LAPORAN TAHUNAN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT Penanggung Jawab : Dr. Ir. Hardiyanto, MSc Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Tim Penyusun : Ir. Ismon L., MSi. Ir. Aguswarman Dr. Ir. Abdul Aziz Syarif, MS Ir. Syahrial Abdullah, MS Ir. Azwir K., MSi. Ir. Artuti AM, MS Yunasri, SP Widia Siska, SP Via Yulianti, SP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2013
131
Embed
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARATsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Laporan-Tahun... · 2019-07-08 · Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 i KATA PENGANTAR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN TAHUNAN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Hardiyanto, MSc
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
Tim Penyusun : Ir. Ismon L., MSi. Ir. Aguswarman Dr. Ir. Abdul Aziz Syarif, MS Ir. Syahrial Abdullah, MS Ir. Azwir K., MSi. Ir. Artuti AM, MS Yunasri, SP Widia Siska, SP Via Yulianti, SP
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2013
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas terselesaikannya laporan tahunan ini. Laporan Tahunan ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas, fungsi, dan mandat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Barat (BPTP Sumbar) selama tahun 2012. Laporan Tahunan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai acuan atau dasar pertimbangan dan referensi,
baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi kinerja sebagai upaya peningkatan kinerja ke depan.
Laporan Tahunan BPTP Sumbar tahun 2012 berisi tentang capaian
hasil kegiatan dalam mendukung empat target sukses Pembangunan
Pertanian beserta diskripsi sumberdaya pendukung yang tersedia. Selama pelaksanaan kegiatan BPTP Sumbar tahun 2012, tentunya telah banyak hal-
hal yang dicapai dalam pelaksanaannya, dan tidak luput dari berbagai permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian untuk mengupayakan
solusi yang terbaik.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Tahunan ini diucapkan terimakasih. Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya dalam
perbaikan kinerja BPTP Sumbar ke depan.
Sukarami, Januari 2013 Kepala Balai,
Dr. Ir. Hardiyanto, MSc NIP. 196005031986 0310012
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................. vii
I. PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ......................................... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran ................................................ 3
1.3. Visi dan Misi ........................................................... 4
diseminasi, promosi, dan dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil-hasil penelitian dan pengkajian spesifik lokasi; 5)
Pemberian pelayanan terhadap kegiatan pengkajian, perakitan, dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; dan 6)
Pelaksanaan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.
Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tersebut, BPTP
Sumatera Barat bertugas menyediakan teknologi pertanian yang sesuai
dengan kebutuhan dalam mendukung pembangunan pertanian daerah.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 2
Teknologi pertanian tepat guna yang dihasilkan bersifat spesifik lokasi, dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam dan dinamis, serta dapat
memanfaatkan sumberdaya pertanian secara efektif dan efisien dengan
daya saing yang tinggi. Tupoksi ini menuntut, BPTP dituntut harus mampu
menjadi institusi yang dapat secara proaktif memberikan masukan dan saran
dalam membantu dan mengarahkan pembangunan pertanian di daerah.
Selain itu, juga harus dapat segera merespon, mengantisipasi, dan
mencarikan solusi terbaik dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan
dalam pembangunan sektor pertanian di suatu wilayah dalam propinsi.
BPTP Sumatera Barat mengimplementasikan mandat tersebut
dengan melakukan kegiatan penelitian, pengkajian, merakit hasil penelitian
dan pengkajian (litkaji), serta mendiseminasikan hasil litkaji kepada
pengguna (pengambil kebijakan, penyuluh pertanian, petani, dan
stakeholder lainnya). Kondisi ini sangat strategis dalam upaya untuk
mensinergiskan secara dinamis pembangunan wilayah serta mempercepat
proses alih teknologi inovasi pertanian di Propinsi Sumatera Barat yang
mencakup wilayah 19 kabupaten/ kota.
Dalam pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, kegiatan penelitian,
pengkajian, dan diseminasi yang dilakukan BPTP Sumatera Barat dituntut
harus dapat memberikan hasil nyata yang dapat dinikmati oleh pengguna
(pengambil kebijakan, penyuluh pertanian, petani, dan stakeholder lainnya)
dan bermanfaat bagi masyarakat, serta dapat segera dikembangkan oleh
institusi terkait baik institusi pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu,
sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan maka harus mampu dijelaskan
dengan baik mengenai input (masukan), output (keluaran), outcomes
(hasil), benefit (manfaat), dan impact (dampak) dari kegiatan tersebut.
Capaian kinerja BPTP dalam bentuk akuntabilitas, wajib dilaporkan
setiap tahun sebagai wadah pertangungjawaban penggunaan anggaran
pembangunan Negara. Disamping itu, semua hasil yang diperoleh juga
harus disosialisasikan agar sampai ke pengguna dan pengambil kebijakan di
daerah. Sehubungan dengan itu, laporan tahunan ini diharapkan mampu
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 3
mengemukakan bentuk tanggung jawab yang telah dilakukan serta
sekaligus menyebarkan informasi dan kondisi institusi serta hasil yang
diperoleh dalam tahun berjalan.
I.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang
Pertanian secara umum adalah menyediakan dan mendiseminasikan inovasi
pertanian spesifik lokasi ke pengguna dan member masukan kepada
pengambil kebijakan di daerah. Artinya tujuan dan sasaran tersebut adalah
menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan tugas pokok dan
fungsi tersebut secara bertahap dan berjangka disusun sebuah Rencana
Stratejik yang akan menjadi panduan dalam menetapkan visi dan misi
institusi dalam jangka waktu tertentu.
Dalam kurun waktu 2010-2014, telah ditetapkan tiga tujuan utama
yang diharapkan dapat mencapai lima sasaran sebagai wujud kinerja BPTP
Sumatera Barat ke depan sebagai berikut.
Tujuan Utama ;
(1) Meningkatkan ketersediaan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi;
(2) Meningkatkan penyebarluasan teknologi pertanian unggulan spesifik
lokasi; dan
(3) Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian serta
pengembangan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Sasaran utama ;
(1) Tersedianya teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi;
(2) Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) teknologi pertanian;
(3) Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang
pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian);
(4) Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian; dan
(5) Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 4
I.3. Visi dan Misi
Tujuan dan sasaran diatas, merupakan acuan untuk mencanangkan
Visi dan Misi yang harus diwujudkan. Maka, untuk mencapai sasaran
tersebut ditetapkan visi dan misi yang mampu mengarahkan program dan
kegiatan. Lebih lanjut visi dan misi tersebut dijabarkan melalui beberapa
strategi dan kebijakan. Berikut dikemukakan Visi dan Misi yang diemban
saat ini dengan uraian sampai menjadi berbagai program dan kegiatan.
a. Visi
“Pada tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian dan
diseminasi inovasi teknologi pertanian tepat guna yang berstandar
nasional dalam menjembatani para pelaku agribisnis dan
pemerintah daerah dengan lembaga-lembaga penelitian guna
terwujudnya sistem pertanian industrial daerah ”.
Dalam Rencana Strategis BPTP Sumatera Barat periode tahun 2010-
2014, visi tersebut akan diwujudkan melalui pengerjaan misi-misi berikut ;
b. Misi
(1) Mengindentifikasi, menformulasikan, dan mendiseminasikan inovasi
pertanian spesifik daerah berdasarkan kebutuhan pengguna;
(2) Melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian
spesifik lokasi sesuai dengan kebutuhan pengguna; dan
(3) Mengembangkan jejaring kerjasama pengkajian dan pendayagunaan
hasil pengkajian serta pengembangan inovasi teknologi pertanian
dengan lembaga-lembaga penelitian.
Misi ini kemudian dijabarkan menjadi beberapa strategi untuk
mengarahkan kebijakan dan program yang akan dilakukan secara bertahap
dan berkelanjutan.
I.4. Strategi
(1) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya BPTP Sumatera Barat dan
dukungan pemerintahan daerah secara optimal.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 5
(2) Menajamkan skala prioritas serta memperkuat keterkaitan dan
keselarasan program penelitian, pengkajian, diseminasi dan
pengembangan.
(3) Meningkatkan relevansi, kualitas, nilai tambah ilmiah dan nilai tambah
ekonomi inovasi teknologi dan inovasi pertanian lainnya.
(4) Meningkatkan akselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik
inovasi pertanian.
(5) Memfokuskan alokasi sumberdaya BPTP Sumatera Barat kepada
kegiatan unggulan dan komoditas spesifik lokasi.
Namun demikian, strategi lainnya bukan berarti tidak penting, tetapi
sangat tergantung terhadap perkembangan lingkungan strategis dalam
periode tahun-tahun ke depan. Strategi lainnya dapat menjadi sangat
relevan untuk dipilih dan dijabarkan menjadi program dan kegiatan
operasional bila lingkungan strategis daerah memerlukannya. Strategi
diatas, lebih lanjut dijawantahkan kedalam bentuk kebijakan dan program
berikut.
I.5. Kebijakan dan Program
Kelima strategi diatas dijabarkan kedalam bentuk kebijakan-kebijakan
berikut, yang selanjutnya mengarahkan dalam penyusunan dan penetapan
program kerja institusi.
(1) Meningkatkan fokus kegiatan dan capaian hasil pengkajian dan
pengembangan berorientasi pasar/preferensi konsumen berdasarkan
pada potensi sumberdaya wilayah;
(2) Meningkatkan kuantitas/kualitas iinformasi, media, dan lembaga
diseminasi teknologi pertanian;
(3) Meningkatkan kapabilitas manajemen pengkajian dan diseminasi untuk
memperluas jejaring kerjasama;
(4) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian; dan
(5) Meningkatkan efektivitas manajemen institusi.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 6
Sedangkan program yang ditetapkan terdiri dari satu program
utama, yaitu: Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing,
dengan sub program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi
Teknologi Pertanian. Pada rencana strategis tahun 2010-2014, sub program
ini terdiri dari 13 kegiatan utama, yaitu:
(1) Pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi
(2) Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian
(3) Pendampingan model spektrum diseminasi multi channel dan program
strategis pembangunan pertanian nasional/daerah
(4) Advokasi teknis dan kebijakan operasional pembangunan pertanian
wilayah, regional dan nasional
(5) Pengembangan kerjasama nasional dan internasional dalam pengkajian
dan pendayagunaan inovasi pertanian
(6) Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian
(7) Penguatan manajemen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta
adminstrasi institusi
(8) Peningkatan kualitas manajemen institusi
(9) Pengembangan kompetensi SDM
(10) Peningkatan pengelolaan Laboratorium
(11) Peningkatan pengelolaan kebun percobaan
(12) Peningkatan penangkaran usaha pengelolaan benih sumber; dan
(13) Peningkatan pengelolaan website dan database
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 7
II. CAPAIAN HASIL KEGIATAN
2.1. HASIL PENGKAJIAN (INHOUSE)
2.1.1. KAJIAN TEKNOLOGI PRODUKSI RASBI (BERAS DARI UBI) PREFERENSI SELERA KONSUMEN SUMATERA BARAT DAN
PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN PRODUKSI BERBASIS
CLUSTER-INTI
Upaya mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai
makanan pokok dengan diversifikasi sumber pangan merupakan salah satu
program utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Ubi kayu
merupakan salah satu sumber pangan yang sangat potensial dimanfatkan sebagai bahan substitusi beras. Pemanfaatan ubi kayu secara langsung
sebagai pangan pokok sering terkendala dalam hal penyajian dan citra. Untuk itu, telah dilakukan usaha untuk menemukan teknologi pengolahan
ubi kayu dengan produk mirip beras yang disebut Rasbi (beras dari ubi)
sehingga akan lebih mudah diterima konsumen. Teknologi produksi rasbi dihasilkan setelah melalui tiga tahapan
modifikasi teknologi beras aruk. Modifikasi pada tahap I dan II masih belum menghasilkan rasbi yang disukai panelis, karena itu dilakukan modifikasi
lanjutan (modifikasi tahap III). Modifikasi tahap III menghasilkan rasbi yang sesuai dengan preferensi konsumen Sumatera Barat. Komponen
teknologi kunci produksi rasbi yang didapatkan adalah fermentasi ubikayu
selama 10 hari tanpa penambahan tepung beras (Ubikayu 100%). Uji organoleptik menunjukkan bahwa untuk faktor warna rasbi yang dihasilkan
mendapat skor 5 (sangat disukai), sedangkan untuk aroma skor 4,32 (disukai), rasa dengan skor 4,25 (disukai) dan tekstur 4,04 (disukai).
Karakteristik rasbi hasil teknologi produksi ini adalah: rendemen 51%, kadar
air 7,4 %, kadar abu 0,2595%, kadar pati 73,88%, kadar serat 1,93%, konsistensi gel 9,7 mm, suhu gelatinisasi tergolong sedang dengan uji alkali
nilai 4, pengembangan volume 2,26 ml, ratio pengembangan volume 1,7. Dari segi ekonomi usaha produksi rasbi cukup menguntungkan,
dengan R/C 1,48 (tabel 1). Dengan mengolah 500 kg ubikayu menjadi rasbi dapat meningkatkan nilai tambah sebesar 61% dengan nilai input (harga
per kg ubikayu sebesar Rp. 2.281,-. Jika rasbi dijual dengan harga
Rp.6.500/kg dapat diperoleh keuntungan sebesar Rp. 549.425/500 kg ubikayu, nilai output per kg sebesar Rp. 3.380,-. Bila dibandingkan dengan
harga beras yang mencapai Rp.10.000,-/kg, harga rasbi jauh lebih murah, sehingga peluang rasbi untuk mensubsitusi penggunaan beras sangat besar.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 8
Tabel 1. Analisis nilai tambah pengolahan rasbi, 2012
Komponen biaya dan penerimaan
Jumlah Satuan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
A. Biaya Variabel
1. Bahan baku:
Ubikayu 500 Kg 1,800 900,000
Starter Bimo-CF 500 G 40 20,000
2. Tenaga kerja 6 Org 35,000 210,000
3. Listrik 15 Kwh 705 10,575
Total input 1,140,575
Nilai input (Rp/kg) 2,281
Total output 260 Kg 6,500 1,690,000
Harga pokok
(Rp/kg)
1 Rp 4,562
Nilai Output (Rp/kg)
3,380
Keuntungan
549,425
Nilai tambah (Rp/kg)
1,099
Nilai tambah (%) 61
R/C 1.48
Gambar 1. Rasbi hasil modifikasi beras aruk yang sudah dikemas
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 9
2.1.2. PENINGKATAN INDEKS PANEN (IP) PADI SAWAH MELALUI
PENGELOLAAN RATUN
Upaya peningkatan produksi padi mengarah pada pengembangan
teknologi peningkatan produktivitas lahan dan meningkatkan indeks panen dari 2 menjadi 3 bahkan 4 kali panen dalam 1 tahun. Peningkatan IP (indeks panen) dapat dicapai dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
budidaya ratun atau memelihara anakan padi yang tumbuh setelah panen, di Sumatera Barat dikenal dengan padi salibu. Disamping dapat
meningkatkan indeks panen, budidaya padi salibu sebenarnya mempunyai beberapa keuntungan lain seperti dapat menghemat pemakaian air, biaya
penyiapan lahan dan tanam, serta biaya pemeliharaan. Namun, selama ini
budidaya ratun atau padi salibu tidak berkembang karena hasil yang diperoleh sangat rendah.
Pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat telah melakukan serangkaian pengkajian untuk meningkatkan produktivitas budidaya padi
salibu melalui beberapa komponen teknologi budidaya, yakni penggunaan varietas yang sesuai, tinggi dan waktu pemotongan batang setelah panen
tanaman utama, pengairan, dan pemupukan. Hasil pengkajian menunjukan
bahwa, tinggi pemotongan 3-5 cm dari permukaan tanah 10 hari setelah panen hasil terbaik yakni 7,6-7,7 t/ha dengan jumlah anakan produktif 20
batang/rumpun dan jumlah gabah 128 - 134 butir/malai. Pemupukan dengan 150 Urea+150 Phonska kg/ha memberikan jumlah anakan 22
batang/rumpun, jumlah gabah 137 butir/malai dan hasil 8,3 ton/ha. Pada
dataran tinggi Agam, dengan mengunakan varietas Kurik Kusuik berumur panjang dengan perlakuan pemotongan 3-5 cm memberikan hasil 6,2 t/ha,
sedangkan pemotongan setinggi 18 -20 cm hanaya memberikan hasi 2,3 ton/ha. Aplikasi herbisida pada awal pemotongan dapat meningkatkan hasil
32 %, (sekitar 1,8 ton/ha). Faktor kunci keberhasilan budidaya salibu ini adalah pemotongan batang setelah panen setinggi 3-5 cm dari permukaan
tanah, karena dapat merangsang pembentukan anakan baru yang lebih kuat
dan produktif dari dasar rumpun tanaman.
Tabel 2. Hasil padi salibu pada beberapa daerah di Sumatera Barat, 2012
No Daerah Varietas Hasil (t/ha) Peningkatan
1 Kecamatan Matur Lumuik 7,2 15 %
2 Kecamatan Lima Kaum
Anak Daro 6,4 10 %
3 Kecamatan Lima Kaum
Batang Piaman 7,2 15 %
4 Kecamatan
Pariangan
Cisokan 7,9 15 %
5 Kecamatan Halaban *)
Madang Pulau 5,3 0 %
*) Hasil padi tanam pindah hanya 4,5 s/d 5 t/ha.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 10
Gambar 2. Proses pemotongan dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi
salibu
Gambar 3. Saat pertumbuhan generatif padi salibu (kiri) dan tanaman saat akan panen (kanan)
2.1.3 KAJIAN PENGELOLAAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) PADI SAWAH ORGANIK MELALUI PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL)
DAN PUPUK ORGANIK
Saat ini, di Sumatera Barat sudah dikembangkan beberapa kawasan
pertanian padi organik, salah satunya berlokasi di Nagari Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Petani padi organik disini sudah
menggunakan sumberdaya lokal dalam pertanian mereka, yaitu memanfaatkan Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai dekomposer dalam
pembuatan kompos jerami atau pun kompos pupuk kandang. Dan mereka juga sudah menggunakan Nutrisi dari sumberdaya lokal sebagai pupuk pada
pertanian organik mereka.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum didapatnya dosis dan waktu pemberian MOL serta takaran pupuk organik yang sesuai pada
tanaman. Berkaitan dengan hal itu, maka dilakukan pengkajian pengelolaan hara spesifik lokasi melalui penggunaan MOL dan pupuk organik yang
bertujuan untuk mengetahui status teknologi padi sawah organik yang
menggunakan MOL dan pupuk organik di tingkat petani. Kegiatan pengkajian status teknologi padi organik dilaksanakan di beberapa kawasan
pertanian organik padi sawah di Sumatera Barat. Kajian lapang dilaksanakan pada Kelompok Tani Organik Lurah Sepakat Nagari Simarasok Kecamatan
Baso Kabupaten Agam.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 11
Berdasarkan hasil survey, terdapat lima jenis MOL yang dominan
digunakan petani padi organik di Sumatera Barat, yakni MOL rumen sapi,
buah-buahan, rebung, keong, dan mikroba II. Identifikasi terhadap MOL ini menunjukkan bahwa mikro organisme yang dominan ditemukan terdiri dari:
jamur (Trichoderma, Fusarium, dan Sacharomyses) dan bakteri (Lactobacillus dan Streptococcus) (Tabel 3)
Tabel 3. Kandungan mikroba (jamur dan bakteri) pada beberapa MOL di
Eksplorasi dan koleksi varietas lokal didapatkan 52 varietas dari berbagai ketinggian tempat, mayoritasnya didapat dari sawah dataran tinggi
(>700 m dpl). Evaluasi agronomis dengan metode observasi tanpa ulangan menunjukkan hampir semua varietas yang dikoleksi tergolong varietas lokal
dengan keragaman yang tinggi pada karakter hasil dan sifat agronomis lainnya. Daya hasil bervariasi dari 3,87 - 8,87 t/ha, umur tanaman 119 –
186 Hari Setelah Semai (HSS), tinggi tanaman 123 – 227 cm, anakan
produktif 10,3 – 27,7 batang/rumpun, jumlah gabah total per malai 92,4 – 280,2, persentase gabah bernas 42,0 – 85,0%, dan berat 1000 butir 22, 4 –
29,9 g. Analisis kekerabatan dengan metode hirarki dan rataan jarak antar
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 15
kelompok menunjukkan bahwa dengan ketidak miripan 10% ditemukan 7
kelompok varietas dengan jumlah dan anggota dalam kelompok yang
berbeda. Pada pengujian adaptasi galur harapan padi sawah dataran rendah
didapatkan lima galur harapan dengan daya hasil dan penampilan lebih baik dari vareitas Batang Piaman, yaitu BP 10620F-BB4-12-BB4 (6,98 t/ha), BP
10620F-BB4-17-BB8 (6,69 t/ha), BP 10620F-BB4-19-BB8 (6,65 t/ha), BP
10620F-BB4-2-BB8 (6,80), dan BP 10620F-BB4-20-BB8 (6,87), umur berbunga lebih genjah 5,11 – 14,22 hari, bentuk tanaman termasuk
kelompok ideal dan lebih pendek dibandingkan varietas Batang Piaman. Galur BP 10620F-BB4-12-BB4 tahan terhadap Ras 033, agak tahan Ras 133
dan 073 serta rentan Ras 173 dan tujuh galur lainnya agak tahan Ras 033
serta rentan terhadap Ras lainnya.
Gambar 6. Keragaan gabah dan beras dua galur harapan padi sawah
preferensi konsumen Sumatera Barat.
2.1.6. IDENTIFIKASI SISTEM PANEN DALAM USAHA MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI
Salah satu upaya untuk mempertahankan produksi padi adalah penanganan pascapanen. Dalam menangani pascapanen, kendala umum
yang dihadapi petani adalah ketidak mampuan petani menerapkan inovasi teknologi baru dan mengubah kebiasaan yang sudah berkembang di
masyarakat. Hasil observasi menunjukkan bahwa petani mengalami kesulitan dalam penanganan pascapanen padi, terutama pada saat
pemanenan dan perontokan. Keterlambatan dan ketidak tepatan dalam
perontokkan padi dapat menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan hasil panen (Tabel 8).
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 16
Tabel 8. Kehilangan Gabah pada Waktu Panen
Umur Panen Kehilangan Hasil (%)
1 minggu sebelum masak 0,77 %
pada saat masak tepat 3,35 %
1 minggu setelah masak 5,36%
2 minggu sesudah masak 8,65%
3 minggu sesudah masak 40,70%
4 minggu sesudah masak 60,45%
Sumber : Hadiutomo (2006)
Hasil kajian identifikasi sistem panen untuk menekan kehilangan
hasil menunjukkan bahwa: Susut hasil saat panen padi dengan
mempergunakan sabit di Kabupaten Solok berkisar 1,18 % - 1,22 % dan 1,54 % - 1,62 % di Kabupaten Agam. Dan susut saat panen dengan
menggunakan padi mower di Kabupaten Solok 0,66 % - 0,71 % serta Kabupaten Agam berkisar antara 0,76 % - 0,78 %. Sedangkan kapasitas
pemanenan dengan mempergunakan sabit adalah sebesar 0,0130 ha/jam – 0,0160 ha/jam untuk Kabupaten Solok dan Kabupaten Agam sebesar 0,0132
ha/jam – 0,0137 ha/jam. Sedangkan kapasitas pemanenan dengan padi
mower di Kabupaten Solok 0, 0349 ha/jam – 0,0367 ha/jam dan di Kabupaten Agam 0,0351 ha/jam – 0,0367 ha/jam. Susut perontokan
gebot/banting berkisar antara 2,00 % - 2,62 % di Kabupaten Solok dan 2,76 % - 2,86 % di KabupatenAgam. Susut perontokan di Kabupaten Agam lebih
besar dibandingkan dengan Kabupaten Solok. Kapasitas perontokan gabah
dengan Gebot/banting adalah 86,12 kg/jam - 92,46 kg/jam di Kabupaten Solok dan 77,60 kg/jam – 95,36 kg/jam untuk Kabupaten Agam. Dan
kapasitas perontokan dengan thresher lipat berkisar antara 202,55 kg/jam - 204,54 kg/jam di Kabupaten Solok dan 184,80 kg/jam - 199,40 kg/jam di
Kabupaten Agam (Tabel 9).
Gambar 7. Panen dgn Padi Mower (kiri) dan Perontokan dengan Threser
Lipat
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 17
Tabel 9. Persentase Susut Hasil, Kapasitas Pemanenan dan cara
perontokan padi Kabupaten Solok dan Agam, 2012
Panen dan Pasca
Panen
Kabupaten Solok Kabupaten Agam
Panen dengan sabit
Kapasitas (ha/org/jam)
0,0130 – 0,0160 0,0132 – 0,0137
Susut Hasil (%)
1,18 – 1,22 1,54 1,62
Panen dengan Mower Kapasitas (ha/org/jam)
0,0349 – 0,0367 0,0351 – 0,0367
Susut Hasil (%)
0,66 - 0,71 0,76 - 0,78
Perontokan Banting Kapasitas (ha/org/jam)
86,12 - 92,46 77,60 – 95,36
Susut Hasil (%)
2,00 - 2,62 2,76 % - 2,86
Perontokan Threser Lipat
Kapasitas (ha/org/jam)
202,55 - 204,54 184,80 - 199,40
Susut Hasil (%)
0,41 - 0,46 0,36 - 0,42
2.1.7. UJI ADAPTASI BEBERAPA GALUR/VARIETAS BAWANG MERAH DI
DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI
Di Sumatera Barat sebagian besar bawang merah di tanam pada dataran tinggi Kabupaten Solok. Untuk meningktakan produksi bawang
merah di Sumatera Barat, Dinas Pertanian melakukan program pengembangan daerah produksi ke dataran rendah yakni di Kabupaten
Padang Pariaman dan Pesisir Selatan.
Varietas unggul dan paket teknologi budidya adalah faktor utama untuk keberhasilan usahatani bawang merah. Pada tahun 2012 BPTP
Sumatera Barat melakukan pengkajian berupa uji 6 varietas dan 3 paket pemupukan pada dua lokasi yakni Alahan Panjang (dataran tinggi) dan
Gadua – Pd Pariaman (dataran rendah).
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 18
Tabel 10. Kombinasi Paket pemupukan dan enam varietas bawang merah
terhadap tinggi tanaman, tingkat Serangan Alternaria porii, Serangan Spidoptera sp., dan Berat Umbi Kering Bersih pada pengamatan ke IV di lahan petani di Alahan Panjang Kabupaten
Solok dan di Nagari Gadua Kabupaten Padang Pariaman, 2012
Gambar 8. Penampilan tanaman bawang merah di Alahan Panjang Kabupaten Solok
Gambar 9 : Penampilan tanaman bawang merah di lapangan Nagari Gadua
Kabupaten Padang Pariaman
2.2. RISET KOMPETITIF
2.2.1. PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PEMUPUKAN PADI SAWAH PADA
BERBAGAI STATUS PHOSPOR (P) TANAH SAWAH DI SUMATERA
BARAT
Luas lahan sawah di Sumatera Barat mencapai 225.165 ha, dengan kandungan kandungan P-tanah yang beragam, yaitu: rendah 37.389 ha
(16,6%), sedang 95.983 ha (42,6%), dan tinggi seluas 91.793 ha (40.8 %). Luasan ini dihitung berdasakan peta status P-tanah skala 1:250.000. Sesuai
dengan rekomendasi Balittanah (2005), anjuran pemupukan P pada ketiga
tingkat status hara P (rendah, sedang, dan tinggi) tersebut berturut-turut 100, 75, dan 50 kg TSP/ha. Namun demikian untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan diperlukan adanya uji kalibrasi pupuk P di lapangan dengan perhitungan yang lebih akurat sesuai dengan ketersediaan hara dan
kebutuhan tanaman dengan Fungsi Mitcherlich-Bray. Berdasarkan hal diatas
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 20
dilakukan penelitian dengan tujuan menentukan dosis optimum pemupukan
P dan efisiensi pemupukan padi sawah pada berbagai status P-tanah sawah
serta menyusun rekomendasi pemupukan P yang lebih efisien sesuai dengan daya dukung tanah.
Tabel 11. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 30 HST
padaberbagai status P-tanah.
Takaran P
(kg P2O5/ha)
Tinggi tanaman 30 HST (cm) Jumlah anakan 30 HST
(bt/rumpun)
Status hara P-tanah (ekstrak HCl 25 %)
Status hara P-tanah (ekstrak HCl 25 %)
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
0 41.55 c 55.03 c 61.98 a 8.25 c 12.95 a 12.50 a
18 44.25 bc 56.65 b 61.80 a 11.55 b 12.58 a 11.85 a
36 46.20 b 58.90 ab 62.85 a 12.70 ab 13.70 a 12.30 a
72 47.50 ab 60.55 a 61.30 a 14.10 ab 12.80 a 12.30 a
144 49.60 a 60.95 a 61.65 a 14.95 a 13.15 a 11.05 a
CV (%) 16.04 18.07 15.63 12.10 20.5 16.78
Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT
Hasil kajian menunjukan, pada tanah sawah dengan status P-rendah,
semakin tinggi takaran pupuk P, maka tanaman tumbuh semakin tinggi dengan laju pertumbuhan 0,05 cm/18 kg P2O5 pada umur 30 HST dan
semakin meningkat pada umur 45 HST dengan laju pertumbuhan sebesar
0.08 cm/ 18 kg P2O5. Pada status P-sedang dan P-tinggi tidak terlihat korelasi yang nyata antara takaran pupuk P dengan tinggi tanaman. Pada
status P-tinggi tanpa dipupuk dengan pupuk P pertumbuhan tanaman terlihat normal, bahkan bobot kering tanaman lebih tinggi dibanding bobot
tanaman dengan perlakuan pemberian pupuk P yang tinggi pada status P-rendah dan P-sedang. Pada status P sedang dan P tinggi kadar hara P dalam
jaringan tanaman tergolong cukup meskipun tanpa pemberian pupuk P dan
peningkatan takaran pupuk P meningkatkan serapan hara P. Sedangkan pada status P-redah pemberian 18 kg P2O5/ha tanaman masih
menunjukkan defisiensi hara P dan peningkatan takaran meningkatkan serapan P. Kadar P dalam jaringan tanaman yang lebih tinggi didapat pada
status P-tingg (Tabel 11).
Dari segi kecukupan hara pada Musim tanam pertama (MT1), takaran optimum pupuk P untuk tanah sawah dengan status P-rendah diperoleh
pada takaran 93,33 kg P2O5/ha, untuk P-sedang 72,14 kg P2O5/ha, dan P-tinggi 0 kg P2O5/ha. Dari segi usahatani MT1, ratio R/C tertinggi untuk
lahan sawah P-rendah dengan takaran 36 kg P2O5/ha, P-sedang dengan takaran 18 kg P2O5/ha, P-tinggi dengan takaran 0 kg P2O5/ha. Untuk
memanfaatkan residu pupuk P pada musim tanam ke dua (MT2), lahan
sawah dengan status P-tinggi, maksimal takaran pupuk P pada MT1
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 21
sebanyak 73,13 kg P2O5/ha. Ditinjau dari segi cadangan hara, agar tidak
terjadi pengurasan hara P dalam tanah setelah panen, maka takaran
minimal pupuk P yang harus diberikan sbb: P-rendah 22 kg P2O5/ha, P-sedang 102 kg P2O5/ha, dan P-tinggi, minimal 129 kg
P2O5/ha.Pengurangan penggunaan pupuk P dapat merubah status P tanah dari tinggi menjadi sedang, atau dari sedang menjadi rendah.
Gambar 10. Keragaan tanaman pada status P-rendah dengan lima tingkat pemberian pupuk P.
2.2.2. PENGKAJIAN TEKNOLOGI SURGE FEEDING PADA INDUK SAPI POTONG BERBASIS PAKAN LOKAL MENDUKUNG PROGRAM KREDIT
USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS) DI SUMATERA BARAT
Salah satu komoditas ternak yang mendapat perhatian dan prioritas
pengembangan yang serius dari pemerintah adalah sapi potong, merupakan
salah satu program strategis Kementerian Pertanian untuk pengembangan sapi potong semuanya bemuara pada kebijakan untuk mendukung Program
Swasembada Daging Sapi/Kerbau 2014 (PSDS/K 2014) yang di implementasikan melalui peluncuran beberapa program bantuan/kredit bagi
praktisi usaha peternakan. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mensukseskan program ini dengan melaksanakan beberapa program,
diantarannya adalah program bantuan KUPS, yang mengupayakan perluasan
kepemilikan induk sapi kepada para peternak.
Kegiatan pengkajian ini bertujuan untuk memanfaatkan bahan- bahan lokal berupa limbah jerami padi untuk pakan basal alternatif, by-product kelapa sawit, dan limbah kulit kakao untuk pakan suplemen ternak alternatif
mencukupi kebutuhan sapi sapi betina yang belum pernah melahirkan tidak birahi dan belum bunting. Keluaran yang diharapkan adalah satu paket
teknologi pakan ternak sapi potong dengan pakan supplemen berbahan lokal by-product kelapa sawit atau limbah kulit kakao. Pengkajian dilaksanakan
dalam bentuk peragaan teknologi memperkenalkan teknologi pakan yang
mudah dan praktis dalam hal pemanfaatan jerami padi fermentasi (JPF) dan bungkil inti sawit (BIS) dan suplementasi kulit kakao fermentasi (KKF) untuk
pakan induk sapi.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 22
Kajian dilaksanakan pada ternak milik kelompok Fadhilla, Nagari
Taram, Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Materi dari kegiatan
ini terdiri dari 17 ekor sapi betina yang belum pernah melahirkan tidak birahi dan belum bunting yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Perlakuan A,
Pemberian pakan terhadap 5 ekor induk sapi yang biasa dilakukan petani (10 Kg jerami padi fermentasi (JPF) + 1 kg dedak padi dan 0.5 kg bungkil
inti sawit (BIS) + 0,01 kg mineral ; Perlakuan B, Pemberian pakan untuk 6
ekor induk menggunakan 10 kg JPF + 2 kg bungkil inti sawit (BIS) + 0,01 kg mineral; sedangkan perlakuan C: adalah untuk 6 ekor induk yang
mendapat pakan 10 kg JPF dan 4 kg kulit kakao fermentasi (KKF) + mineral. Hasil kajian menunjukkan bahwa kedua perlakuan B dan C yaitu,
pemberian 10 kg JPF + 2 kg BIS dan pemberian 10 kg JPF + 4kg KKF
memberikan respons positif dalam mempercepat terjadinya berahi dan dapat dikawinkan lebih awal, hal ini akibat perbaikan kondisi induk dalam
mempersiapkan aktivitas reproduksi.
Gambar 11. Materi ternak, induk sapi Simmental umur 3- 4 tahun
2.2.3. KAJIAN KEKUATAN DAYA SAING PADI VARITAS LOKAL TERHADAP
PADI VARITAS UNGGUL NASIONAL DARI ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI DI SUMATERA BARAT
Kajian kekuatan daya saing varietas lokal terhadap varietas unggul
nasional dalam upaya memacu penyebaran varietas unggul nasional, merupakan salah satu cara untuk melihat seberapa besar faktor-faktor
sosial ekonomi mempengaruhi bertahannya pertanaman varietas lokal dalam masyarakat tani Sumatera Barat. Tujuan dari pengkajian adalah
untuk mengkaji aspek sosial dan ekonomi kemampuan atau kekuatan daya
saing varietas lokal dibanding varietas unggul nasional, serta mengidentifikasi kendala serta strategi pengembangan varietas unggul
nasional di Sumatera Barat. Metode menghimpun informasi menggunakan survai terstruktur dan Focus Group Discussion (FGD). Disamping itu juga
pengambilan data sekunder dari instansi terkait. Informasi yang diperoleh dianalisis dengan statistik deskriptif.
Hasil pengkajian menyatakan bahwa:
1. Pertanaman padi varitas lokal masih dominan di Sumatera Barat, baik dari hasil pengkajian maupun dari data Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) masih banyak ditemukan pertanaman padi lokal
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 23
di lapangan, walaupun sudah banyak dikenalkan varitas-varitas baru,
terutama sekali melalui pelaksanaan program SL-PTT di beberapa
Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat; 2. Daerah yang paling banyak mempunyai varitas lokal dan paling luas
sebarannya adalah Kabupaten Aga, yang merupakann daerah sentra produksi padi di Sumatera Barat;
3. Karakteristik petani memperlihatkan bahwa petani mempunyai
pendidikan dan pengalaman yang cukup, juga dari asset merupakan petani golongan menengah, tetapi belum sepenuhnya terbuka dalam
menerima inovasi varitas unggul baru nasional karena masih cenderung menggunakan varitas lokal;
4. Pergiliran varitas sudah memakai pola Varitas Lokal-Unggul, tetapi
kenyataan lapang menyatakan bahwa varitas unggul yang dipakai umumnya pembagian dari Dinas Pertanian, atau dari hasil panen sendiri
atau tetangga yang bagus pertumbuhan dan hasilnya. Untuk keperluan konsumsi petani tetap memakai varitas lokal;
5. Petani sudah banyak mengenal inovasi teknologi padi sawah, terutama sekali melalui program SL-PTT, tetapi tidak semua teknologi yang
dikuasai petani dilaksanakan pada usahatani mereka, alasannya antara
lain ketersediaan air tidak mencukupi, banyak hama keong mas, dan kurang tenaga kerja;
6. Alasan petani masih bertahan menggunakan varitas lokal terutama sekali karena ‘selera/rasa’, disamping alasan pasar, ketahanan terhadap
hama penyakit, dan kemudahan dalam mendapatkan benih. Sementara
itu keluarga dan pemilik sawah tidak mempunyai keputusan dalam menentukan varitas yang akan ditanam;
7. Kecenderungan petani mempertahankan menanam varitas dengan selera atau rasa enak ini juga ditunjang oleh adanya nilai plus pada
masyarakat yang mengkonsumsi beras dengan rasa paling enak, dimana ini mencirikan status sosial orang tersebut. Demikian juga,
rumah makan atau perhelatan-perhelatan yang menjadi buah bibir
masyarakat juga adalah yang menggunakan beras dari padi lokal nomor satu (paling enak) di Sumatera barat, disamping masakan lauk
pauknya yang khas; 8. Pengadaan benih oleh PT Sang Hyang Sri, PT Pertani dan penangkar
benih selama lima tahun terakhir memperlihatkan bahwa makin lama
makin banyak jenis penyediaan varitas unggul baru, sejalan dengan makin banyaknya dikenalkan varitas baru pada program SLPTT di
semua Kabupaten/Kota Sumatera Barat; 9. Permintaan benih yang paling banyak kepada PT Sang Hyang Sri dan
PT Pertani selama 5 tahun terakhir adalah varitas IR 42, sedangkan
pada penangkar benih lainnya adalah varitas Batang Piaman; 10. Penangkar benih cukup banyak di Sumatera Barat, ada yang dikelola
oleh swasta, pemerintah, kelompok tani, koperasi maupun petani perorangan.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 24
Gambar 12. Survai lapangan di Kecamatan V Koto Kampung Dalam,
Kabupaten Padang Pariaman
Tabel 12. Nama-nama varietas padi sawah yang ditemukan di lokasi kajian.
No
Jenis
Nama varietas dan lokasi
Pessel Pd. Pariaman Agam
Sutera Bayang V Koto VII Koto Tanjung Raya Kamang
1
2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
13 14 15
16 17 18
19
Lokal Bakwan
Banang Pulau Cintaku
Puluik Emas Kapunduang Pelatiyam
Bernas Super Anak Daro
Mundam
Bakwan Sokan Kuniang
42 C PW BPK
Silih Baganti Rahmat Kapunduang
Anak Daro
Mundam
Pilihan Pandan Wangi
Sokan Kuriak Sokan Putiah Ulan
Sibiru Banang Pulau Baroto
Sianda Gadang Saribu Gantang Bdg. Kuniang
Banang Taratai Banang Siniru Anak Daro
Kuriak Kusuik Ceredek
Banang Kusuik
Mundam Baroto
Sokan Merah Bdg.Kuniang Saratuih Hari
Sokan Kuriak Mundam Pulau Sokan Putiah
Suliak Aia Sari Manih Kuriak Kusuik
Anak Daro
Randah Putiah
Randah Kuniang Talua lauak
Bdg. Sarumpun Saribu Gantang Randah Solok
GH Cisokan Ameh Arai Pinang
42 C Mundam Batang Anai
Batang Sumaniak Banang Pulau Minang Sarumpun
Suntiang Ameh Anak Daro Junjuang
Cianjur
Padi Putiah
Putiah Capek 100 hari
1000 gantang Padi Randah Kuriak Kusuik
1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11
VUB IR-42
IR-66 Cisokan Batang Piaman
Situ Bagendit PB-5 PB-8
Batang Lembang Silugonggo Inpari 12
Tukad Unda
IR-66
Cisokan Inpari-12 Batang Piaman
Batang Lembang IR-42 Digul
Batang Piaman
Cisokan Semeru IR-42
Tukad Unda Inpari-12 Logawa
IR-66
Cisokan IR-42 Batang Piaman
Caredek Semeru PB-5
Batang Piaman
Logawa Cisokan IR-42
Semeru Batang Sumani Tukad Unda
Silugonggo
Cisokan
Adil
2.2.4. KAJIAN KOMPREHENSIF PENGEMBANGAN DAN ADOPSI METODE
“PADI TANAM SABATANG (PTS)” DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT
Pengenalan dan pengembangan metode Padi Tanam Sabatang (PTS) untuk meningkatkan produktivitas padi sawah di Provinsi Sumatera Barat telah
dimulai sejak tahun 2006. Setelah berjalan selama lebih kurang 6 (enam)
tahun, data yang lengkap mengenai kemajuan pengembangan dan adopsi metode tersebut oleh petani belum banyak terungkap. Melalui penelitian ini
diharapkan diperoleh data dan informasi yang jelas dan aktual mengenai
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 25
berbagai hal yang terkait dengan upaya pengembangan dan permasalahan
serta adopsi dan persepsi petani mengenai kinerja dan prospek ke depan
pengembangan metode PTS, khususnya di daerah-daerah sentra produksi padi sawah di Sumatera Barat.
Secara terperinci, tujuan dari pelaksanaan pengkajian ini antara lain untuk: (a) Mengumpulkan informasi mengenai program pengembangan
metode PTS yang diterapkan di Provinsi Sumatera Barat; (b) Mengetahui
persamaan dan perbedaan antara metode dan program PTS dengan Pengelolaan tanaman Terpadu (PTT) dan SRI padi sawah; (c) Mengumpulkan
data dan informasi mengenai perkembangan dan adopsi metode PTS pada berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat; (d) Mengungkap
pengalaman penyuluh pertanian dalam pengembangan metode PTS di wilayah
kerjanya; dan (e) Mengetahui persepsi penyuluh pertanian dan petani mengenai metode PTS padi sawah di Sumatera Barat.
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa : (1) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan bersama dengan
pemerintah kabupaten dan kota telah berupaya keras mengembangkan metode PTS dalam rangka meningkatkan produktivitas padi sawah di daerah
ini sejak tahun 2006, tetapi keberhasilan masih jauh dibanding capaian yang
diharapkan; (2) Metode PTS yang dikembangkan di Provinsi Sumatera Barat komponen-komponen teknologinya mirip dengan “The System of Rice Intensification (SRI)” dan metode PTS berbeda dengan pendekatan PTT yang menjadi program utama Kementerian Pertanian dalam upaya
meningkatkan produksi beras nasional (tabel 12); (3) Tingkat pemahaman
penyuluh pendamping SL-PTS tentang komponen-komponen teknologi dalam PTS sangat bervariasi; (4) Komponen-komponen teknologi dalam PTS
yang dipahami oleh cukup banyak petani adalah: pembuatan kompos jerami, teknik seleksi benih, teknik persemaian, pemilihan varietas, teknik
penyiapan lahan, penebaran kompos, dan teknik penanaman (kecuali posisi akar), tetapi hanya dua komponen teknologi saja yang menarik bagi petani
untuk diterapkan pada lahan usahatani mereka, yaitu komponen teknologi
pemilihan varietas berdasarkan kebiasaan dan kesukaan petani dan teknik penyiapan lahan dengan meratakan permukaan tanah dan membuat saluran
keliling dan di tengah petakan sawah.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 26
Tabel 13. Kesamaan dan ketidaksamaan antara PTS, SRI, dan PTT padi
sawah, 2012
No. Perlakuan PTS SRI PTT
1. Varietas Varietas yang sesuai kebiasaan petani
Varietas lokal atau unggul baru
Varietas unggul baru, varietas unggul tipe baru, dan varietas hibrida
2. Seleksi benih Pemilahan benih bernas dengan telur dan air garam
Pemilahan benih bernas dengan telur dan air garam
Pemilahan benih bernas dengan air garam atau ZA 3%
3. Persemaian Persemaian memakai baki atau wadah
Persemaian kering atau memakai wadah
Persemaian basah diaplikasi kompos, sekam dan pupuk
4. Pemupukan Hanya memakai pupuk organik, terutama kompos jerami padi
Pupuk organik 10 t/ha, pupuk N anorganik berdasarkan BWD
Sesuai Kepmen Pertanian No.1, 2006. Pupuk anorganik dan pupuk organik, BWD dan PHSL
5. Penanaman :
Umur bibit 8 – 12 hari < 15 hari < 20 hari
Jumlah bibit 1 batang/rumpun 1-2 batang/rumpun 1 – 3 batang/rumpun
Jarak tanam 30 x 30 cm atau lebih lebar 25 x 25 cm atau lebih lebar VUB/VUTB: 20 x 20 cm VUH: 25 x 25 cm Legowo 2:1, tanam benih langsung sesuai lokasi
6. Pertumbuhan gulma Sangat cepat Cepat Biasa
7. Pengelolaan gulma Penyiangan umur 10 dan 20 hari Penyiangan mekanis/ landak 4 kali
Menggunakan landak dan bila perlu menggunakan herbisida kimia dan penyiangan
8. Pengairan Sawah hanya diairi pada umur 9-10 hari, 19-20 hari, dan setelah masa berbunga
Sawah macak-macak sampai umur 10 hari, diairi 2,5 cm sampai inisiasi malai dan 5 cm setelah inisiasi malai
Pengairan berselang (intermittent irrigation), sesuai kondisi lokasi lapang
9. Hama penyakit Prinsip PHT: tabung parasit untuk penggerek batang, tabung bambu untuk tikus, dan perang-kap untuk walang sangit
Prinsip PHT Pestisida hayati dan nabati
Monitoring hama penya-kit, prinsip PHT. Bila perlu dapat digunakan pestisida kimia, hayati dan nabati
10. Metode pendekatan Pemahaman Ekologi Tanah (PET) Pemahaman Ekologi Tanah (PET)
PRA (Participatory Rural Appraisal)
11. Kelembagaan Pemberdayaan petani dan kelompok
Pemberdayaan kelompok Sistem integrasi padi-ternak (SIPT), Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu
(KUAT), Kredit Usaha Mandiri (KUM)
12. Pendekatan diseminasi
Individu, kelompok, demplot Kelompok Studi Perta-nian (KSP), individu, demplot
Kelompok tani, hamparan, demfarm
2.2.5. KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI
PENGELOLAAN HARA DAN PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TANAMAN (OPT) PADA LAHAN BERPOTENSI HASIL RENDAH (<4,5 T/HA)
Peningkatan produktivitas padi dengan penerapan budi daya tanaman
sesuai dengan konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah, antara lain penggunaan varietas unggul baru (VUB) bermutu, penggunaan
bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang
tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme pengganggu tanamam (OPT) sesuai dengan konsep pengendalian
hama/penyakit terpadu (PHT). Hasil kajian menunjukanrata-rata tingkat produktivitas padi sawah
untuk masing-masing kabupaten/kota di Sumatera Barat sangat beragam
antar kecamatan. Keragaman rata-rata tingkat produktivitas padi sawah per kecamatan tersebut dipetakan dalam bentuk warna sebagai berikut; sangat
rendah (merah: < 4,5 t/ha); rendah (kuning: 4,5 – 5,0 t/ha); sedang (hijau: 5,0 – 5,5 t/ha) dan tinggi (biru: > 5,5 t/ha). Beberapa kecamatan masih
memperlihatkan keragaan lahan dengan tingkat potensi hasil rendah, dan bahkan sangat rendah. Bila produksi padi sawah pada lokasi seperti itu
dapat ditingkatkan melalui pengelolaan hara dan pengendalian OPT terpadu,
maka tingkat produksi padi di Sumatera Barat dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 27
Pengelolaan hara dan pengendalian OPT merupakan komponen
teknologi dasar yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam PTT padi
sawah. Diharapkan melalui penerapan pengelolaan hara dan pengendalian OPT yang optimal pada lahan dengan potensi hasil rendah akan mampu
meningkatkan produksi padi sawah. Pengelolaan hara dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan pemupukan, baik pemberian pupuk anorganik maupun
pupuk organik yang diaplikasikan berdasarkan pada status hara tanah dan
kebutuhan tanaman (Kebutuhan pupuk P dan K tanaman ditentukan dengan menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), sedangkan kebutuhan N
tanaman ditetapkan dengan mengukur tingkat kehijauan daun padi dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun), dan pemberian bahan organik
dalam bentuk pupuk kandang atau kompos. Pengendalian OPT dilaksanakan
dengan pendekatan “imunisasi” mengupayakan agar tanaman selalu dalam keadaan sehat, dengan perlakuan perlindungan tanaman sedini mungkin,
memacu pertumbuhan akar agar lebih optimal, memperbanyak anakan, dan meningkatkan kekebalan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
Berdasarkan hasil pengkajian tentang pengelolaan hara dan pengendalian OPT telah didapatkan teknologinya pada lahan berpotensi
rendah di Kasang, Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman dan
di Bungus, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Pemberian bahan organik pupuk kandang sangat bermanfaat untuk peningkatan
pertumbuhan dan hasil padi sawah. Aplikasi pupuk an organik dengan takaran tinggi, sebaiknya diikuti
dengan aplikasi bahan/pupuk organik, baik dalam bentuk pupuk kandang,
maupun kompos jerami. Pengendalian OPT pada lahan berpotensi hasil rendah, agar dilakukan pemantauan secara dini, dan antisipasi pengendalian
agar dilakukan sejak awal.
2.3. PIPKPP RISTEK DAN SINAS
2.3.1. KAJIAN PERCEPATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN
PASCA PANEN KAKAO MELALUI DISEMINASI MULTI CHANNEL
MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI SUMATERA BARAT
Mendukung program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengembangkan kakao secara besar besaran,
sehingga pada akhir tahun 2010 luas areal tanaman kakao mencapai
108.098 ha. Namun peningkatan luas tanam belum diikuti dengan penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang tepat sehingga
produktivitas dan mutu biji kakao yang dihasilkan masih rendah. Di lain pihak, sudah banyak inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao
yang telah dihasilkan akan tetapi masih sedikit yang diterapkan oleh petani
(± 50 %). Untuk itu, perlu terobosan untuk mempercepat dan memperluas diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao melalui
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 28
berbagai media dan saluran komunikasi yang dikenal dengan Diseminasi Multi Channel (DMC).
Tujuan pengkajian adalah: (1) Meningkatkan 25% adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao di Sumatera Barat; (2)
Meningkatkan produktivitas tanaman kakao di Sumatera Barat; (3) Meningkatkan mutu biji kakao yang dihasilkan petani sesuai dengan Standar
Mutu Nasional (SNI).
Kegiatan pengkajian dilaksanakan pada tanggal 16 Januari s/d 15 November tahun 2012, di dua kabupaten di Sumatera Barat yaitu Kabupaten
Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota. Kegiatan terdiri dari 3 kegiatan utama sebagai berikut: (1) Survai awal (base line survey) untuk mengetahui
tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi teknologi dengan jumlah
sampel 30 orang untuk masing-masing lokasi. Survai dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara
perorangan; (2) Diseminasi inovasi teknologi dengan model DMC. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku
kepentingan sehingga mereka dapat menjadi penyalur inovasi teknologi kepada petani. Pelaksanaan peragaan (demplot) teknologi budidaya dan
pasca panen kakao yang dilaksanakan pada lahan seluas 1 ha dengan satu
orang petani kooperator untuk masing-masing lokasi. Setelah dan sebelum pelaksanaan demplot dilakukan uji mutu kakao yang dihasilkan petani. (3)
Survei akhir untuk mengetahui percepatan adopsi inovasi teknologi dengan jumlah sampel 30 orang petani per masing-masing lokasi. Data yang
dikumpulkan antara lain: (1) Persentase petani yang mengadopsi inovasi
teknologi budidaya dan pasca panen kakao pada awal dan akhir pengkajian; (2) Inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang dibutuhkan
petani; (3) Pertumbuhan tanaman dan serangan OPT; dan (4) Produktivitas dan mutu biji kakao yang dihasilkan pada awal dan akhir pengkajian Data
yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, tabulasi, dan ekonomi. Dari pengkajian tersebut dapat disimpulkan: (1) Model DMC dapat
meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao dari
19,44 persen menjadi 45,56 persen di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 30,00 % menjadi 73,89% di Nagari Simpang
Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota; (2) Peningkatan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao mengakibatkan terjadinya
peningkatan produktivitas kakao dari 450,71 kg/ha/ tahun menjadi 720,50
kg/ha/tahun di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 570,30 kg/ha/tahun menjadi 1.239,71 kg/ha/tahun di Nagari Simpang
Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota; (3)Terjadi peningkatan mutu biji kakao yang dihasilkan petani pada ke dua lokasi sehingga sesuai dengan standar
mutu SNI; (4) Keuntungan yang diterima petani kakao di Kabupaten
Limapuluh Kota (Rp. 21.220.000/ha/tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan diterima petani di Kabupaten Padang Pariaman
(Rp. 15.385.000/ha/tahun). Hal ini karena adopsi teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang diterapkan petani di kabupaten Limapuluh kota
Lebih tinggi dari yang ditetakan di Kabupaten Padang Pariaman.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 29
Untuk percepatan peningkatan produksi kakao di Provinsi Sumatera
Barat perlu dilakukan percepatan adopsi inovasi teknologi melalui model
DMC dengan metode Sekolah Lapang (SL) dan demplot pada setiap kecamatan daerah pengembangan kakao.
2.3.2. KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI
POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT
MENDUKUNG PROGRAM GERAKAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP)
DI SUMATERA BARAT
Sumatera Barat memilki potensi sumber daya yang cukup besar untuk memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan sapi. Hasil kajian
ini memperlihatkan bahwa pengembangan teknologi pemanfaatan hasil
ikutan tanaman sawit sebagai pakan ternak sapi potong cukup menjanjikan untuk dikembangkan di wilayah sentra produksi sawit. Dari kajian ini
diharapkan percepatan pengembangan teknologi pemanfaatan pakan sapi potong berbahan baku hasil ikutan kelapa sawit, dapat direkomendasikan
kepada para stakeholder dan end-users. Disamping itu kajian ini dapat mendorong berkembangnya teknologi penyediaan pakan bermutu dalam
rangka meningkatkan produksi sapi potong dan pendapatan masyarakat
petani sesuai dengan harapan program Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) di Sumatera Barat. Di sisi lain, efisiensi produksi tanaman sawit pun
dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan ternak.
a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pengkajian ini dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Kelompok Tani Saiyo Sakato, Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat; Kelompok Tani Sinar
Maju Jaya, Kecamatan Kiningan Parit Kampar, Kabupaten Sijunjung; dan Kelompok Tani Gelora Kabupaten Dharmasraya. Pelaksanaan kajian ini
melalui dua tahap kegiatan yang meliputi (i) Pelaksanaan survai (Kegiatan
1), dan (ii) Kajian pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit pada sapi potong (Kegiatan 2). Hasil Kegiatan 1, memperlihatkan bahwa usaha peternakan
sapi potong oleh peternak setempat masih memakai cara tradisional dan belum memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit. cara berternak yang
tradisional mengharuskan peternak mencarikan pakan hijauan berupa
rumput yang banyak menghabiskan waktu, tenaga serta biaya. Hasil Kegiatan 2, memperlihatkan bahwa (i) sapi yang diberikan perlakuan pakan
dari hasil ikutan tanaman sawit berupa Solid dan Bungkil Inti Sawit (BIS) mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan, (ii) ternak sapi
menyenangi produk Solid dan memberikan efek yang cukup baik bagi
pertumbuhan, dan (iii) Pemberian hasil ikutan tanaman sawit, khususnya silase pelepah sawit pada sapi PO, dapat menghemat waktu dan tenaga
petani dalam mengumpulkan hijauan rumput dan menghasilkan pertumbuhan ternak yang cepat sehingga fungsi reproduksi berjalan normal.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 30
b. Metode Pencapaian Target Kinerja
Produk target yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: Adaptasi teknologi maju agar lebih berpeluang untuk diadopsi peternak.Hal
ini dilakukan dengan cara menghasilkan teknologi maju untuk pemanfaatan pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit, melalui :
1. Rekomendasi pengembangan teknologi pakan sapi potong berbasis
hasil ikutan tanaman sawit sebagai upaya meningkatkan produksi sapi potong di Sumatera Barat.
2. Sosialisasi formulasi ransum berbasis tanaman sawit untuk sapi potong sesuai dengan kondisi setempat.
3. Publikasi sebanyak minimal dua tulisan ilmiah yang diterbitkan di
jurnal/prosiding nasional atau daerah.
c. Potensi Pengembangan ke Depan
Berdasarkan hasil survai dan kegiatan kajian di tiga kabupaten
tersebut maka terdapat potensi pengembangan sapi potong dengan
memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit. Hal ini bervariasi antar kabupaten tempat dilaksanakan kajian tersebut.
1. Kabupaten Pasaman Barat: Potensi untuk mengembangkan sapi
induk lokal dengan memanfaatkan produk Solid yang dapat diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan harga yang relatif
murah.
2. Kabupaten Sijunjung: Potensi untuk mengembangkan sapi penggemukan (simental dan sejenis) dan sapi perbibitan (sapi bali)
dengan memanfaatkan silase isi pelepah daun sawit. Pemanfaatan Solid masih terbentur pada izin pabrik (PKS). Oleh karena itu,
diperlukan intervensi Pemerintah Daerah agar PKS dapat memberi
kelonggaran bagi petani yang berada di sekitar pabrik untuk pemanfaatan secara terbatas dari produk Solid yang dihasilkannya.
3. Kabupaten Dharmasraya: Potensi untuk mengembangkan pembibitan sapi jenis PO dan usaha penggemukan dengan
memanfaatkan silase daun sawit sangat besar, karena pihak perbankan besedia untuk memberikan modal untuk usaha
penggemukan sapi di lokasi kajian tersebut. Pemanfaatan Solid
belum dapat diaplikasi karena masalah yang sama dengan di Kabupaten Sijunjung.
d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program
Sinergi koordinasi kelembagaan - program ke depan perlu dilaksanakan dengan melibatkan instansi pemerintah, masyarakat petani,
pihak pemberi modal (perbankan), perusahaan perkebunan dan instansi penghasil teknologi (Ristek-Litbang). Dalam hal ini masing-masing pihak
terkait berperan sesuai dengan tupoksinya agar sinergisme berjalan sesuai
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 31
harapan, yaitu: Pemerintah berperan dalam fungsi koordinatif, masyarakat
sebagai pengguna hasil ikutan tanaman perkebunan sekaligus sebagai
penyuplai pupuk organik bagi perusahaan perkebunan, perbankan memberi kemudahan dalam penyediaan modal yang prospektif, perusahaan
perkebunan memudahkan hasil ikutan tanaman sawit dimanfaatkan petani, dan terakhir teknologi tepat guna dibantu oleh penghasil teknologi.
e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbagyasa
Hasil dari pengkajian ini diharapkan nantinya diadopsi oleh kelompok tani di daerah berbasis sawit. Sosialisasinya diharapkan melalui kegiatan
temu lapang di masing-masing lokasi pengkajian dengan mengundang
kelompok tani lain agar pemanfaatan hasil pengkajian ini dapat berkembang di kelompok lain. Apalagi setelah Temu Lapang dilaksanakan, maka
kehadiran Bupati Dharmasraya mengharapkan agar dapat diterapkan hasil kajian dalam skala usaha yang lebih luas di daerah.
Gambar 13. Pelaksanaan pengkajian di kelompok tani
2.3.3. KAJIAN PENGARUH PENGGUNAAN BIBIT KARET CABUTAN (Seedling) DAN KLONAL (Okulasi) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
LATEKS PADA PERKEBUNAN RAKYAT DI SUMATERA BARAT
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) salah satu komoditi perkebunan mempunyai peranan sangat penting sebagai sumber devisa negara, menyerap 1,7 juta tenaga kerja, sumber pendapatan lebih dari 10 juta petani dan penyumbang total produk domestik bruto (PDB) mencapai 6 triliun rupiah setiap tahunnya. Luas areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,456 juta hektar dengan produktivitas masih rendah lebih kurang 900 kg/ha. Sementara rata-rata hasil karet rakyat di Malaysia, Thailand, India dan Vietnam sudah mencapai kisaran 1,3-1,6 t/ha. Tingginya produktivitas karet rakyat dibeberapa negara produsen tersebut akibat tingginya persentase penggunaan bibit klonal (okulasi) oleh pekebun karet rakyat mencapai 90-100%, sementara pekebun karet rakyat di Indonesia baru 40 % menggunakan bibit klonal dan sisanya menggunakan bibit cabutan atau asal biji (seedling).
Berdasarkan permasalahan dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan bibit cabutan dan okulasi terhadap pertumbuhan dan produksi lateks karet pada perkebunan rakyat, bertujuan untuk: (1) mendapatkan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 32
data konkrit tentang perbedaan pertumbuhan dan produksi lateks karet rakyat dari bibit cabutan dengan bibit klonal, (2) mendapatkan data dan informasi permasalahan pengadaan bibit karet bermutu di tingkat perkebunan rakyat, (3) mendapatkan data keragaan teknologi budidaya yang diterapkan petani pada perkebunan karet rakyat, dan (4) menghasilkan rekomendasi kebijakaan operasional untuk Pemerintah Daerah (Pemda). Lokasi kegiatan merupakan perkebunan karet rakyat di Provinsi Sumatera Barat pada 4 (empat) kabupaten sentra produksi karet yaitu Kabupaten Dharmasraya, Sijunjung, Limapuluh Kota dan Pasaman. Fokus kegiatan penelitian mempelajari pengaruh penggunaan bibit karet cabutan dibanding dengan bibit klonal terhadap pertumbuhan dan produksi lateks pada perkebunan rakyat di Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan pengkajian terdiri dari 4 tahap: (1) koordinasi dan pengumpulan data sekunder ke beberapa instansi terkait dan Dinas Perkebunan Kabupaten penghasil utama karet dan penangkar bibit karet; (2) Focus Group Discussion (FGD) untuk menghimpun berbagai informasi tentang masalah pengadaan dan penggunaan bibit karet bermutu (okulasi) dan teknik budidaya dilakukan petani pekebun karet. FGD dilaksanakan di setiap Kecamatan terpilih dengan mengikut sertakan beberapa orang key informan termasuk Camat, PPL, Penangkar bibit karet, Ketua Kelompok Tani Karet, pedagang pengumpul karet, dan pemuka masyarakat di setiap desa; (3) Survai terstruktur dilakukan pada 16 desa menggunakan kuesioner dengan memilih 20-30 orang petani pekebun karet memiliki tanaman telah berproduksi (TM) berasal dari kedua jenis bibit. Setelah wawancara dilakukan pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman karet petani bersangkutan memilih 10 batang tanaman berasal dari kedua jenis sumber bibit. Selanjutnya data terkumpul dikompilasi, tabulasi, interpretasi dan dianalisis, dan (4) penyampaian hasil kegiatan berupa konsep kebijakan kepada Pemda Provinsi dan Kabupaten. Metode pencapaian target kinerja penelitian ada dua cara; (1) menggunakan Quick Simple Assessment (QSA) berbentuk koordinasi, pengumpulan data sekunder dan FGD dan (2) survai formal terhadap petani perkebunan karet dan pengamatan pertumbuhan serta produksi tanaman karet petani berasal dari kedua jenis bibit tersebut. Penentuan lokasi di kabupaten dilakukan secara bertingkat (Multi stage) sehingga terpilih 4 kabupaten memiliki kebun karet rakyat terluas, termasuk dalam penentuan 2 kecamatan per kabupaten dan 2 desa setiap kecamatan.
Dari hasil kajian diperoleh informasi, rata-rata produktivitas karet rakyat di Sumatera Barat masih rendah (300-800 kg/ha/th) akibat persentase penggunaan bibit cabutan lebih tinggi (70 %), dan umumnya pertanaman karet sudah berumur lebih 25 tahun dan cara budidaya yang tradisional tanpa dilakukan pemupukan, pengendalian OPT dan sanitasi kebun. Hasil pengamatan perbedaan pertumbuhan dan produksi antara tanaman karet petani yang berasal dari cabutan dan okulasi dengan cara pemeliharaan sama, tanaman asal bibit okulasi pertumbuhan relatif seragam termasuk ukuran lingkaran batang lebih kecil dan tinggi cabang lebih rendah. Kemudian produksi lateks sangat berbeda dimana tanaman asal bibit okulasi produksi 551-941 kg/ha/th sementara tanaman asal bibit cabutan produksinya hanya 289-397 kg/ha/th. Namun demikian peluang
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 33
pengembangan karet rakyat di Sumatera Barat masih sangat besar dengan dukungan ketersediaan lahan cukup luas 2,4-5,0 ha per KK dengan lahan milik sendiri dan didukung dengan usia rata-rata petani karet masih produktif 40-60 thn dan tingkat pendidikan cukup baik
Pengembangan ke depan dari hasil kajian ini dinilai sangat prospektif jika Pemda Provinsi Sumatera Barat maupun Kabupaten serius menindak lanjuti hasil pengkajian ini. Dalam rangka mempercepat pengenalan dan pengadaan bibit bermutu karet bagi petani dibangun penangkar secara lokalita di kecamatan atau desa, kemudian setiap penangkar difaslitasi dengan kebun entres klon karet unggul. Diharapkan dengan tersedianya bibit bermutu dengan harga terjangkau secara perlahan semua lahan petani akan tertanami dengan bibit karet bermutu (okulasi). Dampak positif terhadap kemudahan bagi petani mendapatkan bibit bermutu lebih mempercepat penggunaan bibit karet bermutu sehingga dalam kurun waktu 5-7 tahun sudah terlihat peningkatan produktivitas kebun karet rakyat secara nyata dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani karet secara umum.
Gambar 14. Pelaksanaan pengkajian dengan metode FGD (kiri) dan pengamatan keragaan pertumbuhan dan produksi lateks tanaman karet petani yang berasal dari bibit okulasi dan cabutan (kanan)
2.4. PENDAMPINGAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN
TERPADU (SL-PTT) DI SUMATERA BARAT
2.4.4. PENDAMPINGAN KEGIATAN SL-PTT PADI SAWAH
DI KABUPATEN SOLOK
Kabupaten Solok termasuk surplus produksi beras dan menjadi salah
satu dari sebelas kabupaten pelaksana SL-PTT padi sawah di Sumatera Barat. Dari 89.650 ha target SL-PTT di Sumatera Barat tahun 2012, seluas
9.500 ha (10,59%) diantaranya ditempatkan di Kabupaten Solok. Pendampingan SL-PTT Padi Sawah untuk kabupaten Solok dilakukan dalam
bentuk peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) melalui pelatihan
bagi petugas dan petani, publikasi, display Varietas Unggul Baru (VUB), dan temu lapang. Pendampingan SL-PTT di Sumatera Barat bertujuan untuk
mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah, sehingga mampu meningkatkan produksi minimal 10%, baik melalui peningkatan produktivitas
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 34
dan/atau peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Sampai akhir tahun 2012,
kegiatan yang telah terlaksana adalah pelatihan petugas pendamping lapang
terdiri dari koordinator penyuluh, penyuluh, kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT), dan ketua kelompok tani pelaksana SL-PTT pada beberapa lokasi.
Pelatihan dilakukan untuk tiga angkatan. Materi utama pelatihan adalah inovasi teknologi dalam pelaksanaan SL-PTT padi sawah, deskripsi VUB yang
akan dikembangkan, dan pemupukan spesifik lokasi. Benih padi varietas
Inpari-12 telah terdistribusi sebanyak 70 kg kepada empat kelompok tani untuk pelaksanaan Sekolah Lapang Padi Tanam Sebatang (SL-PTS) dengan
dana APBD Provinsi Sumatera Barat di Kecamatan Kubung. Empat lokasi displai VUB pada empat kecamatan (Bukit Sundi, Sungai Lasi, Kubung, dan
Gunung Talang) sudah dilaksanakan, yaitu menggunakan VUB Inpari-12
dan Inpari-21 Batipuh, masing-masing sebanyak 10 – 20 kg/lokasi. Dua jenis VUB (Inpari 12 dan Inpari 21) sudah didistribusikan kepada sebanyak
delapan kelompok tani termasuk peserta kegiatan SL-PTS dibawah koordinasi Dinas Pertanian Provinsi sebayak 130 kg (50 kg Inpari 12 dan 80
kg Inpari 21 Batipuh).
Untuk kegiatan display VUB pada empat lokasi juga digunakan
sebanyak 40 kg benih Inpari 12 dan 60 kg Inpari 21 Batipuh. Perolehan
hasil fisik display VUB Inpari 21 pada beberapa lokasi berkisar 5,0-7,0 t/ha, sedangkan hasil Inpari 12 pada baberapa lokasi berkisar 4,0-5,12 t/ha
Gabah Kering Panen (GKP). Selain itu, dengan adanya kegiatan SL-PTT Model Dana Kontingensi untuk Kabupaten Solok seluas 44 unit (1.100 ha)
pada empat kecamatan yang dikelola oleh Dinas Pertanian Perikanan dan
Peternakan Kabupaten Solok, Liason officer (LO) Kabupaten Solok beserta tim juga berkontribusi dalam pendampingan. Kontribusi tersebut antara lain
dalam bentuk identifikasi calon petani/calon lokasi (CP/CL), distribusi publikasi, dan narasumber pada pertemuan petani dalam kegiatan labor
lapang.
Gambar 15. Temu Lapang di Poktan. Sawah Balai Saiyo Nagari Kinari menggunakan
VUB Inpari 12 (kiri) dan keragaaan padi sawah VUB Inpari 12 dan
Inpari 21 Batipuh, di Nagari Guguak Sarai, Kecamatan Sungai Lasi, Kabupaten Solok (kanan)
2.4.5. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 35
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu
pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Untuk mempercepat pengembangan Program PTT secara
nasional. Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT untuk mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau
narasumber lainnya. Upaya mendukung program SL-PTT padi sawah
tersebut, maka dilakukan pendampingan, diantaranya melalui demplot display VUB padi sawah, identifikasi biofisik lokasi pendampingan, pelatihan
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)/Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), pendistribusian media cetak dan temu lapang. Kabupaten
Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten pelaksana kegiatan SL-PTT
yang didampingi di Sumatera Barat. Pendampingan bertujuan untuk: mempercepat diseminasi inovasi
teknologi padi sawah melalui identifikasi biofisk dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA, demplot uji adaptasi VUB padi sawah, kegiatan pelatihan
untuk PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam
mendukung program SL-PTT padi sawah sehingga dapat meningkatkan
produksi. Pengkajian dilakukan berdampingan dengan lokasi SL-PTT di Kabupaten Solok Selatan dari bulan Januari s/d Desember 2012. Kegiatan
koordinasi dan sosilaisasi telah dilakukan dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan serta dengan Kantor Penyuluhan
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan, yaitu dengan
menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Solok Selatan tahun 2012.
Selama tahun 2012 telah dilakukan kegiatanantara lain: (1) Koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Kantor Penyuluhan Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan tentang pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT di Kabupaten Solok Selatan; (2) Lokasi
demplot displai VUB padi sawah telah disepakati dengan kelompok
pelaksanaan yang dilakukan pada awal September 2012 dengan menggunakan VUB Inpari 21-Batipuah dan Ceredek Merah di Kecamatan
KPGD (Koto Parik Gadang Diateh) dan Sangir. Sedangkan di Kecamatan Sungai Pagu ditanam dengan VUB Kuriek Kusuik dan Caredek Merah; (3)
Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta
kalender tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan di BPP Kecamatan KPGD (4) Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku
Hama Penyakit padi sawah dan pengendaliannya telah didistribusikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Peternakan dan
Perikanan serta Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Solok Selatan, PPL dan POPT seluruh Kecamatan yang ada di Solok Selatan
2.4.6. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN LIMAPULUH
KOTA DAN KOTA PAYAKUMBUH
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 36
PTT padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dalam
budidaya tanaman padi sawah. Melalui program PTT padi sawah diharapkan
kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani
berkelanjutan. Dalam bebagai pengujian diketahui penerapan pendekan PTT mampu menngkatkan produksi padi antara 15-35%, dibandingkan dengan
praktek budidaya petani selama ini. Kegiatan ini bertujuan mempercepat
diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui demplot varietas unggul baru (VUB) padi sawah, pelatihan dan temu lapang teknologi padi sawah
dalam mendukung program SL-PTT padi sawah, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan petani dan produksi padi sawah di Kabupaten
Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
Kegiatan pendampingan SL-PTT di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota payakumbuh yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (a)
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh (baik dalam bentuk kebijakan dan teknis), (b) Melakukan
sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan pendampingan kegiatan SL-PTT padi sawah dengan institusi terkait yang dilaksanakan di Kabupaten Limapuluh
Kota dan Kota Payakumbuh, (c) Membantu mekanisme distribusi benih dari
Balai Besar Penelitian Padi/BPTP Sumatera Barat untuk displai VUB ke lokasi pelaksanaan SL-PTT.
Dalam tahun 2012, di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, telah dilaksanakan display VUB padi sawah, yaitu dengan menanam
VUB padi sawah pada empat lokasi pada dua Kecamatan yaitu di
Kecamatan Situjuh dan Kecamatan Guguak, masing-masingnya dengan luas berkisar 0,5 ha sampai 1 ha. Di Kota Payakumbuh display VUB dilakukan di
Kecamatan Payakumbuh Barat pada Kelompok Tani Padang Tangah Sepakat dengan petani pelaksana saudara Afrizal Edi. Hasil panen yang diperoleh
tertinggi pada varietas Inpari-12 yaitu 9,6 t/ ha dan Inpari-21 Batipuh, yaitu 9,4 t/ha gabah kering panen. Pelatihan tenaga penyuluh pertanian telah
dilaksanakan pada tanggal 11 April 2012 di BPP Kecamatan Guguak
Kabupaten Limapuluh Kota. Media cetak dalam bentuk leaflet telah didistribusikan kepada penyuluh pertanian lapangan, dengan judul antara
lain: (a) Penyakit Utama Padi Sawah dan Pengendaliannya, (b) Hama Utama Padi Sawah dan Pengendaliannya dan (c) Varietas Unggul Baru (VUB) Padi
Sawah Preferensi Masyarakat Sumatera Barat. Keluaran yang dicapai adalah
varietas unggul baru padi sawah Inpari-12, Inpari-21 Batipuh dan Silugonggo telah dikenal dan tersebar di Kabupaten Limapuluh Kota, dan
varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh di Kota Payakumbuh. Hasil yang dicapai adalah pertumbuhan VUB padi sawah tersebut terlihat bagus dan
akhir tahun 2012, varietas Inpari-12 di Kabupaten Limapuluh Kota sudah
mengeluarkan malai. Manfaat yang dicapai adalah display VUB telah memberi keragaman
genetik padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, ini diharapkan dapat menekan perkembangan hama dan penyakit, sehingga
kegagalan hasil padi dapat diatasi. Disamping itu, varietas unggul baru yang diikuti dengan teknologi budidaya yang baik telah memberikan peningkatan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 37
hasil padi sawah. Pelatihan dilaksanakan di BPP Kecamatan Situjuah,
Kabupaten Limapuluh Kota dan di Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota
Payakumbuh. Pada Pelatihan di BPP Kecamatan Situjuah telah dilakukan pendistribusian leaflet meningkatkan pengetahuan penyuluh pertanian
terhadap budidaya padi sawah secara baik. Dampak yang dicapai adalah Penyebaran varietas unggul baru melalui display akan meningkatkan jumlah
varietas padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
Keadaan ini memberikan alternatif pilihan varietas padi sawah yang sesuai menurut petani dengan keadaan yang spesifik lokasi, harga dan rasa yang
disukai. Peningkatan hasil panen padi varietas unggul baru telah memberikan peningkatan pendapatan petani padi sawah di kabupaten
Limapuluh Kota.
Gambar 16. Penampilan varietas Inpari-12 (Kiri) dan Inpari-21 Batipuh (Kanan) pada lokasi display VUB padi sawah di lahan petani Kolompok Tani Tunas Harapan Kecamatan Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota
2.4.7. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN TANAH DATAR
Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produksi padi sawah
dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru produktivitas tinggi yang
dibudidayakan dengan pendekatan PTT. Penyebarluasan PTT dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). SL-PTT merupakan pendekatan paling efektif
untuk saat ini dalam mendukung program percepatan peningkatan produksi tanaman pangan, terutama padi sawah. Oleh karena itu, SL-PTT telah
diadopsi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu program strategis Kementerian Pertanian untuk peningkatan produktivitas
dan produksi tanaman pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
memiliki peran sangat strategis dalam mendukung SL-PTT. Dalam hal ini, BPTP tidak saja merupakan sumber inovasi teknologi bagi petani, akan
tetapi sekaligus sebagai narasumber dan pendamping teknologi di lapangan. Melalui program ini, Indonesia telah mencapai swasembada beras kedua
pada tahun 2008. Keberlanjutan swasembada beras ini perlu terus
diupayakan, antara lain dengan lebih meningkatkan pelaksanaan program SL-PTT. Oleh karena itu, program SL-PTT perlu terus dilaksanakan dan
dikembangkan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan pendampingan bertujuan untuk
mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui display
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 38
varietas unggul baru (VUB) padi sawah dan demonstration plot (demplot)
PTT dengan teknologi padi sawah lengkap dalam mendukung program SL-
PTT padi sawah sehingga dapat meningkatkan produktivitas padi sawah. Ruang lingkup kegiatan ini terdiri dari: (a) Koordinasi dan sosialisasi SLPTT
padi sawah; (b) Demonstration plot (demplot) PTT padi sawah; dan (c) Pelatihan.
Dari hasil kegiatan pendampingan SLPTT padi di Kabupaten Tanah
Datar dapat disimpulkan dan disarankan antara lain: (1) Demplot PTT padi sawah terlaksana pada 5 (lima) lokasi, yaitu: di Kecamatan Rambatan,
Batipuah, Pariangan, Sungai Tarab, dan Tanjuang Ameh; (2) Produktivitas hasil VUB Inpari-21 Batipuah berkisar 5,76-7,01 t/ha, Tukad Unda (5,62-
6,68 t/ha), Logawa (5,96-7,17 t/ha), dan Inpari-12 (4,92-7,74 t/ha); (3)
VUB Inpari-21 Batipuah sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar karena rata-rata hasil lebih tinggi dibanding VUB lainnya dan rasa
nasinya yang enak berdasarkan preferensi kosumen/masyarakat Sumatera Barat; (4) Benih VUB Inpari-21 Batipuah yang disebarkan setelah kegiatan
ini berjumlah 3,3 ton, masing-masing sebanyak 2,3 ton untuk Kabupaten Solok dan 1,0 ton dalam bentuk stock benih di gudang; (5) Pendampingan
SL-PTT padi sawah dilaksanakan pada 11 kecamatan di Kabupaten Tanah
Datar dengan melibatkan 79 keltan; dan (6) Pemerintah Kabupaten Tanah Datar disarankan untuk mengembangkan VUB Inpari-21 Batipuah.
Gambar 17. Pertumbuhan tanaman padi sawah di Kecamatan Rambatan (kiri) dan ,
di Kecamatan Pariangan, .
2.4.8. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN DAN KOTA PARIAMAN
Pemerintah berupaya mempercepat peningkatan produksi padi, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kegiatan ini diimplementasikan melalui program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN). Strategi yang diterapkan dalam P2BN adalah melalui penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Kementerian Pertanian telah menghasilkan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi, seperti penyediaan varietas unggul dan
komponen teknologi produksi lainnya. Badan Litbang Pertanian juga telah
berhasil mengembangkan PTT padi sawah. PTT padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usaha tani padi melalui perbaikan pendekatan dalam perakitan paket teknologi produksi padi yang sinergis antar komponen-komponen teknologi,
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 39
dilakukan secara partisipatif oleh petani, serta bersifat spesifik lokasi.
Sehubungan dengan program P2BN tersebut Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) sebagai perpanjangan tangan Badan Litbang Pertanian melakukan perakitan komponen teknologi melalui pendekatan PTT spesifik
lokasi, serta melakukan pendampingan dalam penerapan teknologi di tingkat usahatani dalam bentuk sekolah lapang pengelolaan tanaman
terpadu (SL-PTT) padi sawah. Untuk mempercepat pelaksanaan dan
pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi.
Pendampingan pelaksanaan kegiatan SL-PTT Padi Sawah di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman bertujuan untuk; (a)
melaksanakan koordinasi dan sosialisasi dengan institusi terkait (Dinas
Pertanian, Badan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan), dan UPTD di kecamatan terpilih, (b) mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi
sawah melalui kegiatan displai VUB (varietas unggul baru) yang meningkatkan produksi padi sawah minimal 10%. (c) menjadi nara sumber
inovasi teknologi padi sawah untuk penyuluh, dan nara sumber SL-PTT padi sawah yang dilaksanakan oleh kelompok tani,dan (d) melaksanakan temu
lapang pada salah satu lokasi terpilih, serta mendistribusikan media cetak
inovasi teknologi padi sawah.
Takaran pemupukan untuk displai VUB padi sawah ditetapkan dengan
PUTS (perangkat uji tanah sawah). Pelaksanaan PRA untuk rekomendasi teknologi PTT padi sawah pada SL-PTT Model kontingensi, telah dilakukan
untuk 15 kecamatan di kabupaten Padang Pariaman, dan 4 kecamatan di
Kota Pariaman. Displai 2 (dua) VUB padi sawah (VUB Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh) telah dilaksanakan di 5 kecamatan: VUB Inpari 12 memberikan
hasil rata-rata 6,54 t/ha (6,12- 7,20 t/ha). Sedangkan VUB Inpari 21 Batipuh mampu memberikan hasil hasil rata-rata sebesar 7,19 t/ha (6,55 -8,54 t/ha).
Hasil tertinggi VUB Inpari 12 (7,20 t/ha GKP) dan Inpari 21 Batipuh (8,54 t/ha GKP) didapatkan di lahan sawah kelompok tani Tunas Sakato
Pakandangan kecamatan Enam Lingkung. Berdasarkan hasil uji adaptasi 2
VUB tersebut dapat direkomendasikan sebagai alternatif untuk budidaya padi sawah di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, karena
dapat meningkatkan hasil serbesar 0,5 – 1,0 t/ha.
Kegiatan pelatihan telah dilaksanakan ditingkat Provinsi Sumatera
Barat dengan topik/materi “Dukungan Teknis BPTP (Teknologi PTT Padi
Sawah)” untuk mendukung program P2BN. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota kegiatan pelatihan dilaksanakan di lokasi pelaksanaan
display VUB padi sawah, dengan topik/materi “Komponen/paket teknologi PTT padi sawah”. Telah didistribusikan media cetak dalam bentuk 6 (enam)
leaflet dan 1 (satu) buku kepada; koordinator penyuluh, penyuluh lapang
(PPL/THL) BPK kecamatan pelaksanaan displai VUB, pengurus kelompok dan petani kooperator pelaksana displai VUB tersebut, dan kepada perwakilan
kelompok tani peserta SL-PTT Model padi sawah dana kontingensi.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 40
Temu lapang dilaksanakan pada lokasi display VUB yaitu di lahan
kelompok tani Tunas Sakato, Korong Pasa, Nagari Pakandangan Kecamatan
Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, pada tanggal 14 Agustus 2012, dengan tema “Temu Lapang dan Panen Perdana VUB Inpari 12 dan
VUB Inpari 21 Batipuh”. Kegiatan ini dihadiri oleh peneliti dan penyuluh BPTP Sumatera Barat dan pengambil kebijakan di Kabupaten Padang
Pariaman (Bappeda, Dispernakhut, dan BP3K&KP, penyuluh dari UPTD/BPK
Kecamatan Enam Lingkung, sekretaris camat, wali nagari, kepala Korong, perwakilan kelompok tani di Kecamatan Enam Lingkung, serta pengurus dan
anggota Kelompok Tani “Tunas Sakato”.
Gambar 18. Keragaan VUB Inpari 12 & VUB Inpari 21 Batipuah di Padang Pariaman
Gambar 19. Kegiatan Temu Lapang dan Panen Perdana Displai VUB padi sawah di Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung, Kabupaten. Padang Pariaman.
2.4.9. PENDAMPINGAN SL_PTT PADI SAWAH KABUPATEN PASAMAN
Pelaksanaan pendampingan SL_PTT padi sawah di Kabupaten Pasaman telah dilakukan dalam bentuk 5 kegiatan utama yaitu; (a)
Pelatihan/nara sumber; (d) Pendistribusian media cetak dan (e) Temu
lapang inovasi teknologi padi sawah. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan melakukan koordinasi dengan Pemda kabupaten Pasaman seperti Dinas
pertanian Kabupaten Pasaman dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 41
Ketahanan Pangan Kabupaten kabupaten Pasaman. Khusus untuk SLPTT
Model, sebelum pelaksanan pendampingan, dilakukan pengumpulan data
biofisik melalui Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Kajian kebutuhan dan peluang (KKP). Dari hasil PRA di Air Manggis Kecamatan Lubuk Sikaping
diketahui, keragaan Penerapan Teknologi Padi sawah; Varietas yang dominan digunakan oleh masyarakat di daerah ini adalah IR 42. Secara
umum petani menggunakan benih yang berasal dari hasil panen sendiri
atau ditukar dengan tetangga (benih tidak Bersertifikat) dengan siklus pergantian benih dan varietas yang tidak menentu. Hasil + 3ton/ha, jerami
sebagian dibakar dan sebagian ditumpuk dipematang. Keragaan teknologi budidaya padi di Rao Selatan adalah; Indek pertanaman adalah 1-1,5.
Biasanya panen yang baik adalah pada pertanaman musim hujan karena
pada daerah Rao selatan ini saluran irigasi belum berfungsi dengan baik sehingga pada pertanaman musim kemarau atau akhir musim hujan
tanaman sering mengalami kekeringan sehingga hasil relatif rendah (yaitu 3-4 t/ha). Varietas yang dominan digunakan oleh masyarakat di daerah ini
adalah IR 66, IR 64, Ciherang.
Khusus untuk lokasi SL_PTT model dana Kontingensi telah dilakukan
PRA/kajian kebutuhan dan peluang (KKP) teknologi budidaya padi di Unit
pelaksanan tugas Balai Penyuluhan (BP) Bonjol, UPT BP penyuluhan Rao, UPT BP. Penyuluhan Ladang Panjang, UPT BP Penyuluhan Petok, dan UPT
BP Tapus. Gelar teknologi/uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah; Telah dilakukan kegiatan gelar teknologi/uji adaptasi VUB padi
sawah pada 2 lokasi yaitu di Rambahan Tanjung Betung, Kecamatan Rao
Selatan dan di Kuamang, Nagari Panti dengan menguji 2 varietas (Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh). Gelar teknologi VUB di Rambahan tanjung Betung
didapat kan hasil 5,86 t/ha gabah kering panen (GKP) untuk VUB Inpari 12 dan 6,40 t/ha untuk VUB Inpari 21 Batipuh. Gelar Teknologi VUB di
Kuamang nagari Panti didapatkan hasil Inpari 12 sebesar 5,50 t/ha dan Inpari 21 Batipuh dengan hasil 5,60 t/ha.
Hasil analisis ekonomi terhadap varietas Inpari 12 dan Inpari 21
Batipuh di Rao Selatan memperlihatkan bahwa VUB Inpari 21 Batipuh lebih memberikan harapan di bandingkan dengan VUB Inpari 12 yang dapat
memberikan keuntungan Rp 3.136.650 untuk 0,25 ha dibandingkan dengan VUB Inpari 12 hanya memberikan keuntungan Rp. 2.681.050 untuk luas
0,25 ha.
Untuk mempercepat penyebaran varietas unggul baru selain melalui gelar teknologi/uji adaptasi VUB juga dilakukan pendistribusian benih
kepada 21 kelompok tani. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan petani dibidang budidaya tanaman padi, telah dilakukan pelatihan pada 10
kelompok tani yaitu kelompok tani Air dadok, Canggang sejahtera, Karya
tani, Berkah, kelompok tani Sukajadi dan kelompok tani lainnya. Pendistribusian media cetak, untuk meningkatkan pengetahuian
petani/penyuluh dan memudahkan pengambilan keputusan dilapang, telah
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 42
didistribusikan pada kelompok tani, penyuluh dan petugas lainnya lefleat.
BWD dan buku saku kepada penyuluh dan keltan tani peserta SL_PTT.
Temu lapang Inovasi teknologi budidaya padi sawah, telah dilakukan 2 kali temu lapang yaitu pada kegiatan SLPTT Model di Lubuk Sikaping
dengan kegaiatan tanam perdana di Poktan Taruko Sejati Nagari Air Manggis Kecamatan Lubuk Sikaping pada tanggal 9 Mei 2012. Temu lapang
dihadiri oleh kepala dinas Pertanian, Kabid. Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Sekretaris B2KP Kabupaten Pasaman Kasi. Padi Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat, peneliti dan penyuluh dari BPTP Sumatera Barat,
Camat Lubuk Sikaping, Wali Nagari Air Manggis, penyuluh pertanian lapangan dan anggota kelompok tani dengan peserta sebanyak 75 orang.
Gelar teknologi/display VUB padi sawah Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh
yang telah dilakukan temu lapang panen padi Inpari 12 tanggal 2 Agustus 2012 pada Kelompok Tani Bangun Basamo Lamo di Jorong Rambahan,
Nagari Tanjung Betung Kabupaten Pasaman Temu lapang dinilai sukses baik oleh para undangan mau pun petani peserta. Acara Temu Lapang yang
dihadiri sekitar 40 orang berjalan dengan lancar dan dalam penghitungan hasil ubinan legowo 4 : 1 diperoleh hasil sebesar 5.9 t /ha GKP untuk VUB
Inpari 12.
Gambar 20. Penampilan Inpari 12 (kiri) danInpari 21 Batipuh pada stadia
vegetatif, pada gelar teknologi VUB di Rambahan Rao Selatan.
2.4.10. PENDAMPINGAN SL_PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN SIJUNJUNG
Produksi padi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduk yang terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari 30 juta ton per tahun. Untuk meningkatkan
produksi ini pemerintah telah mencanangkan gerakan peningkatan produksi
beras nasional (P2BN), yang bertujuan untuk meningkatkan produksi padi hingga mampu memenuhi kebutuhan pangan utama masyarakat. Program
P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 2 juta ton pada tahun 2007 dan sebesar 5% per tahun pada tahun 2008-2009 dan tahun
tahun berikutnya. Untuk itu perlu upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas dengan penerapan teknologi budidaya tanaman
sesuai dengan konsep PTT padi sawah, antara lain melalui; (a) penggunaan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 43
varietas unggul (VUB) bermutu, penggunaan bibit berumur muda (<21 hari
setelah semai), pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang
tepat, pemupukan spesifik lokasi yang rasional, (b) pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) sesuai dengan konsep pengendalian
hama/penyakit terpadu (PHT), dan (c) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).
Kegiatan pendampingan SL-PTT Model padi sawah di Kabupaten
Sijunjung dilaksanakan pada 2 Kecamatan dengan kegiatan, yaitu (1) pendampingan untuk peningkatan produktivitas dan IP dan (2) display VUB
pada lokasi BPP Model terpilih dengan VUB varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh. Pendampingan untuk peningkatan produktivitas dilaksanakan di
Kecamatan Tanjung Gadang, dan peningkatan IP dilaksanakan di Kecamatan
Sumpur Kudus.
Gambar 21. Tanam Perdana oleh KSPP BPTP Sumatera Barat (kiri), Tanam Perdana Anggota Keltan (kanan)
2.4.11. PENDAMPINGAN SLPTT PADI SAWAH DI KABUPATEN AGAM DAN
KOTA PADANG
Kegiatan Pendampingan SLPTT padi sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan
suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara
partisipatif bersama petani. Untuk mempercepat pengembangan Program
PTT secara nasional. Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari
peneliti atau narasumber lainnya. Untuk mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut, maka dilakukan pendampingan melalui demplot display
varietas unggul baru (VUB) padi sawah, identifikasi biofisik lokasi
pendampingan, pelatihan PPL/POPT, pendistribusian media cetak dan temu lapang. Pengkajian bertujuan untuk: mempercepat diseminasi inovasi
teknologi padi sawah melalui identifikasi biofisik dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA/KKP, demplot uji adaptasi varietas unggul baru (VUB)
padi sawah, kegiatan pelatihan untuk PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok tani, pendistribusian media
cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT padi sawah
sehingga dapat meningkatkan produksi.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 44
Kegiatan pendampingan dilakukan pada kegiatan SL-PTT padi sawah
di Kabupaten Agam. Kegiatan pendampingan yang dilaksanakan antara lain:
(1) Telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sosialisasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan serta Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam dan Kota Padang dengan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan
pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam; (2) Telah dilakukan
pelaksanaan identifikasi biofisik lokasi pendampingan SL-PTT dengan metode PRA/KKP pada beberapa kecamatan pelaksana SL-PTT padi sawah
di Kabupaten Agam dan Kota Padang; (3) Hasil panen display VUB padi sawah menunjukkan VUB Inpari 21-Batipuah dan Inpari 12 hasilnya lebih
tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding untuk Kecamatan Tanjung
Raya dan Varietas lokal Kuriek Kusuik hasilnya lebih tinggi dibandingkan pada yang sama pada loasi LL, SL-PTT dan Non SL-PTT di Kecamatan
Kamang Magek; (4) Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta kalender tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan, dan
(5) Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku Hama Penyakit padi sawah dan pengendaliannya serta BWD telah didistribusikan
kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan dan
Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, PPL/THL dan POPT Kabupaten Agam dan Kota Padang.
Gambar 22. Kegiatan pelaksanaan temu lapang panen displai VUB dalam kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam.
2.4.12. PENDAMPINGAN SL_PTT JAGUNG DI KABUPATEN TANAH DATAR
Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya senjang hasil jagung di
tingkat penelitian dengan hasil petani adalah lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi. Salah satu cara untuk membantu memecahkan
masalah di atas, Badan Litbang Pertanian melakukan pendekatan melalui PTT, yang mana program ini mampu meningkatkan produktivitas dan
efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara Nasional,
Kementerian Pertanian memasyarakatkan program SL-PTT. Pada tahun anggaran 2012, BPTP Sumatera Barat juga melaksanakan SL-PTT jagung
pada 3 Kabupaten di Sumatera Barat. Pendampingan program SL-PTT jagung di Kabupaten Tanah Datar bertujuan agar teknologi yang telah
dihasilkan Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam
kegiatan SL-PTT jagung, sehingga pelaksanaan SL-PTT jagung di Kabupaten Tanah Datar lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 45
tujuan dan sasaran peningkatan produksi jagung secara nasional. Melalui
pendampingan juga diharapkan varietas unggul baru (VUB) jagung dapat
diketahui adaptasinya di Kabupaten Tanah Datar. VUB yang ternyata beradaptasi baik pada lokasi-lokasi tertentu dapat dipertimbangkan
penyebarannya sebagai alternatif pilihan varietas yang biasa ditanam oleh petani di masa datang.
Kegiatan ini merupakan program diseminasi hasil teknologi yang dikemas dalam bentuk kegiatan “demonstrasi plot dan pelatihan”, yang
dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar pada bulan Januari sampai Desember 2012. Lokasi demplot SL-PTT jagung dilaksanakan pada satu
lokasi di Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,5 ha. Lokasi yang terpilih adalah
Kelompok Tani Banda Kilangan Nagari Kumango Kecamatan Sungai Tarab. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah “demonstrasi plot dan
pelatihan” yaitu suatu bentuk media penyajian kegiatan teknologi secara nyata di lapangan sehingga para pengguna teknologi dapat melihat dan
mengamati secara langsung keragaan inovasi teknologi di lapangan yang pada akhirnya mereka dapat menerapkannya di daerah masing-masing.
Materi demontrasi plot dan pelatihan adalah komoditas jagung. Kegiatan
yang dilaksanakan meliputi: (1) Koordinasi dan Sosialisasi; dan (2) Teknologi Demonstrasi Plot dan Pelatihan. Komponen teknologi yang diterapkan petani
sebagai penciri model PTT jagung adalah: (1) VUB hibrida Bima 2, Bima 3, Bima 4, Bima 5; (2) Asal benih dari BPTP Sumatera Barat; (3) Daya
kecambah >95%; (4) Perlakuan benih; 2 g Saromil/kg benih; (5)
Pengolahan tanah sempurna; (6) Jarak tanam70 x 40 cm (2 biji per lubang); (7) Pupuk Urea berdasarkan BWD (350 kg/ha, diberikan 3 kali, umur 10, 30,
dan 45 HST); (8) Pupuk SP-36 100 kg/ha (berdasarkan PUTK, diberikan umur 10 HST); (9) Pupuk KCl 50 kg/ha (berdasarkan PUTK, diberikan umur
10 HST); (10) Pupuk kandang kotoran sapi 1,5 t/ha diberikan saat tanam sebagai penutup benih; (11) Penyiangan manual umur 30 dan 60 HST; (12)
Pengendalian OPT; dan (13) Panen dilakukan setelah jagung masak
fisiologis, dan prosesing hasil menggunakan alat pemukul.
Dari hasil pendampingan SL-PTT jagung di Kabupaten Tanah Datar dapat disimpulkan dan disarankan antara lain: (1) Keragaan hasil demplot
terlihat bahwa VUB Bima-5 memberikan hasil pipilan kering tertinggi (6,158
t/ha), diikuti Bima-4 (5,883 t/ha), Bima-3 (5,096 t/ha), dan Bima-2 (4,762 t/ha); (2) Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, menyambut sangat baik
adanya kegiatan demonstrasi plot jagung ini; dan (3) Umpan balik yang didapatkan dari kegiatan ini antara lain: BPTP Sumatera Barat diharapkan
dapat menjadi pusat sumber informasi pertanian di Sumatera Barat, melalui
kegiatan pelatihan kepada penyuluh pertanian atau penyuluh swadaya maupun kepada petani. Selain itu, demonstrasi plot dan uji coba teknologi
pertanian sesuai kebutuhan petani hendaknya perlu ditingkatkan pada wilayah lain.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 46
Gambar 23 Tampilan VUB hibrida Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5
2.4.13. PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN PADANG
PARIAMAN
Jagung merupakan komoditas palawija utama, yang dibutuhkan sebagai bahan pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan sebagai
sumber karbohidrat kedua setelah padi. Kebutuhan jagung selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya usaha ternak unggas, untu memenuhi
kebutuhan jagung tersebut perlu dilakukan peningkatan produksi. Di
Sumatera Barat peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam, terutama pada daerah sentra
produksi jagung seperti; kabupaten Pasaman, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, dan kabupaten Tanah Datar.
Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT jagung pada tahun 2011, maka
dalam upaya peningkatan produktivitas jagung, pada tahun 2012 dilanjutkan dengan menggunakan jagung hibrida. Pendampingan SL-PTT jagung
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan diseminasi inovasi teknologi produksi jagung yang bertujuan untuk; (a) melaksanakan kordinasi dan sosialisasi
pelaksanaan kegiatan SL-PTT jagung di kabupaten Padang Pariaman, (b) mempercepat diseminasi/alih teknologi jagung melalui kegiatan displai
varietas unggul baru (VUB) jagung yang mampu meningkatkan hasil minimal
15%, untuk mendukung program SL-PTT jagung, (c) menjadi nara sumber untuk inovasi teknologi jagung untuk PPL (penyuluh/petugas), dan nara
sumber pada kegiatan SL-PTT jagung yang dilaksanakan oleh kelompok tani, (d) melaksanakan kegiatan temu lapang untuk mendukung kegiatan SL-PTT
jagung, dan (e) distribusi media cetak yang berkaitan dengan inovasi
teknologi jagung. Dari hasil kegiatan pendampingan SL-PTT jagung di Kabupaten
Padang Pariaman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; Kegiatan pendampingan SL-PTT jagung dimulai dengan melakukan koordinasi dan
sosialisasi program dengan pihak terkait. seperti pengambil kebijakan,
petugas dan petani. Mereka sangat mendukung pelaksanaan SL-PTT jagung
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 47
dan penerapan display VUB jagung, karena melalui kegiatan ini
diperkenalkan benih jagung hibrida hasil Litbang Kementerian Pertanian
kepada kelompok tani dalam bentuk displai VUB jagung hibrida; yaitu varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Lebih lanjut, VUB tersebut
dapat dijadikan alternatif pilihan varietas dalam budidaya jagung. Pelatihan inovasi teknologi budidaya jagung kepada penyuluh/petugas
pertanian di lapangan, dapat menambah pengetahuan mereka tentang
teknologi budidaya jagung spesifik lokasi, yang dapat meningkatkan produktivitas jagung. Dari 4 (empat) VUB yang diuji (Bima 2, Bima 3, Bima
4, dan Bima 5), ternyata VUB. Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi dibanding dengan 2 VUB lainnya, masing-masing 8,70 t/ha dan 8,55
t/ha. Peningkatan hasil yang nyata lebih baik dari potensi hasil varietas
hibrida sebelumnya, diharapkan penerapan SL-PTT jagung akan berdampak positif dalam pengembangan usahatani jagung di Padang Pariaman,
khususnya di nagari Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung. Kegiatan temu lapang dan panen dihadiri oleh bapak Bupati
kabupaten Padang Pariaman dan kepala SKPD terkait (Distannakhut, BP3K&KP, Bappeda, Dinas Catatan Sipil, Badan pemberdayaan Masyarakat
(BPM) dan Dinas Perindustrian Kabupaten Padang Pariaman), Dinas
Pertanian provinasi Sumatera Barat, peneliti, penyuluh, Camat kecamatan Lubuk Alung, aparat kecamatan, nagari, kelompok tani/petani kooperator,
dan perwakilan kelompok tani di sekitar lokasi display VUB. Hasil dari temu lapang tersebut diperoleh informasi bahwa ke empat VUB yang diuji disukai
oleh petani. Namun demikian, VUB Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil
yang tinggi. Media yang didistribusikan adalah materi pelatihan teknologi PTT jagung (komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan), dan diskripsi
empat VUB jagung yang didisplaikan, serta Buku Petunjuk Lapang Hama, Penyakit dan Hara pada tanaman jagung.
kegiatan M-KRPL ini, yaitu dari 15 KK diawal kegiatan, kemudian
berkembang menjadi 20 KK.
Gambar 29. Kondisi pekarangan masyarakat setelah kegiatan M-KRPL
Gambar 30. Kunjungan Bapak Walikota Kota Pariaman ke Kebun Bibit Desa Cubadak
Aie Kecamatan Pariaman Utara dan kepada Ketua kelompok pelaksana M-KRPL.
2.5.7. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN DHARMASRAYA
Pada umumnya luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh masing-
masing peserta M-KRPL di Kabupaten Dharmasraya tergolong sedang (Strata 3). Dalam Tahun 2012, tanaman yang telah diintroduksikan pada
kegiatan M-KRPL ini adalah tanaman sayuran antara lain; kangkung, bayam,
caisin, selada, seledri, tomat, cabe, kacang panjang, terung, mentimun, oyong, pare, dan bawang merah. Untuk tanaman buah-buahan telah
dikembangkan sirsak ratu, pepaya dan belimbing. Selain itu juga telah dikembangkan tanaman rempah dan obat-obatan seperti jahe, kunyit, dan
lain-lain, serta tanaman umbi-umbian seperti ubi jalar ungu.
Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilaksanakan adalah: (1) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD). (2) Penanaman
Tanaman Sayuran. (3) Penanaman tanaman buah-buahan. (4) Penanaman bumbu dapur dan Tanaman Obat. Dapat juga diinformasikan bahwa masing-
masing peserta M-KRPL telah termotivasi untuk menerapkan kegiatan M-KRPL secara terus menerus, dari kondisi ini diharapkan dapat menjamin
keberlanjutan dan tercapainya manfaat serta dampak M-KRPL di Kabupaten
Dharmasraya.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 54
Gambar 31. Keragaan tanaman pada salah satu pekarangan peserta M-KRPL di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, 2012
2.5.8. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(M-KRPL) DI KOTA SAWAHLUNTO
Kegiatan dilakukan di Desa Talawi Mudik Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto bekerjasama dengan Program P2KP dan Program Sapu Bersih
Kemiskinan Dinas Pertanian Kota Sawahlunto. Di Desa Talawi Mudik Kota sawahlunto, implementasi pengembangan M-KRPL di lapangan yang telah
dilakukan sampai saat ini adalah: (1) Mendisain pengaturan pemanfaatan
lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD); (3) Pengembangan replikasi Rumah Pangan Lestari dan persiapan pelaksanaan
kawasan rumah pangan lestari di Desa Talawi Mudik Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif dengan
melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat dan perangkat desa.
Gambar 32. Hasil keragaan tanaman di pekarangan peserta M-KRPL Desa Talawi Kota Sawahlunto, 2012
2.5.9. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(M-KRPL) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Kegiatan pengembangan M-KRPL di Kabupaten Padang Pariaman dilaksanakan pada suatu kawasan, yaitu di Korong Sungai Laban
Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman. Kegiatan
bekerjasama dengan Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan kabupaten Padang Pariaman, dan Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sumatera Barat.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 55
Pelaksana M-KRPL di Sungai Laban dengan luas pekarangan yang
tergolong sempit (<120 m2), sebanyak 5 KK (25,0 %) dan dengan luas
pekarangan tergolong sedang (120-400 m2) sebanyak 15 KK (75,0 %). Tanaman yang diintroduksikan adalah tanaman sayuran, antara lain;
merah. Bibit tanaman sayur ini berasal dari Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Lembang. Untuk tanaman buah-buahan dikembangkan sirsak lokal, dan pepaya dari Balitbu Tropika Solok. Selain itu juga diintroduksikan
tanaman rempah dan obat-obatan antara lain; jahe merah, sirih merah dan Jeruk sundai.
Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai
saat ini adalah: (1) Disain pemanfaatan lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD); dan (3) Pembuatan rak-rak
vertikultur. Model penanaman yang diintroduksikan antara lain adalah model rak vertikultur, pot/polybag dan bedengan untuk tanaman sayuran,
yang disesuaikan dengan strata luas pekarangan ( sempit, sedang, luas ). Untuk tanaman obat-obatan dan rempah-rempah juga digunakan bedengan
dan polybag, sedangkan pekarangan yang luas lebih banyak menggunakan
bedengan ditambah dengan pemeliharaan ikan dan ternak. M-KRPL dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan ekonomi
keluarga yaitu dengan rata-rata pendapatan berkisar Rp. 75.000 sampai Rp. 100.000 per bulan, disamping itu juga dapat menghemat pengeluaran
rumah tangga, yaitu sekitar Rp. 60.000 sampai Rp. 150.000,- per bulan.
Sebagai suatu model dalam rangka pemanfaatan pekarangan, M-KRPL telah banyak diadopsi dan diterapkan oleh masyarakat sekitar Korong Sungai
laban, dan menjadi lokasi studi banding bagi kelompok wanita tani dalam membangun kebun bibit dan pemanfaatan pekarangan. Hal ini terlihat dari
terjadinya pertambahan jumlah peserta yang bergabung pada kegiatan ini yakni dari 20 orang anggota menjadi 27 orang anggota.
Gambar 33. Budidaya tanaman sayuran pada pekarangan luas dan sedang dapat dilakukan dengan cara sistim bedengan dan rak vertikultur
2.5.10. MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di
Kabupaten Pesisir Selatan mendapat dukungan yang baik dari instansi
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 56
terkait mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, nagari dan warga
masyarakat. Mitra pelaksana kegiatan M-KRPL tersebut adalah Kelompok
Wanita Tani (KWT) Sejahtera di Kampung Simauang-Cumateh, Kenagarian Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan. Dari 25 anggota kelompok, 15 orang
telah dibina secara penuh dan 10 orang secara tidak penuh. Kegiatan M-KRPL yang telah dilaksanakan di lapangan meliputi: (1)
Membangun Kebun Bibit Desa (KBD), (2) Melaksanakan pelatihan/sebagai
nara sumber, (3) Melakukan pembibitan tanaman, (4) Penanaman pekarangan, dan (5). Penanaman kebun kelompok.Secara umum terlihat
bahwa luas lahan pekarangan anggota KWT Sejahtera tergolong sempit. Oleh sebab itu, sistem tanaman pekarangan yang diterapkan adalah sistem
vertikultur. Komoditas sayur yang dianjurkan umumnya sayuran dataran
rendah. Hasil panenan anggota KWT telah membantu kebutuhan mereka sehari-hari bahkan sebagiannya dijual kepada pedagang setempat.
Gambar 34. Pertumbuhan Ubi jalar ungu di Kenagarian Duku dan hasil pengolahan umbinya oleh KWT Sejahtera
2.5.11. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(M-KRPL) DI KABUPATEN TANAH DATAR
Kegiatan M-KRPL Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan oleh kelompok wanita tani (KWT) “Sederhana” dengan jumlah anggota peserta pada akhir
tahun 2012 sudah berkembang dari 15 orang menjadi 18 orang. Partisipasi
anggota cukup tinggi untuk melaksanakan kegiatan M-KRPL. Sumberdaya (alam dan manusia) nagari Padang Ganting cukup potensial untuk
mendukung pengembangan M-KRPL, terutama di subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan. Hal ini disebabkan ketersedian air
relatif cukup.
Perkembangan M-KRPL nagari Padang Ganting, telah mendapat perhatian oleh beberapa pihak terkait seperti adanya kunjungan studi
banding, dan penjualan bibit sayuran. Pelaksanaan budidaya sayuran oleh peserta pelaksana M-KRPL di Nagari Padang Ganting dapat memberikan
penghematan pengeluaran rumah tangga berkisar antara Rp. 11.000 sampai
Rp. 114.000 per bulan. Angka ini belum termasuk kontribusi dari tanaman buah-buahan (belum berbuah), kemudian juga hasil tanaman toga belum
diperhitungkan dan integrasi sayuran dengan ayam buras
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 57
.
Gambar 35. Integrasi sayuran dan ikan (kiri), dan Sayuran dan ternak ayam buras
2.5.12. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-
KRPL) DI KOTA PAYAKUMBUH
Kegiatan pengembangan M-KRPL di Kelurahan Payobasuang
Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh dilaksanakan oleh KWT Kota Saiyo bekerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan Kota
Payakumbuh dan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Payakumbuh Timur. Kelurahan Payobasuang juga merupakan lokasi dilaksanakannya Program
PUAP dengan LKM-A nya, P2KP, GPP dan telah memiliki Sub Terminal
Agribisnis (STA). Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai
saat ini adalah: (1) Disain pemanfaatan lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD); (3) pembuatan rak vertikultur (4)
Penanaman (5) Pendampingan dan (6) Pelatihan Tekhnis . Peserta M-KRPL sudah dapat mengurangi pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, yaitu antara Rp.100.000,- sampai
dengan Rp.200.000,- per bulan. Selain penghematan pengeluaran beberapa rumah tangga bahkan sudah mampu menambah pendapatan dari hasil
penjualan komoditi sayuran yang dikembangkan serta telur itik, bahkan ada yang telah mendapat tambahan pendapatan sebesar Rp 300.000 per
bulan.
Peningkatan jumlah anggota peserta M-KRPL sampai akhir Desember 2012 adalah sebanyak 40 orang, yaitu sekitar 167%. Komoditi yang paling
banyak diusahakan adalah komoditi sayuran, antara lain terung, seledri dan cabe merah, hal ini disebabkan komoditi tersebut mudah untuk dipasarkan.
Untuk jenis tanaman buah-buahan belum memberikan hasil kecuali tanaman
pepaya.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 58
Gambar 36. Berbagai media tanam yang diintroduksikan
2.5.13. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(M_KRPL) DI PADANG PANJANG
Konsep Model “Kawasan Rumah Pangan Lestari” (KRPL), merupakan
program terobosan Kementerian Pertanian guna mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga,
menghemat pengeluaran, dan peningkatan pendapatan. Dampak lanjutannya adalah terciptanya kesejahteraan keluarga yang diupayakan
oleh segenap lapisan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan di lapang dilakukan
secara bertahap, mulai dari sosialisasi pada tingkat institusi terkait sampai pada calon peserta dengan pendekatan partisipatif. Sosialisasi yang
dilakukan sejalan dengan pemilihan dan penetapan lokasi kegiatan yang tepat dan representatif.
Lahan pekarangan yang sempit tidak menjadi penghambat bila
motivasi sudah terbangun. Dengan menggunakan rak vertikultur dan penataan pemanfaatan lahan yang efisien dapat memberikan hasil yang
lumayan bagi para pelaksana. Dibandingkan dengan pengelolaan pekarangan tanpa tanaman kebutuhan harian rumah tangga, model Rumah
pangan lestari jauh lebih menguntungkan. Penghematan yang terjadi berkisar antara Rp 120.000 – Rp 580.000 dengan rataan Rp 301.000 setiap
bulannya Tabel. Angka ini cukup besar bagi keluarga kecil dengan
pendapatan yang tergolong kelas menengah kebawah.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 59
“Motivasi” dan keyakinan untuk pemenuhan kebutuhan, merupakan
kata kunci kesuksesan pelaksanaan kegiatan di lapang. Untuk itu harus
dilakukan pendekatan partisipatif yang sesuai dengan kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Informan kunci dan peserta kreatif dan progresif serta
simpati harus dicari dan didekati lebih dulu, begitu juga dengan pemuka setempat. Baik pemuka resmi (jajaran kemasyarakatan dalam pemerintahan
seperti Ketua RT, Lurah), maupun pemuka masyarakat, termasuk orang
yang disegani dan orang yang disenangi. Mereka bisa diajak dan diharapkan sebagai pemicu gerakan di lapang dan sekaligus sebagai
motivator dan teladan/panutan bagi peserta lain dan masyarakat sekitarnya. Pembangunan dan pengembangan model ini nampaknya tidak bisa bila
dilakukan hanya dengan sosialisasi dan memberikan saran serta
menyerahkan bantuan saja. Para peserta harus diajak dan dilatih sejalan dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Pengumpulan peserta dan
pelaksanaan acara resmi dalam ruangan bukan merupakan cara yang baik.
Tabel 15. Perbandingan Nilai manfaat (penghematan) penerapan model Rumah Pangan Lestari di Perumahan Arafah Permai, Padang Reno, Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang Panjang,2012
No Item Kebutuhan
Rumah Tangga
Kebutuhan rataan
(Rp/KK/bulan)
Hasil Panen RPL,
rataan (Rp/bln)*
Rataan
penghematan/ bulan
1 Cabai 30.000 15.000 15.000
2 Cabai rawit 8.000 5.000 3.000
3 Tomat 9.000 4.500 4.500
4 Terung 6.000 7.500 7.500
5 Mentimun 4.000 7.000 7.000
6 Gambas 2.000 6.000 6.000
7 Pare 2.000 6.000 6.000
8 Labu siam 3.000 9.000 9.000
9 Bawang 10.000 3.000 7.000
10 Bawang prei 6.000 16.000 16.000
11 Seledri 3.000 20.000 20.000
12 Kunyit 2.000 5.000 5.000
13 Bayam 15.000 40.000 40.000
14 Kangkung 12.000 16.000 16.000
15 Cai sim 6.000 8.000 8.000
16 Slada 6.000 9.000 9.000
17 Pak coy 3.000 4.000 4.000
18 Sawi 3.000 6.000 6.000
19 Strawberry 2.000 4.000 4.000
20 Lele 45.000 60.000 60.000
21 Lainnya 60.000 50.000 10.000
Jumlah 237.000
301.000 263.000
Sumber : olahan database akhir kegiatan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 60
Gambar 37. Kebun bibit MKRPL Padang Panjang dan beberapa aktivitas dalam tahapan penerapan Rumah Pangan lestari.
2.5.14. PENGEMBAGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA SOLOK
Sektor pertanian merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar
(>54,0%) penduduk Sumatera Barat. Sementara sumbangannya terhadap
PDRB relatif rendah, tahun 2008 sekitar 24,5% (Bappeda, 2009). Dari data di atas terlihat bahwa pendapatan petani relatif rendah dibanding sektor
lainnya, karena 24,5 % PDRB tersebut terdistribusi kepada 639.700 KK tani. Dari 639.700 KK tani tersebut 136.630 KK diantaranya merupakan rumah
tangga tani miskin (43,70 % dari seluruh KK miskin yang ada di Provinsi
Sumatera Barat. Data BPS juga menunjukkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) hanya mencapai 74,21 %, yang menunjukkan bahwa tidak stabilnya
kehidupan petani akibat tingginya perbedaan indeks harga yang dibayarkan petani dan indeks harga yang diterima petani.
Presiden RI menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Salah satu upaya untuk
mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan keluarga tersebut adalah
melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Potensi lahan pekarangan cukup besar, di Indonesia mencapai 10,3 juta ha dari keseluruhan luas lahan
pertanian (BBP2TP, 2011). Di Sumatera Barat luas lahan pekarangan mencapai 85,141 ha yang tersebar di 12 kabupaten dan 9 (Sembilan) kota
(Bappeda dan BPS Sumatera Barat, 2010). Potensi yang cukup besar ini
merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai giizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Berbagai inovasi yang telah diterapkan antara lain penggunaan lahan
per-karangan rumah untuk tanaman hortikultura seperti terung, cabe dan
tomat, dengan berbagai macam model rak penyediaan air dengan embung,
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 61
pemanfaatan perkarang an untuk tanaman pangan alternatif serta dapur
hidup, kolam ikan sistim terpal.
Gambar 38. Kebun bibit MKRPL Kota Solok dan beberapa hasil aktivitas
2.5.15. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(M-KRPL) DI KABUPATEN SIJUNJUNG
Di Dusun Tuo, Nagari Muaro Bodi, luas pekarangan peserta kegiatan M-KRPL sebagian besar (8 KK) termasuk pekarangan dengan ukuran sedang
(120-400 m2), kemudian diikuti (6KK) dengan pekarangan tergolong sempit
(<120 m2) dan pekarangan sangat sempit atau tanpa pekarangan (1 KK). Tanaman yang diintroduksikan adalah tanaman kangkung darat, bayam
cabut, caisin, terung, cabai dan bawang merah. Untuk tanaman buah-buahan dikembangkan sirsak ratu, pepaya dan jambu air dari Balitbu
Tropika Solok. Untuk mendukung pelaksanaan KRPL di Muaro Bodi telah dibangun sebuah rumah bibit yang berukuran 3 x 6 m. Dalam implementasi
KRPL di Muaro Bodi, peserta telah dapat memetik hasilnya yang berkisar
dari Rp.22.500,- s/d Rp.133.500,- Kendala yang dihadapi oleh peserta adalah kesulitan mendapatkan tanah bagian atas (top soil) untuk media
tanam dan mendapatkan air penyiram pada musim kemarau.
Gambar 39. Keragaan tanaman secara vertikultur, dan di lahan bedengan
2.5.16. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-
KRPL) DI KOTA BUKITTINGI
Kegiatan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kota Bukittinggi dilaksanakan di Kelurahan Parit Antang Kecamatan
Aur Birugo Tigo Baleh. Tujuan pengkajian adalah mengimplementasikan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 62
model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada setiap kawasan
terpilih di Kota Bukittinggi Sumatera Barat. Kegiatan berlangsung dari bulan
Januari sampai Desember 2012. Kegiatan lapangan dilakukan bersamaan dengan Kantor Ketahanan Pangan Kota Bukittinggi.
Hasil pendampingan sampai bulan Desember 2012 antara lain: (1) Kegiatan pengembangan M-KRPL di Kota Bukittinggi dilaksanakan di
kawasan Kelurahan Parit Antang Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
dilakukan bekerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan; (2) Telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi pada tingkat Kota dan Kelurahan serta
pada masyarakat pelaksana kegiatan M-KRPL; (3) Hasil PRA menunjukkan bahwa dari 23 orang calon anggota pelaksana M-KRPL Kelurahan Parit
Antang Kota Bukittinggi berumur antara 29 sampai dengan 68 tahun dengan
tingkat pendidikan bervariasi dari tamatan SD s/d Perguruan Tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga bervariasi antara 1 s/d 6 orang; (4)
Tanaman sayuran yang ditanam antara lain: bayam cabut, kangkung darat, caisin, selada, tomat, mentimun, bawang merah, bawang daun, seledri,
terung dan cabei serta kemumu, untuk tanaman buah-buahan antara lain: sirsak, pepaya dan jambu biji merah, dan untuk tanaman rempah serta
obat-obatan seperti: jeruk purut, jeruk sundai, kunyit dan jahe; (5) Di
Kelurahan Parit Antang Kota Bukittinggi, luas pekarangan dan rumah peserta kegiatan berkisar antara 100-410 m2, dimana sebagian besar (52,17 %)
berada pada strata sempit (<120 m2); (6) Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah: a) Mendisain pengaturan
pemanfaatan lahan pekarangan; b) Pembuatan Kebun Bibit Kelurahan
(KBK); dan (c) Menyiapkan rak vertikultur dan polibag, (7) Model penanaman yang akan diintroduksikan adalah vertikultur model rak dan
talang air serta pot/polybag untuk sayuran, bedengan dan polybag untuk tanaman sayuran, tanaman pangan, buah-buahan, dan rempah-rempahan,
dan (8) Telah dilakukan panen sayuran dan tanaman pangan serta tanaman rempah secara rutin dan telah mampu menekan pengeluaran rumah tangga
untuk bahan pangan dari Rp. 17.000,- sampai Rp. 453.900,- per bulan.
Sebelum Sesudah
Gambar 40. Kondisi pekarangan sebelum dan setelah implementasi M-KRPL di Kelurahan Parit Antang.
2.6. PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU HASIL MENUNJANG
PROGRAM GERAKAN NASIONAL KAKAO
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 63
Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi pengembangan
komoditas kakao di Kawasan Indonesia Barat seperti yang telah dicanangkan oleh Wakil Presiden RI pada tahun 2006. Semenjak itu
perkembangan kakao di Sumatera Barat sangat pesat, pada tahun 2006 luas tanaman kakao di Sumatera Barat hanya 21.139 ha setelah 6 tahun
kemudian tahun 2011 luas tanaman kakao di Sumatera Barat mencapai
110.000 ha lebih. Pada umumnya tanaman kakao di Sumatera Barat dikelola oleh perkebunan rakyat dengan rata-rata produktivitasnya masih
rendah berkisar 500-700 kg/ha. Sejalan dengan program Gerakan Nasional Pengembangan kakao
maka pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat telah melakukan kegiatan
diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kako di Nagari Balimbing Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari
kegiatan tahun 2011. Selama kegiatan telah dilakukan beberapa strategi penerapan inovasi teknologi budidaya, panen dan pasca panen kakao dan
telah menghasilkan antara lain: (1) kurang lebih 80% petani telah memahami tentang teknologi usahatani kakao namun penerapan dari
teknologi tersebut masih beragam, (2) telah diadopsi dan diterapkan oleh
40-75 % petani teknologi budidaya dan 25-70% petani telah menerapkan teknologi panen dan pasca panen, (3) terjadi peningkatan produktivitas
tanaman kakao pada masing-masing demplot 134 – 228 % dari 500-700 kg/ha/th menjadi 996-2784 kg/ha/th sementara peningkatan hasil kako
diluar demplot 20 - 50%, dan (4) analisis usahatani kakao yang dilakukan
pada setiap demplot menunjukkan rata-rata memberikan keuntungan cukup besar dengan B/C ratio 2.81
Gambar 41. Temu lapang kegiatan Gernas Kakao di Nagari Balimbiang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar
2.7. MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PEDESAAN MELALUI INOVASI
(M-P3MI)
Semenjak tahun 2011 Badan Litbang Pertanian mulai melaksanakan
kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-
P3MI) dengan sistem diseminasi multi channel (SDMC). Penerapan M-P3MI dilakukan dalam rangka mendukung program Kementerian Pertanian
menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah,
daya saing, komoditas ekspor, dan kesejahteraan petani. Diseminasi multi
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 64
channel melibatkan semua stakeholders sebagai landasan penerapan M-
P3MI di lapangan. Tujuan utama m-P3MI adalah untuk mempercepat arus,
memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna, dan meningkatkan kadar adopsi teknologi
inovatif Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik untuk penyempurnaan model pengembangan.
Pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat melakukan kegiata MP3MI di
dua lokasi di Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat dan di Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Kabupaten
Padang Pariaman. Di Nagari Koto Baru kegiatan M-P3MI dilaksanakan berbasis komoditas jagung, sawit, dan sapi terintegrasi dan di Nagari Sungai
Sariak berbasis kakao.
Di Pasaman Barat kelompok Tani Sejahtera 2 sebagai unit percontohan telah mampu melakukan inovasi teknologi: (1) pengolahan
limbah tanaman jagung dan kelapa sawit untuk pakan sapi, (2) pengolahan kotoran sapi untuk kompos, dan (3) pengolahan urine sapi untuk pupuk cair.
Implementasi teknologi pemanfaatan kompos dan urine dapat meningkatkan produktifitas tanaman kelapa sawit, jagung, dan tanaman sayuran rata-rata
sekitar 15-25% serta meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk an-organik
sebesar 20-40%. Peningkatan pendapatan melalui implementasi teknologi rata-rata sebesar 20-25%.
Inovasi kelembagaan melalui penguatan kelompok tani dan pembentukan Pusat Pembelajaran Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S)
mempercepat terjadinya arus dan perluasan spektrum diseminasi teknologi
pada tingkat petani melalui pelatihan, praktek lapang, diskusi, dan temu lapang teknologi
Pelaksanaan kegiatan M-P3MI di Kabupaten Padang Pariaman sangat didukung oleh Pemda setempat, buktinya hampir semua SKPD terkait
memberi konstribusi terhadap pelaksanaan MP3MI. Sistem diseminasi dalam proses implementasi model dilakukan dalam bentuk pelatihan dan
sekolah lapang, peragaan teknologi dalam bentuk kebun contoh,
pemberdayaan masyarakat lokal dalam bentuk arisan pemeliharaan kebun contoh, dan pendampingan yang dilakukan penyuluh. Beberapa cara
desiminasi ini merupakan bagian dari penerapan sistem diseminasi multichannel yang berhasil mengimplementasikan 11 paket teknologi pada
tingkat petani. Teknologi yang diperagakan pada petani mencakup
teknologi budidaya kakao, pengolahan biji kakao, dan teknlogi pengolahan limbah kotoran sapi ternyata telah dipahami sekitar 92% petani peserta
pelatihan. Namun tingkat penerapan teknologi ini baru mencapai 55%. Penerapan teknologi pada kebun percontohan mampu meningkatkan
produktifitas tanaman kakao sebesar 88% dibandingkan produktiitas
tanaman sebelumnya. Inovasi kelembagaan yang diimplementasikan pada kelompok tani
sebagai unit percontohan dapat mempercepat proses pengembangan model pada skala yang lebih luas di tingkat nagari dan kecamatan.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 65
Gambar 42. Praktek memupuk dan membuat rorak di lokasi tanaman kakao
di Kabupaten Padang Pariaman
Gambar 43. Pengaruh pemberian urine terhadap tanaman sayuran di Jorong
Mahakarya, Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat.
2.8. PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKURTURA MELALUI PERBANYAKAN BIBIT UNGGUL KENTANG
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas
sayuran penting di Sumatera Barat. Namun demikian, sampai saat ini
ketersediaan bibit kentang bermutu sampai ke tingkat petani masih menjadi
masalah. Disamping sulit mendapatkan bibit bermutu juga harganya relatif mahal. Akhirnya banyak petani menggunakan bibit tidak bermutu sehingga
hasil rata-rata yang diperoleh petani rendah, yaitu 6-8 ton/hektar, padahal jika petani dapat menggunakan bibit kentang bermutu produksi bisa
ditingkatkan menjadi 17-19 ton/hektar.
Berdasarkan permasalahan di atas pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat melakukan perbanyakan bibit unggul kentang dengan tujuan untuk
mendapatkan bibit G1 dan G2 yang bermutu. Kegiatan dilakukan di rumah kasa BPTP Sumatera Barat di Sukarami dan kegiatan lapang dilakukan di
Nagari Batagak Kabupaten Agam dan di Alahan Panjang Kabupaten Solok.
Dari hasil perbanyakan benih sumber Go yang berasal dari Balitsa yang dilakukan di rumah kasa Sukarami diperoleh umbi bibit G1 masing-
masing sebanyak 4022 knol umbi bibit varietas Granola, 2531 knol varietas Margahayu dan 3148 knol umbi bibit varietas Cipanas. Sedangkan dari hasil
perbanyakan di lapangan pada dua lokasi diperoleh umbi bibit G2 masing-masing sebanyak 117,10 kg umbi bibit varietas Granola, 299,18 kg varietas
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 66
Cipanas, 231,85 kg varietas Merbabu, 172,83 kg varietas Margahayu, 128,28
kg varietas Pink-06, 68,85 kg varietas GM-08, dan 18,04 kg umbi bibit
varietas Cingkariang.
Gambar 44. Pengamatan tanaman oleh petugas BPSB pada saat tanaman berumur 40 (a) dan 50 hst (b). Rumah Kasa BPTP-Sumatera Barat, MT. 2012
Kegiatan Pengelolaan Labor Diseminasi (Labdis) Padang bertujuan
untuk memanfaatkan lahan di sekeliling kantorLabdis Padang, yang
dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2012. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari: (1) Memelihara dan memperbanyak 10 jenis tanaman
hias, yaitu : Anggrek, Anthurium, Philodendron, Aglaonema, Sansevieria, Pucuk merah, Bromelia, Adenium, Jamaika, dan Raphis excelsa; (2) Memelihara 24 jenis plasma nutfah tanaman buah-buahan yang sudah ditanam pada tahun 2009-2011; (3) Pengadaan dan pemeliharaan 40
batang bibit buah naga ; (4) Penyediaan 500 batang bawah untuk
perbanyakan tanaman buah-buahan unggul ; (5) Menerbitkan media informasi inovasi teknologi tanaman hias dan buah-buahan dalam bentuk
leaflet sebanyak 2 judul yang terdiri dari 1 judul tentang tanaman hias dan 1 judul tentang tanaman buah-buahan dengan oplag masing-masing 100 exp
serta 2 buah banner yang terdiri dari 1 buah banner tentang tanaman hias
dan 1 buah tentang tanaman buah-buahan.
Dari 10 jenis tanaman hias yang dipelihara, beberapa jenis tanaman telah diperbanyak, seperti Sansevieria, Bromelia, dan Anthurium sehingga jumlah tanaman telah berkembang dari 539 pot pada awal tahun 2012
menjadi 836 pot pada akhir tahun 2012. Sedangkan dari 24 jenis tanaman buah-buahan unggul yang dipelihara, pada awalnya berjumlah 138 batang
telah bertambah menjadi 143 batang dan beberapa tanaman telah berbuah
Prof.Abdullah MB Rapat Koordinasi Penanggulangan Gangguan Reproduksi se Sumatera Barat : Teknologi Pengolahan Pakan Alternatif Guna Meningkatkan Performans Reproduksi Ternak Sapi/Kerbau
13. Rabu 21 Maret 2012
Kelompok tani Padi Ameh Nagari Latang Kecamatan Lubuk Tarok, Kabupaten Sijunjung
Ir. Aswardi Pelatihan Penghitungan Lossis pada Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian
14. Jumat 23 Maret 2012
UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sumatera Barat
Dr.Ir.Nusyirwan H.MSc Ir. Harnel. MS
Diklat Teknis Agribisnis Padi bagi Penyuluh Pertanian : 1.Deskripsi Varietas Unggul Padi 2.Penerapan Mekanisasi Dalam Penanganan Panen dan Pascapanen
15. Rabu 28 Maret 2012
UPTB-BPK KecamatanSijunjung, Kabupaten Sijunjung
Ir. Harnel, MS Temu Teknis Denfarm Pola SL-Agribisnis
16. Kamis 29 Maret 2012
Kantor Wali Nagari Sumani X Koto Singkarak, Kabupaten Solok
Ir. Ermidias Narasumber pada pelaksanaan temu lapang penggunaan pakan alternative untuk ternak itik
4-5 April 2012 Bunda Hotel, Padang Budidaya Teknologi Bududaya kacang Tanah dan Umbi
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 78
17. Rabu 11 April 2012
BP3K Model Situjuah Limo Nagari Kabupaten Limapuluh Kota
Ir. Irmansyah R., MS Metoda Denfarm Pola SL-Agribisnis Padi Sawah BP3KModel
18. Rabu-Selasa / 18-24 April 2012
UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat
Balai Penyuluhan kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok
Prof. Abdullah MB Supriyadi, AM d
Narasumber pelatihan budidaya ternak kambing dan pengolahan limbah
20. 11 April 2012 BP3K Model Situjuh Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota
Ir. Irmansyah R., MS Metoda Demfarm Pola SL-Agribisnis Padi Sawah BP3K Model
21. Rabu 11 April 2012
Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan, Kabupaten Sijunjung
Ir. Ismon L., MSi Rembug Tani: Uji Tanah Sawah
22. Senin 30 April 2012
Hotel Nikita Bukittinggi. Kegiatan TOT Pemandu Lapang SL-GHP Bagi Petugas lapangan di Kawasan Sentra Pengembangan Sayuran Prop. Sumatera Barat
23. 15 Mei 2012 Hotel Aliga, Padang
Dr. Ir. Hardiyanto, MSc
Pelestarian Plasma Nutfah Sebagai Salah satu Upaya Penyelamatan Keanekaragaman Hayati daerah
24. Mei 2012 Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman
Prof. Abdullah MB Cara Pembuatan Pupuk Organik
25. 23 Mei 2012 Aula Diperta Sumatera Barat, Padang
Hasil-hasil Penelitian Tentang Teknologi Pascapanen Sayuran
26. Rabu 16 Mei 2012
AULA UPTD BDP Bandar Buat Padang
Ir. Ismon L., MSi Mengoperasikan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) di Balai Penyuluhan
27. Selasa 22 Mei 2012
Gedung Panca Sila Muaro Sijunjung
Ir. Atman Roja Topik Budi Daya Ubi Kayu secara bisnis
28. 29-30 Mei 2012 Hotel Singkarak Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan. Kabupaten Tanah Datar
Dr. Ir. Wirdahayati, MSc
Pemanfaatan Limbah Tanaman Kakao Untuk Pembuatan pupuk Organik dan Pakan Ternak “Teknik Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah kakao”
29. Rabu 6 Juni 2012 Instalasi BDP Bandar Buat Bukittinggi
Ir. Aswardi Upaya Perbaikan Mutu Beras Melalui Penenrapan Standard an Penekanan Kehilangan Pasca Panen
30. Rabu 6 Juni 2012 Rumah Dadiah Pakem Yogourt, Nagari Pematang panjang, Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung
Dr.Ir.Wirdahayati, MSc
Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET)
31. 14 Juni 2012 Keltan Sinar Tani Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok
Dr. Ir. Nusyirwan H. MSc
Pengembangan VUB Padi Sawah “Panen Perdana Penangkaran Padi”
32. 14 Juni 2012 Dinas Pertanian dan Ir. K. Iswari, MSi Pengolahan Hasil Umbi-
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 79
Kehutanan Sawahlunto umbian
33. 14 Juni 2012 Rumah Dadiah Pakem Yogurt, Nagari Pematang Panjang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung
Dr. Ir. Wirdahayati RB., MSc
Pemanfaatan Pakan Lokal Untuk Meningkatkan Produksi Susu Kerbau
34. 15 Juni 2012 BDPTPH Bandar Buat-Bukittinggi
Prof. Abdullah MB Dr.Ir.Wirdahayati RB.,MSc
1.Integrasi Ternak Tanaman Hortikultura dan Ternak 2. Manfaat Sistem Integrasi Tan.Hortikultura dan Ternak) 3. (Strategi dan Implikasi Kebijakan Integrasi) 4.Pemanfaatan Limbah Tanaman Hortikultura Sebagai Sumber Pakan
35. 16 Juni 2012 BDPTPH Bandar Buat-Bukittinggi
Dr.Ir.Abdullah MB.,MSc Dr.Ir.Wirdahayati RB.,MSc
1. Pemanfaatan Limbah Tanaman Hortikultura Sebagai Sumber Pakan. 2. Analisis Usahatani Integrasi Tanaman Hortikultura dan Ternak.
Refreshing Pemandu Petugas Lapangan (SL-PTT) Padi dan Jagung “Dukungan Teknis BPTP Sumatera Barat Dalam Pelaks. SL-PTT Padi dan Jagung
38. 21 Juni 2012 BDPTPH Sumatera Barat, Bandar Buat Padang
Prof. Abdullah M Bamualim, MSc
1.Pentingnya Integrasi Pengembangan Tanaman dan Ternak 2.Manfaat Sistem Integrasi Tanaman Pangan dan Ternak 3.Strategi dan Implikasi Kebijakan Integrasi Tanaman Pangan dan Ternak 4.Analisis Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dan Ternak
39. Jumat 15 Juni 2012
UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Padang
Prof. Abdullah M Bamualim, MSc
Diklat Integrasi Tanaman Holtikultura dan Ternak bagi Penyuluh / Petugas Pertanian
40. Senin 9 Juli 2012 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar
MTHP Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
41. 9 Juli 2012 MAN 1 Model Gulai Bancah. Bukittinggi
Ir. Syahrul Zen Teknologi Pembuatan Benih Sumber (BS) Varietas-varietas Unggul Lokal
41. 10 Juli 2012 BBI Sungai Janiah> Distankannak kab Solok
Tdk Ada NS Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi Pertanian Tepat Guna
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 80
43. 12 Juli 2012 Frans Madani Lakitan Pessel.
MTHP Teknologi Perbaikan Mutu Jagung Melalui Penerapan Teknologi Pascapanen
44. 14 Agustus 2012 Keltan Tunas sakato Nagari Pakandangan,Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman.
Dr. Ir. Nusyirwan H., MSc
Temu Lapang Panen Perdana VUB Inpari-12 dan Inpari-21
45. 29 Agustus 2012 Keltan SISKAPI kakao dan Sapi Kabupaten Lampung Selatan Ke BPTP Sumatera Barat.
Dr. Ir. Wirdahayati RB., MSc Ir. Yanti Mala, MSi
1.Dampak Lingkungan dan Prospek Ekonomi Terhadap SISKAPI Kakao dan Sapi. 2.Pengolahan Pupuk
46. 30 Agustus 2012 Uly Hotel, Solok
Ir. Harnel, MS Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan
47. 4-5 September 2012
Hotel Singkarak Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan. Kabupaten Tanah Datar.
Dr. Ir. Wirdahayati RB., MSc
Pemanfaatan Limbah Tanaman kakao Untuk Pakan Ternak dan pembuatan Pupuk Organik
Keltan Indah sakato. Nagari Kasang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang pariaman
Nasril Integrasi tanaman dan ternak
49. 13 September 2012
Aula BPTP Sumatera Barat
Via Yulianti, SP Pelaksanaan CPCL, RUK dan Penyusunan Kalender Tanam
50. 13 September 2012
BPP Kecamatan Lubuk Sikarah. Kota Solok
Ir. Ismon Lenin., MSi Konservasi Lahan
51. 27 September 2012
Gapoktan Gambir Prima Nagari Mangilang, Kecamatan Pangkalan Koto baru, Kabupaten Lima Puluh Kota. KP. Sitiung
Ir. Sadar Studi Banding Tanaman Karet
52. 27 september 2012
Singkarak Sumpur Hotel. Distanbunhut Kabupaten Tanah Datar
MTHP Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan
53. 11 Oktober 2012 Convention Hall Alahan Panjang. Dinas Pertanian
Ir. Harnel, MS Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan
54. 11 oktober 2012 Rumah Balai-balai Adat, Nagari Koto gadang, Koto Anau, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok
Ir. Buharman B., MS Sosialisasi dan Tindaklanjut OPT Tanaman Padi
55. 15 Oktober 2012 Convention Hall Alahan Panjang. Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Solok
Ir. Buharman B. MS 1.Peningkatan Manajemen Usaha (Kelembagaan Usaha, Perencanaan Usaha, dan Pembukuan Usaha) 2. Kewirausahaan dan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 81
Kemitraan Usaha
56. 16 Oktober 2012 Keltan Hidup Bersama Nagari Muaro Takung, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung. Disnakkan Kabupaten Sijunjung
1.Teknologi Pemanfaatan Pelepah Sawit Sebagai Pakan Ternak. 2. Teknologi Pemanfaatan Kulit Coklat Sebagai Pakan Ternak. 3. Teknologi Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak. 4.Pengomposan Kotoran Sapi dan Pembuatan Pupuk Organik dari Urin Sapi
57. 18 Oktober 2012 Uly Hotel Solok. Distankanhut Kota Solok
MTHP 1.Perhitungan/Analisis Kelayakan Ekonomi (Finansial Penggunaan Alat/Mesin Pengolahan) 2.Perencanaan Usaha Jasa Alat/Mesin Pengolahan
58. 22 Oktober 2012 Hotel Taufina. Distankannak Kabupaten Solok
MTHP 1.Perhitungan/Analisis Kelayakan Ekonomi (Finansial Penggunaan Alat/Mesin Pengolahan) 2.Perencanaan Usaha Jasa Alat/Mesin Pengolahan
59. 30 Oktober 2012 Dymens Hotel Bukittinggi. Distan Prop. Sumatera Barat
MTHP Peranan Mekanisasi Pertanian Dalam Menekan Kehilangan Hasil dan Kenaikan Kualitas Gabah
60. 30 Oktober 2012 Nagari tarung-tarung Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok. Bappeda Kabupaten Solok
Nasril Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao Untuk Pakan ternak Kambing, dan Kotoran Untuk pembuatan Pupuk Kompos dan Pupuk cair
61. 6 Nopember 2012
Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman, Lubuk Sikaping
Teknis Penganganan Pascapanen Yang baik (Good Handling Practice) dan Penerapan Teknologi Serta Sistem Manajemen mutu Pascapanen Sebagai Upaya Pengendalian /Menurunkan Susut Hasil dan Mutu Padi/Beras
62. 14 Nopember 2012
Kantor UPTD BPP Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto
Via Yulianti, SP Kalender Tanam
63. 1 Nopember 2012
UP-FMA Nagari Guguk Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Ps. Karambia , Nagari Guguk Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman
Menghitung Kebutuhan Pupuk Organik Padi dan Sayuran
64. 22 Nopember 2012
Hotel Pesona Alam Sangir, Timbulun, Solsel.
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 82
Distanakkan Kabupaten Solsel
Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan
65. 22 Nopember 2012
Hotel Hayam Wuruk. Padang
Prof. Abdullah MB Tehnik Penyusunan Ransum Ternak Ruminansia
41 Pembuatan tepung komposit terigu, ubikayu dan jagung untuk pembuatan mie
Industri kecil/industri rumah tangga
42 Pembuatan juice markisa manis Lahan kering dataran tinggi dan industri rumah tangga
43 Pembuatan sirup markisa manis Lahan kering dataran tinggi dan industri rumah tangga
44 Penguningan (de greening jeruk) Petani/pedagang pengumpul jeruk
45 Alat penyiang jagung Petani jagung pada lahan kering dan sawah tadah hujan
46 Alat pengupas kacang tanah tipe pedal Keltan/Pengusaha alsintan
47 Pola tanam lahan sawah tadah hujan Petani padi/palawija di lahan tadah hujan
48 Produksi benih bengkuang bermutu Petani/penangkar benih
49 Integrasi usahatani tanaman panagan dan sapi (IN PAPI) lokal Pesisir
Peternak sapi lokal Pesisir di lahan sawah tadah hujan
50 Teknologi Lado-21 Lahan sawah bukaan baru
Hasil koordinasi dan sosialisasi yang telah dilakukan Ke Dinas
Pertanian Dharmasraya, Dinas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman, dan
Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 21. Data koordinasi ke Gubernur Sumatera Barat,Instansi terkait Program Kementan di beberapa Kabupaten di Sumatera Barat.
Tahun 2012.
No Dinas/Kab-Kota
Materi Hasil Koordinasi
1. Distan
D. Raya
Peningkatan Produksi Padi, Penggunaan Benih Var Unggul Bermutu
BPTP Sumatera Barat melalui Kegiatan SLPTT yang dilaksanakan oleh LO dan Tim di kabupaten D.Raya melakukan pendampingan teknologi inovasi produksi Padi, melalui kegiatan UPBS menyediakan benih sumber (kls BD dan BP)varietas unggul bermutu sesuai selera masyarakat Sumatera Barat.
Pemda D. Raya menyediakan benih untuk masyarakat melalui BLBU. Petani dapat mengacu teknologi ke lokasi Demplot BPTP Sumatera Barat di dekat areal Labor Lapang.
2. Distan Padang Pariaman
Inovasi tek SLPTT Padi Sawah dan KATAM
BPTP Sumatera Barat melalui Kegiatan SLPTT yang dilaksanakan oleh LO dan Tim di kabupaten Padang Pariaman melakukan
pendampingan teknologi inovasi produksi Padi, melalui kegiatan UPBS menyediakan benih sumber (kls BD dan BP)varietas unggul bermutu sesuai selera masyarakat Sumatera Barat. Penggunaan KATAM dalam
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 88
pengelolaan usaha tani padi sawah membantu petani dalam menghindari resiko kekeringan dan cekaman lingkungan lainnya.
3. Distan Tanah Datar
Koordinasi penggunaan Alsin di Kab tanah Datar
Membantu pengelolaan usaha tani padi sawah, BPTP Sumatera Barat menyediakan teknologi Alsin dan di Pemda Tanah Datar telah tersedia Traktor roda 2 708 unit, roda 4 2 unit, hand sprayer 7.971 unit, knapsack power sprayer 10 unit,
emposan 273 unit, pembersih gulma mawar 361 unit, power weeder 10 unit, thresher padi 226 unit, dryer/pengering gabah 4 unit, pembersih gabah/cleaner 886 unit, penggilingan padi 19 unit, RMU 19 unit, pemipil jagung 397 unit, penggiling jagung 16 unit, pemarut ubi kayu 635 unit, penepung 5 unit, pembuat chips 9unit, dan pembuat pellet 3 unit. Untuk meningkatkan skill petani, Peneliti BPTP Sumatera
Barat telah diundang menjadi narasumber pada pelatihan penggunaan Alsin di Kab Tanah Datar.
4. Distan Tanah Datar
Koordinasi pemanfaatan inovasi teknologi Ratoon (Salibu) padi sawah di Tanah Datar
Telah dilakukan koordinasi dan diperoleh beberapa kesepakatan tentang pengembangan teknologi budidaya padi system salibu (Ratoon) di Kabupaten Tanah Datar. Kemudian dilakukan kunjungan lapang dibeberapa lokasi yang layak
untuk pengembangan budidaya padi salibu terutama berkaitan dengan kondisi lahan dan ketersediaan air irigasi, dengan dampingan teknologi oleh peneliti BPTP Sumatera Barat. Pada saat yang sama juga dilakukan panen perdana padi hasil budidaya Ratoon dengan hasil ubinan 6-7 ton/ha
5. Audiensi Ka BPTP
Sumatera Barat bersama peneliti, penyuluh ke Gubernur
Penyampaian program dan
kegiatan pengkajian yang telah dan akan dilaksanakan oleh BPTP Sumatera Barat, dalam mendukung
Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc, sangat
tertarik dengan semua program hasil-hasil kegiatan BPTP mendukung pembangunan pertanian di Sumatera Barat. Berkaitan dengan Program SLPTT, gubernur memberikan apresiasi kepada BPTP Sumatera
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 89
Sumatera Barat
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Sumatera Barat, seperti M-KRPL (Model Kawasan Rumah Pangan Lestari), SLPTT, MP3MI, narasumber inovasi teknologi, dihasilkannya varietas unggul
baru rasa pera ,terakhir 2012 dilepas Inpari 21 Batipuah).
Barat yang telah berperan dalam hal pendampingan pelaksanaan di lapangan berupa SLPTT Model dan display Varietas Unggul Baru (VUB) di setiap lokasi SLPTT di Sumatera Barat. Gubernur memberikan perhatian khusus dalam hal program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) melalui dukungan dana contigensi sebesar Rp. 64.350.000,-/kelompok tani berupa handtractor dan bantuan saprodi. Bantuan dana
contigensi tersebut diberikan kepada 880 Keltan di 14 kabupaten/kota di Sumatera Barat. Dana Contigensi di Indonesia pertama kali dikucurkan untuk Provinsi Sumatera Barat, atas inisiatif langsung dari Gubernur Sumatera Barat melalui Kementerian Pertanian Indonesia. Gubernur juga berharap Inpari 21 Batipuah cepat berkembang dan BPTP sebagai penghasil benih sumbernya, serta
diaharapkan juga BPTP cepat mengembangkan teknologi Rasbi sehingga dapat mengurangi penggunaan beras.
6.. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Dharmasraya
Teknologi pemanfaatan pelepah daun sawit, cangkang kakao untuk pakan sapi
Kegiatan integrasi ternak dengan tanaman khususnya kelapa sawit dengan sapi telah dimulai pada tahun 2011 dengan masuknya kajian dari BPTP Sumatera Barat dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit yang dapat digunakan untuk pakan sapi dan kotoran sapi menjadi pupuk tanaman. Kegiatan ini menjadi program Dinas Peternakan dan perikananan dalam pembinaan peternak di Dharmasraya dimana tahun 2011 dberikan 35 ekor sapi kepada 2 kelompok dan saat ini sapi telah menjadi 67 ekor. Integrasi sapi dengan kelapa sawit menjanjikan keuntungan ganda, dimana limbah kelapa sawit (pelepah, solid, bungkil) menjadi pakan sapid an telah menampakkan hasil dengan kenaikan berat sapi yang nyata dan kotoran sapi digunakan untuk subsitusi pupuk tanaman (mengurangi ponggunaan pupuk anorganik yang semakin sulit
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 90
didapat. Pada tahun 2012 ini masalah permodalan dalam beternak dapat diatasi dengan adanya kredit lunak dari Bank Nagari dan BRI untuk usaha ternak di Dharmasraya, dengan mengajukan proposal ke Bank tersebut dan Bank akan menilai kelayakan usaha, sehingga diharapakan uasaha ternak tersebut berjalan dengan baik (modal dari Bank, teknologi dari BPTP Sumatera
Barat).
Gambar 50. Kepala BPTP Sumatera Barat, Dr. Hardiyanto, menyerahkan bingkisan kepada Gubernur Sumatera Barat, Prof.Dr. Irwan Prayitno berupa publikasi dan produk olahan hasil penelitian BPTP Sumatera Barat (kiri), Gubernur foto bersama dengan Kepala BPTP Sumatera Barat dan rombongan (kanan).
2.10.8. PENDAMPINGAN PSDS/K MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PAKAN
SAPI POTONG BERBIAYA MURAH DI SUMATERA BARAT
Salah satu komoditas ternak yang mendapat perhatian dan prioritas
pengembangan yang serius dari pemerintah adalah sapi potong.
Pengembangan komoditas ini merupakan salah satu program prioritas Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam bentuk Program
Swasembada Daging Sapi/Kerbau 2014 (PSDFS/K 2014). Tujuan utama dari PSDSK adalah mengupayakan kecukupan daging untuk konsumsi
masyarakat Indonesia tanpa ketergantungan impor dari luar negeri. Dewasa
ini, 30% kebutuhan daging berasal dari impor daging yang menguras devisa negara. Misi utama Pemerintah untuk menwujudkan PSDS/K 2014 adalah
mengupayakan peningkatan produksi ternak dengan meluncurkan beberapa program bantuan/kredit bagi praktisi usaha peternakan. Pemerintah Daerah
Sumatera Barat mensukseskan program ini dengan melaksanakan beberapa program, antara lain program Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP),
Program Satu Petani Satu Sapi (SPSS), Integrasi Sawit vs sapi, bantuan
KUPS, Bantuan Penyelamatan sapi Betina Produktif (PBP) dan program lainnya yang difokuskan untuk memacu peningkatan produktivitas ternak
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 91
sapi potong minimal sampai tahun 2014. BPTP Sumatera Barat sebagai
institusi pengkajian dari Badan Litbang Kementerian pertanian mempunyai
peran strategis sebagai penyedia dan mendiseminasikan dan teknologi peternakan tepat guna dan mendampingi pelaksanaan PSDS/K bagi praktisi
peternakan dan kelompok-kelompok peternak terutama peternak rakyat yang merupakan kelompok terbesar yang mengusahakan peternakan di
pedesaan.
Secara umum, masalah utama pengembangan peternakan adalah keterbatasan produksi hijauan pakan ternak. Hasil/sisa tanaman pangan dan
limbah tanaman perkebunan serta hasil ikutan (by-product) agro industri sawit dan tanaman kakao meskipun produksinya melimpah belum banyak
dimanfaatkan. Pada hal limbah-limbah tersebut sangat potensial sebagai
pakan ternak mengingat kandungan nutrisinya masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan basal ataupun suplemen bagi ternak. Kegiatan pengkajian ini
bertujuan untuk mendemonstrasikan pengaruh penggunaan pakan supplemen berbahan lokal berupa limbah jerami padi untuk pakan basal dan
by-product kelapa sawit, dan limbah kulit kakao untuk pakan suplemen ternak sapi betina induk. Keluaran yang diharapkan adalah satu paket
teknologi pakan ternak sapi potong dengan pakan supplemen berbahan lokal
by-product kelapa sawit atau limbah kulit kakao. Pengkajian memperkenalkan dua formulasi pakan. Formula I adalah tentang
pemanfaatan 10 kg jerami padi fermentasi (JPF) dan 2 kg bungkil inti sawit (BIS), sedangkan Formula II adalah pengenalan pakan basal 10 kg JPF
dengan suplementasi 4 kg kulit kakao fermentasi (KKF) untuk pakan ternak
induk sapi yang milik kelompok Tani Tunas Muda, Nagari Tanjung Alam, Kabupaten Tanah Datar. Materi pada kegiatan ini terdiri dari 20 ekor sapi
betina yang belum pernah melahirkan, tidak birahi dan belum bunting yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Perlakuan A, Pemberian pakan untuk
7 ekor induk menggunakan 10 kg JF + 2 kg bungkil sawit + 0,01 kg mineral Perlakuan B, ; Pemberian pakan terhadap 7 ekor induk yang masing-masing
mendapat pakan 10 kg JF dan 4 kg KKF + mineral; sedangkan perlakuan C:
Pemberian pakan terhadap 6 ekor induk sapi yang biasa dilakukan petani (10 kg jerami segar) + 1 kg dedak padi + 0,01 kg mineral.
Hasil pengamatan menunjukkan respons positif dari pemberian 10 kgf JF + 2 BIS dan pemberian 10 kg JF + 4 kg KKF dalam mempercepat
terjadinya berahi dan dapat dikawinkan lebih awal, akibat perbaikan kondisi
induk sehingga lebih cepat dalam mempersiapkan aktivitas reproduksi.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 92
Gambar 51. Demonstrasi teknologi di Kelompok Ternak Tunas Muda Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar
2.11. PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI (FEATI)
Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi
Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) diluncurkan Kementerian Pertanian
sejak tahun 2007, merupakan kegiatan yang pendanaannya bersumber dari
Bank Dunia, dan dirancang untuk dilaksanakan selama lima tahun. FEATI bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan
petani. Kegiatan ini dilakukan melalui pemberdayaan keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana
produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis serta mengembangkan
kemitraan dengan sektor swasta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana
teknis Badan Litbang Pertanian yang berada di daerah, bertanggung jawab terhadap pelaksanaaan kegiatan pada komponen C yaitu yang terfokus
pada perbaikan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian melalui
penguatan kemitraan antara peneliti-penyuluh-organisasi petani-agribisnis. Pelaksanaan komponen C di BPTP Sumatera Barat tahun 2012 terdiri dari
tiga kegiatan yaitu : (1) Hubungan yang efektif antara BPTP dan petani, (2) Hubungan yang efektif antara peneliti, penyuluh dan petani, dan (3)
Demonstrasi mendukung replika di FMA.
1. Hubungan yang efektif antara BPTP dan petani
Dalam rangka meningkatkan hubungan antara BPTP dengan petani,
dilakukan kegiatan pendampingan dan replikasi penerapan inovasi teknologi. Pendampingan dan replikasi dilakukan pada usaha agribisnis ternak sapi,
penakaran benih padi sawah, dan pembibitan karet unggul.
Pendampingan dalam rangka replikasi dan pengembangan inovasi teknologi agribisnis ternak sapi dilakukan di UP-FMA Harapan Kitan dan UP-
FMA Agromakmur. Kegiatan pendampingan meliputi teknologi pengkayaan hara kompos, pembuatan Bio Urine, dan Pengolahan Biogas. Sisitem
diseminasi ini telah berkembang dari metode Mother and Baby Trial ke arah diseminasi yang lebih luas yaitu Spektrum Diseminasi Multi Chanel (SDMC).
Keberhasilan penerapan inovasi teknologi pada FMA Mother telah
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 93
menimbulkan minat dari perusahaan Kelapa Sawit PT. Tindar Kerinci Agung
(PT. TKA) dan perusahaan kebun teh PT. Mitra Kerinci untuk
mengembangkan Integrasi Ternak dengan tanaman perkebunan. PT. TKA disamping mengadopsi teknologi pengolahan limbah dan pakan dari hasil
pembelajaran di UP FMA Maju Bersama juga melalukan studi banding Integrasi Sapi dengan Sawit di KP. Situng. Inovasi teknologi ini akan
dikembangkan oleh PT.TKA dengan kelompok tani sekitar kebun sawit. Pada
saat Advokasi Keberlanjutan FEATI yang di pusatkan di UP-FMA Maju Bersama, secara simbolis manajemen PT. TKA menyerahkan 500 ekor sapi
ke kelompok tani sekitar kebun Sawit PT. TKA di kabupaten Solok Selatan. Hal yang sama juga dilakukan oleh perusahaan kebun teh PT. Mitra Kerinci
yang akan mengembangkan integrasi ternak dengan perkebunan teh
dengan rencana pengembangan sebanyak 2.000 ekor sapi, bekerjasama dengan kelompok tani dari UP-FMA Agromakmur. Anggota FMA Agromakmur
merupakan gabungan enam kelompok tani yang seluruh anggotanya merupakan pekerja harian di perusahaan kebun teh PT. Mitra Kerinci. Alur
pengembangan dan replikasi teknologi hasil pembelajaran agribisnis ternak di kabupaten Solok Selatan.
Gambar 52. Pendampingan pembuatan instrumen biogas di UP-FMA Harapan Kita.
Selama kurun waktu 5 tahun (2007-2012) telah banyak inovasi
teknologi yang diterapkan dan dikembangkan melalui pembelajaran di UP-
FMA yang telah pula mampu menumbuhkan embrio-embrio agribisnis di Pedesaan. Agar inovasi teknologi ini tetap berkembang secara berkelanjutan
dan embrio ekonomi yang telah mulai tumbuh ini tetap tumbuh dan berkembang menjadi skala usaha yang mampu menjadi sumber pendapatan
di tingkat petani, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh yang diawali dengan kegiatan Advokasi untuk keberlajutan program FEATI oleh
Pemerintah Daerah. Kegiatan Advokasi dan Workshop keberlanjuutan
Program FEATI telah dilaksanakan selama dua hari (22-23 Oktober 2012). Pada hari pertama dilakukan workshop tingkat propinsi, yang dihadiri oleh
Bakorluh Provinsi Sumatera Barat, Bapelul 5 kabupaten pelaksana FEATI (Kabupaten Solok, Padang Pariaman, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, dan
Pesisir Selatan). Workshop juga dihadiri oleh dinas intansi terkait,
Bappeda,dan perwakilan FMA terbaik masing-masing kabupaten. Masing-
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 94
masing perwakilan UP-FMA memaparkan cerita sukses mereka dalam
mengambangkan inovasi teknologi dan menumbuhkan embrio agribisnis
sesuai dengan potensi yang ada di masing-masing lokasi FMA. Rumusan hasil workshop tingkat provinsi adalah : (a). Adanya kemitraan instansi dan
lembaga terkait untuk menyukseskan keberlanjutan kegiatan FEATI yang dikelola oleh petani dan kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan di masa
depan. Dipahami bahwa diperlukan suatu bentuk jejaring kerjasama antar
petani peserta pelatihan dan pelaksana FMA dalam rangka penumbuhan Lembaga Pendidikan Masyarakat di pedesaan atau yang sejenisnya (P4S,
LPR, PKBM) dimana lembaga tersebut perlu di SK kan oleh Bupati. (b) Perlu ada komitmen Pemerintah Daerah pelaksana FEATI, sebagai bentuk political will daerah dalam rangka keberlanjutan program FEATI dalam bentuk
berlanjutnya kelembagaan pola pemberdayaan petani yang kondusif di daerah. Termasuk dalam perencaan dan pelaksanaan tindak lanjut di
masing-masing daerah.
Gambar 53. Lima perwakilan UP-FMA yang berhasil menumbuhkan embrio agribisnis hasil pembelajaran dan penerapan inovasi teknologi di kabupaten pelaksana kegiatan FEATI
Untuk lebih meyakinkan Pemerintah Daerah, kegiatan workshop
dilanjutkan dengan kegiatan Advokasi Keberlanjutan Program FEATI yang pelaksanaannya langsung diadakan di lapangan, dan dipusatkan di lokasi
FMA yang telah berhasil menerapkan dan mengembangkan teknologi
agribisnis ternak sapi di Kabupaten Solok Selatan. Kegiatan ini langsung dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, MSc dan
Kepala Badan Litbang Pertanian yang diwakili oleh kepala BBP2TP Dr. Ir. Kasdi Subagiyono, MSc serta Bupati dan DPRD Kabupaten Solok Selatan.
Kegiatan ini dihadiri lebih kurang 450 orang peserta diikuti pula oleh kepala SKPD terkait baik provinsi maupun Kabupaten, serta seluruh anggota
kelompok tani peternak sapi kabupaten Sumatera Barat. Kegiatan FEATI
yang telah dilaksanakan selama lima tahun (2007-2012) telah memberi dampak yang cukup besar terhadap penerapan inovasi teknologi dan
peningkatan kesejahteraan petani. Kegiatan ini diapresiasi oleh pengambil kebijakan baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten. Berkembangnya
agribisnis ternak sapi juga telah mendorong pihak swasta untuk lebih
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 95
meningkatkan skala usaha dan bermitra dengan petani. Ada dua perusahaan
perkebunan yang telah langsung menyediakan dana CSR nya untuk
pengembangan sektor peternakan di kabupaten Solok Selatan, yaitu Perusahaan Perkebunan Sawit PT. Tindar Kerinci Agung dan Perusahaan
Perkebunan Teh PT. Mitra Kerinci. Bentuk dukungan yang diberikan adalah meberikan bantuan sapi bagi kelompok tani sekitar untuk dapat
dikembangkan dan di integrasikan dengan tanaman sawit dan teh. Jumlah
ternak yang disediakan untuk dikembangkan di tingkat kelompok tani 2000 ekor dari PT. Mita Kerinci, dan 500 ekor sapi dari PT. Tindar Kerinci Agung.
Tanggapan dari pengambil kebijakan dan pihak swasta, mengisyaratkan adanya dukungan penuh bagi keberlanjutan Program FEATI
oleh Pemda pada masa yang akan datang dalam upaya meningkatkan
kesejah teraan petani.
Beberapa poin pernyataan Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, PSi, MSc adalah sebagai berikut :
a. Dukungan Inovasi Teknologi muthlak untuk membangun sektor pertanian, untuk itu mamfaatkan Iptek dalam melaksanakan
program pertanian di Sumatera Barat
b. Program ini akan direplikasi untuk seluruh kabupaten sesuai dengan sumberdaya yang ada khususnya dikaitkan dengan program
“Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) Provinsi Sumatera Barat c. Diharapkan peran serta pihak swasta dalam meningkatkan
kesejahteraan petani
Beberapa poin pernyataan Bupati Kabupaten Solok Selatan (Drs.
Abdurahman, SH, MH), dalam upaya keberlanjutan program FEATI di kabupaten Solok selatan sebagai berikut :
a. Sejalan dengan program GPP Kabupaten Solok Selatan akan melanjutkan prorgam Feati dalam berbgai program pemberdayaan
masyarakat
b. Dukungan Badan Litbang (BPTP Sumatera Barat) dalam penyediaan inovasi teknologi sangat diharapkan
c. Pihak swasta yang ada di kabupaten Solok Selatan sangat diharapkan mendukung keberlanjutan program pemberdayaan
masyarakat melalui program CSR
Beberapa poin pernyataan Direksi PT. Tindar Kerinci Agung (TKA) dalam
upaya keberlanjutan program FEATI di kabupaten Solok selatan sebagai berikut :
a. Penerapan inovasi teknologi telah menginspirasi PT. TKA untuk
berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan secara bertahap akan menggulirkan bantuan ke kelompok tani dalam
mendukung pengembangan kawasan peternakan di kabupaten Solok Selatan
b. Pada tahap pertama akan diserahkan 500 ekor sapi kepada kelompok tani sekitar areal perkebunan
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 96
Beberapa poin pernyataan Direksi PT. Mitra Kerinci
a. Keberhasilan kelompok dalam meningkatkan pertumbuhan berat badan dan pengolahan kompos telah membuka minat pimpinan
perusahaan dalam pengembangan usaha peternakan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja kebun teh yang
tergabung dalam UP-FMA Agromakmur.
b. Pada tahun 2013 akan diberikan bantuan sebanyak 2000 ekor sapi
secara bertahap untuk 6 keltan yang tergabung dalam FMA Agromakmur. Pada tahap pertama akan diserahkan sebanyak 700
ekor sapi.
Gambar 54. Kepala BBP2TP menyerahkan buku 300 inovasi teknologi Badanlitbang Pertanian kepada Gubernur Sumatera Barat Dan Bupati Kabupaten Solok Selatan pada acara Advokasi Keberlanjutan Frogram Feati tingkat Sumatera Barat, di UP-FMA Maju Berasama Kabupaten Solok Selatan, 24 Oktober 2012.
2. Hubungan yang lebih efektif antara peneliti, penyuluh, dan petani
Peningkatkan hubungan peneliti, penyuluh, dan petani dalam
penerapan dan pengembangan inovasi teknologi dilakukan melalui
Workshop Percepatan Replikasi Teknologi Mendukung Agribisnis di Tingkat UP-FMA. Workshop dilaksanakan di lima lokasi, yaitu Kabupaten Pesisir
Selatan dengan judul Penangkaran benih padi sawah, Kabupaten Solok dengan judul Agribisnis Tanaman Karet, Kabupaten Limapuluh Kota dengan
judul Pengolahan Ubi-ubian, Kabupaten Padang Pariaman dengan judul Pengolahan Minyak Tanak dan Kabupaten Solok Selatan dengan judul
Agribisnis Ternak Sapi. Materi Workshop dan rumusan yang dihasilkan
disajikan dalam Tabel 21.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 97
Tabel 22. Materi workshop dan hasil rumusan, 2012
Kabupaten Materi
Workshop
Lokasi Workshop
Rumusan
Pesisir Selatan
Teknologi Penakaran Benih Padi Sawah
UP-FMA Lagan Gadang Mudiak
Disepakati peningkatan skala usaha dari 50 Ha menjadi 125 ha dengan VUB Impari 12, Anank Daro, Batang Piaman dan IR 66, dengan total produksi benih 250 ton.
Solok Teknologi
Pembibitan Karet Unggul
UP-FMA
Panyangkalan
Peningkatan skala usaha dari 1500
batang bibit ukulasi (PB 260 dan IRR 112) menjadi 20.000 batang dan direplikasi ke UP-FMA Gaung, Up-FMA Pasilihan, dan UP-FMA Indudur.
Limapuluh Kota
Teknologi Pengolahan Hasil Ubi-ubian
UP-FMA Batu Payung
Akan peningkatan skala usaha dan jenis produk olahan dari ubi ungu dan terjalinnya kemitraan dengan UP-FMA Tujuh Koto Talago.
Padang Pariaman
Perbaikan teknologi pengolahan minyak kelapa
UP-FMA Koto Baru
Akan dilakukan pembuatan SOP untuk dapat menembus pasar yang lebih luas
Solok Selatan
Pengembangan skala usaha pengolahan kompos, biourine, dan biogas
UP-FMA Maju Bersama
Disepakati pengembangan usaha agribisnis ternak sapi ke UP-FMA Hasrapan Kita, UP-FMA Agromakmur, dan Kelompok tani diluar UP-FMA
Gambar 55. Kepala BPTP Sumatera Barat, Dr.Prama Yufdi M.Sc, memberikan arahan
pada Workshop Replikasi Penangkaran Benih padi Sawah di kabupaten Pesisir Selatan (kiri) dan sebagian peserta workshop (kanan)
3. Demonstrasi dan Uji Coba mendukung Kegiatan Replikasi Teknologi di Up-FMA
Dalam pembangunan pertanian sekarang ini diharapkan petani kita
menjadi petani yang mendiri dan tangguh, tidak lagi objek semata tetapi
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 98
juga menjadi subjek dari pembangunan itu sendiri. Hal ini akan dapat
tercapai dengan system pembelajaran petani yang berasal dari petani, oleh
petani dan untuk petani. Kegiatan seperti ini akan mempercepat terjadi adopsi teknologi yang inovatif yang telah dihasilkan terutama oleh Badan
Litbang Pertanian. Salah satu metoda pengembangan kapasitas pelaku pembangunan pertanian itu adalah melalui kegiatan penyuluhan yang
dikelola oleh pelaku itu sendiri yang disebut dengan Farmers Managed Extension Activities (FMA)
Demonstrasi teknologi dalam skala usaha tani yang dilakukan
bersama dengan kelompok tani anggota FMA tersebut, saat ini merupakan suatu system diseminasi yang terbaik, karena petani dapat melihat lansung,
melakukan dan mendapatkan informasi yang diperlukannya. Dengan
kegiatan ini diharapkan teknologi terbaik yang di demonstrasikan diserap dan diterapkan dengan baik untuk masa selanjutnya. Untuk maksud
tersebut BPTP Sumatera Barat pada tahun 2012 telah melaksanakan Demfarm/ujicuba coba beberapa teknologi yang dibutuhkan petani yang
dilaksanakan di UP FMA Mother dan diikuti oleh UP FMA lainnya yang sejenis. Guna lebih mempercepat adopsi teknologi, maka perlu dilakukan
replikasi dengan memasukan perlakuan atau inovasi teknologi dalam rangka
scalling up.
Tabel 23. Judul kegiatan dan lokasi kegiatan Replikasi Demfarm teknologi
mendukung kegiatan FMA di tiga Kabupaten FEATI di Sumatera
Barat TA. 2012
No Kegiatan Lokasi
1
2
Replikasi demfarm Teknologi Produk olahan
a) Replikasi demfarm Produk olahan ubikayu dan ubijalar
b) Replilkasi demfarm
pembuatan minyak kelapa tradisional secara enzimatis
Replikasi Demfarm Teknologi penangkar benih padi sawah
FMA Batu Payuang, Kecamatan Lareh Sago
Halaban, Kabupaten Lima
Puluh Kota
FMA Koto Baru, Kecamatan Padang Sago dan FMA
Kuranji Hilir, Kecamatan
Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Pesisir Selatan
Kegiatan replikasi demfarm pembuatan minyak kelapa tradisional
dilaksanakan dengan tiga perlakuan umur simpan kelapa yaitu: kelapa yang baru dipetik, satu minggu setelah dipetik dan dua minggu setelah dipetik,
serta penyaringan empat kali dengan kertas saring yang diapisi kapas.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 99
Pelaksanaan Demfarm ini dengan mengambil nara sumber dari UP FMA
Mother yaitu UP FMA Koto Baru yang tahun 2012 merupakan juara satu FMA
berprestasi tingkat Sumatera Barat. Kegiatan replikasi demfarm produk olahan ubikayu dan ubijalar yang didemonstrasikan adalah pembuatan es
krim dan mie basah ubijalar ungu serta kue stik ubikayu dari tepung mocaf. Replikasi Demfarm produk olahan ubi menghasilkan produk es krim
ubijalar ungu , mie basah ubijalar ungu dan stik ubikayu dari tepung mocaf,
mendapat perhatian serius dari peserta, karena teknologi yang disampaikan adalah yang telah mereka tentukan sendiri. Petani anggota UP FMA Batu
Payuang sangat antusias mengembangkan produk olahan ubi-ubian terutama ubijalar ungu. Dari satu teknologi produk olahan ubi ungu yang
didemfarmkan tahun 2011 petani di Batu Payuang telah mengembangkan
lebih dari lima produk olahan, dan untuk pemasarannya telah terbentuk pula Kelompok Usaha dengan nama Senda Jaya, dimana produk olahan ubiungu
merupakan produk utama di UP FMA Batu Payuang ini. Dengan mengembangan produk olahan ubi ungu ini UP FMA Batu
Payuang telah terpilih sebagai juara satu UP FMA berperestasi di Provinsi Sumatera Barat yang penilaiannya dilakukan oleh Tim FEATI Pusat, sehingga
mendapat undangan dari Bapak Presiden Republik Indonesia ke Istana pada
tanggal 17 Agustus 2012 yang lalu.
Gambar 56. Produk olahan ubijalar ungu yang diproduksi olehKelompok Tani Senada,
UP FMA Batu Payuang
2.12. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PUAP DI SUMATERA
BARAT
Program Pengembangan usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dimulai tahun 2008 dan terus berlanjut sam;ai tahun 2012. Program ini bertujuan
untuk pembedayaan kelembagaan tani (gapoktan) dan penataan usaha
produktif menuju usaha yang efisien, kompetetif dan menguntungkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan, mengurangi pengangguran
dan kemiskinan. Fasilitasi pemerintah melalui PUAP untuk pemberdayaan kelambagaan tani sebanyak 997 unit gapoktan telah tumbuh dan dibina dari
aspek kelembagaan dan kapasitas iptek pengurus serta dibantu dana penguatan modal Rp. 100 juta per gapoktan. Dana tersebut dipinjamkan
kepada petani untuk modal pengembangan usaha diantaranya usahatani
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan usaha off-farm
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 100
(usaha pengolahan hasil dan dagang skala kecil). Dana PUAP tersebut
melalui kebijakan daerah harus dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro
Agribisnis (LKM-A) yang dibentuk secara musyawarah oleh Gapoktan. Sebagai LKM milik petani secara struktural LKM-A berada di bawah naungan
lembaga gapoktan (gabungan kelompok tani) dan secara fungsional LKM-A khusus melayani pembiayaan kepada para pelaku usaha (petani). Dengan
adanya LKM-A, gapoktan akan semakin kuat dalam artian pemberdayaan
kelembagaan tani dan usaha produktif akan tercapai. Bila LKM-A sudah kuat dengan kapasitas SDM pengelola yang memadai, mempunyai legalitas
hukum dan layak bermitra dengan perbankan atau BUMN dibidang jasa keuangan sesuai kebutuhan, hal ini akan mendorong perkembangan
ekonomi di wilayah nagari. Pada akhirnya LKM-A menjadi barometer
pertumbuhan ekonomi berbasis usaha pertanian di pedesaan.
Dukungan perangkat daerah Dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota cukup besar terhadap kemajuan Gapoktan dan LKM-A. Berbagai fasilitasi terutama
dalam peningkatan kapsitas SDM tenaga pengelola LKM-A (manejer, bidang pembiayaan, bidang adminstrasi/pembukuan, bidang penggalangan dana
dan kasir) dalam bentuk pelatihan atau bimbingan teknis baik oleh
Dinas/instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pembina PUAP Provinsi Sumatera Barat, maupun olehTim Teknis kabupaten/kota. Dalam
peningkatan kapasitas SDM tersebut, Bank Indonesia dan Bank Nagari ikut berperan agar supaya LKM-A ini layak sebagai lembaga yang bergerak
memberikan jasa keuangan. Sebanyak 68 unit LKM-A telah difasilitasi
masing-masing 1 unit komputer dilengkapi dengan software dan skaligus pelatihan aplikasi oleh pemerintah provinsi melalui Dinas Pertanian Tanaman
Pangan. Secara bertahap fasilitasi perangkat komputer bagi LKM-A sesuai dengan skala prioritas, akan terus diupayakan.
Dalam rangka percepatan kemandirian LKM-A, Tim Pembina juga telah memfasilitasi kemitraan antara Gapoktan/LKM-A dengan Perbankan
dan BUMN yang ada di Sumatera Barat, dalam bentuk job-fare bertempat di
ruang pertemuan Sekretariat PUAP provinsi (BPTP Suamtera Barat). Bank yang dihadirkan terutama Bank Nagari yang menawarkan skim kredit KUR
dan BUMN diantaranya PT. Semen Padang, PT. Telkom yang menawarkan Program Kemitraan CSR serta PT. Asuransi Jiwasraya. Pertemuan tersebut
telah membuka mata para pengurus dan pengelola LKM-A untuk lebih lanjut
membangun kemitraan untuk penguatan permodalan dan penjaminan/asuransi pinjaman.
Keseriusan pemerintah daerah terhadap LKM-A juga terlihat dengan adanya bantuan honor/insentif bagi tenaga Penyelia Mitra tani (PMT) agar
supaya para PMT berkerja secara profesional sesuai Tupoksinya. PMT juga
telah dilatih sebagai Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dan bersertifikat oleh Bank Indonesia. Gubernur Sumatera Barat telah
membentuk Tim Pengembangan Kelembangan Gapoktan dan LKM-A dengan Surat Keputusan No. 500-713-2012 tanggal 10 Oktober 2012, dengan
tujuan mengevaluasi dan fasilitasi Gapoktan dan LKM-A menuju lembaga
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 101
yang layak guna mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan
percepatan pensejahteraan petani.secara umum. Tim terdiri dari Bank
Indonesia, Bank Nagari, PT. Semen Padang, Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Koperasi dan UMKM serta BPTP Sumatera
Barat/Sekretriat PUAP Provinsi. BPTP Sumatera Barat secara khusus sesuai tupoksinya
meningkatkan kapasitas iptek pengurus gapoktan, manejer LKM-A dan
penyuluh pendamping agar mampu mengarahkan petani anggota untuk menerapkan teknologi adaptif dalam pengelolaan usaha produktif mereka
menuju efisiensi usaha dan menguntungkan. Upaya peningkatan kapasitas SDM tersebut dilaukan melalalui diseminasi teknologi dengan berbagai
media diantaranya distribusi media cetak juknis teknologi dan pelatihan
teknologi. Dinamika LKM-A
LKM-A secara bertahap berkembang menuju lembaga keuangan mikro yang professional, melalui pendampingan yang intensif oleh Penyelia
Mitra Tani (PMT) dan penyuluh pendamping di setiap nagari/kelurahan/desa. Sasaran akhirnya adalah LKM-A menjadi lembaga keuangan yang mampu
bermitra dengan perbankan atau MUMN/S agar kinerjanya lebih optimal
mendorong pembangunan ekonomi di wilayah kerjanya dalam arti luas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk pemberdayaan LKM-A menuju
tercapainya sasaran akhir di atas. Namun, keberhasilan LKM-A juga tergatung pada keberhasilan petani dalam mengembangkan usaha produktif
mereka dan begitu juga sebaliknya. Diharapkan pembiayaan bagi pelaku
usaha mampu mengembangkan usahanya dan menguntungkan, sehingga tidak terjadi kredit macet. Oleh karena itu LKM-A dibangun atas prinsip
saling membutuhkan dan partisipasi masyarakat dalam membangun LKM-A merupakan kunci sukses keberhasilan.
Sejak tahun 2008-2012 dimana program PUAP dimasyarakatkan, LKM-A sudah tumbuh dan berkembang sebanyak 875 unit. Pertumbuhan
asset LKM-A secara total selama 5 tahun sebesar 22,5% dan jumlah petani
anggota lebih 120.000 orang (Tabel 1). Dalam perjalan LKM-A, telah menunjukkan titik terang kemajuan menuju keswadayaan. Perkembangan
LKM-A bervariasi di setiap lokasi dan sebagian besar LKM-A sudah berjalan dengan baik. Sebagian kecil LKM-A sudah mulai bermitra dengan Bank
Nagari dalam menyalurkan Skim kredit program pertanian seperti KUR dan
KKPE, seperti LKM-A Sarumpun di Kabupaten Limapuluh Kota, Pagaruyung Indah, Diamers dan Ihklas di Kabupaten Tanah Datar, dan juga sebagian
LKM-A sudah memanfaatkan program kerjasama CSR dari BUMN terutama PT. Semen Padang, diantaranya LKM-A Jaya Saiyo, Batu Gadang di Kota
Padang, dan Maju Lancar di Kabupaten Pasaman Barat dan lainnya. LKM-A
yang tumbuh tahun 2008, sudah menunjukkan keberhasilan dimana 95,6% LKM-A sudah mempunyai aset lebih Rp. 100,0 juta, diantaranya 18.6% LKM-
A tersebut sudah mempunyai aset lebih dari Rp. 150 juta dan bahkan mencapai lebih Rp. 1,0 milyar. LKM-A yang tumbuh tahun 2009 lebih dari
81,7% LKM-A sudah mempunyai aset lebih dari Rp. 100 jt, diantaranya 11,9% sudah mempunyai aset lebih dari Rp. 150 juta.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 102
Sebanyak 204 unit LKM-A yang tumbuh tahun 2008 dengan total
modal awal Rp. 20,4 milyar, pada akhir September 2012 meningkat menjadi
Rp. 24,9 milyar. LKM-A tahun 2009 sebanyak 328 unit dengan total dana awal Rp. 32,8 milyar dan pada kondisi September 2012 berkembang
menjadi Rp. 34,7 milyar. Begitu juga halnya dengan LKM-A yang tumbuh tahun 2010 dan 2011. Hal ini menunjukkan bahwa Program PUAP sudah
berhasil memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro yang ditumbuhkan oleh
Gapoktan, dan LKM-A tersebut mulai dipercaya masyarakat dan perbankan. Sebagian Gapoktan/LKM-A PUAP sudah mempunyai legalitas hukum dalam
bentuk badan hukum koperasi”KSU” atau Akte Notaris.
Tabel 24. Distribusi jumlah Gapoktan, jumlah petani anggota dan
perkembangan aset LKM-A tahun 2008-2012 keadaan September 2012 di Sumatera Barat
Jumlah 997 121.108 99.700.000 864 122.133.091 22,5
Alokasi pembiayaan menurut kelompok usaha bersifat dinamis dari
waktu ke waktu, tergantung kecerdasan petani dalam memilih usaha
produktif untuk mendapatkan nilai tambah. Dukungan berbagai pihak untuk penguatan lembaga keuangan mikro ini ke depan sangat diharapkan.
Pendampingan oleh personal/lembaga independen disamping tenaga fungsional sesuai tupoksinya perlu menjadi perhatian serius oleh
pemerintah provinsi Sumatera Barat dan pemerintah kabupaten/kota. LKM-
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 103
A adalah lembaga keuangan mikro miilik petani yang digerakkan oleh
berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi masa lah pembiayaan
bagi petani. LKM-A ”Committed to farmers”.
Gambar 57. Penyerahan dana PUAP secara simbolis oleh Menteri Pertanian ke
gapoktan didampingi oleh Gubernur dan Kepala Badan SDM awal tahun 2009 di Kota Padang (kiri), dan Peninjauan LKM-A Panampuang Prima di Agam awal tahun 2010 oleh Gubermur Sumatera Barat.
Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 104
III. SUMBERDAYA PENELITIAN
3.1. PROGRAM DAN ANGGARAN
Perencanaan dan program kerja BPTP Sumatera Barat ditangani oleh satu lembaga internal non eselon yang dikoordinir oleh seorang peneliti
senior. Bagian ini mempunyai tugas sebagai penyusun rencana dan program
litkaji (penelitian dan pengkajian) serta rencana penganggaran keuangan BPTP. Didalam bagian ini juga ada seksi monitoring dan evaluasi (monev)
yang bertugas memonitor dan mengevaluasi jalannya penelitian dan pengkajian. Struktur Perencanaan, Program dan Monev BPTP Sumatera
Barat dalam SK Balai tahun 2012 disebut dengan nama Koordinasi Program dan Evaluasi (KPE) yang struktur organisasinya sebagai berikut :
Koordinator Program dan Evaluasi : Ir. Azwir K, MSi Koord. Sub Sie. Program : Ir. Azwir K, MSi
Staf Program : Rum Herayitno Sumilah, SP
Jefrey M. Muis, SPt
Koord. Sub Sie. Monev : Ir. Atman, MKom Staf Monev : Via Yulianti, SP
Selama tahun 2012, tugas pokok dan fungsi tim perencanaan dan program
dapat dijalankan dengan baik, antara lain:
1. Melaksanakan, mengurus dan mengkoordinasikan penyusunan rencana
dan pendistribusian kegiatan dan tenaga SDM yang terlibat kegiatan bersama Kepala Balai dan tim Program Balai yang terdiri atas pimpinan