Top Banner

of 21

Bali presentasi

Oct 05, 2015

Download

Documents

sharing
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BALI

Deni prasetyo( 130114885 )Muhammad ridwan ash shidiqi( 130114935 )SEJARAH TEORI ARSITEKTUR 2BALIJENIS BANGUNAN TEMPAT TINGGAL MENURUT TIPOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALILETAK dan KEADAAN ALAMATereletak antara 7 54 dan 8 3 Lintang selatan, antara 114 25 dan 115 3 Bujur timurTemperatur rata-rata 26 C. Perbedaan temperatur pantai dan pegunungan berkisar sekitar 5 CCurah hujan sekitar 1500 mm di daerah pantai dan sekitar 2000 mm di pegunungan dalam setahun

Sumber : id.e-dini.comBATAS WILAYAHUtara: Laut Bali Selatan: Samudera IndonesiaBarat: Provinsi Jawa TimurTimur: Provinsi Nusa Tenggara Barat

KEPENDUDUKANPenduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa lebih, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan dan Katolik.

Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata

Sumber : http://bali.panduanwisata.id/MATA PENCAHARIANMayoritas penduduk Bali hidup dari sektor parwisata, dan sisanya dari sektor pertanian dan perikanan. Yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistem Subak, yaitu sistem terasering khas Bali yang sangat indah. Sebagian penduduk Bali juga memilih menjadi seniman

Sumber : nationalgeographic.co.idKASTASistem kasta Bali adalah suatu sistem organisasi sosial yang mirip dengan sistem kasta India. Akan tetapi, sistem kasta India jauh lebih rumit daripada Bali, dan hanya ada empat kasta dalam sistem kasta BaliSudra (Petani), berjumlah sekitar 90 % dari populasi BaliWesias (Waisya), kasta pedagang dan pegawai pemerintahanSatria (Kshatriya), kasta prajurit, juga mencakup bangsawan dan rajaBrahmana, pendetaARSITEKTUR BALIArsitektur Tradisional Bali memiliki sangat banyak aturan, tatanan adat dan filosofi agama yang mesti dipahami dan dianut oleh seorang arsitek tradisional (disebut Undagi). Karena itu, seorang Undagi pada dasamya adalah manusia utama yang mampu memahami seni, komposisi, proporsi, teknis, rasa ruang, filosofi agama, aturan adat (awig- wig) dan bahkan sepatutnya memahami puja mantra karena sang Undagi juga berhak melakukan prosesi keagamaan saat memulai pekerjaan (upacara Ngeruak Karang), masa pelaksanaan hingga peresmian bangunan (upacara Pamelaspas). Dalam mewujudkan rancangannya, sang Undagi dibantu oleh tenaga pelaksana yang ahli dibidangnya seperti tukang batu, kayu, struktur dan ukir yang disebut Sangging.ASTA KOSALA KOSALISetiap unsur arsitektur orang Bali diatur oleh serangkaian rumus terinci yg berhubungan dengan ukuran, letak, dan penjajaran jenis bangunan secara tepat. Dalam asta kosala-kosali disebutkan bahwa aturan-aturan pembuatan sebuah rumah harus mengikuti aturan aturan anatomi tubuh sang empunya pemilik Rumah dengan dibantu sang undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai kewenangan membantu membangun rumah atau pura. Dalam asta kosala-kosali terdapat ukuran-ukuran atau dimensi yang didasarkan jari-jari si pemilik rumah yang akan menempati rumah tersebut.MASYARAKAT BALI MENGENAL DUA JENIS SKALA PADA ARSITEKTUR TRADISIONALNYAA.SKALA HORISONTAL PADA KAMPUNG (NISTA, MADYA, UTAMA)

B.SKALA VERTIKAL PADA RUMAH TINGGAL (KEPALA, BADAN, KAKI)SKALA HORIZONTAL

SKALA VERTIKAL

KepalaBadanKakiJENIS BANGUNAN TEMPAT TINGGAL MENURUT TIPOLOGI ARSITEKUR TRADISIONAL BALIASTASARIDiklasifikasikan sebagai bangunan utama dalam fungsinya sebagainya sanggah. Fungsinya untuk Bale Sumanggen (bangunan tempat upacara adat, tamu dan tempat bekerja serbaguna) . Bentuk bangunan segi empat panjang dengan luas bangunan sekitar 4m X 5m, tinggi lainya sekitar 0,60 m dengan tiga atau empat anak tangga kearah natah. Dinding sebelah timur dan selatan tertutup penuh, setengah tinngi pada sisi barat, dan pada sisi utara terbuka kearah natah.TIANGSANGABangunan utama di perumahan utama. Bentuk dan fungsi bangunan serupa dangan astasari, hanya saja jumlah tiangnya lebih banyak yaitu sembilan. Penutup atap limasan dengan puncak dedeleg, penutup dengan dengan alang-alang. Fungsinya utama bangunan ini adalah untuk Sumanggeng tetapi dapat juga digunakan sebagai ruang tidur dengan tembok di tengah sebagai pemisah antara ruang tidur dan ruang duduk.

SAKARORASBentuk bangunan bujur sangkar dengan kontruksi atap limasan berpuncak satu dengan jumlah tiang dua belas. Bangunan sakaroras juga disebut juga Bale Murdha apabila hanya satu balai-balai yang mengikat empat tiang dibagian tengah, disebut gunung rata apabila difungsikan sebagai bale meten (ruang tidur) dengan dedeleg sebagai puncak atap.Penyelesaian detail kontruksi bangunan sakaroras, Tiangsanga dan Astari dihias dengan ornamen-ornamaen dekoratif. Tiang-tiang dihias dengan kekupaken paduraksa tagok, caping, ulur lelengisan ataupun diukir. Puncak atap bagian dalam ruangan dengan petaka atau dedeleg juga dihiasi dengan lelengisan ataupun ukiran sendi tugeh pepindahan Garuda Wisnu atau Singa Ambara Raja.

SAKUTUSDiklasifikasikan sebagai bangunan tunggaldengan fungsi tunggal sebagai ruang tidur yang disebut bale meten. Bentuk bangunan persegi panjang dengan delapan tiang, yang dirangakai menjadi empat-empat. Kontruksi atap dengan system kampiyah bukan limas an difungsikan untuk sirkulasi udara selain udara yang datang melalui celah antara atap dan kepala tembok.Dalam variasinya sakutus diberi atap tonjolan di atas depan pintu. Lantai dari sakutus lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk estetika.

SAKENEMBangunan yang termasuk perumahan tergolong sederhana bila bahan dan penyelesaian sederhana. Dapat pula digolongkan madia bila ditinjau dari penyelesaian untuk sakenem yang dibangun dengan bahan dan cara madia.

SAKEPATBangunan Sakepat dilihat dari luas ruang tergolong bangunan sederhana luasnya sekitar 3,00 m x 2,50. Bertiang 4 denah segiempat. Satu balai-balai mengikat tiang. Atap dengan konstruksi kampiah atau limasan.Variasi, dapat ditambah dengan satu tiang parba, satu atau dua tiang pandak. Dapat pula tanpa balai-balai dalam fungsinya untuk balai patok atau fungsi lain yang tidak memerlukan adanya balai-balai. Konstrusinya cecanggahan, sunduk atau canggah wang.

KESIMPULANDAFTAR PUSTAKABudiharjo, Eko. 1991. Architectural Conservation in Bali. Gadjah Mada University Press : YogyakartaAgung, A.A. Gede Putra Drs. DKK. 1981. Arsitektur Tradisional Daerah Bali