Properti Blog Asal Tahu Syarat Pengajuan KPR
Syarat Pengajuan KPRAsal Tahu oleh Alex Pangestu pada
08/11/2011
KPR diajukan dengan mengisi formulir pengajuan kredit, formulir
pemesanan unit dari pengembang, serta melunasi biaya pemesanan dan
uang muka. Saat pengajuan ada dokumen-dokumen yang wajib
disertakan. Berikut ini adalah seluruh dokumen tersebut.
(Baca: Proses dan Biaya Pengajuan KPR)
Dokumen standar:
fotokopi KTP,
akta nikah atau cerai,
kartu keluarga, dan
dokumen kepemilikan agunan (SHM, IMB, PBB).
Dokumen yang perlu disiapkan jika pemohon seorang karyawan yang
bekerja untuk perusahaan:
slip gaji,
surat keterangan kerja dari perusahaan, serta
buku rekening tabungan yang menampilkan kondisi keuangan tiga
bulan terakhir.
Sementara itu, jika pemohon adalah seorang wiraswasta, dokumen
tambahan yang diperlukan:
bukti transaksi keuangan usaha,
catatan rekening bank,
NPWP,
SIUP,
surat izin usaha lain, seperti surat izin praktik untuk dokter,
dan
Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Top of Form
Cara Pelunasan KPR BankMandiri
Desember 19, 2011 at 12:09 pm 14 komentar Sudah lebih dari empat
tahun saya menjalani kredit KPR di Bank Mandiri. Selama tiga tahun,
saya menjalani kredit dengan bunga fixed 9.9% karena masih masuk
program promosi. Setelah itu, bunganya naik jadi 13.75% kemudian
turun lagi jadi sekitar 11-12% setelah diprotes. Sayangnya, bunga
itu naik lagi jadi 13.75% lagi. Akhirnya saya putuskan untuk
melakukan pelunasan bertahap.
Dalam seminggu ini, saya berusaha untuk mencari tambahan uang
yang akan digunakan untuk membayar hutang KPR saya ke Bank Mandiri.
Hal ini dipicu oleh kondisi cicilan yang malah naik terus setelah
bunga promosi fixed berakhir. Kaget juga melihat skema cicilan
pokok dan bunganya yang luar biasa semakin jauh ketika bunga hutang
dinaikkan. Mantap Sebagian uang gaji digunakan hanya untuk membayar
bunga Bank. Jika cicilan dilakukan selama periode 15 tahun, maka
pembayaran bunganya per bulan bisa 75-80% dari total cicilan per
bulan. Pokoknya hanya 20-25% saja dibayarkan. Setelah diskusi
dengan Istri, akhirnya kami berdua sepakat untuk mengumpulkan sisa
tabungan untuk melakukan pelunasan bertahap.
Alhamdulillah lebih dari setengah total hutang KPR berhasil saya
lunasi. Untuk mempermudah rekan-rekan yang lain yang juga ingin
melunasi hutang bertahap atau hutang keseluruhan di Bank Mandiri,
saya berikan cara pembayaran hutang KPR di Bank Mandiri. Cukup
mudah juga.
Pertama, debitor harus datang ke tempat debitortersebut
melakukan akad kredit. Kebetulan saya melakukan akad kredit di Bank
Mandiri, Plaza Bapindo, Mandiri Tower, lantai 2, maka saya harus
datang ke bagian consumer loans Bank Mandiri tersebut.
Kedua, siapkan KTP, SIM, nomor rekening Bank Mandiri. SIM
digunakan untuk menukar ID pada saat masuk di pintu resepsionis,
sedangkan KTP akan digunakan sebagai ID yang terdaftar pada
perjanjian dengan Bank Mandiri. Nomor rekening Bank Mandiri
debitorakan dibutuhkan saat mengisi form pelunasan.
Ketiga, setelah sampai di consumer loans lantai 2, segeralah
minta form pelunasan ke petugas yang sedang berjaga.
Keempat, isi form dengan data diri, alamat, nomor rekening Bank
Mandiri, jumlah utang yang akan dilunasi, dan skema pembayaran
berikutnya. Skema pembayaran berikutnya hanya menyediakan dua opsi,
yaitu opsi pertama pembayaran dengan cicilan tetap dan jangka waktu
berubah atau opsi kedua cicilan berubah dengan jangka waktu
pelunasan tetap (tidak berubah).
Kelima, serahkan form tersebut ke petugas dan tunggulah giliran
debitordipanggil. Proses pelunasan tidak terlalu lama pada saat
berhadapan dengan petugas yang berwenang.
Setelah selesai lima proses tersebut selesai, debitorakan
dikonfirmasi alamat yang dicatat di form untuk proses pengiriman
laporan perubahannya.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
- isilah rekening dengan uang pelunasan yang mencukupi plus
cicilan bulan tersebut. Skema cicilan baru berubah pada cicilan
bulan berikutnya.
- penalty hanya diberikan pada debitordi bawah 1 tahun (pada
kasus saya). Bisa dilihat pada perjanjian awal apakah sama
skemanya. Jika masih ada penalty, maka harus disediakan juga
jumlahnya sesuai dengan penalty.
- debet rekening akan dilakukan pada hari yang sama.
Jadi tidak perlu telepon ke 5266566 terlebih dahulu untuk
membuat perjanjian karena nomor ini selalu sibuk terus menerus.
Dari puluhan kali saya mencoba, semuanya tidak berhasil menjangkau
operator. So, langsung datang ke bagian consumer loans saja ya
Properti Blog Berita Ini Dia, Bank dengan Bunga KPR Terendah
Ini Dia, Bank dengan Bunga KPR TerendahBerita oleh Anto Erawan
pada 08/08/2012
Berdasarkan daftar suku bunga dasar kredit (SBDK) yang dirilis
Bank Indonesia pada akhir Juni lalu, tercatat 16 bank yang
menawarkan suku bunga KPR (kredit kepemilikan rumah) single digit
alias di bawah 10%.
Informasi SBDK yang dipublikasikan ini berdasarkan laporan yang
dilakukan masing-masing bank kepada BI untuk posisi akhir bulan
laporan. Data ini berasal dari bank umum konvensional yang wajib
melakukan publikasi jika memiliki total aset minimal Rp10
triliun.
Keenambelas bank tersebut adalah:
Bank Riau Kepri (6,50%),
Bank Jateng (6,71%)
Bank Jabar Banten (8,02%)
BPD Bali (8,06%)
Bank Jatim (8,37%)
HSBC (8,50%)
ANZ Panin Bank (8,57%)
Standard Chartered Bank (8,62%)
Bank Artha Graha (8,71%)
Bank Sumut (8,78%)
Bank ICBC Indonesia (9,0%)
Bank Kaltim (9,03%)
Bank Ekonomi Raharja (9,31%)
Bank UOB Indonesia (9,32%)
BCA (9,5%)
BII (9,77%)
Semoga bermanfaat..
Hredit KPR Bersubsidi Bank Jateng
Written by BJ Kendal
MANFAAT Untuk pembelian rumah melalui Pengembang atau dari
penduduk. Tingkat suku bunga lebih kompetitif dan mendapat subsidi
uang muka. Kredit bisa dalam jangka panjang sehingga angsuran lebih
rendah.
SYARAT & TATA CARAPENGGUNAAN PRODUK Diperuntukkan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Pemohon memiliki pekerjaan dan
penghasilan tetap atau wirausaha. Penghasilan mencukupi untuk
dipotong angsuran tiap bulan. Belum memiliki rumah, dan tidak
sedang menikmati KPR Lainnya. Melengkapi suratrekomendasi dari
instansi / kelurahan setempat bagi wirausaha. Mengajukan dan
melengkapi permohonan KPR bersubsidi. Melengkapi permohonan kredit
dengan tanda tangan suami dan istri. BIAYA-BIAYA Biaya propisi,
biaya administrasi, dan biaya materai. Biaya legalisir Notaris dan
pengikatan jaminan. Biaya asuransi Personal Accident plus dan
asuransi kebakaran. PERHITUNGAN BUNGA Angsuran tetap tiap bulan
dengan perhitungan anuitas tahunan. Perhitungan bunga menurun tiap
tahun. INFORMASI TAMBAHAN Jangka waktu produk maksimal 180
bulan
KPR Bank Jateng Syariah Lebihi Target
Rab, 11 Juli 2012 | 12:06 | Filed under: PERISTIWA,WARTA JATENG
| Posted by: Redaksi
JO, Semarang Pembiayaan rumah melalui bank syariah makin dilirik
konsumen. Kredit pemilikan rumah (KPR) melalui bank syariah menjadi
alternatif bagi konsumen dengan skema pembayaran berbeda dari bank
konvensional. Demikian halnya dengan fasilitas pembiayaan yang
disediakan oleh Bank Jateng Syariah, telah malampui target yang
direncanakan.
Kasubdiv Bank Jateng Syariah Slamet Sulistiono mengatakan,
jumlah transaksi pengajuan pembiayaan KPR selama pameran REI
Perbankan Syariah Expo 20 Juni-1 Juli melampaui target.
Dari target Rp 2 miliar, realisasinya mecapai lebih dari Rp 3
miliar dengan jumlah aplikasi 14 buah. Yang paling banyak diminati
adalah rumah tipe menengah harga Rp 350 juta-Rp 500 juta, katanya,
Senin (2/7).
Menurut dia, terlampauinya target pembiayaan KPR tidak lepas
dari turunnya pricing atau margin dari 11%-12% tahun lalu menjadi
6,9% di 2012. Bank Jateng Syariah menawarkan margin 6,9% flat
selama 15 tahun, dengan uang muka 10%-20%.
Seharusnya masyarakat jeli melihat perbandingan hitungan margin
dan besarnya cicilan di bank syariah yang lebih murah dibanding
konvensional, ujarnya.
Tahun ini Bank Syariah Jateng menargetkan pertumbuhan KPR 70%
dibanding tahun lalu. Untuk Bank Jateng Syariah Cabang Semarang,
pada 2011 mampu merealisasikan penyaluran KPR Rp 90 miliar dengan
margin yang masih 11%-12%.
Pada 2012, Bak Jateng Syariah Semarang ditarget menyalurkan KPR
sebesar Rp 140 miliar. Sampai dengan Mei 2012 sudah terealisasi 48%
dari target atau sudah lebih dari Rp 50 miliar, tuturnya.
Kepala Cabang BTN Syariah Semarang Indro Setiadji mengatakan,
selama pameran pihaknya berhasil mencapai jumlah transaksi Rp 8,3
miliar. Dari 35 aplikasi pengajuan pembiayaan KPR, sebagain besar
digunakan untuk membeli rumah tipe menengah dengan harga Rp 140
juta-Rp 500 juta.
Dari target Rp 6 miliar, realisasi berhasil melampaui hingga Rp
8,3 miliar. Target penyaluran KPR kami tahun ini tumbuh 25%-30%,
katanya. - budTidak ada berita terkait.
Memilih KPR Bank Syariah
Tuesday, 20 December 2011 02:50 | Written by Admin Kadin Jateng
| | |
RUMAH merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya
makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah
keluarga, karena rumah merupakan tempat untuk istirahat dan
mencurahkan kasih sayang setelah sibuk bekerja atau beraktifitas di
luar. Maka tidak heran apabila permintaan masyarakat akan rumah
tiap tahun terus bertambah.
Namun harga rumah yang terus membumbung menyebabkan jarang orang
yang mampu membeli rumah secara tunai. Peluang inilah yang
dimanfaatkan oleh banyak lembaga pembiayaan dan perbankan untuk
menawarkan produk konsumtif yang banyak dikenal dengan Kredit
Kepemilikan Rumah (KPR).
Berbagai fasilitas kemudahan mulai dari proses pengajuan,
keringanan biaya admnistrasi, rendahnya tingkat suku bunga dan
sebagainya pun ditawarkan sebagai daya tarik. Sayangnya, suku bunga
bank konvensional yang fluktuatif dan tidak pasti terkadang membuat
orang merasa ragu untuk mengambil kredit kepemilikan rumah dari
perbankan. Sebagian mereka merasa khawatir jikalau ditengah masa
kredit suku bunga tiba-tiba naik dan menyebabkan mereka tidak mampu
lagi membayar sisa angsurannya. Kekhawatiran seperti itu seharusnya
tidak perlu terjadi jika memanfaatkan fasilitas pembiayaan
kepemilikan rumah dari bank syariah (KPR iB).
Perbedaan pokok antara KPR konvensional dengan syariah terletak
pada akadnya. Pada bank konvensional, kontrak KPR didasarkan pada
suku bunga tertentu yang sifatnya bisa fluktuatif, sedangkan KPR
Syariah bisa dilakukan dengan beberapa pilihan akad alternatif
sesuai dengan kebutuhan nasabah, diantaranya KPR iB Jual Beli
(skema murabahah), KPR iB sewa (skema ijarah),KPR iB Sewa Beli
(skema Ijarah Muntahia Bittamlik-IMBT), dan KPR iB Kepemilikan
Bertahap (musyarakah mutanaqisah). Namun yang banyak ditawarkan
oleh bank syariah adalah skema jual beli (skema murabahah).
Skema jual beli murabahah adalah jual-beli antara bank dan
nasabah, di mana pihak bank syariah akan membeli rumah yang
diinginkan nasabah sebesar harga rumah tersebut kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang telah ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Harga
jual rumah ditetapkan di awal ketika nasabah menandatangani
perjanjian pembiayaan jual beli rumah, dengan angsuran tetap hingga
jatuh tempo pembiayaan.
Skema jual beli memberi kepastian jumlah angsuran yang harus
dibayar oleh nasabah setiap bulan. Nasabah tidak akan dipusingkan
dengan masalah naiknya angsuran apabila terjadi kenaikan suku bunga
pasar karena besarnya nilai angsuran tetap sampai masa angsuran
selesai. Harga jual rumah ditetapkan di awal ketika nasabah
menandatangani perjanjian pembiayaan jual beli rumah. Misalnya,
harga beli rumah sebesar Rp100 juta. Untuk jangka waktu lima tahun,
bank syariah misalnya mengambil keuntungan/margin sebesar Rp35 juta
(setara tujuh persen flat pertahun). Maka harga jual rumah kepada
nasabah untuk masa angsuran lima tahun adalah sebesar Rp135 juta.
Angsuran yang harus dibayar nasabah setiap bulan adalah Rp135 juta
dibagi 60 bulan = Rp2,25 juta.
Selain skema jual beli, KPR iB juga ditawarkan dengan skema sewa
beli, yang memberi opsi kepada nasabah untuk menyewa rumah yang
diinginkannya dan akhirnya dapat ia miliki di akhir masa sewa.
Dalam skema ini, harga sewa ditentukan secara berkala berdasarkan
kesepakatan antara bank dengan nasabah. Umumnya digunakan untuk
pembiayaan KPR iB berjangka waktu panjang, misalnya 15 tahun. Pada
akhir tahun jatuh tempo, nasabah dapat membeli rumah yang
disewa.Skema lain yang saat ini banyak diminati adalah skema KPR iB
kepemilikan bertahap, dimana bank dan nasabah berserikat dalam
kepemilikan rumah. Secara bertahap nasabah akan menambah porsi
kepemilikannya melalui angsuran setiap bulannya, sementara bank
secara bertahap mengurangi porsi kepemilikannya, sehingga di akhir
periode rumah menjadi milik nasabah.
Untuk semua jenis KPR iB tersebut, nasabah juga diuntungkan
ketika ingin melunasi angsuran sebelum masa kontrak berakhir,
karena bank syariah tidak akan mengenakan pinalti. Bank syariah
tidak memberlakukan sistem pinalti karena harga KPR sudah
ditetapkan sejak awal. Dengan demikian, faktor penting yang dapat
dijadikan petimbangan untuk memilih KPR bank syariah adalah masalah
margin tetap dan kepastian nilai angsuran selama masa
pembiayaan.Berkah Memilih KPR BTN Syariah iB
OPINI | 30 October 2009 | 17:15 Dibaca: 11501 Komentar: 13 2
dari 2 Kompasianer menilai Bermanfaat
Rumah adalah tempat dimana kita membina keluarga ini, kata saya
pada istri tercinta pada suatu hari di pertengahan 2005, empat
tahun yang lalu. Tempat dimana anak-anak tumbuh dan dibesarkan.
Alangkah indahnya jika mereka dibesarkan dalam lingkungan yang
bersih dan menentramkan.
Istri saya tersenyum. Aku setuju, Mas. Tidak hanya makanan dan
minuman mereka yang harus bersih dikonsumsi, halal dan thayib,
tetapi juga rumah, tempat yang dibangun untuk mereka tumbuh dan
dibesarkan.
Saya memandang wajahnya sungguh. Bagaimana kalau kita membeli
rumah Bu Darwoto itu lewat KPR bank syariah saja?
Ia lagi-lagi tersenyum. Senyum terindah dari senyum-senyum
terindahnya sepanjang masa. Tidak ada alasan buatku untuk tidak
setuju. Memang kenapa kalau di bank syariah? Sulit?
Bukan, jawab saya. Prosesnya sama saja. Tetapi, katanya cicilan
per bulannya meski flat, tetapi lebih besar dari KPR di bank
konvensional.
Kalau itu sih tak mengapa, kata wanita tercantik saya itu.
Menumbuhbesarkan anak-anak dalam naungan rumah yang menentramkan
jauh lebih penting daripada rupiah yang kita keluarkan.
Saya menggangguk. Saya setuju.
Dengan niat baik itu, semoga Allah memudahkan kita mengangsurnya
setiap bulan. InsyaAllah, tambahnya penuh pengharapan. Kapan kita
ke bank syariah?
***
Suatu hari di bulan Juli 2005.
Setelah berkeliling ke berbagai bank syariah yang menyediakan
produk KPR, akhirnya pilihan kami jatuh ke KPR BTN Syariah Cabang
Surabaya di jalan Embong Kenongo. Pertimbangan kami, selain masa
angsuran bisa lebih lama daripada bank lain (saat itu hanya BTN
Syariah yang menyediakan KPR hingga 10 tahun atau bahkan lebih),
BTN telah memiliki pengalaman mengelola KPR lebih baik dibandingkan
dengan bank-bank lainnya selama ini.
Pak Wahyu, pegawai BTN Syariah untuk urusan KPR kala itu, dengan
semangat membantu saya memproses administrasi pembelian rumah Bu
Darwoto, rumah ketiga di sebelah kanan rumah kontrakan saya yang
akan habis masa kontraknya sebulan lagi. Bu Darwoto setuju rumahnya
yang dua lantai (tidak penuh) saya beli seharga 150 juta
rupiah.
Pembiayaan KPR BTN iB, begitu nama produk KRP BTN Syariah itu,
adalah pembiayaan yang diberikan kepada calon nasabah yang akan
membeli rumah, ruko, ataupun tempat tinggal lainnya secara
mengangsur. Pembiayaan KPR BTN iB didasarkan pada prinsip
Murabahah, yakni akad jual beli barang dimana harga perolehan dan
keuntungan (margin) sama-sama disepakati oleh penjual dan pembeli.
Itu artinya, pembeli mengetahui harga perolehan penjual dan margin
yang diambil penjual ketika menjual barang itu kepada dirinya.
Karena itu, harga jual adalah harga beli ditambah margin keuntungan
yang disepakati.
Transaksi Murabahah cocok diterapkan pada proses pembelian rumah
melalui KPR ini. Tetapi memang sebenarnya ada skim-skim lain yang
diperlukan sehingga suatu proses KPR itu bisa terlaksana. Ambil
contoh proses KPR terhadap rumah yang saya beli.
Mula-mula saya telah bersepakat membeli rumah Bu Darwoto dengan
harga 150 juta rupiah. Saya tidak memiliki uang sebanyak itu dan Bu
Darwoto tentu saja tidak mau saya mengangsurnya dalam rentang tahun
yang panjang. Saya lalu pergi ke BTN Syariah dan mengikat janji
akan membeli rumah Bu Darwoto itu dari BTN Syariah. Janji ini
disebut waad, yang mengikat saya secara sepihak dan tidak mengikat
BTN Syariah. Tetapi pengingkaran terhadap waad tak bisa dituntut,
sehingga kalaupun saya tidak jadi membeli rumah itu, BTN Syariah
tentu tidak bisa menuntut saya. Toh tidak ada yang dirugikan.
Lalu BTN Syariah mewakilkan pembelian rumah Bu Darwoto kepada
saya menggunakan akad wakalah, yakni mewakilkan kepada saya untuk
membeli rumah itu dari Bu Darwoto atas nama BTN Syariah seharga 150
juta rupiah. Setelah BTN Syariah mendapatkan rumah Bu Darwoto itu,
barulah ia menjualnya kembali kepada saya dengan akad murabahah.
Saya bersedia membayar uang muka 51 juta rupiah dan sepakat dengan
margin BTN Syariah kala itu sebesar 8,7% per tahun untuk sisanya
(99 juta rupiah) jika saya mengangsurnya selama 4 tahun. Sehingga
harga jual BTN Syariah kepada saya = 51 juta + (8.7% x 4) x 99
juta; yakni 51 juta + 133.452.000 = 184.452.000 rupiah.
Inilah harga jual BTN Syariah kepada saya atas rumah itu.
Berarti margin BTN Syariah atas penjualan rumah ini kepada saya
adalah sebesar 34.452.000 rupiah. Sisa setelah uang muka 51 juta
yang saya bayarkan adalah 133.452.000 rupiah yang dapat saya angsur
selama 4 tahun. Sehingga, angsuran saya per bulan sebesar
133.452.000 rupiah : (4 x 12), yakni 2.780.250 rupiah.
Tentu saja proses di lapangan dipermudah. Artinya, proses waad
dan wakalah berikut murabahah itu diselesaikan dalam waktu yang
bersamaan ketika saya, Bu Darwoto, dan perwakilan dari BTN Syariah
melaksanakan jual beli rumah itu di hadapan seorang Notaris.
Setelah seluruh akad ditandatangani, maka BTN Syariah membayar
harga rumah 150 juta rupiah kepada Bu Darwoto, saya melunasi uang
muka dan mulai mengangsur per bulan kepada BTN Syariah sesuai
dengan harga yang disepakati.
***
Ada yang menarik ketika saya pertama kali mengangsur rumah itu
ke BTN Syariah mulai Agustus 2005.
Laporan Ekonomi Bulanan Kadin Indonesia edisi Juli 2005
menyebutkan adanya fenomena terus melemahnya rupiah, naiknya harga
minyak dunia, kelangkaan BBM, kenaikan harga barang, kenaikan
tingkat suku bunga perbankan, dan terus menyusutnya cadangan devisa
di Bank Indonesia yang mewarnai kondisi perekonomian Indonesia
dalam dua bulan terakhir. Pada 20 Juli 2005, kurs tengah Bank
Indonesia pernah berada pada level Rp 9.830,- yang merupakan nilai
kurs terendah dalam 40 bulan terakhir ini. Bahkan melihat grafik
kurs mata uang rupiah berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia
tahun 2005 yang ditulis Bank Indonesia di bawah ini, rupiah
terlihat semakin melemah melewati ambang batas 10.000 rupiah
mendekati akhir 2005.
Di sisi lain, hasil survei konsumen Bank Indonesia pada Juli
2005 menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun 2,8
poin dari 101,7 menjadi 98,9. Ini berarti terpuruk lagi ke kondisi
pesimis (indeks di bawah 100), setelah sempat sedikit optimis
sebulan sebelumnya setelah terpuruk pasca kenaikan BBM. Tetapi
melihat grafik IKK sejak 2003 hingga pertengahan 2005 di bawah ini
terlihat bahwa kondisi pesimis itu lebih mendominasi.
Kenaikan terus-menerus suku bunga BI hingga akhir 2005 membawa
dampak pada kenaikan suku bunga KPR perbankan. Kenaikan suku bunga
BI hingga 11% pada Oktober 2005 misalnya, telah membuat bunga KPR
Bank Niaga naik dari semula 12,25% pada Juli, kemudian September
dinaikkan menjadi 13%, dan Oktober tersebut dinaikkan lagi menjadi
13,9%. Sedangkan untuk kredit multiguna, Bank Niaga menetapkan
bunga 15%. Hal yang sama terjadi pada bank-bank lainnya. BII
misalnya, bunga KPR mereka menjadi 14,9%. Sementara Bank Bumiputera
malah 16%.
Kenaikan rata-rata 16-18% dari semula 12% pada akhir 2005 itu
tentu membuat nasabah KPR menjerit. Andaikan saja saya menggunakan
KPR bank konvensional dengan bunga setara 12% saat akad kredit
bulan Juli, lalu pada Oktober bunga KPR menjadi 16%, maka cicilan
saya akan naik dari semula 2,7 juta rupiah menjadi 3,7 juta rupiah!
Naik hampir 1 juta rupiah! Apa tidak pusing kalau ini terjadi?
Beberapa teman sekantor kala itu mengeluhkan cicilan mereka yang
membengkak, sementara tidak ada kenaikan gaji dari perusahaan.
***
Alhamdulillah saya telah memilih Pembiayaan KPR BTN iB yang
berbasis akad murabahah berdasarkan prinsip syariah. Alhamdulillah,
di tengah konsumen makin tercekik dengan kenaikan bunga KPR,
cicilan saya tetap dan tidak akan naik hingga lunas nanti. Jika
ternyata kemudian bunga KPR konvensional bisa naik gila-gilaan
seperti fenomena akhir 2005 itu, maka tengara bahwa KPR bank
syariah jauh lebih mahal boleh dikaji ulang.
Lebih dari itu dan ini jauh lebih penting dengan cicilan yang
tetap membuat saya lebih tenang dalam membuat perencanaan keuangan
dibandingkan menghadapi cicilan yang fluktuatif alias tak bisa
diprediksi. Dalam bahasa agama, kenyataan itulah yang dimaksud
dengan gharar dalam jual beli, yakni transaksi jual beli yang
mengandung unsur ketidakjelasan, pertaruhan, atau bahkan perjudian.
Sementara kata Nabi saw., transaksi yang mengandung gharar
terlarang, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang jual beli
al-hashah dan jual beli gharar. (HR. Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab:
Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi Gharar, 1513)
Jika sudah jelas demikian, maka pertanyaannya adalah: kita lebih
memilih mana, kejelasan atau ketidakjelasan? Ketenangan atau
was-was alias ketidaktenangan? Dan ini yang lebih penting,
keberkahan atau kemadharatan?
***
Alhamdulillah, Agustus 2009 yang lalu cicilan KPR saya yang
ke-48 selesai sudah. Dengan demikian, cicilan itu kini telah
lunas.
Banyak suka dan duka saya dan istri lewati ketika menyelesaikan
cicilan bulan demi bulan. Dengan cicilan memakan porsi lebih dari
sepertiga take-home-pay bulanan saya sementara kami memiliki 6
orang anak, dapat dibayangkan betapa ngoyo-nya kami melunasi itu.
Mungkin lebih dari 40 kali sudah customer service BTN Syariah
menelepon pada hari terakhir saya harus membayar cicilan tiap
bulan; karena belum juga membayar. Boleh dibilang 50% diantaranya
saya telat membayar 1-5 hari dari jadwal. Rekening saya juga selalu
tak genap saldonya hingga 2x cicilan sebagaimana syarat yang
diminta BTN Syariah.
Tetapi semuanya itu kini telah terlewati. Bahkan saya merasa
waktu 4 tahun mengangsur itu seperti sebentar saja. Tiba-tiba lunas
begitu saja. Tiba-tiba saya sudah memiliki rumah yang kami idamkan
seperti pada gambar di samping ini, lunas, tanpa punya hutang lagi
kini pada siapapun. Semuanya itu, InsyaAllah, adalah berkah dari
pilihan kami menggunakan KPR berbasis syariah untuk memberikan
tempat bernaung yang bersih dan menentramkan bagi anak-anak kami
untuk tumbuh menggapai cita-cita mereka.
Semoga pengalaman sederhana ini menginspirasi.