PEDOMAN TEKNIK PEDO MAN PERE NCANAAN TEKNIK BANGUNAN PEREDAM BISING No. 036/T/BM/1999 Lampiran No. 14 Keputus an Direktur Jende ral Bina Marga No. 076/KPTS/Db/1999 Tangga l 20 Desember 1999 DEPARTEMEN PEKERJAAN UM U Dite rbit kan ole h PT. Medi atama Sap taka rya ( PT. Medisa ) YA YA SA N B A DA N PENERBI T PEKERJAAN UMUM 9 9 9
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA ALAMAT :JALAN PATTIMURA NO. 20 TELP. 7221960 - 7203165 - 7222806 FAX 7393938 KEBAYORAN BARU -
JAKARTA SELATAN KODE POS 12110
KEI'UI'USAN DIREKTUR JENDERAL BINA MAItGA
NOMOIt : -?-6/KPTS/Db/1999
TENTANG
PENCESAIIAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL
BINA MARGA
DIREKTURJENDERAL BINA MARGA,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kebinamargaan dankebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan
sumber daya alam, diperlukan pedoman-pedoman teknik bidang jalan;
b. bahwa pedoman teknik yang termaktub dalam Lainpiran Keputusan ini telah disusun
berdasarkan konsensus pihak-pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan
dan keselamatan umum serta mmperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiuntuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum sehingga dapat
disahkan sebagai Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;
c. bahwa untuk maksud tersebut, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Bina
Marga.
Mengingat :
1. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 2.
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi Departemen;
3. Keputusan Presideni Nomor 278/M Tahun 1997, tentang Pengangkatan Direktur Jenderal
Bina Marga;
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Pekerjaan Umum;
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nonior 111/KPTS/1995 tentang Panitia Tetap dan Panitia
Kerja serta Tata Kerja Standardisasi Bidang Pekerjaan Umuni;
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Uimum Nomor 28/KPTS/1995 tentang Pembentukan Panitia
Kerja Standardisasi Naskah Rancangan SNI/Pedoman Teknik Bidang Pengairan/Jalan/
Permukiman;
MembacaSurat Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan Nomor UM 01 01-Bt.2005/768 tanggal 20
Desember 1999 tentang Laporan Panja Standardisasi Bidang Jalan.
Pedoman ini dimaksudkan untuk mendapatkan permukiman yang relatif nyaman dan
aman dari bising akibat lalu lintas kendaraan. Tujuannya adalah sebagai pegangan dan
acuan untuk merencanakanBangunanPeredan Bising (BPB) pada daerah perumahan di tepi
jalan.
1.2 Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah yang harus diikuti dalam
merencanakan Bangunan Peredam Bising menggunakan bahan berupa agregat buatan yang
relatif lebih ringan daripada agregat biasa atau kelompok agregat buatan lainnya. Agregat
buatan tersebut selanjutnya disebut ALWA (Artificial Light ltleight Aggrngate).
1.3 Pengertian
1) Bangunan Peredam Bising (BPB) adalah bangunan berupa dinding atau tembok
dengan bentuk dan dibuat dari bahan tertentu, diperuntukkan sebagai alat untuk mengurangi dan meredan kebisingan yang diakibatkan lalu lintas kendaraan bermotor.
2) ALWA (Artificial Light Weight Aggregate) merupakan sejenis agregat buatan yang
diproses dengan suhu tinggi dan relatif lebih ringan daripada agregat biasa atau agregat
buatan lainnya. ALWA dapat berupa hasil sampingan dari pabrik besi merupakan
hasil/proses di tanur tinggi.
Konblok ALWA merupakan basil fabrikasi ALWA yang dicampur dengan bahan
perekat lain menjadi batako pres berukuran seperti batako normal yang sudah dikenal
Konblok ALWA merupakan hasil fabrikasi ALWA yang dicampur dengan bahanperekat lain menjadi batako pres berukuran seperti batako normal yang sudah dikenal
masyarakat.
3) Bising adalah bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran.
4) Tingkat Kebisingan adalah ukuran derajat tinggi rendahnya kebisingan yangdinyatakan dalam satuan desibel (dB).
5) dBA adalah satuan tingkat kebisingan (desibel) dalam kelas A, yaitu kelas yang sesuai
dengan respon telinga manusia normal.
6) Leq (equivalent energy level) adalah tingkat kebisingan rata-rata ekivalen energi selama
waktu pengukuran.
7) L10 adalah artinya 10% data tingkat kebisingan selama waktu pengukuran melebihi
nilai L10 yang terbaca pada alat ukur. Demikian pula untuk L50 dan L90.
8) STC (sound transmission class) adalah tingkat kemampuan bahan dalam meredambising, yang nilainya makin besar makin baik redamannya.
9) Paparan adalah waktu berlangsungnya suatu nilai tingkat kebisingan tertentu.
1. Kebisingan yang dimaksudkan adalah kebisingan yang diakibatkan oleh lalu lintas
kendaraan bermotor.
2. Kebisingan yang didasarkan pada basil pengukuran kebisingan akibat lalu lintas kendaraan
di jalan sesuai dengan persyaratan Teknik Pengukuran Bising (TPB).3. Kebisingan yang dikategorikan dalam Kriteria Daerah Bising (MB) atas dasar
pendekatan penggunaan lahan sisi jalan untuk daerah permkiman/Perumahan.
4. Kebisingan yang mengacu pada Kriteria Bising (KB) sesuai dengan Organisasi Standar
lntemasional (ISO), yang menggunakan nilai bising ekivalen energi (Leq) dan nilai
ambien bising menurut Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/11/1996 Lampiran 1.
5. Kebisingan disesuaikan dengan waktu paparan yang ditetapkan dalam KDB.
2.1.2 Kriteria Daerah Bising (KDB)
Adalah suatu jalur daerah dengan jarak (lobar) tertentu yang terletak di kedua sisi dan sejajar
memanjang dengan jalur jalan, yang didasarkan pada tingkat kebisingan tertentu (Leq), lamanyawaktu paparan (jam/hari), dan per untukan lahan sisi jalan bagi permukiman/ perumahan,
a. Daerah dengan lebar 21 s/d 30 m dari tepi perkerasan jalan.
b. Tingkat kebisingannya kurang dari 65 dBA ( Leq ).
c. Lama waktu paparan (60 - 65dBA) maksimum 12 jam per
hari.
2. Daerah Moderat Bising (DMB)
a. Daerah dengan lebar 11 s/d 20 m dari tepi perkerasan jalan.
b. Tingkat kebisingan antara 65 s/d 75 dBA (Leq ).
c. Lama waktu paparan (65 - 75 dBA) maksimum 10 jam per
hari
3. Daerah Resiko Bising (DRB)
a. Daerah dengan lebar 0 s/d 10 m dari tepi perkerasan jalan.
b. Tingkat kebisingannya lebih dari 75 dBA ( Leq).
c. Lama waktu paparan (75 - 90 dBA) maksimum 10 jam perhari
Tabel 2.1. Kriteria Daerah Bising (KDB) dan Laima Waktu Paparan per hari
No KriteriaDaerah Bising
Tingkat KebisinganLeq
(dBA )
Lama WaktuPaparan per hari
lama WaktuPaparan malam hari
I DAB 60- 65 dBA 12 jam/hart 3 jam/hari2 DMB 65- 75 dBA 10 jam/hari 4 jam/hari
3 DRB 75- 90 dBA 10 jam/hari 4 jam/hari
Sumber : Pusat Li tbang Jalan Dep. PU, Bandung 1999
Catatan : KDB ditetapkan hanya untuk kategori fungsi jalan Arteri Primer/ Sekunder (perkotaan). Untuk jalan Tol maka ukuran daerah (lebar) untuk tiapDAB,DMB dan DRBditambah 10 m.
Tabel 2.4. Pendekatan Lokasi Menurut Fungsi, Panjang Daerah Kasus dan Penempatan BPB
Panjang Daerah
Dalam Kasus
Lokasi
PenempatanN0
Fungsi/StatusJalan
Mill Min Disarankan
Keteranganeterangan
1 Arteri 300m Damaja Damija > 5 m
2 Tol 100 m --- Damija > 10 m
Sumber : Pusat Litbang Jalan Dep. PU
Catatan : Daerah Kasus = daerah di mana kebisingan yang terjadi berada pada luasan daerah yang
seragam penggunaan lahannya (sesuai dengan Tabel 2.3.)
3. Penempatan Bangunan Peredam Bising (BPB) memerlukan daerah yang memenuhi syaratyaitu harus dapat menjaga keselamatan lalu lintas, kelancaran dan tidak mengganggu
keserasian lingkungan sisi jalan, yaitu1) Untuk jalan Arteri
a. Penempatan BPB minimum 5 m dari tepi saluran samping.
b. Kondisi lingkungan yang mendukung penempatan BPB adalah
i. Mempunyai jalur jalan yang sejajar Arteri (jalur terpisah).
ii. Mempunyai akses jalan (jalan masuk) sebagai akses
lahan bagi sekelompok perumahan.
iii. Tidak ada akses lahan tiap perumahan penduduk ke
Jalan Arteri.
2) Untuk jalan Tol, BPB minimum 5 m dari tepi saluran samping, atau 10 m dari tepi
perkerasan/bahu yang diperkeras.
3) Apabila jarak minimal untuk penempatan BPB tidak tersedia, maka penanganandengan BPB tidak disarankan.
2.2.1 Teknik Pengukuran Bising (TPB) dan Uji Kebisingan
1. Adanya indikasi gangguan kebisingan atau berdasarkan hasil prediksi (studi Amdal) di
sekitar jalan Arteri perkotaan atau Tol harus didukung oleh data kualitatif dan
kuantitatif seperti kriteria Ketentuan Umum butir 2.1 daii tabel 2.1.
2. Teknik Pengukuran Bising (TPB) dari uji kebisingan harus dilakukan dengan pendekatan
sebagai berikut :
a. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik ukur (posisi) pada beberapa lokasi di ruas
jalan Arteri/Tol.
b. Pengukuran dilakukan pada jarak yang disesuaikan dengan butir 2.1 .2 di atas
tentatng KDB dan butir 2.1.5 tentang Kriteria Lokasi Kasus yang disesuaikan
dengan kriteria pertempatan BPB.
c. Lama pengukuran 24 jam terus menerus, sekurang-kurangnya mewakili pengukuranwaktu siang ( 06.00s/d 18.00 ) dari waktu malam (18.00 s/d 06.00 ) dengan periode
10menit tiap jamnya.
d. Apabila alat ukur tidak dapat mengukur langsung nilai Leq, maka dapat digunakan
cara lainnya, yaitu dengan mencari L10, L50 dan L90 dari hasil pengukuran,
kemudin dicari Leq dengan menggunakan rumus :
1. Leq = L50 + (L10 – L9O)2 /56 dalam dBA.
e. Nilat rata-rata Leq per jam harus dihitung dari data lapangan untuk setiap satu hari
P7 = Kriteria lokasi yaitu melakukan proses pengenalan daerah perencanaan untuk
merancang Bangunan Peredam Bising yang memenuhi syarat sesuai dengan butir
2.1.5.
Dl = Peracangan Bangunan Peredam Bising (BPB) yaitu merancang BPB yang efektif dan efisien sesuai dengan persayaratan seperti yang tercantum pada butir 2.2.2.