`BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obatan sangat jarang diberikan dalam bentuk bahan kimia langsung dan hampir selalu diberikan dalam bentuk sediaan formulasi. Dalam dunia kefarmasian dikenal berbagai macam bentuk sediaan obat. Suatu sediaan selain terdiri dari bahan aktif juga membutuhkan bahan tambahan yang bertujuan untuk memperbaiki, mengubah bahan aktif obat menjadi bentuk sediaan. Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan lain sebagainya. Salah satu bentuk sediaan setengah padat yang sering diproduksi adalah krim. Sediaan krim merupakan sediaan topical , krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
`BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat-obatan sangat jarang diberikan dalam bentuk bahan kimia langsung dan
hampir selalu diberikan dalam bentuk sediaan formulasi. Dalam dunia kefarmasian
dikenal berbagai macam bentuk sediaan obat. Suatu sediaan selain terdiri dari bahan
aktif juga membutuhkan bahan tambahan yang bertujuan untuk memperbaiki,
mengubah bahan aktif obat menjadi bentuk sediaan.
Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang
dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam
skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-
menerus.
Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan sediaan
padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain sebagainya,
sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel dan masih banyak lagi. Sedangkan
untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan lain
sebagainya.
Salah satu bentuk sediaan setengah padat yang sering diproduksi adalah krim.
Sediaan krim merupakan sediaan topical , krim merupakan bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai
Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan krim.
Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau mudah terurai jika disimpan
dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah antibiotika Klindamisin. Salah
satu pilihan sediaan untuk zat seperti ini adalah dengan membuat bentuk sediaan krim.
Berdasarkan penjelasan di atas kelompok kami ingin membuat formulasi krim
klindamisin untuk jerawat.
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
A. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi sediaan
semi solid dan likuid.
2. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian
praformulasi untuk sediaan .
3. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan krim untuk jerawat.
4. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan krim untuk
jerawat.
5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat – alat untuk
pelaksanaan praktikum.
6. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan krim untuk
jerawat.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengikuti dan melaksanakan ketentuan praktikum.
2. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif
untuk sediaan krim untuk jerawat.
3. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen, mutu
dan proses pembuatan sediaan krim untuk jerawat.
4. Mahasiswa dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi
sediaan krim untuk jerawat dari hasil pengkajian praformulasi.
5. Mahasiswa dapat menyusun Prosedur Tetap untuk setiap bahan,
pembuatan dan evaluasi sediaan krim untuk jerawat.
6. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan
evaluasi sediaan krim untuk jerawat.
7. Mahasiswa dapat menyusun laporan praktikum mengenai pembuatan
sediaan krim untuk jerawat.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Sediaan
2.1.1 Definisi Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (FI III)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (FI
IV hal. 6)
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
(Formularium Nasional)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%). (Ilmu Resep hal.
74)
Kualitas dasar krim, yaitu:
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).
2.1.2. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal
asam–asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci
dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim
dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim
yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak
3
(A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen,
span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A
digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium
stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl
sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya
terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau
zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya
yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan
harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim
umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga
0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%, selain
itu digunakan BHT atau BHA sebagai antioksidan pada sediaan krim.
Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat
sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.
2.1.4 Kelebihan dan kekurangan sediaan krim
Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
(minyak dalam air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
9. Dapat digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada
bayi, pada fase A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup
tinggi.
4
10. Dapat digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim
kuku, dan deodorant.
11. Dapat meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya
tidak tersatukan.
2. Sukar dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam suhu
tinggi.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, kemungkinan disebabkan dalam pembuatan formula yang
tidak pas.
5. Pembuatannya secara aseptik.
2.1.5 Formulasi
Formula dasar krim, antara lain:
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan
sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH,
3. Tipe krim - Sediaan diperiksa tipe krimnya m/a atau a/m
2. End Process Control
No
.
Parameter yang
diuji
Satuan Cara Pemeriksaan
1. PH - Dengan menggunakan PH meter
2. Sterilitas - Dengan pembenihan berdasarkan pengontrolan suhu dan
waktunya, dilihat ada pertumbuhan mikroba atau tidak.
3. Pengujian ukuran
partikel
- Mikroskopik
17
4. Viskositas - Menggunakan viscometer Brookfield, dihitung dengan
rumus : dial reading x faktor
5. Sifat alir Dibuat grafik antara rpm dan gaya (F). Harus memenuhi
syarat harus tiksotropik atau plastis
6. Kecepatan
sedimentasi
Dihitung pengendapan pada waktu tertentu Dilakukan pengamatan selama 1 jam dan diplotkan atau dibuat grafik dari hasil pengamatan Perhitungan laju sedimentasi =
(volume endapan pada waktu tertentu dibagi dengan
volume endapan awal)
7. Volume
sedimentasi
Gunakan gelas ukur, setiap 10 menit, catat endapan,
selama 1 jam.
Rumus = HuHo
Hu : tinggi akhir endapan pada tiap waktu tertentu
H0 : tinggi awal suspense secara keseluruhan
Selanjutnya buat grafik volume sedimentasi HuHo
diplot
sebagai ordinat (sumbu Y) dan waktu sebagai absisnya
(sumbu X)
8. Evaluasi Kimia
9. Uji efektivitas
pengawet
Dengan pembenihan, kemudian dihitung jumlah mikroba
viabel
3.9 Prosedur Tetap
PROSEDUR
I. Rencana produksi
Membuat rencana produksi harian untuk periode yang akan datang lalu diberikan ke
bagian produksi dari QC.
II. Jadwal harian produksi :
Kegiatan produksi terdiri dari :
1. Penimbangan
2. Peleburan fase minyak
3. Penghalusan bahan aktif
18
4. Pelarutan bahan larut air
5. Pemanasan lumpang
6. Pencampuran fase air ke dalam fase lemak
7. Pengemasan
8. Pengujian mutu sediaan
9. Penyerahan produk jadi
Semua anggota kelompok membuat jadwal harian produksi berdasarkan rencana produksi
untuk periode yang datang, mempertimbangkan.
1. Sisa jadwal yang lalu
2. Kapasitas masing – masing mesin setiap tahap
3. Jumlah tenaga kerja
4. Jumlah bahan baku dan kemasan dan kemungkinan adanya keterlambatan
kedatangannya
5. Urgensi masing – masing produk.
III. Penimbangan
- Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
- Anggota kelompok melakukan Penimbangan dan mencatat hasil penimbangan sesuai
dengan IK Penimbangan.
IV. Penghalusan
Anggota kelompok melakukan penghalusan untuk memperoleh serbuk sesuai yang
dinginkan dalam IK penghalusan
V. Penghalusan bahan aktif
Anggota kelompok melakukan penghalusan untuk memperoleh serbuk sesuai yang
dinginkan dalam IK penghalusan bahan aktif
VI. Peleburan fase minyak
- Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
- Anggota kelompok melakukan Peleburan sesuai dengan IK Peleburan
VI. Pencampuran fase minyak dan air
a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
b. Anggota kelompok melakukan pencampuran sesuai dengan IK pencampuran
VII. Uji homogenitas
a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
19
b. Anggota kelompok melakukan Pencampuran sesuai dengan IK Homogenitas.
XII. Pengujian mutu sediaan
a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
b.Anggota kelompok melakukan Pengujian sesuai dengan IK Pengujian mutu.
XIII. Pengisian
Anggota kelompok melaksanakan pengisian dan mencatat semua kegiatan dan hasil
pengisian sesuai IK. Pengisian.
XIV. Penyerahan produk jadi
a. Anggota kelompok membuat nota penyerahan barang dan menyerahkan barangnya
kepada dosen pembimbing.
b. Dosen pembimbing memeriksa kecocokan barang dengan nota penyerahan barang.
c. Selesai
3.10 Instruksi Kerja
No
.
Kegiatan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang bahan yang akan digunakan
- Klindamisin - nipagin
- TEA - nipasol
- Cera alba - BHT
- Vaselin album
- Propilen glikol
4. Panaskan Fase minyak di atas penangan
5. Gerus Klindamisin di dalam lumpang yang sudah disterilkan
7. Larutkan bagian yang larut dalam air dalam air panas
20
8. Masukkan fase minyak dalam lumping yang telah dipanasnkan
9. Tambahkan TEA lalu fase air sedikit demi sedikit
10. Tambahkan propilen glikol
11. Lakukan pengadukan ad terbentuk corpus emulsi
12. Setelah terbentuk tambahkan pewangi atau aqua rosae beberapa tetes
13. Masukkan ke dalam wadah , beri label
14. Maukkan wadah ke dalam kemasan , serahkan ke penguji
3.11 Tahap Pembuatan Krim Klindamisin HCl
No Kegiatan Penanggung jawab (PJ)
1 Siapkan alat dan bahan
2 Timbangan bahan yang akan digunakan :
- Klindamisin - nipagin
- TEA - nipasol
- Cera alba - BHT
- Vaselin album
- Propilen glikol
3 Lebuurkan fase minyak Cera alba dan vaselin album
dalam penangas air
4 Masukkan Fase minyak yang melebur ke dalam
lumpang tambahkan TEA ad corpus emulsi
5 Masukkan fase air dalam campuran nomor 7 sedikit
demi sedikit, gerus
6 Tambahhkan beberapa tetes aqua rosae
7 Evaluasi sediaan
21
8 Masukkan sediaan ke dalam tube
9 Tutup tube
10 Beri etiket pada tube
11 Masukkan tube kedalam kemasan dan lengkapi
dengan brosur
3.12 Evaluasi Krim Klindamisin HCl
No Kegiatan Penanggung jawab (PJ)
1.
a
b
Uji organoleptis
Warna
(Ambil sampel, amati warnanya dan catat pada lembar evaluasi)
Jumlah sampel
Warna yang diinginkan
Hasil
50 mg putih putih
Bau (Ambil sampel, amati baunya dan catat pada lembar evaluasi)
Jumlah sampel
Bau yang diinginkan
Hasil
50 mg Aroma rosae Aroma rosa
2. Uji Stabilitas Fisik
Viskositas dan sifat alir sediaan
- Masukan sediaan kedalam beaker glass yang steril
- Set dengan Brooke field
- Jalankan viskometer dan amati skala yang muncul
- Catat faktor sesuai yang tertera pada petunjuk
22
sesuai skala yang didapat
- Hitung viskositas dengan rumus: n = skala x faktor
Rpm Skala Faktor Viskositas
- Buat tabel untuk menghubungkan skala dan
shearing stress (F/A)
dengan rumus : skala x ≥187 = F/A
Skala F/A
- Plotkan tabel untuk mengetahui sifat alir sediaan
- Catat pada lembar hasil evaluasi
Jumlah sampel
Sifat alir yang diinginkan
Hasil
3. Uji Stabilitas Kimia
pH
Ambil sampel, celupkan indikator pH universal
kedalamnya amati dan bandingkan warna yang
muncul dengan parameter indikator pH universal,
catat hasil pada lembar hasil evaluasi.
Jumlah sampel
pH yang diinginkan Hasil
100 mg 5,0 – 7,0 -
No Kegiatan Penanggung jawab (PJ)
4. Kecepatan sedimentasi
23
Cara :
a. Dihitung pengendapan pada waktu tertentu b. Dilakukan pengamatan selama 1 jam dan diplotkan atau dibuat grafik dari hasil pengamatan.
Perhitungan laju sedimentasi = 1
(volume endapan pada waktu tertentu dibagi dengan
volume endapan awal)
Jumlah sampel
Kecepatan sedimentasi yang
diinginkan
Hasil
10 ml lambat cepat
5. Volume Sedimentasi
Cara :
a. Gunakan gelas ukur, setiap 24 jam, catat endapan,
selama 1 minggu.
Rumus = HuHo
Hu : tinggi akhir endapan pada tiap waktu tertentu
H0 : tinggi awal suspense secara keseluruhan
b. Selanjutnya buat grafik volume sedimentasi HuHo
diplot sebagai ordinat (sumbu Y) dan waktu sebagai
absisnya (sumbu X)
Hasil :-
6. Uji Sterilitas
- Pindahkan cairan dari wadah uji dengan pipet atau
jarum suntik
- Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu
24
7.
8.
bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media
- Campur cairan dengan media tanpa aerasi
berlebihan
- Inkubasi dalam media tertentu seperti yang tertera
pada prosedur umum selama + < 14 hari
- Amati pertumbuhan media secara visual pada hari
- ke 3, ke 4, atau ke 5, ke 7, ke 8 dan hari ke 14
Uji Tipe Krim
Sediakan 2 objek glas lalu teteskan masing-masing
sudan III dan metilen blue lalu amati di bawah
mikroskop
Hasil : -
Uji daya sebar
Ambil 2 objek glass lalu teteskan sampel pada ujung
objek glass 1 lalu tarik dari sebelah ujung dengan
menggunakan objek glass yang ke 2 lalu amati.
HAsil : menyebar dan homogen
BAB IV
PEMBAHASAN
25
Pada praktikum ini kami membuat suatu semi solid yaitu krim Klindamisin.
Klindamisinn merupakan bahan aktif sebagai antibiotik yang tidak larut dalam air serta
mudah terurai oleh adanya air sehingga dipilih bentuk sediaan krim. Adapun formula yang
kami gunakan untuk membuat sediaan ini yaitu:
R/ Klindamisin 0,1 g
Cera Alba 0,5 g
Vaselin Album 1,5 g
TEA 0,4 g
Propilen glikol 0,8 g
Nipagin 0,015 g
Nipasol 0,005 g
BHT 0,05 g
Aquadest ad 10 g
Bahan tambahan yang digunakan adalah Cera alba , Vaselin album sebagai basis
minyak , TEA sebagai emulgator, Propilenglikol sebagai wetting agent, nipagin dan nipasol
sebagai pengawet dan BHT sebagai antioksidan
Sebagai emulgator dipilih TEA karena stabil pada rentang pH netral tidak OTT
denganKlindamisin, membentuk sabun yang tidak mengiritasi kulit dan dapat berfungsi juga
sebagai humektan. Klindamisin memiliki sifat hidrofobik atau tidak suka air sehingga sukar
dibasahi sehingga ditambahkan wetting agent yaitu propilenglikol, selain itu propilenglikol
juga bisa bersifat sebagai pengawet, surfaktan dan humektan, efektif dalam konsentrasi
rendah 2 %, tidak OTT dengan bahan aktif dan komponen lainnya, juga larut dalam air dan
membentuk larutan kental jernih yang dapat menambah konsistensi dari sediaan krim.
Sediaan ini perlu ditambahkan pengawet untuk mencegah rusaknya bahan aktif
ataupun kontaminasi mikroorganisme kemudian untuk menjaga stabilitasnya karena krim
juga mengandung air. Pengawet yang digunakan adalah nipagin dan nipasol karena punya
daya antimikroba yang luas, serta kompatibel dengan bahan aktif dan bahan tambahan
lainnya, juga dengan adanya propilen glikol aktivitasnya meningkat.Selain itu ditambahkan
26
antioksidan dikarenakan krim mengandumg minyak yang dapat oksidasi sehoingga menjadi
tengik antioksidan yang digunakan ialah BHT.
Dalam praktikum pembuatan Krim Klindamisin saat pencampuran basiss lemak dan
air harus dilakukan dalam suhu tinggi oleh karena itu lumpang harus dipanaskan agar sediaan
tidak pecah. kami tidak mengalami kendala yang berarti. .
Evaluasi sediaan yang kami lakukan adalah pengujian organoleptis, uji Daya sebar,
pengujian volume sedimentasi dan kecepatan sedimentasi. Pengujian organoleptis sediaan
krim klindamisin yaitu meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Bentuk sediaan krim warna
putih, beraroma rosa rasa pahit. Dari hasil pengujian organoleptis sediaan ini memenuhi
persyaratan. Evaluasi selanjutnya adalah daya sebar atau homogenitas terlihat dalam objek
glass menyebar dan homogen. Karena keterbatasan waktu dan alat kami tidak melakukan uji
sterilitas, uji pH dan viskositas. Uji tipe krim kami lakukan dengan pengenceran tidak dengan
meneteskan Sudan III dan Metilen Blue dan mengamati di bawah mikroskop hasil adalah
dapat diencerkan tipe krim m/a.
BAB V
27
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sediaan suspensi yang kami buat adalah krim Klindamisin , dimana formula
yang kami gunakan untuk membuat sediaan steril ini yaitu:
R/ Klindamisin 0,1 g
Cera Alba 0,5 g
Vaselin Album 1,5 g
TEA 0,4 g
Propilen glikol 0,8 g
Nipagin 0,015 g
Nipasol 0,005 g
BHT 0,05 g
Aquadest ad 10 g
Karena sifat dari zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan juga bentuk sediaan
yang dibuat yaitu krim maka pembuatan krim dilakukan secara aseptik.
5.2 Saran
Semoga praktek selanjutnya dapat lebih baik lagi, untuk itu diharapkan lebih
diperhatikan lagi dalam hal :
o Sarana dan prasarana agar lebih dilengkapi
o Waktu praktikum agar lebih diperhatikan sehingga praktek yang dilakukan
dapat lebih maksimal dan uji evaluasi pun dapat kami lakukan karena
bagaimanpun juga akan lebih baik lagi bila teori yang diperoleh ditunjang
sepenuhnya dengan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
28
Ansel,H. 2011. dkk. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia.
Aulton ME. Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture of Medicines, 3rd edn,
Edinburgh: Churchill Livingstone, 2007.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta
Lachman,L.dkk. 1987. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Vargeshe
Publishing House. Bombay
Rowe, R.dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical Press. London
Swarbrick J. Boylan JC. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 2nd edn, New York:
Marcel Dekker, 2002
Sweetman,S. 2009. Martindale 36th edition : The Complete Drug Reference. Pharmaceutical
Press. London.
United States Pharmacopeia 30 and National Formulary 25,Rockville, MD: United States