BAHAN BANGUNAN YANG DIGUNAKAN PADA RUMAH ADAT DI KAMPUNG NAGA ADINDA Lisa Irmanti ABSTRAK Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat memanfaatkan potensi alam dan menggunakan bahan bangunan yang ada di lingkungannya. Bangunan yang sustainable adalah bangunan yang dapat menyeimbangkan 3 faktor, yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi,dalam hal ini sustainable dari segi material bangunannya yang menjadi topik utama. Khusus untuk material ada beberapa faktor lagi yang mempengaruhi yaitu faktor umur, produksi dan energi dari pengolahan material tersebut. Kampung Naga merupakan kampung yang mendapatkan sertifikasi desain arsitektur bangunan hijau dan hemat energi Indonesia dari Green Building Council of Indonesia (GBCI) di Jawa Barat, Kampung Naga masih memelihara budaya asli nenek moyangnya serta sudah menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse,
16
Embed
BAHAN BANGUNAN YANG DIGUNAKAN PADA RUMAH ADAT DI KAMPUNG NAGA.docx
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAHAN BANGUNAN YANG DIGUNAKAN PADA RUMAH
ADAT DI KAMPUNG NAGA
ADINDA Lisa Irmanti
ABSTRAK
Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat memanfaatkan
potensi alam dan menggunakan bahan bangunan yang ada di
lingkungannya. Bangunan yang sustainable adalah bangunan yang
dapat menyeimbangkan 3 faktor, yaitu lingkungan, sosial dan
ekonomi,dalam hal ini sustainable dari segi material bangunannya
yang menjadi topik utama. Khusus untuk material ada beberapa faktor
lagi yang mempengaruhi yaitu faktor umur, produksi dan energi dari
pengolahan material tersebut. Kampung Naga merupakan kampung
yang mendapatkan sertifikasi desain arsitektur bangunan hijau dan
hemat energi Indonesia dari Green Building Council of Indonesia
(GBCI) di Jawa Barat, Kampung Naga masih memelihara budaya asli
nenek moyangnya serta sudah menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) dalam kehidupannya hingga saat ini. Masyarakat Kampung
Naga memiliki falsafah taat kepada Tuhan YME, menghormati
leluhur serta hidup bersama alam. Dari falsafah tersebut membuat
masyarakatnya dapat menjaga budaya dan lingkungnya dari dulu
hingga sekarang, sehingga dari beberapa material bangunan yang
dipakai adalah sustainable.
Kata kunci:
Sustainable material , rumah adat Kampung Naga, bambu, batu, ijuk,
kayu
Pendahuluan
Global Warming adalah salah satu permasalahan yang dihadapi
masyarakat saat ini. Hal tersebut di akibatkan oleh kelalaian
masyarakat itu
sendiri dalam mengelola lingkungannya, banyak hasil – hasil karya
manusia yang dapat berpengaruh buruk terhadap lingkungannya,
Kampung Naga yang terletak di lembah subur, kabupat en
Tasikmalaya, Jawa Barat, diduga memiliki material bangunan yang
berkelanjutan,
Kampung adat naga memikili aturan –aturan yang jelas dalam hal
bangunan. Mulai dari penataan site, arah rumah, bukaan pintu,
organisasi ruang dan ketentuan material bangunan. Dengan landasan
konsep dan aturan yang terus menerus diwariskan. Dan unik nya
konsep dan aturan yang telah ada berabad-abad silam ini diduga sudah
memikirkan aspek-aspek sustainable yang saat ini kita menjadi
permasalah besar
pada masyarakat.
Pembahasan
Nenek moyang "karuhun" Sunda telah memiliki kearifan dalam
penataan lingkungan (ekologi). Salah satu contoh yaitu masyarakat
Kampung Naga, salah satu bentuk dalam menjaga kelestarian alamnya
itu dengan tabu. Kelestarian alam sekitar dapat dijaga dengan adanya
tabu yang sangat mengikat sikap hidup masyarakatnya. Perjalanan
sejarah Kampung Naga mulai dari awal hingga sekarang adalah
gambaran adanya kesadaran akan lingkungan alam sekitar. Perpaduan
antara kearifan tradisional yang diturunkan melalui karuhunnya
dengan tantangan alam yang ada, mampu menciptakan hidup yang
harmonis.
Sikap tabu untuk melakukan dan berbuat sesuatu (khususnya dalam
pembuatan rumah) sangat dihormati masyarakatnya, walaupun kini
dalam suatu siatuasi yang menuntut untuk berubah sesuai dengan
gelombang jaman. Rasionalisasi yang diberikan oleh pimpinan
masyarakat adalah jawaban tentang kearifan dalam menjaga
kelestarian alam sekitarnya.
Pemakaian bahan bangunan pada rumah mengalami perubahan.
Rumah tradisional biasanya memakai bahan seperti bilik , bambu , dan
ijuk. Namun , seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi ,
mulai digunakan material seperti batu bata , beton , besi , ataupun
genteng.
Penggunaan batu bata dan genteng sebenarnya bertentangan dengan
adat masyarakat Sunda zaman dulu untuk tidak menggunakan material
bangunan yang berasal dari tanah. Hal itu untuk menghormati orang
yang telah meninggal yang dikubur di dalam tanah.
Ada dua sisi yang tak dapat ditolak oleh masyarakat Kampung Naga,
yaitu pertama : sisi perubahan jaman yang menuntut manusia untuk
berubah. Hal itu disebabkan adanya mobilitas antara penduduknya
dengan dunia luar. Kedua adanya sisi yang lebih prinsip dalam
hidupnya, yaitu sikap religius yang harus dipertahankan sebagai
pedoman hidupnya. Kedua sisi yang saling bersebrangan ini mereka
ikuti dengan jalan mencoba merasionalkan tabu dengan nilai-nilai
baru sesuai dengan perubahan zaman.
Sikap pertentangan dua sisi yang bersebrangan itu akan sangat terlihat
pula pada kehidupan masyarakat orang Rawayan (Baduy) adalah salah
satu sisa-sisa karuhun Sunda zaman dahulu yang dikenal kuat
memegang prinsip adat. Mereka memiliki kearifan ekologis yang
tercermin dari pegangan hidup mereka, yaitu seperti ungkapan berikut:
Ngaraksa Sasaka Pusaka Buana mengandung makna,
menjaga warisan suci di atas bumi. Adapun yang dimaksud
dengan "warisan suci di atas bumi" adalah kelestarian alam
yang masih terjaga. Tanah yang masih tetap subur, sumber air
yang belum tercemar, udara yang bersih, sehat, nyaman belum
terkena polusi, serta bumi yang masih terjaga keseimbangan
ekologisnya. Sasaka Pusaka Buana adalah buana bumi yang
masih tetap layak, sehat, nyaman untuk dihuni oleh manusia
dan makhluk lainnya, yang kelak akan diwariskan kepada anak
cucu kita.
Lojor teu beunang dipotong, pondok teu beunang disambung,
artinya: Panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh
disambung. Ini adalah esensi hidup dari konsep konservasi
yang menyatakan menjaga dan melestarikan kelangsungan
proses perubahan alamiah secara wajar.
Ngasuh ratu ngajayak menak, ngabaratakeun nusa teulung
puluh telu, bagawan sawidak lima, panca salawe nagara.
Maksudnya, sebagai warga negara yang bertanggung jawab,
paling tidak secara moril harus loyal kepada pemerintah dan
pimpinan negara, dengan berbagai upaya dan cara. Begitu pula
para pemimpin bangsa dan masyarakat. Dalam upaya menjaga
kewajibannya dan menghindarkan diri dari tindak nista tercela,
perlu ikut mendukung dengan keteladanan. Secara spiritual,
dengan berdoa dan bertapa, agar negara dan bangsa senantiasa
selamat sejahtera, aman damai abadi. Terhindar dari segala
macam bencana dan malapetaka.
Mipit kudu amit, ngala kudu menta (memetik harus permisi,
mengambil mesti meminta). Jika prinsip ini dipadukan dengan
prinsip "lojor teu beunang dipotong, pondok teu beunang
disambung", maka prinsip orang Rawayan untuk menjaga
kelestarian alam merupakan prinsip yang lengkap, utuh, dan
serasi.
Dengan mematuhi prinsip itu orang Rawayan menerima alam menurut
kondisi kodrati. Mereka tabu untuk mengubah wajah atau permukaan
bumi. Oleh karena itu, dalam menentukan lokasi rumah, kampung,
desa, atau lahan pemukimannya, mereka memiliki salah satu alternatif
dari beberapa macam lahan yang bersifat baik dan layak huni.
Begitu pula dengan masyarakat Kampung Naga, mereka menyadari
bahwa dengan mematuhi larangan atau tabu yang menjadi patokan
hidupnya adalah suatu cara dan jalan untuk menyikapi hidup. Proses
rasionalisasi tabu yang dilakukan oleh para pemimpin masyarakatnya
adalah sikap arif yang paling baik untuk menyikapi dinamika
penduduknya dalam menghadapi perubahan dan tantangan alam.
Rasionalisasi ini tidak mengubah pola pikir tradisional menjadi
‘modern’, namun proses rasionalisasi ini merupakan pola pikir yang
mendukung adanya perubahan tanpa merubah asas sikap hidupnya.
1. Bambu
Bambu adalah suatu rumput tak terhingga (pereunial
grass) dengan batang-batang yang berkayu (woody stems, culms).
Bambu banyak dipakai sebagai bahan bangunan di daerah pedesaan
dan dalam kota, karena bambu mudah didapat dan harganya relatif
lebih
murah dan teknik pengerjaannya mudah juga diketahui oleh banyak
orang. Kelebihan lainnya, umur pemakaian material bambu cukup
panjang, yaitu kurang lebih 40 tahun melalui proses pengawetan
terlebih dahulu.
2. Batu
Batuan didefinisikan sebagai kumpulan mineral yang terdiri dari satu
jenis mineral atau terdiri dari beberapa jenis mineral. Batuan seperti
granit, batu kapur, batu pualam merupakan bahan keras penyusun
kulit
bumi. Batuan digali untuk dipakai dalam pembangunan sebagai
batuan alam maupun sebagai bahan untuk bahan-bahan bangunan.
Batuan alam banyak digunakan untuk pembangunan, bisa digunakan
untuk struktur
bangunan tersebut maupun untuk dekorasi bangunan baik didalam
maupun diluar bangunan tersebut. Penggunaan material batu baik
sebagai elemen struktur atau Kajian Sustainable Material Bambu,
Batu, Ijuk dan Kayu Reka Karsa – 3 pelengkap area eksterior hunian
makin beragam. Material-material ini ditentukan fungsi, corak, tekstur
dan keamanan yang dapat digunakan untuk bangunan.
3. Enau
Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) merupakan tanaman
serbaguna setelah kelapa. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai
nama seperti enau, hanau, peluluk,biluluk, kabung, ijuk. Dalam bahasa
Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm. Selain sebagai
penghasil gula, pohon enau menghasilkan ijuk yang dapat digunakan
sebagai bahan penutup atap pada bangunan, karena umur pemakaian
ijuk tersebut cukup
panjang kurang lebih sampai 40 tahun masa pemakaiannya.Biasanya
ijuk yang bisa digunakan diambil setelah enau berumur 10 tahun atau
lebih dan diambil saat musim hujan, karena pada musim hujan Ijuk
yang dihasilkan rata-rata lebih banyak dari musim lainnya. Ijuk yang
sudah diambil kemudian dikumpulkan, dibawa pulang dan
dibersihkan. Ijuk yang sudah dipanen harus dijemur di terik matahari
selama 3-4 hari, setelah kering ijuk harus disimpan di tempat kering
dengan cara menggulung secara rapi dan diikat dengan menggunakan
tali dari bambu, agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
4. Kayu
Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon
dan semak belukar. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai
dari
memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu,
jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
Kayu adalah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-
pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam.
Kayu mempunyai 4 unsur esensial bagi manusia antara lain:
1. Selulosa, unsur ini merupakan komponen terbesar pada kayu,
meliputi 70% berat kayu.
2. Lignin, merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi 18 –
28% dari berat kayu. Komponen tersebut berfungsi sebagai pengikat
satuan struktural kayu dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu.
3. Bahan-bahan ekstraksi, komponen ini yang memberikan sifat pada
kayu, seperti : bau, warna, rasa, dan keawetan. Selain itu, karena
adanya bahan ekstrasi ini, maka kayu bisa didapatkan hasil yang lain.
Misalnya : tannin, zat warna, minyak, getah, lemak, malam, dan lain
sebagainya.
4. Mineral pembentuk abu, komponen ini tertinggal setelah lignin dan
selulosa terbakar
habis.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Hendi dkk. 2013. Rumah Etnik Sunda. Bogor : Griya Kreasi
( Penebar Swadaya Grup )
Yap Felix. 1983. Bambu Sebagai Bahan Bangunan, Dire
ktorat Djendral Tjipta. Bandung : Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan
Steele James. 2004.Sustainable Architecture. New York : Principles