Pengertian Kedisiplinan
Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak
terjadi suatu pelanggaran terhadap suatu peraturan yang berlaku
demi terciptanya suatu tujuan. Disiplin adalah proses atau hasil
pengarahan untuk mencapai tindakan yang lebih efektif..
Menurut Oteng Sutisna bahwa dalam menciptakan disiplin yang
efektif diperlukan kegiatan-kegiatan diantaranya sebagai berikut :
[1]
Guru maupun murid hendaknya memiliki sifat-sifat perilaku warga
sekolah yang baik seperti sopan santun, bahasa yang baik dan benar.
Murid hendaknya bisa menerima teguran atau hukuman yang adil. Guru
dan murid hendaknya bekerjasama dalam membangun, memelihara dan
memperbaiki aturan-aturan dan norma-norma.
2. Tujuan Disiplin
Sebelum penulis menjelaskan tujuan disiplin, terlebih dahulu
dikemukakan beberapa teori disiplin yang kesemuanya itu mempunyai
tujuan masing-masing. Adapun teori-teori tersebut yang dapat
penulis simpulkan antara lain :
Teori perbaikan
Menurut teori ini, disiplin itu adalah untuk memperbaiki si
pelanggar agar jangan berbuat kesalahan lagi. Teori ini lebih
bersifat pedagogis, karena bermaksud memperbaiki si pelanggar baik
lahiriah maupun batiniah.
Teori perlindungan
Menurut teori ini disiplin diadakan untuk melindungi dirinya
sendiri dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya
disiplin ini dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah
dilakukan oleh si pelanggar.
Teori menakut-nakuti
Menurut teori ini, disiplin diadakan untuk menimbulkan rasa
takut kepada pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar itu,
sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau
meninggalkannya. Teori ini masih memerlukan, sebab dengan teori ini
besar kemungkinan orang meninggalkan suatu perbuatan itu hanya
karena takut bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya itu memang
salah dan buruk. [2]
Jelaslah bahwa tiap teori itu belum lengkap, karena
masing-masing hanya mencakup satu aspek saja. Sedangkan tiap-tiap
teori itu saling membutuhkan kelengkapan teori yang lainnya.
Dengan singkat penulis dapat mengatakan bahwa tujuan pedagogis
dari disiplin adalah untuk memperbaiki tabiat atau tingkah laku
siswa kearah kebaikan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Disiplin
Karena sikap kedisiplinan bukan sikap yang muncul dengan sikap
sendirinya, maka agar seorang anak dapat bersikap disiplin maka
perlu adanya pengarahan dan bimbingan.
Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah :
Faktor dari dalam (Intern)
Faktor dari dalam ini berupa kesadaran diri yang mendorong
seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya.
Faktor dari luar (Ekstern)
Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
1) Lingkungan Keluarga
Faktor keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang
termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga di sini merupakan
lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang dan tempat pertama
kali seseorang berinteraksi.
Keluarga sebagai lingkungan pertama kali sebelum anak mengenal
dunia yang lebih luas, maka sikap dan perilaku seisi keluarga
terutama kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan
kedisiplinan pada anak dan juga serta tingkah laku orang tua dan
anggota keluarga lainnya akan lebih mudah dimengerti anak apabila
perilaku tersebut berupa pengalaman langsung yang bisa dicontoh
oleh anak.
2) Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah merupakan
faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku siswa termasuk
kedisiplinannya, di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan siswa
lain, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya serta pegawai
yang berada di lingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan perkataan
guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa akan
masuk dan meresap ke dalam hatinya.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku anak
setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah. Pada
awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah itu seorang anak
berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Karena masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi
disiplin anak, terutama pada pergaulan dengan teman sebaya, maka
orang tua harus senantiasa mengawasi pergaulan anak-anaknya agar
senantiasa tidak bergaul dengan orang yang kurang baik.[3]
Disiplin Menurut Islam
Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan aturan-aturan
atau tata tertib agar segala tingkah laku berjalan sesuai dengan
aturan yang ada, pendidikan tepat waktu atau lainya dapat diambil
dari sahabat Umar bin Khattab r.a:
Artinya : Waktu bagaikan pedang, apabila tidak digunakan maka
pedang itu akan memotong pemiliknya [4]
Berdasarkan hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
betapa pentingnya bagi kita sehingga apabila kita tidak dapat
menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka waktu itu akan membuat kita
sendiri sengsara. Oleh karena itu kita hendaknya menggunakan waktu
seefesien mungkin. Kita diperintahkan untuk tepat waktu termasuk
tepat waktu dalam belajar yang sangat penting bagi siswa.
Islam juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap
peraturan Allah yang telah di tetapkan. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Surat Huud ayat 112 :
( : 112)
Artinya : Maka tetaplah pada jalan Allah yang benar sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat serta
janganlah kamu melampui batas. Sesungguhnya Allah maha melihat apa
yang kamu kerjakan. [5]
Dalam ayat tersebut menunjukkan disiplin bukan hanya tepat waktu
saja,tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada,
melaksanakan yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang
dilarang-Nya. Disamping itu juga melakukan perbuatan tersebut
secara teratur dan terus menerus walaupun hanya sedikit, karena
selain bermanfaat pada diri kita sendiri juga perbuatan yang
dikerjakan secara teratur dicintai Allah SWT. walaupun hanya
sedikit sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya : Dari Aisyah r.a Nabi bersabda : amal perbuatan yang
paling dicintai Allah adalah kekekalannya walaupun amal itu hanya
sedikit. [6]
Apabila seseorang atau segolongan tidak mempunyai sikap disiplin
maka akan merugikan dirinya sendiri atau kelompoknya. Disiplin
pribadi dibutuhkan sebagai sifat dan sikap terpuji yang menyertai
kesabaran, ketekunan, kesetiaan dan sebagainya. Orang yang tidak
punya disiplin pribadi sangat sulit untuk mencapai tujuan, maka
sikap disiplin mempunyai kewajiban untuk membina melalui latihan
mawas diri dan pengendalian diri. Maka dalam hal ini seorang siswa
harus memiliki sikap disiplin pribadi dalam belajarnya supaya dapat
berhasil.
Sikap disiplin pribadi seorang siswa didalam belajarnya baik
teratur waktu belajarnya maupun mengerjakan tugas serta mentaati
peraturan-peraturan sekolah.
Dalam hal ini seorang siswa hendaknya memiliki self-discipline
apabila seorang anak berhasil memindahkan nilai-nilai moral yang
bagi orang Islam terkandung dalam rukun iman. Iman itu berfungsi
bukan hanya sebagai penggalak tingkah laku kalau berhadapan dengan
nilai-nilai positif yang membawa kepada nilai keharmonisan dan
kebahagiaan.
Usaha-usaha untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kedisiplinan
bukanlah sikap yang muncul dengan sendirinya, tetapi disiplin
terbentuk melalui sebuah proses. Adapun usaha-usaha yang merupakan
proses dalam meningkatkan kedisiplinan adalah sebagai berikut :
1) Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya
penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kesadaran diri akan
menjadi motif yang kuat bagi terwujudnya kedisiplinan.
2) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku seseorang. Hal ini
sebagai lanjutan diri adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar
dirinya sebagai usaha untuk mendorong dan menekan agar disiplin
dilaksanakan pada diri seseorang, sehingga peraturan-peraturan yang
ada dapat diikuti dan dipraktekkan.
3) Teladan
Perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya dibandingkan
hanya sekedar dengan kata-kata. Oleh karena itu contoh dan teladan
disiplin kepala sekolah dan para guru sangat berpengaruh terhadap
kedisiplinan pada siswa. Mereka lebih mudah meniru dari apa yang
mereka lihat, dibandingkan hanya sekedar mendengar. Lagi pula hidup
banyak dipengaruhi oleh peniruan-peniruan terhadap apa yang
dianggapnya baik dan patut ditiru.
4) Hukum
Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan
meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku
yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
5) Lingkungan Berdisiplin
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Bila seorang anak berada pada lingkungan yang
berisiplin, kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang
disiplin.
6) Latihan Berdisiplin
Disiplin dapat juga dibentuk melalui proses latihan dan
kebiasaan. Artinya, mempraltikkan disiplin secara berulang-ulang
dan membiasakan dalam prilakunya sehari-hari. Dengan latihan dan
membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk pada diri
siswa.[7]
Read more:
http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kedisiplinan-siswa/#ixzz3VyR1Jbhw
MATERI 2
eran Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar SiswaMay 27,
2013 | isma knowledge
Peran Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa
A. Pendahuluan
Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang
diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan
dikembangkan. Pendidikan bagi bangsa yang sedang berkembang seperti
bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang tidak
bisa ditawar lagi, perkembangan pendidikan juga harus sejalan
dengan tuntunan pembangunan setahap demi setahap. Berdasarkan
Undang-Undang No.20 Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (RI No, 2003:30).
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran ditemtukan oleh banyak
faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini bisa
berasal dari guru, siswa, materi pelajaran ataupun kondisi dan
situasi saat proses pembelajaran tengah berlangsung.
Disiplin merupakan upaya untuk membuat orang berada pada jalur
sikap dan perilaku yang sudah ditetapkan pada individu oleh orang
tua. Kedisiplinan ini diajarkan oleh orang tua sejak dini, hal ini
dimaksudkan agar anak terbiasa dengan hidup teratur karena hal ini
juga akan berdampak positif bagi kehidupan dimasa yang akan datang.
Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan
untuk menanmkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan
tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu,
terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral
(Sukadji,2002).
Dengan diberikannya tata tertib baik di sekolah maupun di rumah,
kedisiplinan yang tertanam apada diri siswa akan diterapkan dimana
saja dan kapan saja. Pengawasan terhadap pelaksanannya serta
penjelasan-penjelasan terhadap arti pentingnya kedisiplinan
diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa disiplin siswa.
Sehingga dengan terciptanya kedisiplinan di sekolah akan
mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang ada, dengan proses
belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan tujuan yang
hendak dicapai maka seorang siswa akan dapat memperoleh prestasi
yang baik.
Akan tetapi bagi anak yang tidak terbiasa dengan tata tertib hal
ini akan menjadi terasa berat ketika dilakukan pada saat di
sekolah. Anak yang kurang disiplin ini biasanya akan melanggar tata
tertib yang ada karena ia berpikir peraturan itu merupakan
keinginan apa yang ia lakukan.
Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan sikap
tersebut, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya
dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua
yang otoriter, keluarga yang brokenhome, pengaruh pergaulan
dilingkungan sekitar anak ,adanya perkembangan media elektronik,
kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada
disekolah. Dengan memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada
siswa diharapkan dapat merubah sikap dari kurang disiplin dan
kurang bertanggung jawab menjadi anak yang berdisiplin dan
bertanggung jawab.
Disinilah diperlukan adanya peran guru untuk membantu
meningkatkan kedisiplinan belajar siswa, yang sekaligus menjadi
alat pengendali perilaku siswa yang dianggap masih menyimpang
sehingga siswa menjadi displin dalam hal belajar ataupun yang
lainnya. Selain itu, kedisiplinan yang telah tertanam pada diri
siswa akan berdampak positif bagi kehidupan di masa datang.
Dari pendahuluan diatas, maka makalah ini akan membahas :
Pengertian Kedisiplinan Belajar Siswa ; 2. Alasan
ditingkatkannya kedisiplinan belajar siswa ; 3. Indikator
kedisiplinan belajar siswa ; 4. Peran guru dalam mengatasi
permasalahan
B. Pengertian Kedisiplinan Belajar Siswa
Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah latihan
ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau
kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin
secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan
dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab tampa paksaan dari siapa
pun.
Menurut Kadir (1994:80) Disiplin adalah kepatuhan terhadap
peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua
disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat
mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien. Sedangkan
disiplin menurut Djamarah (2002:12) adalah Suatu tata tertib yang
dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok. Kedisiplinan
mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan.
Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor
lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa
itu sendiri.
Menurut Arikunto (2004:114) Disiplin adalah kepatuhan seseorang
dalam mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya
kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Dari beberapa pendapat diatass dapat disimpulakn bahwa disiplin
merupakan suatu peraturan atau tata tertib yang dibuat dengan penuh
tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan. Mak dari itu
peningkatan kedisiplinan belajar siswa sangat diperlukan bagi
siswa.
C. Alasan ditingkatkannya kedisiplinan belajar siswa
Kedisiplinan belajar siswa dapat terjadi secara optimal bila
pihak sekolah dan guru melakukan perbaikan proses belajar mengajar
yang menjadikan siswa itu memiliki tingkat yang sama yaitu:
sama-sama mencari ilmu tanpa ada dinding pemisah yang menghalangi.
Sehingga antara guru dan siswa itu akan tercipta saling kerjasama
dan siswa pun menjadi bersemangat dalam belajar karena siswa tidak
merasa lebih rendah daripada guru mereka.
Disiplin akan bertumbuh dengan baik apabila atas kemauan diri
sendiri, tetapi apabila disiplin didasarkan bukan atas kemauan diri
sendiri maka yang terjadi disiplin tidak akan tumbuh dalam diri
anak tersebut. Dengan adanya disiplin yang tertanam dari diri siswa
akan menjadika mereka lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Dengan
adanya disiplin belajar yang baik bagi siswa akan meningkatkan
serta memperbesar kemungkinan siswa untuk berkreasi dan
berprestasi.
Sehingga apabila siswa memiliki displin dalam waktu belajar maka
siswa tersebut akan terdorong dan termotivasi dalam diri mereka
untuk selalu balajr dan belajar. Dengan adanya kesidiplinan yang
telah diterapkan dan ditanamkan akan mendorong keberhasilan dan
kesuksesan bagi diri siswa sendiri.
D. Indikator Kedisiplinan Belajar Siswa
Indikator-indikator disiplin belajar menurut Munawi (2007:22)
adalah tingkah laku atau perbuatan ke arah tertib yaitu :
1. Disiplin dalam hubungannya dengan waktu belajar.
Seorang siswa harus mampu mengikuti proses belajar di sekolah
secara tepat waktu dan harus mampu disiplin menggunakan jadwal
belajar dirumah secara teratur entah itu waktu belajar di siang
hari, di malam hari, maupun di hari minggu dan libur. Seorang siswa
juga harus bisa membagi waktu antara belajar dan membantu orang
tua. Anak disiplin sehubungan dengan waktu yang dapat terpengaruh
terhadap prestasi belajar khususnya pelajaran ekonomi akan tampak
sebagai berikut :
Mengerahkan energi untuk belajar secara kontinue. Melakukan
belajar dengan kesungguhan dan tidak memberikan waktu luang.
Belajar sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah diatur. Dapat
menggunakan waktu dengan baik antara belajar dan waktu
bersosialisasi.
2. Disiplin yang ada hubungannya dengan tempat belajar.
Seorang siswa wajib menjaga ruang kelas maupun lingkungan
sekitar sekolah seperti menjaga kebersihan dinding, meja, kursi,
kamar mandi, pagar sekolah, dan ruang lain milik sekolah. Dan
selalu membuang sampah di tempat sampah. Selain itu siswa juga
wajib menjaga tempat belajar dirumah agar tercipta suasana yang
aman dan nyaman. Seperti menjaga meja dan kursi dan juga lingkungan
sekitar.
Adapun ciri ciri anak yang disiplin sehubungan dengan tempat
yang mempengaruhi prestasi belajar ekonomi yaitu :
Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak mengganggu
atau terganggu oleh orang lain. Selalu disiplin dalam menjaga
kebersihan ruang kelas dan lingkungan sekolah. Mengikuti kegiatan
pembelajaran dikelas dengan gairah dan partisipasif. Menyelesaikan
tugas tugas khususnya tugas yang diberikan guru dengan baik.
3. Disiplin yang ada hubungannya dengan norma dan peraturan
dalam belajar.
Mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku
ditempat sekolah. Hormat dan patuh kepada orang tua, kepala
sekolah, guru, dan karyawan. Serta mampu terampil, bersikap sopan
dan tanggung jawab. Mematuhi semua larangan tata tertib sekolah dan
mentaati kewajiban kewajiban yang ada. Dengan demikian anak yang
disiplin akan tampak dalam perilaku sebagai berikut :
Datang ke sekolah tepat waktu dan mengikuti proses belajar
mengajar sesuai jadwal yang ada. Membuat jadwal belajar dirumah
yang harus dilaksanakan meskipun tidak ada tugas. Belajar pada
tempat yang telah disediakan agar tidak terganggu dan mengganggu
orang lain. Selalu menaati peraturan yang telah ditetapkan
dilingkungan dimana siswa itu berada, baik ketika berada di
sekolah, dirumah, maupun dilingkungan masyarakat.
E. Peran Guru Dalam Mengatasi Permasalahan
Kedisiplinan yang harus ditanamkan pada diri siswa merupakan
suatu pembawaan sikap yang baik dan patut dicontoh. Sikap ini dapat
terbawa hingga ke jenjang pendidikan maupun diluar pendidikan.
Dalam urusan kedisiplinan belajar peran guru sangatlah penting
karena guru dalm membentuk atau membantu siswa agar disiplin bisa
dikatakan sulit. Tak banyak dari siswa yang membangkang dengan
peraturan yang ada sehingga guru terpaksa memberikan punishment
yang diharapkan dapat membuat jera si pelaku.
Disiplin juga menjadi salah satu prasyarat terbentuknya
pendidikan yang kondusif, dalam hal ini baik kepala sekolah maupun
guru ikut serta bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan.
Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah dapat
dilakukan melalui tahapan preventif, represif dan kuratif.
Mendorong siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi
bahwa tata tertib itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan
sekolah.
F. Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa :
Kedisiplinan itu harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini
sehingga akan membawa dampak yang positif di kehidupan yang akan
datang. Kedisiplinan belajar harus digalakkan di setiap sekolah
sehingga siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab yang besar.
Kedisiplinan belajar dimulai dari hal terkecil hingga hal yang
terbesar. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam hal
membentuk atau mengatur agar siswa memiliki disiplin yang
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Asy Masudi. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: PT. Tiga Serangkai.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Kadir. 1994. Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca
Exact.
http://damayanti327.wordpress.com/about/hubungan-antara-disiplin-belajar-dengan-prestasi-belajar/.
Rabu 13 Maret 2013 Jam 20.17 WIB.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/26/kedisiplinan-sarana-meningkatkan-hasil-belajar-336272.html.
Rabu 13 Maret 2013 Jam 20.24 WIB.
http://pedoman-skripsi.blogspot.com/2012/05/pengaruh-kedisiplinan-belajar-dan.html.
Rabu 13 Maret 2013 Jam 21.55 WIB.
MATERI 3
Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah
adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3)
membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh
sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan
yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Sementara
itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992)
mengemukakan: School discipline has two main goals: (1) ensure the
safety of staff and students, and (2) create an environment
conducive to learning (dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04). Jadi sebenarnya
pendisiplinan siswa melalui peraturan dan tata tertib sekolah
merupakan hal yang bermakna positif bagi pengembangan diri dan
moralitas siswa.Walaupun ada konsensus umum dalam hal masalah yang
dihadapi sekolah-sekolah sehubungan dengan penegakan disiplin
sekolah, terdapat perbedaan dan perdebatan pada cara penanganan
masalah-masalah ini. Pokok dari permasalahan ini adalah peran dan
nilai hukuman dalam mengubah perilaku. Pengertian disiplin sekolah
kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi)
sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski
kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan
perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan
psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan
oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya Dangerous
School(1999) (dalam http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2008/04/04).Upaya menegakkan disiplin disekolah bisa
dengan berbagai cara, misalnya ditingkat sekolah menengah,
diberlakukan penghitungan point pelanggaran/kesalahan yang
dilakukan siswa berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
masing-masing sekolah. Jumlah point kesalahan yang dihitung
kemudian ditindaklanjuti dalam berbagai tingkatan; mulai dari
peringatan I wali kelas, peringatan II wali kelas dengan BP/BK,
panggilan I orang tua/ wali oleh wali kelas/BP, panggilan II orang
tua/wali dengan membuat surat perjanjian diketahui oleh BP,
panggilan II orang tua/wali dengan membuat surat perjanjian
diketahui oleh kepala sekolah, sampai pada tingkat yang paling
tinggi dengan bobot /jumlah point kesalahan paling besar
dikembalikan kepada orang tua/wali (Buku Saku Siswa SMPN 10
Pekanbaru; 2005).BP atau istilah yang telah diakui oleh UU No.20
tahun 2003, konselor di sekolah ternyata dilibatkan dalam
penyelenggaraan point pelanggaran. Hal ini perlu dikritisi karena
banyak aspek terkait dengan profesionalitas dan kinerja konselor di
sekolah. Oleh sebab itu penghitungan point pelanggaran dan bentuk
tindaklanjutnya, menarik untuk dibahas lebih lanjut. Apa sesungguh
poin kesalahan , dan bagaimana teknis pelaksanaannyanya serta
perspektif konseling bagaimana? Hal inilah yang menjadi latar
belakang penulisan makalah ini. Sehingga diharapkan masalah
pendisiplinan siswa dan peran konselor disekolah dapat dibicarakan
dalam forum ilmiah seperti seminar. Harapannya adalah ada kesamaan
persepsi konselor sekolah tentang hal ini, sehingga dapat diambil
kesimpulan dan langkah-langkah untuk menyikapi penerapan poin
pelanggaran dalam mendisiplinkan siswa di sekolah.B. ARTI PENTING
PENDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH1. Pengertian DisiplinDisiplin
mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu
disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian tentang
disiplin telah banyak didefinisikan dalam berbagai versi oleh para
ahli. Ahli yang satu mempunyai batasan lain apabila dibandingkan
dengan ahli lainnya. Herlin Febriana Dwi Prasti (2005) menguraikan
pendapat Andi Rasdiyanah (1995 : 28) tentang pengertian disiplin
yaitu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system
yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah kepatuhan
mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
Depdiknas (1992 : 3) disiplin adalah : Tingkat konsistensi dan
konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan
bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan
proses pelaksanaan suatu kegiatan.Seirama dengan pendapat tersebut
diatas, Hurlock (1999 : 82) mengemukakan pendapatnya tentang
disiplin tersebut : Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar
anak berperilaku moral yang disetujui kelompok. Dari berbagai macam
pendapat tentang definisi disiplin diatas, dapat diketahui bahwa
disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai nilai
ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan
nilai moral. Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan
ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar
yaitu belajar secara terarah dan teratur. Dengan demikian siswa
yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan
perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar. Disiplin akan
memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur.2.
Unsur-unsur disiplinUnsur- unsur dalam disiplin dijelaskan Hurlock
(1999: 84) yaitu terdiri dari empat unsur; peraturan, hukuman,
penghargaan dan konsistensi.a. PeraturanPeraturan adalah pola yang
ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat ditetapkan oleh orang
tua, guru atau teman bermain. Tujuanperaturan adalah untuk
menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku
yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki
tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat
perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama. Oleh
karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu
dan tingkat pemahaman masing masing individu.b. HukumanHukuman
berasal dari kata kerja latin, punier. Hurlock (1999: 86)
menyatakan bahwa hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang
karena suatu kesalahan , perlawanan atau pelanggaran sebagai
ganjaran atau pembalasan.c. PenghargaanPenghargaan merupakan setiap
bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak
harus berbentuk materi tetapi dapat berupa kata kata pujian,
senyuman atau tepukan di punggung. Banyak orang yang merasa bahwa
penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak
untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap guru yang memandang
enteng terhadap hal ini menyebabkan anak merasa kurang termotivasi
untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa
pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak
khususnya jika mereka berhasil.Bentuk penghargaan harus disesuaikan
dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah
penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya
harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif,
sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku
yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak.d.
KonsistensiKonsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas.
Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan
demikian konsistensi merupakan suatu kecenderungan menuju kesamaan.
Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk
menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Mempunyai nilai
mendidik yang besar yaitu peraturan yang konsisten bisa memacu
proses belajar anak. Dengan adanya konsitensi anak akan terlatih
dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan
termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang
salah.3. Tujuan Pendisiplinan Siswa di SekolahTujuan pendisiplinan
siswa menurut Wendy Schwartz (2001) (dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04). Yaitu the goals of
discipline, once the need for it is determined, should be to help
students accept personal responsibility for their actions,
understand why a behavior change is necessary, and commit
themselves to change. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993)
bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan
lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas,
jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka
siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan
tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk
mencapai prestasi belajar siswa.Keith Devis mengatakan, Discipline
is management action to enforce organization standarts dan oleh
karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif.
Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan
mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa
berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang
ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap
mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi
pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti
aturan yang ada.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
siswaAda beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu: Diri
sendiri Keluarga Pergaulan di LingkunganBrown dan Brown (dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04) mengelompokkan
beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut
:a. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh gurub. Perilaku
tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang
kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat
menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.c. Perilaku
tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari
keluarga yang broken home.d. Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak
atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa
menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar
mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.C.
PELAKSANAAN PENGHITUNGAN POINT PELANGGARAN/ KESALAHAN BAGI
PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAHMasalah indisiplin dan
peningkatan disiplin siswa disikapi oleh lembaga pendidikan dengan
berbagai cara. Salah satu cara yang dipilih sekolah adalah
diterapkannya penghitungan poin pelanggaran/kesalahan dilakukan
siswa terhadap tata tertib yang berlaku. Salah satu bentuk
penerapan poin pelanggaran di sebuah sekolah di daerah Propinsi
Pekanbaru penulis paparkan sebagai berikut:
DAFTAR KREDIT POINT PELANGGARAN TATA TERTIB SISWANo JENIS
PELANGGARAN POINT KETERANGAN/SANKSI1. Salah satu atribut tidak
lengkap 1 1 atribut2. Berada dalam kelas waktu jam istirahat 1
Disuruh keluar3. Minta izin pada waktu jam pelajaran lebih dari 1
kali (ecuali buang air kecil/besar) 1 Ditegur4. Kaus kaki
pendek/dilipat 1 Disita5. Baju dikeluarkan pada jam sekolah 1
Dimasukkan langsung6. Duduk di atas kendaraan roda 2 dan 4 sedang
parkir di sekolah 1 Ditegur7. Membuang sampah sembarangan 2 Disuruh
pungut8. Berkuku panjang/diwarnai 2 Dipotong9. Menggulung/melipat
baju/lengan baju 2 Dilepaskan10. Terlambat lebih dari 10 menit 2
Cuci piring, gelas, pungut sampah11. Duduk tidak sesuai dengan
denah yang diatur 2 Dipindahkan12 Cabut saat jam pelajaran 2 1 kali
cabut, pembinaan13 Celana dibawah lutut (laki-laki) 2 Ditegur14
Memakai cincin/kalung bagi (laki-laki) 2 Disita15 Rambut panjang
(putri) lewat bahu tidak diikat dua/kepang pita hitam 2 Ditegur16
Tidak mengikuti giliran sholat berjamaah 5 Ditegur17 Surat izin
lebih dari dua kali tidak hadir 3 Ditegur18 Tidur,
bermain-main/mengganggu pada jam pelajaran 3 Ditegur/peringatan
guru tersebut19 Keluar dari pekarangan sekolah tanpa izin guru
piket 3 Menyapu halaman sekolah20 Berambut panjang lebihdari 321,
320, 210 (semi militer) 3 Dipangkas21 Hari jumat tidak memakai
jilbab 3 Ditegur22 Berambut botak/plotos 3 Ditegur23 Tidak membawa
buku catatan/pelajaran pada jam belajar 3 Mata pelajaran yang
bersangkutan24 Tidak melaksanakan piket kelas/harian 3 Menyapu
trotoar/tangga25 Masuk /belaja dikantin/tempat jualanmakanan 3
Memungut sampah26 Memakai rok sempit/ketat/pendek (putih) 4
Ditegur/peringatan27 Memakai celana sempit/ketat dan dilipat
dibawahnya 4 Ditegur/peringatan28 Berambut jabrik, berkumis,
berjenggot 4 Dipotong29 Tidak memakai seragam sekolah,
(baju/celana/rok sepatu, kaus kaki ikat pinggang) 4 Sepatu disita,
pungut sampah, cuci piring/gelas, menyapu30 Absen 4 Denda2 buku
satu kali absen31 Membawa kendaraan bermotor sendiri 5 Diingatkan32
Membaw perhiatasan(emas, intan, permata) 5 Diingatkan33 Tidak
membuat PR atau tugas-tugas dari guru 5 Membuang sampah/menyapu34
Tidak ikut upacara bendera/SKJ dan peringatan hari-hari besar tanpa
surat keterangan 5 Membuang sampah/menyapu35 Bergurau mengganggu
teman sehingga mengakibatkan teman terluka/lecet/bengkak
terkilir/tergores dan sebagainya/minum pada jam pelajaran 5
Diingatkan36 Memakai gelang/kalung kaki 5 Disita37 Rambut disemir,
dicat dan sejenisnya 7 Dibersihkan38 Bertato 7 Dihapus39 Surat izin
bertanda tangan palsu 7 Disesuaikan dengan40 Mencoret-coret buku
milik sekolah 10 Ditegur/peringatan41 Melaksanakan ultah dan
melempar telur mentah di sekolah 10 Ditegur42 Membawa, menghidupkan
HP di sekolah 10 Ditahan guru43 Absen 2 hari berturut-turut 10
Denda 1 buah sapu44 Mencabut/merusak mobiler, dinding pagar
bangunan sekolah 10 Peringatan I45 Merokok dengan memakai seragam
di luar sekolah 10 Peringatan I46 Membawa, membaca novel/roman
sejenisnya pada jam belajar 10 Peringatan I47 Melompat
pagar/jendela sekolah 20 Peringatan II48 Menindik telinga/memakai
subang bagi anak laki-laki 20 Peringatan II49 Berpacaran disekolah
20 Peringatan II50 Membawa rokok disekolah 20 Peringatan II51
Merusak kendaraan/milik guru karyawan dan siswa lain 25 Peringatan
II52 Meloncat pagar sekolah 30 Panggilan BK53 Merokok
disekolah/dilingkungan sekolah 30 Peringatan II54 Tidak
mengindahkan panggilan guru 30 Pangilan BK55 Berkelahi sesama
siswa/orang lain pada jam belajar 40 Panggilan BK56 Mogok belajar,
adu domba atau provokasi jam belajar 40 Panggilan I57 Berlaku tidak
sopan, berkata kotor, mengejek guru, karyawan 50 Panggilan II BK
(S. Perjanjian)58 Membawa, melihat, membaca, menyimpan menyebarkan
buku porno/VCD porno (BF) 50 Panggilan II BK (S. Perjanjian)59
Membawa senjata api/senjata tajam 50 Disita60 Terlibat penempelan
selebaran gelap yag dilarang hukum 50 Panggilan II BK (S.
Perjanjian)61 Berjudi di sekolah 70 Panggilan II BK (S.
Perjanjian)62 Minum-minuman keras di sekolah 70 Panggilan II63
Terlibat tawuran, pengeroyokan, pengrusakan 100 Dikeluarkan64
Terlibat pemerkosaan 100 Dikeluarkan65 Terlibat pemerasan,
pencurian, perampokan, pencopetan, pejambretan, penodongan 100
Dikeluarkan66 Memalsukan dokumen sekolah, cap sekolah stempel 100
Dikeluarkan67 Terlibat perbuatan asusila atau berzina 100
Dikeluarkan68 Mengedar, membawa, mengkonsumsi narkoba 100
Dikeluarkan69 Memukul/menganiaya guru/karyawan 100 Dikeluarkan
Teknis pelaksanaannya adalah:1. Jumlah point pelanggaran siswa
dilaporkan oleh wali setiap awal bulan kebagian kesiswaan/BP.2.
Point diberikan oleh kepsek/BP/wali kelas/guru/guru piket sesuai
dengan point tersebut3. Point dicatat dibuku piket4. Jumlah point
10 : Peringatan I wali kelas5. Jumlah poin 20 : Peringatan II wali
kelas bersama BP6. Jumlah point 25-40 : Panggilan I orang tua/wali
kelas/BP7. Jumlah point 50 : Panggilan II orang tua/wali dengan
membuat surat perjanjian diketahui BP8. Jumlah point 75 : Panggilan
II orang tua/wali dengan membuat surat perjanjian diketahui oleh
kepala sekolah9. Jumlah point 100 : Dikembalikan kepada orang
tua/waliVersi lain penerapan point pelanggaran dalam Blog resmi
SMKN 1 Subang dijelaskan; untuk mengembangkan tingkat disiplin
siswa SMK Negeri 1 Subang, agar menjadi siswa yang selalu
membudayakan 5 S (Senyum, salam, sapa, sopan dan santun), terus
meningkatkan rasa memiliki yang tinggi terhadap kebersihan,
keindahan, kenyamanan, kerindangan, kekeluargaan, keamanan dan
ketertiban di lingkungan sekolah, terus meningkatkan kompetensi
dalam bidangnya masing-masing dengan meningkatkan disiplin yang
tinggi dalam kehadiran, semangat dalam KBM, serius dalam bekerja
dan bertanggung jawab terhadap hasil, terus meningkatkan penampilan
siswa yang sopan, rapi dan berbudaya Islam yang benar,dan
meningkatkan prestasi dalam segala hal, maka seluruh siswa SMK
Negeri 1 Subang melalui Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) telah
membuat draft tata tertib siswa yang disodorkan kepada
sekolah.Draft tata tertib siswa tersebut berbentuk point bagi siswa
yang melanggar maupun yang berprestasi dengan berbagai jenis
pelanggaran yang mungkin terjadi. Batas maksimal siswa mendapatkan
point adalah 100. jika siswa mendapatkan jumlah point dari berbagai
pelanggaran sampai total 100, maka siswa tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya. Sebaliknya jika siswa yang mendapatkan
kumpulan point dari prestasi yang diraihnya, baik tingkat sekolah,
kecamatan, kabupaten, provinsi maupun nasional akan diberikan
penghargaan yang setara dari sekolah.Draft tata tertib tersebut
telah mengalami penggodokan terus menerus yaitu :1. Ditinjau dan
direvisi dari bidang perencanaan diklat yang membawahi langsung
bidang kesiswaan.2. Ditinjau, dan direvisi oleh level manajemen
mutu dan3. Ditinjau, disosialisasikan dan direvisi dalam rapat
dinas guru serta staff TU pada tanggal 3 Desember 2008.Setelah
diyakini bahwa tata tertib tersebut sudah hampir sempurna dan mampu
mengakomodir seluruh permasalahan yang ada, maka tata tertib
tersebut serta teknis pelaksanaannya akan di berlakukan secara
serentak setelah sosialisasi ke siswa dan orang tua selesai. Adapun
prosedur pelaksanaannya adalah antara lain :1. Setiap siswa akan
mendapatkan buku tata tertib siswa, sedangkan seluruh personil guru
dan staff TU memegang print out tata tertib siswa.2. Setiap siswa
akan diberikan Kartu Administrasi Point Diri.3. Buku Tata tertib
siswa dan Kartu ADministrasi Point Diri tidak boleh hilang selama
siswa menjadi siswa SMK Negeri 1 Subang.4. Kartu Administrasi Point
Diri Akan disimpan pada tempat yang telah disediakan dan dapat
mudah diakses oleh setiap guru maupun TU dan siswa.5. Yang
memberikan penilaian terhadap pelanggaran siswa adalah Petugas
Penanganan Masalah (PPM) yang terdiri dari guru, wali kelas, bagian
kesiswaan, Kepala Program Keahlian, BP/BK, Unit Perencanaan Diklat,
dan unit lain yang terkait serta Kepala sekolah.6. Setiap bentuk
pelanggaran siswa akan dinilai oleh PPM dan dicatat dalam Kartu
Administrasi Point Diri siswa.7. Setiap waktu yang telah ditentukan
seluruh wali kelas akan membuat rekapan dari Kartu Administrasi
Point diri dan melaporkannya kepada Ka. Pro, untuk selanjutnya akan
dilaporkan kepada BP/BK, perencanaan Diklat dan kepala sekolah.D.
PERSPEKTIF PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN POINT
PELANGGARAN TERHADAP SISWA DI SEKOLAHUraian tentang pelaksanaan
poin pelanggaran di atas, dapat dilihat peran konselor di sekolah
yang ikut sebagai penghitung point pelanggaran tersebut dan
menindaklanjutinya dengan turut memberikan peringatan, memanggil
orang tua, membuat surat perjanjian. Dilematis sebenarnya, karena
konselor sekolah adalah personil yang harus bertanggungjawab
terhadap perilaku dan kedisiplinan siswa yang seharusnya juga
sebagai mitra bagi siswa untuk mengembangkan dirinya.Kekhawatiran
yang terjadi adalah, penekanan hukuman dari penerapan poin
pelanggaran ini akan membentuk persepsi yang salah dari siswa
terhadap konselor sekolah yaitu POLISI SEKOLAH. Prayinto (1994:122)
menjelaskan masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling/
konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus
menjaga dan mempertahankan tata tertib disiplin dan keamanan
sekolah. Anggapan ini mengatakan barang siapa di antara siswa-siswa
melanggar peraturan dan displin sekolah harus berurusan dengan
bimbingan dan konseling. Tidak jarang pula konselor sekolah
diserahi tugas mengusut perkelahian atau pun pencurian. Mereka
ditugaskan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk
mengambil tindakan bagi siswa-siswa yang bersalah itu. Mereka
didorong dan bahkan untuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar
siswa tertentu mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak
pada tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan. Misalnya,
ditugasi mengungkapkan agar siswa mengakui bahwa ia menghisap
ganja, dan sebagainya. Dalam hubungan ini pengertian petugas
bimbingan dan konseling atau konselor sekolah sebagai mata-mata
yang mengintip segenap gerak-gerik siswa dapat berkembang
pesat.Dapat dibayangkan bagaimana tanggapan siswa terhadap petugas
yang mempunyai wajah seperti tersebut di atas. Adalah wajar siswa
menjadi takut dan tidak mau dekat kepada mereka. Bimbingan dan
konseling di satu pihakl dianggap sebagai keranjang sampah, yaitu
tempat dilemparkannya dan ditampungnya siswa-siswa yang rusak atau
tidak beres, di lain pihak dianggap sebagai manusia super, yang
harus data mengetahui dan dapat mengungkapkan hal-hal yang musykil
yang melatarbelakangi suatu kejadian atau masalah yang sebenarnya
hal itu justru di luar kewenangannya.Berdasarkan pandangan di atas,
adalah wajar bila siswa tidak mau datang kepada konselor sekolah
karena menganggap bahwa dengan datang kepadanya berarti menunjukkan
aib yang memalukan, berarti ia mengalami ketidakberesan tertentu,
berarti ia tidak dapat berdiri sendiri, berarti ia telah berbuat
salah, atau predikat-predikat negative lainnya. Padahal, sebaliknya
dari segenap anggapan yang merugikan itu di sekolah konselor
sekolah haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswwa. Mereka
pertama-tama hendaknya menjadi tempat pencurahan kepentingan siswa,
pencurahan apa yang terasa di hati dan terpikirkan oleh siswa.
Petugas bimbingan dan konseling bukanlah pengawas atau pun polisis
yang selalu mencuriagai dan akan menangkap siapa saja yang
bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adlah kawan pengiring,
penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan Pembina
tingkah laku-tingkah laku positif yang dikehendaki. Petugas
bimbingan dan konseling hendaknya bisa menjadi sitawar-sidingin
bagi siapun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap,
keterampilan dan penampilan guru pembimbing siswa atau siapa pun
yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling akan memperoleh
suasana sejuk dan memberi harapan.Peran konselor sekolah sebagai
petugas pembuat surat perjanjian siswa relatif mudah, yang sulit
adalah siswa yang telah melanggar tata tertib susah
melaksanakannya. Bagaimana mendeteksi pelanggaran pidana itu; siapa
pelakunya, bagaimana modus operannya; apa buktinya dan sebagainya.
Konselor sekolah yang ditugas untuk melakukan kegiatan polisi
sekolah seperti mencari pelaku pelanggar tata tertib dan
menindaklanjutinya, sperti menghadapi buah simalakama. Serba sulit!
Atasan atau pimpinan sekolah memberikan tugas ditolak! Prayitno
(2002) mengemukakan menjalankan tugas sebagai polisi sekolah
bertentangan dengan tugas kependidikan, menyulitkan diri konselor
untuk menegakkan asas kerahasiaan, keterbuakaan dan kesukarelaan
siswa.Namun lebih lanjut dikemukakan Prayitno, lucunya guru yang
menerima tugas sebagai polisi sekolah seringkali malahan
overacting; bertindak seperti polisi, padahal tidak pernah menerima
latihan keposilisn; bahkan ada yang berpura-pura memakai
jampi-jampi dalam mencari si pencuri dalam kelas.Tindakan over
acting, berpura-pura dan berlebih-lebihan itu jelas menyalahi
ciri-ciri pendidik sukses yang patut diteladani. Apa hasil kerja
polisi sekolah? Mungkin ada hasilnya; siswa yang mencuri mengaku
(karena takut); razia berjalan seperti direncanakan. Tetapi hasil
sperti itu harus dibayar mahal dengan merosotnya wibawa guru;
melemahnya hubungan pendidikan diantara guru dan siswa. Ironis
sekali!Oleh sebab itu dirasa perlu untuk dilakukan pengkajian peran
konselor sekolah dalam pelaksanaan poin pelanggaran ini. Perlu
dievaluasi penerapan metode tradisional yang lebih fokus pada
prosedur-prosedur hukuman seperti mengesampingkan hak-hak siswa
seperti harus dikeluarkan dari sekolah. Geoff Colvin (2008)
menjelaskan dasar pendekatan hindari hukuman, manjakan anak dalm
arti para siswa diharapkan harus melakukan apa yang diminta, bila
mereka memilih sebaliknya, hukuman akan mengikuti. Konsekuensinya,
sekolah yang menerapkan pendekatan tradisional ini obat utama untuk
penanganan masalah perilaku terletak pada meningkatnya
ukuran-ukuran hukuman. Dampaknya, pendektan ini menyatakan nol
toleransi pada perilaku yang serius atau buang apel yang
busuk.Jelas dalam perspektif konseling, membuat apel busuk tidaklah
segampang itu jika dilakukan pada siswa. Siswa bukanlah buah-buahan
yang jika memang sudah busuk tidak layak dimakan dapat dibuang
begitu saja. Siswa selaku manusia yang diharapkan dapat menjadi
manusia yang seutuhnya berkembang keempat dimensinya secara
seimbang perlu disikapi dengan bijak. Terkait dengan itu Prayitno
(2002:83) menjelaskan lembaga pendidikan bukanlah lembaga hukum.
Lembaga pendidikan adalah lembaga pengembangan pribadi, sedangkan
lembaga hukum adalah tempat dimana pelanggaran dan kesalahan
dipermasalahkan, dikaji dan diproses sampai tuntas. Tujuan akhir
lembaga pendidikan adalah terkembangnya potensi peserta didik
seoptimal mungkin, sedangkan tujuan akhir lembaga hukum adalah
jatuhnya vonis sebagai hukuman yang selanjutnya dijalani oleh
siterdakwa yang melakukan kesalahan atau pelanggaran.Jalan keluar
terhadap peran konselor dalam mendisiplinkan siswa terutama terkait
dengan pelanggaran perlu disikapi secara bijaksana oleh pimpinan
sekolah. Pimpinn sekolah yang bijaksana tidak rela wibawa guru
menjadi turun, hubungan pendidikan menjadi melemah, gara-gara guru
menjadi polisi sekolah. Oleh sebab itu petugas yang dapat
menjalankan peran itu adalh mereka yang tugasnya mirip atau dekat
dengan polisi seperti SATPAM Sekolah, PIKET KEAMANAN. Personalia
SATPAM atau PIKET KEAMANAN bukanlah guru, tetapi personil lain yang
ditugasi dan dilatih khusus untuk pekerjaan itu. Mereka bisa
diambil dari staf karyawan sekolah yang diberi tugas bergiliran.E.
PENUTUPUntuk menegakkan disiplin bagi siswa tindakan tegas harus
diambil. Kesalahan atau pelanggaran itu harus ditindak sebagaimana
mestinya. Hal ini tidak berarti bahwa pendidik termasuk konselor
pendidikan boleh melakukan kekerasan, pemaksanaan, tindakan fisik,
apalagi balas dendam; melainkan langkah lugas, tidak basa-basi,
yang mengedepankan nilai-nilai positif pendidikan yang secara jelas
tetap mengembangkan siswa. Lima hal menjadi pegangan dalam
melaksanakan tindakan tegas yang mendidik itu (Prayitno, 2002)
yaitu :1.. menjadikan si pelanggar/siswa menyadari kesalahannya2.
penghormatan terhadap hak, nilai-nilai dan prospek positif siswa
tetap terjaga3. kasih sayang dan kelelmbutan tetap terpelihara4.
hubungan harnonis tetap dipertahankan, bahkan dikembangkan5.
komitmen positif siswa ditumbuhkan.Bandingkanlah dua kondisi
sekolah ini (dalam Geoff Colvin 2008 ):Sekolah AGuru dengan
tergesa-gesa memberitahu bahwa kelas pertama selesai sebelum bel
berbunyi, para murid menyambar buku-buku mereka, membuka pintu dan
berlarian menuju koridor. Mereka saling menyikut, terdengar banyak
nada marah. Di koridor, beberapa murid berdiri bergerombolan dan
berbincang-bincang, lainya berlomba-lomba menuju ke kelas
selanjutnya, beberapa murid berlarian atau berjalan dengan cepat,
gerombolan murid lainnya saling mendorong. Seorang guru lewat
menegur para murid yang baku dorong. Coretan-coretan pena dan
pensil terlihat di tembok-tembok. Kemudian segerombolan murid
tergesa-gesa berlarian masuk kelas berikutnya agar tidak terlambat.
Guru di dalam kelas berdiri di dekat mejanya meminta murid untuk
tenang dan duduk di kursi masing-masing. Setelah beberapa menit,
para murid duduk di kursi masing-masing, dan beberapa masih saja
berbicara satu sama lain. Pelajaran dimulai, guru meminta murid
untuk berhenti bicara dan mendengarkan.Sekolah BGuru menyelesaikan
pemberitahuan selesainya pelajaran dan mengingatkan para murid
pengharapannya di koridor-koridor untuk berjalan dan berbicara
pelan dan terus berjalan. Para murid menuju pintu kelas dengan
sikap teratur dan berjalan menuju kelas berikutnya sambil bercanda.
Seorang guru lewat dan mengangguk ke beberapa murid dan menyapa.
Dinding-dinding sekolah bersih dengan beberapa deretan poster
menarik di koridor sekolah seperti apa yang diharapkan. Guru di
kelas berikutnya berdiri di luar pintu kelas, menyapa para murid
dan mengucapkan terima kasih atas ketepatan mereka masuk kelas.
Kemudian guru minta kepada murid untuk mulai dengan soal matematika
yang tertera layar overhead. Para murid mulai mengerjakan soal dan
percakapan menghilang. Dengan cepat guru memeriksa entri soal dan
melanjutkan pelajaran untuk hari itu.Adalah impian kita semua,
sekolah yang berjalan seperti sekolah B....DAFTAR BACAANBuku Saku
Siswa SMPN 10 Pekanbaru; 2005. Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan
sosial sekolah bagi siswa. Pekanbaru: SMPN 10 Pekanbaru.Geoff
Colvin.2008. 7 Langkah untuk menyusun rencana disiplin kelas
proaktif. Jakarta: PT.
Indekshttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/Herlin
Febriana Dwi Prasti. 2005. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan
Disiplin Belajar Siswa Pada Saat Layanan Pembelajaran Di Kelas Ii
SMUNi 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2004/2005 (Skripsi).
Semarang: Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.Prayitno. 1994.Dasar-Dasar Bimbingan
dan Konseling. Jakarta. Dirjen Dikti depdikbudPrayitno.2002.
Hubungan Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidkan Nasional
Dirjendikdasmen direktora SLTP.