Laporan Kimia Analitik Permanganometri
BAB 1PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangTitrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan
jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya:
permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri,
bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini
dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi
dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks
melibatkan rekasi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan
analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah
oksidator.Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan
atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka
digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate merupakan
oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda,
tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga
berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda
itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan.
KMnO4merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut
direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh
disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan
MnO4-. Mn2+mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang
dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-berwarna sangat cerah
(ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai
warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes
lagi MnO4-. MnO4-dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk
mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu
dilakukannya praktikum ini (penentuan kadar besi secara
permanganometri).
1.2Tujuan Percobaan-Mengetahui konsentrasi KMnO4dengan bahan
baku asam oksalat.-Mengetahui kadar besi secara
permanganometri.-Mengetahui fungsi pemanasan 60C - 70C.
BAB 2TIJAUAN PUSTAKA
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana
reduktor adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang
mampu mereduksi zat lain dan zat yang dapat memberikan electron
kepada zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang dalam reaksi
mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi
zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain (Keenan,
1986).Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau
bukan redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa
reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu
telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan
oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen,
oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga
pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan
reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan
dengan perubahan bilangan oksidasinya
(Underwood,1998).Larutanlarutan iodine standar dapat dibuat melalui
penimbangan langsung iodine murni dan penegenceran dalam sebuah
labu volumetric .Iodine akan dimurnikan oleh sublimasi dan
ditambahkan kedalam sebual larutan KI yang konsentrasi iodatnya
berjalan cukup cepat, rekasi ini juga hanya membutuhkan sedikit
kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat
berjalan lebih lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan
menaikkan konsentrasi ion hydrogen. Biasanya, sejumlah kecil
ammonium molibdat ditambahkan sebagai katalis
(Underwood,1998).Tembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar
primer untuk natrium tiosulfat dan didasrkan untuk dipakai ketika
tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menetukan tembaga. Potensial
standar dari pasangan Cu (II)-Cu(I)Cu2++ e -----> CuAdalah +
0,15V, sehingga iodine E = + 0,53 V, adalah agen pengoksidasi yang
lebih baik dibandingkan ion Cu (II). Namun demikaian, ketika ion
iodide ditambahkan kedalam sebuah larutan Cu (II). Endapan CuI
terbentuk :2 Cu2++ 4 I -----> 2 Cu + I2Reaksi dipaksa bergeser
ke kanan oleh pembentukan endapan dan juga oleh penembahan ion
iodide berlabih pH dari larutan harus dijaga oleh suatu system
penyangga, biasanya antara tiga dan empat. Telah ditemukan. Telah
ditemukan bahwa iodida telah ditahan oleh absorpsi pada permukaan
dan endapam tembaga (I) iodide dan harus dipindahkan untuk
mendapatkan hasilhasil yang benar. Kalium triosianat biasabya
ditambahkan sesaat sebelum titik akhir dicapai untuk memyingkirkan
iodine yang di absorbs(Underwood, 1998).Titrasi redoks dapat
dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan
pemakainnya:1.Na2S2O3sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak
langsung.2.I2sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan
kadangkadang dinamakan iodimetri.3.Suatu oksidator kuat sebagai
titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:a)KMnO4b)K2CrO7c)Ce
(IV)4.Reduktor kuat sebagai titran (Harjadi, 1993).Dikenal berbagai
macam titrasi redoks yaitu permanganometri, dikromatometri,
serimetri, iodo iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri adalah
titrasi redoks yang menggunakan KMnO4(oksidator kuat) sebagai
titran. Dalam permanganometri tidak diperlukan indicator, karena
titran bertrindak sebagai indicator (auto indikator). Kalium
permanganate bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4harus
distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida (As2O3), dan
Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar bese, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan
besi pada bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian
semua besi direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara
permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula
kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganat (Khopkar, 1990).Dikromatometri adalah titrasi redoks
yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator. Senyawa
dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah daripada
permanganate. Kalium dikromat merupakan standar primer (Khopkar,
1990). Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara
lansung) dan iodimetri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri,
iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan iodimetri ion iodida
digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodimetri ataupun iodimetri.
Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada I2yang bebas. Dalam
iodiometri digunakan larutan tiosulfat untuk menitrasi iodium yang
dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder
dan dapat distandardisasi dengan kalium kromat tau kalium iodidat
(Khopkar, 1990). Dalam proses analitis iod diguankan sebagai zat
pengoksid (iodimetri ), dan ion iodida digunakan sebagai zat
pereduksi (iodimetri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi
reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan
tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak prose penggunaan
iodimetrik. Suatu kelebihan ion iodida di tambahkan kepada perekasi
oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat.
Iodimetri adalah suatu proses analitik tak langsung yang
memlibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat
pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan
natrium tiosulfat (Underwood, 1999). Dalam suatu titrasi bila
larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti, perlu
dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku
yang disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah
larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil
penimbangan. Contohnya K2Cr2O4,As2O3dan sebagainya. Adapun
syaratsyarat larutan standar primer adalah :1.Mudah diperoleh dalam
bentuk murni2.Mempunyai kemurnian tinggi3.Mempunyai rumus molekul
yang pasti4.Tidak mengalami perubahan saat penimbangan5.Mempunyai
berat ekivalen yang tinggi jai kesalahn penimbangan dapat
diabaikan.Larutan standar sekunder adalah larutan dimana
konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH,
HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-lain. Kebanyak titrasi dapat dilakukan
dalam keadaan asam, disamping itu ada beberapa titrasi yang sangat
penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan organik. Daya oksidasi
MnO4-lebih kecil sehingga letak keseimbang kurang menguntungkan.
Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di
tambahkan Ba2+, yang dapat mngendapkan ion MnO42-sebagai BaMnO4.
Selain menggeser kesetimbangan ke kanan pengendapan ini juga
mencegah reduksi MnO42-ini lebih lanjut (Harjadi, 1993).
KMnO4merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut
direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4-, contoh
disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan
MnO4-(aq).Mn2+mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang
dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-berwarna sangat cerah
(ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai
warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya penambahan
satutetes lagi MnO4-. MnO4-kurang cocok untuk titrasi pada larutan
alkali sebab hasil reduksi MnO2yang tidak larut mengaburkan titik
akhir titrasi (TAT). Titrasi lain yang menggunakan MnO4-meliputi
penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah mengendap sebagai
oksalat). Pada kimia organik MnO4-digunakan untuk mengoksidasi
alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2,
digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, dan
sebagai katalis (Petrucci, 1999). Penetapan besi dalam bijih besi
merupakan salah satu penerapan yang penting dari titrasi
permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida
terhidrasi: hemit (Fe2O3), mangnetit (Fe2O4), geotit, dan limotit
(2 Fe2O33H2O). Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi
adalah asam klorida. Oksidasi terhidrasi mudah larut, sedangkan
hematit dan magnetit melarutkan agak lambat. Sebelum titrasi dengan
permanganat besi(III) harus direduksi menjadi besi(II). Reduksi ini
dapat dilakukan dengan timah (II) klorida (Underwood, 1998).Banyak
aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar
alkohol dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang
lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganometri.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi
redoks.Dalam reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion
MnO4-akan berubah menjadi ion Mn2+dalam suasana asam. Teknik
titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar
oksalat.Permanganometri juga bisadigunakan untuk menentukan kadar
belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi
permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat
organik. Prinsip permanganometri adalah berdasrkan reaksi oksidasi
dan reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara garis
besarnya terbagi atas 2 komponen yaitu zat pentiter dan zat yang
dititer.Sifat fisik dari kalium permanganat (KMnO4) berat
molekulnya adalah 197, 12 gr/mol, memiliki titik didih 32, 35 C dan
memiliki titik beku 2, 83C. Kalium permanganat (KMnO4) memiliki
warna ungu kehitaman berbentuk kristal. Sifat kimia dari kalium
permanganat (KMnO4) adalah (KMnO4) larut dalam metanol, dapat
terurai oleh sinar. (KMnO4) dalam suasana basa dan netral akan
tereduksi menjadi MnO2. Kalium permanganat telah banyak
dipergunakansebagai agen pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh
dengan mudah, tidak mahal dan tidak membutuhkan indikator karena
KMnO4dapat bertindak sebagai autoindikator (reagen yang berfungsi
sebagai penandan titik akhir titrasi). Satu tetes 0,1 N permnganat
memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan
yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Kalium permanganat
merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah,
netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang
bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi
bolak-balik, sedangkan potensial elktroda sangat bergantung pada
pH. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer
dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan KMnO4dibuat
dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air
mendididhnya selama 8 jam atau lebih. Kemudian endapan MnO2yang
terbentuk disaring. Lalu dibakukan dengan zat baku utama (larutan
standar primer).Pada percobaan penetapan kenormalan KMnO4digunakan
asam oksalat 0,1 N sebagai larutan baku dan juga sebagai pereduksi
dalam larutan. Pada penambahan asam sulfat 4 N berfungsi, untuk
mengasamkan larutan, karena potensial elektroda KMnO4sangat
tergantung pada pH. Penambahan asam sulfat penting supaya reaksi
berada dalam suasana asam sehingga MnO4- tereduksi menjadi Mn2+.
Jika larutan dalam keadaan netral atau sedikit basa maka KMnO4akan
tereduksi menjadi MnO2berupa endapan coklat yang akan mempersulit
penentuan titik akhir titrasi. Setelah larutan menjadi homogen,
maka dilakukan pemanasan. Pemanasan ini hingga mencapai 60C-70C,
hal ini berfungsi agar KMnO4dapat mengoksidasi H2C2O4(asam oksalat)
karena apabila suhu larutan dibawah 60C-70C maka reaksi akan
berjalan lambat dan akan mengubah MnO4-menjadi MnO2yang berupa
endapan cokelat sehingga titik akhir titrasi susah untuk dilihat.
Sedangkan apabilasuhu larutan di atas 60C-70C maka akan merusak
asam oksalat, dan terurai menjadi CO2dan H2O sehingga hasil akhir
akan lebih kecil. Setelah dipanaskan hingga suhunya mencapai
60C-70C kemudian dilakukan titrasi dengan KMnO4. Dari percobaan
pada V KMnO43,5 mL didapat perubahan warna dari bening menjadi
merah muda. Perubahan warna ini merupakan titik akhir titrasi dari
volume KMnO4tersebut didapat konsentrasi dari KMnO4yaitu 0,11765
N.Penentuan kadar besi dapat diketahui dengan cara permanganometri.
Pada percobaan ini digunakan Fe2+sebagai larutan cuplikan yang
dilarutkan dalam aquades. Larutan kemudian ditambahkan asam sulfat
supaya besi larut sempurna dan dapat bereaksi dengan baik. Selain
untuk melarutkan besi, penambahan asam sulfat juga bertujuan untuk
agar KMnO4tereduksi menjadi Mn2+. Asam sulfat juga dimaksudkan
untuk menghindari oksidasi Fe2+menjadi Fe3+karena Fe2+kurang stabil
diudara terbuka. Titik akhir titrasi ini ditandai dengan perubahan
warna bening menjadi merah muda pada V Fe2+10 mL dan didapatkan
konsentrasi melalui perhitungan yaitu 0,035 N.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1998. Anilisa Kimia Kuantitafif.
Erlangga: JakartaHarjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analisis Dasar. PT.
Gramedia Pustaka Utama: JakartaKeenan, W. Charles. 1986. Ilmu Kimia
untuk Universitas. Erlangga: JakartaKhopkar, S.M. 2003. Konsep
Dasar Kimia Analitik. UI Press: JakartaPetrucci, R.H. 1999. Kimia
Dasar 3. Erlangga: Jakarta
I.3 Prinsip Percobaan Metode IodometriPenentuan kadar Vitamin C
secara volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan reaksi
oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan larutan baku
I20,1 N sebagai oksidator dalam suasana asam dengan menggunakan
indikator larutan kanji dengan titik akhir ditandai dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi biru.. Metode
IodimetriPenentuan kadar CuSO4secara volumetri dengan metode
iodometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi dimana sampel yang
bersifat oksidator yang direduksi dahulu dengan KI, lalu I2yang
dibebaskan ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi menggunakan
larutan baku Na2S2O30,1 N dalam suasana asam, dengan menggunakan
indikator larutan kanji dimana titik akhir titrasi titrasi ditandai
dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi bening.BAB
IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori SingkatIodimetri adalah analisa
titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium tiosulfat,
arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung.
Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan
penambahan dengan penambahan larutan iodin baku berlebihan dan
kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku. Pada
titrasi iodimetri titrasi oksidasi reduksinya menggunakan larutan
iodum. Artinya titrasi iodometri suatu larutan oksidator
ditambahkan dengan kalium iodida berlebih dan iodium yang
dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator) ditirasi dengan larutan
baku natrium tiosulfat. (1)Bagan reaksi :Ox + 2 I- I2+ redI2+ 2
S2O3= 2 I-+ S4O6=Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar
karena larutan iodium yang berwarna khas dapat hilang pada titik
akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan titik
akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji
sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan
I2yang berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada
saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum
tidak membungkus I2yang menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini
akan menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga titik akhir
titrasi tidak terlihat tajam. (2)Indikator kanji merupakan
indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji yang
digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan
kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan
indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau
penambahan suatu pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah
merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat. Kepekatan
indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh
beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol. (3)Iodium
hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25oC),
namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.
Iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan
keseimbangan 710 pada 25oC. Penambahan KI untuk menurunkan
keatsirian dari iod, dan biasanya ditambahkan KI 3-4 % dalam
larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik dan
menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian
HIO oleh cahaya matahari. (3)Pada proses iodometri atau titrasi
tidak langsung banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis
dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi iodium yang
dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam
untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan
sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil untuk
menangani KI untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai
oleh oksigen di udara :4 H+ + 4 I- + O2 2 I2 + 2 H2OReaksi ini
lambat dalam larutan netral namun lebih cepat dalam larutan asam
dan dipercepat dengan cahaya matahari. Setelah penambahan KI ke
dalam suatu larutan (asam) dari suatu zat pengoksid larutan tak
boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara, karena akan
terbentuk tambahan iodium oleh reaksi tersebut di atas. (4)Pada
titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau
nertal karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang
terbentuk dari ion hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara
iodin dan ion hidroksida, sesuai dengan reaksi :I2+ O2 HI + IO-3
IO- IO3-+ 2 I-dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi
sebagian tiosulfat menjadi ion sulfat sehingga titik kesetarannya
tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu dihindari
konsentrasi asam yang tinggi karena asam tiosulfat yang dibebaskan
akan mengendap dengan pemisahan belerang, sesuai dengan reaksi
berikut :S2O3=+ 2 H+ H2S2O38 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2+ 8 SLarutan
tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan
belerang akan masuk ke dalam larutan ini dan proses metaboliknya
akan mengakibatkan pembentukan SO3=, SO4=dan belerang koloidal.
(3)Tiosulfat diuraikan dalam bentuk belerang dalam suasana asam
sehingga endapan mirip susu. Tetapi reaksi tersebut lambat dan tak
terjadi jika larutan dititrasikan ke dalam larutan iodium yang asam
dan dilakukan pengadukan yang baik. Iodium mengoksidasi tiosulfat
menjadi ion tetraionatI2+ 2 S2O3= 2 I-+ S4O6=Reaksi ini sangat
cepat dan berlangsung sampai lengkap benar tanpa reaksi samping.
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa oksidasi ke sulfat
tidak terjadi terutama jika digunakan iodium sebagai titran.
(4)Iodometri menurut penggunaan dapat dibagi menjadi 4 golongan
yaitu :1. Titrasi iod bebas.2. Titrasi oksidator melalui
pembentukan iodium yang terbentuk dari iodida.3. Titrasi reduktor
dengan penemtuan iodium yang digunakan.4. Titrasi reaksi, titrasi
senyawa dengan iodium melalui adisi atau subsitusi.
1. Rivai, H., (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas
Indonesia Press, Jakarta,2. Wunas, J., Said, S., (1986), Analisa
Kimia Farmasi Kuantitatif< UNHAS, Makassar, 122-1233. Underwood,
A.L., day, RA., (1993), Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V, Alih
Bahasa : R. Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-3044. Roth, J.,
Blaschke, G., (1988), Analisa Farmasi, UGM Press, Yogyakarta,
271-279.5. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, edisi III,
Departemen Kesehatan RI., Jakarta, 143, 581, 587, 7146. Dirjen POM,
(1994), Farmakope Indonesia, edisi IV, Depatemen Kesehatan RI.,
Jakarta
Proses iodimetri atau iodometri langsungZat-zat penting yang
merupakan zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi dengan iod
adalah tiosulfat, arsen (III), strontium (III), sulfida, sulfit,
timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari beberapa zat ini
bergantung pada konsentrasi ion hidrogen dan hanya dengan
penyesuaian pH dengan tepat dapatlah reaksi dengan iod itu dibuat
kuantitatif.Iod membentuk komplek triiodida dengan
iodidaI2+I-I3-Iod cenderung dihidrolisis dengan pembentuk asam
klorida dan hipoioditI2+H2OHIO+H++ I-Larutaniod biasanya
distandarkan terhadap standar primer yang paling lazim digunakan
As2O3. Daya mereduksi HAsO2tergantung pada pH.HAsO2+ I2+
2H2O+H3AsO42H++2I-(Underwood,1986)
2.2 Proses iodometri atau tak langsungBanyak zat pengoksidasi
kuat dapat dianalisi dengan menambahkan kalium iodide berlebih dan
menitrasi ion yang berlebihan karena banyak zat pengoksid yang
menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide, natrium
tiosulfat lazim digunakan sebagai titran Titrasi dengan arsen (III)
memerlukan larutan yang sedikit basa.Ion iodide dapat dioksidasi
oleh oksigen dari luar4H++ HI-+ O22I22H2OKalium iodide haruslah
bebas dari iodidat karena kedua zat ini dalam suasana asam akan
bereaksi dengan membebaskan
iodIO3-+5I-+6H+3I23H2O(Underwood,1986)2.3 Reaksi redoksIstilah
oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk
setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi
disertai dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh
elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor ,
atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi .
Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
pada suatu senyawa, tidak kepada atom saja.(Khopkar, 1990)2.4
Indikator kanjiWarna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat
bertindak sebagai indiator sendiri. Iodjuga memberikan suatu warna
ungu atau lembayung kepada pelarut seperti karbon tetra klorida
atau klorofom, dan kadang-kadang ini digunakan dalam mendeteksi
titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan
(dispesi koloid) kanji, karena warna biru tua kompleks pati iod
berperan sebagai ui kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar
dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan
lebih besar dengan adanya ion iodide.(Underwood, 1986)2.5 Kalium
iodideCara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai
pentiter disebut iodimeter, sedangkan yang menggunakan larutan
iodide sebagai pentiter disebut iodometri. Pada titrasi iodometri
digunakan cara titrasi tidak langsung. Di sini, oksidator ditambah
dengan larutan kalium iodide berlebihan dan iodium yang dilepaskan
(setara jumlahnya dengan oksidator) dititrasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat sesuai dengan bagan reaksi berikut:Ox + 2I-= I2+
redI2+ S2O32-= 2I-+S4O62-Dari paro pasangan redoks S4O62-/
S2O32-yang berlangsung menurut persamaan reaksi berikut :S4O62-+
2e=2S2O32-Eo: +0,09 VTerlihat bahwa bobot tara Na2S2O3sama dengan
bobot rumusnya. Sedangkan larutan baku tiosulfat dibuat secara
kira-kira, kemudian dibakukan dengan zat baku utama kalium
bikromat.(Rivai, 1995)2.6 TembagaTembaga murni dapat dipergunakan
sebagai standar primar untuk natrium tiosulfat dan disarankan untuk
dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menentukan
tembaganya.Iodin adalah agen pengoksidasi yang lebih baik dibanding
ion Cu (II). Namun ketika ion iodide ditambah kedalam sebuah
larutan Cu (II), endapan CuI terbentuk.2Cu2++4I-2CuI +
I2(Underwood,1986)2.7 Penentuan Susunan Ion Halida yang KompleksIod
jauh dapat larut dalam larutan kalium iodide dalam air daripada
dalam air, ini disebabkan oleh erbentuknya ion triiodida I3-.
Kesetimbangan berikut belangsung dalam suatu larutan sepert itu.I2+
I-I3-Jika larutan itu dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat ,
konsentrasi iod total sebagai I2bebas dan I3-tak bebas ,diperoleh
karena segera sesudah iod dihilangkan akibat interaksi dengan
tiosulfat , sejumlah iod baru dibebaskan dari triiodida agar
keseimbangan tidak terganggu. Namun, jika larutan dikocok dengan
karbon tetra klorida, dalam mana ion saja yang dapat larut cukup
banyak , maka iod dalam lapisan organik berada dalam keseimbangan
dengan iod bebas dalam larutan air . Dengan menentukan konsentrasi
iod dalam larutan karbontetraklorida, konsentrasi ion iod dalam
larutan air dapat dihitung dengan menggunakan koefisien distribusi
yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada
dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan ini dari iod total,
diperoleh konsentrasi ion tak bebas (sebagai I3-), dengan
mengurangkan harga ini dari konsentrasi awal kalium iodide,
dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. Tetapan
kesetimbangan(Vogel,1985)
Iodo dan IodimetriIodometri dan IodimetriReaksi-reaksi kimia
yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh
analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam
kondisi oksidasi yang berbeda-beda,menghasilkan kemungkinan banyak
reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhisyarat untuk
dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya
cukup banyak.Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak
langsung untuk zat yang bersifat oksidatorseperti besi III, tembaga
II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkanmembentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn
dengan menggunakan larutan bakutiosulfat .Oksidator + KI I2 + 2eI2
+ Na2 S2O3 NaI + Na2S4O6Sedangkan iodimetri adalah merupakan
analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat
reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin
atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine
dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.Reduktor + I2 2I-Na2S2
O3 + I2 NaI +Na2S4 O6Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi
yang rendah dapat direksikan secarasempurna dalam suasana asam.
Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalahindikator
kanji.Sedangkan bromometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan
dasar reaksi aksidasi dari ionbromat .BrO3- + 6H+ + 6e Br- +
3H2OAdanya kelebihan KBrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion
bromida bereaksi dengan ionbromatBrO3 + Br- + H+ Br2 +H2OBromine
yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi kuning pucat
(warna merah ),jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan
asam berjalan cepat maka titrasi dapatsecara langsung dilakukan.
Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung
yaitularutan bromine ditambah berlebih dan kelebihan bromine
ditentukan secar iodometri. Bromindapat diperoleh dari penambahan
asam kedalam larutan yang mengandung kalium bromat dankalium
bromide.Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai
unsur-unsur reduksi untuk dititrasilangsung dengan iodin adalah
tiosulfat, arseni dan entimon, sulfida dan ferosianida.
Kekuatanreduksi yang dimiliki oleh dari beberapa substansi ini
adalah tergantung dari pada konsentrasiion hydrogen, dan reaksi
dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila
kitamelakukan penyesuaian ph yang sulit.Dalam menggunakan metode
iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna darisebuah
larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak
sebagai indikator bagidirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna
ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan
dari kanji lebih umumdipergunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodinkanji bertindak sebagai suatu tesyang amat sensitiv
untuk iodin.Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen
pengoksid yang kuat dapat dianalisis denganmenambahkan kalium
iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak
agenpengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan
iodin, Natrium tiosulfatbiasanya digunakan sebagai titrannya.
Titrasi dengan arsenik membutuhakn larutan yang
sedikitalkalin.Dalam larutan yang sedikit alkalin atau netral,
oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jikaiodin
dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksid kuat, seperti
garam permanganat,garam dikromat yang mengoksid tiosulfat menjadi
sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif.Pada penentuan iodometrik
ada banyak aplikasi proses iodometrik seperti tembaga
banyakdigunakan baik untuk biji maupun paduannya metode ini
memberikan hasil yang lebih sempurnadan cepat daripada penentuan
elektrolit tembaga.Pada metode bromometri, kalium bromat merupakan
agen pengoksid yang kuat dengan potensialstandar dari reaksinyaBrO3
+ 6H+ + 6e Br- + 3H2OAdalah +1,44 V. Reagen dapat digunakan dalam
dua cara yaitu sebagai sebuah oksdasi langsunguntuk agen-agen
pereduksi tertentu dan untuk membangkitkan sejumlah bromin
yangkuantitasnya diketahui.Sejumlah agen pereduksi pada titrasi
langsung metode bromometri sepertyi arsenik, besi (II) dansulfida
serta disulfida organik tertentu dapat dititrasi secara langsung
dengan sebuah larutankalium bromat .Kehadiran bromin terkadang
cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,beberapa indikator
organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan perubahan
warna.Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan kita harus
hati-hati agar kita mendapatkanhasil yang lebih baik .Reaksi
brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium
bromat dapatdipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan
kuantitas yang diketahui. Bromintersebut kemudian dapat digunakan
untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawaorganik.
Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga
jumlah bromin yangdihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang
diambil. Biasanya bromin yang dihasilkanapabila terdapat kelebihan
pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawaorganik
tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai
sepenuhnya.Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa
subtitusi atau bisa juga reaksi adisiI.TUJUAN PERCOBAANTujuan
percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar tembaga dalam
kristal CuSO4.5H2O.II. TINJAUAN PUSTAKAIstilah oksidasi mengacu
pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi,sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasidisertai hilangnya
elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah
senyawadi mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan
oksidasi. Sebaliknya padareduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harusselalu
berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.
Istilah oksidator reduktormengacu kepada suatu senyawa, tidak
kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).Oksidator lebih jarang
ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian, oksidator
dapatditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk
penentuan oksidator adalahkalium iodida, ion titanium(III), ion
besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yangmenggunakan
larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang
menggunakanlarutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri
(Rivai, 1995).Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai
pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodidadigunakan sebagai
pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan
pereaksi reduksiyang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuaniodimetrik adalah sedikit. Akan
tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksisempurna
dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik.
Suatu kelebihan ioniodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, dengan pembebasan iodium, yangkemudian dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan
tiosulfatberlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).Iodium hanya
sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada250C), tetapi
agak larutdalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium
standar dapat dibuat denganmenimbang langsung iodium murni dan
pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium,dimurnikan dengan
sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang
ditimbangdengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan
tetapi biasanya larutandistandarisasikan terhadap suatu standar
primer, As2O3 yang paling biasa digunakan.(Underwood, 1986).Larutan
standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah
natriumtiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak bolehdistandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap
standarprimer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama. Sejumlah zat padatdigunakan sebagai standar primer untuk
larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakanstandar yang
paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam
penanganan danpenimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang
kuat yang membebaskan iodium dariiodida, suatu proses iodometrik
(Underwood, 1986).Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang
dinamakaniodim etr i) mengacu kepada titrasidengan suatu larutan
iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
(kadang-kadangdinamakaniodom etr i), adlaah berkenaan dengan
titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksikimia. Potensial
reduksi normal dari sistem reversibel:I2(solid) 2e2I-adalah 0,5345
volt. Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh
denganadanya iod padat; reaksi sel setengah ini akan terjadi,
misalnya, menjelang akhir titrasi iodidadengan suatu zat pengoksid
seperti kalium permanganat, ketika konsentrasi ion iodida
menjadirelatif rendah. Dekat permulaan, atau dalam kebanyakan
titrasi iodometri, bila ion iodidaterdapat dengan berlebih,
terbentuklah ion tri-iodida:I2(aq) + I- I3-Karena iod mudah larut
dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis
sebagai:I3- + 2e3I-Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355
volt. Maka, iod atau ion tri-iodida merupakanzat pengoksid yang
jauh lebih lemah ketimbang kalium permanganat, kalium dikromat,
danserium(IV) sulfat (Bassett, J. dkk., 1994).Dalam kebanyakan
titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan
iod dalamkalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalh ion
tri-iodida, I3-. Untuk tepatnya, semuapersamaan yang melibatkan
reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan
I2,misalnya:I3- + 2S2O32- = 3I- + S4O62-akan lebih akurat
daripada:I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O62-(Bassett, J. dkk., 1994).Warna
larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat
bekerja sebagaiindikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu
atau merah lembayung yang kuat kepadapelarut-pelarut sebagai karbon
tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini
digunakanuntuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih
umum digunakan suatu larutan (dispersikoloidal) kanji, karena warna
biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji
sangatpeka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang
sedikit asam daripada larutannetral dan lebih besar dengan adanya
ion iodida (Underwood, 1986).VI. KESIMPULANBerdasarkan tujuan,
perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapatditarik beberapa kesimpulan berikut :1.Ada dua cara analisis
menggunakan senyawa iodium yaitu titrasi iodimetri atau
denganiodometri dimana iodium terlebih dahulu dioksidasi oleh
oksidator misalnya KI.2.Kadar tembaga dalam garam CuSO4.5H2O dapat
ditentukan dengan cara iodometri.3.Indikator yang dipakai adalah
amilum karena amilum sangat peka terhadap iodium danterbentuk
kompleks amilum berwarna biru cerah, saat ekivalen amilum terlepas
kembali.4.Massa tembaga pada larutan diketahui sebesar 0,4321 gram
dan kadar tembaga dalamlarutan sebesar 43,21 %.DAFTAR
PUSTAKABasset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Penerbit BukuKedokteran EGC.
Jakarta.Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.Rivai, Harrizul. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.
Indikator redoksDisamping secara potensiometrik (dengan mengukur
loncatan potensial larutan), titik akhir dari titrasi redoks dapat
juga ditetapkan secara visual apabila sistem redoks itu sendiri
memperlihatkan peruabahan warna pada titik akhir titrasi (misalnya
KmnO4), atau dengan menambahkan indikator redoks. Indikator adalah
senyawa organik yang bila dioksidasi dengan atau direduksi akan
mengalami perubahan warna. Perbedaan warna dari bentuk tereduksi
dengan bentuk teroksidasi harus tajam, sehingga penggunaannya dapat
sesedikit mungkin untuk mengurangi kesalahan titrasi.Inok+ n e
InredWarna indikator eksidasi tidak sama dengan warna indikator
reduksi.Daerah perubahan warna dari suatu indikator redoks dua
warna berada pada daerah potensial tertentu. Hal ini analog dengan
indikator asam basa dimana perubahan warna juga terjadi pada trayek
pH tertentu. Untuk indikator satu warna, warna titik akhir
(intensitas warna) ditentukan oleh konsentrasi indikator itu. Tentu
saja indikator yang dipilih harus mempunyai daerah transisi
perubahan warna pada titik ekivalen, atau disekitar titik ekivalen.
Indikator harus mempunyai potensial standard (E0) harga E0dari
oksidator dan reduktor. Misalnya pada penetapan senyawa besi (II)
secara serimetri, indikator yang baik adalah ferroin
(0-fenanthrolin besi (II) sulfat.(Anonim,
2010)http://khairunnisasiregar.wordpress.com/titrasi-reduksi-oksidasi/
Dikromatometri
Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa
dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator
kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat
merupakan standar primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah
untuk penentuan besi(II) dalam asam klorida.Dikromatometri termasuk
ke dalam titrasi redoks, karena dalam reaksinya terjadi perpindahan
elektron atau perubahan bilangan oksidasi. Seperti yang diketahui
bahwa kemungkinan terjadinya reaksi redoks dapat dilihat dari 2 hal
berikut :1. Terjadi perubahan bilok (bilangan oksidasi).2. Bila ada
zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium dikromat
selain berfungsi sebagai bahan baku juga sebagai oksidator).Kalium
dikromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi
Cr3+.Reaksi:Cr2O72-+ 14 H++ 6 e 2 Cr3++ 7 H2O E0=1,33 VKarena daya
oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO4dan Ce (IV), maka
hal ini menyebabkan reaksi sangat lambat. Akan tetapi, dari sifat
K2Cr2O7larutannya sangat stabil, tidak bereaksi dengan (inert
terhadap) Cl-, dengan kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan
murah.Terutama untuk penentuan Fe2+, ion klorida dalam jumlah besar
tidak mempengaruhi titrasi ini. Suatu cara tidak langsung untuk
menentukan, oksidasi yang diberi larutan Fe2+berlebihan kemudian
kelebihan dititrasi dengan standar dikromat. Maka cara ini dipakai
untuk penentuan NO3-, ClO3-, H2O2, MnO4-dan Cr2O72-.Posted31st
MaybyMedinaty Nurul
Hhttp://medicalmagical.blogspot.com/2013/05/dikromatometri.html
A. PengertianIndikator Redoks adalah indikator yang berubah
warnanya karena terjadi reaksi reduksi-oksidasi (redoks). Disini
indikator memperlihatkan warna teroksidasi dan warna tereduksi.
Dalam titrasi redoks ada 3 jenis indikator :a. Indikator Redoks
ReversibelIndikator oksidasi - reduksi yang sebenarnya yang tidak
tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada perubahan
potensial larutan selama titrasi. Indikator ini dapat dioksidasi
dan direduksi secara reversibel (bolak-balik).b. Indikator Redoks
IrreversibelIndikator yang berubah warnanya karena oksidasi dari
oksidator dan sifatnya tidak dapat berubah kembali seperti
semula.c. Indikator Redoks KhususIndikator khusus yang bereaksi
dengan salah satu komponen yang bereaksi, Contoh indikator yang
paling kita kenal ialah Amilum, yang membentuk kompleks biru tua
dengan ion triIodida.Indikator yang sebenarnya jauh lebih luas
penerapannya karena hanya tergantung dari perubahan potensial
larutan . Sudah dikemukakan bahwa indikator tersebut sebenarnya
juga dapat dioksidasi reduksi dan mempunyai warna yang berbeda
dalam bentuk tereduksi. Reaksii paruhnya dapat dilihat secara umum
sebagai berikut :Oks in + n e Red.inJika reaksi indikator itu dapat
bolak balik, dapat kita tulis :0,0591 [ Oks in ]E = E o + logn [
Red in ]
Jadi trayek perubahan warna terletak antara nilai nilai :0,0591E
= Eo n
Potensial saat terjadinya perubahan warna tergantung dari
potensial standar indikator yang bersangkutan. Dalam daftar
indikator, indikator dicirikan oleh potensial peralihan (
transistion potensial ), yaitu potensialnya apabila konsentrasi
Oksin dan Redin sama, masing masing 50 %.
a. Indikator Redoks ReversibelTidak semua indikator redoks dapat
dipakai untuk sembarang titrasi redoks. Pemilihan indikator yang
cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titrat dan titrant, dengan
perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila
potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus
diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung.Untuk
titrasi dengan Ce4+ dapat dipakai Ferroin; sedangkan untuk titrasi
dengan Cr2O7 = Ferroin tidak cocok karena potensial perubahan
ferroin terlalu tinggi dibandingkan dengan potensial TE. Maka
dipakai difenilamin atau difenilamin sulfonat. Sebenarnya kedua
indikator ini kebalikan dari ferroin dalam arti potensial
peralihannya terlalu rendah. Namun dengan asam fosfat 3 M kesulitan
ini teratasi karena potensial TE diturunkan sehingga sesuai untuk
penggunaan difenilamin atau garam sulfonatnya. Penurunan potensial
terjadi karena asam fosfat (H3PO4) mengkompleks Fe3+ tetapi tidak
mengkompleks Fe2+, sehingga konsentrasi Fe3+ bebas selalu rendah.
Berikut Beberapa Contoh contoh Indikator Redoks yang sering
digunakan :
1. Kompleks Fe ( II ) ortofenentrolinSuatu golongan senyawa
organik yang dikenal dengan nama 1,10 fenantrolin ( Ortofenantrolin
) yang membentuk kompleks yang stabil dengan Fe ( II ) dan ion-ion
lain melalui kedua atom N pada struktur induknya. Sebuah ion Fe2+
berikatan dengan tiga buah molekul fenantrolin dan membentuk kelat
dengan struktur.Kompleks ini terkadang disebut FERROIN dan ditulis
(Ph)3Fe2+ agar sederhana. Besi yang terikat dalam ferroin itu
mengalami oksidasi reduksi secara reversible.Walaupun kompleks
(Ph)3 Fe2+ berwarna biru muda, dalam kenyataannya, warna dalam
titrasi berubah dari hampir tak berwarna menjadi merah. Karena
kedua warna berbeda intensitas, maka titik akhir dianggap tercapai
pada saat baru 10 % dari indikator berbentuk (Ph)3Fe2+. Oleh sebab
itu maka potensial peralihannya kira kira 1,11 Volt dalam larutan
H2SO4 1 M.Diantara semua indikator redoks, Ferroin paling mendekati
bahan yang ideal. Perubahan warnanya sangat tajam, larutannya mudah
dibuat dan sangat stabil. Bentuk teroksidasinya amat tahan terhadap
oksidator kuat. Reaksinya cepat dan reversibel. Diatas 60 oC,
Ferroin terurai.2. Difenilamin dan turunannyaDitemukan pertama kali
dan penggunaannya dianjurkan oleh Knop pada tahun 1924 untuk
titrasi Fe2+ dengan kalium bikhromat.Reaksi pertama membentuk
difenilbenzidine yang tak berwarna; reaksi ini tidak reversibel.
Yang kedua membentuk violet difenilbenzidine, reversibel dan
merupakan reaksi indikator yang sebenarnya.Potensial reduksi reaksi
kedua kira kira 0.76 volt. Walaupun ion H+ tampak terlibat,
ternyata perubahan keasaman hanya berpengaruh kecil atas potensial
ini, mungkin karena asosiasi ion tersebut denga hasil yang berwarna
itu.Kekurangan difenilamain antara lain ialah indikator ini harus
dilarutkan dalam asam sulfat pekat karena sulit larut dalam air.
Hasil oksidasi ini membentuk endapan dengan ion Wolfram sehingga
dalam Analisa , ion tersebut tidak dapat dipakai. Akhirnya ion
merkuri memperlambat reaksi indikator ini.Derivat difenilamin yaitu
Asam Difenilamin Sulfonat, tidak mempunyai kelemahan kelemahan
diatas :Garam Barium atau Natrium dari asam ini dapat digunakan
untuk membuat larutan indikator dalam air dan sifatnya serupa
dengan induknya. Perubahan warna sedikit lebih tajam, dari tak
berwarna , melalui hijau menjadi violet. Potensial peralihannya 0.8
volt dan juga tak tergantung dari konsentrasi asam. Asam sulfonat
derivat ini sekarang banyak digunakan dalam titrasi redoks.
b. Indikator Redoks IrreversibelIndikator ini digunakan pada
titrasi Bromatometri. Contoh yang sering digunakan adalah Methyl
Red (MR) dan Methyl Orange (MO).Reaksi yang terjadi berupa oksidasi
dari indikator MR atau MO menjadi senyawa yang tidak berwarna oleh
Brom bebas (Br2). Brom ini berasal dari :KBrO3 + HCl ------> KCl
+ HBr + 3 O2 HBr + O ------> H2O + Br2Br2 + MO / MR ------>
Teroksidasi (Tidak berwarna)
c. Indikator Redoks Khusus (Tidak terpengaruh Potensial
redoks)Indikator ini dipakai pada Iodometri dan Iodimetri,
indikator yang biasa digunakan adanya Amylum dan Chloroform.
Pemakaian indikator ini tidak terpengaruh oleh naik turunnya
bilangan oksidasi atau potensial larutan, melainkan berdasarkan
pembentukan kompleks dengan iodium.1. AmylumPenggunaan Indikator
ini berdasarkan pembentukan kompleks Iod-Amylum yang larut dengan
Iodium (I2) yang berwarna biru cerah. Mekanisme pewarnaan biru ini
karena terbentuknya suatu senyawa dala dari amilum dan atom iod.
Fraksi Amilosa-amilum mempunyai bentuk helikal dan dengan itu
membentuk celah berbentuk saluran. Dalam saluran itu terdapat suatu
rantai iod linear, Warna biru disebabkan oleh ketujuh elektron luar
atom Iod yang mudah bergerak.I2 + Amylum -------> Iod-Amylum
(biru)Iod-Amylum + S2O32- -------> Warna HilangSetelah
penambahan titrant Tiosulfat maka kompleks ini dipecah dan bila
konsentrasi Iod habis maka warna biru tadi akan hilang. Penambahan
indikator amylum sebaiknya menjelang titik akhir titrasi karena
kompleks iod-amilum yang terbentuk sukar dipecah pada titik akhir
titrasi sehingga penggunaan Tiosulfat kelebihan berakibat terjadi
kesalahan titrasi. Bila Iod masih banyak sekali bahkan dapat
menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan
warna pada titik akhir titrasi.
2. ChloroformPenggunaan indikator ini untuk titrasi Iodometri,
berdasarkan fungsi Chloroform sebagai pelarut organik yang
melarutkan iodium dalam fase organik (fase nonpolar). Melarutnya
Iodium dalam Chloroform memberi warna violet. Hal ini patut
dipahami karena Iodium sukar larut dalam air, larut hanya sekitar
0,0013 mol perliter pada suhu 25O C. Tetapi sangat mudah larut
dalam larutan KI karena membentuk Ion TriIodida (I3-)dan dalam
Chloroform.Setelah penambahan titrant Tiosulfat maka Iodium akan
diubah menjadi Iodida dan bila konsentrasi iod habis maka warna
violet tadi akan hilang.Diposkan9th February
2011olehRipani_Musyaffahttp://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/02/indikator-reduksi-oksidasi-redoks.html