PENGARUH KOMBINASI TANAMAN CEMPAKA (Elmirillia ovalis Dandy), MAHONI (Swietenia macrophylla) DAN TANAMAN SEMUSIM TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DAN EROSI DI HULU DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TONDANO SULAWESI UTARA Oleh : Laode Asir, Harwiyaddin Kama, dan Jafaruddin Balai Penelitian Kehutanan Manado d/a : Jl. Adipura Raya Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Kota Manado E- mail : [email protected]/[email protected]RINGKASAN Daerah hulu Tangkapan Air Danau Tondano adalah daerah dataran tinggi yang pada umumnya merupakan lahan pertanian yang diolah secara intensif. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka luas lahan garapan memberikan pengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas hutan di daerah tersebut. Tingginya persentase lahan terbuka di daerah hulu akhir- akhir ini merupakan indikasi dari buruknya system usaha tani yang di lakukan oleh masyarakat yang berdampak langsung terhadap percepatan proses pendangkalan danau Tondano. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman yang dicobakan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy), mahoni (Swietenia macrophylla ), dipadukan dengan tanaman sayuran yaitu kembang kol (Brassica oleracea var botrytis ) dan bawang daun (Allium porum B l ) terhadap limpasan dan erosi degan penerapan teknik konservasi tanah dan air guna menyediakan data dan informasi teknik RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) untuk pengendalian erosi di DTA Danau Tondano . Alternatif teknik yang dipilih adalah teknologi yang mudah diterapkan oleh sumberdaya lokal yang ada. Teknik ini diharapkan mampu memperbaiki kondisi lahan sekaligus mampu memberikan kontribusi pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limpasan tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi terendah sebesar 0,083 ton/ha. Kata Kunci : daerah tangkapan air, erosi, konservasi tanah dan air 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KOMBINASI TANAMAN CEMPAKA (Elmirillia ovalis Dandy), MAHONI (Swietenia macrophylla) DAN TANAMAN SEMUSIM
TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DAN EROSI DI HULU DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TONDANO SULAWESI UTARA
Oleh :
Laode Asir, Harwiyaddin Kama, dan JafaruddinBalai Penelitian Kehutanan Manado
Daerah hulu Tangkapan Air Danau Tondano adalah daerah dataran tinggi yang pada umumnya merupakan lahan pertanian yang diolah secara intensif. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka luas lahan garapan memberikan pengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas hutan di daerah tersebut. Tingginya persentase lahan terbuka di daerah hulu akhir-akhir ini merupakan indikasi dari buruknya system usaha tani yang di lakukan oleh masyarakat yang berdampak langsung terhadap percepatan proses pendangkalan danau Tondano. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman yang dicobakan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy), mahoni (Swietenia macrophylla), dipadukan dengan tanaman sayuran yaitu kembang kol (Brassica oleracea var botrytis) dan bawang daun (Allium porum B l ) terhadap limpasan dan erosi degan penerapan teknik konservasi tanah dan air guna menyediakan data dan informasi teknik RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) untuk pengendalian erosi di DTA Danau Tondano . Alternatif teknik yang dipilih adalah teknologi yang mudah diterapkan oleh sumberdaya lokal yang ada. Teknik ini diharapkan mampu memperbaiki kondisi lahan sekaligus mampu memberikan kontribusi pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limpasan tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi terendah sebesar 0,083 ton/ha.
Kata Kunci : daerah tangkapan air, erosi, konservasi tanah dan air
I. PENDAHULUAN
Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah sebagai daerah tertentu yang
Dalam bentuk grafik rata-rata pertumbuhan tanaman cempaka dan mahoni
di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
12
Gambar 5. Rata-rata pertumbuhan cempaka dan mahoni di lokasi penelitian Rurukan, DTA Danau Tondano;
Secara umum dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan mahoni
maupun cempaka di lokasi penelitian mengalami beberapa hambatan antara
lain hama penyakit dan system perakaran yang terganggu akibat
pengolahan tanah yang intensif. Sistem pengolahan tanah di lokasi
13
penelitian (tanaman sayuran), dimana masyarakat petani pada umumnya
memindahkan bedeng sebagai bidang olah setiap kali musim tanam,
menyebabkan tanaman tahunan yang berada dalam areal tersebut menjadi
terganggu. Dengan demikian untuk jenis tanaman tahunan tidak cocok
untuk dikembangkan pada lokasi kebun-kebun masyarakat yang diolah
intensif.
4. Analisis Tanah
Secara umum tanah di lokasi penelitian mempunyai karakter fisika
yang cukup baik, ditandai dengan kedalaman solum tanah > 120 cm,
indikasi ini mencirikan sebagai lahan pertanian. Adapun rata-rata kedalamam
efektif hingga ± 110 cm, tekstur tanahnya halus dengan struktur tanah
gembur sampai granuler halus, konsistensinya dalam keadaan lembab
gembur, porositas tanahnya tinggi, permebilitas sedang dan erodibilitas
sedang.
Berdasarkan karakter fisika tanah tersebut di lokasi penelitian
memungkinkan tidak mudah tererosi karena memiliki porositas yang tinggi
sehingga air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan lebih mudah
terinfiltrasi ke dalam tanah dan mengurangi limpasan. Karakter fisika tanah
di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Karakter fisika tanah di lokasi penelitian
No. Karakter Fisika Nilai Harkat *)
1. Tekstur Liat berdebu Halus
2. Struktur Granular halus Halus
3. Porositas (%) 61,5 Tinggi
4. Permeabilitas (cm/jam) 5,8 Sedang
5. Erodibilitas 0,21 Sedang
Ket : *) = Berdasarkan kriteria tanah yang dikeluarkan PPT Bogor, 1983.
14
Hasil analisis kimia tanah di laboratorium menunjukkan bahwa secara
umum unsur yang terkait dengan tingkat kesuburan tanah di lokasi
penelitian masih rata-rata rendah hingga sedang (Table 5) :
15
Tabel 5. Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah di lokasi
penelitian
No Sifat TanahB 1 B 2 B 3
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 pH (H2O) 6 Agak Masam 6.5 Agak Masam 7 Agak Masam
2 N – Total (%) 0.19 Sangat Rendah
0.09 Sangat rendah
0.13 Sangat Ren-dah
3 P2O5 Tersedia (ppm)
2.003
Sangat Rendah
1.035 Sangat Rendah
3.065 Sangat Ren-dah
4 KTK (me/100 gr) 22.18
Sedang 20.51 Sedang 22.56 Sedang
5 C –Organik (%) 1.84 Rendah 1.56 Rendah 1.63 Rendah6 Ca (me/100 gr) 3.44 Rendah 4.70 Rendah 6.80 Sedang7 Mg (me/100 gr) 2.75 Tinggi 2.89 Tinggi 3.48 Tinggi8 Na (me/100 gr) 0.32 Rendah 0.32 Rendah 0.32 Rendah9 K (me/100 gr) 0.32 Sedang 0.35 Sedang 0.4 Sedang
*) Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)
Tabel 5 menunjukkan dari kandungan semua unsur penting seperti N
dan P masih sangat rendah, K sedang dan C-organik rendah rendah. pH
tanah di lokasi penelitian juga bervariasi dari 6,4 - 7. Pada umunya
perubahan pH tanah 6 – 7,5 mempunyai pengaruh langsung yang sangat
kecil baik pada akar tanaman atau mikroorganisme (Smith and Doran, 2000
dalam Winarso, 2005). Variasi nilai pH dilokasi penelitian juga merupakan
variasi nilai pH optimum untuk sebagian besar mikroorganisme tanah yaitu
antara 5 - 8 (Winarso, 2005).
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa parameter penunjang
tingkat kesuburan atau karakter kimia tanah masih perlu penambahan
(input) untuk meningkatkan kualitas kesuburan tanah. Salah satu cara yang
telah dilaksanakan yaitu dengan pemberian mulsa ke dalam tanah untuk
meningkatkan bahan organik tanah. Keuntungannya adalah bahwa mulsa
selain untuk meningkatkan bahan organik tanah, mulsa juga telah banyak
16
dibuktikan dapat menyebabkan perubahan sifat fisik tanah ke arah yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, mulsa juga dapat menurunkan
penguapan dan memperkecil fluktuasi temperatur tanah (Utomo dan
Guritno, 1985). Penambahan mulsa sebagai bahan organic tanah sangat
membantu pembentukan dan pemantapan struktur tanah. Di samping itu
untuk meningkatkan ketahanan tanah terhadap daya erosi, juga sangat
membantu pertumbuhan akar tanaman serta aktifitas fisiologis akar
tanaman.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan mulsa vertikal
pada sistem pertanian lahan kering di DTA Tondano yaitu : mengurangi erosi
pada dinding dan dasar saluran, hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa
vertikal dalam satu kali musim tanam mampu mengurangi erosi sebesar
47,49% (BPPTPDAS IBT, 2004). meningkatkan resapan air hujan (infilrasi),
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam satu kali musim tanam mampu
mengurangi aliran permukaan sebesar 65,9% (BPPTPDAS IBT, 2004).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan :
Hasil analisis menunjukkan bahwa limpasan permukaan yang tertinggi
pada masing-masing perlakuan yang dicobakan adalah pada perlakuan
teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha.
Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di
kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol (Brassica
oleracea var. botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl), cempaka
(Elmirillia ovalis Dandy) dan mahoni (Swietenia macrophylla)
menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi yang
tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan
yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah
17
bedengan yang dikombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman
kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi
terendah yaitu sebesar 0,083 ton/ha. Tanaman mahoni usia 4 tahun telah
mencapai tinggi rata-rata 7.95 m dengan diameter 6.08 cm, sedangkan
cempaka mencapai tinggi rata-rata 9,35 m dan pertambahan diameternya
5,57 cm. Dengan demikian pertumbuhan tinggi rata-rata pertahun
mahoni sebesar 0,66 m/th dengan diameter 0.51 cm/th dan untuk jenis
cempaka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahunnya sebesar 0.78 m/th
dengan diameter 0,46 cm/th. Hasil analisis laboratorium tanah diketahui
bahwa karakter kimia tanah masih perlu penambahan (input) untuk
meningkatkan kualitas kesuburan tanah, dengan demikian masih terus
diusahakan penambahan unsur-unsur yang dapat meningkatkan tingkat
kesuburan tanah.
B. Saran:
Pengamatan perlu terus dilakukan sampai tanaman tahunan berumur 5
tahun, untuk itu perlu upaya pemeliharaan intensif termasuk
pengendalian hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Direktorat Bina Hutan Kemasyarakatan. 2003. Pedoman Umum Pengembangan Social Forestry. Direktorat Bina Hutan Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan perhutanan Spsial. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hadinugroho, H.Y.S., Asir.LD., Ekowati, E., Salim., A.G., Narendra, B.H., Iskandar., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Mairi., K., Tayeb, A.K., Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2003. Teknologi Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2003. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan.
Hadinugroho, H.Y.S., Salim., A.G., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Tayeb, A.K.,
18
Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2004. Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2004. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan.
Junaidi, E., dan Bahri, A. 2006. Penggunaan Mulsa Vertikal dalam Konservasi Tanah Dan Air Di Daerah Tangkapan Danau Tondano. Seri Teknologi Konservasi Tanah dan Air. BPPTPDAS IBT. Makassar.
Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G., Sutedjo, M.M, 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Ratag Semuel. 2004. Tinjauan Perkembangan Forum Komunikasi Pengelolaan DAS Tondano. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pengelolaan Daerah Tangkapan Danau Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Manado (tidak diterbitkan).
Rismunandar. 1984. Tanah dan Seluk Beluknya. Sinar Baru. Bandung
Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta
Suripin. 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta
Utomo, W.H. 1994. Konservasi Tanah Di Indonesia. Suatu Rekaman dan Analisa. Rajawali. Jakarta.
Utomo, W.H. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Jakarta
19
Lampiran : 1
(Foto : Kama 2008)
(Foto : Kama 2008)
20
Plot Penelitian di DTA
Tondano (Foto
Tegakan Mahoni dan Cempaka di lokasi
penelitian DTA. Tondano
(Foto : Kama 2008)
(Foto : Kama 2008)
21
Saluran Pembuangan Airdi lokasi penelitian DTA.
Tondano
Penangkar Curah Hujandi lokasi penelitian DTA. Tondano
Tanaman mahoni dan cempaka umur 4 bulan
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian di DTA Tondano
22
708550
708550
708600
708600
147800 147800
147850 147850
LOKASI YANG DIPETAKAN
PETA LOKASI :
KEMIRINGAN LEREANG > 25 %
KEMIRINGAN LERANG12 - 25 %
PLOT PENELITIAN I
KETERANGAN :
SUMBER :1. PETA RUPA BUMI2. PENGUKURAN LANGSUNG3. SURVEY LAPANGAN
SKALA 1 : 500
U
PETA LOKASI PENELITIAN IIPENGEMBANGAN MODEL-MODEL RLKT
DENGAN PENDEKATAN SOCIAL FORESTRY DI DTA TONDANO
PETA LOKASI PENELITIAN IIPENGEMBANGAN MODEL-MODEL RLKT
DENGAN PENDEKATAN SOCIAL FORESTRYDI DTA TONDANO
U
SKALA 1 : 750
KETERANGAN :
KEMIRINGAN LERENG < 25 %
KEMIRINGAN LERENG > 45 %
KEMIRINGAN LERENG 25 - 45 %
BANGUNAN TERJUNAN
PLOT PENELITIAN 2
PLOT PENELITIAN 3
PETA SITUASI :
SUMBER PETA :1. PETA RUPA BUMI2. PENGUKURAN LANGSUNG3. HASIL SURVEY
LOKASI YANG DIPETAKAN
708450
708450
708500
708500
708550
708550
147350 147350
147400 147400
147450 147450
JalanSungai
Lokasi Penelitian
Legenda :
HutanPerkebunanSawahLadangPemukiman
PETA LOKASI PENELITIANSUB DAS RURUKAN DAS TONDANO
PROPINSI SULAWESI UTARAU
Skala 1 : 40.000
Sumber peta :- Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 Tahun 1991- Hasil Survei Lapang
Areal yang dipetakan
Peta Situasi :
708000
708000
711000
711000
714000
714000
1470
00
147000
1500
00
150000
Data Penulis : “Laode Asir”, lahir di Makassar pada tanggal 6 Juli 1958,
Lulus S1 Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia,
Tahun 2005 – 2007 mengambil Program Magister di Bidang
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Universitas Hasanuddin.
Sejak tahun 1978 s/d 1994 bekerja di Balai Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah. Tahun 1995 s/d 2006 bekerja
di Balai Teknologi Pengelolaan DAS IBT di Makassar. Tahun
2006 s/d sekarang bekerja di Balai Penelitian Kehutanan
Manado sebagai Peneliti Muda bidang Konservasi Tanah
dan Hidrologi pada Kelti Pelestarian Sumberdaya Hutan.