Page 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL KIMIA I
ANGKA AKTIFITAS BARIUM (BAN), UJI BILANGAN TEMBAGA DAN ANALISA KEDEWASAAN SERAT KAPAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Praktikum Evaluasi Tekstil Kimia 1
Disusun Oleh :
Nama : Adi Arisman
N r p : 08.K40002
Group : k – 1
Dosen : Maya Komalasari, S.ST
Asisten : Solichin
Kurniawan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
B A N D U N G
2 0 1 0
Page 2
UJI ANGKA AKTIVITAS BARIUM (BAN)
1. Maksud dan Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi benang dan kain dari kapas yang telah
dimerser baik yang telah maupun tidak dicelup, secara kuantitatif dan kualitatif.
2. Teori Dasar
Sifat Kimia Serat Kapas
Beberapa zat pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga
kekuatanya menjadi turun. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi
selulosa, biasanya terjadi pada pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam
keadaan lembab atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 140 oC
Asam akan merusak kapas dan membentuk hidroselulosa. Alkali yang pekat akan
menyababkan penggelembungan yang besar pada serat seperti pada proses merserisasi,
yang menyebabkan serat menjadi lebih mengkilap dan kekuatannya menjadi lebih tinngi.
Pelarut yang biasa digunakan adalah kuproamonium hidroksida dan kuproatelina
diamina. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadan lembab
dan suhu hangat.
Kapas memiliki beberapa sifat istimewa misalmya mudah dicuci, enak dipakai dan
murah, sehingga kapas lebih unggul disbanding serat lainnya.
Barium Hidroksida dapat dilarutkan didalam air.
BaO + 9H2O → Ba(OH)2·8H2O
Pada suhu 100 °C dalam vacuum. Dapat menghasilkan BaO. Barium hidroksida
biasanya digunakan untuk kimia analisa dalam titrasi untuk asam lemah, biasanya untuk
asam organic. Dalam larutan jernih dapat dipastikan tidak mengandung karbonat, seperti
dalam sodium hidroksida dan potassium hidroksida , sebagai barium karbonat. Biasanya
digunakan phenolphthalein sebagai indicator, tanpa haruskhawatir adanya ion karbonat.
Biasanya juga digunakan untuk hidrolisa ester pada dimethyl hendecanedioate.
Page 3
Phenolphthalein adalah senyawa kimia yang memilki formula C20H14O4. Biasa
digunakan untuk titrasi dalam suasana asam. Jika dalam larutan dengan konsentrasi
tinggi akan mencapai warna ungu.
Jenis In H2In In2− In(OH)3−
Struktu
r
Model
pH < 0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0
Warna
Merserisasi
Serat kapas akan menggembung secara lateral dan mengkeret ke arah panjangnya
bila direndam dalam larutan soda kostik pekat. Perubahan dimensi ini diikuti oleh
perubahan-perubahan penting pada sifat-sifat benang maupun kain yang terbuat dari serat
tersebut, seperti meningkatnya :
• Kekuatan tarik,
• Higroskopisitas (moisture regan)
• Daya serap terhadap zat warna dan
• Reaktifitasnya terhadap pereaksi-pereaksi kimia.
Pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses menimbulkan efek kilau
yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan pertambahan
mulur yang besar yang sesuai untuk produk-produk stretch. Proses ini disebut
Page 4
merserisasi dan ditemukan pertama kali oleh John Mercer pada tahun 1844 (patennya
baru terdaftar kemudian pada tahun 1850) di tengah penelitiannya mengenai
kemungkinan pemisahan berbagai macam hidrat dengan cara penyaringan fraksional
perlahan. Pada saat itu Mercer mengamati adanya perubahan-perubahan seperti tersebut
di atas, kecuali kilau, pada kain kapas yang digunakannya untuk menyaring larutan
natrium hidroksida. Mercer juga mendapati adanya penurunan konsentrasi larutan di
akhir proses yang disebabkan oleh absorpsi preferensial alkali oleh selulosa. Efek kilau
baru ditemukan sekitar lima puluh tahun kemudian (1889) oleh Horace Lowe secara
tidak sengaja ketika mencoba mencegah mengkeret benang yang dimerser dengan cara
memberikan tegangan selama proses.
Penampang Lintang Serat Kapas Pada Proses Merserisasi
Gambar memperlihatkan perubahan penampang lintang serat kapas selama
merserisasi yang berlangsung secara bertahap mulai dari bentuknya yang pipih hingga
mencapai penggembungan maksimum pada tahap 5, tahap 6 dan 7 masing-masing
memperlihatkan kontraksi yang terjadi pada saat pencucian dan pengeringan.
Uji Angka Aktifitas Barium (SNI 08-0300-1989)
Tujuan
Cara pengujian ini dipergunakan untuk identifikasi benang dan kain dari kapas
yang telah dimerser baik yang telah maupun tidak dicelup, secara kuantitatif dan
kualitatif. Cara pengujian ini untuk menunjukkan adanya reaksi yang sempurna antara
kapas dan larutan merserisasi. Car apengujian ini tidak dapat memberikan hasil yang
memuaskan apabila terdapat serat-serat bukan kapas dan bahan penyempurnaan
permanen pada bahan yang diuji.
Prinsip pengujian
Contoh uji diuji secara kualitatif dengan mikroskopik dan pewarnaan. Apabila
menunjukkan uji positif contoh uji dan benang kapas yang tidak dimerser yang telah
dimasak dengan baik, dimasukkan kedalam larutan barium hidroksida pda tempat yang
terpisah dalam waktu tertentu. Sejumlah tertentu dari masing-masing larutan barium
Page 5
hidroksida tersebut dari larutan barium hidroksida semula (blanko) dititrasi dengan asam
klorida. Perbandingan antara jumlah barium hidroksida yang diserap oleh contoh uji
dengan jumlah barium hidroksida yang diserap oleh kapas standar dikalikan dengan 100
akan menghasilkan angka aktifitas barium.
3. Alat dan Bahan
Bahan
Asam klorida 0,1 N
Alkkohol (etanol 95% atau metanol yang tidak mengandung air)
Barium hidroksida 0,25 N
Enzym pelarut kanji
Natrium karbonat
Pelarut petroleum dengan titik didih 30 – 60oC (pentana)
Fenolftalin
Sabun netral
Alat
buret 50 ml
botol penyimpanan 250 – 500 ml
erlenmeyer dengan pendingin refluks
erlenmeyer tutup asah
erlenmeyer 250 ml
piala gelas 1500 ml
mikroskkop lengkap
pembakar bunsen atau kompor listrik
penangas air
pipet gondok 10 ml
pipet gondok 30 ml
tungku pemgering.
4. Cara Kerja
Page 6
1. Pengerjaan pendahuluan
Pengerjaan pendahuluan ini dimaksudkan untuk menghilangkan zat –zat buka selulosa
sehingga didapatkan kapas semurni mungkin tanpa merubah susunan kimianya.
Penghilangan bahan penyempurnaan
Contoh uji bersama –sama dengan bahan pembanding masing –masing paling
sedikit 5 gram didihkan dengan pelarut petroleum selama 1 jam dalam erlenmeyer
berpendingin refluks. Kemudian pengerjaan tersebut diulangi dengan
menggunakan alkokhol selama 1 jam dan kemudian dengan menggunakan air
suling selama 1 jam. Untuk pemanasanan sebaiknya menggunakan pemanas listrik
karena pelarut petroleum mudah terbakar atau setidaknya digunakan penangas air.
Penghilangan kanji
Contoh uji dan bahan pembanding kemudian dimasukkan kedalam larutan enzym
pelarut kanji 3% dalam air suling hingga semua bahan terendam dan dipanaskan
sampai suhhu 60oC dan pemanasan dijaga pada suhu tersebut sampai 1 jam.
Larutan enzyme kemudian dibuang da bahan –bahan dicuci. Setelah bahan bebas
dari kanji dan bahan – bahan penyempurnaan kemudian dikerjakan sebagai berikut.
Contoh uji bersama-sama dengan contoh pembanding didihkan dalam 1 liter
larutan yang mengandung 10 gram sabun netral dan 2 gram natrium karbonat
selama 1 jam. Kemudian dicuci berkali – kali dengan air hangat hingga bebas dari
sabun dan basa (test dengan indikator PP), diperas dan dikeringkan dalam tungku
pengering pada suhu 100oC sampai benar-benar kering.
Kemudian contoh uji dan bahan pembanding tersebut dibiarkan dalam suhu kamar
dan masing – masing contoh uji dan bahan pembanding dipotong kecil – kecil
untuk ditimbang.
2. Pengujian
Dari tiap –tiap contoh uji dan bahan pembanding yang telah dilakukan pengerjaan
pendahuluan ditimbang seberat 2 gram dan masukkan kedalam erlenmeyer tutup
asah 250 ml.
Kedalam masing-masing erlenmeyer dimasukkan 30 ml barium hidroksida 0,25 N
dan juga kedalam 2 buah erlenmeyer kosong untuk pengujian balnko, dengan
menggunakan pipet gondok 30 ml.
Page 7
Setelah penambahan barium hidroksida segera erlenmeyer tersebut ditutup dan
diletakkan diatas penangas air pada suhu kamar (0 -25oC) selam paling sedikit 2
jam dan sering dikocok-kocok.
Setelah 2 jam dari masing – masing larutan tersebut termasuk juga larutan blanko
diambil 10 ml dan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N dengan indikator fenolftalin.
Dari hasil titrasi tersebut dapat dihitung perbandingan antara jumlah barium
hidroksida yang terserap oleh contoh uji dengan yang diserap oleh bahan
pembanding. Hasil perbandingan ini dikalikan dengan 100 didapatkan angka
aktivitas barium.
5. Evaluasi
1. Benang
Angka aktivitas barium 100 -105 menunjukkan contoh uji tidak dimerser
Angka aktivitas barium 106 -120 menunjukkan contoh uji dimerser lemah
Angka aktivitas barium > 120 menunjukkan contoh uji dimerser
2. Kain
Angka aktivitas barium 100 -105 menunjukkan contoh uji tidak dimerser
Angka aktivitas barium 100 -115 menunjukkan contoh uj dimerser lemah
Angka aktivitas barium > 116 menunjukkan contoh uji dimerser
6. Data Percobaan (KDW B)
Contoh Uji BAN 13
Bobot contoh uji = 2,00 gram
1. Titrasi Blanko
Titrasi 1 Titrasi 2
Awal 7,5 ml 0,0 ml
akhir 17,7 ml 10,2 ml
Volume titrasi 10,2 ml 10,2 ml
Volume Rata-rata = 10,2 ml (a)
Page 8
2. Titrasi Pembanding
Titrasi 1 Titrasi 2
Awal 0,0 ml 30,2 ml
akhir 8,2 ml 38,3 ml
Volume titrasi 8,2 ml 8,1 ml
Volume rata-rata =
8,2+8,12
=8 , 15 ml©
3. Titrasi Contoh Uji
Titrasi 1 Titrasi 2
Awal 15,9 ml 23,7 ml
akhir 23,8 ml 31,7 ml
Volume titrasi 7,9 ml 8,0 ml
Volume rata-rata =
7,9+8,02
=7 , 95 ml(b)
Angka aktivitas barium (BAN 13)
=a-ba-c
×100 %
=10 ,2−7 ,9510 ,2−8 ,15
×100 %
=110
7. Diskusi
- Selama praktikan mengerjakan pengujian ini, pengerjaan didasarkan pada sifat
penyerapan kapas yang sudah dimerser, dimerser lemah ataukah belum dimerser.
Proses merserisasi ini dapat meningkatkan daya serap, kilau dan kekuatan. Kapas
Page 9
dimerser bentuk penampang seratnya menjadi lebih bulat seperti silinder, puntirannya
hilang dan beberapa sifat kimianya dan fisikanya hilang atau berubah seperti daya
kilap, absorpsi dan kekuatan tariknya. Terjadinya penambahan penyerapan terhadap
zat – zat kimia dalam praktikum ini adalah larutan Ba(OH)2. Berdasarkan penyerapan
larutan Ba(OH)2 kedalam bahan serat kapas ini didapatkan kesimpulan apakah kapas
tersebut apakah sudah/ belum dimerser
- Pengujian ini menurut paraktikan sangat sesuai untuk serat kapas yang terbebas dari
zat – zat sisa pre-treatment, belum dicelup sampai belum ke proses pnyempurnaan,
karena zat – zat yang digunakan dalam proses-proses tersebut kemungkinan besar
dapat mengganggu jalannya pengujian angka aktivitas barium.
- Pengerjaan Titrasi Asidimetri yang dilakukan praktikan dengan menggunakan HCl
kemungkinan konsentrasinya tidak begitu diperhatikan sehingga larutan yang
digunakan sebagai standarisasi baku sekunder ini mempengaruhi hasil angka aktivitas
barium yang diperoleh.
- Selama penambahan barium hidroksida praktikan berusaha agar tidak terjadi kontak
langsung –CO2 dari udara akan membentuk barium karbonat yang selain
mempengaruhi konsentrasi barium hidroksida juga membentuk lapisan tipis yang
mengakibatkan kesalahan pengamatan praktikan.
Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O
Ba(OH)2 + 2 HCl + PP BaCL2 + 2H2O
8. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapat angka barium sebesar 110. Berarti kain contoh uji terserbut
telah mengalami proses merserisasi lemah.
9. Daftar Pustaka
Merdoko, Wibowo dkk. 1975. Evaluasi Tekstil (Bagian Kimia). Bandung: Institut
Teknologi Tekstil.
Rahayu, Hariyanti dkk. 2005. Pedoman Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil 1. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Page 10
PENGUJIAN BILANGAN TEMBAGA
CARA TROTMAN DAN CLIEBEN AND GEACKE
1. Maksud dan Tujuan
Agar praktikan mengetahui kerusakan serat selulosa ssecara kuantitatif dengan penetapan
bilangan tembaga. Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat menetapkan dan
menganalisa kerusakan serat selulosa menggunakan cara penetapan bilangan tembaga.
2. Teori Dasar
Bilangan Tembaga
Bilangan tembaga adalah jumlah tembaga yang direduksi dari kupri (Cu2+) menjadi
kupro (Cu+) oleh 100 g selulosa apabila dikerjakan dalam larutan fehling atau larutan
sejanisnya.
Pengujian dapat dilakukan dengan cara Trotman atau cara Clieben dan Geake. Cara
Trotman menggunakan alkali kuat sehingga pabila pengerjaannya kurang hati – hati, alkali
kuat dapat mengubah gugus pereduksi menjadi non – pereduksi , hal ini dapat
mengakibatkan nilai bilangan tembaga menjadi lebih kecil daris seharusnya.
Contoh uji hidrolisa dengan asam sulfat encer kemudian ditentukan angka
tembaganya (coper number) yaitu jumlah tembaga yang diendapkan oleh 100 gram
contoh uji apabila dididihkan didalam larutan fehling. Angka tembaga kapas merser akan
lebih tinggi dari kapas tidak dimerser. Mula-mula angka tembagacontoh uji sebelum
dihidrolisa ditentukan (a). kemudian ditentukan angka tembaga contoh uji yang telah
dihidrolisa dengan larutan 200 ml asam sulfat 5% selama 15 menit pada suhu didih (b).
angka hidrolisa yang betul setelah dikoreksi adalah (b – a).
Angka tembaga ditentukan menurut cara analisa kwantitatif fehling yang telah
dimodifikasi, dan untuk mendapatkan hasil yang dapat diandingkan, maka cara pengujian
yang digunakan harus sama.
Cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
- Larutan A = 100 gram CuSO4 5 H2O perliter.
- Larutan B = 50 gram NaHCO3 dan 350 gram Na2CO3 10 H2O perliter.
- Larutan C = 100 gram ferric alum (besi kalium aluminium sulfat) dan 140 ml H2SO4
pekat perliter.
Page 11
Jika larutan segera akan digunakan, maka 5 ml larutan A ditambahkan pada 95 ml
laruan B dan dididihkan. Kemudian larutan tersebut dimasukan kedalam gelas
erlenmeyer 100 ml yang berisi 2,5 gram kapas, diaduk dengan pengaduk kaca supaya
kapas merata dan udaranya hilang. Tabung ditutup, dan dimasukan hampir seluruhnya
kedalam penangas air dan dididihkan selama 3 jam. Kemudian disaring pada penyaring
kaca pasir, dicuci dengan larutan NaHCO3 encer, keudian dengan air panas. Larutan C
dimasukan kedalam penyaring tiga sampai empat kali, dan sisa kapas dicuci dengan
larutan asam sulfat 2 N dan filtratnya dititrasi dengan larutan KMnO4 0,04 N.
Titrasi juga dilakukan terhadap larutan C asli denga volume yang sama dengan
larutan C yang digunakan untuk pencucian sampai 0,1 ml.
Angka Tembaga = (ml KMnO 4 untuk titrasi contoh uji) – (ml titrasi blanko) 0,25 2,5
Perbedaan suhu 1,5 oC, dapat memberikan hasil angka tembaga yang bervariasi
antara 5 – 10%.
Apabila angka tembaga lebih besar dari 4, pengujian harus diulangi dengan hanya
menggunakan kapas 1 gram, karena jumlah tembaga dalam larutan uji tersebut tidak
cukup untuk mereduksi.
Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Trotman adalah :
2CuO Cu2O + H2O
NH4Fe(SO4) + H2O H2SO4 (NH4)2SO4 + Fe2(SO4)3
Fe2(SO4)3 FeSO4 + H2SO4 + O
O + Cu2O + H2SO4 CuSO4 + 2H2O
FeSO4 ~ Cu2o ~ KMnO4
FeSO4 Fe2+ + SO4-
Fe2+ Fe3+ + 1e-
Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Clieber and Geake adalah :
2CuO 2 H Cu2O + H2O
NH4Fe(SO4) + H2O H2SO4 (NH4)2SO4 + Fe2(SO4)3
Fe2(SO4)3 + H2O 2FeSO4 + H2SO4 + O
O + Cu2O +2H2SO4 2CuSO4 + 2H2O
FeSO4 ~ Cu2o ~ KMnO4
FeSO4 Fe2+ + SO4-
Fe2+ Fe3+ + 1e-
Page 12
Jenis Serat Bilangan Tembaga Fluiditas larutan 0,5 %
Kapas Murni < 1 1 – 2
Rayon Viskosa 0,8 – 1,5 8 – 14
Rayon Kupro 0,5 – 1,5 2,5 – 6
Rayon Asetat 2,8 – 3,2 53 – 54
Kerusakkan oleh zat
kimia
Asam 10% 0,3 10
Asam 30% 0,8 18
Asam 50% 1,4 27
Oksidasi 10% 0,5 10
Oksidasi 30% 2,0 20
Oksidasi 50% 4,2 27
Alkali 10% 0,2 10
Alkali 30% 0,5 20
Alkali 50% 1,8 27
Reaksi Ferric Alum dengan serat yang rusak
Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas
titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai
pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah
dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
Page 13
Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi
+2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi
menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 Volt
Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan
dioksida seperti reaksi berikut :
MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O Eo = 1,70 Volt
Dan dalam suasana basa atau [OH-] ≥ 0,1 N, ion permanganat akan mengalami
reduksi sebagai berikut: (Svehla, 1995)
MnO4- + e- MnO4
2- Eo = 0,56 Volt
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi:
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
3. Alat dan Pereaksi
Alat :
Erlenmeyer 250 mL
Piala gelas 100 mL
Pendingin refluks
Penyaring gocsh
Pompa vacum
Pereaksi :
Cara Trotman
Larutan Fehling A1 (70 g/L CuSO4)
Larutan Fehling B1 (140 g NaOH dan 346 g K.Na. tartrat dalam 1 L air)
Larutan ferric alum dalam asam sulfat pekat
Larutan H2SO4 2N
Page 14
KMnO4 0,1N
Cara Clieben dan Geacke
Larutan Fehling A2 (100 g/L CuSO4)
Larutan Fehling B2 (50 g NaHCO3 dan 350 g Na2CO3 dalam 1 liter air)
Larutan NaHCO3 20 g/L
Larutan H2SO4 2 N
4. Cara kerja
Cara Trotman
memotong contoh uji kira-kira 1 cm, kemudian menimbangnya sebanyak 1 gram.
Contoh uji tersebut dimasukkan kedalam erlenmeyar
Kemudian tambahkan 25 ml larutan fehling A1 dan 25 ml larutan fehling B1 dan 50
ml air, tambahkan batu didih.
Selanjutnya didihkan menggunakan pendingin refluks selam 15 menit (diukur dari
saat mendidih).
Setelah itu saring dengan menggunakan penyaring gosch, kemudian bilas
menggunakan air mendidih sampai bersih.
Setelah itu, memindahkan contoh uji kedalam piala gelas dan menambahkan 10 ml
larutan ferric alum – asam sulfat. Dilakukan 2 kali.
Pastikan warna merah pada contoh uji sudah hilang. apabila masih berwarna merah,
tambahkan lagi ferric alum dengan volume tepat, sampai warna merah hilang.
Menyiapkan penampung filtrat dalam keadaan bersih
menyaring contoh uji dengan penyaring gosch dan tampung filtratnya.
Cuci dengan 10 ml asam sulfat 2 N
Bilas dengan aquades sampai bersih
Menitar larutan filtrat dengan KMnO4 o,1 N.
Membuat titrasi blanko untuk larutan Ferric alum sesuai dengan volume yang
digunakan.
Cara Clieben dan Geacke
Memotong contoh uji dengan ukuran kira-kira 1 cm. Kemudian timbang teliti
sebanyak 1 gram.
Kemudian contoh uji masukkan kedalam erlenmeyer
Page 15
Kemudian tambahkan 5 ml larutan Fehling A2 dan 95 ml larutan Fehling B2,
tambahkan batu didih, kemudian aduk jangan sampai berbusa.
Selanjutnya mendidihkan contoh uji dengan menggunakan pendingin refluks selama 3
jam dihitung dari saat mendidih.
Menyaring contoh uji dengan penyaring gosch, kemudian bilas dengan menggunakan
NaHCO3 2% kemudian dengan air mendidih sampai bersih.
Memindahkan cotoh uji kedalam piala gelas dan menambahkan tepat 25 ml larutan
ferric alum - asam sulfat.
Pastikan warna merah pada contoh uji sudah hilang. apabila masih berwarna merah,
tambahkan lagi ferric alum dengan volume tepat, sampai warna merah hilang.
Menyiapkan penampung filtrat dalam keadaan bersih
menyaring contoh uji dengan penyaring gosch dan tampung filtratnya.
Cuci dengan 10 ml asam sulfat 2 N
Bilas dengan aquades sampai bersih
Menitar larutan filtrat dengan KMnO4 o,1 N.
Membuat titrasi blanko untuk larutan Ferric alum sesuai dengan volume yang
digunakan.
5. Data Percobaan
Cara Trotman
Bobot contoh uji 1 (BT 1) = 1,00 gram
Titrasi 1 Titrasi 2
Awal 5,7 ml 7,2 ml
Akhir 6,7 ml 8,6 ml
Volume titrasi 1,0 ml 1,4 ml
Volume rata-rata =1,0+1,4
2=1,2 ml
(a)
Volume Blanko = 0,2 ml (b)
Bilangan Tembaga=
( a−b )×N KMnO4×BA CU×100
Bobot CU
Page 16
=(1,2−0,2)×0,1×63,5×1001000
=0 ,635≈0,8
Rusak Oleh Asam 30%
Cara Clieben dan Geacke
Bobot contoh uji 1 = 1,00 gram
Titrasi 1 Titrasi 2
Awal 16,4 ml 15,7 ml
Akhir 17,0 ml 16,3 ml
Volume titrasi 0,6 ml 0,6 ml
Bilangan Tembaga=
( a−b )×N KMnO4×BA CU×100
Bobot CU
=( 0 ,60−0,2)×0,1×63,5×1001000
=0 ,254≈0,3
Rusak Oleh Asam 10%
6. Diskusi
Bilangan tembaga adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya gugus pereduksi
pada bahan. Untuk menguji bilangan tembaga ini dilakukan dengan dua cara yaitu cara
trotman dan cara clieben dan geake. Pada kedua cara ini sama – sama menggunakan
prinsip titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri digunakan untuk menetapkan
kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan menggunakan kalium
permanganat sebagai titran. Namun perbedaan dari kedua cara ini adalah pada larutan
Fehling B. Yaitu cara trotman menggunakan alkali kuat (NaOH)dan cara clieben dan
geake menggunakan alkali lemah (NaHCO3). Karena pada cara trotman menggunakan
alkali kuat, maka proses titrasi yang dilakukan harus cepat, untuk mencegah gugus
pereduksi (aldehid) berubah menjadi gugus non-pereduksi (karboksilat). Apabila hal ini
terjadi, maka nilai bilangan tembaga akan lebih kecil, karena gugus pereduksi yang
tertitar lebih sedikit pula.
Page 17
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penetapan bilangan tembaga ini adalah
proses titrasi harus dilakukan pada suhu kurang lebih 60oC. Apabila suhu titrasi lebih
tinggi akan membentuk endapan coklat MnO2 yang mengganggu. Sedangkan apabila
suhu titrasi lebih rendah atau dingin, maka reaksi yang berlangsung kan lama. Titik akhir
dari titrasi adalah pada saat larutan berubah jadi warna merah muda.
7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian bilangan tembaga dengan cara trotman dan geake, diketahui
bahwa contoh uji serat kapas rusak oleh asam 30%.
8. Daftar Pustaka
Rahayu, Haryanti, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia 1. Bandung :
STT TEKSTIL
Page 18
PENGUJIAN KEDEWASAAN SERAT KAPAS
1. Maksud dan Tujuan
Agar praktikan dapat mengetahui jumlah serat dewasa yang terdapat pada kain kapas,
atau membedakan antara penampang serat kapas dewasa dan muda.
2. Teori Dasar
Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan panjang dan kehalusan serat, kapas yang diperdagangkan digolongkan
dalam tiga kelompok yaitu:
1. Kapas serat panjang.
Termasuk dalam kelompok ini adalah serat kapas yang panjang, halus, kuat, berkilau,
dengan panjang stapel 1-1,5 inci, misalnya kapas mesir dan kapas sea island. Kapas
kelompok ini biasanya dipakia untuk benang dan kain yang sangat halus.
2. Kapas serat medium.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kapas medium yang lebih kasar dan lebih
pendek dengan panjang stapel 1,5-1 3/8 inci, misalnya kapas up land.
3. Kapas serat pendek.
termasuk dalam type ini adalah kapas-kapas yang pendek, kasar dan tidak berkilau
dengan panjang stapel 1 3/8 – 1 inci, misalanya kapas India, cina dan sebagian kecil
kapas timur tengah, eropa tenggara dan afrika selatan.
Kapas mentah berwarna putih kecoklatan, tiap serat merupakan sebuah sel yang
sewaktu tumbuh dari bijinya berupa pipa silinder yang berongga pada porosnya. Panjang
seratnya kira-kira 1000 kali tebalnya. Potongan melintangnya beraneka menurut
kedewasaan seratnya. Serat yang tidak dewasa berkecenderungan berbentuk u dengan
dinding serat yang sangat tipis, sedangkan serat dewasa lebih berbentuk bulat dengan
rongga poros yang sempit.
Serat kapas terdiri dari kutikula, dinding primer, dinding sekunder dan lubang
lumen. Kwalitas kapas bergantung pada panjang stapel, jumlah konvolusi dan kecerahan.
Kapas berstapel tinggi kira-kira memiliki 300 konvolusi setiap incinya, sedangkan serat
pendek hanya memiliki kurang dari 200 puntiran. Diameter serat kapas bervariasi dari
16-20 mikron.
Page 19
Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Dalam tiap-tiap buah
terdapat 20 biji kapas atau lebih. Serat mulai tumbuh pada saat tanaman berbunga dan
merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari epidermis atau selaput luar biji. Sel
membesar sampai diameter maksimum dan kemudian sel yang berbentuk silinder
tersebut tumbuh yang mencapai panjang maksimum. Pada saat itu serat merupakan sel
yang sangat panjang dengan dinding tipis yang menutup protoplesma dan inti. Pada saat
yang sama dengan tumbuhnya serat, tumbuh juga serat-serat yang sangat pendek dan
kasar yang disebut linter. Lima belas sampai delapan belas hari berikutnya mulai masa
pemde- wasaan serat, dimana dinding sel makin tebal dengan terbentuknya lapisan -
lapisan selulosa dibagian dalam dinding yang asli. Dinding yang asli disebut dinding
primer dan dinding yang menebal pada waktu pendewasaan disebut dinding sekunder.
Pertumbuhan dinding sekunder tersebut ber- berlangsung terus sampai hari ke 45 sampai
hari ke 75 atau satu dua hari sebelum buah terbuka.
Pada waktu serat dewasa, agar sel serat tetap bertahan dalam lapisan epidermis.
Serat selama pertumbuhan berbentuk silinder dan diameternya kurang lebih sama di
bagian tengah serat, agak membesar dibagian dasar dan mengecil kearah ujungnya.
Ketika buah kapas terbuka uap air yang ada di dalam menguap, sehingga serat tidak
berbentuk silinder lagi. Dalam proses pengeringan ini dinding serat mengerut,
lumennya menjadi lebih kecil dan lebih pipih dan terbentuk puntiran pada serat yang
disebut konvolusi. Arah puntiran baik arah S maupun arah Z dapat terjadi dalam satu
serat. Jumlah putiran berkisan antara 50 sampai 100 per inci bergantung pada jenis,
kondisi pertumbuhan dan pengeringan.
Page 20
Cotton fibers (Gossypium.sp.) konvolusi.
Kedewasaan Serat
Definisi
1. Kedewasaan adalah derajat pertumbuhan dinding serat.
2. Contoh uji adalah serat kapas yang telah disiapkan pada serangkaina kaca objek.
3. Serat dewasa adalah serat kapas yang didalam larutan NaOH menggelembung,
kehilangan puntiran dan nampak seperti bntuk batang. Tebal dindingnya ama atau
lebih besar dari ½ lebar lumennya.
4. Serat belum dewaa adalah serat kapas yang dalam larutan NaOH nampak
menggelembung namun masih berbentuk spiral, tetap pipih dan hamper tembus
pandang (transparan).
Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tabel tipisnya dinding sel. Serat makin
dewasa, dinding sel makin tebal.
Untuk menyatakan kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan antara
tebal dinding dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila tebel dinding lebih
besar dari lumennya.
Pada satu biji kapas terdapat banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari jumlah
serat kapas normal adalah serat-serat yang belum dewasa. Serat-serat yang elum dewasa
Page 21
adalah yang pertumbuhannya terhenti karena sesuatu sebab, misalnya kondisi
pertumbuhan yang jelek, letak buah pada tanaman kapas, dimana buah yang paling atas
tumbuh paling akhir, kerusakan serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat
membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan apabila
jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan jumlah limbah yang
besar.
Kapas yang belum dewasa dalam jumlah besar, dalam pengolahan juga akan
menimbulkan terjadinya nep, yaitu sejumlah serat kapas yang kusut menjadi satu
membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat diuraikan lagi dalam proses
pengolahan berikutnya. Adanya nep menghasilkan benang yang tidak rata dan terjdinya
bintik-bintik berwarna muda pada bahan yang telah dicelup.
Penggunaan dan kebenaran mengenai kedewasaan serat adalah :
1. Data mengenai jumlah (%) serat yangbelum dewasa diperlukan karena serat-serat
yang belum dewasa :
a. Mudah putus dalam pengolahan.
b. Mempunyai kecenderungan membentuk nep.
c. Memiliki kecenderungan membelit pada pecahan-pecahan kulit biji, batang, daun
dan kotoran-kotoran lain sehingga mempersulit pembersihan dan menambah
jumlah linbah.
d. Menurunkan mutu kenampakan benang.
e. Menyebabkan pencelupan benang.
2. Kedewasaan memiliki hubungan yang erat dengan kehalusan, tetapi hubungan
tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan tebal dinding serat yang disebabkan oleh
penyakit tanaman, keadaan tanah dan air selama pertumbuhan.
Dengan demikian dua macam serat kapas yang kehalusannya sama atau lebih tebal
dinding serat rata-ratanya sama seperti yang ditunjukan oleh alat-alat yang
menggunakan aliran udara, kedewasaan seratnya berbeda-beda. Jadi serat kapas
dengan variasi tebal dinding yang besar dapat mengandung serat yang belum dwasa
lebih banyak daripada serat yang variasi tebal dindingnya kecil walaupun memiliki
harga mikroner yang sama.
3. Cara penggelembungan dengan larutan NaOH ini lebih sesuai untuk pengujian rutin.
Page 22
4. Cara pengujian ini dapat digunakan sebagai pembanding terhadap pengujian-
pengujian kedewasaan serat kapas lainnya. Misalnya cara causticare dan cara
pencelupan.
3. Alat dan Bahan
Alat
mikroskop dengan lensa perbesaran 400 kali
cover glass dan slide glass
gabus, jarum, benang
Bahan
larutan NaOH 18%
lak merah
4. Cara Kerja
Penampang membujur
Mengambil serat kapas kemudian diratakan sejajar diatas kaca objek dengan
menggunakan jarum sehingga serat menjadi terbuka, lalu ditutup dengan cover glass
dan ditetesi dengan larutan NaOH 18%.
Mengamati penampang serat tersebut menggnbakan perbesaran 400 kali.
Menghitung serat dewasa dan muda dengan umlah minimal 100.
Penampang melintang
Mengambil serat kapas kemudian diratakan lalu diberi lak merah biarkan sampai
kering.
Menyiapkan jarum kemudian beri benang.
Menyiapkan gabus dan memasukkan jarum kedalam gabus, terik jarum sebagian
sampai terdapat lengkungan dan masukkan sekelompok serat yang sudah diberi lak
merah, tarik erlahan – lahan.
Mengiris serat yang terdapat digabus setipis mungkin dengan menggunakan cutter
atau silet simpan diatas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup tetesi dengan
NaOH 18%.
Mengamati penampang serat secara melintang, perbesaran sampai 400 kali.
Menghitung jumlah serat yang dewasa dan muda dengan jumlah minimal 100.
5. Evaluasi
Page 23
Bila jumlah serat dewasa :
70% = kapas dewasa / kaps baik
68 – 70% = kapas cukup
< 68% = kapas kurang / kapas muda
6. Data Percobaan
Contoh uji yang digunakan adalah KDW K
Penampang membujur Penampang melintang
Kapas dewasa Kapas muda Kapas dewasa Kapas muda
14
14
9
14
7
16
6
4
7
5
4
5
13
16
9
7
4
14
9
12
5
7
3
2
1
4
1
4
74 31 84 27
Melintang =
7431+74
×100%=70 , 5 %
Membujur =
8427+84
×100%=75 ,6 %
Rata-rata =
70 , 5+75 , 62
=73 ,05%
7. Diskusi
Praktikum yang dilakukan untuk menguji kedewasaan serat kapas, dilakukan
dengan menghitung jumlah perbandingan serat yang dewasa dan yang muda dari
penampang melintang dan membujur.
Untuk penamapang melintang, kapas dewasa akan terlihat lebih bulat, dan tebal
dinding sekundernya sama dengan atau lebih tebal dari tebal lumennya. Semakin tebal
dinding sekunder dari serat, maka semakin tua atau dewasa serat tersebut. Sebaliknya
Page 24
untuk serat yang muda, diding sekunsernya akan terlihat lebih tipis dari tebal
lumennya.Pada pengujian penampang membujur, serat yang tua akan terlihat lebih
menggelembung dan pada serat yang muda kan terlihat adanya pilinan yang jelas.
Dari pengujian yang dilakukan, perbandingan antara serat dewasa dan muda tidak
terlalu jauh, apalagi pada bagian tertentu yang diuji, perbandingan antara serat dewas dan
muda hampir sama. Sehingga ini akan mempengaruhi komposisi kain dilihat dari
kedewasaan seratnya.
8. Kesimpulan
Dari hasil menghitung serat dewasa pada contoh uji, contoh uji tersebut termasuk pada
serta dewasa.
9. Daftar Pustaka
Merdoko, Wibowo dkk. 1975. Evaluasi Tekstil (Bagian Kimia). Bandung: Institut
Teknologi Tekstil .
Rahayu, Hariyanti dkk. 2005. Pedoman Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil 1. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeprojo, P dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.