31
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 BAHAN CETAK2.1.1 Definisi Bahan CetakMaterial untuk mencatat
atau mereproduksi bentuk dan hubungan gigi-geligi dan jaringan
rongga mulut (Imawati, 2009)2.1.2 Syarat Bahan CetakBahan cetak
merupakan bahan yang digunakan untuk membuat tiruan negatif dari
rongga mulut, sehingga selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya.
Model gigi tersebut digunakan oleh dokter gigi sebagai model studi
maupun sebagai model kerja.Untuk menghasilkan cetakan yang akurat,
bahan yang digunakan untuk membuat tiruan dari jaringan oral dan
ekstraoral harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
1. Bahan tersebut harus cukup cair untuk beradaptasi dengan
jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok
cetak yang menghantar bahan cetak ke dalam mulut
2. Bahan tersebut harus berubah atau mengeras menjadi padat
menyerupai karet dalam waktu tertentu selama di dalam mulut,
idealnya waktu pengerasan total kurang dari tujuh menit3. Cetakan
yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan
dari mulut dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor
dapat dituang (Anusavice, 2003).2.1.3 Sifat Fisik, mekanik, dan
biologis bahan cetak
A. Sifat fisis
1 Creep
Creep adalah perubahan dimensi yang berangsur-angsur tetapi
permanen yang terdapat `pada bahan cetak dibawah muatan statis atau
tekanan konstan. Bahan cetak dapat mengalami deformasi permanen
jika load diberikan dalam waktu yang lama walaupun load yang
diberikan dibawah elastic limit.
2 Viskositas
Viskositas adalah ukuran konsistensi suatu bahan beserta
ketidakmampuannya untuk mengalir. Bahan dengan viskositas rendah
memiliki kemampuan untuk mengalir lebih baik dari pada bahan dengan
viskositas yang tinggi. Viskositas suatu bahan juga dipengaruhi
oleh shear force yang diberikan kepada bahan ketika pengadukan.
Viskositas bahan dapat berkurang dengan meningkatnya tekanan dari
luar atau shear stress. Sehingga, bahan dengan viskositas rendah
hanya membutuhkan sedikit stress untuk menghasilkan flow yang
tinggi.B. Sifat Mekanis
1 Flow
Flow adalah sifat bahan yang memungkinkan untuk berubah
bentuknya bila diberikan suatu load walaupun load tersebut tidak
diperbesar lagi (konstan). Bahan cetak yang memiliki flow yang
tinggi mengalir dengan baik dan dapat mencetak detail yang
baik.
2 Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda yang dimungkinkan untuk
diubah bentuknya dengan beban yang bila beban tersebut dihilangkan
akan kembali kebentuk semula. Sifat elastisitas yang baik pada
suatu bahan dapat ditunjukkan dengan melihat besarnya elastic
recovery dan perubahan dimensi bahan tersebut.
3 Tear strength
Tear strength adalah ketahanan suatu bahan cetak terhadap
sobekan. Nilai tear strength dapat dilihat dengan adanya tear
resistance. Tear resistance pada bahan cetak merupakan pertimbangan
yang penting selama bahan cetak dipindahkan dari mulut. 4
Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah bentuk
setelah diberikan sedikit stress. Maksimum fleksibilitas pada bahan
cetak elastis dibutuhkan untuk berdeformasi tanpa menyebabkan
perubahan bentuk yang permanen. Makin rendah nilai fleksibilitas
suatu bahan cetak makin sulit bahan cetak tersebut diangkat dari
mulut. C. Sifat biologis
Hipersensitivitas dan toksisitivitas. Contohnya: Bahan cetak
alginat tidak mengiritasi, tidak beracun, dan dapat ditolerir oleh
jaringan mulut. Bau dan rasanya biasanya bisa ditolerir.
(Rinaldy 2009)2.1.4 Klasifikasi Bahan Cetak
Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada
dua jenis bahan cetak, yaitu:
1. Bahan Cetak Elastis
Bahan cetak elastis dapat secara akurat memproduksi baik
struktur keras maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut
dan celah interproksimal. Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk
mencetak pasien tanpa gigi, kebanyakan dibuat untuk model cor untuk
gigi tiruan sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi
tunggal (Anusavice, 2004). Bahan cetak elastis dibagi lagi menjadi
dua, yaitu:
a) Hidrokoloid
Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi
dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air. Koloid
merupakan kombinasi dari wujud benda apapun, terkecuali bentuk gas.
Semua penghambur koloid disebut sol. Bahan cetak hidrokoloid dibagi
lagi menjadi dua, yaitu (Anusavice, 2004):
Irreversibel
Bahan cetak hidrokoloid irreversibel dapat dicontohkan dengan
alginat. Bahan ini disebut irreversibel, sebab bahan ini tidak
dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi membentuk
wujud sol. Bahan ini ditemukan pada saat bahan cetak yang digunakan
sebelumnya menjadi langka, yakni pada waktu perang dunia kedua.
Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan bahan cetak lainnya,
yakni proses manipulasinya yang mudah, nyaman bagi pasien, dan
relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan.
Reversibel
Bahan reversibel dipengaruhi oleh suhu, sehingga bahan ini dapat
kembali ke bentuk semula. Bahan ini leleh pada temperatur 70-1000C,
sedangkan pada temperatur 37-500C, bahan ini dapat menjadi gel,
contohnya adalah agar.b) Elastomer
Elastomer merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan
cetak hidrokoloid. Suatu bahan cetak elastomer terdiri atas molekul
atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan
tersebut mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik tertentu
untuk membentuk jalinan tiga dimensi yang sering disebut sebagai
gel. Pada keadaan ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer
membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu yang dapat kembali ke
keadaan semula, yaitu rantai kembali melingkar pada keadaan
berikatan ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan
kekakuan dan sifat elastis bahan tersebut. Elastomer dibagi menjadi
tiga, yaitu polysulfide, silikon, dan polyether (Anusavice,
2004).2. Bahan Cetak Non Elastis
Bahan cetak non elastis memiliki sifat keras dan tidak dapat
dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk
cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk semua
cetakan sebelum ditemukannya cetakan agar. Meskipun bahan tersebut
sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi, bahan tidak elastis
ini memiliki keunggulan dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak
bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc oxide eugenol dan plaster of
paris disebut bahan cetak mukostatik karena bahan tersebut tidak
menekan jaringan selama perlekatan cetakan (Anusavice, 2004).Bahan
cetak non elastis dibagi menjadi dua, yaitu (Anusavice, 2004):a)
Irreversibel
Contoh dari bahan cetak jenis irreversibel ialah plaster of
paris dan zinc oxide eugenol.b) Reversibel
Contoh dari yang reversibel ialah malam dan compound.
2.2 Bahan Cetak Elastis2.2.1 Hidrokoloid1. Alginat
(Irreversibel)
Alginat merupakan hidrokoloid irreversibel yang komponen
utamanya adalah natrium, kalium, atau alginat trietanolamin.
Alginat yang dicampur air akan membentuk sol dengan cepat. Besar
berat molekul alginat bervariasi, semakin besar berat molekul maka
kekentalan sol akan bertambah. Biasanya ditambahkan bahan pengisi
seperti tanah diatoma yang berfungsi sebagai penambah kekerasan dan
kekuatan gel alginat. Oksida seng juga merupakan bahan pengisi yang
mempengaruhi sifat fisik serta waktu pengerasan gel (Anusavice,
2004).a) Perbedaan Jenis AlginatINDIKATORREGULAR SETQUICK SET
MIXING TIME1 MENIT45 DETIK
WORKING TIME2 3, 5 MENIT130 75 DETIK
SETTING TIME3-5 MENIT1,25 2 MENIT
(Muthia, 2011)
b) Komposisi alginat
Komposisi bahan cetak alginate yaitu larutan garam asam alginik
yang bereaksi dengan kalsium menghasilkan gel kalsium alginate,
garam kalsium alginate yang lambat larut (trisodium phospat)
melepas kalsium untuk bereaksi dengan alginate, bahan pengisi untuk
meningkatkan kohesi campuran memperkuat gel, siliko flourida atau
flourida untuk memperbaiki permukaan model stone, bahan pewangi
agar bahan lebih disenangi pasien, indicator kimia agar warna dapat
berubah dengan berubahnya pH (Novertasari, 2010). Sodium alginat
18%
Sodium fosfat 2%
Potas sulfat 10%
Filler 56%
Sodium siliko fosfat 4%
Kalsium sulfat D 14% (Anusavice, 2003).c) Lama Penyimpanan
AlginatTemperatur dan kontaminasi kelembaban udara merupakan 2
faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bubuk alginat.
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara
individual dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu
cetakan, atau dalam kaleng besar yang tertutup rapat (Anusavice,
2004)b) Alginat Modifikasi
Proses gelasi
Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai
reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel
kalsium alginat yang tidak larut air. Kalsium sulfat cepat bereaksi
untuk membentuk kalsium alginat tak larut air dari kalium atau
natrium alginat dalam larutan cair. Produk kalsium alginat sangat
cepat, oleh karena itu tidak tersedia waktu yang cukup untuk
bekerja. Oleh karena itu perlu ditambahkan garam pemerlambat
(retarder) seperti trinatrium untuk memperpanjang waktu kerja
(Anusavice, 2004).
Struktur gel
Pada natrium atau kalium alginat, kation terikat pada kelompok
karboksil untuk memberi ester atau garam. Bila garam yang tidak
larut dibentuk melalui reaksi natrium alginat dalam larutan dengan
garam kalsium, ion kalsium akan menggantikan ion natrium dalam 2
molekul berdekatan untuk membentuk ikatan silang antara 2 molekul.
Dengan berkembangnya reaksi, ikatan silang kompleks molekuler atau
anyaman polimer akan terbentuk. Anyaman semacam ini dapat
menggantikan struktur menyerupai kepala sikat dari gel (Anusavice,
2004). Mengendalikan waktu gelasi
Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya
gelasi, harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk
mengaduk bahan, mengisi sendok cetak, dan meletakkannya di dalam
mulut pasien. Sekali gelasi terjadi, bahan cetak tidak boleh
diganggu karena fibril yang sedang terbentuk akan patah dan cetakan
secara nyata menjadi lebih lemah (Anusavice, 2004).c) Manipulasi
Bahan Alginat
1. Mempersiapkan pengadukan
Campurkan bubuk alginat yang telah ditakar dengan air sesuai
takaran pada bowl. Gerakan pengadukan yang salah dapat merusak
bahan alginat. Cara pengadukan yang benar adalah dengan menggunakan
spatula logam, awali dengan gerakan angka delapan, dan lanjutkan
dengan menekan bahan ke dinding bowl searah 180 derajat. Waktu
pengadukan terlalu lama juga dapat merusak alginat. Biasanya 45
detik sampai 1 menit adalah waktu yang pas untuk mengaduk alginat
(Anusavice, 2004).
2. Membuat cetakan
Bahan harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak
mengalir keluar sendok cetak dan menyebabkan tersedak. Bahan cetak
juga harus menempel pada sendok cetak agar dapat ditarik dari
sekitar gigi. Ketebalan cetakan alginat antara sendok cetak dan
jaringan harus sekurang-kurangnya 3 mm (Anusavice, 2004). 3.
Kekuatan
Gel maksimal diperlukan untuk mencegah fraktur dan menjamin
bahwa cetakan cukup elastis ketika dikeluarkan dari mulut
(Anusavice, 2004).
4. Viskoelastisitas
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan
regangan. Jadi, ketahanan terhadap sobekan pada alginat akan
meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan secara
tiba-tiba. Kecepatan mengeluarkan cetakan harus disesuaikan antara
gerakan cepat dan kenyamanan pasien (Anusavice, 2004).
5. Keakuratan
Sebagian besar cetakan alginat tidak mampu mereproduksi detail
yang halus yang dapat diperoleh dengan cetakan elastromerik
lainnya. Kekasaran permukaan cetakan dapat menyebabkan distorsi
pada tepi gigi yang dipreparasi (Anusavice, 2004).2. Agar
(Reversibel)
a) Komposisi Agar
Agar merupakan salah satu jenis koloid hidrofilik organik yang
diekstrat dari rumput laut jenis tertentu. Terdapat dalam
konsentrasi 8-15%, bergantung pada sifat bahan yang dimaksud.
Kandungan utamanya adalah air (>80%). Untuk memperkuat gel,
biasanya ditambah sedikit boraks. Namun sayangnya boraks merupakan
salah satu jenis retarder terbaik untuk pengerasan gypsum (Combe,
1992).
Kandungan air yang berlebih dalam agar juga dapat memperlambat
pengerasan gypsum. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pengaruh
air dan boraks pada gel, ditambahkan sedikit kalium sulfat. Kalium
sulfat merupakan zat pemercepat pengerasan gypsum. Beberapa bahan
pengisi juga diberikan, seperti tanah diatoma, tanah liat, silika,
malam, karet dan serbuk serupa. Zat lain seperti timol dan gliserin
juga ditambahkan untuk menjadi bahan pembuat plastik (Combe,
1992).b) Proses Gelasi
Proses gelasi merupakan suatu proses pengerasan hidrokoloid
reversible. Perubahan fisik sol-gel dipengaruhi oleh perubahan
temperatur. Namun untuk perubahan dari gel menjadi sol diperlukan
titik didih yang lebih tinggi (temperature liquefaction=70-100
derajat). Biasanya sol berubah menjadi gel pada suhu 37-50 derajat.
Temperatur gelasi dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk berat
molekul, kemurnian agar, dan rasio terhadap komposisinya.
Ketidaksamaan temperatur gelasi dan temperatur pendinginan inilah
yang menyebabkan agar dapat digunakan sebagai bahan cetak dalam
kedokteran gigi (Combe,1992).c) Manipulasi Bahan Agar
1. Persiapan bahan
Tahapan pertama adalah mengubah gel hidrokoloid menjadi sol.
Cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan air panas.
Sebaiknya bahan dibiarkan dalam temperatur ini selama 10 menit.
Setelah dilelehkan, bahan dapat disimpan dalam keadaan sol sampai
waktunya diinjeksikan ke dalam preparasi kevitas atau diisikan ke
sendok cetak. Temperatur yang terlalu rendah dapat menghasilkan
bahan cetak dengan kekentalan yang lebih tinggi dan tidak mampu
mereproduksi detail halus dengan tepat (Combe, 1992).
2. Kondisioning atau pendinginan
Suhu penyimpanan 650 terlalu tinggi untuk rongga mulut. Oleh
karena itu, bahan perlu didinginkan terlebih dahulu (di-tempered).
Untuk tahap preparasi, sebuah tube dikeluarkan dari kompartemen
penyimpanan dan dimasukkan ke sendok cetak, sepotong kasa
diletakkan diatas bahan yang terletak di sendok cetak, kemudian
diletakkan lagi di kompertemen pendingin 450 selama 3-10 menit.
Waktu yang berbeda tergantung pada jenis hidrokoloid dan keenceran
yang diinginkan oleh dokter gigi. Sebagai tambahan, selain
menurunkan temperatur, pendinginan juga dapat meningkatkan
kekentalan bahan hidrokoloid sehingga bahan tidak mengalir keluar
sendok cetak (Combe, 1992).
3. Membuat cetakan
Sebelum proses pendinginan bahan cetak terselesaikan, bahan
semprit diambil dari kompartemen penyimpanan dan diaplikasikan pada
kavitas yang direparasi. Mula-mula diaplikasikan pada dasar
preparasi, kemudian pada bagian lain yang belum tertutup. Ujung
semprit diletakkan di dekat gigi, dibawah permukaan bahan semprit
untuk mencegah gelembung udara. Begitu kavitas yang akan
dipreparasi telah tertutup bahan cetak, sendok cetak yang telah
sempurna didinginkan siap untuk dimasukkan kedalam rongga mulut.
Proses gelasi dapat dipercepat dengan mengalirkan air dingin
sekitar 18-210C selama 3-5 menit (Combe, 1992).d) Keakuratan Bahan
Cetak Agar
Bahan cetak reversibel adalah bahan cetak paling akurat (Combe,
1992). Untuk mencapai keakuratan tersebut perlu diperhatikan
beberapa hal, diantaranya (Combe,1992):
1. Kekentalan sol
Kekentalan merupakan pertimbangan paling penting dalam
keberhasilan memanipulasi bahan. Bahan tidak boleh terlalu encer
sehingga mengalir keluar sendok cetak, terutama saat mencetak
rahang bawah. Sebaliknya, bahan tidak boleh terlalu kental,
sehingga sulit menembus semua detail gigi-geligi dan jaringan
lunak.
2. Sifat Viskoelastik
Hubungan tegangan-regangan dari bahan hidrokoloid berubah begitu
besarnya beban berubah. Sifat ini menunjukkan perlunya mengeluarkan
cetakan dari dalam mulut dengan cepat. Karena apabila pengeluaran
cetakan dari dalam mulut secara perlahan, diputar atau diungkit
akan menyebabkan terjadi distorsi.
3. Daya reproduksi
Sifat ini mewakili kemampuan untuk membuat die duplikat dari
serangkaian cetakan. Untuk teknik die ganda, dibuat satu cetakan
dan kemudian dipotong-potong menjadi die individual untuk gigi yang
akan dipreparasi.
2.2.2 Elastomer
1. PolysulfideKandungan dasar pasta polimer adalah merkaptanpoli
fungsional atau polimer polisulfida dengan rumus struktur umum.
Polimerlinier ini mengandung 1 mol% cabang untuk memberikan gugus
merkaptan yang cukup sebagai tempat rantaiberikatan silang. Polimer
ini biasanya berikatan dengan bahanoksida seperti timahdioksid.
Karakteristik warna coklat pada polisulfida adalah akibattimah
teroksidasi ini. Selama reaksi kondensasi timah dioksida dengan
gugus SH polimer polisulfida, terjadi 2 fenomena, yaitu (Anusavice,
2004):
a) Polimerisasi perpanjangan rantai dari reaksi dengan pusat
gugus SH.
b) Ikatan silang dari reaksi dengan rantai cabang gugus SH.
Karena gugus kaitan hanya merupakan persentase kecil dari
kelompok SH yang ada, awalnya, reaksipolimerisasi
menghasilkanperpanjangan rantai, yang menyebabkan viskositas
meningkat. Reaksi ikatan silang selanjutnya mengikat rantai-rantai
bersamaan membentuk jalinan 3 dimensiyang menjadikan terciptanya
sifat elastik pada bahan. Awal peningkatan viskositas mempengaruhi
waktu kerja bahan dan merupakan suatu perubahan yang biasa dikenal
oleh dokter gigi ketika menggunakan bahan ini. Reaksi pengerasan
mulai pada saat awal pengadukandan mencapai nilai maksimal segera
setelah pengadukan sempurna,pada tahap dimana jalinan sifat
kelentingan mulai terjadi.Selama pengerasan akhir, terbentuk suatu
bahan dengan elastisitas dan kekuatan cukup yang dapat dikeluarkan
melalui undercut dengan mudah. Reaksi polimerisasi dari polimer
polisulfida adalah eksotermik,banyaknya panas yang dihasilkan
bergantung padabanyaknyajumlah bahan dan konsentrasiinisiator.
Kelembaban dan temperaturmempengaruhi jalannya reaksi. Khususnya,
keadaan panas dan lembab dapat mempercepat pengerasan bahan cetak
polisulfida. Hasil reaksi kondensasi dari bahan iniadalah air.
Hilangnya molekul kecil dari bahan yang mengeras memilikipengaruh
yang nyata pada kestabilan dimensi cetakan (Anusavice, 2004).
2. Silikona) Silikon Kondensasi
Polimerisasi dari bahan ini melibatkan reaksi dengan trifungsi
dan tetrafungsi alkil silikat, biasanya tetraetil orthosilikat,
dengan adanya rantai oktoat mengandung timah. Reaksi ini dapat
terjadipada temperatur rata-rata, jadi bahan ini sering
disebutsilikon vulkanisasi temperatur ruangan (RTV). Pembentukan
elastomerterjadi melalui ikatan silang antara kelompokterminal dari
polimersilikon dan alkil silikat untuk membentuk jalinan kerja 3
dimensi. Etil alkohol adalah produk samping reaksi pengerasan
kondensasi. Penguapan etil alkohol selanjutnya ikutdiperhitungkan
dalam besarnya kontraksi yang terjadi pada karetsilikon yang
mengeras (Anusavice, 2004).
1. Komposisi bahan
Bahan cetak silikon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan
suatu pasta katalis atau cairan dengankekentalan rendah.
Karenapolimer silikon merupakan suatu cairan, silikon koloidal atau
logam oksida ukuran mikro ditambahkan sebagai pengisi untuk
menbentuksuatu pasta. Silikon memiliki tingkat energi kohesif yang
rendah dan karena itu punya interaksi molekul yang lemah. Pengaruh
bahan pengisi terhadap kekuatan adalah hal yang penting, ukuran
partikel harus dalam kisaran optimal 5-10 m. Partikel yang lebih
kecil cenderung berkumpul bersama-sama tapi partikel yang lebih
besar tidak berperan untukmemperkuat. Bahan dengan kekentalan
tinggi atau putty untuk mengaturpengerutan polimerisasi yang besar
dari bahan cetaksilikon kondensasi. Bahan ini mengandung pengisi
cukup banyak sehinggapolimer yang ada menjadi lebih sedikit dan
pengerutanpolimerisasinya juga lebih kecil. Ekspansi termal
keseluruhanlebih sedikit dibandingkan polimer karena partikel
pengisi memiliki koefisien ekspansi termal lebih kecil. Polimer ini
tidak memilkikarakteristik warna. Kondensasi bahan pasta silikon
dan putty dapat dibuat dalam berbagai jenis warna. Merah muda,
pastel, hijau dan ungu adalah warna yang sering ditemukan
(Anusavice, 2004).
2. Manipulasi
Silikon kondensasi dikemas dalam pasta basis dan cairan katalis
atau reaktor. Bahan putty dikemas sebagai pastayang amat kental dan
suatu cairan aselerator. Untuk menghasilkan bahan
yangteraduksempurna adalah tidak mudah ketika putty dan cairan yang
mengandung minyak dicampur. Dengan sistem manapun,
tehnikpencampuran terbaik adalah meremas bahan tersebut denganjari
(Anusavice, 2004).
3. Waktu kerja dan pengerasan
Temperatur memiliki pengaruh nyata terhadap kecepatan
prosespengerasan dari bahan cetak silikon kondensasi.
Mendinginkanbahan atau mengaduknya pada permukaan
dinginmemperlambatproses reaksi. Mengubah perbandingan basis dan
katalis adalah metode lain yang efektif dan praktisdalam mengubah
kecepatanpengerasan bahan cetak ini (Anusavice, 2004).
4. Elastisitas
Sifat elastis bahan silikon kondensasi lebih ideal
dibandingkanpolisulfid. Bahan ini menunjukkan deformasi permanen
minimal dan dapat kembali ke bentuk semula dengan cepat bila
diregangkan. Bahan ini tidak terlalu kaku sehingga tidak sulit
mengeluarkan dari undercut tanpa meyebabkan distorsi (Anusavice,
2004).
5. Rheologi
Bahan tersebut dapat memberikan respon elastik. Bahan ini
cenderung bereaksi sebagai suatu elastik biladiregangkan dengan
cepat, jadi cetakan harus dikeluarkan dengan cepat sehingga
deformasi yang terjadi adalah elastik dan kembalike bentuk semula
(Anusavice, 2004).6. Stabilisasi dimensi
Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silikonkondensasi
memerlukan suatu modifikasi tehnik pembuatan cetakan supaya
menghasilkan cetakan yang akurat (Anusavice, 2004).
Sebagai tambahan dari besarnya pengerutan ketika mengeras,
ketidakstabilan dimensi juga disebabkan oleh penguapan produkreaksi
yaitu etil alkohol. Model yang paling akurat diperoleh dengan
mengisi cetakan dengan menggunakan gypsum stone langsung setelah
setelah cetakan dikeluarkan dari mulut (Anusavice, 2004).7.
Biokompatibilitas
Adanya kemungkinan tertinggalnya bahan yang robek pada sulkus
gingiva. Karena bahan silikon tidak radiopak, sulit dideteksi
adanya robekan bahan cetak. Seringkali peradangan gingivamenyertai
adanya benda asing dan diduga akibatiritasi preparasi gigi atau
sementasi restorasi (Anusavice, 2004).b. Silikon dengan Reaksi
Tambahan (Vinylpolysiloxane)1. Komposisi
Baik pasta basis dan katalis mengandung bentuk vinil silikon.
Pastabasis mengandung polymethyl hydrogensiloxane serta
pre-polymersiloxane lain (Anusavice, 2004).
Pasta katalis mengandung divinyl polymethyl siloxane dan
pre-polimer lain. Bila pasta katalis mengandung aktivator
garamplatinum berarti pasta yang berlabel basis harus mengandung
hibridsilikon (Anusavice, 2004).
Satu kerugian bahan cetak silikon adalah sifat hidrofobik. Untuk
mengatasinya dengan reaksi tambahan lebih hidrofilik.
Untukmengembalikan permukaan dari cetakan hidrofilik,
bahanpermukaan ditambahkan pada pasta. Bahan permukaan ini
memungkinkan bahan cetak membasahi jaringan lunak lebih baikdan
dapat diisi denganstone secara lebih efektif. Pengisian cetakan
lebih mudah, karena stone basah memilki afinitas yang lebih
besaruntuk afinitas hidrofilik (Anusavice, 2004).2. Manipulasi
Vynil polysiloxane encer dan agak kental dikemas dalam 2 pasta,
sementara bahan putty dikemas dalam 2toples yang terdiri atasbahan
basis dengan kekentalan tinggi dan bahan katalis. Bahan inipunya
kekentalan yang hampir sama. Jadibahan tersebut lebih mudah diaduk
dibandingkan dengan silikon kondensasi. Kesamaan konsistensi pasta
dan sifat menipisdengan tarikan, membuat bahan cetak vynil
polysiloxane cocok untuk digunakan dengan alat otomatis ketika
melakukan pengadukan danpengambilan bahan. Umumnya digunakan untuk
bahan dengan kekentalan rendah dan sedang. Alat ini punya
keunggulan, dengan menggunakan alat mekanis tersebut terdapat
keseragaman dalam membagi dan mengaduk bahan, semakin kecil
kemungkinan masuknya udara ke dalam adukan, serta waktu pengadukan
menjadi lebih singkat. Jadi kemungkinan kontaminasi jadi lebih
sedikit. Bahan cetak yang telah teraduk tersebut dimasukkan
langsung kedalam sendok cetak yang telah dilapisi adhesif atau pada
gigi yang telah direparasi bila ujung semprit telahterpasang
(Anusavice, 2004).Seringkali perbedaan warna dari kedua pasta
bagitu sedikit sehingga sulit menemukan secara visual apakah
banyaknya jumlah basis dan katalis telah teraduk merata. Tidak
adanya perbedaan warna juga mempersulit upaya memastikan bahwa
adukan telah homogen (Anusavice, 2004).
3. Waktu kerja dan pengerasan
Kebalikan dengan silikon kondensasi,lamanya pengerasan silikon
tambahan nampak lebih sensitif terhadap temperatur
daripadapolisulfid. Waktu kerja dan pengerasan dapat diperpanjang
sampai 100% dengan penambahan retarder yang dipasok oleh
masing-masing pabrik dan dengan pendinginan alas pengaduk. Begitu
bahan cetak dimasukkan ke dalam mulut, bahan tersebut dengan cepat
menghangat dan waktu pengerasan tidak lebih panjang jika dibanding
dengan retarder kimia. Retarder tidakpraktis dengan alatpengaduk
otomatis (Anusavice, 2004).
4. Elastisitas
Bahan cetak vynil polysiloxane merupakan bahan bersifat
elastikpaling ideal yang ada selama ini. Distorsi ketika
mengeluarkan melalui undercut umumnya tidak terjadi, karenabahan
punya nilai regangan dalam tarikan terendah (Anusavice, 2004).5.
Kestabilan dimensi
Bahan cetak vynil polysiloxane adalah yang paling stabil
dimensinya. Tidak ada penguapan produk hasil reaksi samping yang
menyebabkan pengerutan bahan. Bahan yang mengerassecara klinis
hampir mengalami proses reaksi sempurna, sehingga sedikit sekali
residu polimerisasi yang menghasilkan perubahan dimensi. Perubahan
dimensi umumnya berasal dari pengerutan termalbegitubahan mendingin
dari temperatur mulutke temperatur ruangan (Anusavice, 2004).
6. Biokompatibilitas
Bahan ini dapat ditolerir olehjaringan hidup. Bahaya
tertinggalnya sebagian bahan selama mengeluarkan cetakan
dapatdihindari dengan penanganan bahan yangtepat dan pemeriksaan
tepi cetakan secara cermat untuk menjamin tidak adadaerah yang
robek (Anusavice, 2004). 3. PolyetherJenis polyether ini mempunyai
pasta dasaryang mengandung suatu polyether tidak jenuh dengan gugus
ujungimine,bahan plastisizer dan bahan pengisi. Pasta pereaksi
mengandung aromatik sulfonat sebagai kontitusi utamanya
bersama-sama denganplastisizer dan bahan pengisi anorganik. Setting
terjadi dengan reaksi cross-link gugus imine, ini adalah reaksi
polimerisasi kation (Anusavice, 2004).
a) Komposisi
Karet polyether dipasok berupa 2 pasta. Basis mengandung
polimerpolieter, suatu silika koloidal sebagai pengisi, dan suatu
bahanpembuat plastik seperti glikoleter atau phtalat.
Pastaaseleratormengandung alkil sulfonat aromatik sebagaitambahan
terhadapbahan pengisi dan pembuat plastis (Anusavice, 2004).b)
Sifat-Sifat Umum Polieter1. Ketepatan Keenceran bahan sebagian
besar tergantung pada komposisinya. Beberapa polisulfida tersedia
dengan variasi kekentalan, misalnya light bodied untuk disuntikkan
dengan spuit dan medium serta heavy bodied untuk dipakai dengan
sendok cetak. Pasta elastomeryang belum dicampur biasanya berbentuk
pseudoplastis (Anusavice, 2004).
Terjadi sedikit kontarksi sewaktu bahan setting, disebabkan oleh
karena adanya kontraksi polimerisasi. Juga dapat terjadi kontraksi
sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu kamar (Anusavice,
2004).
Bahan ini cukup elastis dan sanggup ditarik melalui undercut.
Pada umumnya lebih kuat dan tidak mudah patah dibandingkan dengan
alginat. Bahan polyether lebih keras bila dibandingkan dengan
elastomer lainnya, karena itu lebih sukar dibuka (Anusavice,
2004).
Pada penyimpanan dapat terjadi kontraksi sebagaiakibat
terusberlangsungnya polimerisasi. Penguapan hasil sampingan yang
mudah terbang, merupakan sumber kontraksilain. Stabilitas
dimensionil polyether sangat jelek pada udarayang lembab
(Anusavice, 2004).
Bahan ini pada umumnya kompatibel dengan bahan model dan die,
meskipun dapat menyebabkan sedikit lunak pada permukaan gips keras.
Evolusi awal hidrogen dari bahan yang mengandung organo-hidrogen
siloksan menyebabkan timbulnya bintil-bintil padapermukaan stone
(Anusavice, 2004).
2. Pada umumnya bahan ini tidak toksis dan tidakmengiritasi.
Beberapa pasta elastomer yang mengandung lead dioksida mempunyai
bau dan rasa yang tidak menyenangkan (Anusavice, 2004).
3. Waktu setting tergantung pada komposisi bahan misal,
jumlahpereaksi dan sebagainya. Terdapat air dan suhu yang tinggi
juga mempercepat waktu setting polisulfida (Anusavice, 2004).
4. Stabilitas bahan yang belum dicampur pada penyimpanan
tidakselalu ideal, beberapa pereaksi tidak stabil setelah lebih
dari 2 tahun, tetapi dapat tahan lebih lamabila disimpan pada
refrigator (Anusavice, 2004).c) Manipulasi
Awalnya polyether dikemas hanya dalam 1 kekentalan.
Bahanpseudoplastis memungkinkan satu adukan digunakan baik
untukbahan semprit maupun sendok cetak. Kemudian, pabrik pembuat
menyediakan pasta tambahan yang dapat digunakan untukmenghasilkan
suatu adukan pengencer. Komponen bahan memerlukan perumusan ulang
untuk mengadaptasi bahan bila ingin digunakan dengan alat pengaduk
otomatis. Meskipun alat ini dapat digunakan dengan berhasil,
kebanyakan polyether masihdiadukdengan menggunakan tangan. Selain
itu untuk bersaing dengan silikon tambahan, pabrik pembuat
menyadari bahwa klinisi lebih menyukai beragam viskositas dari
vinyl polysiloxane.Jadi polyetherdiubah sehingga dapat dipasok
dengan keragaman viskositas. Sebagai akibatnya, kekerasan polyether
juga berkurang (Anusavice, 2004).
d) Aplikasi
Penggunaan utama bahan elastomer adalah untukcetakan inlay,
mahkota dan pekerjaan jembatan, atau untuk gigi tiruan sebagian
apabila ditemukan undercut yang sangatbesar, sehingga apabila
digunakan cetakan alginat dapat patahsewaktu dilepas darijaringan.
Oleh karena harganya yang mahal, bahanini tidak sering dipergunakan
pada pencetakan yang membutuhkan jumlah bahan cetak yang besar
(Anusavice, 2004).2.3 Bahan Cetak Non Elastis2.3.1 Plaster of
Paris/Gipsum Tipe I (Irreversibel)
2.3.1.1 Definisi Gipsum
Merupakan mineral alam berwarna putih abu-abu, merah dan coklat
karena bercampur dengan material lain. Ditemukan pertama di dekat
kota Paris (Plaster of Paris) (Craig, 2004). Gipsum merupakan
produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang dihasilkan
untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat
(CaSO4.2H2O) murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan
untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo
fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Saat ini
penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas. Penggunaan
tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gigi tiruan.
Selain itu kegunaan klinis maupun laboratoris yang lain yaitu untuk
membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gypsum ini
harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam
pembuatan restorasi gigi tiruan. Di alam gypsum merupakan massa
yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut
disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,
anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Intial
setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan
komposisi powder dan liquid yang digunakan. Jika powder yang
digunakan lebih banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya
maka gypsum tersebut akan dapat mencapai tahapan initial setting
yang lebih cepat (Anusavice, 2004).2.3.1.2 Klasifikasi Gipsum dan
Aplikasinya
Ada lima produk jenis gipsum yang terdaftar oleh spesifikasi ADA
(American Dental Asosiation) No. 25 yaitu (Craig, 2004):1.
Impression plaster (tipe I)
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan
zat tambahan untuk mengatur waktu pengerasan dan ekspansi
pengerasan. Aplikasinya digunakan akhir percetakan pada rahang tak
bergigi. 2. Model plaster (tipe II)
Plaster model ini biasanya disebut juga plaster laboratorium
tipe II. Sering di gunakan untuk cetakan diagnostik karena sifat
fisik dan mudah di manipulasi. Aplikasinya untuk menanam model
dalam artikulator.3. Dental stone (tipe III)
Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan
penuh cocok dengan jaringan lunak. Karena katahanan dan kekuatannya
tinggi. Berwarna kuning atau putih. Aplikasinya untuk membuat model
kerja seperti gigi tiruan sebagian, gigi tiruan penuh, model
ortodontik.4. Dental stone (tipe IV)
Memiliki kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi permukaan dari
peralatan yang tajam. Kekuatanya hampir dua kali dibandingkan tipe
III. Aplikasinya digunakan sebagai die stone untuk pembuatan model
restorasi.5. High strength, high expantion dental stone (tipe
V)
Merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini. Dan
memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone
gigi tipe IV.berwarna hijau dan harga paling mahal di antara jenis
gipsum lain. Aplikasinya untuk mengkompensasi besar pengerutan
logam untuk dental casting.2.3.1.3 Sifat-Sifat GipsumMenurut Craig
(2004), sifat kimia gips adalah sebagi berikut:1. Solubility (daya
larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan
dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang
dinyatakan dalam persen berat/volume.2. Setting time adalah waktu
yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips
kontak dengan air. Setting time terdapat dua tahap, yaitu:a)
Initial setting time, yaitu permulaan setting time dimana pada
waktu itu campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi
mengalir ke dalam cetakan. secara visual ditandai dengan loss of
gloss (hilangnya kemengkilatan/timbulnya kemuraman). Keadaan dimana
gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
b) Final setting time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gips
keras untuk bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat,
meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain
adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan
dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis,
antara lain:
1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
Kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa
gips. Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang
diperlukan untuk mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air
yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris.
2. Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan
dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model
akan cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar
dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah maupun kering.
3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan
permukaan dan daya tahan abrasi).
Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan
hancur. Daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan
hancur. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips
mencapai daya strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki
daya tahan abrasi tinggi.
2.3.1.4 Manipulasi Gipsum
Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan
plaster atau gips dengan air atau larutan PE dengan perbandingan
100 gr dengan 50 sampai 60 ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk
gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat muncul
di permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan
(Combe, 1992).
Untuk lebih detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa
hal sebagai berikut (Combe, 1992):
1. Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan
aplikasi yang akan dibuat.
2. Perbandingan (P/W)
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan
proses manipulasi dan juga setting reaksi. Semakin tinggi
perbandingan W:P, semakin lama waktu pengerasan dan semakin lemah
produk gipsum.
3. Waktu Pengadukan
Pengadukan stone dan plaster secara mekanik biasanya tercapai
dalam 20-30 detik. Pengadukan tangan dengan spatula umumnya
memerlukan sedikitnya 1 menit untuk memperoleh adukan yang
halus.
4. Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat
yang dekat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya.
Hal ini akan mempengaruhi setting, sehingga sebaiknya gips disimpan
dalam container tertutup.5. Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Bowl,
spatula, dan vibrator harus segera dibersihkan sebelum maupun
sesudah manipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan lain.
6. Pemberian bahan separator
Sebelum dikakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi
bahan separasi seperti vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah
gips setting maka akan mudah dilepas. Namun tidak boleh terlalu
berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebih lunak.
7. Hindari terjebaknya udaraAdanya kandungan udara dalam
pencampuran gips akan dapat menyebabkan porositas pada hasil akhir
dari gips. Sehingga terlebih dulu menuangkan air ke dalam wadah
setelah itumemasukkan powder.2.3.1.5 Pengendalian Waktu
Pengerasan
Secara teoritis, ada setidaknya 3 metode untuk pengendalian
pengerasan gipsum, yaitu (Anusavice, 2004):
1. Kelarutan hemihidrat dapat ditingkatkan atau dikurangi.
Misalnya, bila kelarutan hemihidrat ditingkatkan, kejenuhan kalsium
sulfat akan lebih besar. Kecepatan deposisi kristalin juga
ditinggalkan.
2. Jumlah nukleus kristalisasi dapat ditingkatkan atau
dikurangi. Semakin besar jumlah nukleus kristalisasi, semakin cepat
terbentuknya kristal gipsum dan semakin cepat pula pengerasan
karena terbentuk jalinan ikatan kristalin.
3. Bila kecepatan pertumbuhan kristal dapat ditingkatkan atau
dikurangi, begitu pula waktu pengerasan dapat dipercepat atau
diperlambat.Dalam praktiknya, metode tersebut telah disatukan dalam
produk dagang yang tersedia. Pengendalian waktu pengerasan juga
dipengaruhi oleh (Anusavice, 2004):
a) Ketidakmurnian
Bila proses pengapuran tidak sempurna sehingga tetap terdapat
partikel gipsum, atau bila pabrik menambahkan gipsum, waktu
pengerasan akan diperpendek karena peningkatan dalam potensi
nukleus kristalisasi. Bila ortorombik anhidrit juga ada, periode
induksi akan ditingkatkan, proses tersebut dapat berkurang apabila
terdapat heksagonal anhidrat.
b) Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan
mengeras, khususnya bila produk tersebut telah digiling selama
proses pembuatan. Tidak hanya kecepatan kelarutan hemihidrat
menjadi meningkat, tapi juga nukleus gipsum lebih banyak, karena
itu kecepatan kristalisasi menjadi lebih cepat.
c) Rasio W/P
Semakin banyak air digunakan untuk pengadukan, semakin sedikit
jumlah nukleus pada unit volume. Akibatnya, waktu pengerasan
diperpanjang.
d) Pengadukan
Dalam batasan praktis, semakin lama dan semakin cepat plaster
diaduk, semakin pendek waktu pengerasan. Sebagian kristal gipsum
terbentuk langsung ketika plaster atau stone dibuat berkontak
dengan air. Begitu pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini
meningkat, pada saat yang sama, kristal-kristal diputuskan oleh
spatula pengaduk dan didistribusikan merata dalam adukan dengan
hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Jadi, waktu
pengadukan berkurang.
e) Temperatur
Meskipun efek temperatur pada waktu pengerasan cenderung
menyesatkan dan mungkin bervariasi dari satu plaster atau stone
dengan yang lainnya.
f) Perlambatan dan Percepatan
Barangkali metode yang paling efektif dan praktis untuk
mengendalikan waktu pengerasan adalah penambahan bahan kimia
tertentu pada adukan plaster atau stone gigi. Bila bahan kimia yang
ditambahkan menurunkan waktu pengerasan disebut sebagai aselerator,
bila meningkatkan waktu pengerasan disebut sebagai bahan
retarder.2.3.2 ZnO-Eugenol
2.3.2.1 Definisi Zinc Oxide Eugenol
Zinc oxide eugenol telah diformulasikan
untukberbagaikegunaandalam kedokteran gigi, danmemiliki
kelebihanobattertentu. Zinc oxide eugenol biasa diaplikasikan
sebagai bahan cetak, periodontal surgical dressing, bite
registration paste, temporary filling material dan root canal
filling cementing medium (William, 2002).Zinc oxide eugenol sebagai
bahancetak tersedia dalam bentuk dua pasta dengan warna yang
berbeda, yaitu base paste dan reactor paste (accelerator) (William,
2002).2.3.2.2 Komposisi Zinc Oxide EugenolBase PasteAccelerator
Paste
Zinc Oxide
Fixed vegetable or mineral oil87%
13%Oil of cloves or Eugenol
Gum or polymerised rosin
Filler (silica type)
Lanolin
Resinous Balsam
Accelerator solution (CaCl2) and colouring agent12%
50%
20%
3%
10%
5%
- Fixed vegetable or mineral oil, yaitu bahan pembuat plastis
dan membantu menghilangkan aksi eugenol sebagai iritan.
- Oil of cloves or eugenol, yaitu bahan pengganti eugenol yang
digunakan untuk mengurangi rasa terbakar.- Gum or polymerised
rosin, yaitu bahan untuk mempercepat reaksi.- Resinous balsam,
yaitu bahan untuk meningkatkan flow.- Accelerator solution (CaCl2),
yaitu bahan untuk mempercepat setting time (William, 2002).Reaksi
KimiaMekanisme pengerasan bahan zinc oxide eugenol terdiri dari
hidrolisis zinc oxide dan reaksi berikutnya antara zinc hydroxide
dan eugenol untuk membentuk suatu gumpalan. Reaksi tersebut ditulis
sebagai berikut (William, 2002):
Zn + H2O Zn(OH)2Zn(OH)2 +2HE (asam, eugenol) ZnE2 garam (zinc
eugenolte)+2H2Air dibutuhkan untuk mengawali reaksi dan juga
merupakan hasil samping dari reaksi. Jenis reaksi ini seringkali
disebut otokatalitik. Ini adalah alasan mengapa reaksi lebih cepat
terjadi pada lingkungan lembab. Reaksi pengerasan dipercepat dengan
adanya zinc acetat dihydrat, yang lebih larut dibanding zinc
hydroxide dan dapat memberi ion zinc lebih cepat. Asam asetik
adalah suatu katalis yang lebih aktif untuk reaksi pengerasan
dibanding dengan air, karena asam tersebut meningkatkan kecepatan
pembentukan zinc hydroxide. Temperatur atmosfer tinggi juga
mempercepat reaksi pengerasan (William, 2002).
Initial time, yang mencakup dari dimulainya pengadukan sampai
cetakan diletakkan kedalam mulut dengan tepat bervariasi antara 3
sampai 6 menit. Waktu pengerasan akhir (final set) dimana bahan
tidak bisa lagi dibentuk bervariasi 10 (untuk pasta tipe I/keras)
sampai 15 menit (tipe II/lunak) (William, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi setting time bisa saja
dikendalikan oleh produsen produk tersebut, namun sebagai operator
yang berhubungan langsung dengan aplikasi bisa saja mengendalikan
setting time tersebut seperti (William, 2002):
1.Penambahan sejumlah kecil bahan accelerator atau beberapa
tetes air.2.Pada eugenol sebelum mencampur pasta dapat memperpendek
setting time.
3.Mendinginkan spatula dan lempeng pengaduk bisa memperpanjang
setting time.
4.Menambahkan minyak dan malam tertentu selama pengadukan,
seperti zaitun dan lain-lain dapat memperpanjang setting time.
Namun tindakan ini bisa mengurangi kekakuan bahan dan adukan tidak
homogen.
5.Mengubah rasio kedua pasta.
6.Memperpanjang waktu pengadukan, akan memperpendek setting
time.Kedua pasta tersedia dalam warna yang berbeda. Pasta dengan
perbandingan yang benar (biasanya sama panjang/1:1) dicampur pada
slab/mixing pad dengan spatel flexible sampai diperoleh warna yang
homogen. Pasta bisa diperoleh dengan menekan kedua pasta dengan
panjang yang sama masing-masing dari tiap tube. Biasanya diaduk
pada kertas tahan minyak ataupun lempeng kaca pengaduk (William,
2002).
Bahan ini biasanya dipergunakan dalam bagian tipis (2-3 mm)
sebagai cetakan akhir. Cetakan dengan zinc oxide eugenol dapat
dilakukan dengan menggunakan sendok khusus yang sangat rapat atau
menggunakan basis gigi tiruan yang ada terutama basis gigi tiruan
yang hendak di-relining. Bahan ini dapat kompatibel dengan bahan
model dental stone. Pasta dapat dikeluarkan dari stone dengan cara
melunakkannya dalam air suhu 600. Desinfeksi yang disarankan untuk
zinc oxide eugenol adalah 2% alkaline glutaraldehyde solution
(William, 2002).2.3.2.3 Properti dan Sifat Fisika, Mekanis Zinc
Oxide EugenolPasta dengan konsistensi tebal atau viskositas tinggi
dapat menekan jaringan, sementara bahan yang tipis dan cair
menghasilkan cetakan negatif dari jaringan dalam kondisi istirahat
dengan sedikit atau tanpa tekanan. Pada keadaan apapun, pasta cetak
harus homogen. Semakin berat konsisitensi bahan, kekuatannya
semakin besar (William, 2002).
Bahan cetak zinc oxide eugenol tersedia dalam 2 tipe yaitu, tipe
I viskositas tinggi, bisa menekan jaringan dan setting time pendek.
Tipe II lebih encer dari tipe I, tipe ini bisa merekam jaringan
tanpa atau dengan tekanan kecil (William, 2002).Sifat Zinc Oxide
Eugenol (William, 2002):1.Flow
Aliran pasta setelah pengadukan memungkinkan (cukup) untuk
mengaliri dan membentuk/mencatat detail cetakan jaringan, dan
aliran akan berkurang dengan bertambahnya waktu seiring dengan
setting time.2.Kestabilan Dimensi
Tidak terdapat perubahan dimensional selama proses setting, atau
kalau pun ada hanya sedikit (