Anak berkebutuhan khusus (Heward)adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Yang termasuk kedalam ABK antara
lain:tunanetra,tunarungu,tunagrahita,tunadaksa,tunalaras,kesulitan
belajar,gangguan prilaku,anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalahanak
luar biasadananak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi
tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjaditulisan
Brailledan tunarungu berkomunikasi menggunakanbahasa
isyarat.Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah
Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan
batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis
layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan
khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan
Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk
jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.PP No. 17
Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik
berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b.
tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f.
tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j.
memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan
narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki
kelainan lain.Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan
khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada
semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan
melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan
pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal
133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan
khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang
pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.Integrasi antar jenjang
dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga
penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan
seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan,
maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan
pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari
TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan
pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala
sekolah.Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu
layanan adalah INTEGRASI ANTAR JENIS. Keuntungan bagi penyelenggara
(sekolah) dapat memberikan layanan yang tervokus sesuai kebutuhan
anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak,
anak menerima layanan sesuai kebutuhan yang sebenarnya karena
sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas dasar
kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB.Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang
menggunakan Integrasi antar jenjang (satu atap) bahkan digabung
juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya didasarkan pada
effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena
dalam prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar
di SMPLB dan SMALB. Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama
antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara kualitas materi
pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena
tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.Adapun bentuk
satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di
Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk
tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk
cacat ganda.Seharusnya Pemerintah dapat memberikan perlakuan yang
sama kepada Anak Indonesia tanpa diskriminasi, kalau bisa
mendirikan SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri untuk anak bukan ABK,
maka juga harus berani mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan
SMALB Negeri bagi ABK. Hingga Juni tahun 2013 di Provinsi Jawa
Tengah dan DIY baru Pemerintah Kabupaten Cilacap yang berani
mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri
masing-masing berdiri sendiri sebagai satuan pendidikan
formal.Daftar isi[sembunyikan] 1Tunanetra 2Tunarungu 3Tunagrahita
4Tunadaksa 5Tunalaras 6Kesulitan belajarTunanetra[sunting|sunting
sumber]Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan
yaitu:buta total(Blind) danlow vision. Definisi Tunanetra
menurutKaufman & Hallahanadalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah
dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra
peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra
adalah media yang digunakan harus bersifattaktualdanbersuara,
contohnya adalah penggunaantulisan braille, gambar timbul, benda
model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalahtape
recorderdan peranti lunakJAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenaiOrientasi
dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakantongkat putih(tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium)Tunarungu[sunting|sunting sumber]Tunarungu adalah
individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah:1. Gangguan pendengaran sangat
ringan(27-40dB),2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),3. Gangguan
pendengaran sedang(56-70dB),4. Gangguan pendengaran
berat(71-90dB),5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas
91dB).Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
disebuttunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakanbahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap
negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkankomunikasi
totalyaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung
kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang
abstrak.Tunagrahita[sunting|sunting sumber]Tunagrahita adalah
individu yang memilikiintelegensiyang signifikan berada dibawah
rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalammasa perkembangan. klasifikasi tunagrahita
berdasarkan pada tingkatanIQ.1. Tunagrahita ringan (IQ: 51-70),2.
Tunagrahita sedang (IQ: 36-51),3. Tunagrahita berat (IQ: 20-35),4.
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuanbina
diridansosialisasi.Tunadaksa[sunting|sunting sumber]Tunadaksa
adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainanneuro-muskulardan struktur tulang yang bersifat bawaan,
sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral
palsy,amputasi,polio, danlumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa
adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan
aktivitasfisiktetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.Tunalaras[sunting|sunting sumber]Tunalaras adalah individu
yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku
disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan
faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.Kesulitan
belajar[sunting|sunting sumber]Adalah individu yang memiliki
gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis
yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,berhitung,
berbicara yang disebabkan karenagangguan persepsi,brain
injury,disfungsi minimal otak,dislexia, danafasiaperkembangan.
individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas
rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan
koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan
keterlambatan perkembangan konsep.
1. ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu :
Dra. Nadlifah, M.Pd Disusun Oleh : Ali Murfi 11470082 Jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran
2012/2013 2. BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Anak-anak
berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka
dari anak- anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut
pemahaman terhadap jhakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman
anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya
mengenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun
apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai
hakikat anak berkebutuhan khusus,maka mereka akan dapat memenuhi
kebutuhan anak yang sesuai. Membicarakan anak-anak berkebutuhan
khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan.
Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik. Kita
ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada
tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai
derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan
mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus
dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung
memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak
didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum
tentu dipahami semua guru di sekolah. Oleh karena itu dalam makalah
ini, penulis ingin membahas tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
melalui pendekatan institusional.B. Rumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan masalah dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini
akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan. 1. Apa
pengertian dan konsep anak berkebutuhan khusus? 2. Apa saja
klasifikasi dan model layanan bagi anak berkebutuhan khusus ? 3.
Apa factor yang dapat mempengaruhi anak sehingga menjadi
berkebutuhan khusus ? 1 3. BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Anak
Berkebutuhan Khusus Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak
berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan
merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah
digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah
lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak
berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah
yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel,
sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.1 Anak
berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang
memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan masing-masing anak secara individual.2 Sejalan dengan
perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk
anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus.
Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi
cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang
pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah
luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental,
emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada
kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.B.
Konsep Anak Berkebutuhan Khusus Istilah anak berkebutuhan khusus
memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan
kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak
memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang
berbeda- beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan
memilki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda pula,
sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan
yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan
masing-masing anak. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan
sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan
dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara
individual. 1 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.2 2 Zaenal Alimin, Jurnal
Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi
Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya
Terhadap Layanan Pendidikan, (Vol.3 No 1), Hal. 1 2 4. Cakupan
konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi
duakelompok besar yaitu anank berkebutuhan khusus yang bersifat
sementara (temporer)dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat
menetap (permanent).31. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara
(temporer) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara
(temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan disebabkan factor-faktor eksternal. Misalnya anak yang
mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga
anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu
bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh
intervensi yang tepat bolehjadi akan menjadi permanent. Anak
seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetpai
anak ini tidak perlu dilyani diselah khusus. Di sekolah biasa
banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang
bersifattemporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan
yang disesuaikan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus.2. Anak
berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen) Anak
berkebutuhan khusu yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat
internal dan akibat langsusng dari kondisi kecacatan, yaitu seperti
anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan
perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik),
gangguan interaksi-komunikasi, gangguan emosi, social dan tingkah
laku. Dengan kata laian anak berlebutuhan khusu yang bersifat
permanen sama artinya denagn anak penyandang kecacatan. Istilah
anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain
dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus
mencakup spectrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus
temporer dan anak berkebutuhan khusus permanent (penyandang cacat).
Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu
harus diikuti ungkapan termasuk penyandang cacat. Jadi anak
penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah
lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas,
berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusu yang hanya
menyangkut anak penyandang cacat. 3 Ibid, Hal. 2 3 5. C.
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Membicarakan anak-anak
berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat
kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik.4
Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada
tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai
derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan
mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus
dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung
memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak
didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum
tentu dipahami semua guru di sekolah. 1. Kelainan Mental a. Mental
Tinggi Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana
selain memilki kemampuan memiliki kemampuan intelektual di atas
rata-rata normal yang signifikan juga memilki kreativitas dan
tanggung jawab terhadap tugas. b. Mental Rendah Kemampuan mental
rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rata-rata dapat
menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu
anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ
di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. c.
Berkesulitan Belajar Spesifik Berkesulitan belajar berkaitan dengan
prestasi belajar (achievement) yang diperoleh siswa. Anak
berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas
intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah
pada bidang akademik tertentu. 2. Kelainan Fisik a. Kelainan Tubuh
(Tunadaksa) Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi
dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang dikarenakan
polio, dan gangguan pada 4 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran;
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.1 4
Melamun, tidak ada perhatian dan menarik diri. 5 Reaksi yang tidak
sesuai Pemahaman yang lemah Dependen pada orang lain Kecemasan
terhadap prestasi di sekolah Menyalahkan orang lain Tidak
menghargai menentang Tidak sabaran terlalu cepat beraksi Mengganggu
di kelas 6. fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan otak
(cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi).
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra) Seseorang yang sudah
tidak mampu menfungsikan indera penglihatanya untuk keperluan
pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa.
Kelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan
low vision. c. Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu) Kelainan
pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk
menfungsikan pendengaranya untuk interaksi dan sosialisasi dengan
lingkungan termasuk pemdidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran
dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang
dengar (hard of hearing). d. Kelainan Wicara Seseorang yang
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa
verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.
Kelainan wicara ini dapat bersifat fungsional dimana mungkin
disebbkan karena ketunarunguan, dan organic memang disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ wicara maupun adanya gangguan pada
organ motoris yang berkaitan dengan wicara.3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat
dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu, adapun
klasifikasi gangguan emosi meliputi : a. Gangguan Perilaku Berbuat
tanpa dipikir akibatnya.D. Faktor-Faktor Timbulnya Kebutuhan Khusus
Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab
musabab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1)
Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor eksternal dari
lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal
(kombinasi).5 1. Factor Internal Faktor internal adalah kondisi
yang dimilki oleh anak yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang
anak memiliki kebutuhan khusus dalam belajar karena ia tidak bisa
melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk
bergerak. Keadaan seperti itu berada pada diri anak yang
bersangkutan secara internal. Dengan kata lain hambatan yang
dialami berada dlam diri anak yang bersangkutan. 2. Factor
Eksternal Factor eksternal adalah sesuatu yang berada diluar diri
anak mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan
hambatan belajar, sehingga mereka memiliki kebutuhan layanan khusus
dalam pendidikan. Sebagai contoh seorang 5 Zaenal Alimin, Jurnal
Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi
Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya
Terhadap Layanan Pendidikan. (Vol.3 No 1), Hal. 10 6 Canggung
Aktivitas motorik yang tinggi Hiperaktivitas Ketidakmampuan untuk
member perhatian yang cukup lama. Perilaku tidak bisa diam Sering
tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah. c.
Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity
Disorder) Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara.
Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas
permainan. Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau
sering membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas
yang lain. 7. b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit
Disorder) Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling
sedikit 6 bulan, ketidakmapuan untuk beradaptasi, dan tingkat
perkembanganya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut
adalah : 8. anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam
jangka panjang mengakibatkan anak tersebut kehilangan konsentrasi,
menarik diri dan ketakuatan. Akibatnya anak tidak dapat belajar. 3.
Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal Kombinasi antara factor
internal dengan factor eksternal dapat menyebabkan terjadinya
kebutuhan khusus pada seorang anak. Kebutuhan khusus yang
disebabkan oleh factor internal sekaligus eksternal sekaligus
diperkirakan akan anak akan memiliki kebutuhan khusus yang lebih
kompleks. Sebagai contoh seorang anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas dan dimiliki secara
internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua orang tuanya
tidak menerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan yang
diberikan kepada anak yang bersangkutan. Anak yang seperti ini
memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat
perlakuan orang tua yang tidak tepat.E. Model Layanan Pendidikan
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Hallahan dan Kauffman (1991)
yang dikutip oleh Purwanto 6, bentuk penyelenggaraan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu : a.
Regular class only (Kelas biasa dengan guru biasa) b. Regular class
with consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB) c.
Itinerant teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung) d. Resource
teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun
dalam beberapa kesempatan anak berada pada ruang sumber dengan guru
sumber) e. Pusat Diagnostik-Prescriptif f. Hospital or homebound
Instruction (Pendidikan di rumah ataudi rumah sakit,yakni kondisi
anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa) g.
Self-contained class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru
PLB) h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa asrama) i.
Residential school (Sekolah luar biasa berasrama) 6 Heri Purwanto,
Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI
Bandung), Hal.8 7 9. Samuel A. Kirk (1986) yang dikutip oleh
Purwanto 7, membuat gradasilayanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus bergradasi dari model segregasi kemodel
mainstreaming seperti tersebut di bawah ini : Berdasarkan kedua
pendapat tersebut diatas, bentuk-bentuk layananpendidikan bagi anak
berkebutuhan khususdapat dikelompokkan menjadi 2 kelompokbesar,
yaitu :a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi Bentuk layanan
pendidikan segregasi adalah system pendidikan yang terpisah dari
system pendidikan anak formal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus
melalui system segregasi maksudnya adalah penyelenggaraaan
pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari
penyelenggaraaan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain
anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga
pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Ada empat bentuk
penyelenggaraan pendidikan denagn system segregasi, yaitu : 1)
Sekolah Luar Biasa (SLB) 2) Sekolah Luar Berasrama 3) Kelas
Jauh/Kelas Kunjung 7 Ibid Hal.9 8 10. 4) Sekolah Dasar Luar Biasab.
Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi Bentuk layanan
pendidikan terpadu/integrasi adalah system pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan
demikian, melalui system integrasi anak berkebutuhan khusus bersama
dengan anak normal belajar dalam satu tahap. System pendidikan
integrasi disebut juga system pendidikan terpadu, yaitu system
pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana
keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat
menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Pada system keterpaduan secara penuh dan sebagian jumlah anak
berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah
siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak
berebutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing
Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru
kelas, kepala sekolah, atau anak berkebutuhan, atau anak
berkebutuhan khusus iyu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi
sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada
kelas khusus. Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986)
yang dikutip oleh Purwanto8. Ketiga bentuk tersebut adalah 1)
Bentuk Kelas Biasa 2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus 3)
Bentuk Kelas Khusus 8 Ibid 12-14 9 11. BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan untuk menjawab rumusan masalah dapat
ditarikkesimpulan, bahwa Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang
digunakan untukmenyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami
kelainan dalam konteks pendidikan. Adaperbedaan yang signifikan
pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasaatau
berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan
anak untukmencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara
optimal, sedang pada luarbiasa atau berkelainan adalah kondisi atau
keadaan anak yang memerlukan perlakuankhusus. Pengelompokkan anak
berkebutuhan khusus hanya diperlukan untuk kebutuhanpenanganan anak
secara klasikal, sedangkan untuk kepentingan yang bersifat sosial
anakberkebutuhan khusus tidak perlu dikelompokkan. Anak berkebuthan
khusus dapatdikelompokkan menjadi Kelainan Mental (Mental Tinggi,
Mental Rendah, BerkesulitanBelajar Spesifik). Kelainan Fisik
(Kelainan Tubuh, Kelainan Indera Penglihatan, KelainanIndera
Pendengaran, Kelainan Wicara). Kelainan Emosi (Gangguan Perilaku,
GangguanKonsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), Anak
Hiperactive (ADHD/Attention Deficitwith Hiperactivity Disorder).
Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
dapatdikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : bentuk layanan
pendidikan segregasi danbentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi
Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab
musabab timbulnyakebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1)
Faktor internal pada diri anak. (2) Faktoreksternal dari lingkunan,
dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi).
10 12. DAFTAR PUSTAKAPurwanto, Heri. Modul Pembelajaran: Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.Alimin, Zaenal. Jurnal
Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus: Reorientasi
Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya
Terhadap Layanan Pendidikan. Vol 3 No 1. Bandung: UPIAqila Smart,
Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran &
Terapai untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati 11
1. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau
Attention Deficit Hiperactive Disordersebenarnya sudah dikenal lama
oleh masyarakat, tetapi dengan istilah yang berbeda.
Sejarahgangguan ADHD telah mendapatkan berbagai label, mencerminkan
berbagai pandangan tentangpenyebab (etiologi)nya.Menurut De Clerq
(dalam Mulyono, 2003:10)Berdasarkan terminologinya, dibagi menjadi
2kelompok. Pertama dengan istilah Minimal Brain Damage dan Minimal
Brain Disfunction,mencerminkan gagasan mengenai asumsi tentang
penyebab gangguan, dan kedua, denganterminology seperti
Hyperkinetic Reactions of Childhood ,Hyperkinetic Child Syndrome,
danAttention Deficit Hyperactifity DisorderAda beberapa sejarah
perkembangan munculnya ADHD, antara lain:1. Pada tahun 1930 sampai
1960, gangguan ini dikenal oleh masyarakat dengan istilah Minimal
BrainDamage . Istilah ini mengacu pada kerusakan otak.
Penjelasannya, beberapa anak dengan masalahhiperaktivitas,
perhatian, dan konsentrasi menunjukkan luka otak yang jelas (EEG),
sementara anak-anak lain dengan masalah yang sama tidak menunjukkan
luka otak. Hal ini disebabkan oleh kecilnyakerusakan pada otak,
sehingga tidak terdeteksi oleh EGG (Electro Encepalo Grafi).
Diasumsikanbahwa kelompok ini, kerusakan disebabkan oleh kesulitan
selama kelahiran (hypoxia), tyrauma, atauinfeksi virus pada
hari-hari pertama bayi setelah lahir.2. Pada tahun 1960, istilah
Minimal Brain Damage diganti dengan Minimal Brain Dysfunctionkarena
kerusakan tidak bisa ditemukan pada setiap kasus. Istilah ini
mengacu pada gangguanfungsi (dysfunction). Hal ini disebabkan tidak
berfungsinya bagian-bagian tertentu pada otakKetidakseimbangan
antara hambatan (inhibition) dan kemudahan (facilitation) yang
diakibatkan olehkekurangan neurotransmitter.3. Pada tahun 1960
sampai 1969, perhatian terhadap gangguan ini lebih ditekankan
padahiperaktifitas, dan istilah yang resmi adalah yang dicantumkan
dalam DSM-II, yaitu HyperkineticReaction of Childhood Syndrome.4.
Sejak tahun 1970, perhatian lebih ditekankan dan impulsivitas
sehingga dalam DSM-III (1980)disebut sebagai Attention Deficit
Disorder, dengan atau tanpa hiperaktivitas (ADD/+H; ADD-H).Bila
diperhatikan, terjadi adanya evolusi berfikir mengenai gangguan
dari kerusakan organis(damage), lewat gangguan fungsional
(dysfunction), ke cognitive deficit. Istilah tersebut
mulaiditinggalkan setelah perhatian para ahli ditekankan pada
gangguan motivasi dan penguatan dalamtingkah laku. Selain itu, hal
ini masih didukung oleh adanya kenyataan bahwa Attention
DeficitDisorder selalu diikuti oleh adanya hiperaktivitas. Oleh
karena itu, dalam DSM-III-R (1987)gangguan tersebut dimuat sebagai
gangguan kategori tersendiri, yaitu Attention Deficit Hiperactive
2. Disorder. Sedangkan ADD-H termasuk kategori yang lain yang
disebut dengan UndifferetiatedAttention Deficit Disorder. ADHD
tidak mungkin disebabkan oleh satu faktor saja,
mengingatkompleksitasnya gangguan, melainkan oleh interaksi banyak
faktor.2. Pengertian ADHD ( Attention Deficit Hiperactive
Disorder)Pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi
beberapa klasifikasi. Kelompok yang palingberat adalah over
eksklusif dimana seorang anak hanya berfokus pada sesuatu yang
menarik perhatiantanpa memperdulikan hal lain secara ekstrim.
Kelompok dengan derajat ringan dan derajat sedangterjadi fokus
perhatian anak mudah teralihkan. Hal ini dinamakan kesulitan
perhatianSebelum menjelaskan pengertian ADHD dari beberapa tokoh,
ADHD terdiri dari 3 kata. Yaituattention yang berarti perhatian,
deficit yang berarti pemusatan, hiperactive yang berarti
perilakuberlebihan, serta disorder yang berarti gangguan.
Berdasarkan empat kata tersebut ADHD dapatdiartikan suatu bentuk
gangguan pemusatan perhatian yang disertai dengan perilaku yang
berlebihan.Berdasarkan klasifikasi tersebut ADHD adalah suatu
peningkatan aktivitas motorik hingga padatingkatan tertentu yang
menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada 2
tempat dansuasana berbeda. Aktivitas yang tidak lazim dan cenderung
berlebihan yang ditandai dengangangguan perasaan gelisah, selalu
menggerak-gerakkan jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat
dudukdengan tenang.(www.putera kembara.com, diakses:30 Juli
2006)Menurut Mirna (2004:65) ADHD merupakan suatu kelainan yang
unik dicirikan dengan sangathiperaktif, impulsive dan anak tidak
mampu bergaul (bersosialisasi) dengan baik. Menurut Greene(2005:86)
ADHD merupakan suatu gangguan dalam memfokuskan perhatian,
mengontrol tubuh danmenunjukkan aktivitas yang kronis, fenetis dan
seringkali tanpa tujuan. Menurut Martaniah(2001:76) ADHD adalah
suatu gangguan yang mengandung dua komponen yaitu: tidak
mempunyaiperhatian, tidak dapat mengikuti perintah yang disertai
hiperaktivitas dan impulsivitas. ADHDdidefinisikan sebagai anak
yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat
menerimaimpuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan
yang tidak terkontrol dan menjadilebih hiperaktif (www.children
family clinic.com, diakses:30 Juli 2006 ) Menurut Baihaqi
danSugiarmin (2006: 2) ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang
memeperlihatkan simtom-simtomkurang konsentrasi, hiperaktif, dan
impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagianbesar
aktivitas hidup mereka.3. Penyebab Gangguan ADHDPenyebab pasti dan
patologi ADHD masih belum terungkap secara jelas. Seperti halnya
gangguanautis, ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat
multifaktorial. Banyak faktor yang dianggapsebagai penyebab
gangguan ini,diantaranya: 3. a. Faktor genetikFaktor genetik
memegang peranan terbesar terjadinya gangguan perilaku ADHD.
Beberapapenelitian yang dilakukan ditemukan bahwa hiperaktifitas
yang terjadi pada seorang anak selaludisertai adanya riwayat
gangguan yang sama dalam keluarga setidaknya satu orang dalam
keluargadekat.(www.puterakembara.com, diakses 30 Juli 2006) Menurut
Greene (2005: 89) berdasarkan risetdi Amerika menunjukkan bahwa
kira-kira 30 % dari seluruh anak yang menderita ADHD palingtidak
salah satu orang tuanya menderita ADHD. Menurut Fanu (2002: 209)
perbedaan-perbedaanpada fungsi dan kimiawi otak seperti ini
kemungkinan besar disebabkan oleh faktor keturunan karenaia dapat
diwariskan secara genetik.b. Faktor perkembangan janinKetika
memasuki masa kehamilan sang ibu pernah mengalami masalah dalam
kandungannya. Danmemasuki masa kelahiran terjadi gangguan pada
proses persalinan. Penggunaan forceps dan obatsecara berlebihan
dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.c. Penggunaan alkohol
oleh ibu selama masa kehamilanZat-zat yang terkandung dalam alkohol
terutama bahan kimiawi dapat menyebabkan bayi mengalamigangguan
yang mengindikasikan terjadinya gangguan hiperaktivitas.d.
Keracunan dan kontaminasi lingkunganPolusi udara dengan kandungan
timbal yang tinggi dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.e.
Alergi makananBeberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD
mengalami alergi terhadap makanan, teorifeingold menduga bahwa
salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku anak,
sertateori bahwa gula merupakan subtansi yang merangsang
hiperaktifitas pada anak.(www.puterakembara.com,diakses 30 Juli
2006)f. Lingkungan fisik dan pola pengasuhan anak oleh orang
tua.Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orang tua
sering terjadinya pertengkaran, perangtanggung jawab orang tua
buruk dapat membuat anak menjadi terabaikan. Begitu juga dengan
polaasuh lingkungan yang tidak disiplin dan tidak teratur,
perbedaan perhatian dan kasih sayang dalamkeluarga, dan
lain-lain.g. Aktivitas otak yang berlebihanPenelitian
neuropsikologi menunjukkan kortek frontal dan dan sirkuit yang
menghubungkan fungsieksekutif bangsal ganglia. Dopaminergic dan
noradrenergik neurotransmission merupakan targetutama dalam
pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak
tanpa disertaiperubahan struktur dan anatomis yang jelas.
Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan 4. stimulus atau
justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan
penyimpangan yangsignifikan dalam perkembangan hubungan anak dan
orang tua serta lingkungan sekitar. Padapemeriksaan radiologis otak
PET (position emission tomography) didapatkan gambaran bahwa
padaanak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih
dominan didapatkan aktifitas otakyang berlebihan dibandingkan anak
yang normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkanperbedaan
yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.4.
Diagnosis dan Gejala ADHDDiagnosis hiperaktifitas tidak dapat
dibuat hanya berdasarkan informasi sepihak dari orang
tua,setidaknya informasi dari sekolah. Pada penderita harus
dilakukan pemeriksaan yangmempertimbangkan situasi dan kondisi saat
pemeriksaan dan kemungkinan hal yang lain yangmungkin menjadi
pemicu hiperaktifitas. Ini berarti pemeriksan klinis haruslah
dilakukan dengansangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan
yang jelas antara jenis pemeriksaan yangdilakukan dengan proses
terjadinya hiperaktifitas.Ada beberapa langkah untuk membuat
diagnosa, antara lain:a. Langkah pertama : Mengenali
gejala-gejalanyaAda dua daftar gejala: pertama, untuk problem yang
berhubungan dengan perhatian dan kedua, untukhiperaktivitas dan
sikap semaunya sendiri (impulsiveness). Bila ada enam atau lebih
gejala-gejalatersebut dari salah satu dua daftar itu, dan bila
gejala-gejala ini sering tampak dan terus bertahanselama paling
tidak enam bulan, maka dapat dicurigai menderita ADHD.b. Langkah
kedua: Menentukan kapan gejala-gejala tersebut pertama munculBila
gejala-gejala tersebut muncul sebelum anak berusia 7 tahun, maka
ADHD mungkin terjadi.c. Langkah ketiga: Menentukan dimana
gejala-gejala tersebut terjadiApakah perilaku anak menjadi masalah
hanya ketika ia berada di sekolah atau apakah juga menjadimasalah
saat berada di rumah? Bila anak mempunyai problem perilaku dalam
dua tempat atau lebih,maka ADHD mungkin terjadi.d. Langkah keempat
: Menilai tingkat keparahan gejala-gejala tersebutApakah perilaku
anak semata-mata hanya menganggu, ataukah menyebabkan problem yang
nyatabagi anak ketika di sekolah atau dalam situasi sosial? Sebelum
membuat diagnosa atas ADHD,membutuhkan bukti yang jelas bahwa ADHD
benar-benar menghalangi kemampuan anak untukmelakukan fungsinya di
sekolah atau di rumah.e. Langkah kelima : Kesampingkan diagnosa
yang mungkin lainnya.Hal yang penting adalah memastikan bahwa
problem perilaku tersebut bukan akibat problem ataukelainan lain,
seperti keterlambatan perkembangan global atau problem-problem
psikiatrik. 5. Untuk mendiagnosis ADHD menggunakan kriteria DSM IV
yang digunakan, harus terdapat 3 gejala:hiperaktif, masalah
perhatian, dan masalah konduksi.(wwwsekolah Indonesia.com,diakses :
30 Juli2006)1. In attentiona. Sering gagal dalam memberi perhatian
secara erat secara jelas atau membuat kesalahan yang
tidakterkontrol dalam : sekolah, bekerja dan aktifitas lainnya.b.
Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian dan konsentrasi dalam
menerima tugas atauaktifitas bermain.c. Sering kelihatan tidak
mendengarkan ketika berbicara secara langsung.d. Kesulitan mengatur
tugas dan kegiatan.e. Menghindar atau tidak senang atau enggan
mengerjakan tugas yang membutuhkan usaha(pekerjaan sekolah /
pekerjaan rumah).f. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk
tugas atau kegiatan.g. Sering mudah mengalihkan perhatian
rangsangan dari luar yang tidak berkaitan.h. Sering melupakan tugas
dan kegiatan sehari-hari2. Hiperaktifitasa. Sering merasa gelisah
tampak pada tangan, kaki dan menggeliat pada tempat duduk.b. Sering
meninggalkan tempat duduk dalam kelasc. Sering berlari dari sesuatu
atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
seharusnyad. Kesulitan bermaine. Sering berperilaku seperti
mengendarai mesinf. Sering berbicara berlebihan.3. Impulsifa.
Mengeluarkan perkataan tanpa berfikir.b. Sulit menunggu giliran
atau antrian.c. Sering memaksa atau menyela pada orang lain.d.
Sering mengacungkan jari dalam kelas.Menurut Saputro (2001:13) ada
beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, urutanpemeriksaan
tersebut adalah sebagai berikut:a.) Rujukan datang dari sekolah
atau keluargab.) Penilaian / observasi perilaku anak berdasarkan
kuesioner untuk orangtua/guru 6. c.) Dirujuk kepada dokter atau
psikiater/psikiater anak atau dokter spesialis anak untuk
dilakuaknpemeriksaan seperti berikut ini:pemeriksaan fisik,
wawancara riwayat penyakit, pemeriksaaninteligensi, kesulitan
belajar dan sindrom otak organik, pemeriksaan psikometrik/kognitif
perceptual,evaluasi situasi rumah untuk melihat ada atau tidaknya
pengaruh faktor lingkungan.5. Terapi Anak ADHDMenurut Taylor,
Osman, Nanik dan Fieldman (dalam Mulyono, 2003:30) tindakan
penanganan(terapi) yang efektif yang dapat dilakukan untuk membantu
mengatasi problem-problem ADHDialah:a. Terapi Modifikasi
PerilakuSecara umum, terapi modifikasi perilaku dapat diartikan
sebagai hampir segala tindakan yangbertujuan untuk membentuk
perilaku yang diharapkan.Pemberian reward (hadiah) atau sangsi
tegas secara terencana, baik dirumah maupun disekolah,dapat
digunakan untuk membentuk perilaku yang diharapkan. Metode terapi
modifikasi perilaku,sebagai berikut:1. Pencegahan (preventif):a.
Sediakan lingkungan yang sehatBanyak penelitian yang menunjukkan
bahwa kondisi ibu hamil, baik fisik maupun mental,mempengaruhi
tingkat aktivitas dan konsentrasi anaknya kelak. Oleh karenanya,
memperhatikannutrisi dan zat yang merugikan.b. Memilih metode
kelahiran yang alamiPenelitian membuktikan adanya hubungan
hiperaktifitas dengan metode melahirkan. Penggunaanforceps dan obat
secara berlebihan kerap menyebabkan hiperaktivitas pada anak.c.
Selaraskan stimulasiHindari stimulasi yang tidak sesuai, jangan
berlebihan atau kurang, misalnya lingkungan yang tidakterorganisir,
omelan dan pertengkaran terus menerus.d. Ajarkan kegiatan yang
bertujuanBila balita berjalan dari ruang tamu ke kamarnya sambil
menendang Apa saja yang ada dijumpainya,itu dapat dikatakan
aktivitas tanpa tujuan. Tegaskan agar anak tidak mengulanginya.d.
Mengamati model dan menjadi modelAjak anak memilih model, untuk
membantunya untuk melakukan tindakan secara terarah. Namun,jangan
lupa bahwa anak cenderung meniru orang yang dekat dengannya.6.
Manfaatkan kata-kataAjarkan anak untuk mengekspresikan keinginan
melalui kata-kata. 7. 2. Penanganan (kuratif)a. Beri dorongan
verbalHendaknya diperhatikan, bila anak mampu tenang, memfokuskan
perhatian dan menyelesaikantugas, atau sekadar berusaha untuk itu,
berilah pujian.b. Terapkan sistem kontrak atau koinDalam sistem
kontrak, anak dan orang tua membuat kesepakatan tentang tindakan
yang diharapkandan konsekuensinya. Harus diperhatikan bahwa semua
ketentuan harus didapat berdasarkankesepakatan.c. Jelaskan harapan
orang tua kepada anakAnak harus tahu dengan jelas sebab-sebab
perbuatannya dan apa yang diharapkan darinya.d. Lakukan
persiapanPersiapan sangat membantu. Misalnya ketika anak mau
bepergian orang tua memberi nasehat agarketika sampai ditempatnya
anak-anak tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.e. Sediakan
lingkungan yang teraturMinimalkan gangguan terhadap perhatian anak,
dengan melakukan strukturisasi. Tetapkan jadwalkegiatan dan
letakkan barang secara terorganisir di kamar anak.f. Belajar
mengamatiAjaklah anak untuk belajar mengamati tindakan saudara atau
temannya yang dapat dijadikan model.g. Terapi fisikBantulah anak
menyalurkan energinya secara terarah. Jika ingin bergerak terus,
ajaklah anak berlarimengitari ruangan ruangan beberapa menit, atau
bersenam ringan. Dengan begitu anak dapatmengontrol gerakannya.h.
Metode self talkMetode berbicara dengan diri sendiri membantu
mengarahkan tindakan.i. Mencatat prestasiDengan metode evaluasi
diri, anak terdorong untuk terus meningkatkan prestasinya. Ajak
anakmencatat problem yang dapat dipecahkannya.j. Dukungan
keluargaPenanganan hiperaktif memerlukan konsistensi serta dukungan
keluarga, yang menciptakan atmosferyang menentramkan anakk. Metode
professionalJika metode-metode di atas belum berhasil, sebaiknya
meminta bantuan ahli di bidangnya, misalnyapsikiater, psikolog dan
ahli gizi. 8. 2. Terapi Diet MakananTerapi diet makanan adalah
suatu terapi yang mengatur makanan yang dimakan. Pengaturanmakanan
dilakukan dengan memberikan perhatian dari segi jenis, jumlah dan
frekuensi pemberianmakanan.Popularitas terapi diet makanan sebagai
salah satu terapi penanganan perilaku hiperaktifitasdimulai dari
penelitian DR Feingold pada tahun 1970-an. Fiegold menyatakan bahwa
ada beberapajenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya atau
meningkatnya perilaku hiperaktifitas padaanak. Beberapa jenis
makanan tersebut adalah jenis makanan yang mengandung zat
adiktif(pengawet, pewarna, aroama/perasa buatan dan lain-lain), dan
salisilat. Feingold berhasilmembuktikan bahwa anak-anak hiperaktif
sebagai subjek penelitiannya yang sungguah-sungguhmenghindari
jenis-jenis makanan diatas, menunjukkan adanya penurunan perilaku
hiperaktifitas.Menurut Nanik (dalam Mulyono, 2003:37) ada beberapa
langkah pelaksanaan diet makanan, sebagaiberikut:a. Langkah
PertamaPahami pedoman diet makanan dengan baik, kenali jenis-jenis
zat adiktif makanan dan sebaiknyaperhatikan daftar komposisi
makanan yang akan dibeli. Buat daftar makanan yang selama ini
biasadikonsumsi oleh anak.b. Langkah KeduaBeri tanda check pada
kolom frekuensi makan setiap jenis makanan.c. Langkah KetigaBuat
rangking daftar makanan, rangking yang dibuat dari yang paling
sulit dibatasi karena palingdisukai dan paling sering dimakan
sampai yang paling mudah dibatasi.d. Langkah KeempatBuat daftar
jenis-jenis makanan kesukaan anak yang paling sulit dibatasi.e.
Langkah KelimaJenis makanan yang paling sulit dibatasi, dapat
diberikan dengan jumlah yang dikurangi perlahan-lahan sampai
akhirnya tidak sama sekali.f. Langkah KeenamJelaskan kepada anak
tentang bentuk-bentuk perilaku yang mengganggu. Kemudian
sampaikanpentingnya pengendalian perilaku tersebut yang bermanfaat
bagi dirinya. Jelaskan juga kepada anakbahwa jenis-jenis makanan
dalam daftar yang sudah dibuat memiliki pengaruh yang tidak baik.g.
Langkah KetujuhJika pelaksanaan terapi diet makanan sudah
diterapkan, mulailah mengisi tabel pencatatan harianpelaksanaan
diet makanan. 9. h. Langkah KedelapanSetiap hari minggu isi
lembaran pengukuran aktifitas, pengukuran aktifitas ini dapat
digunakan untukmengamati perilaku hiperktifitas anak.3. Terapi
Obat-obatanTerapi obat adalah suatu teknik terapi medis dengan
pemberian obat dengan dosis tertentu yangdiminum teratur untuk
penanganan anak ADHD. Obat stimulan yang baik digunakan
ialahmetilfenidat dan amfetamin. Bila efektif, obat stimulan bukan
hanya memperbaiki hiperaktifitasklinis, tetapi juga performans
dalam banyak hal.Puncak aksi obat terjadi pada 2 jam setelah
minumobat diminum dan efeknya menghilang setelah 6 jam.Cara
pengobatan biasanya dimulai dengan dosisdi pagi hari, dan bila
perlu diberi lagi pada siang hari