr fUuli 't-Tafsr (Tulisan Tentang Dasar-dasar Penafsiran),betul-betul berbeda dan berlawanan dengan bukunya yang
pertama ad-Du' wa 'l-Istijbah (Doa dan Pengabulannya).Begitu berbeda dan bertentangan, seolah-olah Tuan Sayyid
menulis kedua buku itu dalam keadaan mabuk.
Dalam buku tentang doa, Tuan Sayyid lebih
mempercayakan dan mementingkan pada takdir tanpa maumengindahkan dan mengikuti akan adanya usaha dalam
mencapai suatu maksud. Oleh sebab itu, beliau mengingkari
dan tidak mempercayai pengabulan doa, padahal doa
merupakan salah satu jalan untuk mencapai suatu maksud,
yang sudah terbukti kebenarannya oleh lebih dari seratus
ribu nabi dan jutaan wali.2 Sarana utama apalagi yang berada
2 Wali suci besar, sang Qub-i-Rabbn( ) dan Ghauts-i-Subn( ),
[arat] Sayyid Abdu 'l-Qdir Jailn r.a., berdasar atas pengalaman [rohani]beliau sendiri, telah menulis dalam buku beliau Futu 'l-Gha'ib tentangpengaruh rohani orang suci dan bagaimana doanya dikabulkan oleh Tuhan.
Untuk kepentingan pembaca, kami kutipkan satu bagian dari buku itu berikut
terjemahannya. Karena, kesaksian seorang ahli dalam bidangnya akan lebih
terpercaya daripada kesaksian orang lain. Oleh karena itulah seseorang akan
mempunyai hak lebih besar untuk berbicara tentang pengabulan doa jika dia
mempunyai pengalaman pribadi dan mempunyai hubungan cinta dan kesetiaan
dengan Allah swt..
Tuan Sayyid Ahmad Khan sama sekali tidak berhak untuk berbicara
tentang hal-hal yang qudus ini. Bertanya tentang falsafah suci ini kepada Tuan
Sayyid, sama keadaannya seperti menanyakan tentang pengobatan penyakit
manusia kepada baiar ( ), yakni penjual minum-minuman yang enak dan
harum.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
34/83
34
Tuan Sayyid adalah seorang yang ahli dalam hal pemerintahan dunia
dan rakyatnya beserta segala masalahnya. Tanpa keraguan beliau memang
seorang ahli dalam bidang itu dan orang yang tepat menerangkannya. Tetapi,berbicara tentang hubungan antara Tuhan dan manusia, hanya orang-orang suci
dan orang-orang saleh yang bisa menerangkan dan mengetahuinya.
Sayyid Abdul Qadir Jailani r.h. menulis:
Artinya, bahwaJika engkau ingin menjadi kekasih Tuhan, makaingatlah bahwa: Tangan engkau, kaki engkau, lidah engkau, mata engkau, dan
semua wujud engkaubeserta seluruh bagiannyaadalah patung-patung
berhala; dan di antara makhluk hidup lainnya adalah: anak-anak engkau, istriengkau, dan segala apa yang engkau cintai di dunia ini seperti harta, kehormatan
dunia, ketenaran nama, tamak keduniaan, dan kepercayaaan kepada dunia,
semuanya merupakan berhala. Tawakkal pada teman engkauZaid dan Bakar,atau takut kepada Khalid atau Walid, semua ini adalah patung-patung berhala
yang menghalangi di jalan engkau. Janganlah sekali-kali memperhatikan berhala
ini, janganlah engkau terjerumus untuk mengikutinya, janganlah sekali-kali
tergoda dengan benda ini. Berilah mereka ini tempat semestinya sesuai dengan
syariat Islam dan sesuai dengan contoh orang-orang saleh dan suci.
Jika engkau melakukan hal itu sesuai dengan jalan yang dibenarkan,
maka engkau akan menjadi bagaikan sulfur merah yang terkenal, martabatengkau akan begitu tinggi sampai tidak nampak. Allah swt. akan menjadikan
engkau pewaris nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, yakni ilmu makrifat. Dan, berkat-
berkat mereka yang telah punah akan diwariskan kembali kepada engkau. Dan,
engkau akan mencapai derajat kewalian. Dan, tidak ada lagi wali yang lebih
tinggi dari engkau di masa yang akan datang. Karena, doa engkau, keteguhan,
dan berkat-berkat engkau, akan menjauhkan segala kesusahan dan penderitaan
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
35/83
35
di tangan para nabiuntuk mengatasi rintangan-rintanganyang harus dihadapinyakecuali doa?
Tetapi, dalam buku beliau yang kedua, Tulisan TentangDasar-dasar Penafsiran, seolah-olah Tuan Sayyid tidak
menganggap takdir sebagai sesuatu yang berguna, karena
beliau mengatakan bahwa segala sesuatu yang berada di
dunia ini dianggap sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (sui
generis), seolah-olah semua benda itu telah keluar dari
kekuasaan Allah swt. dan Dia tidak memiliki kekuasaan untuk
mengubahnya. Seolah-olah Tuhan-nya Tuan Sayyid adalah
Tuhan yang kekuasaan-Nya terbatas pada suatu bidang saja.Kekuasaan-Nya untuk ikut campur dan menentukan di alam
ini hanya ada pada masa lalu, sekarang tidak ada lagi.
Keadaan yang berlaku pada benda-benda semuanya
bukan merupakan takdir-Nya, melainkan merupakan khasiat
dan pembawaan benda-benda itu sendiri, tanpa ada campur
tangan dari kodrat Ilahi. Jika Tuhan tidak dapat mengubah
orang-orang. Doa engkau akan menjadi penyebab hujan bagi orang-orang yang
kelaparan, menumbuhkan tanam-tanaman serta kebun-kebun yang kering dan
gersang menjadi hijau. Segala macam kekhawatiran, kesusahan, bahkan
kesulitan raja-raja akan hilang sirna karena doa-doa engkau.Tangan-tangan kodrat akan selalu bersama-sama engkau. Ke mana saja
bergerak ke situlah engkau akan bergerak, suara abadi akan selalu membimbing
engkau, apa saja yang engkau katakan adalah perkataan Tuhan dan akan
diberkati, engkau akan duduk mewarisi ilmu orang-orang suci sebelum engkau.
Engkau akan menguasai tatanan semesta ini, keinginan, dan doa-doa engkau
akan membawa pengubahan dalam tatanan alam ini. Jika engkau menghendakikehancuran benda-benda yang ada atau menghendaki benda-benda yang tidak
ada, maka semuanya akan terjadi sesuai dengan kehendak engkau. Mukjizat-
mukjizat akan terjadi di tangan engkau, engkau akan di anugerahi ilmu-ilmu
rohani dan rahasia-rahasia ghaib. Semua ini adalah anugerah dan pemberian
Allah swt. dan rahasia-rahasia ilmu rohani serta makrifat-makrifat ajaib yangengkau akan dianggap patut menerimanya akan dianugerahkan kepada engkau.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
36/83
36
khasiat pada benda-benda, maka khasiat-khasiat itu tidak
dapat disebut takdir Ilahi, sebab khasiat-khasiat itu tidak
mungkin diubah-Nya kembali.Takdir mewajibkan adanya Muqadir (wujud yang
menakdirkan) yakni Wujud yang bebas untuk menentukan.
Jadi jelas, jika di dalam khasiat benda-benda itu tidak ada
kekuasaan Tuhan sedikitpun, maka bagaimana bisa dikatakan
bahwa semua itu merupakan takdir-Nya? Jika masih berada
dalam kekuasaan Tuhan, berarti khasiat benda-benda itu bisa
tetap berubah sesuai dengan kehendak Ilahi.
Pendeknya, Tuan Sayyiddalam bukunya yangkeduabenar-benar menghilangkan kekuasaan hakikiMuqadir atas benda-benda. Sehingga, menurut kepercayaan
Tuan Sayyid, benda-benda itu sama sekali tidak terpengaruh
lagi oleh keinginan dan kehendak Allah swt.. Keadaannya
sama seperti hak-hak penyewa turun-temurun, yang
diberikan oleh orang-orang Inggris kepada mereka, yakni
pemilik tanah tidak mempunyai hak untuk memperlakukan
seenaknya, dan tidak mempunyai hak untuk mengontrolkeadaan diri mereka.
Dengan penyewa yang turun-temurun inilah, Tuan
Sayyid menyamakan benda-benda di bumi, seperti api, air dan
lain-lain. Bahkan, menurut Tuan Sayyid, hukum takdir lebih
kejam dari hukum Inggris. Karena, seandainya penyewa tidak
berhasil membayar lunas pajak penghasilanbagaimana pun
kecilnyaselama satu tahun, maka hak dia dapat ditiadakan.Tetapi, Tuan Sayyid benar-benar menghabiskan(menghilangkan) hak-hak Pemilik, yakni Tuhan, dan ini
merupakan aniaya besar.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
37/83
37
TUAN Sayyid telah mengundang lawan debatnya untuk
menyebut satu-per-satu kriteria yang benar sebagai landasan
untuk menafsirkan Alquran. Tetapi, di sini saya perlu sedikitberkhidmat kepada Tuan Sayyid, semata-mata terdorong oleh
keinginan menunjukkan jalan kepada orang yang keliru, dan
hal ini saya anggap sebagai kewajiban/keterpanggilan. Maka,
ketahuilah bahwa:
Kriteria pertama untuk penafsiran yang benar adalah
Alquran sendiri. Harus dicamkan benar-benar bahwaAlquran tidak seperti kitab-kitab [suci] lainnya yang
memerlukan kesaksian kitab lain untuk membuktikankebenarannya. Alquran adalah suatu bangunan kokoh serta
sempurna bentuknya, setiap batu-batanya terletak pada
posisinya masing-masing. Memindahkan satu saja dari batu-
batanya akan mengganggu susunan bangunan itu secara
menyeluruh. Tidak ada suatu kebenaran yang tidak ditunjang
oleh paling sedikit sepuluh atau duapuluh kesaksian yang
terdapat di dalam Alquran sendiri.
Oleh karena itu, jika kita mengartikan satu ayatAlquran, maka kita harus melihat apakah di tempat lain ada
ayat Alquran mengukuhkan arti itu atau tidak. Apakah ayat-
ayat yang lain menunjang dan memberi kesaksian atas
kebenaran arti itu atau tidak? Jika ayat-ayat lain tidak
menunjang dan tidak memberikan kesaksian atas kebenaran
arti itubahkan menentangnya, maka tidak ada jalan lain
bagi kita selain menolak arti yang pertama itu danmenganggap arti itu salah sama sekali. Karena, satu hal yang
tidak mungkin di dalam Alquran ialah adanya pertentangan di
antara satu ayat dengan ayat yang lain. Tandanya bagi arti
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
38/83
38
yang benar ialah ayat-ayat Alquran yang lainnya mendukung
dan mengukuhkannya.
Kriteria kedua adalah tafsir dari aratRasulullah saw.sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang palingmengerti dan paham akan maksud Alquran adalah nabi besar
kita, arat Rasulullah saw.. Jika satu arti dari ayat Alquranterbukti diartikan oleh Rasulullah saw., maka kewajiban
seluruh umat Islam untuk menerima arti itu tanpa keraguan
dan keseganan sedikitpun. Jika dia tidak mau menerima tafsir
dan arti yang diberikan oleh Rasulullah saw., maka ia akan
menderita karena kekurangan iman dan kecintaan yangberlebih-lebihan terhadap filsafat dunia.
Kriteria ketiga adalah tafsir yang diberikan para
Sahabat r.a.. Tidak diragukan lagi bahwa para Sahabat r.a.
merupakan pewaris utama dan pertama dari nur ilmu-ilmu
nubuwat Rasulullah saw.. Merekalah yang menerima cahaya
rohani dari Rasulullah saw., juga karunia Allah swt. yang
besar menyertai mereka. Dalam memahami Alquran, Allah
swt. selalu menolong kekuatan pemahaman mereka. Merekatidak hanya membaca dan bicara, tetapi ajaran Alquran telah
mendarahdagingi mereka, dan mereka memiliki pengalaman
rohani.
Kriteria keempat adalah merenungkan isi Alquran
dengan nafs (jiwa) sendiri yang telah mencapai kesucian.
Sebab, nafs yang suci mempunyai keserasian dengan Alquran
seperti yang difirmankan Allah swt., (lyamassah illa 'l-muohharn[a])artinya, Tidak seorangpun bisa menyentuh Alquran kecuali orang-orang yang
disucikan. (QS [Al-Wqiah] 56:80)
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
39/83
39
Yakni, ilmu hakikat dan makrifat Alquran akan terbuka
bagi orang-orang yang hatinya bersih dan suci. Karena, antara
kesucian hati dan kehalusan ilmu makrifat Alquranmempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Dia akan
mengenalnya, merasakannya, dan hati nuraninya akan
mengatakan, Inilah arti yang benar.Cahaya hati nuraninya merupakan batu-ukuran keras
(kuat/kokoh) untuk menguji mana yang benar mana yang
salah, dan merupakan satu alat (sarana) untuk mencapai
kebenaran Alquran. Oleh karena itu, janganlah seseorang
dengan sombong dan takabur mengaku-ngaku dirinyaberpura-pura sebagai ahli Alquran sebelum ia melewati jalan
lurus dan sempit yang telah dilalui para nabi sebelumnya dan
sebelum ia mempunyai pengalaman-pengalaman rohani. Jika
ia tidak memperhatikan hal itu, maka tafsirnya akan menjadi
tafsir birra'yi (penafsiran berdasarkan pendapatnya sendiri)
yang dilarang oleh [arat] Rasulullah saw., Ma-fassara 'l-Qur'na bir'yih fa'aba faqod akh'u (Barangsiapamenafsirkan Alquran dengan pendapatnya sendiri, sekali punbetul dalam pandangannya, maka sungguh/tetap dia
melakukan kekeliruan).Kriteria kelima adalah Bahasa Arab sendiri sebagai
bahasa yang dipergunakan dalam Alquran. Ini juga satu batu
ujian meskipun kita tidak perlu mempergunakannya dengan
seksama/berlebihan karena kata-kata Alquran sendiri cukup
untuk mengartikan ayat-ayat lain. Jadi, tidak perlu untukmenyelidiki ilmu Bahasa Arab. Namun pengetahuan tentang
Bahasa Arab memang dapat menambah pengertian, bahkan,
adakalanya, dengan menggali ilmu bahasa akan mendorong
untuk mengenal rahasia Alquran yang tersembunyi.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
40/83
40
Kriteria keenam adalah untuk memahami niam rohanidiperlukan pula memahami niam jasmani. Karena, di antara
kedua niam Allah swt., ini terjadi hubungan kebersamaandan keselarasan.Kriteria ketujuh adalah wahyu para wali, orang suci,
mimpi, serta kasyaf para muadditsn.3 Kriteria ini seolah-olah
3 DALAM SALAH satu bukunya, Tuan Sayyid menyatakan bahwa wahyu tidakmerupakan kriteria untuk membuktikan suatu kebenarandan memang beliautidak bersedia mengakuinya. Hal ini tidak lain karena Tuan Sayyid tidak
memandang wahyu nubuwwat (wahyu kenabian) dan wahyu walayat (wahyukewalian) dengan pandangan hormat sebagaimana mestinya; tetapi,
menganggapnya sebagai pembawaan alamiah manusia. Alangkah baiknya, di
sini, untuk menyinggung sedikit pandangan Tuan Sayyid tentang wahyu:
Pertama-tama, satu kesalahan besar sekali yang bisa menyesatkan
manusia: menganggap wahyu yang datang dari Allah swt. merupakan sekadar
pembawaan atau keahlian yang diberikan oleh alam semesta kepada manusia.
Adalah nyata bahwa semesta telah memberikan kepada manusia semua
pembawaan ini, yakni bermacam-macam keahlian seperti kemampuan dan
bakat. Misalnya, ada sebagian orang lebih cenderung dan berbakat pada
matematika, ada sebagian lagi pada ilmu kedokteran, dan sebagian lagi ada padailmu logika dan ilmu kalam (ilmu tata cara pembahasan).
Tetapi, memiliki bakat dan kemampuan dalam satu bidang tidak cukup
untuk membuat dia betul-betul ahli dalam bidang itu. Bakat dan kemampuan
masih tetap terpendam sebagai suatu potensi sampai pada suatu saat ia akan
keluar dan berkembang atas bimbingan sang guru. Menjadi ahli matematik,
menjadi ahli ilmu alam, ahli ilmu aljabar, adalah setelah bakat serta kemampuan
yang terpendam tadi dilatih dan diasuh oleh para guru.
Seorang Guru yang bijaksana akan terus memberikan semangat kepada
muridnya yang berbakat itu untuk terus belajar dan berlatih dalam bidang yang
sesuai dengan bakatnya tersebut. Seperti dikatakan oleh seorang penyair:Setiap orang dengan pembawaannya masing-masingia dilahirkan;Ditanamkan semesta dalam dirinya sebagai fitrat[itu] kecenderungan.
Pendidikanlah yang mempengaruhi semua bakat alamiah yang terpendam itu,
yang akan berkecambah dan mekar dan memperlihatkan potensinya.
Setelah melalui pendidikan, maka bakat-bakat alamiah, kemampuan
yang diberikan alam akan berkembang dan memperlihatkan kemampuannya.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
41/83
41
Barulah, pada tahap berikutnya, hal-hal yang semula sukar dimengerti dan halus
dari ilmu, itu akan timbul di dalam dirinya. Dan, hal-hal baru yang Allah swt.
tanamkan dalam pikirannya bisa dikatakan inspirasi atau ilham. Karena, segala
sesuatu yang baru dan ide yang berguna ada dimasukkan ke dalam pikiran oleh
Allah swt.. Bukankah Tuhan berfirman (fa'alhamah
fujroh wa taqwh)artinya, maka Dia mengilhamkan pada jiwa itu jalankefasikan dan ketakwaannya. (QS [Asy-Syams] 91:9)?
Maksudnya, baik pikiran yang jahat maupun yang baik, yang terlintas
dalam pikiran manusia, semuanya, adalah datang dari Tuhan sebagai ilham.
Orang-orang yang baik karena memiliki tabiat atau fitrah yang baik, akan keluar
juga hal-hal yang baik dari mulutnya. Begitu pula sebaliknya, orang-orang yang
jahat karena memiliki tabiat yang jahat, tidak akan aneh jika dari mulutnyakeluar hal-hal yang tidak baik. Perbedaan ini, semata-mata karena perbedaan
bakat, fitrat, dan pembawaan alamiah. Bakat dan pembawaan alamiah inilah
yang menimbulkan tulisan karya-karya agung dan pidato-pidato yang berguna,
dan kemampuan serta bakat yang buruk memproduksi karangan-karangan serta
karya-karya jahat dan tidak suci.
Perbedaan Wahyu Ilahi dengan Inspirasi
Yang jadi persoalan sekarang adalah apakah asal hakikat dari wahyunabi-nabi pun serupa dengan itu? Apakah wahyu-wahyu itu juga asalnya dari
pembawaan alamiah yang ditanam dan dikembangkan melalui latihan bisikankalbu? Jika demikian keadaannya, kita menjerumuskan diri sendiri ke dalam
kesukaran besar.
Seandainya wahyu dan ilham nabi-nabi itu berasal dari pembawaan
alamiah, maka bagaimanakah kita bisa membedakan nabi-nabi dan rasul-rasul
dengan orang-orang yang dikatakan juga memperoleh inspirasi dan ilham?
Mungkin Tuan Sayyid akan mengatakan bahwa memang ada semacam wahyu
yang merupakan kata-kata yang dapat dikatakan atau diucapkan dengan lisan
seperti Alquran.
Saya rasa, saya mengerti dan memahami cara Tuan Sayyid
mengemukakan argumennya. Wahyu secara lisan yang beliau yakini berbedadengan wahyu lisan yang kita percayai. Pada umumnya, inspirasi atau timbulnya
ide-ide itu melalui bisikan kalbu, biasanya berupa kata-kata, dan artinya
biasanya tidak lepas serta terpisah dari kata-kata.
Coba perhatikan perbedaan antara Alquran dan Hadis. Karena adanya
perbedaan itulah, kita tidak bisa mengatakan bahwa sumber kata-kata dalam
hadits sama dengan sumber kata-kata dalam Alquran. Alquran berasal dari
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
42/83
42
sumber yang lain dan hadis adalah dari sumber lain yang berbeda pula;
meskipun, jika ditinjau menurut pengertian umum tentang ilham dan inspirasi,
kedua-duanyayaitu Alquran dan Hadisberasal dari Tuhan juga. Pandangankami dikuatkan oleh ayat Alquran sebagai berikut, (wa m
yaiqu ani 'l-haw)artinya, Dan tidaklah apa yang diucapkan itu menurutkemauan nafsunya. (QS [An-Najm] 53:4).
Sekali lagi di sini kami ingin mengingatkan kembali, bahwa segala
macam inspirasibagaimana pun bentuknyaselalu disertai dengan kata-kata.Misalnya seorang penyair yang sedang merenung satu bait dalam syairnya. Jika
ada inspirasi dalam pikirannya, maka inspirasi tentu dengan kata-kata, tidak
mungkin tanpa kata-kata.Sekarang, setelah persoalannya menjadi jelas bahwa ahli-ahli filsafat,
ahli tasawuf, dan penyair juga sering mendapatkan inspirasi dari Tuhan,
inspirasi yang berbentuk kata-kata atau ilham lisan dalam arti yang lebih luas.
Demikian pula orang-orang suci serta orang-orang jahat dua-duanya dianugerahi
pembawaan yang sama sesuai dengan fitrat alamiah masing-masing. Mereka
selalu mendapat inspirasi sesuai dengan pembawaan masing-masing. Misalnya,
orang yang menemukan kereta api, jika dia mendapatkan inspirasi yang serupa
untuk menemukannya, begitu juga orang yang menemukan listrik. Maka, dengan
demikian, keberatan terhadap pandangan kami itu akan berlaku pula terhadap
pendapat Tuan Sayyid.Kalau Tuan Sayyid mengatakan bahwa sifat inspirasi yang datang
kepada nabi-nabi, ahli ilmu pengetahuan, orang yang beriman dan orang-orang
kafir pada prinsipnya sama, tetapi inspirasi pada nabi-nabi dan rasul-rasul selalu
benar adanya, maka jawaban demikian akan memaksa Tuan Sayyid untuk
mengakui, bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan antara wahyu-wahyu dan
inspirasi yang datang kepada nabi-nabi, dengan catatan inspirasi nabi-nabi
selalu bebas dari kesalahan, sedang inspirasi Aristoteles, Plato, dan ahli filsafat
lainnya tidak lepas dari kesalahan.
Wahyu Nabi-nabi Murni Kalam Ilahi dan Cara Wahyu Ilahi TurunPengakuan (pendapat) semacam ini sama sekali tidak berdasar, bahkan
tidak bisa dibuktikan dengan dalil, karenajika demikian, maka kita harusmengakui bahwa sebagian besar nasihat yang baik, hal-hal yang baik tentang
akhlak yang terdapat dalam buku ahli filsafat yang bersih dari kesalahan, yang
selaras dengan Alquran, semuanya merupakan kalam Ilahi, sama derajat dan
sifatnya dengan Alquran yang merupakan kalam Ilahi.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
43/83
43
Kalau benar demikian, maka tulisan ahli filsafat yang mengandung
kesalahan dapat dikatakan sebagai satu kesalahan pertimbangan, seperti pulahalnya para nabi yang juga ada kalanya ijtihad mereka tidak luput dari kesalahan
biasa terjadi pada para nabi, sehingga dengan dasar ini ahli filsafat atau malah
orang-orang kafir bisa disamakan dengan nabi-nabi.
Sekarang, jelaslah paham yang membahayakan semacam ini merusak
kepercayaan Islam sejati. Hampir saja iman Tuan Sayyid akan rusak dan sia-sia
karenanya. Malah mungkin, suatu waktu Tuan Sayyid akan mengatakan bahwa
inspirasi ahli filsafat seperti Newton dan lain-lain lebih tinggi derajatnya
daripada wahyu Ilahi.
Sayang, seandainya Tuan Sayyid menjadikan Alquran sebagai batu ujian
untuk memahami arti Alquran, niscaya dia akan selamat dari jurang kehancuran.Alquran tidak pernah menggambarkan dan menerangkan wahyu-wahyunya
sebagai mata air yang keluar dari dasar bumi, tetapi Alquran selalu memisalkan
wahyu-wahyunya sebagai hujan yang turun dari langit.
Kalau saja Tuan Sayyid menanyakan kepada orang yang pernah
mengalami menerima wahyu apa wahyu itu dan bagaimana turunnya, tentu
beliau akan selamat dari kekeliruan ini. Tetapi karena persepsi salah yang beliau
sebarkan ini, sehingga Tuan Sayyid telah merusak dan menghancurkan sebagian
besar iman orang-orang Islam, menjadikan mereka orang-orang atheis dan
agnostik (tidak percaya adanya Tuhan maupun akhirat). Beliau telah
menurunkan derajat dan martabat wahyu nubuwat, menyamakannya sebagaipembawaan alamiah dan inspirasi. Karena itu, tidak ada perbedaan antara orang
beriman dan orang kafir, semuanya sama kalau ditinjau dari sudut itu.
Pada saat ini, demi Allah, saya hanya ingin menyampaikan pengalaman
pribadi saya sendiri. Mudah-mudahan, Allah swt. menurunkan rahmat dan
karunia-Nya kepada Tuan Sayyid.
Tuan Sayyid yang terhormat! Saya bersumpah dengan nama Allah Yang
[Maha] Agung atas kebenaran ini bahwa wahyu Ilahi turun dari atas [ke dalam]
hati manusia sama keadaannya seperti sinar matahari jatuh menimpa dinding.
Hal ini saya alami tiap hari.
Pada saat di mana wahyu Ilahi akan mulai turun, hal pertama yangterjadi pada diri saya ialah keadaan setengah tidur. Dalam keadaan demikian,
saya merasakan diri saya seolah-olah bukan diri saya lagi, meskipun saya tetap
mempunyai perasaan, daya cercap serta kesadaran, tetapi saya merasa bahwa
ada satu Zat Yang Maha kuat menguasai diriku sepenuhnya, dan saya merasa
wujud saya dengan segala pembuluh darahnya ada di dalam genggaman-Nya,
dan segala yang ada pada saya semuanya menjadi milik-Nya.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
44/83
44
Jika telah mencapai tahap demikian, maka pertama-tama Allah swt.
menampakan di hadapan mata saya segala pikiran saya yang Dia hendakmenyinarinya dengan nur kata-kata-Nya. Misalnya, tentang Zaid yang sedang
sakit, terlintas dalam pikiran saya apakah dia akan sembuh atau tidak? Dengan
tiba-tiba sepotong kalam Ilahi jatuh turun seperti sebuah sinar, dan acap kali
seluruh badan saya bergetar dengan jatuhnya kalam Ilahi itu.
Sesudah berlalunya persoalan ini, pikiran kedua datang. Bersamaan
dengan pikiran itu jatuh pula seberkas sinar Kalam Ilahi. Begitu seterusnya,
seolah-olah seorang pemanah melepaskan anak panahnya ke suatu sasaran
secara berturut-turut. Aku merasakan pada saat itu bahwa rangkaian semacam
itu timbul dari pembawaan alamiah, tetapi kalam yang jatuh di atasnya datang
dari Allah swt..Benar, bahwa setelah berfikir, inspirasi biasa pula datang pada seorang
penyair, tetapi kedua-duanya tidak bisa disamakan. Mensejajarkan wahyu Ilahi
dengan inspirasi yang timbul pada seorang penyair adalah suatu yang kurang
ajar dan tidak hormat. Inspirasi penyair adalah usaha yang keras dan olah daya
pikir. Jika inspirasi datang dia tetap dalam keadaan sadar diri dan tetap dalam
batas-batas manusia biasa, baik pikiran maupun jasmaninya, tetapi wahyu Ilahi
datang ketika semua wujud si penerima berada dalam keadaan kekuasaan
Tuhan, meskipun dia tetap sadar, tetapi semua kesadaran, indera dan seluruh
anggota badan ada dalam keadaan genggaman-Nya. Seolah olah lidah bergerak
tidak atas kemauannya melainkan atas kehendak Zat Yang Mahakuat yangmenggerakkannya. Keadaan semacam ini yang saya terangkan tadi membuat
jelas perbedaan antara inspirasi manusia dan wahyu Ilahi.
Terakhir, aku berdoa ke hadhirat Ilahi, semoga pikiran naturalistis yang
tertutup ini dicuci bersih dari setiap hati orang-orang Islam sampai tidak
meninggalkan bekas sedikitpun, karena berkat-berkat Islam tidak akan jelas
kelihatan oleh mata sebelum asap naturalisme hilang sirna dari pandangannya.
Wahai pemuja hukum duniawiDari segala penjuru, datang bahaya hasil pekerjaan tangan engkau ini
Betapa besar duka cita yang engkau bawa pada kamiSiapa yang memilih keserongan jalan engkau, tidak pernah kembali pada
jalan yang benar ini
Ketika aku selidiki dengan cermat, musibah yang terjadi ini hanyalah
musibah, yang kita buat sendiri.
Telah lepaskan ajaran Alquran pada kita
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
45/83
45
mencakup seluruh kriteria, karena penerima wahyu
muhaddatsah merupakan refleksi yang benar dari nabi yang
dianutnya.
Dan sejak hari itulah bencana-bencana mengelilingi kita
Tiada kesalahan dalam ilmu hukum alampada dasarnyaNamun, karena salah kaprah, keimanan suram dan hilanglah cahaya
pengertian kita
Mereka mengerubuti setitik air, samudera yang terhamparmerekajauhkan
Mereka menertawakan hari akhirat, surga, hari pembalasan dan hari
pengumpulan
Hal ini di luar akal sehat manusia!sambil mereka katakanDan jika disebutkan tentang malaikat, Ini di luar akal sehat manusia!
mereka katakan
Oh Tuan Sayyid, pemimpin rasionalis!
Awas waspadalah kaki engkautidak di atas jalan yang logis
Dalam senja hidup, yang menguasai pikiran engkauapakah gerangan?Pergilah dan bertobat, ini arah bukan jalan kesucian.
Aku khawatir dengan mengikuti faham ini,
Mungkin engkau akan menyatakan pada suatu hari:
Paham tentang Tuhan juga suatu yang sia-sia.Wahai sang pemimpin, sadarila'!
Membiarkan daya pikir menilai karya-karya Ilahi tanpa kendali
merupakan semacam hal yang gila.
Yang engkau peroleh dengan merenung secara bebasapa gerangan?Duduklah sebentar, saat ini bukanlah berontak dan untuk melawan.
Wahai hamba, carilah ilmu hakiki dari Tuhan
Tidak murah dan gampang untuk mencapai rahasia Tuhan.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
46/83
46
MUADDATS melakukan peranan seorang nabi dan iadiberi semua sifat dan hal-hal yang diberikan kepada seorang
nabi, kecuali sifat kenabian. Dan ia tidak membawa hukumbaru. Dan akan diperlihatkan kepadanya ajaran yang benar.
Tidak hanya itu saja; bahkan, semua hal-hal yang terjadi pada
[arat] Rasulullah saw., pula terjadi padanya sebagai suatukarunia dan rahmat Ilahi. Dia tidak bicara secara spekulasi,
melainkan atas dasar pengetahuan dan pengalaman. Ia
membicarakan sesudah melihat dan mendengar.
Jalan untuk melihat karunia dan mendengar ucapan
Tuhan ini masih tetap terbuka bagi umat[arat] Rasulullahsaw.. Tidak mungkin tiada pewaris hakiki dari beliau saw..
Siapakah yang bisa menjadi ahli warisnya? Bukankah hamba
dunia yang tertarik akan gemerlapan dunia adalah hidup
mencari ketenaran saja?
Janji Tuhan sangat jelas dalam hal ini bahwa orang-
orang yang bersih hatinya sajalah yang akan dianugerahi ilmu
suci rohani sebagai pewaris nabi-nabi. Adalah penghinaan
terhadap ilmu suci tersebut jika setiap orang mendakwakandiri sebagai pewaris nabi, padahal dia terjerumus ke dalam
lumpur keduniawian. Dan juga, merupakan suatu kebodohan
besar untuk mengingkari akan adanya [eksistensi] wujud-
wujud ilmu rohani nabi-nabi serta mempercayai bahwa
rahasia nubuwat/kenabian hanya merupakan kisah di masa
lampau, sekarang tidak ada lagi di hadapan kita, dan suatu
yang tidak mungkin untuk mendapatkannya serta tidak adacontoh tentang hal itu.
Jika keadaannya demikian, maka Islam tidak bisa
dikatakan sebagai agama yang masih hidup, tetapi Islam akan
merupakan agama mati seperti agama-agama lainnya, dan
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
47/83
47
masalah kenabian juga merupakan kisah umat Allah yang
masa lalu saja. Allah swt. tidak menginginkan demikian,
karena Dia tahu bahwa bukti kebenaran Islam sebagai agamahidup, dan hakikat nubuwwat yang meyakinkan akan terus
diperlukan. Demikian pula bukti yang membungkam mulut
orang yang selalu mengingkari wahyu pada setiap zaman
akan tetap muncul. Silsilah (rangkaian) ini akan berlangsung
dalam bentuk muaddatsiyah dan demikianlah yang Diaperbuat.
Siapakah orang-orang muaddatsiyah itu? Mereka ialah
orang-orang yang menerima wahyu Ilahi. Pikiran dan jiwamereka serupa dengan pikiran dan jiwa nabi-nabi (a.s.).
Mereka merupakan tanda hidup bagi sifat-sifat kenabian yang
ajaib supaya masalah turunnya wahyu yang sangat halus ini
jangan hanya tinggal merupakan kisah saja pada setiap
zaman. Dan satu kesalahan besar, jika berpendapat bahwa
para nabi wafat begitu saja tanpa meninggalkan ahli waris,
dan berbicara tentang hal itu hanyalah berbicara tentang hal
yang mati dan tiada.Bahkan pewaris rohani dari para nabi terus lahir pada
setiap seratus tahun sesuai dengan keperluan. Dan untuk
abad ini, Allah swt. telah mengutus hamba yang lemah ini
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah merusak
ke dalam kepercayaan umat Islam pada zaman ini. Kesalahan-
kesalahan tersebut tidak bisa dilenyapkan tanpa karunia khas
Allah swt. supaya bukti-bukti adanya Tuhan Yang Hidup tetapada bagi orang-orang yang ingkar, juga kebesaran, keagungan,
serta hakikat Islam dapat dibuktikan dengan tanda-tanda Ilahi
yang segar. Semua ini tetap berlangsung. Makrifat-makrifat
Alquran tetap tampak. Keindahan, kehalusan, dan kebenaran
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
48/83
48
Alquran yang mendalam terus terbuka. Tanda-tanda Langit
[dan] mukjizat-mukjizat terus tampak. Keindahan berkat-
berkat dan nur Islam di dunia inisekali lagidiperlihatkanTuhan.Biarlah orang-orang mempunyai mata untuk
melihatnya. Biarlah orang yang mempunyai sedikit kecintaan
kepada Allah swt. dan rasul-Nya datang mencoba. Dan biarlah
ia masuk dalam Jemaat yang Dia ridai, Jemaat yang fondasinya
diletakkan sendiri oleh Allah swt.. Mengatakan bahwa
jalan/pintu wahyu Ilahi telah tertutup dan tidak akan ada lagi,
doa-doa tidak dikabulkan lagi; ini hanyalah jalan kehancurandan bukan jalan keselamatan.
Jangan sekali-kali menolak rahmat Tuhan. Bangkit dan
cobalah. Jika Anda menemukan seseorang yang sedangberbicara ini hanya seorang biasa, dengan pengertian danakal biasa, mengatakan hal-hal yang biasa, janganlah
menerimanya. Tetapi, jika kamu menemukan sesuatu yang
luar biasa padanya, serta menyaksikan sinar dari tangannya
yang senantiasa telah menampakan diri dalam wujud-wujudyang membela haq (kebenaran) dan menerima kalam/wahyu
Ilahi, maka tidak ada jalan lain bagi kamu selain
menerimanya.
Ingatlah bahwa karunia Allah swt. yang paling besar
kepada hambanya ialah Dia tidak menghendaki Islam sebagai
agama yang mati seperti agama-agama lainnya. Tetapi Dia
tetap menginginkan Islam sebagai suatu kepercayaan yangmemberikan keyakinan, mengalirkan ilmu-ilmu Ilahi dan
selalu siap siaga melawan orang-orang yang mengingkari
serta orang-orang yang berusaha memperkecil dan
mengurangi martabatnya.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
49/83
49
Coba perhatikan! Jika bertemu orang-orang yang
mengingkari wahyu nubuwwat dan mengatakan bahwa
wahyu hanyalah khayalan belaka, bagaimana kamu dapatmenutup mulutnya selain mengemukakan contoh orang yang
menerima wahyu itu sendiri? Tidak ada dalil lain selain dari
itu.
Apakah itu suatu kabar gembira ataukah kabar buruk
bahwa berkat-berkat samawi hanya beberapa tahun saja
tinggal di dalam Islam, kemudian sumber mata airnya kering
dan menjadi agama mati, tanpa bisa memberikan kehidupan
lagi? Inikah tanda sebuah agama yang benar?
PENDEKNYA, inilah kriteria-kriteria penafsiran yang
benar, dan tidak ragu lagi bahwa banyak penafsiran Tuan
Sayyid tidak memenuhi syarat kriteria yang tujuh ini. Namun,
bukan maksud kami di sini untuk mengajukan keberatan-
keberatan mengenai karya beliau. Tuan Sayyid merasa sangat
bangga mengenai hukum kodrat, namun hukum itu beliau
lupakan dalam tafsirnya.Misalnya, menurut beliau, wahyu hanyalah merupakan
pembawaan alamiah, lain tidak. Antara si penerima dan
Tuhan tidak ada malaikat sebagai perantara. Betapa
bertentangannya paham ini dengan hukum alam dari Tuhan.
Dengan nyata kita melihat bahwa untuk perkembangan
jasmani kita memerlukan perantara dari langit. Allah swt.
telah menundukkan bulan, matahari, dan bintang-bintanguntuk faedah kita. Limpahan-limpahan dari zat, mata rantai
dari segala sebab, sampai kepada kita melalui perantara-
perantara dan sarana-sarana.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
50/83
50
Memang semua kebajikan dan kebaikan itu datang dari
Allah swt., sang Penyebab dari segala sebab-musabab. Namun,
hal itu tidak begitu saja sampai kepada kita tanpa perantara.Misalnya, mata kita menerima cahaya. Memang cahaya itu
datang dari Tuhan; tetapi, cahaya sampai pada kita melalui
matahari, dan mataharilah sebagai perantara. Kita tidak
melihat satu bendapun dalam niam jasmani iniyang Tuhananugerahkan kepada kita dengan tangan-Nya sendiritanpamelalui perantara.
Semua benda sampai kepada kita melalui zat perantara.
Organ pengertian, akal, dan pikiran kita tidak sempurna,tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan, tidak seperti konsep
pemikiran Tuan Sayyid tentang pembawaan alamiah dari
wahyu. Mereka tetap memerlukan pendorong dan perangsang
dari luar layaknya matahari. Oleh karenanya, apa yang
dikatakan Tuan Sayyid tidak selaras dengan dunia lahiriah.
Di samping itu, kesaksian dari pengalaman-pengalaman
yang merupakan kesaksian yang paling kuat, menolak dengan
sangat pandangan Tuan Sayyid. Hamba yang lemah ini,sekarang sudah sebelas tahun lamanya dianugerahi untuk
menerima wahyu Ilahi. Saya tahu benar dengan seyakin-
yakinnya bahwa wahyu turun dari Langit. Seandainya ia
dimisalkan dengan salah satu benda dunia, maka hampir
serupa dengan aliran listrik yang kuat, yang selalu
memperlihatkan perubahan-perubahan yang dialaminya.
Saya melihat, di saat wahyu yang turun kepada sayasebagai wahyu wali-wali, saya merasa ada satu kekuatan dari
luar yang menguasai diri saya, dan kadang-kadang begitu
hebatnya kekuatan itu menarik saya ke dalam kekuatannya.
Sehingga, kekuatan rohani betul-betul menguasai diri saya
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
51/83
51
dan terserap ke dalam kekuatan-Nya yang tidak tertahankan.
Dalam saat-saat itulah, saya mendengar kalam Allah swt.
dengan jelas dan terang.Kadang-kadang, saya melihat malaikat.4 Dan, saya
merasakan, melihat keagungan serta pengaruh dari kejadian
itu. Kadang-kadang, kabar yang saya terima berhubungan
dengan hal-hal gaib. Sumber kejadian itu dari luar, yang bisa
membuktikan adanya wujud Tuhan. Mengingkari hal ini
berarti mengingkari kebenaran yang jelas dan nyata.
SUDAH sepatutnya Tuan Sayyid menerima kebenaranini sebelum saat kematian datang. Sungguh mengherankan
sekali, beliau melihat niam lahiriah tetapi menolakkeselarasan antara niam jasmani dan rohani. Apakah beliautidak mengerti bahwa Allah swt. menjadikan niam jasmanisedemikian rupa sehingga sinar matahari jatuh pada kita dari
langit, dan Sumber HakikiPenyebab segala-galanyamenurunkan pengaruhnya yang berguna untuk kekuatan
jasmani kita: akal, pikiran dan lain-lain melalui perantaraanlangit.
Bukan kebiasaan-Nya memberikan anugerah-Nya
kepada kita tanpa melalui perantara. Kalau demikian halnya,
bagaimana Allah swt. memutuskan kita dari silsilah perantara
(media) ini dalam niam rohani kita? Apakah kita betul-betulterputus secara jasmani dari silsilah ini? Atau, terikatkah kita
oleh serentetan perantara-perantara yang sampai kepada kitamelalui hukum sebab dan akibat? Apakah tidak ada media
jasmani dalam niam jasmani? Tentu saja ada. Niam alam
4 Malaikat kadang-kadang bisa dilihat dan adakalanya menyampaikan wahyu
dengan perantaraan kalam (kata-kata) saja.
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
52/83
52
mempunyai pengaruh kepada kita melalui silsilah penyebab
yang sampai kepada kita dimulai dari Penyebab Utama, yakni
Tuhan.Untuk mempelajari lebih dalam tentang hal ini cobalah
lihat buku kita Tau-i-Maram dan 'nah Kamlt-i-Islmterutama tentang malaikat. Konsep Islam tentang malaikat
yang terinci bisa ditemui dalam buku yang terakhir, suatu
pembahasan semacam itu tidak ada dalam buku yang lain.
Untuk mengetahui bagaimana konsep Tuan Sayyid
tentang Tuhan, cukuplah kita mengetahui dari perkataannya
bahwa Tuhan Yang Maha Menentukan tidak mempunyaikedaulatan dan kekuasaan pada makhluk-makhluk-Nya. Tuan
Sayyid tidak mengetahui bahwa ketuhanan Tuhan
berhubungan erat dengan Kekuasaan-Nya yang sempurna.
Kekuasaan baru dapat dikatakan satu kekuasaan jika
mempunyai kekuasaan untuk campur-tangan dalam urusan
makhluk-makhluk-Nya setiap saat. Kekuasaan Tuhan tidak
terbatas. Dia-lah Pencipta segala-galanya.
Peristiwa penciptaan semua makhluk itu bersesuaiandengan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas. Dia tetap
mempunyai kekuasaan dalam Tangan-Nya, kekuasaan yang
tidak terbatas untuk tetap ikut campur dalam kehidupan
makhluk-makhluk-Nya, supaya dalam satu saat pun tidak
dapat dikatakan bahwa kekuasaan-Nya sudah tidak berlaku
lagi.5 Kalau seandainyanadzu bi'l-Lhkeyakinan
5 Jika kita mengetahui bahwa hikmah-hikmah Tuhan yang tidak terbatas
memberikan Dia kekuasaan yang tidak terbatas untuk ikut campur-tangan dalam
jalannya alam yang normal, ini akan menimbulkan satu keberatan bahwa kita
tidak bisa lagi mempercayai khasiat, pembawaan, dan sifat alamiah benda-benda
yang ada di alam ini. Misalnya, seandainya Tuhan dianggap mempunyai
kekuasaan penuh untuk mengubah sifat-sifat air melalui sebab-sebab yang
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
53/83
53
tersembunyi dalam pengetahuan-Nya, atau membuat tanah bisa menjadi emas
dalam lapisan bumi yang tertentu dengan kekuasaan-Nya, atau sebaliknya, emas
menjadi tanah, tentu dengan kekuasaan yang sewenang-wenang seperti ini,
semua ilmu alam dan ilmu pengetahuan akan hancur berantakan.
Jawaban soal tadi ialah, bahwa mempunyai pikiran seperti itu benar-
benar salah. Karena, kita melihat ratusan pengubahan dan pembentukan baru
terjadi di alam ini. Semua ada dalam hikmah rahasia-rahasia-Nya yang tidak
terbatas. Coba ambil bumi sebagai contoh. Pengubahan-pengubahan dan
pembentukan-pembentukan baru terus berlangsung dan akan terus terjadi.
Bumi mendapatkan khasiat-khasiat baru. Sesuai dengan itu, ia mengeluarkan
zat-zat baru. Keluarlah dari perutnya arsenik, bezoar, batu-batuan, emas, perak,
dan permata, semua keluar dari perut bumi tadi. Juga sudah terbukti, kadang-
kadang abu turun dari atmosfir bumi.
Apakah dengan keadaan dan pengubahan ini, ilmu pengetahuan menjadi
batil atau terjadi kehebohan/kekacauan dalam tertib alam? Kalau Andamengatakan bahwa Allah swt. telah memberikan kemampuan dalam fitrat-fitrat
itu sebelumnya, maka jawaban kita ialah kapankah kita mengatakan bahwa
dalam benda-benda itu tidak memiliki potensi untuk mengadakan pengubahan
dan pembentukan baru? Mereka semua mempunyai potensi-potensi yang
diberikan oleh Allah swt. sebagai fitrah dan pembawaan alamiah masing-masing.
Kepercayaan yang benar menuntut kita untuk mempercayai bahwa
Tuhan itu Esa dalam zat-Nya. Dia menjadikan semua makhluk seperti satu
macam untuk menggambarkan keesaan Pencipta-nya. Oleh karena itulah, Allah
swt.karena keesaan-Nya dan tuntutan kodrat/kekuasaan-Nya yang tidakterbatasDia memberikan potensi dalam benda-benda untuk mengadakanpengubahan, penggantian, dan pembentukan baru.
Hanya satu pengecualian, yaitu ruh-ruh. Karena keberuntungannyaatau kemalangannyatetap tidak berubah, mereka mendapat sifat yang lestaridi Akhirat nanti, seperti yang dijanjikan oleh Allah swt., (khlidna
fh abad[n])artinya, Mereka akan kekal di dalamnya. (QS [al-Jinn] 72:24)
Janji Tuhan inilah yang menjadikan ruh-ruh tidak mengalami pergantiandan pembentukan baru dalam sifat dan pembawaannya. Selain dari itu semua
makhluk tidak lepas dari hukum pergantian (law of change) ini.
Kalau kita perhatikan benar-benar, maka tubuh kita juga selalu
mengalami pergantian sel dan pembentukan sel-sel baru setiap saat. Malah,
menurut penyelidikan sains, tubuh kita mengalami pergantian total tiga tahun
sekali. Partikel-partikel lama menghilang, hancur, dan partikel-partikel baru
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
54/83
54
muncul menggantikannya. Air dan api juga mengalami pergantian, paling tidakdua cara pergantian terjadi dalam dua zat ini:
Pengubahan yang pertama ialah, sebagian partikel hilang dan sebagian
yang baru muncul menggantikan yang yang hilang. Pengubahan yang kedua
ialah, partikel-partikel yang hilang sesuai dengan kemampuannya mendapatkan
wujud-wujud baru dengan sifat-sifat yang baru.
Dunia yang fana ini, merupakan sebuah adegan pemandangan dari
pergantian yang konstan dan berantai, dan ini merupakan sunah Ilahi. Kalau kita
perhatikan benar-benar, maka pengubahan dan pergantian semua ini dan semua
benda-benda yang berubah, mempunyai satu Sumber dari mana mereka
mendapatkan sifat alamiah. Tidak seorang ahli kimia yang bisa menguasai betul-betul tentang ilmu pengubahan dan pergantian ini. Allah swt. Yang Maha
Bijaksana tidak membagi rahasia-rahasia dan arti halus dari ciptaan-Nya kepada
seorang pun. Hanya Dia-lah Yang mengetahui rahasia-rahasia tersebut.
Jika Anda menanyakan apakah benda-benda samawi juga mengalami
pengubahan atau pergantian? Jawaban saya: Iya. Mereka juga berubah
mengalami pergantian, bahkan mengalami kerusakan, meskipun kita tidak tahu
bagaimana. Oleh karena itulah, pada suatu saat semuanya akan hancur. Dengan
melihat pada pergantian dan pembentukan baru yang terjadi para ribuan benda,
kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak satu benda pun yang bisa terlepas
dari pergantian dan pembentukan baru. Anda baru bisa bicara tentangpengubahan langit beserta isinya jika telah menguasai masalah bumi:
Sudahkah engkau menguasai betul masalah Bumi,
sehingga engkau ingin menerbitkan Samawi?Pendeknya, jika pergantian dan pengubahan dari bermacam-macam
benda setiap hari tampak nyata dan keesaan Tuhan pun menuntut bahwa
Sumber dari semua benda-benda ini adalah satu adanya, dan ketuhanan Allah
swt. yang sempurna pun dapat mantap jika semua partikel di alam ini secara
menyeluruh dikuasai-Nya.Keberatan yang mengatakan bahwa dengan pergantian dan
pembentukan di luar kebiasaan akan merusakkan tertib alam dan ilmu
pengetahuan akan sia-sia, merupakan keberatan yang salah dan tidak
mempunyai dasar. Apabila kami katakan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Dia
berkuasa untuk membuat air bekerja seperti api, atau mengubah sifat api
sedemikian rupa sehingga ia bisa berbuat seperti air. Ini tidak berarti bahwa
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
55/83
55
Tuhan tidak akan menggunakan hikmah-Nya yang tidak terbatas itu, atau tidakakan menggunakan cara sesuai dengan kudrat alam.
Apa yang kami maksud di sini ialah, jika Tuhan menghendaki api
mengerjakan pekerjaan air atau sebaliknya, Dia mengerjakan itu melalui proses
pergantian dan pembentukan baru, yaitu dengan hikmah-Nya yang tidak
terbatas, yang menguasai dan meliputi seluruh partikel di alam ini, walau pun
akal kita menjangkau hal itu atau tidak. Dan jelas, sesuatu yang terjadi dengan
hikmah-Nya tentu tidak akan merusakan dan menghancurkan ilmu pengetahuan.
Malah, dengan itu, sains akan bertambah maju, yakni dengan pengetahuan baru
tentang proses pergantian dan pembentukan baru yang terjadi dalam benda-
benda tadi ilmu pengetahuan akan bertambah maju. Coba saja lihat, pembuatanes dari air di pabrik, atau cahaya dari aliran listrik, adalah kejadian sehari-hari.
Apakah dengan kejadian semacam ini tertib alam dan ilmu pengetahuan akan
hancur dan sia-sia?
ADA satu hal yang patut disinggung dan patut diingat, yakni mukjizat
wali-wali, seperti tidak tenggelam dalam air atau tidak terbakar oleh api. Rahasia
mukjizat ialah pengubahan-pengubahan halus yang sukar dipahami oleh akal
manusia terjadi dalam pembawaan alamiah dan sifat-sifat biasa dari benda-
benda itu, sebagai reaksi dari pengaruh yang didapatkan oleh orang suci sebagai
anugerah dari Tuhan.Ini merupakan sebagian dari hikmah-hikmah Ilahi yang rahasia-
rahasianya tidak terbatas dan tidak bisa terjangkau oleh akal manusia. Pengaruh
ini bisa datang dari makhluk alam atau dari sifat-sifat pembawaan api yang
tersembunyi, yang menyebabkan api kehilangan khasiatnya untuk membakar,
atau mungkin juga badan manusia mendapatkan sifat pembawan baru untuk
tahan terhadap panasnya api, atau campuran dari kedua sifat tersebut, sehingga
sifat khasiat membakar dari api untuk sementara tertahan.
Pengubahan-pengubahan khas semacam ini terjadi akibat dari doa atau
akibat dari pengaruh halus. Ini tidak menimbulkan pengubahan dalam sifat dan
pembawaan alamiah normal dari benda-benda tadi, atau melenyapkan ilmupengetahuan, bahkan kita mengenal satu ilmu rohani baru dengan prinsip-
prinsipnya, yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu Ilahi. Api akan tetapi
mendapatkan (memiliki) sifat-sifatnya seperti biasa setelah pengaruh rohaniyaitu pengaruh ruhani yang mempunyai dasar prinsip tersendiri, pengaruh
ruhani yang menguasai sifat pembawaan alamiah api untuk sementara.
Rahasia-rahasia yang tidak dapat diketahui oleh akal manusia ialah:
7/27/2019 Barkatu 'd-Du -Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
56/83
56
golongan Hindu Arya itu benar, yakni golongan yang
mengatakan bahwa Tuhan tidak memiliki kekuasaan untuk
ikut-campur dalam sifat dan pembawaan alamiah benda-benda, boleh jadi Dia bisa ikut-campur seraya ambil bagian
Sebagaimana seorang insan kamil merupakan manifestasi sifat danwujud Allah swt., apabila pada suatu waktu datang kepadanya saat-saat di mana
Allah swt. mengaruniakan sifat-sifat-Nya, maka pada waktu itulah seorang insan
kamil akan mendapatkan kekuatan, kekuasaan, dan pengaruh khusus.
Semua benda akan tunduk kepada keinginan-keinginannya sepertitunduk kepada kehendak Allah swt., dan semua benda akan takut kepadanya.
Pada saat itulah, seorang insan kamil jika dilemparkan ke depan hewan buas
atau dimasukkan ke dalam api yang sedang menyala, dia tetap tidak akan
terluka, karena pada saat itu, sifat Tuhan meliputinya. Dan, karena semua benda
adalah hidup dan bergerak dalam ketakutan terhadap Allah swt., maka benda-
benda itu tidak dapat berbuat apa-apa terhadap wujud yang dilindungi Allah.Inilah rahasia terakhir dari semua kehidupan, hal ini tidak mudah
dipahami tanpa mengadakan hubungan dengan seorang insan kamil. Masalah ini
begitu halus dan sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, tidak semua akal dapat
mengerti akal falsafah ini. Tetapi ingatlah, bahwa: Semua benda mendengar
suara Allah Taala, semua berada di bawah kekuasaan-Nya, dan bisa diperlakukan
sesuai kehendak-Nya. Akhir dari semua benda itu ada di tangan Tuhan.
Hikmah-Nya tidak terbatas. Hikmah-Nya mencapai akar dasar setiap
partikel sampai kepada bagian sedala