Top Banner

of 131

Bahasa Jawa

Jan 09, 2016

Download

Documents

Bahasa Jawa Klas VI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Bahasa Jawa(bahasa Jawa:) adalah bahasa yang digunakan pendudukbersuku bangsa JawadiJawa Tengah,Yogyakarta, danJawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain sepertiBanten(terutamaSerang,Cilegon, danTangerang) sertaJawa Barat(terutama kawasan pantai utara yang meliputiKarawang,Subang,Indramayu, danCirebon).Daftar isi[sembunyikan] 1Penyebaran Bahasa Jawa 2Fonologi 2.1Vokal 2.2Konsonan 2.3Fonotaktik 3Bahasa Jawa halus dan kasar 4Tata Bahasa 4.1Aksara Jawa 4.2Tembung 4.3Ater ater Seselan Panambang 4.3.1Ater ater 4.3.2Seselan 4.3.3Panambang 4.4Homonim 4.5Antonim 4.6Sinonim 4.7Homograf 4.8Jejer(J)/Wasesa(W)Lisan(L) 4.9Ukara 4.10Peribahasa Jawa 4.11Purwakanthi(syair - pantun - kata bersajak) 4.11.1Purwakanthi guru swara 4.11.2Purwakanthi guru sastra 4.12Tembang, Gending dan Karawitan 4.12.1Tembang gedhe 4.12.2Tembang tengahan 4.12.3Tembang Macapat 4.13Serat 4.14Babad 4.15Suluk 4.16Sastra Jawa 4.16.1Sastra Jawa Kuno 4.16.2Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa 4.16.3Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin) 4.16.4Petikan dari Kakawin Sutasoma 4.16.4.1Manggala 4.16.4.2Penutup 4.16.4.3Bhinneka Tunggal Ika 4.16.5Petikan dari Kakawin Bharatayuddha dalam budaya Jawa Baru 4.16.5.1Pupuh V.1 4.16.5.2Terjemahan 4.16.6Petikan dari Kakawin Arjunawiwha 4.16.6.1Manggala 4.17Prasasti Nusantara 4.18Bentuk tingkat tutur bahasa Jawa 4.19Makna tingkat tutur 4.20Register (undhak-undhuk basa) 5Ngoko 6Krama 7Madya 8Variasi 8.1Dialek geografi 8.2Dialek temporal 9Pranatacara 10Wayang Kulit 11Dalang 12Ketoprak 13Wayang orang 14Ludruk 15Primbon Jawa 15.1Gugon tuhon 16Mantra jawa 17Pegon 18Abjad Jawi 19Bahasa Jawa Suriname 19.1Dialek bahasa Jawa di Suriname 19.2Pengaruh bahasa lain 19.3Fonologi 19.4Ejaan 19.5Bahasa krama dalam bahasa Jawa Suriname 19.6Kursus Bahasa Jawa di Suriname 20Bahasa Jawa gaul 21Bilangan dalam bahasa Jawa 21.1Fraksi 22Bahasa pemrograman Java 23Hanacaraka v.1.0 24Mongosilakan.net 25Bahasa Jawa di Google Translate 26Metro Duos GT-C3322 27Buku-buku agama Islam dalam bahasa Jawa 28Naskah Terjemahan Al-Quran Pegon koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta 29Audio Digital Al Quran Terjemah Dalam Bahasa Jawa Dan Sunda 30Tafsir al-Qur'an al-Aziz Tafsir Berbahasa Jawa Karya KH Bisri Musthofa 31Kuran Jawi 32Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah 33Sejarah 33.1Penggunaan bahasa Jawa masa kini 34Demografi pemakai bahasa Jawa di Indonesia 35Referensi 36Pranala luarPenyebaran Bahasa Jawa[sunting|sunting sumber]Migrasi suku Jawa membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar negeri. Banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa keMalaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalahLampung(61,9%),Sumatera Utara(32,6%),Jambi(27,6%),Sumatera Selatan(27%),Aceh(15,87%) yang dikenal sebagaiAneuk Jawoe. Khusus masyarakat Jawa diSumatera Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayahDelisehingga kerap disebut sebagaiJawa DeliatauPujakesuma(Putra Jawa Kelahiran Sumatera), dengan dialek dan beberapa kosa kata Jawa Deli. Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui programtransmigrasiyang diselenggarakan semenjak zaman penjajahan Belanda.Selain di kawasanNusantara, masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar diSuriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian diKaledonia Barubahkan sampai kawasanArubadanCuracaosertaBelanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayahGuyana PerancisdanVenezuela. Pengiriman tenaga kerja keKorea,Hong Kong, serta beberapa negaraTimur Tengahjuga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.Fonologi[sunting|sunting sumber]

Ucapan selamat datang di Wikipedia, yang ditulis dalamBahasa Jawamenggunakanaksara JawaDialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar kotaSurakartadanYogyakartamemilikifonem-fonem berikut:Vokal[sunting|sunting sumber]Aksara swara

DepanTengahBelakang

Lambang(nama)Lambang(nama)Lambang(nama)

Terbukaii-jejeg uu-jejeg: ditulis 'u'

Terbukae-jejeg: ditulis ''i-miring: ditulis 'i'e-pepet: ditulis 'e' atau ''oo-jejegu-miring: ditulis 'u'

Tertutup()e-miring: ditulis 'e'()o-miring: ditulis 'o'a-jejeg: ditulis 'a'

Tertutupaa-miring

Perhatian:Fonem-fonem antara tanda kurung merupakan alofon. Catatan pembaca pakar bahasa Jawa: Dalam bahasa Jawa [a],[], dan [o] itu membedakan makna [baba] 'luka'; [bb]'param' atau 'lobang', sikile di-bbi 'kakinya diberi param', lawange dibbi 'pintunya dilubangi'; dan [bobo] 'tidur'. [war] 'rakus' sedang [wara] 'badak'; [lr] 'utara' sedangkan [lar] 'sayap', [g] 'gedung' sedangkan [ga] 'pisang; [cr]'cara' sedang [coro] 'kecoak', [lr]'sakit' sedang [loro] 'dua', dan [pl] 'pala/rempah-rempah' sedang [polo] 'otak'. Dengan demikian, bunyi [] itu bukan alofon [a] ataupun alofon [o] melainkan fonem tersendiri.Tekanan kata (stress) direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata terakhir, meskipun sukukata terakhir juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata dasar. Contoh: /jaran/ (kuda) dilafazkan sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafazkan sebagai [paj'aranan].Semua vokal kecuali //, memilikialofon. Fonem /a/ pada posisi tertutup dilafazkan sebagai [a] (a-miring), namun pada posisi terbuka sebagai [] (a-jejeg). Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan sebagai [l'r], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafazkan sebagai [l'arane]Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] (i-jejeg) namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [] (i-miring). Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'aci] , tetapi /kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai [k'acl].Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] (u-jejeg) namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [o] (u-miring). Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] , tetapi /uyul/ (tuyul) kurang lebih dilafazkan sebagai ['uyol].Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] (e-jejeg) namun pada posisi tertutup sebagai [] (e-miring). Contoh: /ll/ dilafazkan sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai [b'b].Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] (o-jejeg) namun pada posisi tertutup sebagai [] (o-miring). Contoh: /loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /bolo/ dilafazkan sebagai [b'l].Konsonan[sunting|sunting sumber]Aksara wyanjana

LabialDentalAlveolarRetrofleksPalatalVelarGlotal

Letupanp bt dtdk g

Frikatifs()h

Likuida & semivokalwlrj

Sengaumn()

Fonem /k/ memiliki sebuahalofon. Pada posisi terakhir, dilafazkan sebagai []. Sedangkan pada posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].Fonem /n/ memiliki duaalofon. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan fonemeksplosivapalatalatauretrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah sesuai menjadi fonemhomorgan. Kemudian apabila fonem /n/ mengikuti sebuah /r/, maka akan menjadi [] (fonem sengau retrofleks). Contoh: /panja/ dilafazkan sebagai [p'aja], lalu /anap/ dilafazkan sebagai ['aap]. Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'ar].Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai []. Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai [w'ar], lalu /esi/ dilafazkan sebagai ['ei].Nama dan penulisan abjad Latin dalam bahasa Jawa

Pra 1942Yogyakarta (1991)Nama

bbb

tjcc

ddd

dhdh

fef

ggg

hhha

djjj

kkka

llel

mmem

nnen

ppp

qki

rrer

sses

ttt

th[1][2]th

vv

www

xeks

jyy

zzet

Fonotaktik[sunting|sunting sumber]Dalam bahasa Jawa baku, sebuah suku kata bisa memiliki bentuk seperti berikut: (n)-K1-(l)-V-K2.Artinya ialah sebagai berikut: (n) adalah fonem sengau homorgan. K1adalah konsonan letupan atau likuida. (l) adalah likuida yaitu /r/, /l/, atau /w/, namun hanya bisa muncul kalau K1berbentuk letupan. V adalah semua vokal. Tetapi apabila K2tidak ada maka fonem // tidak bisa berada pada posisi ini. K2adalah semua konsonan kecuali letupan palatal dan retrofleks; /c/, /j/, //, dan //.Contoh: a (V) ang (VK) pang (KVK) prang (KlVK) mprang (nKlVK)Sama halnya denganbahasa-bahasa Austronesialainnya, kata dasar asli dalam bahasa Jawa terdiri atas duasuku kata(bisilabis); kata yang terdiri dari lebih dari tiga suku kata akan dipecah menjadi kelompok-kelompok bisilabis untuk pengejaannya. Dalam bahasa Jawa modern, kata dasar bisilabis memiliki bentuk: nKlvVnKlvVK.Bahasa Jawa halus dan kasar[sunting|sunting sumber]Jawa bagian tengah yang mempunyai bahasa jawa kasar dan halus juga, bahasa jawa halus kebanyakan berada di kota kota disekitar ibukota jawa tengah ini contohnya di solo dan di ibukotanya sendiri yaitu di semarang , di DI Yogyakarta juga memakai bahasa yang halus, sedangkan untuk yang bahasa jawa kasar berada di kota daerah perbatasan antara jawa barat dan jawa tengah biasanya di kota daerah sekitar pantai utara dan pantai selatan. Untuk wilayah jawa timur bahasa jawanya kebanyakan sama dengan bahasa yang ada di jawa tengah ,tapi di daerah barat jawa timur cara bicara didaerah ini agak lantang atau tegas, bahasa ini terletak berdekatan dengan daerah Madura .Dan ada lagi daerah Bali yang bahasanya terdengar seperti bahasa jawa tapi jauh sekali berbeda juga bahasa Nusa tenggara yang terdengar seperti bahasa bali.Tata Bahasa[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Tata Bahasa JawaTingkat tutur dalam bahasa Jawa dibagi menjadi tiga yaitu tingkat tutur ngoko, tingkat tutur madya dan tingkat tutur karma. Atau secara umum dibagi menjadi dua saja yaitu tingkat tutur ngoko dan tingkat tutur karma.Aksara Jawa[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Aksara JawaAksara jawa berbeda dengan huruf Latin yang kita gunakan sekarang ini untuk menulis. Aksara jawa terdiri dari:1. Aksara Carakan /. Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga;2. Aksara Pasangan /. Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu: h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng; pasangan3. Aksara Swara /. Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup, yaitu: A, I, U, E, O4. Aksara Rekan /. Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu: kh, f, dz, gh, z5. Aksara Murda /. Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati, yaitu: Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba6. Aksara Wilangan /. Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa, yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.7. Tanda Baca (Sandangan /). Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari, yaitu tanda: koma, titik, awal kamimat, dll. huruf: i, o, u, e. huruf mati: _r, _ng, _ra, _re, dllTembung[sunting|sunting sumber]Tembung dalam bahasa Indonesia artinya kata. Silah silahing tembung atau jenis kata (Gramar) dalam Bahasa Jawa ada 10 macam:1. Tembung aran /(kata benda). contoh: meja, kursi.2. Tembung Kriya /(kata kerja) Contoh: turu, adus.3. Tembung ganti /( kata ganti). Contoh: aku, kowe, bapak.4. Tembung Wilangan /(kata bilangan). Contoh: enem, telu, papat.5. Tembung Kahanan /(kata sifat). Contoh: ayu, kuru, seneng.6. Tembung Katrangan /(kata keterangan). Contoh: ngisor, lor, tengah.7. Tembung Pangguwuh /(kata seru). Contoh: wah, aduh, ah, eh.8. Tembung Sandhangan /(kata sandang). Contoh: Sang, Hyang, Raden.9. Tembung Panyambung /(kata sambung). Contoh: lan, mulane, sarta.10. Tembung Pangarep /(kata Depan). Contoh: saka, ing, sing.Ater ater Seselan Panambang[sunting|sunting sumber]Ater ater (Awalan),Seselan (Sisipan),Panambang (Akhiran).Ater ater[sunting|sunting sumber]Ater ater Hanuswara m [m+bathik=mbathik] n [n+tulis=nulis] ng [ng+kethok=ngethok] ny [ny+cuwil=nyuwil]Ater ater Tripurasa dak [dak+pangan=dakpangak]ko [ko+jupuk=kojupuk] di [di+goreng=digoreng]Ater ater liya a [a+lungguh=alungguh] ma [ma+lumpat=malumpat] ka [ka+gawa=kagawa] ke [ke+sandhung=kesandhung] sa [sa+gegem=sagegem] pa [pa+lilah=palilah] pi [pi+tutur=pitutur] pra [pra+tandha=pratandha] tar [tar+buka=tarbuka] kuma [kuma+wani=kumawani] kami [kami+tuwa=kamituwa] kapi [kapi+temen=kapitemen]Seselan[sunting|sunting sumber] um [..um..+guyu=gumuyu] in [..in..+carita=cinarita] el [..el..+siwer=seliwer] er [..er..+canthel=cranthel]Panambang[sunting|sunting sumber] i [kandh+i=kandhani] ake [jupuk+ake=jupukake] ne [teka+ne=tekane] e [omah+e=omahe] ane [jaluk+ane=jalukane] ke [kethok+ke=kethokke] a [dudut+a=duduta] na [gawa+na=gawakna] ana [weneh+ana=wenehana] en [lepeh+en=lepehen] ku [buku+ku=bukuku] mu [klambi+mu=klambimu] e [omah+e=omahe]Homonim[sunting|sunting sumber]Homonim yaiku tembung-tembung kata sama ucapannya sama penulisannya tapi beda arti karena asal kata beda. Contoh: Kula radepandungpanjenengan punika sinten? (pangling) Rehning punika kathahpandung, mila kedah ngantos-atos. (maling) Mengko yen ibudukakepriye, mbak? (nesu) Bocah ditakoni kok mungdukabae, sebel aku! (embuh)Antonim[sunting|sunting sumber]Antonim / Tembung kosok balen yaiku tembung kata yang memiliki arti berkebalikan dengan yang lain. Kata kata antonim antara lain: padhang-peteng, bungah-susah, gedhe-cilik, beja-cilaka, kasar-alus, lan sapiturute. Contoh: Babsugih mlaratiku sejatine jatahe dhewe-dhewe. Kali ing Kalimantan kuwitiga rendhengbanyune ajeg gedhe.Sinonim[sunting|sunting sumber]Sinonim (nunggal misah) yaiku rong tembung dua kata atau lebih yang bentuk penulisannya beda, arti sama atau hampir sama, arti yang sama persis itu jarang. Contoh: Bocah kuwi senengerandha kemul. Bocah kuwi senengetempe gorengdiwenehi glepung. Tawangmangu iku hawane pancenadhembanget. Tawangmangu iku hawane pancenatisbanget.Homograf[sunting|sunting sumber]Homograf yaiku tembung-tembung kata yang penulisannya beda artinya beda. Contoh: Tiyang punika asring ngagem busana cemeng. cemeng = ireng Aku yen sowan budhe arep nyuwun cemeng loro. cemeng = anak kucing Yen duwe meri kudu dikandhangake. meri = anak bebek Kowe ora perlu meri karo adhimu. meri = ewa, iriJejer(J)/Wasesa(W)Lisan(L)[sunting|sunting sumber]Dalam bahasa indonesia kita mengenal adanya struktur atau susun kalimat, seperti subjek, predikat dan objek. Dalam bahasa jawa pun juga memiliki hal yang sama akan tetatpi bernama lain, Jejer= subjek Wasesa= predikat Lisan= objekseperti halnya dalam bahasa indonesia, jejer dikenai pekerjaan dengan pola sama seperti bahasa Indonesia tidak seperti english yang dibolak balik.Contoh kalimatnya: - aku mangan (aku makan) aku = jejer mangan = wasesa- aku mangan sego (aku makan nasi) aku = jejer mangan = wasesa sego = objekUntuk bagian kalimat seperti keteran (katrangan) sama saja seperti bahasa Indonesia.Ukara[sunting|sunting sumber]Silah silahing ukara (Jenis-jenis Kalimat dlm Bhs. Jawa)1. Ukara Kandha /(Kalimat Langsung).Tuladha: Ibu ngendika 'Kowe kudu sekolah' /2. Ukara Crita /(Kalimat Cerita). Tuladha: Ngendikane Ibu yen sregep sekolah mesthi pinter /.3. Ukara Tanduk /(Kalimat Aktif). Tuladha: Bapak tindak kantor /4. Ukara Tanggap /(Kalimat Pasif). Tuladha: Sepedane dicet abang /5. Ukara Pakon /(Kalimat Perintah). Tuladha: Jupukna sepedaku neng omahe Paklik /6. Ukara Panjaluk /(kalimat Permohonan). Tuladha: Tulung njupukna buku kuwi /Peribahasa Jawa[sunting|sunting sumber]Peribahasa Jawa merupakan suatu bentuk kearifan lokal budaya Jawa yang filosofis. Di dalam peribahasa, terdapat makna mendalam dari sebuah kalimat atau frasa, tidak sekadar dapat dipahami secara harfiah.Contoh Paribasan (peribahasa) dan pepatah Jawa nyolong pethek = nggak cocok dgn apa ygdi harapkan. kepara kepere = tdk adil (berbagi). criwis cawis= banyak bicara tp cekatan dlm bekerja. keplok ora tombok = merasakan kesenangan tanpa keluar biaya. yitna yuwana,lena kena = yg hati2 akanselamat,yg ceroboh akan celaka. busuk ketekuk,pinter keblinger = yg pintar dan yg bodoh sama2 celaka. jalukan ora wewehan = mau minta tp tak mau memberi. welas tanpa alis= karena saking dermawannya jd sengsara sendiri (derma yg berlebihan tanpa mengukur kemampuan sendiri). kerot tanpa untu = kemauan banyak tapi tdk punya kekuatan. anakpolah bapa kepradah = orang tua yg slalu menuruti keinginan sang anak. Nabok nyilih tangan = menyuruh orang untuk mencelakai orang laen. suduk gunting tatu loro =mendapat kesedihan rangkap. ora ganja ora unus = orangnya jelek,kelakuannya jg jelek. nututi layangan pedhot =berusaha mengembalikan situasi yg sudah semrawut. idu di dilatmaneh = mengingkari janji sendiri. ngubak ubak banyu bening = membuat keonaran di tmpt yg damai. mban cindhe,mban siladan = pilih kasih (nggak adil). dudu berase di tempurake = memberi komentar tp di luar permasalan yg sedang di bahas. adol lenga kari busike = yg membagi justru gak kebagian jatah. ora mambu enthong irus= tidak kelihatan kalau bersaudara.Purwakanthi(syair - pantun - kata bersajak)[sunting|sunting sumber]Purwakanthi merupakan alunan bunyi yang sama pada beberapa kata dalam sastra Jawa dan Sunda. Terdapat dua macam purwakanthi yaitu purwakanthi swara dan purwakanthi sastra. Purwakanthi swara adalah persamaan bunyi, sementara purwakanthi sastra adalah persamaan huruf.Pitutur dan ungkapan-ungkapan Jawa umumnya disampaikan secara ringkas, dengan padanan kata bersanjak yang pas sehingga terkesan indah sekaligus mudah diingat.Purwakanthi guru swara[sunting|sunting sumber] Ana awan, ana pangan Ngalah nanging oleh Sing salah kudu seleh Becik ketitik ala ketara Sing weweh bakal pikoleh Adigang adigung adiguna Inggih-inggih ora kepanggih Ciri wanci lelai ginawa mati Desa mawa cara negara mawa tata Witing tresna jalaran seka kulina Giri lungsi, jalma tan kena ingina Yen menang, aja njur sewenang wenang Ana bungah, ana susah iku wis lumrah Sing gelem ngalah, bakal luhur wekasane Yen krasa enak, aja njur lali anak, lali bojo, lali kancaPurwakanthi guru sastra[sunting|sunting sumber] Tata titi titig tatag, tanggung tertib Aja dhemen memada, dhateng saphadhaning dumadi Taberi nastiti lan ngati-ati, mesthi bakal dadi Wong jejodohan kudu ngelingi: babat,bibit,bobot,bebet Ruruh,rereh,ririh ing wewarihipun, mrih reseping para muyarsi Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karya, tut wuri handayani Tarti tata-tata, ate metu turut ratan, diutus tuku tahu tempe dhuwite kertas telung atus Tindak tanduk lan tutur kang kalantur, tamtu katula-tula katali, bakal kacatur,katutuh, kapatuh, pan dadi awon Sluman slumun slamet, salamun nyemplung kali plung, slulup slelep-slelep oleh slepi isi klobot, Njumbul bul klambine teles bles Kala kula kelas kalih, kula kilak kalo kalih kuli-kuli kula, kalo kula kli, kali kiln kula, kalo kula kampul-kampul, kula kelap kelip kala-kala keling-kelingTembang, Gending dan Karawitan[sunting|sunting sumber]

Dua sinden asing, Hiromikano dari Jepang dan Megan dari Amerika Serikat Hibur Warga Kendal.Syair gending Jawa selalu terucap tembang-tembang yang di alunkan pesinden/seniwati maupun penggerong pada sebuah musik karawitan. Syair ini berbahasa Jawa dan bahasa Kawi yang unik dan mengandung pesan atau nasihat untuk hidup yang damai sejahtera di dunia ini. Syair-syair tiap gending berbeda-beda, mulai dair gending gedhe, ladrang, ketawang maupun tembang dolanan. Masing-masing mengandung makna dan tersendiri yang disampaikan penciptanya lewat syair tersebut.Tembang gedhe[sunting|sunting sumber]Tembang gedhe jenisnya: Lebdajiwa Kusumawicitra Sudiradraka Basanta Manggalagita Sukarini Nagabanda Kusumastuti Merakng Tebukasol Banjaransari Tepikawuri Pamularsih Bremarakrasa Madayanti Sudirwicitra Madurenta Kuswarini Sarapada CandrakusumaTembang tengahan[sunting|sunting sumber]Tembang tengahan jenisnya: Balabak Wirangrong Juru Demung Kuswaraga Palugon Pangajabsih Pranasmara Sardulakawekas Sarimulat RarabentrokTembang Macapat[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:MacapatTembang Macapat juga sering disebut sekar Macapat, sekar Alit, atau sekar Dhagelan. Karsana H. Saputra dalam bukunya yang berjudul Sekar Macapat menyebutkan, macapat adalah suatu bentuk puisi Jawa yang menggunakan bahasa Jawa baru, diikat oleh persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Jadi Sekar macapat atau tembang macapat dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sekar (tembang) yang menggunakan aturan guru wilangan dan guru lagu yang sudah ditentukan. Masing-masing jenis tembang macapat memiliki jumlah gatra yang berbeda-beda dan untuk membedakan jenis sekar macapat antara yang satu dengan lainnya dapat dilihat dari jumlah gatra, guru lagu, dan guru wilangan.Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu. Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti, karena pada prakteknya tidak semua tembang macapat bisa dinyanyikan empat-empat suku kata.[1]Tembang macapat ada 11 ( sebelas ):1. Maskumambang2. Pocung3. Gambuh4. Megatruh5. Mijil6. Kinanthi7. Asmaradana8. Durma9. Pangkur10. Sinom11. DhandhanggulaTembang macapat itu terdiri dari Guru Gatra, Guru wilangan, guru lagu, dan watak. Guru gatra adalah jumlah baris dalam tembang macapat. Guru wilangan adalah jumlah suku kata dalam tembang macapat. Guru lagu adalah jatuhnya suara diakhir baris tembang macapat.Serat[sunting|sunting sumber]1. Serat berisi tentang ajaran atau Piwulang dan pitutur kearah kebaikan dan kebajikan.2. Didalam serat berisi tuntunan agung yang dapat dijadikan seabagai pedoman dan suri tauladan bagi manusia.3. Serat menganduing makna moralitas yang berkenaan dengan dengan etika hidup.Contoh Serat Serat Sastra Ganding diciptakan oleh Kanjeng Sultan Agung. Serat Wulangreh merupakan karya sastra berbentuk tembang hasil buah karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV. Serat Wedhatama adalah sebuah karya sastra Jawa baru yang secara formal dinyatakan ditulis oleh Magkunegara IV. Serat Wulang Estri merupakan karya sastra kelanjutan dari ajaran Paku Buwana IV yang ditujukan bagi putrinya, yaitu berupa ajaran berumah tangga. Serat Wedaraga merupakan salah satu karya sastra berbentuk tembang macapat karangan R. Ng. Ranggawarsita. Serat Nitisastra karya Raden Ngabehi Yasadipura II.Babad[sunting|sunting sumber]

Babad Giyanti1. Babad berisi tentang sejarah lokal yang berhubungan dengan nama tempat, daerah, kerajaan maupun tokoh besar (historis)2. Babad bersifat lokal yang ditulis dengan cara pandang tradisional, sehingga sering dibumbui dengan berbagai hal yang bersifat pralogis atau bahkan bersifat fiktif dan simbolik.3. Babad bersifat istana centris karena pada umumnya ditulis pada lingkungan kraton dengan raja selaku penguasa daerah yang bersangkutan , atau lingkungn bangsawan yang lebih kecil.4. Pada umumnya babad ditulis dengan tujuan: (a) mencatat segala peristiwa, kejadian, atau pengalaman yang pernah terjadi pada masa lampau. (b) untuk menjadi teladan yang baik agar dapat diambil manfaatnya. (c) untuk memperkuat sakti raja.(Sedyawati, ed. 2001: 267)5. Babad bersifat subjektif karena kebanyakan penulisnya berasal dari latar belakang, kecenderunga, dan pendiriannya yang ditentukan oleh pengalaman, situasi, dan kondisi hidupnya pada sebagai manusia sosial budaya pada masa dan masyarakat tertentu (Teeuw, 1988)6. Babad bersifat fragmentatif artinya bahwa fakta-fakta yang ditampilkan dalam babad tidaklah lengkap.7. Babad menekankan pada pengagungan leluhur maupun raja, yang menekankan pada pengukuhan legitimasi sebagai catatan sejarah bagi kepentingan penguasa dan keturunanya.8. Babad bersifat sugestif artinya bahwa babad dapat mempengaruhi pandangan seseorang.Contoh Babad Babad Giyanti Babad kartasura Babad Sengkala Babad Surapati Babad Damarwulan Babad demakSuluk[sunting|sunting sumber]

Pada tahun 1898, pengangkatan Ratu Wilhelmina di Belanda cukup menyita perhatian masyarakat. Sebuah buku bahkan dicetak di Semarang untuk memperingati kejadian tersebut. Dengan bahasa dan aksara Jawa, halaman depan buku tersebut berbunyi: "Sri Makutho, merayakan Keluarga Kerajaan kami dan Pengangkatan Ratu Nederland Wilhelmina"1. Suluk kental dengan ajaran agama islam.2. Suluk sering kali dihubungkan dengan ajaran-ajaran tasawuf yang kemudian dimaknai dengn pengembaraan atau perjalanan dalam rangk mencari makna hidup.3. Suluk sering dianalogikan dengan kata yen sinusul muluk yang berarti kalau dikejar semakin membumbung tinggi. Maksutnya, keilmuan suluk, bila semakin dipikirkan akan semakin jauh untuk dijangkau pikiran atau logika awam.4. Permasalahan yang sering diangkat dalam suluk berhubungan erat dengan hal-hal ghaib yakni hal-hal supranatural yang yang hubungannya dengan Tuhan dan kehidupan manusia.5. Suluk memiliki struktur yang tidak mudah difahami maknanya atau relatif membingungkan, terutama bagi yang tidak bisa menggelutinya.6. Sastra suluk umumnya ditulis dalam bentuk tembang (macapat) namun juga ada yang berbentuk prosa.Contoh suluk: Suluk Seh Takawardi Suluk Malang Sumirang Suluk WujilSastra Jawa[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Sastra JawaSejarah Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi (Sukobumi), Pare, Kediri Jawa Timur. Prasasti yang biasa disebut dengan nama Prasasti Sukabumi ini bertarikh 25 Maret tahun 804 Masehi. Isinya ditulis dalam bahasa Jawa Kuna.Setelah prasasti Sukabumi, ditemukan prasasti lainnya dari tahun 856 M yang berisikan sebuah sajak yang disebut kakawin. Kakawin yang tidak lengkap ini adalah sajak tertua dalam bahasa Jawa (Kuna).Sastra Jawa dibagi dalam empat masa: Sastra Jawa Kuna Sastra Jawa Tengahan Sastra Jawa Baru Sastra Jawa ModernSastra Jawa Kuno[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Sastra Jawa KunoSastra Jawa Kuno atau seringkali dieja sebagai Sastra Jawa Kuna meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi (kakawin). Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan.Karya-karya sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk Candakarana, Kakawin Ramayana dan terjemahan Mahabharata dalam bahasa Jawa Kuno.Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa[sunting|sunting sumber]1. Candakarana2. Sang Hyang Kamahayanikan3. Brahmandapurana4. Agastyaparwa5. Uttarakanda6. Adiparwa7. Sabhaparwa8. Wirataparwa,9969. Udyogaparwa10. Bhismaparwa11. Asramawasanaparwa12. Mosalaparwa13. Prasthanikaparwa14. Swargarohanaparwa15. KunjarakarnaSastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin)[sunting|sunting sumber]1. Kakawin Tertua Jawa,8562. Kakawin Ramayana~ 8703. Kakawin Arjunawiwaha,Empu Kanwa, ~ 10304. Kakawin Kresnayana5. Kakawin Sumanasantaka6. Kakawin Smaradahana7. Kakawin Bhomakawya8. Kakawin Bharatayuddha,Empu SedahdanEmpu Panuluh,11579. Kakawin Hariwangsa10. Kakawin Gatotkacasraya11. Kakawin Wrettasacaya12. Kakawin Wrettayana13. Kakawin Brahmandapurana14. Kakawin Kunjarakarna,Empu Dusun15. Kakawin Nagarakretagama,Empu Prapanca,136516. Kakawin Arjunawijaya,Empu Tantular17. Kakawin Sutasoma, Empu Tantular18. Kakawin Siwaratrikalpa,Kakawin Lubdhaka19. Kakawin Parthayajna20. Kakawin Nitisastra21. Kakawin Nirarthaprakreta22. Kakawin Dharmasunya23. Kakawin Harisraya24. Kakawin Banawa Sekar TanakungPetikan dari Kakawin Sutasoma[sunting|sunting sumber]

Lontar Sutasoma dari Jawa Tengah dalamaksara Buda.Di bawah ini diberikan beberapa contoh petikan dari kakawin ini bersama dengan terjemahannya. Yang diberikan contohnya adalahmanggala, penutup dan sebuah petikan penting.Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5).Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh Empu Tantular pada abad ke-14.Manggala[sunting|sunting sumber]PadaKakawin Sutasomaterdapat sebuah manggala. Manggala ini memuja Sri Bajrajana yang merupakan intisari kasunyatan.Jika beliau menampakkan dirinya, maka hal ini keluar dalam samadi sang Boddhacitta dan bersemayam di dalam benak. Lalu beberapayugadisebut di mana Brahma, Wisnu dan Siwa melindungi. Maka sekarang datanglah Kaliyuga di mana sang Buddha datang ke dunia untuk membinasakan kekuasaan jahat.ManggalaTerjemahan

1 a.r Bajrajna nytmaka parama sirnindya ring rat wies.a1 a. Sri Bajrajana, manifestasi sempurna Kasunyatan adalah yang utama di dunia.

1 b.ll uddha pratis.t.hng hredaya jaya-jayngken mahswargaloka1 b. Nikmat dan murni teguh di hati, menguasai semuanya bagai kahyangan agung.

1 c.ekacchattrng arrnghuripi sahananing bhur bhuwah swah prakrn.a1 c. Ia adalah titisan Pelindung tunggal yang menganugrahi kehidupan kepada tri buwana bumi, langit dan sorga seru sekalian alam.

1 d.sks.t candrrka prn.dbhuta ri wijilira n sangka ring Boddhacitta1 d. Bagaikan terang bulan dan matahari sifat yang keluar dari batin orang yang telah sadar.

2 a.Singgih yan siddhayogwara wekasira sang stmya lwan bhat.ra2 a. Ia yang diterangi, yang manunggal dengan Tuhan, memang benar-benar Raja kaum Yogi yang berhasil.

2 b.Sarwajmrti nyganal alit inucap mus.t.ining dharmatattwa2 b. Perwujudan segala ilmu Kasunyatan baik kasar ataupun halus, diajikan dalam sebuah doa dan puja yang khusyuk.

2 c.Sangsipta n pt wulik ring hati sira sekung ing yoga lwan samdhi2 c. Singkatnya, mari mencari-Nya dengan betul dalam hati, didukung dengan yoga dan samadi penuh.

2 d.Byakta lwir bhrntacittngrasa riwa-riwaning nirmalcintyarpa2 d. Persis bagaikan seseorang yang merana hatinya merasakan rasa kemurnian Yang Tak Bisa Dibayangkan.

3 a.Ndah yka n mangkana ng nti kineep i tutur sang huwus siddhayogi3 a. Maka itulah ketentraman hati yang dituju seorang yogi sempurna.

3 b.Pjan ring jna uddhprimita aran.ning miket langwa-langwan3 b. Biarkan aku memuja dengan kemurnian dan kebaktian tak tertara sebagai sarana untuk menulis syair indah.

3 c.Dr ngwang siddhakawyngitung ahiwang apan tan wruh ing stra mtra3 c. Mustahil aku akan berhasil menulis kakawin sebab tiada tahu akan tatacara bersastra.

3 d.Nghing kwran dning ambek raga-ragan i manah sang kawrja obha3 d. Namun, sungguh malu dan terganggu oleh pikiran akan sebuah penyair sempurna di ibukota.

4 a.Prwaprastwaning parwaracana ginelar sangka ring Boddhakwya4 a. Pertama dari semua cerita yang saya gubah diturunkan dari kisah-kisah sang Buddha.

4 b.Ngni dwpra ring treat kretayuga sirang sarwadharmnggaraks.a4 b. Dahulukala ketika dwapara-, treta- dan kretayuga, beliau merupakan perwujudan segala bentuk dharma.

4 c.Tan ln hyang Brahma Wis.n.wwara sira matemah bhpati martyaloka4 c. Tiada lain sang hyang Brahma, Wisnu dan Siwa. Semuanya menjadi raja-raja di Mercapada (dunia fana).

4 d.Mangk n prpta ng kali r Jinapati manurun matyana ng kla murkha4 d. Dan sekarang pada masa Kaliyuga, Sri Jinapati turun di sini untuk menghancurkan kejahatan dan keburukan.

Penutup[sunting|sunting sumber]Pupuh penutup adalah pupuh nomor 148.

EpilogTerjemahan

1 a.Nhan tntyanikang kathtiaya Boddhacarita ng iniket1 a. Maka inilah akhir dari sebuah cerita indah dan digubah dari kisah sang Buddha.

1 b.D sang kawy aparab mpu Tantular amarn.a kakawin alang1 b. Oleh seorang penyair bernama Empu Tantular yang menggubah kakawin indah.

1 c.Khytng rat Purus.danta pangaranya katuturakena1 c. Termasyhur di dunia dengan nama Purusadasanta (pasifikasi raja Purusada).

1 d.Drghyuh sira sang rumengwa tuwi sang mamaca manulisa1 d. Semoga semua yang mendengarkan, membaca dan menyalin akan panjang umurnya.

2 a.Bhras.t.a ng durjana nyakya kumeter mawedi giri-girin2 a. Hancur lebur para durjana, tak berdaya, gemetar, takut karena ngeri.

2 b.D r rjasa raja bhpati sang angd.iri ratu ri Jawa2 b. Oleh Sri Rajasa yang bertakhta di Jawa.

2 c.uddhmbek sang aswa tan salah ulah sawarahira tinut2 c. Para abdinya berhati murni dan melaksanakan segala perintahnya tanpa salah.

2 d.Sk wrdhika mwwu yka magaw resaning ari teka2 d. Sungguh banyak para pahlawan unggul, jumlahnya ada ribuan yang memberikan rasa takut kepada para musuh.

3 a.Ramya ng sgara parwatki sakapunpunan i sira lengeng3 a. Indahlah laut dan gunung di bawah penguasaannya.

3 b.Mwang tang rjya ri Wilwatikta pakarjyanira n anupama3 b. Dan ibukota Wilwatikta (= Majapahit) sungguh indah di luar bayangan.

3 c.Krn.kang kawi gta lambing atuhnwam umarek i haji3 c. Banyaklah jumlah para penyair, tua dan muda yang menggubah nyanyian dan kakawin yang menghadap sang ratu.

3 d.Lwir sang hyang ai rakwa prn.a pangapusnira n anuluhi rat3 d. Bagaikan Dewa Candra kekuasaannya menyinari dunia.

4 a.Bhda mwang damel I nghulun kadi patangga n umiber i lemah4 a. Berbeda dengan karyaku bagaikan gajah yang terbang di atas tanah.

4 b.Ndan dra n mad.anka pan wwang atimd.ha kumawih alang4 b. Mustahillah menyamai karena orang bodoh yang seolah-olah menulis kakawin indah.

4 c.Lwir bhrn.tgati dharma ring kawi turung wruh ing aji sakath4 c. Seperti seseorang yang bingung mengenai kewajiban seorang penyair tidak mengenal peraturan bersyair.

4 d.Nghing sang r Ran.amanggalki sira sang titir anganumata.4 d. Namun Sri Ranamanggala juga yang menjadi panutanku.

Bhinneka Tunggal Ika[sunting|sunting sumber]

Lambang Indonesia dengan mottoBhinneka Tunggal IkaKutipan ini berasal daripupuh139,bait5. Lengkapnya ialah:Jawa KunaAlih bahasa

Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa,Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen,Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal,Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal

Bhinnka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.Berbeda-beda tetapi tetap satu,, tidak ada kebenaran yang mendua.

Petikan dari Kakawin Bharatayuddha dalam budaya Jawa Baru[sunting|sunting sumber]Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.Kakawin ini digubah oleh dua orang, yaitu: Empu Sedah dan Empu Panuluh. Bagian permulaan sampai tampilnya prabu Salya ke medan perang adalah karya Empu Sedah, selanjutnya adalah karya Empu Panuluh.Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu dari beberapa dari karya sastra Jawa Kuna yang tetap dikenal pada masa Islam. Dalam pertunjukanwayang, beberapa bagian dari Bharatayuddha dinyanyikan sebagai bagian dari nyanyiansuluk, bahkan juga dalam pertunjukan wayang yang bernafaskanIslam, misalkan cerita wayangMenak. Terutama cuplikan dari pupuh kelima, bait satu sangat sering dipakai:Pupuh V.1[sunting|sunting sumber] lnglng ramyanikang angka kumar mangrngga rmning pur mangkin tan pasiring halpnikang umah ms lwir murub ring langit tkwan sarwamaik tawingnya sinawung skat skarning suji unggwan Bhnumat yan amrm alang mwang ntha Duryodhana

Terjemahan[sunting|sunting sumber] Sinar bulan yang menawan sungguh menambah keindahan puri Tiadalah bandingan keindahan paviliun emas yang bersinar-sinar seakan-akan berkilau di langit Dinding-dindingnya terbuat dari batu-batu ratna manikam yang dirangkai bagaikan bunga Tempat sangBhanumatidan prabuDuryodhanatidur dalam cintaPetikan dari Kakawin Arjunawiwha[sunting|sunting sumber]

Dua lembaran lontarkakawin Arjunawiwha.Kakawin Arjunawiwha (Jawa:) adalah kakawin pertama yang berasal dari Jawa Timur. Karya sastra ini ditulis oleh Empu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, yang memerintah di Jawa Timur dari tahun 1019 sampai dengan 1042 Masehi. Sedangkan kakawin ini diperkirakan digubah sekitar tahun 1030.Manggala[sunting|sunting sumber]Kakawin Arjunawiwaha memiliki sebuahmanggala. Berikut adalahmanggalabeserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.ManggalaTerjemahan

1. Ambek sang paramrthapaita huwus limpad sakng nyat,Batin sang tahu Hakikat Tertinggi telah mengatasi segalanya karena menghayati Kehampaan[3],

Tan sangkng wiaya prayojananira lwir sanggrahng lokika,Bukanlah terdorong nafsu indria tujuannya, seolah-olah saja menyambut yang duniawi,

Siddhning yaawrya donira sukhning rt kininkinira,Sempurnanya jasa dan kebajikan tujuannya. Kebahagiaan alam semesta diperihatinkannya.

santoheletan kelir sira sakng sang hyang Jagatkraa.Damai bahagia, selagi tersekat layar pewayangan dia dari Sang Penjadi Dunia.

2. Us.n.is.angkwi lebni pdukanir sang hyang Jagatkran.aHiasan kepalaku merupakan debu pada alas kaki beliau Sang Hyang Penjadi Dunia

Manggeh manggalaning miket kawijayan sang Prtha ring kahyanganTerdapatkan pada manggala dalam menggubahkan kemenangan sang Arjuna di kahyangan

Prasasti Nusantara[sunting|sunting sumber]

Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah.Prasasti Nusantara adalah prasasti yang berasal dari wilayah Nusantara. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam aksara serta bahasa-bahasa asli Nusantara dan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta. Di bawah ini disajikan daftar seleksi beberapa prasasti Nusantara Jawa yang penting atau menarik. Semua tahun yang disebut di bawah ini adalah tahun Masehi.Prasasti-prasasti berikut berbahasa Jawa, baik Jawa Kuna (Kawi) maupun Baru. Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo,Salatiga,Jawa Tengah, 24 Juli 750 Prasasti Sukabumi, Sukabumi,Pare,Kediri,Jawa Timur,25 Maret804 Prasasti Kayumwungan, Karangtengah,Temanggung,Jawa Tengah(dwibahasa), 824 Prasasti Siwagrha(Prasasti kakawin tertua Jawa),856 Prasasti Taji, 901 Prasasti Mantyasih, Desa Meteseh,Magelang Utara,Jawa Tengah, 11 April 907 Prasasti Rukam, 907 Prasasti Wanua Tengah III, 908 Prasasti Wurudu Kidul, tanpa tahun, ~ 922 Prasasti Mula Malurung,Kediri,1255[4] Prasasti Sarwadharma, pemerintahanKertanegara, 1269 Prasasti Sapi Kerep, Desa Sapi Kerep,Sukapura, Probolinggo,1275[4] Prasasti Singhasari 1351,Singosari, Malang,Jawa Timur,1351 Prasasti Ngadoman, Ngadoman (Salatiga),Jawa Tengah,1450 Prasasti Pakubuwana X,Surakarta,Jawa Tengah,1938Bentuk tingkat tutur bahasa Jawa[sunting|sunting sumber]Menurut bentuknya, secara garis besar tingkat tutur bahasa Jawa dibagi menjadi 5 tingkatan,1. basa ngoko,2. basa madya,3. basa krama,4. basa kedaton atau bagongan, dan5. basa kasar.Kelima tingkat tutur tersebut secara rinci semuanya dibagi menjadi 13 tingkat, yaitu:1. ngoko lugu,2. ngoko andhap antya basa,3. ngoko andhap basa antya,4. madyo ngoko,5. madyatara,6. madyakrama,7. mudokrama,8. kramantara,9. wredakrama,10. krama inggil11. krama deso,12. basa kedaton atau bagongan, dan13. basa kasar.Makna tingkat tutur[sunting|sunting sumber]Sebetulnya bila diringkas bahasa Jawa sehari-hari ada 3 tataran,1. Krama (halus),2. Madya (biasa),3. Ngoko (pergaulan), atau basa kasar.Register (undhak-undhuk basa)[sunting|sunting sumber]Bahasa Jawa mengenalundhak-undhuk basadan menjadi bagian integral dalam tata krama (etiket) masyarakat Jawa dalam berbahasa. Dialek Surakarta biasanya menjadi rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa yang mengenal hal ini karena beberapa bahasa Austronesia lain dan bahasa-bahasa Asia Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Jepang juga mengenal hal semacam ini. Dalam sosiolinguistik, undhak-undhuk merupakan salah satu bentuk register.Terdapat tiga bentuk utama variasi, yaitungoko("kasar"),madya("biasa"), dankrama("halus"). Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan" (ngajengake,honorific) dan "perendahan" (ngasorake,humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.Sebagai tambahan, terdapat bentukbagongandankedhaton, yang keduanya hanya dipakai sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton. Dengan demikian, dikenal bentuk-bentuk ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, kedhaton.Di bawah ini disajikan contoh sebuah kalimat dalam beberapa gaya bahasa yang berbeda-beda ini. Bahasa Indonesia: "Maaf, saya mau tanya rumah Kak Budi itu, di mana?"1. Ngoko kasar: Eh, aku arep takon, omah Budi kuwi, nng*ndi?2. Ngoko alus: Aku nyuwun pirsa, dalem mas Budi kuwi, nng endi?3. Ngoko meninggikan diri sendiri: Aku kersa ndangu, omah mas Budi kuwi, nng ndi?(ini dianggap salah oleh sebagian besar penutur bahasa Jawa karena menggunakan leksikon krama inggil untuk diri sendiri)4. Madya: Nuwun swu, kula ajeng tanglet, griyan mas Budi niku, teng pundi? (ini krama desa (substandar))5. Madya alus: Nuwun swu, kula ajeng tanglet, dalem mas Budi niku, teng pundi? (ini juga termasuk krama desa (krama substandar))6. Krama andhap: Nuwun swu, dalem badh nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi? (dalem itu sebenarnya pronomina persona kedua, kagungan dalem 'kepunyaanmu'. Jadi ini termasuk tuturan krama yang salah alias krama desa)7. Krama lugu: Nuwun sewu, kula badh takn, griyanipun mas Budi punika, wonten pundi?8. Krama alus Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?*nng adalah bentuk percakapan sehari-hari dan merupakan kependekan dari bentuk baku ana ing yang disingkat menjadi (a)nng.Dengan memakai kata-kata yang berbeda dalam sebuah kalimat yang secara tatabahasa berarti sama, seseorang bisa mengungkapkan status sosialnya terhadap lawan bicaranya dan juga terhadap yang dibicarakan. Walaupun demikian, tidak semua penutur bahasa Jawa mengenal semuanya register itu. Biasanya mereka hanya mengenalngoko (kasar)dan sejenismadya (biasa).Ngoko[sunting|sunting sumber]Artikel utama untukkategoriini adalahNgoko.Ngoko adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.Tingkat tutur ngoko yaitu ungah ungguh bahasa jawa yang berintikan leksikon ngoko. Ciri-ciri katanya terdapat afiks di-,-e dan ake. Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara (mitra wicara). Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus (Sasangka 2004:95).Krama[sunting|sunting sumber]Artikel utama untukkategoriini adalahKrama.Krama adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya sangat baik untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah leksikon krama bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan aken). Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai tiga bentuk varian, yaitu krama lugu, karma andhap dan krama alus (Sasangka 2004:104).Madya[sunting|sunting sumber]Madya adalah salah satu tingkatan bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Tingkatan ini merupakan bahasa campuran antara ngoko dan krama, bahkan kadang dipengaruhi dengan bahasa Indonesia. Bahasa madya ini mudah dipahami dan dimengerti.Variasi[sunting|sunting sumber]Bahasa Jawa sangat beragam, dan keragaman ini masih terpelihara sampai sekarang, baik karena dituturkan maupun melalui dokumentasi tertulis. Dialek geografi, dialek temporal serta register dalam bahasa Jawa sangat kaya sehingga seringkali menyulitkan orang yang mempelajarinya.Dialek geografi[sunting|sunting sumber]Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck (1964)[5]. Peneliti lain seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Hatley memiliki pendapat yang berbeda.[butuh rujukan]Kelompok Barat1. dialek Banten2. dialek Cirebon. Menurut hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakanmetode Guiter, bahasa Cirebonan memiliki perbedaan sekitar 75% dengan bahasa Jawa Yogyakarta / Surakarta.[6]3. dialek Tegal4. dialek Banyumasan5. dialek Bumiayu(peralihan Tegal dan Banyumas)Kelompok Tengah1. dialek Pekalongan2. dialek Kedu3. dialek Bagelen4. dialek Semarang5. dialek Pantai Utara Timur(Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)6. dialek Blora7. dialek Mataram (dialek Surakartadandialek Yogyakarta)8. dialek MadiunKelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman. Dialek Surakarta dan Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).Kelompok Timur1. dialek Pantura Jawa Timur(Tuban, Bojonegoro)2. dialek Surabaya3. dialek Malang4. dialek Jombang5. dialek Tengger6. dialek BanyuwangiKelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).Selain dialek-dialek di tanah asal, dikenal pula dialek-dialek yang dituturkan oleh orang Jawa diaspora, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Suriname, Kaledonia Baru, dan Curaao.Dialek temporal[sunting|sunting sumber]Berdasarkan dokumentasi tertulis, bahasa Jawa paling tidak memiliki dua variasi temporal, yaitubahasa Jawa Kunadan bahasa Jawa Modern. Bahasa Jawa Kuna sering kali disamakan sebagai bahasa Kawi, meskipun sebenarnya bahasa Kawi lebih merupakangenrebahasa susastra yang diturunkan dari bahasa Jawa Kuna.Bahasa Jawa Kuna dikenal dari berbagaiprasastiserta berbagai "kakawin" yang berasal dari periodeMedangatau Mataram Hindu sampai surutnya pengaruhMajapahit(abad ke-8 sampai abad ke-15).Bahasa Jawa Modern adalah bahasa dikenal dari literatur semenjak periode Kesultanan Demak (abad ke-16) sampai sekarang. Ciri yang paling khas adalah masuknya kata-kata daribahasa Arab,Portugis,Belanda, dan jugaInggris.Pranatacara[sunting|sunting sumber]

Pranatacara atau sering disebut pambyawara, pranata adicara, pranata titilaksana atau pranata laksitaning adicara adalah salah satu jenis pekerjaan yang berhubungan dengan suatu pertemuan atau acara dalam masyarakat Jawa. Pranatacara dalam bahasa Indonesia disebut pewara. Pranatacara merupakan pembawa acara dalam upacara adat Jawa seperti pernikahan (temanten), kematian (kesripahan), pertemuan (pepanggihan), perjamuan (pasamuan), pengajian (pengaosan), pentas, dan sebagainya.Pranatacara merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus karena orang yang melakukan pekerjaan tersebut biasanya memahami dengan benar susunan suatu acara dengan menggunakan bahasa Jawa krama Inggil. Pranatacara lebih sering dihubungkan dengan upacara adat pengantin Jawa.Wayang Kulit[sunting|sunting sumber]

Pagelaran wayang kulit olehdalangterkemuka di Indonesia, Ki Manteb Sudharsono.Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India.Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain.Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi India, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawayang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah pertunjukan wayang.Dalang[sunting|sunting sumber]Dalang adalah pemimpin, pengarah, sutradara dan dirijen dari suatu pertunjukkan wayang. Kecuali pertunjukkan Wayang Orang dan Wayang Topeng, Dalang harus memainkan seluruh gerak peraga tokoh wayang yang dimainkannya. Ia juga member ipengarahan pada para penabuh gamelan, pesinden dan wiraswara. Pengarahan itu dilakukan dengan berbagai isyarat yang dipahami oleh anak buahnya.Dalam pelajaran pedalangan Wayang Kulit Purwa ada delapan pasyarat yang harus dimiliki oleh seorang dalang, yakni:1. Parama Sastra, seorang dalang harus kaya akan perbendaharaan kata, ahli dalam tata bahasa, terutama bahasa lisan.2. Parameng Kawi, seorang dalang harus memahami arti kata-kata dan istilah bahasa Kawi dan bahasa Jawa Kuno.3. Mardi Basa, Dalang yang baik harus pandai memainkan atau mengolah kata-kata yang digunakan, sehingga penceritaannya lebih meikat perhatian penonton, lebih dapat membawakan suasana cerita.4. Mardawa lagu, artinya dalang harus menguasai berbagai tembang, gending dan seni karawitan.5. Mandra Guna, seorang dalang harus menguasai berbagai keterampilan dalam seni pedalangan. Ada juga yang mengartikan dalang yang harus memiliki kelebihan batiniah dan sugesti diri yang kuat, sehingga dapat menguasai dan mengendalikan emosi penonton.6. Hawicarita, Dalang harus seorang yang mempunyai kemampuan bercerita, kemahiran untuk membawakan cerita secara runtut dan memikat. Tidak ada bagian cerita yang terlupa.7. Nawung Krida, dalang harus mengerti dasar-dasar ilmu psikologi, memahami karakter semua tokoh wayang dan kaitannya dengan karakter manusia.8. Sambegana, dalang harus mempunyai ingatan kua terhadap semua lakon wayang dan tahu benar urutan scenario ceritanya.Ketoprak[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Ketoprak

Pementasan KetoprakKetoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak. Pada mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan purnama, yang disebut gejogan. Dalam perkembangannya menjadi suatu bentuk teater rakyat yang lengkap.Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggah- ungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu: Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi) Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.Adapun ciri khas dari ketoprak ini dilakukan dengan dialog bahasa Jawa. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.Kesenian yang dalam penyajian atau pementasannya menggunakan bahasa Jawa ini memiliki cerita yang beragam dan menarik. Mirip dengan teater, pertunjukan ini diisi dengan dialog-dialog yang membawa penonton merasakan atmosfir dunia Jawa pada masa Raja-Raja berkuasa.Wayang orang[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Wayang orang

PandawadanKresnadalam suatu adegan pagelaranwayang wong.Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yang berasal dari Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan oleh orang, lengkap dengan menari dan menyanyi, seperti pada umumnya teater tradisional dan tidak memakai topeng. Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak begitu populer. Lahirnya Wayang Orang, dapat diduga dari keinginan para seniman untuk keperluan pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yang dapat dimainkan oleh orang. Wayang yang dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -hingga tidak muncul dalang yang memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para pemainnya sendiri.Sedangkan wujud pergelarannya berbentuk drama, tari dan musik.Pada dasarnya, cerita atau peran yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang orang tidak berbeda dengan wayang kulit. Biasanya lakon yang dibawakan adalah lakon dalam cerita epik seperti Mahabrata dan Ramayana. Bedanya jika dalam wayang kulit peran itu ditampilkan dalam sosok wayang, maka dalam wayang orang lakon atau peran semacam itu dibawakan oleh orang atau wong dalam bahasa jawa.Tugas dalang wayang wong tidak jauh berbeda dengan dalang wayang kulit. Namun tugas dayang wong lebih ringan karena para pelakon melakukan percakapan sendiri. Dalang wayang wong hanya menyampaikan sedikit narasi baik ketika membuka pertunjukan, di tengah pertunjukan atau di akhir pertunjukan.Wayang orang dapat dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-tokoh dalam cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai pengatur laku dan tidak muncul dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat pertunjukan wayang orang yang agak berbeda, karena masih menggunakan topeng dan menggunakan dalang seperti pada wayang kulit. Sang dalang masih terlihat meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang Dalang ditempatkan dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain di depan layar penyekat. Sang Dalang masih mendalang dalam pengertian semua ucapan pemain dilakukan oleh Sang Dalang karena para pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya menggerakgerakan badan atau tangan untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan oleh Sang Dalang. Para pemain harus pandai menari. Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng dalang memakai topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog.Ludruk[sunting|sunting sumber]

Kartolo, salah seorang pemain ludruk terkenal.

Tari Remo, diperagakan sebagai pembuka pementasan LudrukLudruk merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur, berasal dari daerah Jombang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran. Dalam perkembangannya ludruk menyebar ke daerah-daerah sebelah barat seperti karesidenan Madiun, Kediri, dan sampai ke Jawa Tengah. Ciri-ciri bahasa dialek Jawa Timuran tetap terbawa meskipun semakin ke barat makin luntur menjadi bahasa Jawa setempat. Peralatan musik daerah yang digunakan, ialah kendang, cimplung, jidor dan gambang dan sering ditambah tergantung pada kemampuan grup yang memainkan ludruk tersebut. Dan lagu-lagu (gending) yang digunakan, yaitu Parianyar, Beskalan, Kaloagan, Jula-juli, Samirah, Junian.Pemain ludruk semuanya adalah pria. Untuk peran wanitapun dimainkan oleh pria. Hal ini merupakan ciri khusus ludruk. Padahal sebenarnya hampir seluruh teater rakyat di berbagai tempat, pemainnya selalu pria (randai, dulmuluk, mamanda, ketoprak), karena pada zaman itu wanita tidak diperkenankan muncul di depan umum.Kesenian ludruk ini sendiri sebenarnya adalah sebuah pertunjukan drama tradisional yang pada awalnya ada di Jawa Timur dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya. Ludruk hanya ditampilkan di dalam sebuah panggung oleh grup kesenian ludruk sendiri.Cerita yang dijadikan tema di dalam pementasan ludruk ini adalah cerita mengenai kehidupan rakyat dan keseharian mereka. Ada pula tema tentang perjuangan kehidupan. Yang menjadi ciri khas dalam pertunjukan ludruk ini adalah mengeksploitasi tentang humor yang dalam bahasa jawa dikenal dengan guyonan dan lawakan.Karena cerita yang dibawakan merupakan cerita sehari-hari, yang dekat dengan kehidupan masyarakat, ludruk pun digemari oleh semua kalangan masyarakat. Selain itu, walau menggunakan bahasa Jawa Timur, guyonan yang dilontarkan para pemain ludruk pun dapat dimengerti oleh orang dari luar Jawa Timur. Ini dikarenakan para pemain tidak hanya mengandalkan guyonan dalam bentuk perbincangan, tapi juga dalam gerak.Primbon Jawa[sunting|sunting sumber]Primbon adalah pengetahuan Jawa yang berusia ratusan tahun, dan kini masih lazim digunakan dalam masyarakat Jawa. Primbon merupakan sistem perhitungan atau ramalan berkaitan dengan aktivitas orang Jawa. Primbon sedikitnya membicarakan tentang perhitungan berkaitan dengan baik buruknya waktu kegiatan (upacara perkawinan, mendirikan rumah, menempati rumah, dan sebagainya), ramalan watak manusia dan hewan berdasarkan ciri-ciri fisiknya, ramalan yang bersifat gaib (misal, mimpi dan kedutan), serta perhitungan mengenai tempat tinggal.Inti pesan dari primbon adalah agar kita senantiasa bersikap peka dan waspada.Gugon tuhon[sunting|sunting sumber]Gugon tuhon berada di tengah masyarakat Jawa disebut pepali atau larangan atau pamali atau pantangan. Gugon tuhon ini tergolong kepercayaan yang sudah ada dari jaman dahulu.Gugon tuhon adalah solusi terpercaya untuk beberapa masalah atau yang tidak ditemukan dalam akal sehat. Terhadap dengan beberapa orang-orang yang selalu rasa merasa sedih bahwa dia tidak bisa mempersiapkn atau mengantisipasi sesuatu yang dianggap berbahaya di kemudian hari.Pantangan adalah hal yang dilarang untuk dilakukan karena akan mengakibatkan sesuatu buruk akan terjadi. Biasanya pantangan ini hanya terjadi pada orang Indonesia terutama orang Jawa yang banyak mempercayai hal-hal yang ghaib. Namun pantangan yang disebutkan ini merupakan pantangan yang unik dan aneh dan hanya dilakukan oleh orang Indonesia yang mempengaruhinya.Gugon tuhon adalah mengikuti dengan setia dan tanpa reserve, pokoknya ikut. Pada umumnya nasihat dalam gugon tuhon bersifat wewaler atau larangan. Rumusnya adalah: Jangan melakukan .... nanti akan ..... .Wewaler untuk makanan bisa baik bisa buruk pengaruhnya. Kalau anak dilarang makanan yang justru zat bergizi, akan berpengaruh buruk untuk tumbuh-kembangnya. Sebaliknya andaikan ada gugon tuhon bahwa orang darah tinggi dilarang merokok, akan bagus untuk membantu menurunkan tekanan darahnya. Sayang tidak ada gugon tuhon yang seperti itu.Gugon tuhon ada yang menyembunyikan nasihat sayangnya tidak diberi penjelasan. Umumnya terkait dengan perilaku manusia. Gugon tuhon ini sebenarnya baik. Hanya saja di jaman modern ini semestinya dijelaskan reasoningnya apa. Jangan sekedar ora ilok atau akan ditelan buaya, dan sebagainya.Ada gugon tuhon terhadap terjadinya suatu penyakit. Misalnya suatu penyakit dikatakan akibat kutukan, padahal sebenarnya penyakit menular. Dengan penemuan mikroskop banyak yang dapat diluruskan, misalnya penyebab kolera yang dikatakan lelembut atau penyebab kusta dan TB Paru yang dikatakan sebagai kutukan. Ada pula gugon tuhon untuk tempat-tempat yang dianggap keramat, karena dipercaya orang banyak, kita pun jadi takut.Mantra jawa[sunting|sunting sumber]Mantra adalah perkataan atau ucapan yang mampu untuk mendatangkan daya gaib, menyembuhkan, mendatangkan celaka dan sebagainya. Susunan kata berunsur puisi yang dianggap mengandung kekuatan gaib ini biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Mantra juga dapat disamakan dengan doa.Dalam tradisi Jawa, mantra disebut pula dengan japa, japa mantra, kemad, peled, aji-aji, rajah, donga, sidikara yang semuanya dianggap mempunya daya kekuatan gaib. Mantra jika dibaca dengan bersuara disebut di-mel-kan dan kalau hanya dibaca dalam hati disebut matek mantra atau matek aji.Wujud mantra ada beberapa macam di antaranya: (1) Mantra dalam wujud kata-kata/puisi lisan yang dibaca dalam batin disebut japa mantra, aji-aji dan rapal. (2). Mantra dalam wujud tulisan misalnya tertulis pada kain, kertas, kulit disebut rajah. (3). Mantra yang ditanam pada benda disebut jimat, aji-aji.[2]Pegon[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:PegonHuruf Pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pgo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.Berbeda dengan huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi melainkan Gundhil. Bahasa Jawa memiliki kosakata vokal (aksara swara) yang lebih banyak daripada bahasa Melayu sehingga vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan.Abjad Jawi[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Abjad JawiAbjad Jawi (Bahasa Arab: Jwi) (atau Yawi di daerah Patani, Gundhil di daerah Jawa disamping Pegon, Jawoe di daerah Aceh) adalah abjad Arab yang diubah untuk menuliskan Bahasa Melayu. Abjad ini digunakan sebagai salah satu dari tulisan resmi di Brunei, dan juga di Malaysia, Indonesia, Patani dan Singapura untuk keperluan religius.Kemunculannya berkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Abjad ini didasarkan pada abjad Arab dan digunakan untuk menuliskan ucapan Melayu. Dengan demikian, tidak terhindarkan adanya tambahan atau modifikasi beberapa huruf untuk mengakomodasi bunyi yang tidak ada dalam bahasa Arab (misalnya ucapan /o/, /p/, atau //).Bukti terawal tulisan Jawi ini berada di Malaysia dengan adanya Prasasti Terengganu yang bertarikh 702 Hijriah atau abad ke-14 Masehi (Tarikh ini agak problematis sebab bilangan tahun ini ditulis, tidak dengan angka). Di sini hanya bisa terbaca tujuh ratus dua: 702H. Tetapi kata dua ini bisa diikuti dengan kata lain: (20 sampai 29) atau -lapan -> dualapan -> "delapan". Kata ini bisa pula diikuti dengan kata "sembilan". Dengan ini kemungkinan tarikh ini menjadi banyak: (702, 720 - 729, atau 780 - 789 H). Tetapi karena prasasti ini juga menyebut bahwa tahun ini adalah "Tahun Kepiting" maka hanya ada dua kemungkinan yang tersisa: yaitu tahun 1326M atau 1386M.Bahasa Jawa Suriname[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Bahasa Jawa SurinameBahasa Jawa Suriname merupakan ragam atau dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Suriname dan oleh komunitas Jawa Suriname di Belanda. Jumlah penuturnya kurang lebih ada 65.000 jiwa di Suriname dan 30.000 jiwa di Belanda. Orang Jawa Suriname merupakan keturunan kuli kontrak yang didatangkan dari Tanah Jawa dan sekitarnya.Di Suriname Orang Indonesia tersebar dibeberapa tempat dan kampung yang gampang dikenali karena Kampung mereka masih menggunakan nama-nama dalam bahasa Indonesia seperti Desa Tamansari, Desa Tamanrejo dan semacam itu. Untuk mengingat akan Tanah airnya Indonesia selain dengan menggunakan nama Pemukiman mereka dengan Bahasa Indonesia, bahasa yang digunakanpun adalah Bahasa Jawa.Pada Tahun 1990 sekitar 34,2% Penduduk Suriname atau 143.640 Orang keturunan asal Indonesia ( etnis jawa ) dan merupakan salah satu etnis terbesar di Suriname saat itu. Namun seiring dengan perkembangan jaman banyak diantara mereka yang pindah mengikuti keluarga dan bermukim di Belanda. Anehnya walau mereka pada umumnya belum pernah melihat Indonesia, mereka sangat fasih dalam berbahasa Jawa yang digunakan sehar-hari dalam pergaulan antara sesama etnis Jawa. Bukan di Suraname saja bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat yang berasal dari Indonesia tapi juga di Belanda. Bahkan dari sebuah catatan menyebutkan kurang lebih 65 ribu orang Warga Negara Suriname etnis Jawa dan 30 puluh ribu orang Warga Negara Belanda etnis Jawa menggunakan Bahasa Jawa dalam bersosialisasi dengan sesama mereka dalam pergaulan sosial ditengah-tengah masyarakatnya.Mungkin ada beberapa dialek yang kurang pas kedengarannya di telinga kita, itu disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan Bahasa Tongo, namun hanya pada dialek saja yang nampak lucu namun akan dapat dimengerti dengan baik oleh Orang Indonesia bila mendengarnya. Fonologi bahasa Jawa Suriname menggunaan dialek Kedu yang menjadi bahasa induk Warga Negara Suriname asal Indonesia yang tentunya tak jauh berbeda dengan Bahasa Jawa yang baku.Dialek bahasa Jawa di Suriname[sunting|sunting sumber]Di Suriname hanya terdapat satu dialek Jawa. Namun, adanya varian-varian kata menunjukkan bahwa di masa lalu para migran Jawa itu menuturkan sejumlah dialek yang berbeda. Di Suriname juga pernah ada penutur bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Sayangnya, bahasa ini dianggap tidak baik dan penuturnya sering dihina. Akibatnya, keturunan mereka tak lagi mempelajari dan menuturkan bahasa Banyumasan.Pengaruh bahasa lain[sunting|sunting sumber]Kosakata bahasa Jawa di Suriname banyak dipengaruhi oleh bahasa Belanda dan Sranan Tongo. Meskipun demikian, kedua bahasa tersebut tak memengaruhi fonologi dan tata bahasa. Akan tetapi orang Jawa di Suriname tidak bisa berbahasa Indonesia karena sejak Belanda mendatangkan orang jawa untuk menjadi kuli kontrak , ketika itu orang asli Jawa dahulu hanya bisa berbahasa jawa saja. Kata-kata Sranan Tongo yang sudah diserap malah ada yang memiliki bentuk bahasa krama.Fonologi[sunting|sunting sumber]Fonologi bahasa Jawa di Suriname tak berbeda dengan bahasa Jawa baku di Tanah Jawa. Fonologi Dialek Kedu yang menjadi leluhur bahasa Jawa Suriname tak berbeda dengan bahasa Jawa baku. Namun terdapat fenomena baru dalam bahasa Jawa Suriname, yakni perbedaan antara fonem dental dan retrofleks (/t/ dan /d/ vs. // dan //) semakin hilang.Ejaan[sunting|sunting sumber]Namun, bahasa Jawa Suriname memiliki cara penulisan yang berbeda dengan bahasa Jawa di Pulau Jawa. Pada tahun 1986, bahasa Jawa Suriname mendapatkan cara pengejaan baku. Tabel di bawah ini menunjukkan perbedaan antara sistem Belanda sebelum PD II dengan ejaan Pusat Bahasa di Daerah Istimewa Yogyakarta.Bahasa krama dalam bahasa Jawa Suriname[sunting|sunting sumber]Dalam bahasa Jawa Suriname, terdapat juga basa krama (bahasa halus), namun tak lagi serupa dengan bahasa Jawa di Jawa. Bahkan generasi mudanya sudah banyak yang tak bisa menuturkan basa krama. Terdapat 3 ragam bahasa Jawa di Suriname, yakni ngoko, krama dan krama napis. Krama di Jawa adalah madya dan krama napis adalah krama dan krama inggil.Kursus Bahasa Jawa di Suriname[sunting|sunting sumber]Sejak tahun 2000 di buka kursus bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk warga Suriname. Bertempat di KBRI Paramaribo, Pesertanya memang tidak banyak dan masih didominasi orang tua. Agar kemampuan berbahasa yang diperoleh dari kursus tidak hilang begitu saja, dibentuk Ikatan Alumni Kursus Bahasa Jawa (IKA-KBJ) dan Ikatan Alumni Kursus Bahasa Indonesia (IKA-KBI). Secara berkala, alumni berkumpul untuk berbicara dalam bahasa Jawa dan Indonesia.Dari kursus itulah mereka menguasai bahasa Indonesia serta mengerti tata bahasa Jawa sesuai yang berlaku di tempat asalnya. Selama ini penggunakan ejaan Belanda untuk menulis kosa kata bahasa Jawa marak digunakan oleh masyarakat suku jawa di Suriname. Kemampuan berbahasa Jawa dan Indonesia itu penting bagi warga keturunan Jawa di Suriname. Meski bukan berkebangsaan Indonesia, mereka tetaplah manusia Jawa. "Manusia Jawa itu punya identitas, salah satunya bahasa Jawa. Maka agar tidak kehilangan identitas, mereka harus menguasai bahasa Jawa."Bahasa Jawa gaul[sunting|sunting sumber]Sering kita mendengarkan percakapan dikalangan anak muda Yogyakarta yang menggunakan bahasa jawa yang tidak formal. Tren penggunaan bahasa Jawa seperti itu sudah lama muncul, sebagai tren khusus bahasa anak muda Yogyakarta atau bahasa gaul anak muda Yogyakarta. Kadang masyarakat Jogja sendiri banyak yang tidak mengenal bahasa tersebut.Contoh:Basa Jawa gaulBahasa Jawa sebenarnyaBahasa Indonesia

japeCahe (bocahe)Teman

PanyuAkuSaya

DabMasKakak laki-laki

Bilangan dalam bahasa Jawa[sunting|sunting sumber]Lihat informasi mengenainama angka dalam bahasa jawadiWiktionary.

Bila dibandingkan denganbahasa MelayuatauIndonesia, bahasa Jawa memiliki sistem bilangan yang agak rumit.Bahasa12345678910

Kunasarwatelupatlimaenempituwalusangasapuluh

Kawiekadwitricaturpancasadsaptaastanawadasa

Kramasetunggalkalihtigasekawangangsalenempituwolusangasedasa

Ngokosijilorotelupapatlimaenempituwolusangasepuluh

Fraksi[sunting|sunting sumber] 1/2 setengah, separo, sepalih (Krama) 1/4 seprapat, seprasekawan (Krama) 3/4 telung prapat, tigang prasekawan (Krama) 1,5 siji setengah, setunggal kalih tengah (Krama)Bahasa pemrograman Java[sunting|sunting sumber]Artikel utama untuk bagian ini adalah:Java

Logo JavaBahasa Jawa adalah bahasa yang berasal dari Jawa. Sedangkan. Bahasa Java adalah bahasa yang digunakan untuk membuat program dan merupakan salah satu jenis dari Bahasa Pemrograman tingkat tinggi atau High Level Language.Java dikembangkan pada tahun 1990 oleh insinyur Sun, James Gosling sebagai bahasa pemrograman yang berperan sebagai otak untuk peralatan pintar (TV interaktif, oven serba bisa). Gosling tidak puas dengan hasil yang ia peroleh ketika menulis program dengan C++, bahasa pemrograman lain, sehingga ia mengasingkan diri di kantornya dan menulis bahasa pemrograman baru agar lebih sesuai dengan kebutuhannya.Gosling menamakan bahasa pemograman barunya Oak, nama sebuah pohon yang bisa ia lihat dari jendela kantornya; ia kemudian menamainya Green, dan kemudian mengganti namanya menjadi Java, berasal dari kopi Jawa (Java Coffee) , yang katanya banyak dikonsumsi dalam jumlah besar oleh pencipta bahasa ini. Bahasa pemograman ini kemudian menjadi bagian dari strategi Sun untuk menghasilkan uang jutaan dolar ketika TV interaktif menjadi industri bernilai jutaan dolar. Hal itu memang masih belum terjadi hari ini, tetapi sesuatu yang benar-benar berbeda kemudian terjadi pada bahasa pemograman baru Gosling itu.Secara kebetulan World Wide Web menjadi begitu populer, banyak kelebihan yang membuat bahasa Gosling dapat digunakan dengan baik dan cocok pada proyek maupun alat untuk adaptasi ke Web. Pengembang Sun merancang cara bagi program yang akan berjalan dengan aman dari halaman web dan memilih nama baru yang menarik untuk menemani fokus baru bahasa itu, yakniJava.Walaupun Java dapat digunakan untuk banyak hal, Web menyediakan tampilan yang dibutuhkan untuk menarik perhatian internasional. Seorang programmer yang menempatkan program Java pada halaman web dapat langsung diakses ke seluruh planet "Web-surfing". Karena Java adalah teknologi pertama yang bisa menawarkan kemampuan ini, Java kemudian menjadi bahasapemrogramankomputer pertama yang menerima perlakuan bagai bintang di media.Java adalah bahasa pemrograman untuk berbagai tujuan (general purpose), bahasa pemrogramn yang concurrent, berbasis kelas, dan berorientasi objek, yang dirancang secara khusus untuk memiliki sesedikit mungkin ketergantungan dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan pengembang aplikasi "write once, run anywhere" (WORA), yang berarti bahwa kode yang dijalankan pada satu platform tidak perlu dikompilasi ulang untuk di tempat lain. Java saat ini menjadi salah satu bahasa pemrograman yang paling populer digunakan, terutama untuk aplikasi web client-server, dengan 10 juta pengguna.Hanacaraka v.1.0[sunting|sunting sumber]Aplikasi Hanacaraka v.1.0 adalah aplikasi untuk menerjemah aksara latin ke aksara jawa dan juga sebaliknya. Aplikasi yang dapat membantu auntuk mengembangkan budaya Jawa melalui aksara Jawa.Mongosilakan.net[sunting|sunting sumber]

LogoMongosilakan.netMongosilakan.net merupakan layanan terjemahan daring bahasa Indonesia ke basa Jawa dan sebaliknya dengan unggah-ungguh basa Jawa.Bahasa yang didukung: Indonesia Ngoko Krama Krama InggilBahasa Jawa di Google Translate[sunting|sunting sumber]

Google Translate dengan pilihan bahasa Jawa.Google Translate merupakan aplikasi daring untuk urusan penerjemahan bahasa. Hasil terjemahan memang kadang tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia sehingga kalau diterjemahkan apa adanya justru lebih sulit dipahami daripada bahasa aslinya (bahasa Inggris). Beberapa sumber menyebutkan update itu mulai 9 Mei 2013. Dengan masuknya Bahasa Jawa, berarti Google Translate sudah mendukung lebih dari 70 bahasa di dunia, baik bahasa nasional maupun bahasa daerah.Sistem penerjemahan bahasa Jawa di Google Translate ini masih berstatus "Alpha" atau masih dalam proses pengembagan, sehingga hasil terjemahan mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan.Metro Duos GT-C3322[sunting|sunting sumber]

Metro Duos GT-C3322 dengan bahasa Jawa.Metro Duos GT-C3322 menyediakan pilihan bahasa Jawa di menu konfigurasi ponsel. Samsung pun ternyata cukup serius dengan opsi bahasa yang terbilang jarang ditemukan di produk ponsel ini. Semua menu berhasil diterjemahkan dalam bahasa Jawa yang baik dan benar.Buku-buku agama Islam dalam bahasa Jawa[sunting|sunting sumber]KH Muhammad Saleh Darat adalah orang pertama yang mempelopori penulisan buku-buku dalam agama dalam bahasa jawa. Karya-karyanya di tulis dengan huruf Arab gundul (pegong) di era akhir tahun 1800-an. Al-Quran pun ia terjemahkan dengan huruf itu. Kitab Faid ar-Rahman merupakan kitab tafsir pertama di Nusantara yang di tulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Satu eksemplar buku terjemahan itu di hadiahkan pada RA Kartini ketika ia menikah dengan RM Joyodiningrat, bupati Rembang.Naskah Terjemahan Al-Quran Pegon koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta[sunting|sunting sumber]Naskah ini ditulis sebagai bahan ajar di Madrasah Manbaul Ulumpesantren yang pendiriannya didukung penuh oleh pihak keraton, di bawah kekuasaan Sri Susuhunan Pakubuwono IX (1861-1893). Jenis bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa ngoko dan model terjemahan tafsriyyah-manawiyyah. Secara historis, naskah ini menjadi salah satu bukti tentang hubungan yang intens antara Islam dan keraton di Surakarta serta peran keraton dalam proses pendidikan dan pengembangan Islam pada akhir abad ke-19 M. Pada sisi lain, naskah ini ikut memperkaya keilmuan pesantren yang selama ini lebih dikenal dengan tradisi keilmuan fikih dan tasawuf.Audio Digital Al Quran Terjemah Dalam Bahasa Jawa Dan Sunda[sunting|sunting sumber]Digital Al QuranAl Hira Technologi dan bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Ilmu Al Quran (LPIQ) MUI Propinsi Jawa Barat selaku pemegang Hak Cipta untuk Program Terjemah Al-Quran Sistem 40 telah mengembangkan Digital Al Quran selain terjemahan Bahasa Indonesia juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda. Tidak menutup kemungkinan jika permintaan Digatal Al Quran dapat diterjemahkan dalam bahasa suku yang lain selain Bahasa Indonesia. Digital Al Quran tersebut diberi nama Digital Al Quran tersebut adalah Al Mubarak.Tafsir al-Qur'an al-Aziz Tafsir Berbahasa Jawa Karya KH Bisri Musthofa[sunting|sunting sumber]Satu dari beberapa karya tafsir al-Quran berbahasa Jawa yang cukup fenomenal, adalah al-Ibriz Li Marifah Tafsir al-Quran al-Aziz karya KH Bisri Musthofa, seorang ulama kharismatis dan materialistis asal Rembang Jawa Tengah. Karya tafsir ini memuat penafsiran ayat secara lengkap, 30 juz, mulai dari Surah al-Fatihah hingga Surah al-Nas.Dalam tradisi pesantren, terutama pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur, karya tafsir Kiai Bisri ini sama sekali tidak asing. Karya ini lumrah dikaji dan diaji oleh para santri, dari sejak kemunculannya hingga kini. Seperti dituturkan penulisnya, karya ini, antara lain, memang ditujukan untuk para santri pesantren. Sehingga tidak aneh jika karya ini dikenal sangat luas di kalangan pesantren dan tidak di luar pesantren. Dan dengan penggunaan bahasa Jawa yang sangat kental, karya ini menjadi kian akrab dengan suasana pesantren di Jawa.Kuran Jawi[sunting|sunting sumber]Museum Radya Pustaka Surakarta, Jawa Tengah menyimpan peninggalan benda-benda kuno milik Raja Keraton Surakarta. Bahkan, museum ini juga menyimpan koleksi karya sastra terjemahan Alquran dalam bentuk aksara Jawa lengkap dengan tutur bahasa Jawa.Karya sastra yang diberi nama "Kuran Jawi" ini dibuat periode 1835 tahun alit. Lantaran lama tersimpan, maka kondisi kertas dari buku ini pun menguning kecokelatan. Saat ini buku dengan tebal kurang lebih 10 centimeter itu sudah banyak yang terlepas dari sampul jilidnya. Bahkan saat membuka lembaran buku pun harus hati-hati dengan bantuan petugas museum.Kuran Jawi ini dipecah dalam 3 buah buku yang berjumlah 30 juz. Untuk nama-nama surah tetap menggunakan nama bahasa Arab. Tetapi untuk tulisannya menggunakan aksara Jawa. Untuk membacanya juga sebagaimana membaca aksara Jawa mulai dari kiri.Tiga buah Alquran ini dibuat oleh abdi dalem Keraton Surakarta. Mereka adalah Bagus Ngarpah sebagai penerjemah ke bahasa Jawa, Mas Ngabehi Wiro Pustoko, serta Ki Rono Suboyo sebagai penyelaras dan penulis ke dalam tulisan Jawa.Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah[sunting|sunting sumber]Negara Indonesia selain memiliki satu bahasa nasional, bahasa Indonesia, juga memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Beberapa bahasa daerah dengan populasi penutur yang tinggi telah memiliki Alkitab dalam versi bahasa daerah tersebut, termasuk Alkitab dalam bahasa Jawa telah diterbitkan oleh LAI.Kitab suci terjemahan resmi LAI dalam bahasa Jawa itu ada dua versi. Versi bahasa Jawa sehari-hari ini kira-kira sama dengan Alkitab Kabar Baik, yang memang lebih sederhana kata-katanya dan versi Terjemahan Baru bahasa Indonesia, 1974 yang digunakan di hampir semua gereja di Indonesia saat ini.Saat ini terdapat proyek yang sedang berjalan untukmenerjemahkan Alkitabke dalam bahasa-bahasa daerah lainnya. Hal ini juga berguna untuk melestarikan bahasa daerah. Salah satu organisasi yang berusaha menerjemahkan Alkitab ke bahasa-bahasa daerah Indonesia adalahWycliffe Bible Translator.Sejarah[sunting|sunting sumber]Bagian ini membutuhkanpengembangan

Penggunaan bahasa Jawa masa kini[sunting|sunting sumber]Demografi pemakai bahasa Jawa di Indonesia[sunting|sunting sumber][7]Provinsi di Indonesian% dari populasi provinsiBerbahasa Jawa (1980)

1.Aceh6,7%175.000

2.Sumatra Utara21,0%1.757.000

3.Sumatra Barat1%56.000

4.Jambi17%245.000

5.Sumatra Selatan12,4%573.000

6.Bengkulu15,4%118.000

7.Lampung62,4%2.886.000

8.Riau8,5%184.000

9.Jakarta3,6%236.000

10.Jawa Barat[8]13,3%3.652.000

11.Jawa Tengah96,9%24.579.000

12.Yogyakarta97,6%2.683.000

13.Jawa Timur74,5%21.720.000

14.Bali1,1%28.000

15.Kalimantan Barat1,7%41.000

16.Kalimantan Tengah4%38.000

17.Kalimantan Selatan4,7%97.000

18.Kalimantan Timur10,1%123.000

19.Sulawesi Utara1%20.000

20.Sulawesi Tengah2,9%37.000

21.Sulawesi Tenggara3,6%34.000

22.Maluku1,1%16.000

Referensi[sunting|sunting sumber]1. ^"Language Documentation Training Center". Diakses 2013-09-25.2. ^Herrfurth, Hans (1964).Lehrbuch des modernen Djawanisch. Lehrbcher fr das Studium der orientalischen und afrikanischen SprachenIX. Leipzig: VEB Verlag Enzyklopdie. hlm.19.3. ^Terjemahan berdasarkan bukuIgnatius Kuntara Wiryamartana,Arjunawiwha, (1990:124) dengan beberapa perubahan kecil4. ^abIntrik Berdarah Tak Jemu-jemu, artikel pada Kompas Online5. ^Uhlenbeck, E.M. 1964.A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura. The Hague: Martinus Nijhoff6. ^Menimbang-nimbang bahasa Cirebon7. ^The data are taken from the census of 1980 as provided by James J. Fox and Peter Gardiner and published by S. A. Wurm and Shiro Hattori, eds. 1983.Language Atlas of the Pacific Area, Part II: (Insular South-East Asia), Canberra.8. ^In 1980 this included the now separate Banten province.Pranala luar[sunting|sunting sumber]Wikipediajuga mempunyaiedisi Bahasa Jawa

(Inggris)Kamus bahasa Jawa ke bahasa lain (Indonesia)Belajar bahasa Jawa bagi pemula (Indonesia)Situs web belajar bahasa Jawa (Indonesia)Translator Jawa (Indonesia)Kamus Jawa[sembunyikan] v t eBahasa-bahasadiIndonesia

Bahasa Indonesia

[tampilkan]Bahasa-bahasadiSumatera

[tampilkan]Bahasa-bahasadiJawa

[tampilkan]Bahasa-bahasadiKepulauan Nusa Tenggara

[tampilkan]Bahasa-bahasadiKalimantan*

[tampilkan]Bahasa-bahasadiSulawesi

[tampilkan]Bahasa-bahasadiKepulauan Maluku

[tampilkan]Bahasa-bahasadiPapua*

Portal Indonesia

1Kreol2Bahasa isyarat3Bahasa isolat4Bahasa Pidgin5Tidak diklasifikasikanajuga dituturkan diMalaysiadan/Brunei Darussalam. bjuga dituturkan diTimor Leste,Papua Nuginidan/ negara-negaraOseanialainnya.Italik:Bahasa punahataubahasa mati.*Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.

[sembunyikan] v t eBahasadanAksara Jawa

DialekBagian Barat Banten Banyumas Bumiayu Tegal

Bagian Tengah Pekalongan Kedu Bagelan Semarang Muria Blora Surakarta Yogyakarta Madiun

Bagian Timur Pantura Jawa Timur Surabaya Malang Jombang

Bahasa terkaitBagonganKawi (Jawa Kuna)OsingSurinameTenggerCirebon

Topik terkaitAngkaJawanismeO JawaSastra JawaKongres Bahasa JawaRumpun bahasaWikipedia

Kategori: Artikel yang perlu diterjemahkan dari bahasa Inggris November 2014 Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan November 2014 Bahasa Jawa Bahasa Austronesia Bahasa di Indonesia Bahasa di Suriname Bahasa di Jawa Timur Bahasa di Jawa

Maribergabung dengan komunitas Wikipedia bahasa Indonesia![tutup]

Bahasa JawaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasHalaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian daribahasa Inggris.Bantulah Wikipedia untukmelanjutkannya. Lihatpanduan penerjemahanWikipedia.

Artikel ini memuataksara Jawa. Tanpadukungan multibahasa, Anda mungkin akan melihat tanda tanya, tanda kotak, atau karakter lain selain dariaksara Jawa.Bahasa Jawa

(Basa Jawa)

Dituturkan diJawa(Indonesia),Suriname,Kaledonia Baru

Jumlah penutursekitar 80 juta (tidak ada tanggal)

Rumpun bahasaAustronesia Malayo-Polinesia Malayo-Polinesia Inti Sunda-Sulawesi Bahasa Jawa

Sistem penulisanAksara Jawa,aksara Arab,aksara Latin

Kode-kode bahasa

ISO 639-1jv

ISO 639-2jav

ISO 639-3Variously:javbahasa Jawajvnbahasa Jawa Karibiajasbahasa Jawa Kaledonia Baruosibahasa Osingtesbahasa Tenggerkawbahasa Jawa Kuna

Bahasa Jawa(bahasa Jawa:) adalah bahasa yang digunakan pendudukbersuku bangsa JawadiJawa Tengah,Yogyakarta, danJawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain sepertiBanten(terutamaSerang,Cilegon, danTangerang) sertaJawa Barat(terutama kawasan pantai utara yang meliputiKarawang,Subang,Indramayu, danCirebon).Daftar isi[sembunyikan] 1Penyebaran Bahasa Jawa 2Fonologi 2.1Vokal 2.2Konsonan 2.3Fonotaktik 3Bahasa Jawa halus dan kasar 4Tata Bahasa 4.1Aksara Jawa 4.2Tembung 4.3Ater ater Seselan Panambang 4.3.1Ater ater 4.3.2Seselan 4.3.3Panambang 4.4Homonim 4.5Antonim 4.6Sinonim 4.7Homograf 4.8Jejer(J)/Wasesa(W)Lisan(L) 4.9Ukara 4.10Peribahasa Jawa 4.11Purwakanthi(syair - pantun - kata bersajak) 4.11.1Purwakanthi guru swara 4.11.2Purwakanthi guru sastra 4.12Tembang, Gending dan Karawitan 4.12.1Tembang gedhe 4.12.2Tembang tengahan 4.12.3Tembang Macapat 4.13Serat 4.14Babad 4.15Suluk 4.16Sastra Jawa 4.16.1Sastra Jawa Kuno 4.16.2Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa 4.16.3Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin) 4.16.4Petikan dari Kakawin Sutasoma 4.16.4.1Manggala 4.16.4.2Penutup 4.16.4.3Bhinneka Tunggal Ika 4.16.5Petikan dari Kakawin Bharatayuddha dalam budaya Jawa Baru 4.16.5.1Pupuh V.1 4.16.5.2Terjemahan 4.16.6Petikan dari Kakawin Arjunawiwha 4.16.6.1Manggala 4.17Prasasti Nusantara 4.18Bentuk tingkat tutur bahasa Jawa 4.19Makna tingkat tutur 4.20Register (undhak-undhuk basa) 5Ngoko 6Krama 7Madya 8Variasi 8.1Dialek geografi 8.2Dialek temporal 9Pranatacara 10Wayang Kulit 11Dalang 12Ketoprak 13Wayang orang 14Ludruk 15Primbon Jawa 15.1Gugon tuhon 16Mantra jawa 17Pegon 18Abjad Jawi 19Bahasa Jawa Suriname 19.1Dialek bahasa Jawa di Suriname 19.2Pengaruh bahasa lain 19.3Fonologi 19.4Ejaan 19.5Bahasa krama dalam bahasa Jawa Suriname 19.6Kursus Bahasa Jawa di Suriname 20Bahasa Jawa gaul 21Bilangan dalam bahasa Jawa 21.1Fraksi 22Bahasa pemrograman Java 23Hanacaraka v.1.0 24Mongosilakan.net 25Bahasa Jawa di Google Translate 26Metro Duos GT-C3322 27Buku-buku agama Islam dalam bahasa Jawa 28Naskah Terjemahan Al-Quran Pegon koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta 29Audio Digital Al Quran Terjemah Dalam Bahasa Jawa Dan Sunda 30Tafsir al-Qur'an al-Aziz Tafsir Berbahasa Jawa Karya KH Bisri Musthofa 31Kuran Jawi 32Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah 33Sejarah 33.1Penggunaan bahasa Jawa masa kini 34Demografi pemakai bahasa Jawa di Indonesia 35Referensi 36Pranala luarPenyebaran Bahasa Jawa[sunting|sunting sumber]Migrasi suku Jawa membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar negeri. Banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa keMalaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalahLampung(61,9%),Sumatera Utara(32,6%),Jambi(27,6%),Sumatera Selatan(27%),Aceh(15,87%) yang dikenal sebagaiAneuk Jawoe. Khusus masyarakat Jawa diSumatera Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayahDelisehingga kerap disebut sebagaiJawa DeliatauPujakesuma(Putra Jawa Kelahiran Sumatera), dengan dialek dan beberapa kosa kata Jawa Deli. Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui programtransmigrasiyang diselenggarakan semenjak zaman penjajahan Belanda.Selain di kawasanNusantara, masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar diSuriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian diKaledonia Barubahkan sampai kawasanArubadanCuracaosertaBelanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayahGuyana PerancisdanVenezuela. Pengiriman tenaga kerja keKorea,Hong Kong, serta