Bahan Galian di P. Bintan Bandung 2005 1 BAHAN GALIAN DI PULU BINTAN (2005) Oleh : Abdul Fatah Yusuf 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kabupaten Kepulauan Riau adalah salah satu kabupaten di Provinsi yang baru dibentuk, yaitu Provinsi Kepulauan Riau, dengan ibukotanya Tanjungpinang, yang juga ibukota provinsi baru itu. Dalam rangka pengembangan potensi sumber daya alamnya, perlu dilakukan inventarisasi dan penyelidikan potensi sumber daya alam tersebut, salah satu dari sumber daya alam itu adalah bahan galian mineral non logam, dimana data bahan galian tersebut masih kurang. 1.2 . Maksud dan Tujuan Pelaksanaan inventarisasi dan penyelidikan bahan galian mineral non logam di daerah ini dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih optimal mengenai potensi bahan galian serta prospek pemanfaatan dan pengembangannya disamping pemutakhiran data dalam rangka pengembangan Bank data Sumberdaya Mineral Nasional. Dan diharapkan dari kegiatan ini akan tersedianya data dan informasi potensi bahan galian non logam di daerah ini, dengan harapan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah setempat sebagai : a. bahan penyusunan master plan pengelolaan bahan galian non logam; b. bahan masukan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP), yang akan menjadi acuan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK). 1.3. Lokasi Penyelidikan Kepulauan Riau dapat dijangkau dengan pesawat udara dari kota-kota besar Indonesia maupun seluruh dunia, melalui bandara udara Batam dan dilajutkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 1
BAHAN GALIAN DI PULU BINTAN (2005)
Oleh : Abdul Fatah Yusuf 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kabupaten Kepulauan Riau adalah salah satu kabupaten di Provinsi yang baru
dibentuk, yaitu Provinsi Kepulauan Riau, dengan ibukotanya Tanjungpinang, yang
juga ibukota provinsi baru itu. Dalam rangka pengembangan potensi sumber daya
alamnya, perlu dilakukan inventarisasi dan penyelidikan potensi sumber daya
alam tersebut, salah satu dari sumber daya alam itu adalah bahan galian mineral
non logam, dimana data bahan galian tersebut masih kurang.
1.2 . Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan inventarisasi dan penyelidikan bahan galian mineral non logam di
daerah ini dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih optimal mengenai potensi
bahan galian serta prospek pemanfaatan dan pengembangannya disamping
pemutakhiran data dalam rangka pengembangan Bank data Sumberdaya Mineral
Nasional.
Dan diharapkan dari kegiatan ini akan tersedianya data dan informasi potensi
bahan galian non logam di daerah ini, dengan harapan dapat bermanfaat bagi
Pemerintah Daerah setempat sebagai :
a. bahan penyusunan master plan pengelolaan bahan galian non logam;
b. bahan masukan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi
(RTRWP), yang akan menjadi acuan penyusunan rencana tata ruang
wilayah kabupaten (RTRWK).
1.3. Lokasi Penyelidikan Kepulauan Riau dapat dijangkau dengan pesawat udara dari kota-kota besar
Indonesia maupun seluruh dunia, melalui bandara udara Batam dan dilajutkan
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 2
dengan kapal Ferry menuju ke Pulau Bintan. Dengan Ferry atau Kapal Laut dari
Singapura, Johor dan Jakarta menuju ke Pulau Bintan yang hanya ditempuh
dengan beberapa jam atau sehari semalam. Dengan jarak yang begitu dekat
dengan Singapura dengan menggunakan alat transportasi kapal cepat adalah
cara yang sangat mudah ditempuh dari Singapura.
Kepulauan Riau terletak pada 0 ° 40' - 1° 15' Lintang Utara dan 104°07' Bujur
Timur di sebelah Barat dan 108° Bujur Timur di sebelah Timur, dimana daratannya
terdiri dari daerah berbukit-bukit dengan ketinggian maksimal 325 meter di atas
permukaan laut. Kepulauan Riau memiliki letak geografis strategis, dimana
wilayahnya terdiri dari lautan yang luas dan pulau-pulau yang tersebar dan
sebagian berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Terdiri tidak kurang dari 200 pulau, tersebar di perairan Selat Malaka dan Laut
Cina Selatan. Secara praktis dapat disebutkan wilayah Kabupaten Kepulauan
Riau berbatasan pada :
− Sebelah Utara dengan Kabupaten Natuna dan Malaysia Timur;
− Sebelah Selatan dengan Kabupaten Singkep;
− Sebelah Barat dengan Kabupaten Karimun, Pulau Batam, dan Singapura;
− Sebelah Timur dengan Propinsi Kalimantan Barat.
Luas daratan dan lautannya mencapai kurang lebih 101.147,3 kilometer
persegi, berarti wilayah Kabupaten Kepulauan Riau sesungguhnya lebih luas dari
daratan Propinsi Riau yang berada di Pulau Sumatera. Luas daratan hanya 4,3%
dari keseluruhan wilayah atau sekitar 4.063,85 kilometer persegi. Dengan
demikian, Kepulauan Riau memiliki potensi kelautan yang dapat diandalkan
(Gambar 1).
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 4
Gambar 1: Peta Lokasi Daerah Penyelidikan
1.4. Keadaan Lingkungan Iklim
Pada urnumnya daerah Kepulauan Riau beriklim tropis, dengan rata-rata suhu
udara berkisar antara 23 sampai 30 derajat Celcius. Kelembaban udara berkisar
dari 84% sampai 88%. Secara umum seluruh daerah, akan mengalami musim
hujan dari bulan Agustus sampai Januari dan musim kemarau dari Pebruari
sampai Juni. Rata-rata curah hujan setiap tahunnya adalah 2.000 mm.
Penduduk
Meskipun budaya Melayu lebih banyak mendominasi penduduk Kepri, akan tetapi
populasinya secara budaya dan etnis cukup beragam yang datang dari seluruh
Indonesia bahkan luar negeri. Jumlah penduduk pada akhir tahun 2000 adalah
181.166 jiwa. Dimana sebagian besar berada di Pulau Bintan dan sisanya
tersebar di berbagai pulau.
Jika penduduk Kota Tanjungpinang yang berjumlah 137.400 jiwa dapat dihitung
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 5
sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan, maka sesungguhnya Kabupaten
Kepulauan Riau memiliki Sumber Daya Manusia maupun potensi pasar yang
cukup tinggi.
Laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 1980 hingga 2000, pernah
kencapai 2,93 persen per tahun, dan diperkirakan akan mengalami kenaikan pada
tahun-tahun mendatang sebesar 3,1 persen per tahun. Hal ini mencerminkan, jika
pengelolaan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Kepulauan Riau dilakukan
dengan tepat maka potensi Sumber Daya Manusia yang ada akan mencukupi
kebutuhan tenaga kerja di masa-masa yang akan datang.
Administrasi Pemerintahan Guna mempermudah pelayanan terhadap masyarakat dan dunia usaha maka
pada tahun 2001, wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau
dimekarkan menjadi 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara,
Gunung Kijang, Teluk Bintan, dan Teluk Sebong.
Tenaga Kerja Tenaga kerja baik terlatih yang biasa cukup banyak tersedia di Kepulauan Riau
dan dapat ditambah dari wilayah Indonesia lainnya. Di akhir tahun 2000, terdapat
141.232 jiwa tenaga kerja yang terserap. Para tenaga kerja ini terus meningkat
dan menjadi lebih terlatih dan telah berpengalaman bertahun-tahun. Kepulauan
Riau memiliki tenaga kerja dengan ratio yang cukup baik. Dari jumlah
penduduk318.56 jiwa, jumlah tenaga kerja adalah 130.308 jiwa. Secara rata-rata
adalah setengah dari jumlah penduduk di Kepulauan Riau adalah para pekerja.
Penanaman Modal Aplikasi penanaman modal baik dari lokal maupun luar negeri diproses dengan
suatu kebijakan di Kepulauan Riau dan hanya memerlukan waktu tidak lebih dari
14 hari untuk mendapat persetujuan. Semua perizinan yang diperlukan untuk
memulai sebuah pembangunan juga diproses "di bawah satu atap" oleh Badan
Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD) / Board Of Capital Investment
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 6
And Promotion (BOCIAP) yang berkantor di Kantor Bupati Kepulauan Riau
Tanjungpinang dengan prosedur yang baik.
Proses dalam pemanfaatan tenaga kerja asing dilalui dengan perpendekan
prosedural yang selama ini ditangani di Pusat/Propinsi dan saat ini sudah dapat
diproses di BPMPD dengan instansi terkait. Semua pembagian ini mencerminkan
komitmen pemerintah Indonesia untuk secara penuh mendukung pembangunan
Kepulauan Riau. Sektor swasta sangat didukung oleh pemerintah untuk
mensukseskan pembangunan di daerah ini.
Kawasan Lindung dan Wisata Daerah Kabupaten Kepulauan Riau mempunyai kawasan wisata yang cukup luas
diantaranya kawasan wisata Bintan Beach International Resort seluas 20.990 ha
dan sepanjang pantai timur P. Bintan (Trikora) 3.098 ha, kawasan wisata ini
merupakan penyumbang terbesar PAD Kabupaten KEPRI, serta kawasan lindung
seluas 1.813,6 ha yang terbagi dalam 5 tempat (Tabel 1 dan Gambar 3),
merupakan kawasan hutan yang berguna sebagai penyangga (penyimpan) air.
Tabel 1. Luas Kawasan Wisata Dan Lindung Di Daerah Kabupaten Kepulauan Riau
NO NAMA LUAS (ha) KETERANGAN
1 G. Bintan Kecil 76,90 Kawasan Lindung 2 G. Bintan Besar 327,40 Kawasan Lindung 3 G. Kijang 529,90 Kawasan Lindung 4 G. Lengkuas 695,20 Kawasan Lindung 5 G. Sejolong 184,20 Kawasan Lindung
JUMLAH 1.813,60 Kawasan Lindung 6 BINTAN BEACH
INTERNATIONAL RESORT 20.990,00 Kawasan Wisata 7 Pantai TRIKORA 3.098,00 Kawasan Wisata
JUMLAH 24.088,00 Kawasan Wisata
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 8
Gambar 2. Wilayah administrasi daerah KEPRI.
Gambar 3. Peta Kawasan Lindung dan Wisata di daerah Kabupaten KEPRI.
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 9
2. GEOLOGI UMUM 2.1. Stratigrafi
Geologi umum daerah Kabupaten Kepulauan Riau menurut Kusnama, dkk. (1994)
dalam Peta Geologi Lembar Tanjungpinang skala 1 : 250.000 dapat
dikelompokkan menurut jenis dan umur batuan dari tua ke muda sebagai berikut :
Granit Trias (TRg) berumur Trias, granit berwarna kelabu kemerahan sampai
kehijauan, berbutir kasar, berkomposisi felspar, kuarsa, horblenda dan biotit,
mineral umumnya bertekstur primer, membentuk suatu pluton batolit, yang
tersingkap luas terutama di Pulau Batam dan Bintan. Intrusi Andesit (Tma) berumur Miosen, berwarna kelabu, berkomposisi
plagioklas, hornblenda dan biotit, bertekstur porfiritik dengan masa dasar mikro
kristal felspar, agak terkekarkan umumnya segar, berumur Miosen Akhir.
Formasi Goungon (QTg) berumur Plio-Plistosen, berupa batupasir tufaan ,
keputih-putihan, berbutir halus menengah, laminasi sejajar, batulanau umum
dijumpai, tuf andesitan dan tuf litik felspatik berwarna putih, halus, setempat
berselingan dengan batupasir tuf, memperlihatkan struktur laminasi sejajar dan
silang siur, tuf putih kemerahan dan batulanau kelabu agak karbonan
mengandung sisa tanaman, berumur Pliosen.
Endapan termuda berupa aluvium (Qa) berumu Holosen, terdiri dari pasir
merah kekuningan, dengan komposisi kuarsa, felspar, hornblenda dan biotit,
merupakan hasil erosi dan lapukan granit.
2.2. Struktur Geologi
Struktur yang dijumpai di daerah ini berupa lipatan, sesar dan kelurusan. Lipatan
berupa sinklin dan antiklin, yang berarah baratlaut-tenggara, dijumpai pada
Formasi Pancur dan Formasi Semarung di P. Sebangka, P. Sugi, P. Combol dan
P. Bulan; dan Formasi Tanjungkerotang di P. Galang; Sesar berupa sesar geser
jurus dijumpai di P. Rempang dan sesar normal di P. Batam, P. Rempang dan
P. Galang. Kelurusan-kelurusan dijumpai terutama di P. Bintan dan P. Batam.
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 10
Secara tektonika daerah Lembar Tanjungpinang termasuk kedalam Lajur
Karimata sebelah timur Lajur Timah (Katili, 1977).
2.3. Indikasi Bahan Galian
Bahan galian non logam yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Riau terdiri dari :
dasit, granit, pasir, lempung alumina, pasirkuarsa, kaolin dan felspar. Dasit
dijumpai di daerah G. Kijang dan G. Lengkuas, berasosiasi dengan intrusi dasit
yang berumur Miosen. Granit dijumpai di daerah Bukit Panglong, G. Bintan Kecil
dan G. Bintan Besar, Ekang Anculai dan di daerah Malangrapat, berasosiasi
dengan intrusi granit batolit berumur Trias.
Diharapkan setelah dilakukan penyelidikan berupa penyelidikan dan inventarisasi
bahan galian dapat menambah data potensi bahan galian yang telah ditemukan
dan melengkapi data mengenai sebaran, sumberdaya, kualitas, kegunaan dan
produksi bahan galian yang terdapat di daerah ini sehingga potensi bahan galian
tersebut dapat lebih dikembangkan pemanfaatannya baik untuk menambah
pendapatan asli daerah maupun memperluas lapangan kerja.
Bahan galian yang mungkin dijumpai setelah dilakukan penyelidikan antara lain :
Felspar, kemungkinan dijumpai pada satuan batuan intrusi granit Trias, berupa
endapan residual dan rombakannya pada dataran aluvialnya.
Granit, kemungkinan dijumpai pada satuan batuan intrusi granit Trias, berupa
endapan residual dan rombakannya pada dataran aluvialnya.
Kaolin, kemungkinan dijumpai merupakan hasil pelapukan pada batuan intrusi
granit Trias
Pasir Kuarsa, kemungkinan dijumpai merupakan hasil rombakan batuan intrusi
granit Trias
Dasit dijumpai pada satuan batuan intrusi dasit, pada peta geologi terdapat pada satuan
andesit (Tma) kemungkinan dijumpai di daerah Gunung Kijang dan G. Lengkuas serta
daerah sekitarnya.
3. KEGIATAN PENYELIDIKAN
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 11
3.1. Penyelidikan Lapangan Kegiatan pelaksanaan Inventarisasi dan Penyelidikan bahan galian non logam di daerah Kabupaten Kepulauan Riau dikelompokkan menjadi dua bagian besar yakni pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer. Metoda pengumpulan data sekunder dan primer yang berkaitan dengan kegiatan inventarisasi dan penyelidikan Bahan Galian Mineral Non Logam (SK PIMPRO No. 04/SK/PIEBGMI/2003, tanggal 24 Maret 2004) yang meliputi 7 (tujuh) tahapan yakni :
1. Kegiatan Persiapan (Pengumpulan Data Sekunder) 2. Presentasi Rencana kerja 3. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan (Pengumpulan Data Primer) 4. Laporan Pendahuluan 5. Presentasi Hasil Kegiatan 6. Analisis Dan Pengolahan Data 7. Penyusunan Laporan Akhir.
3.1.1. Pengumpulan Data Sekunder Untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan inventarisasi ini perlu ditentukan
tahap dan metoda kegiatan yang terencana meliputi antara lain studi literatur,
pengkajian data yang ada dengan keadaan di lapangan, pengambilan data
potensi dan produksi bahan galian, pengkajian hasil laboratorium pada beberapa
conto batuan yang mewakili serta pengkajian data sekunder lainnya yang dapat
menunjang pelaksanaan evaluasi potensi bahan galian di daerah tersebut.
Tahapan ini dilakukan pada saat persiapan ke lapangan dan sesudah melakukan
studi di lapangan. Pada saat ini dilakukan studi kepustakaan terhadap hasil-hasil
penyelidikan terdahulu, baik berupa laporan, pemetaan geologi maupun hasil-hasil
penyelidikan endapan bahan galian yang telah dilakukan sebelumnya.
Pekerjaan lainnya adalah inventarisasi data sekunder dan informasi mengenai
bahan galian yang terdapat di daerah penyelidikan baik berupa data jenis
komoditi, sumberdaya, produksi bahan galian maupun kualitas dan pemanfaatan
bahan galian.
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 12
Hasil studi literatur ini dapat diolah di studio sehingga dapat menghasilkan data-
data tematik di daerah penyelidikan, baik berupa peta, gambar, grafik atau tabel.
Hasil pengkajian studi literatur tersebut diperlukan untuk menyusun rencana yang
berkaitan dengan kegiatan inventarisasi dilapangan dan evaluasi seluruh data,
baik primer maupun sekunder.
3.1.2. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dapat berupa hasil pengamatan dan observasi
langsung di lapangan melalui kegiatan uji petik terhadap singkapan-singkapan
bahan galian yang ditemukan disertai pengambilan conto bahan galian untuk
keperluan analisis laboratorium, Disamping data utama yang berhubungan
langsung dengan bahan galian, data lainnya yang juga perlu didapatkan selama
berada di lapangan adalah data produksi bahan galian yang telah diusahakan,
sarana dan prasarana, demografi, ekonomi, social budaya masyarakat setempat.
3.2. Analisis Laboratorium Merupakan semua kegiatan analisis, pengolahan dan pengkajian serta evaluasi
untuk menunjang pekerjaan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral yang
antara lain meliputi :
Analisis Laboratorium Termasuk semua pekerjaan pengujian laboratorium terhadap contoh bahan galian di Laboratorium Fisika dan Kimia Mineral untuk mendapatkan data hasil pengujian kualitas guna menunjang penyusunan laporan akhir. Metoda analisis yang dilakukan terhadap contoh yang didapatkan dari lapangan terdiri dari : analisa kimia, XRD, keramik, kuat tekan dan analisa butir.
Hasil analisa : 1. Butir Analisa butir dilakukan terhadap 10 buah conto, terdiri dari 3 buah conto lempung
alumina, 1 buah conto pasirkuarsa dan 6 buah conto pasir (Lampiran C).
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 13
Bahan galian Lempung alumina dan pasir tersebar luas hampir di seluruh
kawasan Kabupaten Kepuulauan Riau, sedangkan pasir kuarsa tersebar di
sepanjang pantai Trikora, pasirkuarsa dianalisa untuk memperoleh gambaran
umum komposisi pasirkuarsa di wilayah Kabupaten Kepulauan Riau, meskipun
lokasi keterdapatan bahan galian tersebut telah menjadi daerah peruntukan
wisata.
Tabel 4. Jumlah Conto yang di analisa dan Jenis analisanya.
No Analisa Jumlah
1 Butir 10
2 Keramik 2
3 Kimia Mayor 20
4 Kuat Tekan 2
5 Petrografi 10
6 Poles 4
7 XRD 5
Jumlah Seluruh Conto 53
Analisa butir dilakukan untuk mengetahui distribusi besar butir, bentuk butir dan
gambaran umum mineral yang terkandung di dalamnya, pada conto tersebut.
Ketiga bahan galian tersebut (lempung alumina, pasirkuarsa dan pasir) salahsatu
proses benefiasinya adalah dengan melakukan pencucian, dengan melakukan
analisa besar butir terutama distribusi besar butir, bisa diperediksikan berapa
persen dari bahan galian tersebut yang akan hilang dalam proses pencucian.
Distribusi besar butir juga berkaitan dengan penggunaan dalam industri, seperti
pasirkuarsa diperlukan ukuran dan bentuk tertentu bagi industri sandblasting dan
gelas.
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 14
Tabel 5. Hasil Analisa Butir
No No
Conto Bahan Galian
Lokasi
Hasil analisa Distribusi Besar Butir (%)
+ 2 -2+1 -1+1/2
-1/2+1/4
-1/4+1/8
Lempung Kons. Dulang
1 Cly-02 Lempung Bukit 69, Wacopek, Bintan Timur. 52,13 7,70 6,15 7,55 0,75 25,70 0
Perubahan Nama Komoditi No Simbol Komoditi Simbol Komoditi Lokasi No Simbol Komoditi Simbol Komoditi Lokasi
1 An 01 Andesit Gr 03 Riolit/Granit
G. Bintan Besar, Bintan Buyu, Teluk Bintan 6 Gr 05 Granit Gr 05 Riolit/Granit
Bukit Panglong, Kelurahan Kijang Kota, Gunung Kijang
2 An 04 Andesit Gr 07 Granit
Kp. Sei Lekop, Gunung Lengkuas 7 Gr 06 Granit Da 02 Dasit
Bukit Jurig, Gunung Lengkuas, Bintan Timur
3 An 05 Andesit Da 01 Dasit
Bukit Piatu, Gunung Kijang 8 Gr 08 Granit Da 03 Dasit
G. Lengkuas, Gunung Lengkuas, Bintan Timur
4 Gr 01 Granit Gr 01 Granit
Bukit Lipan, Ekang Anculai, Teluk Sebong 9 Gr 09 Granit Da 04 Dasit
G. Lengkuas, Gunung Lengkuas, Bintan Timur
5 Gr 02 Granit Gr 02 Granit
Kp Trikora IV, Malangrapat, Gunung Kijang 10 Gr 10 Granit Da 05 Dasit
G. Lengkuas, Gunung Lengkuas, Bintan Timur
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 20
Pada umumnya lempung alumina terdiri dari mineral gibbsite (mineral bauksit) dan
kaolin serta mineral ikutan lainnya. Pada lokasi conto Cly 03, terdiri dari mineral
illite dan mineral ikutannya chrysotile, merupakan bagian bawah (bedrock) dari
bahan galian bauksite. Mineral illite adalah mineral lempung hasil ubahan dari
mineral kaolinit yang dapat digunakan sebagai bahan baku bodi keramik non putih
(coklat atau merah).
Felspar (Fl 01) terdiri dari mineral kuarsa, albit (Na-plagioklas), anorthite (Ca-
plagioklas), mineral ikutan haloysite (mineral lempung), gismodine dan mgriite.
Pasir (Snd 04) terdiri dari mineral kuarsa dengan mineral ikutan despujolsite,
gismodine {Ca(Al2Si2O3).4,5H2O}, graphite dan baumite.
Mineral ikutan
Berdasarkan hasil analisa laboratorium terutama XRD terdapat beberapa mineral
ikutan yang kadang dijumpai pada lapisan pasir, tanah (soil) maupun lempung,
yakni :
• Mangan (Mn) ditunjukkan dengan adanya mineral :
− lipscombite {Fe2+0.75Mn2+
0.25Fe3+2(PO4)2(OH)2},
− rockbrigeite {Fe2+0.75Mn2+
0.25Fe3+4(PO4)3(OH)5},
− despujolsite {Ca3Mn(SO4)2(OH)6.3H2O} dan
− baumite {(Mg,Mn2+,Fe2+,Zn)3(Si,Al)2O5(OH)4}.
• Tembaga (Cu) ditunjukkan dengan adanya mineral :
− clinoklas {Cu3AsO4(OH)3},
− mgriite (Cu3AsSe3) dan
− wroewolfeite {Cu4(SO4)(OH)6·2(H2O)}.
• Zirkon (Zr) ditunjukkan dengan adanya mineral : zektzerite (NaLiZrSi6O15).
• Uranium (U) ditunjukkan dengan adanya mineral :
− fourmarierite {Pb(UO2)4O3(OH)4·4(H2O)},
− orthobrannerite {UUTi4O12(OH)2} dan
− widenmannite {Pb2(UO2)(CO3)3}.
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 21
3.3. Pengolahan Data Kegiatan ini termasuk semua pekerjaan pengidentifikasian, pengelompokkan dan pengujian data, baik data lapangan maupun data laboratorium serta perbandingan hasil analisis data dengan teori disiplin ilmu yang sesuai menggunakan konsep / metoda keilmuan yang baku, dengan tujuan memperoleh informasi atau kesimpulan atas pelaksanaan inventarisasi dan penyelidikan yang dilakukan. Dalam pengolahan data ini dilakukan beberapa kajian antara lain : Kajian peta, dilakukan penelaahan peta baik posisi maupun topografi, berdasarkan peta dasar dan hasil survey lapangan yang diperoleh dari alat GPS, berupa posisi lokasi conto, singkapan dan sebaran bahan galian. Kajian genesa bahan galian berdasarkan data yang diperoleh di lapangan baik berupa : keberadaan, lingkungan bahan galian, geologi setempat serta sifat fisik dan kimia bahan galian yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium. Kajian pemanfaatan dilakukan berdasarkan hasil analisa laboratorium, dengan mengacu kepada spesifikasi bahan galian tersebut bagi penggunaan industri, baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan setengah jadi. Kajian pengembangan bahan galian, dilakukan berupa penelaahan bagi kemungkinannya bahan galian tersebut dikembangkan sebagai bahan penunjang industri bahan galian maupun industri lainnya. Penyusunan peta geologi, lokasi bahan galian dan sebaran bahan galian non logam skala 1 : 100.000, serta peta-peta lainnya dalam skala yang lebih kecil guna melengkapi laporan tekstual maupun untuk keperluan visualisasi, dengan menggunakan perangkat lunak MapInfo dan ArcView serta Surfer. Penyusunan Laporan Akhir Merupakan semua kegiatan penyusunan informasi atau kesimpulan yang
diperoleh dari hasil pelaksanaan kegiatan ke dalam suatu laporan, meliputi :
1. Penggambaran peta-peta hasil inventarisasi dan penyelidikan 2. Penyusunan tekstual laporan akhir 3. Penyusunan data dalam bentuk datadasar (“database”) secara digital 4. Pembuatan peta secara digital maupun hardcopy 5. Penggandaan laporan akhir.
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 22
4. HASIL PENYELIDIKAN 4.1. Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi Secara umum wilayah Kabupaten Kepulauan riau merupakan wilayah pedataran
yang berasal dari intrusi pluton batolit granit yang berumur Trias. Secara rinci
morfologi wilayah daerah penyelidikan terbagi dalam 2 satuan, satuan morfologi
dataran rendah bergelombang dan satuan morfologi perbukitan (Gambar 4 dan 5).
Morfologi Dataran rendah Bergrlombang
Satuan morfologi ini sangat dominan hampir menutup seluruh wilayah daerah
penyelidikan, ditempati oleh satuan batuan granit serta lapukannya, batuan
sedimen Formasi Goungon dan sebaran Endapan Permukaan Aluvium. Bahan
galian yang terdapat di wilayah satuan ini adalah pasir dan lempung alumina
(bauksit). Ketinggian satuan morfologi ini berkisar antara 0 – 25 m (dpl).
Wilayah satuan morfologi ini sebagian merupakan wilayah kegiatan budaya
manusia seperti, perkotaan, pemukiman, transportasi dan wilayah industri serta
wisata.
Morfologi Perbukitan
Satuan ini hanya menempati sebagian kecil wilayah penyelidikan, terdapat 5
lokasi wilayah perbukitan dengan luas wilayah relatif kecil dibandingkan luas
wilayah Kabupaten kepri, satuan ini menempati ketinggian mulai dari 75 – 325 m
(Gambar 5), merupakan tonjolan-tonjolan yang membentuk bukit-bukit : G. Bintan
Besar, G. Bintan kecil dan G. Kijang, serta G. Lengkuas yang ditempati oleh
batuan dasit G. Sejolong (di P. sejolong) yang ditempati oleh satuan batuan granit.
Sebagian kecil wilayah satuan morfologi ini merupakan kegiatan penambangan
batuan granit dan dasit, sebagian besar masih merupakan hutan, kawasan lindung
pada umumnya terdapat pada satuan morfologi ini.
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 23
Gambar 4. Sebaran satuan morfologi di wilayah KEPRI.
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 24
Gambar 5. Satuan morfologi berdasarkan topografi.
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 25
Stratigrafi Satuan stratigrafi daerah Kabupaten Kepulauan Riau, tersusun dari muda ke tua
sebagai berikut :
STRATIGRAFI
ENDAPAN PERMUKAAN BATUAN BATUAN BATUAN DAN BATUAN SEDIMEN GUNUNGAPI MALIHAN TEROBOSAN Holosen
Plistosen Pliosen Akhir Tengah Awal
Oligosen
Eosen
Paleosen Akhir Awal
Jura
Akhir
Awal Perem Karbon
ALUVIUM : Pasir, merah kekuningan dengan komposisi terutama
kuarsa, felspar, hornblende dan biotit yang mungkin berupa sisa
erosi lapukan granit; konglomerat berkomponen kerikil granit,
Qa
QTg
Tmpt
Tma
MEO
SEN
KU
AR
TER
T E
R S
I E
R
KA
PUR
TR
IAS
M
E Z
O S
O I
K U
M
PA
LEO
ZOIK
UM
Kss
Ksp
JP
Trg Trsd
PCmb
Qa
Bahan Galian di Pulau Bintan
Bandung 2005 26
malihan dan batupasir, terpilah buruk, tidak terkonsolidasi baik;
endapan rawa; dan terumbu yang terangkat. Satuan ini yang berupa
hasil endapan sungai dan pantai menutupi takselaras batuan yang
Granit Bukit Panglong, Desa Kijang, Kecamatan Bintan Timur
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 39
Pasir Sebagian besar wilayah P. Bintan merupakan sebaran pasir, bahan galian pasir
yang terkandung dalam satuan batuan lapukan granit serta rombakannya, bauksit,
dan Formasi Goungon, umumnya masih bercampur dengan lempung dan lumpur,
sehingga untuk memperolehnya perlu proses pencucian terlebih dahulu.
Ketebalan yang relatif tipis mengakibatkan dampak penambangan pada areal
yang cukup luas. Sebaran pasir tersebar di 17 lokasi (Lampiran 2).
Konsentrasi pasir yang umumnya berupa pasirkuarsa yang terkandung dalam
berbagai satuan batuan rata-rata sekitar 60 %. Sebaran pasir yang sudah tercuci
secara alamiah umumnya tersebar di sepanjang pantai sebagai endpan alluvial,
namun secara lingkungan pasir tersebut tidak layak untuk ditambang.
Potensi pasir seluruhnya mempunyai luas sebaran 1.114 ha dengan jumlah
sumber daya tereka sebesar 223 juta m³ (Tabel 8).
Tabel 11. Sumber daya Tereka Pasir Di Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau
NO SIMBOL KOMODITI LOKASI DESA KECAMATAN TEBAL (m) LUAS (m²) VOLUME
(m³) 1 Snd Pasir Busung Teluk
Sasah Bintan Utara 2 17.180.000 34.360.000
2 Snd Pasir Tembeling Tembeling Teluk Bintan 2 15.030.000 30.060.0003 Snd Pasir Kawal Kawal Gunung
Kijang 2 71.970.000 143.940.000
4 Snd Pasir P. Buton Kelong Bintan Timur 2 3.929.000 7.858.0005 Snd Pasir P. Gin
Besar Numbing Bintan Timur 2 2.199.000 4.398.000
6 Snd Pasir P. Gin Besar
Numbing Bintan Timur 2 1.062.000 2.124.000
Rata-rata ketebalan dan jumlah luas serta sumber daya 2 111.370.000 222.740.000
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 40
Gambar 18. Morfologi sebaran pasir di Daerah Busung.
Lempung Alumina (bauksit) Sebaran bahan galian lempung alumina (bauksit) tersebar secara luas di wilayah
P. Bintan dan sekitarnya, bauksit merupakan hasil proses pelapukan dari batuan
granit yang merupakan batuan dasar dari P. Bintan, tersebar di 17 lokasi
(Lampiran 2). Umumnya tersebar membentuk punggungan-punggungan landai
(tidak terjal) yang tidak begitu tinggi (Gambar 19), yang memungkinkan terjadinya
proses pelapukan terus berlanjut, secara morfologi merupakan wilayah dataran
yang bergelombang.
Potensi sebaran lempung alumina yang cukup besar terdapat di wilayah
Kecamatan Bintan Timur, meliputi wilayah daratan dan pulau-pulau di sekitarnya,
sebagian besar merupakan wilayah tambang dan bekas tambang bauksit.
Wilayah yang mempunyai sebaran cukup luas terdapat di derah Desa Gunung
-10 m
0 m
10 m
20 m
30 m
40 m
Pasir di daerah Busung, Desa Busung dan Teluk Sasah, Kecmatan Bintan Utara
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 41
Lengkuas, Busung, Toapaya dan Ekang Anculai, serta di wilayah pulau-pulau
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bintan Timur.
Berdasarkan hasil kajian data lapangan potensi lempung alumina seluruhnya di
wilayah penyelidikan mempunyai luas sebaran sekitar 10.450 ha dengan jumlah
sumber daya tereka sebesar 209 juta m³ (Tabel 9).
Tabel 12. Sumber daya Tereka Lempung Alumina (Bauksit) Di Wilayah
Kabupaten Kepulauan Riau
NO SIMBOL KOMODITI LOKASI DESA KECAMATAN TEBAL (m) LUAS (m²) VOLUME
(m³) 1 Cly Lempung
Alumina Busung Busung Bintan Utara 2 15.960.000 31.920.000
2 Cly Lempung Alumina
Pelita Hati
Penaga Teluk Bintan 2 5.432.000 10.864.000
3 Cly Lempung Alumina
Ekang Labi
Ekang Anculai
Teluk Sebong 2 5.547.000 11.094.000
4 Cly Lempung Alumina
Kampung Bulan
Ekang Anculai
Teluk Sebong 2 4.615.000 9.230.000
5 Cly Lempung Alumina
Ekang Anculai
Ekang Anculai
Teluk Sebong 2 2.658.000 5.316.000
6 Cly Lempung Alumina
Kangboi Toapaya Gunung Kijang
2 6.469.000 12.938.000
7 Cly Lempung Alumina
Gunung Lengkuas
Gunung Lengkuas
Bintan Timur 2 34.020.000 68.040.000
8 Cly Lempung Alumina
P. Buton Kelong Bintan Timur 2 2.530.000 5.060.000
9 Cly Lempung Alumina
P. Koyang
Mantang Lama
Bintan Timur 2 1.796.000 3.592.000
10 Cly Lempung Alumina
Serim, P. Kelong
Mantang Lama
Bintan Timur 2 2.606.000 5.212.000
11 Cly Lempung Alumina
P. Kelong Kelong Bintan Timur 2 5.704.000 11.408.000
12 Cly Lempung Alumina
P. Mantang
Mantang Lama
Bintan Timur 2 1.426.000 2.852.000
13 Cly Lempung Alumina
Siolong Mantang Besar
Bintan Timur 2 6.245.000 12.490.000
14 Cly Lempung Alumina
P. Telang Besar
Mantang Besar
Bintan Timur 2 4.487.000 8.974.000
15 Cly Lempung Alumina
P. Telang Kecil
Mantang Besar
Bintan Timur 2 3.100.000 6.200.000
16 Cly Lempung Alumina
Ainung, P. Gin Besar
Numbing Bintan Timur 2 123.000 246.000
17 Cly Lempung Alumina
P. Gin Kecil
Numbing Bintan Timur 2 1.785.000 3.570.000
Rata-rata ketebalan dan jumlah luas serta sumber daya 2 104.503.000 209.006.000
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 42
Gambar 19. Morfologi sebaran lempung alumina (bauksit) di Daerah Wacopek.
Pasirkuarsa Terdapat di Trikora, Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, merupakan
endapan aluvial dengan jumlah sebaran dan sumber daya yang terbatas karena
sebagian besar wilayahnya sudah menjadi daerah wisata Pantai Trikora, sehingga
tidak dapat dikembangkan untuk industri tambang.
Potensi pasirkuarsa seluruhnya mempunyai luas sebaran 32 ha dengan jumlah
sumber daya tereka sebesar 322.000 m³. Potensi bahan galian lainnya seperti
kaolin dan feldspar sangat terbatas, terbatas di wilayah penambangan pasir,
umumnya merupakan bagian dasar (bedrock) dari endapan bahan galian pasir,
penambangannya harus dilakukan lebih dalam dari penambangan pasir yang
sekarang berjalan, pada lokasi tertentu telah mencapai kedalaman 10 m.
4.3. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan bahan galian di wilayah Kabupaten
Kepulauan Riau, yang dapat dikembangkan adalah bahan galian : pasir, dasit,
granit dan lempung alumina (bauksit), bahan galian lainnya (kaolin dan feldspar)
umumnya terdapat di bawah endapan bahan galian pasir sehingga untuk
0 m
10 m
20 m
30 m
40 m
50 m
Sebaran lempung alumina di daerah Wacopek, Kecamatan Bintan Timur
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 43
pengembangannya perlu penambangan lebih dalam dari penambangan pasir
yang kedalamannya berkisar antara 5 – 20 m, sehingga secara lingkungan sangat
mengganggu.
Bahan galian pasir dapat dikembangkan sebagai bahan bangunan baik untuk
konsumsi lokal maupun di ekspor ke Singapura. Faktor geografis yang relatif
dekat dengan Negara Singapura memugkinkan Negara ini menjadi pasar yang
potensial bagi bahan galian bangunan baik pasir maupun batu. Ketebalan pasir
yang relatif kecil (rata-rata 2 m), mengakibatkan penambangan bahan galian ini
memerlukan luasan yang cukup besar, dampak yang ditimbulkannya adalah
perubahan bentuk fisik daratan yang cukup luas, sehingga perlu dilakukan
penanganan yang lebih ketat.
Secara domestik Kabupaten Kepulauan Riau merupakan kabupaten baru yang
masih memerlukan pengembangan infrastruktur, seperti pembangunan ibukota
kabupaten dan provinsi, hal tersebut akan memerlukan bahan galian bangunan
yang lebih besar seperti pasir, dasit dan granit. Bahan galian dasit dan granit
sukup besar terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Riau namun sebagian
besar merupakan kawasan lindung seperti Gunung Lengkuas, Gunung Kijang dan
Gunung Bintan Besar, perlu kebijakan tertentu untuk pengelolaan bahan galian
dasit dan granit guna mengantisipasi lonjakan keperluan bahan galian tersebut,
untuk menghindari penambangan dikawasan hutan lindung yang illegal, seperti
yang sekarang telah berlangsung, penambangan granit di Gunung Lengkuas dan
Gunung Kijang bagian timur. Pemberian izin yang legal dengan persyaratan
tertentu dan dengan pengawasan yang ketat dapat menghindari penambangan
illegal yang tidak terkontrol.
Bahan galian dasit merupakan bahan galian bangunan yang digunakan baik
sebagai agregat beton, maupun pondasi. Selain pasar domestik juga di ekspor ke
Singapura.
Bahan galian granit dapat digunakan sebagai bahan bangunan berupa agregat
beton dan pondasi, bahan galian ini umumnya telah terkekarkan, sehingga untuk
Bahan Galian di P. Bintan
Bandung 2005 44
keperluan batu dimensi perlu dilakukan pemilahan, untuk keperluan tersebut
diperlukan ukuran bongkah tertentu minimal 1 m tanpa rekahan.
Berdasarkan hasil analisa kuat tekan bahan galian dasit dan granit di wilayah
Kabupaten Kepulauan Riau kuat tekannya 656,43 – 762,24 kg/cm2, dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi ringan sampai sedang (Tabel 11 dan
Lampiran C).
Tabel 13. Persyaratan teknis batuan beku untuk batu pecah dan agregat beton (dpmb,1984)
No. JENIS
PENGUJIAN JENIS BANGUNAN BETON KONSTRUKSI JALAN KONSTRUKSI
BERAT (BETON K1.3)
KONSTRUKSI SEDANG
(BETON K1.2)
KONSTRUKSI RINGAN
(BETON k1.1) 1 2 3 4
Kuat Tekan (kg/cm2) Pengujian dengan sistem Modellof Secara Kasar Lolos Ayakan 30 - 95 mm (dihitung dari berat beban) Ketahanan Terhadap Keausan dengan Los Angeles Bagian Hancur Maksimum (% berat) Kandungan Air (% berat)
1200
0,80
16,00
27,00
3,00
800
0,70
16,00 - 24,00
27,00 - 30,00
3,00
600
0,60
24,00 - 30,00
40,00 - 50,00
3,00
Bahan galian kaolin berdasarkan hasil analisa keramik (Lampiran C) dapat
digunakan sebagai bahan refraktori dan bodi kermik putih.
Berdasarkan hasil analisa kimia (Lampiran C), feldspar mempunyai kandungan