BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Pendidikan merupakan persoalan
vital bagi setiap segi kamajuan dan perkembangan manusia pada
khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam segi pendidikan
maka akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan
bangsa yang kearah lebih baik dan maju. Peningkatan kualitas
pendidikan tidaklah mudah melainkan membutuhkan waktu yang panjang
dan keterlibatan berbagai komponen dan elemen. Dewasa kini banyak
orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan. Di lain pihak
banyak pula yang mengembor-gemborkan dan menandaskan bahwa perlu
dan pentingnya rekonstruksi atau pembaharuan pendidikan dan
pengajaran, ironinya sangat sedikit sekali para pemerhati dan
pengkritisi pendidikan yang berbicara mengenai soal pemecahan
masalahnya (problem solving) perbaikan pendidikan dan pengajarannya
agar lebih maju dan mencapai tujuan pendidikan yang hakiki. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu wakil
dari pemerintah pusat Indonesia maka peran sekolah berkewajiban
untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi
sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor penentu,
pengerak segala sumber daya yang ada dalam sekolah, agar segala
komponen yang di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Kelapa sekolah yang berfungsi sebagai
edukator, manajer, administrator, leader, motivator dan supervisor
sekolah. Guru memiliki peran yang sangat besar, besarnya tanggung
jawab guru dalam pendidikan merupakan tantangan bila dikaitkan
dengan mutu pendidikan dewasa kini. Keluhan masyarakat terhadap
merosotnya mutu pendidikan seharusnya dapat menjadi refleksi bagi
para guru yang tidak kompeten dan profesional. Guru profesional
bukan hanya sekedar dapat menguasai materi dan sebagai alat untuk
transmisi kebudayaan tetapi dapat mentransformasikan pegetahuan,
nilai dan kebudayaan kearah yang dinamis yang menuntut
produktifitas yang tinggi dan kualitas karya yang dapat bersaing.
Dalam konteks ini sebenarnya guru yang kurang profesional sangat
membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor
dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai
tujuan pendidikan, misalnya seperti masalah kurang pahamnya tujuan
pendidikan, tujuan kulikuler, serta tujuan instruksional dan
oprasional. Sehingga peran guru yang sangat besar dalam
meningkatkan mutu pendidikan akan dapat tercapai jika semua
permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat dipecahkan dengan
baik. Dan seorang yang di sebut supervisor yang mempunyai fungsi
sebagai pembimbing, mengarahkan, membantu dalam hal ini adalah
Kepala Sekolah (supervisor) yang setiap hari langsung berhadapan
dengan guru. Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah
untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam
melaksanakan pengajaran. Sehubungan dengan pentingnya aktifitas
supervisi sekoalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas guru
pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya, maka
dalam penulisan makalah ini akan dibahas seputar aktivitas
supervisi pendidikan atau sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas
mutu pendidikan Indonesia.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas,
maka dapat di tarik rumusan permasalahannya antara lain:1. Apa
pengertian dan fungsi supervisi pendidikan?2. Bagaimana tujuan dari
supervisi pendidikan?3. Siapa pelaku supervise serta tugas tugasnya
?
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan Supervise adalah segala
bantuan dari para pemimpin sekaolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru guru dan personel sekolah lainnya di
dalam mencapai tujuan tujuan pendidikan. Dengan kata lain supervise
adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekaerjaan
mereka secara efektif. Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey,
supervisi adalah program yang berecana untuk memperbaiki
pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki
hal belajar dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila
supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien
dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan
lainnya). Dalam Dictionary of Education, Good Carter, memberi
pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode
pengajar dan evaluasi pengajaran. Program supervisi bertumpu pada
suatu prinsip yang mengakui bahwa setiap manusia itu sudah
mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Menurut H. Burton dan
Leo J. Brucker, Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuannya
mempelajari dan memperbaiki secara bersama faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dari uraian
definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
fungsi dari supervise adalah memajukan dan mengembangkan pengajaran
sehingga proses belajar mengajar yang di lakukan oleh seorang guru
berlangsung dengan baik dan efektif. Dengan demikian hakekat
supervisi adalah suatu aktivitas proses pembimbingan dari pihak
atasan kepada para guru dan para personalia sekolah lainnya yang
langsung menangani belajar para peserta didik, untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar
secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang
semakin meningkat. Sedangkan yang melakukan aktivitas supervisi
disekolah tersebut adalah kepala sekolah (supervisor). Nilai
supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi
belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan yang tercapai
oleh peserta didik. Dan istilah pembimbingan di atas cenderung
mengacu kepada usaha yang bersifat demokratis atau manusiawi yang
tidak bersifat otoriter. Kemudian yang dimaksud sebagai pihak
atasan, disamping dalam arti hierarki, akan tetapi jiga dalam arti
kewenangan dan kompetensi dalam bidang supervisi. Memperbaiki
situasi bekerja belajar mengajar secara efektif dan efisien
tergantung makna didalamnya bekerja dan belajar secara berdisiplin,
bertanggung jawab, dan memnuhi akuntabilitas.B. Fungsi dan Tujuan
Supervisi Pendidikan Supervisor akan berfungsi, bila supervisor
dipandang sebagai bagian atau oragan dari organisasi sekolah.Dan
bila dipandang sebagai sesuatu yang ingin dicapai supervisi, maka
hal itu merupakan tujuan dari supervisi. Maka fungsi dan tujuan
supervisi sangat berhubungan dengan erat, dan keduanya menyangkut
hal yang sama. Hal ini dibedakan agar informasi yang diberikan
nanti menjadi lebih lengkap.Fungsi supervisi dapat dibedakan
menjadi dua bagian besar antara lain:a. Fungsi utama ialah membantu
sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan yaitu membantu mengembangkan potensi individu
peserta didik.b. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam
membina para guru dan staf personalia agar ingin bekerja dan
mengajar dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat
dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta
mempelopori kemajuan masyarakat sekitar. Selain dua fungsi yang di
paparkan di atas terdapat pula beberapa fungsi supervise pendidikan
disekolah dan Fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting
diketahui para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah
sebagai berikut : 1) Dalam bidang kepemimpinan a. Menyusun rencana
policy bersama.b. Mengikutsertakan anggota anggota kelompok ( guru
guru, pegawai ) dalam berbagai kegiatan. c. Memberikan bantuan
kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan
persoalan. d. Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau
memupuk moral yanag tinggi kepada anggota kelompok.e.
Mengikutsrtakan semua anggota dalam menetapkan putusan putusan.f.
Membagi bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada
anggota kelompok, sesuai dengan fungsi fungsi dan kecakapan masing
masing. g. Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.h.
Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok
sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan
bersama.2) Dalam hubungan kemanusiaan a. Memanfaatkan kekeliruan
ataupun kesalahan kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan
pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi
anggota kelompoknya.b. Membantu mengatasi kekurangan ataupun
kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, sepaerti dalam hal
kemalasan,merasa rendah diri,acuh tak acuh, pesimistis,dsb.c.
Mengarahkan anggota kelompok kepada siksp sikap yang demokratis.d.
Memupuk rasa saling menghormati diantara sesama anggota kelompok
dan sesama manusia.e. Menghilangkan rasa curiga mencurigai antara
anggota kelompok.3) Dalam pembinaan proses kelompok a. Mengenal
masing masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun
kemampuan masing masing. b. Menimbulkan dan memelihara sikap
percaya mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dan
pimpinan. c. Memupuk sikap dan kesedihan tolong- menolong.d.
Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok. e. Bertindak
bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan
pendapat di antara anggota kelompok.f. Menguasai teknik teknik
memimpin rapat dan pertemuan pertemuan lainnya.4) Dalam bidang
administrasi personela. Memilih personel yang memiliki syarat
syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.b.
Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan
kecakapan dan kemampuan masing-masing.c. Mengusahakan susunan kerja
yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja seta hasil
maksimal.5) Dalam bidang evaluasia. Menguasai dan memahami tujuan
tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.b. Menguasai dan
memiliki norma norma atau ukuran ukuran yang akan digunakan sebagai
kriteria penilaian.c. Menguasai teknik - tehnik pengumpulan data
untuk memperoleh data yang lengkap,benar,dan dapat diolah menurut
norma-norma yang ada. d. Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil
penilaian sehingga mendapat gambaran tentang
kemungkinan-kemungkinan utuk mengadakan perbaikan perbaikan.
Sesudah membahas fungsi-fungsi dari supervisi di atas, maka telah
sampailah uraian ini pada tujuan supervisi. Tujuan supervisi ialah
memperkembangkan situasi belajar dan belajar yang lebih baik dan
efektif. Usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan pada
pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu, pembentukan pribadi
anak yang utuh dan maksimal. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara total, beararti tujuan
supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi
juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di
dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses
belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan
guru guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
kurikulum, pemilihan dan penggunaan mengajar, alat alat pelajaran,
prosedur dan teknik evaluasi pengajaran.Secara nasional tujuan
konkrit dari supervisi pendidikan antara lain:1. Membantu guru
melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.2. Membantu guru
dalam membimbing pengalaman belajar murid.3. Membantu guru dalam
menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber
pengalaman belajar.4. Membantu guru dalam menilai kemajuan
murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.5. Membantu
guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan
tugas yang diperolehnya.6. Membantu guru-guru agar waktu dan
tenaganya tercurahkan sepenuhnya dengan baik dalam pembinaan
sekolah.C. Pelaku/Tenaga Dalam Supervisi pendidikanPengertian
tenaga supervise pebdidikan Apakah yang dimaksud dengan pelaku
supervisi dan siapakah yang dapat dipandang sebagai pelaku
supervisi? Supervisi, seperti yang sudah diberikan batasannya di
bagian depan dan diberlakukan di sekolah, mengutamakan peningkatan
prestasi belajar siswa dengan melibatkan orang banyak. Jika
dicari-cari secermat-cermatnya, setiap unsur yang ada di tiap
sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan, sedikit banyak pasti
dapat disebutkan siapa saja yang dapat dan tepat diketegorikan
sebagai pelaku dalam pembelajaran. Namun dalam uraian ini yang
diambil hanyalah unsur yang paling dekat atau langsung terlibat
dengan prestasi belajar siswa saja, yaitu: Pengawas,Kepala
Sekolah,wakil kepala sekolah bidang kurikulum atau akademik, wali
kelas, petugas bimbingan dan konseling, serta petugas
perpustakaan.a. Pengawas Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
bahwa akhir-akhir ini kegiatan supervisi tidak dapat berjalan
sebagaiman dirancang. Sebagai alasan utama ada dua,(1) kesibukan
pengawas dan kepala sekolah,(2) latar belakang pengawas dan kepala
sekolah yang seringkali tidak tepat dengan biadng studi yang
diajarkan oleh guru yang harus mereka supervisi. Denga keterbatasan
ini maka pengawas memerlukan dukungan atau sumbangan data dari
berbagai pihak. Dalam kedudukan dan fungsinya, pengawas adalah
penanggung jawab utama atas terjadinya pembinaan sekolah sesuai
dengan jenis dan jenjang lembaga pendidikannya. Di dalam deskripsi
tugas disebutkan pengawas harus berhubungan dengan dan meramu data
yang dikumpulkan oleh pelaku supervisi yang lain.. semua data
tersebut disimpulkan, kemudian ditarik kesimpulannya untuk
menentukan alternatif tindakan yang sekiranya tepat, meskipun
sesuai dengan supervisi klinis guru yang bersangkutan harus mencba
memilih sendiri alternatif pemecahan masalahnya.b. Kepala
sekolahDibagian awal tulisan ini dijelaskan bahwa sejak konsep lama
supervisi,yang ertanggung jawab atas pelaksanaan supervisi adalah
pengawas dakn kepala sekolah. Isi kegiatan tugas supervisi dimaksud
meliputi antara lain mengadakan pengamatan kelas jika pengawas
mempunyai kesulitan dalam mengadakan pengamatan kelas karena
keterbatasan latar belakang bidang studi, demikian juga halnya
kepala sekolah, dapat dibantu oleh guru atao personil yang lain.
Namun demikian karena kepala sekolah dapat diibaratkan sebagai
pemilik sekolah, tentu yang bersangkutan sangat faham tentang
seluk-beluk kehidupan sekolah sehari-hari.c. Wakil kepala sekolah
bidang kurikulum Disemua jenis dan jenjang pendidikan, terdapat
wakil-wakil kepala sekolah yang berfungsi membantu kelancaran tugas
kelapa sekolah. Banyaknya wakil kepala sekolah tidak sam,
tergantung darai beban tugas yang ditangani yang untuk sementara
tergantung dari besarnya sekolah yang ditunjukkan oleh
tipe-tipenya. Meskipun banyaknya tidak sama, namun pasti ada wakil
kepala sekolah yang diserahi tugas mengurus hal-hal yang berkaitan
dengan pembelajaran. Lazimnya wakil kepala sekolah (Wakasek)
tersebut dikenal dengan Wakasek bidang kurikulum. Tugas wakasek
bidang kurikulum ini adalah mengurusi semua urusan yang berkaitan
dengan kurikulum dan pembelajaran. Pada akhir setiap catur wulan
guru pasti mengumpulkan daftar nilai yang digunakan sebagai bahan
pengisi rapor kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Daftar
nilai tersebut diambil dari lengger kelas. Sayang sekali bahwa
nilai-nilai tersebut pada umumnya hanya disimpan sebagai arsip.
Memang ada beberapa sekolah yang mengolah nilai-nilai tersebut
dengan menghitung rata-rata kelas permata pelajaran, dan ada juga
yang sudah menindak lanjuti prosesnya yakni menghitung lagi dan
menggambarkan hasilnya dalam wujud tampilan visual, sehingga
menghasilkan diagram batang yang tidak dikenal oleh siswa yang
memiliki nilai tersebut.d. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan Di
dalam lembaga pendidikan formal seperti halnya sekolah, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan adalah pejabat yang bisa dikatakan
paling akrab dengan seluruh kehidupan siswa. Dengan kedudukan itu
yang bersangkutan dapat melakukan upaya pembinaan secara intensif,
baik berdasarkan data yang diperolehnya secara sendiri maupun
titipan dari pihak lain, misalnya kepala sekolah dan guru. Apa yang
harus dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan ini
tidak dapat direalisasikan sendiri, namun demikian perlu diatur
dalam kerjasama dengan personil lain yang mempunyai kaitan
kepentingan. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh wakasek
bidang kesiswaan yang berkenaan dengan bidang supervisi dapat
bervariasi:1. Pada waktu ada acara memperingati hari besar atau
tutup tahun ajaran. Sebelum pelaksanaan sebaiknya disusun rencana
yang matang bersama dengan pihak-pihak yang diperlukan.2.
Sewaktu-waktu melakukan tugas-tugas rutin. Dalam hal ini wakasek
itu dapat minta bantuan ketua osis atau wakil kelas yang di dalam
kegiatan sehari-hari yang memang sudah akrab dengan siswa.3. Pada
waktu upacara bendera hari senin pagi, wakasek dapat minta titip
kepada kepala sekolah yang bisa memberikan pidato sambutan. Cara
ini baik karena isi pesan untuk siswa dapat didengar juga oleh
pihak lain sekaligus, yaitu wakama bidang lain,guru,petugas
BK,prtugas perpustakaan, dam guru-guru lain. Dengan demikian akan
banyak dukungan atas keterlaksanaan pesan untuk pembinaan
tersebut.e. Wali kelasWali kelas adalah personil yang ebrtanggung
jawab atas kemajuan siswa di kelas tertentu. Dengan kedudukannya
itu wali kelas tentunya memiliki data yang lengkap tentang keadaan
siswa yang terdaftar di kelas yang bersangkutan. Apabila data
tersebut dianalisis dapat diguanakan sendiri oleh wali kelas dalam
rangka pembinaan pribadi maupun prestasi belajarnya. Selain itu
data yang relevan dapat diberikan kepada pengawas dan kepala
sekolah sebagai behan untuk kepentingan pembinaan untuk furu maupun
siswa.f. Petugas bimbingan dan konseling Dalam deskripsi tugas,
kgiatan yang seharusnya dilakukan oleh petugas bimbingan dan
konseling di sekolah sebetulnya ada tiga hal yaitu:1. Bimbingan
pribadi2. Bimbingan studi3. Bimbingan karir Yang selama ini
dilakukan oleh konselor baru terbatas pada bimbingan pribadi,
khususnya mengenai anak bermasalah. Dengan demikian kesan yang ada
pada diri anak tentang petugas BK dengan julukan : tukang manggil
anak nakal. Siapa yang mendatangi atau masuk ke ruang BK berarti
anak bermasalah. Alangkah menyedihkan jika semua siswa berpandangan
demikian.g. Petugas perpustakaan Pembelajaran dapat berhasil
apabila didukung dengan sumber bahan yang cukup banyak, memadai,
dan bervariasi. Buku paket yang ada dan beredar saat ini oleh pihak
berwenang memang sudah diusahakan keberadaanya oleh pemerintah, dan
relatif sudah mencukupi. Namun sangat disayangkan bahwa kemampuan
pemerintah saat ini masih sangat terbatas sehingga belum sanggup
memberikan kepada semua sekolah swasta maupun madrasah secara
merata, apalagi untuk semua siswa. Idealnya, setiap siswa memiliki
buku paket yang dapat disimak bersama ketika guru menjelaskan
konsep-konsep yang ada di dalamnya, lalu sesudah itu dibawa pulang
untuk ditelaah kembali dan dikuasi melalui pemahaman dan hapalan.
Di samping buku paket tersebut pemerintah juga menerbitkan
buku-buku suplemen. Jika buku paket berisi konsep-konsep yang
relatif baku untuk bidang-bidang ilmu yang sudah mantap, buku
suplemen dapat berisi konsep-konsep baru yang munculnya
susul-menyusul dan sangatlah sulit jika semuanya harus ditambahkan
pada buku paket. Selain konsep-konsep baru, buku suplemen juga
dapat berupa informasi dan contoh-contoh kasus setempat sebagai
tambahan wawasan dalam menerapkan konsep. Oleh karena itu yang
ideal, buku suplemen tersebut tidak dicetak di pusat tetapi di
daerah. Petugas perpustakaan sebagai orang yang telah ditunjuk dan
diserahi tanggung jawab pengelola perpustakaan, dapat membantu
peningkatan prestasi siswa maupun pemanfaatan bahan koleksi
perpustakaan. Ada dua pendekatan untuk mengembangkan pemberdayaan
perpustakaan, yaitu:1. Mengembangkan bahan koleksi perpustakaan
Sudah dijelaskan bahwa di masyarakat luas dan di lingkungan sekolah
sendiri sebetulnya sudah bertebaran calon bahan koleksi yang dapat
diangkat menjadi bahan koleksi perpustakaan. Petugas perpustakaan (
dan staf sekolah yang lain) dapat mengembangkan bahan koleksi
melaluoi cara-cara yang tidak konvensional. Yang dimaksud dengan
cara konvensional adalah menambah bahan koleksi dengan membeli buku
baru dari toko buku. Cara seperti itu tentu saja baik, teyapi besar
kendalanya karena dana sebagai sarana pengadaannya sangat susah
didapatkan. Untuk mengatsi kendala tersebut disarankan car-cara
yang inkonvenssional, antara lain:1. Menghimpun lembaran dakwah
atau iklan2. Mengumpulkan majalah bekas3. Memanfaatkan kliping
siswa4. Menghimpun majalah dinding,dan5. Minta bantuan dari siawa
atau lembaga lain.6. Menggalakkan pemanfaatan bahan koleksi
Penguasaan konsep ilmu oleh siswa yang hanya dilakukan lewat buku
paket dan sedikit tambahan penjelasan dari guru, kadang-kadang
sudah mencukupi bagi penguasaan konsep-konsep tertentu, tetapi
masinh sangat belum mencukupi bagi konsep-konsep lain yang
perkembangan penerapan di masyarakat sangat cepat maju. Untuk
kelompok yang kedua ini sangat diharapkan dari guru maupun siswa
dapat menambah sendiri membaca buku-buku dan menelaah serta
mengaitkan dengan apa yang sudah tertara di dalam buku dan
penjelasan guru. Sampai saat ini banyak guru yang mampu dan mau
memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk menambah penguatan
penguasaan konsep melalui buku atau bahan lain yang erupa sumber
ilmu pengetahuan dan penerapannya massih sangat terbatas. Memang
untk dapat melakukan tambahan tugas mengajar ini tidak mudah. Guru
perlu aktif mengeluarkan fikiran dan tenaga ekstra. Banyak guru
yang sebenarnya mau tetapi tidak mampu menemukan caranya. Sudah
diberi tahu baru menyadari bahwa ternyata caranya mudah dan murah.
Sesudah mencoba mereka akan makin menyadari dan merasa puas karena
ternya siswa akan dengan senang hati mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dan merasa puas dengan hasilnya, yaitu
penguasaan yang semakin meningkat.
BAB IIPENUTUP
Kesimpulan
Dalam mencapai terciptanya suatu pembelajaran yang sesuai yang
di inginkan, bukan hanya kecerdasan murid dalam intelektualnya
melainkan di butuhkan juga suatu susunan supervisi yang dapat
membantu dalam pengajaran sehingga mampuh tercipta suatu
pembelajaran yang baik dan mencapai tujuan pendidikan Dan supervisi
juga sangat penting mengingat suatu lembaga pendidikan memerlukan
susunan lembaga yang dapat mengatur dan mempertanggung jawabkan
kelembagaan suatu pendidikan, baik kepala sekolah dan jajarannya
serta pengawas itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA1996.hidayat, syarif .Administrasi , Supervisi dan
ketenagaan PLB. Jakarta, Departemen pendidikan dan kebudayaan
Direktorat jenderal pendidikan tinggi.2008.Purwanto Ngalim.
Administrasi dan supervisi pendidikan, jakarta .PT remaja rosdak
karya.1979,Nglamim purwanto, Administrasi Pendidikan,Jakarta :
Penerbit Mutiara.,2000Suharismi Arikunto,Materi Pelatihan untuk
Supervisi Akademik dan Akreditasi,Jakarta : Development Madrasah
Aliyah Project,Departemen Agama Republik
Indonesia.http://rantaupulungmdr.blogspot.com/2012/08/makalah-manajemen-supervisi-kepala.html
hidayatul munawwarohadministrasi pendidikan20 Januari 2011
19:50MEMBINA PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI KLINISPosted on
15 Mei 2009 by H.IndraBanyak guru yang mengalami masalah/kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya.
Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata
pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam
aspek-aspek teknis metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami
peserta didik. Supervisi klinis yang dilakukan pengawas sekolah
kepada guru merupakan salah satu upaya membantu guru untuk
mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas
pembelajaran.Ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan dalam supervisi
klinis yakni tahap pertemuan awal, tahap pengamatan guru mengajar,
serta tahap analisis hasil pengamatan dan tindak-lanjutnya.
Supervisi klinis dapat diartikan sebagai bantuan profesional
kesejawatan yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam
pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya
dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap perencanaan,
tahap pengamatan perilaku guru mengajar, serta tahap analisis
perilaku dan tindak lanjut. Indikator keberhasilan pelaksanaan
supervisi klinis adalah: (a) meningkatnya kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran,
(b) kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih
baik sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil
belajar yang dicapai siswa, dan (c) terjalinnya hubungan kolegial
antara pengawas sekolah dengan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran serta tugas-tugas profesinya.(Sumber : Prof.Dr.H.Nana
Sujana : SUPERVISI AKADEMIK)
K.H Ma'mun Muzayyin dan kini diteruskan oleh para
putra-putranya.Jumat, 02 Juli 2010KONSEP DASAR SUPERVISI
PENDIDIKANKONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN
I. PENDAHULUANSupervisi pendidikan atau yang lebih dikenal
dengan pengawasan pendidikan memiliki konsep dasar yang saling
berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan
beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu
sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah
suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik
kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran
hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses
pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan
kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah
diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai
kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen
pendidikan. Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah
lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan
bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik
dan professional. Dalam perkembangannya supervisi pendidikan
memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan di
Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang
kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Dan dengan adanya mata kuliah
supervisi pendidikan pada institusi yang bergerak dalan bidang
pendidikan akan lebih menunjang para mahasiswa untuk mengetahui
bagaimana mengawasi atau mensupervisi pada pendidikan yang
baik.Dalam makalah ini akan kami paparkan beberapa konsep dasar
tentang supervisi pendidikan beserta sub-subnya yang semuanya sudah
kami sebutkan dalam rumusan masalah.
II. RUMUSAN MASALAHA. Pengertian supervisi pendidikanB. Tujuan
supervisi pendidikanC. Prinsip supervisi pendidikanD. Peranan
supervisi pendidikanE. Jenis supervisi pendidikanF. Sasaran
supervisi pendidikan
III. PEMBAHASANA. Pengertian supervisi pendidikanIstilah
supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua akar
kata, yaitu super yang artinya di atas, dan vision mempunyai arti
melihat, maka secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai
melihat dari atas. Dengan pengertian itulah maka supervisi
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala
sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau lebih tinggi
dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.Dalam
pengertian lain, Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dengan demikian hakekat
supervisi pendidikan adalah suatu proses bimbingan dari pihak
kepala sekolah kepada guru-guru dan personalia sekolah yang
langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi
belajar mengajar agar para siswa dapat belajar secara efektif
dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Disamping itu juga
memperbaiki situasi bekerja dan belajar secara efektif, disiplin,
bertanggung jawab dan memenuhi akuntabilitas.Sedangkan yang
melakukan supervisi disebut supervisor. Bimbingan di sini mengacu
pada usaha yang bersifat manusiawi serta tidak bersifat otoriter.
Memperbaiki situasi bekerja dan belajar secara efektif terkandung
makna di dalamnya bekerja dan belajar secara disiplin, tanggung
jawab, dan memenuhi akuntabilitas. Jadi seorang pendidik itu tidak
hanya mendidik dan mengajar akan tetapi dia juga harus masih
belajar bagaimana cara-cara mendidik yang baik dan benar. Sehingga
makna bahwa belajar tidak mengenal umur itu memang harus
direalisasikan.B. Tujuan supervisi pendidikanTujuan supervisi
pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar
mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi
pendidikan tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi
juga membina pertumbuhan profesi guru termasuk di dalamnya
pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar
mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru,
pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran,
prosedur dan teknik evaluasi pengajaran. Supervisi yang baik
mengarahkan perhatiannya pada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara
belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum
pendidikan. Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang, akan
tetapi semua orang seperti guru-guru, para pegawai, dan kepala
sekolah lainnya adalah teman sekerja yang sama-sama bertujuan
mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan
belajar mengajar yang baikSecara nasional tujuan konkrit dari
supervisi pendidikan adalah:1. Membantu guru melihat dengan jelas
tujuan-tujuan pendidikan2. Membantu guru dalam membimbing
pengalaman belajar murid.3. Membantu guru dalam menggunakan alat
pelajaran modern.4. Membantu guru dalam menilai kemajuan
murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.5. Membantu guru
dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.6. Membantu guru
dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.7. Membantu guru dalam
membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka
pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.8. Membantu guru baru di
sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang
diperolehnya.9. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan
penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan
sumber-sumber yang berasal dari masyarakat.10. Membantu guru-guru
agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan
sekolah.
C. Prinsip supervisi pendidikanSeorang pemimpin pendidikan yang
disebut sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya
bertumpu pada prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut:1.
Prinsip ilmiah (scientific)Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri
sebagai berikut:a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data
objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar
mengajar.b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam
data seperti angket, observasi, dan percakapan pribadi.c. Setiap
kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan
kontinu.2. Prinsip demokratisDemokratis mengandung makna menjunjung
tinggi harga diri dan martabat guru bukan berdasarkan atasan dan
bawahan akan tetapi berdasarkan rasa kesejawatan. Servis dan
bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan
yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk
mengembangkan tugasnya.3. Prinsip kerja samaMengembangkan usaha
bersama atau menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of
experience, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga
mereka merasa tumbuh bersama.4. Prinsip konstruktif dan
kreatifSetiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan
potensi kreativitas. Kalau supervisi mampu menciptakan suasana
kerja yang menyenangkan bukan dengan cara-cara yang
menakutkan.Supervisi juga harus berpegang teguh pada pancasila yang
merupakan prinsip asasi dan merupakan landasan utama dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban. Di samping prinsip di atas,
prinsip pendidikan dapat dibedakan atas prinsip positif dan prinsip
negatif. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.1.
Prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut diikuti,
diantaranya adalah:a. Supervisi harus dilaksanakan secara
demokratis dan kooperatifb. Supervisi harus kreatif dan
konstruktifc. Supervisi harus scientific dan efektifd. Supervisi
harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-gurue. Supervisi
harus berdasarkan kenyataanf. Supervisi harus memberikan kesempatan
kepada guru-guru untuk mengadakan self evaluation.2. Prinsip
negatif adalah prinsip-prinsip larangan yang tidak boleh dilakukan,
diantaranya adalah:a. Seorang supervisor tidak boleh bersifat
otoriterb. Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada
guru-guruc. Seorang supervisor bukan seorang inspektur yang
ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan-peraturan dan
instruksi-instruksi yang telah diberikan dilaksanakan atau tidakd.
Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih baik dari
pada guru-guru oleh karena jabatannyae. Seorang supervisor tidak
boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara
guru mengajar.f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila
ia mengalami kegagalan.
D. Peranan supervisi pendidikanKegiatan utama pendidikan di
sekolah adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan
efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala
sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu
proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan
supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar
dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan
layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah
serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang
lebih efektif. Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan
(support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing).
Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam
mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung
jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila
kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan
otokraris. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa
inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan
interaksi bersifat mematikan.E. Jenis-jenis supervisi
pendidikanBerdasarkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
guru-guru maupun para karyawan pendidikan, supervisi dalam dunia
pendidikan dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu supervisi umum,
supervisi pengajaran, supervisi klinis, pengawasan melekat, dan
pengawasan fungsional.1. Supervisi umum dan supervisi
pengajaranSupervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah
atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan
pengelolaan administrasi kantor, dan supervisi pengelolaan keuangan
sekolah atau kantor pendidikan.Supervisi pengajaran adalah
kegiatan-kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian, uraian di atas
tentang pengertian supervisi beserta definisi-definisinya dapat
digolongkan ke dalam supervisi pengajaran.2. Supervisi
klinisSupervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan
untuk membantu pengembangan profesional guru atau calon guru
khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan
analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk
perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Supervisi klinis termasuk
bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena
prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan pada mencari sebab-sebab
atau kelemahan yang yang terjadi di dalam proses belajar mengajar
dan kemudian secara langsung diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut. Ibarat seorang dokter yang akan
mengobati pasiennya, mula-mula dicari dulu sebab dan jenis
penyakitnya. Setelah diketahui dengan jelas penyakitnya kemudian
sang dokter memberikan saran bagaimana sebaiknya agar penyakit itu
tidak semakin parah dan pada waktu itu juga dokter memberikan resep
obatnya. Di dalam supervisi klinis cara yang dilakukan adalah
supervisor mengadakan pengamatan terhadap cara guru mengajar,
setelah itu mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan dengan
tujuan untuk memperoleh kebaikan maupun kelemahan yang terdapat
pada saat guru mengajar serta bagaimana usaha untuk
memperbaikinya.3. Pengawasan melekat dan pengawasan fungsionalDi
dalam dunia pendidikan di Indonesia istilah supervisi disebut juga
pengawasan atau kepengawasan. Pengawasan melekat adalah suatu
pengawasan yang memang sudah melekat menjadi tugas dan tanggung
jawab semua pimpinan. Oleh karena itu setiap pemimpin adalah juga
sebagai pengawas, maka kepengawasan yang dilakukan itu disebut
pengawasan melekat. Dengan pengawasan melekat yang efektif dan
efisien dapat dicegah sedini mungkin terjadinya pemborosan,
kebocoran, dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga,
uang, dan perlengkapan milik negara sehingga dapat terbina aparat
pendidikan yang tertib, bersih, dan berdaya guna. Tujuan pengawasan
melekat adalah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat
menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat padanya
dengan baik sehingga bila ada penyelewengan, pemborosan, dan
korupsi pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi sedini
mungkin.Pengawasan fungsional adalah kegiatan-kegiatan pengawasan
yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatanya sebagai
pengawas. Sebagai contoh konkret tentang pengawasan fungsional
dapat dilihat dalam struktur organisasi Departemen P dan K dalam
struktur tersebut khususnya di lingkungan inspektorat jenderal
terdapat delapan inspektorat yang masing-masing dipimpin oleh
seorang inspektur.Khusus mengenai kepala sekolah mempunyai dua
fungsi kepengawasan sekaligus, yaitu pengawasan melekat dan
pengawasan fungsional. Kepala sekolah harus menjalankan pengawasan
melekat karena ia adalah pimpinan unit atau lembaga yang paling
bawah di lingkungan Departemen P dan K. Dan ia pun harus
menjalankan atau berfungsi sebagai pengawas fungsional, karena
kepala sekolah adalah juga sebagai pengawas atau supervisor yang
membantu tugas penilik atau pengawas dari Kanwil, khususnya dalam
bidang supervisi pengajaran.
F. Sasaran supervisiSupervisi pendidikan ditujukan kepada usaha
memperbaiki situasi belajar mengajar. Yang dimaksud dengan situasi
belajar mengajar adalah situasi di mana terjadi proses interaksi
antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan belajar yang
telah ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar
menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar
adalah seni. mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan
yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran
tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat
memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik.Sebetulnya
apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi yang sesuai
dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: supervisi
akademik, supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada
masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru unuk membantu siswa ketika
sedang dalam proses belajar mengajar. Dan yang kedua adalah
supervisi administrasi, yang lebih menitikberatkan pengamatan pada
aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
terlaksananya pembelajaran. Di samping dua macam supervisi yang
disebut dengan objeknya atau sasarannya, ada lagi supervisi yang
lebih luas yaitu supervisi lembaga dan akreditasi. Yang membedakan
antara kedua hal tersebut adalah pelaku dan waktu dilaksanakannya.
Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di dalam lembaga
yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara
terus menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim
dari luar hanya dalam waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu
meningkatkan kualitas lembaga baik parsial maupun keseluruhan.
Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau objek supervisi
akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan supervisi
akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi
lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda.
IV. ANALISISPendidika adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah
satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui
proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Potensi sumber
daya guru itu perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat
melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh
perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus
belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah sebabnya ulasan
mengenai supervisi pendidikan itu bertolak dari keyakinan dasar
bahwa guru adalah suatu profesi.Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah ditegaskan bahwa pada
jejang pendidikan menengah, selain kepengawasan, kepala sekolah
juga mendapat tugas sebagai supervisor yang diharapkan dapat setiap
kali berkunjung ke kelas dan mengamati kegiatan guru yang sedang
mengajar. Meskipun secara teoritik sudah ada pihak yang diharapkan
dapat melakukan supervisi terhadap guru, yaitu kepala sekolah dan
pengawas, namun dalam kenyataannya baik pengawas maupun kepala
sekolah belum dapat menjalankan kegiatan supervisi dengan baik,
bahkan semakin berkurang keaktifannya.Kegiatan pokok supervisi
adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan pada
guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat. Sebagai
dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat
pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti meningkatlah kualitas
lulusan sekolah itu. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada
keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan di sekolah, berarti bahwa supervisi tersebut sudah
sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu siswalah yang menjadi
pusat perhatian dari segala upaya pendidikan, berarti bahwa
supervisi sudah mengarah pada subjeknya yaitu siswa.Sebenarnya
makna supervisi adalah melihat bagian mana dari kegiatan di sekolah
yang masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, dan melihat
mana yang sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih
positif lagi, dan yang terpenting adalah upaya pembinaan.IV.
KESIMPULANDari pemaparan makalah di atas dapat kami simpulkan bahwa
konsep dasar supervisi pendidikan itu terdiri atas pengertian,
tujuan, prinsip, peranan, dan objek atau sasaran. Supervisi itu
sendiri adalah suatu proses bimbingan dari seorang kepala sekolah
kepada para guru dan pegawai yang langsung menangani belajar siswa
guna memperbaiki situasi belajar mengajar para siswa agar para
siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang
semakin meningkat. Tujuan dari supervisi pendidikan itu sendiri
adalah perbaikan proses belajar mengajar termasuk di dalamnya
adalah memperbaiki mutu mengajar guru juga membina profesi guru
dengan cara pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses
belajar mengajar dan keterampilan guru, selain itu memberikan
bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan
dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.
Prinsip supervisi pendidikan terdiri atas prinsip ilmiah,
demokratis, kerja sama, dan konstruktif kreatif. Peranan supervisi
pendidikan adalah memudahkan supervisor dalam mensupervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Kemudian sasaran
supervisi pendidikan ditujukan pada usaha memperbaiki situasi
belajar mengajar antara guru dan murid.
V. PENUTUPDemikian makalah ini kami paparkan dan kami merasa
bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharap kepada pembaca yang budiman untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
perbaikan makalah ini. Dan kami berharap semoga isi makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2004, Dasar-dasar Supervisi, Jakarta, PT.
Rineka Cipta.Mulyasa, E., 2006, Menjadi kepala sekolah Profesional,
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.Pidarta, Made, 1992, Pemikiran
Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara.Purwanto, M.
Ngalim, 2008, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya.Sahertian, Piet A., 1981, Prinsip dan Tehnik
Supervisi Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.______________,
2000, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidiksn, Jakarta, PT.
Rineka Cipta.Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, 1988,
Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara.
26 Maret 2010PENTINGNYA SUPERVISI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURUPENTINGNYA SUPERVISI PENDIDIKAN
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURUBAB II
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui
proses pembelajaran di sekolah.Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan
profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan
maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di
lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi
sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar
dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh
perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus
belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mobilitas masyarakat.[1]Masyarakat mempercayai,
mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas
muda dan membantu mengembangkan potensinya secara professional.
Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari
pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang
memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun mampu
mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal,
professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi
kebijakan pendidikan.Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu
keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran
institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu
pendidikan harus dimulai dari aspek guru dan tenaga kependidikan
lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun
kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.A.
Pengertian SupervisiKonsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball
Wiles (1967) sebagai berikut : Supervision is assistance in the
devolepment of a better teaching learning situation. Supervisi
adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique,
method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah
yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan
kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi,
inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter,
sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang
dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik
diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi
pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi),
bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam
perkataan itu ( semantik).1) EtimologiIstilah supervisi diambil
dalam perkataan bahasa Inggris Supervision artinya pengawasan di
bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut
supervisor.2) MorfologisSupervisi dapat dijelaskan menurut bentuk
perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas,
lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang
mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari
orang yang disupervisinya.3) SemantikPada hakekatnya isi yang
terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung
dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah
merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi
mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan
supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses
belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi
sebagai berikut : Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik . Dengan
demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal
(aspek) yang perlu diperhatikan :a. Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajarb. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajarKarena
aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian
harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu
guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan
profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).Atas dasar uraian
diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk
layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas
sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau
pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru
tersebut pula Pembinaan profesional guru yakni pembinaan yang lebih
diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
profesional guru.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan.
Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah,
guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi
diartikan pula pembinaan guru.[1]
A. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Guru dengan SupervisiDi
abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba
digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin
ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat
bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang
ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber
daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan
prasarana.[2]Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga
upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru
dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen
pendidikan yang professional.Ada dua metafora untuk menggambarkan
pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru
diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus
bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus.
Bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila
seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak
menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak
mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih
menyegarkan kepada peserta didik.Kedua, jabatan guru diumpamakan
dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah
lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang
berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru
yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi
guru maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari
bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu
keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah
sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi
terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar
suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi
guru apalagi bagi peserta didik.Peningkatan sumber daya guru bisa
dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun
instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru.
Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam
kehidupan masyarakat. Swearingen mengungkapkan latar belakang
perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan masyarakat
dengan latar belakang sebagai berikut :1. Latar Belakang
KulturalPendidikan berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak
dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar-mengajar harus
daingkat dari isi kebudayaan yang hidup di masyarakat itu. Sekolah
bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.2. Latar Belakang
FilosofisSuatu system pendidikan yang berhasil guna dan berdaya
guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai filosofis pandangan
hidup suatu bangsa.3. Latar Belakang PsikologisSecara psikologis
supervisi itu berakar mendalam pada pengalaman manusia. Tugas
supervisi ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan
sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.4. Latar
Belakang SosialSeorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya
harus mampu mengembangkan potensi kreativitas dari orang yang
dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk
berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber pada kondisi
masyarakat.5. Latar Belakang SosiologisSecara sosiologis perubahan
masyarakat punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas
menukar ide dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai
dalam masyarakat secara arif dan bijaksana.6. Latar Belakang
Pertumbuhan JabatanSupervisi bertugas memelihara, merawat dan
menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Diharapkan guru menjadi
semakin professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat
meningkatkan posisi tawar guru di masyarakat dan pemerintah, bahwa
guru punya peranan utama dalam pembentukan harkat dan martabat
manusia.Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di
lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola
pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang
konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan
relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek
yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus
dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif (Sahertian,
2000:20).Supandi (1986:252), menyatakan bahwa ada dua hal yang
mendasari pentingnya supervisi dalam proses pendidikan.1.
Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan.
Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun
fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan
penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan.
Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha
mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan
kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya
tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering
menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan
sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat
yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih
harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum
terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang
melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar
memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan
pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.2.
Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan
upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan
personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal.
Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang
bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, loka karya dan
sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung
jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama
dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan
ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain
sebagainya.Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang
wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan
kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena
proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Oleh karena kegiatan supervisi dipandang perlu
untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.Secara
umum ada 2 (dua) kegiatan yang termasuk dalam kategori supevisi
pengajaran, yakni:1. Supervsi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
kepada guru-guru.Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah
melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan
agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika
guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam
bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi
berlangsung, kepala sekolah menggunakan leembar observasi yang
sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG
terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran yang dibuat
guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran)
yang dilakukan guru.2. Supervisi yang dilakukan oleh Pengawas
Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan
kinerja.Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang
bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan dari
beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah Dasar.
Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan
supervisi untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya
administrasi sekolah, meliputi:a. Bidang Akademik, mencakup
kegiatan:1) menyusun program tahunan dan semester,2) mengatur
jadwal pelajaran,3) mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan
pembelajaran,4) menentukan norma kenaikan kelas,5) menentukan norma
penilaian,6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar,7) meningkatkan
perbaikan mengajar,mengatur kegiatan kelas apabila guru tidak
hadir, dan9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas.b. Bidang
Kesiswaan, mencakup kegiatan:1) mengatur pelaksanaan penerimaan
siswa baru berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru,2) mengelola
layanan bimbingan dan konseling,3) mencatat kehadiran dan
ketidakhadiran siswa, dan4) mengatur dan mengelola kegiatan
ekstrakurikuler.c. Bidang Personalia, mencakup kegiatan:1) mengatur
pembagian tugas guru,2) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan
mutasi guru,3) mengatur program kesejahteraan guru,4) mencatat
kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan5) mencatat masalah atau
keluhan-keluhan guru.d. Bidang Keuangan, mencakup kegiatan:1)
menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah,2) mencari sumber
dana untuk kegiatan sekolah,3) mengalokasikan dana untuk kegiatan
sekolah, dan4) mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.e. Bidang Sarana dan Prasarana, mencakup
kegiatan:1) penyediaan dan seleksi buku pegangan guru,2) layanan
perpustakaan dan laboratorium,3) penggunaan alat peraga,4)
kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah,5) keindahan dan
kebersihan kelas, dan6) perbaikan kelengkapan kelas.f. Bidang
Hubungan Masyarakat, mencakup kegiatan:1) kerjasama sekolah dengan
orangtua siswa,2) kerjasama sekolah dengan Komite Sekolah,3)
kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga terkait, dan4) kerjasama
sekolah dengan masyarakat sekitar (Depdiknas 1997).Sedangkan ketika
mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau pengawas juga terkait
dengan administrasi pembelajaran yang harus dikerjakan guru,
diantaranya :a. Penggunaan program semesterb. Penggunaan rencana
pembelajaranc. Penyusunan rencana hariand. Program dan pelaksanaan
evaluasie. Kumpulan soalf. Buku pekerjaan siswag. Buku daftar
nilaih. Buku analisis hasil evaluasii. Buku program perbaikan dan
pengayaanj. Buku program Bimbingan dan Konselingk. Buku pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler
A. Profesionalisme GuruProfesionalisme menjadi tuntutan dari
setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani
benda hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai
karakteristik yang masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai
guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan
anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi.Guru
yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional
dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan
oleh Ace Suryani menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur
dengan lima indikator, yaitu: pertama, kemampuan profesional
(professional capacity), sebagaimana terukur dari ijazah, jenjang
pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan. Kedua, upaya
profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari
kegiatan mengajar, pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang
dicurahkan untuk kegiatan profesional (teachers time), sebagaimana
terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya.
Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and
match), sebagaimana terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah
telah sesuai dengan spesialisasinya atau tidak, serta kelima,
tingkat kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari
upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang
rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja
sambilan, dan bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi
mengajarnya berubah menjadi sambilan.Guru yang profesional amat
berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru profesional
memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral,
keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan
yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki
keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan
masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana
studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan
mengembangkan kurikulum.[3]Dewasa ini banyak guru, dengan berbagai
alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga tidak
jarang yang mengingat terhadap tujuan pendidikan yang menjadi
kewajiban dan tugas pokok mereka. Seringkali kesejahteraan yang
kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru
untuk menyepelekan tugas utama yaitu mengajar sekaligus mendidik
siswa. Guru hanya sebagai penyampai materi yang berupa fakta-fakta
kering yang tidak bermakna karena guru menang belajar lebih dulu
semalam daripada siswanya. Terjadi ketidaksiapan dalam proses
Kegiatan Belajar Mengajar ketika guru tidak memahami tujuan umum
pendidikan. Bahkan ada yang mempunyai kebiasaan mengajar yang
kurang baik yaitu tiga perempat jam pelajaran untuk basa-basi bukan
apersepsi dan seperempat jam untuk mengajar. Suatu proporsi yang
sangat tidak relevan dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru
menganggap siswa hanya sebagai pendengar setia yang tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan
kemampuannya.Banyak kegiatan belajar mengajar yang tidak sesuai
dengan tujuan umum pendidikan yang menyangkut kebutuhan siswa dalam
belajar, keperluan masyarakat terhadap sekolah dan mata pelajaran
yang dipelajari. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang
pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi
luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah
dalam pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas
pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan.
Jarang pula yang secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat
perkembangan ilmu pengetahuan. Kebiasaan membeli buku menjadi suatu
kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa puas
mengajar dengan menggunakan LKS ( Lembar Kegiatan Siswa ) yang
berupa soal serta sedikit ringkasan materi.Dapat dilihat daftar
pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan umum,
jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi perpustakaan
secara rutin. Lebih banyak pengunjung yang berseragam sekolah
daripada berseragam PSH. Kita masih harus Khusnudhon bahwa dirumah
mereka berlangganan koran harian yang siap disantap setiap pagi.
Tetapi ada juga kekhawatiran bahwa yang lebih banyak dibaca adalah
berita-berita kriminal yang menempati peringkat pertama pemberitaan
di koran maupun televisi. Sedangkan berita-berita mengenai
pendidikan, penemuan-penemuan baru tidak menarik untuk dibaca dan
tidak menarik perhatian. Kebiasaan membaca saja sulit dilakukan
apalagi kebiasaan menulis menjadi lebih mustahil dilakukan. Ini
adalah realita dilapangan yang patut disesalkan.Sarana dan
prasarana penunjang pelajaran yang kurang memadai, terutama di
daerah terpencil. Tetapi hal ini tidak bisa dijadikan alasan bahwa
dengan sarana yang minimpun dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
agar mendaptkan hasil yang bagus. Terkadang kita juga harus memakai
prisip ekonomi yang ternyata dapat membawa kemajuan. Yang sering
dijumpai adalah sudah ada sarana tetapi tidak dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.Peta dunia hanya dipajang di depan kelas, globe atau
bola dunia dibiarkan berkarat tidak pernah tersentuh, buku-buku
pelajaran diperpustakaan dimakan rayap, alat-alat praktek di
laboratorium hanya tersimpan rapi di almari tidak pernah
dipergunakan. Media pengajaran yang sudah ada jangan dibiarkan
rusak atau berkarat gara-gara disimpan. Lebih baik rusak karena
digunakan untuk praktek siswa. Guru dituntut lebih kreatif dan
inovatif dalam pemakaian sarana dan media yang ada demi peningkatan
mutu pendidikan. Sekolah juga tidak harus bergantung pada bantuan
dari pemerintah mengingat kebutuhan masing-masing sekolah tidaklah
sama.Tingkat kesejahteraan guru yang kurang mengakibatkan banyak
guru yang malas untuk berprestasi karena disibukkan mencari
tambahan kebutuhan hidup yang semakin berat. Anggaran pendidikan
minimal 20 % harus dilaksanakan dan diperjuangkan unutk ditambah
karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup suatu bangsa.
Apabila tingkat kesejahteraan diperhatikan, konsentrasi guru dalam
mengajar akan lebih banyak tercurah untuk siswa.Penataran dan
pelatihan mutlak diperlukan demi meningkatkan pengetahuan, wawasan
dan kompetensi guru. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, tetapi hasilnya juga akan seimbang jika dilaksanakan
secara baik. Jika kegiatan penataran, pelatihan dan pembekalan
tidak dilakukan, guru tidak akan mampu mengembangkan diri, tidak
kreatif dan cenderung apa adanya. Kecenderungan ini ditambah dengan
tidak adanya rangsangan dari pemerintah atau pejabat terkait
terhadap profesi guru. Rangsangan itu dapat berupa penghargaan
terhadap guru-guru yang berprestasi atau guru yang inovatif dalam
proses belajar mengajar.Guru harus diberi keleluasaan dalam
menetapkan dengan tepat apa yang digagas, dipikirkan,
dipertimbangkan, direncanakan dan dilaksanakan dalam pengajaran
sehari-hari, karena di tangan gurulah keberhasilan belajar siswa
ditentukan, tidak oleh Bupati, Gubernur, Walikota, Pengawas, Kepala
Sekolah bahkan Presiden sekalipun.Mutlak dilakukan ketika awal
menjadi guru adalah memahami tujuan umum pendidikan, mamahami
karakter siswa dengan berbagai perbedaan yang melatar belakanginya.
Sangatlah penting untuk memahami bahwa siswa balajar dalam berbagai
cara yang berbeda, beberapa siswa merespon pelajaran dalam bentuk
logis, beberapa lagi belajar dengan melalui pemecahan masalah
(problem solving), beberapa senang belajar sendiri daripada
berkelompok.Cara belajar siswa yang berbeda-beda, memerlukan cara
pendekatan pembelajaran yang berbeda. Guru harus mempergunakan
berbagai pendekatan agar anak tidak cepat bosan. Kemampuan guru
untuk melakukan berbagai pendekatan dalam belajar perlu diasah dan
ditingkatkan. Jangan cepat merasa puas setelah mengajar, tetapi
lihat hasil yang didapat setelah mengajar. Sudahkah sesuai dengan
tujuan umum pendidikan. Perlu juga dipelajari penjabaran dari
kurikulum ang dipergunakan agar yang diajarkan ketika di kelas
tidak melencenga dari GBBP/kurikulum yang sudah ditentukan.Guru
juga perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang psikologi
pendidikan dalam menghadapai siswa yang berneka ragam. Karena tugas
guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai
pendidik yang akan membentuk jiwa dan kepribadian siswa. Maju dan
mundur sebuah bangsa tergantung pada keberhasilan guru dalam
mendidik siswanya.Pemerintah juga harus senantiasa memperhatikan
tingkat kesejahteraan guru, karena mutlak diperlukan kondisi yang
sejahtera agar dapat bekerja secara baik dan meningkatkan
profesionalisme. Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru
bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di negara-negara
maju. Seperti Amerika Serikat, isu tentang profesionalisme guru
ramai dibicarakan pada pertengahan tyahun 1980-an. Jurnal terkemuka
manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi Maret 1933
menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional.Menurut
Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut
memiliki lima hal, yakni:1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan
proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah
kepada kepentingan siswanya.2) Guru menguasai secara mendalam
bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya
kepada siswa. Bagi guru, hal ini meryupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan.3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam
perilaku siswa sampau tes hasil belajar.4) Guru mampu berpikir
sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna
mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah
dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu
mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada
proses belajar siswa.5) Guru seyogianya merupakan bagian dari
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan
organisasi profesi lainnya (Supriadi, 1999:98).Dalam konteks yang
aplikatif, kemampuan professional guru dapat diwujudkan dalam
penguasaan sepuluh kompetensi guru, yang meliputi:1) Menguasai
bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum,
b) menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.2) Mengelola
program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan
pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran
yang tepat, c) melaksanakan program belajar-mengajar, d) mengenal
kemampuan anak didik.3) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata
ruang kelas untuk pelajaran, b) menciptakan iklim belajar-mengajar
yang serasi.4) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal,
memilih dan menggunakan media, b) membuat alat bantu yang
sederhana, c) menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar-mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program
pengenalan lapangan.5) Menguasai landasan-landasan pendidikan.6)
Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar.7) Menilai prestasi
siswa untuk kepentingan pelajaran.Mengenal fungsi layanan bimbingan
dan konseling di sekolah, meliputi: a) mengenal fungsi dan layanan
program bimbingan dan konseling, b) menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling.9) Mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah.10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Suryasubrata
1997:4-5).
A. Konsep Mutu PendidikanProses pendidikan yang bermutu
ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam
sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem.
Menurut Townsend dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your
Childs Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses
pendidikan yang bermutu, yakni:1) keefektifan kepemimpinan kepala
sekolah2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,3)
proses belajar-mengajar yang efektif,4) pengembangan staf yang
terpogram,5) kurikulum yang relevan,6) memiliki visi dan misi yang
jelas,7) iklim sekolah yang kondusif,penilaian diri terhadap
kekuatan dan kelemahan,9) komunikasi efektif baik internal maupun
eksternal, dan10) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara
instrinsik.Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai
makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara
keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria
tertentu (Surya, 2002:12).Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2001:5).
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan
mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan
kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral
kerjanya.Berdasarkan konsep mutu pendidikan maka dpaat dipahami
bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan
faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan
faktor proses pendidikan..Input pendidikan merupakan hal yang
mutlak harus ada dalam batas batas tertentu tetapi tidak menjadi
jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school
resources are necessary but not sufficient condition to improve
student achievement).Selama tahun 2002 dunia pendidikan ditandai
dengan berbagai perubahan yang datang bertubi-tubi, serempak, dan
dengan frekuensi yang sangat tinggi. Belum tuntas sosialisasi
perubahan yang satu, datang perubahan yang lain. Beberapa inovasi
yang mendominasi panggung pendidikan selama tahun 2002 antara lain
adalah Pendidikan Berbasis Luas (PBL/BBE) dengan life skills-nya,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/CBC), Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS/SBM), Ujian Akhir Nasional (UAN) pengganti EBTANAS,
pembentukan dewan sekolah dan dewan pendidikan kabupaten/kota.
Setiap pembaruan tersebut memiliki kisah dan problematiknya
sendiri.Fenomena yang menarik adalah perubahan itu umumnya memiliki
sifat yang sama, yakni menggunakan kata berbasis (based). Bila
diamati lebih jauh, perubahan yang berbasis itu umumnya dari atas
ke bawah: dari pusat ke daerah, dari pengelolaan di tingkat atas
menuju sekolah, dari pemerintah ke masyarakat, dari sesuatu yang
sifatnya nasional menuju yang lokal. Istilah-istilah lain yang
populer dan memiliki nuansa yang sama dengan berbasis adalah
pemberdayaan (empowerment), akar rumput (grass-root), dari bawah ke
atas (bottom up), dan sejenisnya. Apa itu artinya?Simak saja
label-label perubahan yang dewasa ini berseliweran dalam dunia
pendidikan nasional (kadang-kadang dipahami secara beragam):
manajemen berbasis sekolah (school based management), peningkatan
mutu berbasis sekolah (school based quality improvement), kurikulum
berbasis kompetensi (competence based curriculum),
pengajaran/pelatihan berbasis kompetensi (competence based
teaching/training), pendidikan berbasis luas (broad based
education), pendidikan berbasis masyarakat (community based
education), evaluasi berbasis kelas (classroom based evaluation),
evaluasi berbasis siswa (student based evaluation) dikenal juga
dengan evaluasi portofolio, manajemen pendidikan berbasis lokal
(local based educational management), pembiayaan pendidikan
berbasis masyarakat (community based educational financing),
belajar berbasis internet (internet based learning), kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan entah apa lagi.Fullan &
Stiegerbauer (1991: 33) dalam The New Meaning of Educational Change
mencatat bahwa setiap tahun guru berurusan dengan sekitar 200.000
jenis urusan dengan karakteristik yang berbeda dan itu merupakan
sumber stres bagi mereka. Mungkin tak aneh bila dilaporkan banyak
guru mengalami stres dan jenuh.Supriadi (2002:17) mengatakan: orang
yang mendalami teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap
perubahan atau inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam
pendidikan, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar
sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan. Sejak awal, berbagai
kondisi perlu diperhitungkan, mulai substansi inovasi itu sendiri
sampai kondisi-kondisi lokal tempat inovasi itu akan
diimplementasikan. Intinya, suatu perubahan yang mendasar,
melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu
memerlukan waktu. Suatu inovasi mestinya jelas kriterianya, terukur
dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak
yang melaksanakannya.Langkah percepatan dapat saja dilakukan,
tetapi dengan risiko kegagalan yang besar akibat inovasi itu kurang
dihayati secara penuh oleh pelaksananya. Kami menilai bahwa banyak
inovasi pendidikan yang diluncurkan di Indonesia dewasa ini yang
melanggar prinsip-prinsip tersebut, di samping secara konseptual
cacat sejak lahir, serba tergesa-gesa, serba instan, targetnya
tidak realistik, didasari asumsi yang linier seakan-akan suatu
inovasi akan bergulir mulus begitu diluncurkan, dan secara implisit
dimuati obsesi demi menanamkan aset politik di masa depan.
I. KESIMPULANKebijakan pendidikan harus ditopang oleh pelaku
pendidikan yang berada di front terdepan yakni guru melalui
interaksinya dalam pendidikan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan
perlu dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada rencana
strategis. Keterlibatan seluruh komponen pendidikan (guru, Kepala
Sekolah, masyarakat, Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, dan
isntitusi) dalam perencanaan dan realisasi program pendidikan yang
diluncurkan sangat dibutuhkan dalam rangka mengefektifkan
pencapaian tujuan.Implementasi kemampuan professional guru mutlak
diperlukan sejalan diberlakukannya otonomi daerah, khsususnya
bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan terwujud
apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam
mengelola interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan
memiliki kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada
tataran makro.Salah satu upaya peningkatan profesional guru adalah
melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran
perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dalam
pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan pengawas menggunakan lembar
pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Untuk mensupervisi
guru digunakan lembar observasi yang berupa alat penilaian
kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi kinerja sekolah
dilakukan dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan, personalia,
keuangan, sarana dan prasarana, serta hubungan
masyarakat.Implementasi kemampuan professional guru mensyaratkan
guru agar mampu meningkatkan peran yang dimiliki, baik sebagai
informatory(pemberi informasi), organisator, motivator, director,
inisiator (pemrakarsa inisiatif), transmitter (penerus),
fasilitator, mediator, dan evaluator sehingga diharapkan mampu
mengembangkan kompetensinya.Mewujudkan kondisi ideal di mana
kemampuan professional guru dapat diimplementasikan sejalan
diberlakukannya otonomi daerah, bukan merupakan hal yang mudah. Hal
tersebut lantaran aktualisasi kemampuan guru tergantung pada
berbagai komponen system pendidikan yang saling berkolaborasi. Oleh
karena itu, keterkaitan berbagai komponen pendidikan sangat
menentukan implementasi kemampuan guru agar mampu mengelola
pembelajaran yang efektif, selaras dengan paradigma pembelajaran
yang direkomendasiklan Unesco, belajar mengetahui (learning to
know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be).
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi Kompetensi
Guru.(http://www.depdiknas.go.id.html).
Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of
Disinformation.(http://www.olam.asu.edu/epaa/v1n2.html).
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah
Dasar.Jakarta: Depdiknas.Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas.Fullan &
Stiegerbauer.1991. The New Meaning of Educational Change. Boston:
Houghton Mifflin Company.Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru
Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta: Kompas (16 Agustus
2002).Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal,
Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.Supandi. 1996. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas
Terbuka.Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Supriadi, Dedi. 2002. Laporan Akhir
Tahun Bidang Pendidikan & Kebudayaan. Artikel. Jakarta :
Kompas.Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan
Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor
Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.Surya, Mohamad. 2002. Peran
Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Seminar
Lokakarya Internasional. Semarang : IKIP PGRI.Suryasubrata.1997.
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.Wardani,
IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen
Dikti.Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Childs Scholl.
New York: A Plime Book.Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
26 Maret 2010PENTINGNYA SUPERVISI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURUPENTINGNYA SUPERVISI PENDIDIKAN
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURUBAB II
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui
proses pembelajaran di sekolah.Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan
profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan
maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di
lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi
sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar
dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh
perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus
belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mobilitas masyarakat.[1]Masyarakat mempercayai,
mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas
muda dan membantu mengembangkan potensinya secara professional.
Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari
pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari
pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang
memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun mampu
mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal,
professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi
kebijakan pendidikan.Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu
keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran
institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu
pendidikan harus dimulai dari aspek guru dan tenaga kependidikan
lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun
kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.A.
Pengertian SupervisiKonsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball
Wiles (1967) sebagai berikut : Supervision is assistance in the
devolepment of a better teaching learning situation. Supervisi
adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique,
method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah
yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan
kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut
mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi,
inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter,
sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang
dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik
diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi
pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi),
bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam
perkataan itu ( semantik).1) EtimologiIstilah supervisi diambil
dalam perkataan bahasa Inggris Supervision artinya pengawasan di
bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut
supervisor.2) MorfologisSupervisi dapat dijelaskan menurut bentuk
perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas,
lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang
mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari
orang yang disupervisinya.3) SemantikPada hakekatnya isi yang
terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung
dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah
merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi
mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan
supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses
belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi
sebagai berikut : Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik . Dengan
demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal
(aspek) yang perlu diperhatikan :a. Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajarb. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajarKarena
aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian
harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu
guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan
profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).Atas dasar uraian
diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk
layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas
sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau
pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru
tersebut pula Pembinaan profesional guru yakni pembinaan yang lebih
diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
profesional guru.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan.
Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah,
guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi
diartikan pula pembinaan guru.[1]
A. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Guru dengan SupervisiDi
abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba
digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin
ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat
bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang
ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber
daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan
prasarana.[2]Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga
upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru
dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen
pendidikan yang professional.Ada dua metafora untuk menggambarkan
pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru
diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus
bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus.
Bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila
seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak
menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak
mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih
menyegarkan kepada peserta didik.Kedua, jabatan guru diumpamakan
dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah
le