BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UNICEF dan WHO, pneumonia merupakan salah satu major forgotten killer of children (pembunuh anak utama yang terlupakan). Diperkirakan lebih dari 2 juta anak balita meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru akut setiap tahunnya dan ini merupakan lebih dari 1/5 bagian dari 9 juta anak balita yang meninggal setiap tahunnya. Angka ini melebihi angka kematian akibat AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya. (1) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 44/1000 kelahiran hidup. Jika kita melihat kebelakang, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 46/10000 kelahiran hidup. Dari pernyataan diatas maka telah terjadi penurunan angka kematian dalam kurun waktu 5 tahun walaupun penurunannya sangat kecil, namun hal tersebut masih cukup jauh dari salah satu diantara delapan target atau Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MGDs) yang sedang diupayakan oleh pemerintah Indonesia yaitu MDG ke-4 tentang 1
PREVALENSI ANGKA KEJADIAN BALITA DENGAN MASALAH KESEHATAN PARU/ISPA ATAU PNEUMONIA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UNICEF dan WHO, pneumonia merupakan salah satu major
forgotten killer of children (pembunuh anak utama yang terlupakan). Diperkirakan
lebih dari 2 juta anak balita meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru
akut setiap tahunnya dan ini merupakan lebih dari 1/5 bagian dari 9 juta anak
balita yang meninggal setiap tahunnya. Angka ini melebihi angka kematian akibat
AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya.(1)
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 44/1000 kelahiran
hidup. Jika kita melihat kebelakang, hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita
(AKBAL) adalah 46/10000 kelahiran hidup. Dari pernyataan diatas maka telah
terjadi penurunan angka kematian dalam kurun waktu 5 tahun walaupun
penurunannya sangat kecil, namun hal tersebut masih cukup jauh dari salah satu
diantara delapan target atau Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium
Development Goals (MGDs) yang sedang diupayakan oleh pemerintah Indonesia
yaitu MDG ke-4 tentang menurunkan angka kematian anak. Dalam program
tersebut target yang ingin dicapai pemerintah Indonesia pada tahun 2015 adalah
Angka Kematian Balita (AKBAL) sebanyak 32/1000 kelahiran hidup.(2)
Salah satu penyebab kematian terbesar pada Balita menurut Riskesdas
2007 adalah pneumonnia sebesar 15,5% yang menduduki peringkat ke-2 setelah
diare.Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi bakteri, virus, jamur dan benda asing.Oleh karena itu, supaya
angka kematian balita bisa terus diturunkan sehingga target MDG ke-4 bisa
tercapai maka penyebabnya harus dihilangkan. Untuk menghilangkan penyebab
tersebut diperlukan kerjasama dan kinerja yang baik antara unit-unit fungsional
1
kesehatan mulai dari yang cakupan wilayah kerjanya kecil sampai besar.
Puskesmas merupakan unit fungsional yang cakupan wilayah kerjanya kecil dan
merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan di Indonesia karena
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok menyeluruh dan terpadu.Oleh karena itu
kinerja Puskesmas haruslah baik.(2)
Kinerja Puskesmas diukur dari tingkat keberhasilannya dengan
membandingkan kegiatan yang ada di Puskesmas dengan target yang ditetapkan
dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satu bagian penilaian yang ada di
SPM adalah cakupan balita dengan pneumonia yang ditenukan atau ditangani
sesuai standar dengan target yang harus tercapai adalah 100%. Adapun sasaran
balita dengan pneumonia yang harus ditemukan atau ditangani sesuai standar
menurut SPM adalah 5,12% x 10 % x jumlah penduduk.
Di Puskesmas Tempuran, berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bulan Januari sampai dengan Februari 2012 didapatkan cakupan
Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar masih
jauh dibawah target yaitu 32.34%. Penulis melakukan evaluasi dengan cakupan
Puskesmas Tempuran karena kemudahan akses dan keterbatasan waktu yang
dimiliki.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan Program P2 ISPA cakupan balita dengan
pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di Puskesmas
Tempuran pada bulan Januari-Februari 2012 belum memenuhi target?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah jika disesuaikan dengan
penyebab permasalahan?
3. Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahlan permasalahan
tersebut?
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis penyebab serta menyusun
rencana tidak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya target program P2
ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai
standar di Puskesmas Tempuran selama periode Januari-Februari 2012.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani
sesuai standar di Puskesmas Tempuran selama periode Januari-Februari 2012.
2. Mengidentifikasi penyebab belum tercapainya targer P2 ISPA cakupan balita
dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani sesuai standar di Puskesmas
Tempuran periode Januari-Februari 2012.
3. Mampu menganalisis penyebab masalah yang telah diidentifikasi.
4. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.
5. Mampu menyusun rencana tindak lanjut atau Plan Of Action dari alternatif
pemecahan masalah yang ditemukan.
D. Batasan Pengkajian
1. Batasan Judul
Laporan kegiatan dengan judul “EVALUASI PROGRAM P2 ISPA
CAKUPAN BALITA DENGAN PNEUMONIA YANG DITEMUKAN ATAU
DITANGANI SESUAI STANDAR DAN RENCANA TINDAK LANJUTNYA
DI PUSKESMAS TEMPURAN PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2012”
mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut :
a. Evaluasi
Adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-
solusi atas permasalahan yang ditemukan.
3
b. Program P2 ISPA
Adalah salah satu program yang ada di Puskesmas tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Infeksi Salauran Pernafasan Akut.
c. Cakupan
Adalah jumlah kasus pneumonia pada balita yang ditemukan sesuai
standar dibandingkan dengan perkiraan kasus pneumoni yaitu 5,12% x
10% x jumlah penduduk
d. Balita
Adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (Batita) dan anak usia 3-5
tahun (prasekolah).
e. Pneumonia
Adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etilogi
seprti bakteri, virus, jamur dan benda asing
f. Ditemukan atau Ditangani Sesuai standar
Adalah penemuan atau penanganan suatu masalah atau penyakit sesuai
dengan standar operasional prosedur yang ada
g. Rencana Tindak Lanjut
Adalah rancangan, konsep atau program untuk menindak lanjuti suatu
masalah
h. Puskesmas Tempuran
Puskesmas yang beroperasi di kecamatan Tempuran
i. Kabupaten Magelang
Adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah
j. Periode Januari-Februari 2012
Kurun waktu selama dua bulan yang dimulai dari bulan Januari 2012
hingga Februari 2012
2. Batasan Operasional
a. Periode kegiatan yang berlangsung dalam kurun dua bulan yang dimulai
dari bulan Januari 2012 hingga Februari 2012
4
b. Sasaran adalah perkiraan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas
Tempuran (5,12% x 10% x jumlah penduduk)
c. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan anatara jumlah balita
dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar dengan
jumlah perkiraan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Tempuran
Kabupaten Magelang (5,12% x 10% x jumlah penduduk)
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup lokasi : Puskesmas Tempuran, Kabupaten Magelang
b. Lingkup waktu : Januari 2012 sampai Februari 2012
c. Lingkup sasaran : Perkiraan kasus pneumonia pada balita yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran (5,12% x 10% x jumlah penduduk)
d. Lingkup metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan
4.Batasan Masalah
Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pemahaman agar lebih
terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam hal
ini hanya dibatasi menegenai tinjauan belum tercapainya target cakupan balita
dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di Puskesmas
Tempuran Kabupaten Magelang periode Januari 2012-Februari 2012.
E.Manfaat
1. Bagi Mahasiswa :
a. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat
b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ada
c. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Pneumonia khususnya pada
balita
5
2. Bagi Puskesmas :
a. Memberikan informasi mengenai kemungkinan penyebab rendahnya
cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai
standar di Puskesmas Tempuran
b. Sebagai bahan evaluasi perencanaan kegiatan Puskesmas untuk Program
P2 ISPA
3. Bagi Masyarakat :
Masyarakat khususnya yang mempunyai balita diharapkan dapat lebih
mengetahui tentang penyakit pneumonia dan bahaya penyakit tersebut bila tidak
ditangani secara baik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA
A. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit
saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian. Penyebab
P neumonia adalah infeksi bakteri,virus maupun jamur. Pneumonia
mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan.Akibatnya kemampuan
paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen
membuat selsel tidak bisa bekerja.(9)
B. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian
bawah, bunyi nafas (stridor)
1. Pneumonia
Batuk, demam lebih dari 380C disertai sesak nafas.Frekuensi nafas lebih
dari 40x/menit,ada tarikan dinding dada bagian bawah.Pada auskultasi
didapati bunyi stridor pada paru.(3)
2. Non Pneumonia
Bila bayi dan Balita batuk,demam 380C tidak disertai nafas cepat lebih
dari40x/menit,tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
bunyi stridor pada paru.(3)
Tabel1. Frekuensi Nafas Sesuai Umur
No Umur NafasNormal NafasCepat (takepnea)
1 0 – 2 bulan 30 – 50 x / menit 60 x / menit
2 2 – 12 bulan 25 – 40 x / menit 50 x / menit
3 1 – 5 tahun 20 – 30 x / menit 40 / menit
(Sumber:PedomanPerhitunganFrekuensiNafas)(3)
7
C. Tanda dan Gejala Pneumonia
Gejala penyakit Pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari.Selain didapatkan demam,menggigil, suhu tubuh meningkat sampai
400C,sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental,terkadang berwarna kuning
kehijauan.
Gejala dan tanda lainnya:
Batuk berdahak, nyeri dada (saat menarik nafas dalam atau terbatuk), demam,retraksi
2 Apakah anda mengetahui gejala-gejala tersebut? 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 Apakah menurut anda jika balita anda mengalami sesak
napas dan panas tinggi itu berbahaya?1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 Apakah anda pernah mendapatkan penjelasan atau penyuluhan mengenai penyakit tersebut?
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Apakah anda membawa balita anda ke pelayanan kesehatan jika mengalami hal tersebut
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0. Jawaban yang tidak diharapkan1. Jawaban yang diharapkan
Pengetahuan baik : 3-5
Pengetahuan kurang : 1-2
Dari hasil survey didapatkan seluruh responden (10 orang) memikili pengetahuan kurang.
Perilaku
NO Pertanyaaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Apakah anda selau membawa anak anda ke Posyandu? 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Apakah anda tidak menggunakan kayu bakar untuk
memasak?0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
3 Apakah terdapat lubang pembuangan asap di dapur anda? 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Apakah anda membuka jendela minimal 1 jam sehari 0 0 0 1 1 1 1 1 0 05 Apakah tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
kebiasaan merokok?0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Apakah balita anda mendapatkan ASI ekslusif saat berusia 0-6 bulan?
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 Apakah anak anda mendapatkan imunisasi sesuai usianya?
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0. Jawaban yang tidak diharapkan1. Jawaban yang diharapkan
Perilaku baik : 4-7
Perilaku buruk : 1-3
Dari hasil survey menunjukkan 8 responden berperilaku baik
C. Kesimpulan Hasil Kuesioner
Dari hasil kuesioner terhadap 10 responden didapatkan bahwa 10 responden (100%)
yang membawa balitanya ke Puskesmas jika sakit. Dari 10 responden seluruhnya tidak
33
mengetahui Pneumonia dan gejalanya (100%). Dari 10 responden seluruhnya tidak
pernah mendapatkan penjelasan/ penyuluhan dari puskesmas mengenai pneumonia. Hal
ini memunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pneumonia dan
rendahnya angka kunjungan balita ke Puskesmas.
BAB VII
PEMBAHASAN
A. Analisa Penyebab Masalah
Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab dari kurangnya balita
dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar. Masalah tersebut dapat
disebabkan oleh input, lingkungan dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man,
Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1
(perencanaan), P2 (pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan
penilaian).
Tabel 12. Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN - Sumber daya manusia yang ada
di program P2 ISPA terdiri dari
dokter, perawat dan bidan
- terdapat kordinator P2 ISPA
1.Yang melakukan
pemeriksaan awal tidak
selalu dokter, namun
terkadang perawat yang
34
belum mendapatkan
pelatihan mengenai
pneumonia
2.Petugas termasuk
koordinator program P2
ISPA belum pernah
mendapatkan pelatihan
khusus pneumonia
MONEY - Dana tersedia dari Puskesmas
untuk Operasional
- Dana Pelaksanaan Posyandu dari
Masyarakat
3.Tidak terdapat dana
khusus untuk P2 ISPA
METHOD - Pasien Balita dibawa ke ruangan
MTBS dan akan diperiksa oleh
bidan
-terdapatnya SOP mengenai
pneumonia
4. belum maksimalnya
penggunaan SOP di MTBS
MATERIAL - Tersedia 74 buah Posyandu di
15 desa yang termasuk ke dalam
wilayah kerja Puskesmas
Tempuran
- Puskesmas mempunyai ruangan
khusus yaitu ruangan manajemen
terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
balai pengobatan umum untuk
penangan balita pneumonia
MACHINE -Terdapat Stetoskop,thermometer,
ARI Timer
- Tersedia obat-obatan termasuk
antibiotik yang dibutuhkan untuk
pengobatan pneumonia
5.Tidak terdapat buku
pedoman khusus mengenai
penyakit dan program
pneumonia
35
-Terdapat SOP di buku paduan
MTBS 6. Tidak terdapat poster dan
brosur tentang pneumonia
untuk masyarakat
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan)
- Setiap bulan selalu dilakukan
penyusunan rencana untuk
kegiatan berikutnya
7. Belum ada perencanaan
untuk penyuluhan dan
pembuatan poster dan
brosur tentang pneumonia
P2
(Penggerakan
,Pelaksanaan)
- Pelaksanaan program P2 ISPA
dipuskesmas dilakukan setiap hari
di MTBS dan dibalai pengobatan
umum
- Posyandu dilakukan setiap bulan
8. Dalam pelaksanaan
program petugas di MTBS
kurang maksimal dalam
penggunaan SOP
P3
(Penilaian,
pengawasan,
Pengendalian)
- Kepala puskesmas melakukan
pengawasan langsung melalui
laporan bulan yang diberikan oleh
koordinator program
- Dilakukan evaluasi terhadap
data pasien pneumonia yang ada
di SIMPUS
9.Tidak pernah dilakukan
pencatatan dan pelaporan
kasus balita dengan
pneumonia dari pelayanan
kesehatan lain seperti RSU,
dan praktek dokter swasta
yang termasuk wilayah
kerja Puskesmas Tempuran
Lingkungan - Sarana transportasi untuk
menjangkau puskesmas relatif
mudah dan jarak tidak begitu
jauh (< 1 Km)
10. Mayoritas warga desa
belum mengetahui tentang
penyakit pneumonia
11.Sebagian warga di desa
kurang memiliki kesadaran
untuk berobat ke puskesmas
36
B. Daftar Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Sistem
1. Petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter,terkadang
perawat yang belum mendapatkan pelatihan khusus mengenai pneumonia
2. Petugas termasuk koordinator program P2 ISPA belum pernah
Mendapatkan pelatihan.
3. Tidak terdapat alokasi dana khusus untuk Program P2 ISPA
4. Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS
5. Tidak terdapat buku pedoman mengenai penyakit dan program pneumonia
6. Tidak terdapat poster dan brosur tentang pneumonia untuk masyarakat
7. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan,pembuatan poster dan brosur tentang
pneumonia
8. Dalam pelaksanaan program, petugas di MTBS bekerja tanpa pedoman SOP
9. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan
pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta
yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tempuran
10. Mayoritas warga desa belum mengetahui tentang penyakit pneumonia
11. Sebagian warga di desa kurang memiliki kesadaran untuk berobat di puskesmas
C. Konfirmasi Penyebab Masalah yang Paling Mungkin
Setelah dilakukan konfirmasi dengan teknik wawancara kepada koordinator P2M,
pengelola P2 ISPA Puskesmas Tempuran dan bidan Desa, maka didapatkan penyebab
masalah yang paling mungkin adalah sebagai berikut :
1. Petugas kesehatan termasuk koordinator program P2 ISPA belum pernah
mendapatkan pelatihan
2. Petugas yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter,namun terkadang
perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai pneumonia
3. Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS
37
4. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan
pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta
yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tempuran
38
P2Belum maksimalnya penggunaan SOP di
MTBS
P3 Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain
MethodBelum maksimalnya penggunaan
SOP di MTBS
INPUT
LingkunganMayoritas warga desa belum
mengetahutentang pneumoniaSebagian warga desa kurang
memiliki kesadaran untuk berobat di puskesmas
ManPetugas termasuk kordinator program P2 ISPA belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai pneumonia
MachineTidak terdapat buku pedoman khusus
mengenai pneumoniaTiak terdapat poster dan brosur tentang
pneumonia
Cakupan Balita dengan
Pneumonia yang ditemukan/ditan
gani sesuai standar Di puskesmas
Tempuran 32.34 % dari target
100%
Gambar 10. Diagram Fish Bone 39
D. Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 13.Alternatif Pemecahan Masalah
PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
1.Petugas kesehatan termasuk
koordinator program P2 ISPA belum
pernah mendapatkan pelatihan
Memberikan pelatihan bagi petugas
kesehatan program P2 ISPA
2. Petugas yang melakukan
pemeriksaan awal tidak selalu
dokter,namun terkadang perawat
yang belum mendapatkan pelatihan
kesehatan tentang pneumonia
Memberikan pelatihan bagi petugas
kesehatan tentang pneumonia dan
penangannya
3.Belum maksimalnya penggunaan
SOP di MTBS
Melakukan penyegaran kembali
penggunaan SOP kepada petugas
kesehatan di MTBS
4.Tidak pernah dilakukan pencatatan
dan pelaporan kasus balita dengan
pneumonia dari pelayanan kesehatan
lain seperti RSU, dan praktek dokter
swasta yang termasuk wilayah kerja
Puskesmas Tempuran
Melakukan pencatatan dan pelaporan
tentang kasus balita dengan
pneumonia yang ditangani di
pelayanan kesehatan selain
Puskesmas Tempuran namun masih di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran
40
E. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 14. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
1.Petugas kesehatan termasuk
koordinator program P2 ISPA belum
pernah mendapatkan pelatihan
1.Memberikan pelatihan bagi petugas
kesehatan program P2 ISPA tentang
pneumonia dan mensosialisasikan
penggunaan SOP
2. Petugas yang melakukan
pemeriksaan awal tidak selalu
dokter,namun terkadang perawat
yang belum mendapatkan pelatihan
kesehatan tentang pneumonia
3.Belum maksimalnya penggunaan
SOP di MTBS
4.Tidak pernah dilakukan pencatatan
dan pelaporan kasus balita dengan
pneumonia dari pelayanan kesehatan
lain seperti RSU, dan praktek dokter
swasta yang termasuk wilayah kerja
Puskesmas Tempuran
2.Melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang kasus balita dengan
pneumonia yang ditangani di
pelayanan kesehatan selain
Puskesmas Tempuran namun masih di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran
F. Pemecahan Masalah Terpilih
1) Memberikan pelatihan dan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang
pneumonia dan penanganannya dan mensosialisasikan penggunaan SOP
2) Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang
ditangani di pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran namun masih di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
41
G. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode matriks. Penentuanpemecahan
masalah dengan kriteria matriks menggunakan rumus :M . I .V
C
1. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
a. Magnitude (M) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.
b. Importancy (I) : Pentingnya cara penyelesaian masalah.
c. Vulnerability (V) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah.
2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c) diberi
nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.
Skor :
Tabel 15.
Penentuan Prioritas
Pemecahan Masalah
Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria Nilai akhirUrutan
M I V C (MxIxV/C)1.Memberikan pelatihan bagi
petugas kesehatan program P2 ISPA
tentang pneumonia dan
penanganannya dan
3 4 3 3 12 I
42
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah
2 = Kurang magnitude 2 = Kurang
penting
2 = Kurang sensitif 2 = Murah
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = Kurang Murah
5 = Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = Tidak murah
mensosialisasikan penggunaan SOP
4.Melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang kasus balita
dengan pneumonia yang ditangani di
pelayanan kesehatan selain
Puskesmas Tempuran namun masih
di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran
3 3 2 3 6 II
Urutan prioritas masalah setelah dilakukan perhitungan dengan metode matrix
terdapat urutan skala prioritas penyelesaian masalah, yaitu :
1. Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang pneumonia
dan penanganannya serta mensosialisakian penggunaan SOP
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang
ditangani di pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran namun masih di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran
43
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 16
No. Kegiatan Tujuan Waktu Lokasi Pendanaan Sasaran Pelaksana Metode Tolok Ukur1. Memberikan
pelatihan bagi
petugas
kesehatan
program P2 ISPA
tentang
pneumonia dan
penanganannya
serta
mensosialisasikan
penggunaan SOP
Agar petugas kesehatan terampil dalam mengenali dan menangani pneumonia
1 tahun sekali Puskesmas BOK Bidan dan perawat
Dokter fungsional
Pelatihan dan tanya jawab
Petugas kesehatan terampil dalam mengenali dan menangani pneumonia, serta menggunakan SOP dalam menangani pneumonia
2. Melakukan
pencatatan dan
pelaporan tentang
kasus balita
dengan
pneumonia yang
ditangani di
pelayanan
kesehatan selain
Puskesmas
Tempuran namun
Agar terdapat angka yang pasti mengenai balita yang ditangani/ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Tempuram
1 bulan sekali Puskesmas RS,praktek dokter swasta, balai pengobatan
Kordinator program P2 ISPA
Pendataan Terkumpul data balita yang ditemukan/ditangani di wilayah kerja Puskesmas Tempuran
44
masih di wilayah
kerja Puskesmas
Tempuran
F. Gann Chart
No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
45
1.
Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan
program P2 ISPA tentang pneumonia dan
penanganannya serta mensosialisasikan
penggunaan SOP
2.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus
balita dengan pneumonia yang ditangani di
pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran
namun masih di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran
No. KegiatanSeptember Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan
program P2 ISPA tentang pneumonia dan
penanganannya serta mensosialisasikan
penggunaan SOP
2.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus
balita dengan pneumonia yang ditangani di
pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran
namun masih di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran
46
47
48
BAB VIII
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dibuat analisis penyebab masalah kemudian dilanjutkan konfirmasi masalah
yang paling mungkin, maka diketahui penyebab rendahnya cakupan balita dengan pneumonia
yang ditemukan atau ditanagani sesuai standar adalah petugas kesehatan termasuk
koordinator program P2 ISPA belum pernah mendapatkan pelatihan, petugas yang melakukan
pemeriksaan awal tidak selalu dokter,terkadang perawat yang belum pernah mendapatkan
pelatihan tentang pneumonia, belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS, tidak pernah
dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan
lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta yang termasuk wilayah kerja Puskesmas
Tempuran.
Kemudian dilanjutkan dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan kriteria
matrix, maka ditemukan prioritas pemecahan masalah yaitu, Memberikan pelatihan bagi
petugas kesehatan program P2 ISPA tentang pneumonia dan penanganannya, dan melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang ditangani di
pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran namun masih di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran.
B. Saran
1. Kepada Pihak Puskesmas Tempuran
a. Pihak Puskesmas Tempuran diharapkan meningkatkan koordinasi dengan
pelayanan kesehatan selain Posyandu yang ada diwilayah kerjanya, untuk
mendapatkan pelaporan kasus Pneumonia pada balita yang ditangani di luar
Puskesmas.
b. Penjelasan kepada masyarakat mengenai waktu, jenis dan sistem pembayaran
dengan jamkesmas
2. Kepada Masyarakat desa
a. Selalu membawa balitanya ke Posyandu sesuai jadwal setiap bulan.
b. Segera memeriksakan balitanya jika sakit ke Puskesmas terdekat.
c. Selalu membiasakan diri untuk hidup bersih dan menjaga kesehatan.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Pada World Pneumonia Day (Hari Pneumonia
Dunia) 2009. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Diunduh Pada Tanggal 8
April 2012. Diperoleh Dari : www.idai.co.id/kegiatanidai.asp
2. Wijaya Awi Muliadi. MDG 4, Angka Kematian Bayi Dan Angka Kematian Balita. 2009.