LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139 Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918 Modul 2 Aspal I.1. Pengertian Menurut ASTM D8 Aspal adalah suatu bahan atau bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya. Menurut The Asphalt Institute ( bitumen ) adalah suatu campuran dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam yang dapat bersifat gas, cairan, setengah padat atau padat yang campuran itu dapat larut dalam karbondisulfida ( CS2 ). Bahan Bangunan : Asphalt 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Modul 2
Aspal
I.1. Pengertian
Menurut ASTM D8 Aspal adalah suatu bahan atau bentuk
padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat
gelap, bersifat perekat yang akan melembek dan meleleh
bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar
bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau
setengah padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak
bumi atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya.
Menurut The Asphalt Institute ( bitumen ) adalah
suatu campuran dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang
berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan atau
berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang
disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam yang
dapat bersifat gas, cairan, setengah padat atau padat
yang campuran itu dapat larut dalam karbondisulfida ( CS2
).
Bahan Bangunan : Asphalt 1
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Jadi aspal dapat didefinisikan sebagai campuran yang
terdiri dari bitumen yang terdiri dari bitumen dan
mineral, yang banyak digunakan pada konstruksi lapisan
perkerasan lentur ( flexible pavement ), jalan raya, yang
berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat karena
mempunyai daya lekat yang kuat, sifat adhesive, kedap air
dan mudah dikerjakan.
1.1.1 Didapatnya Aspal
Aspal digunakan sejak ribuan tahun yang lalu di
Mesopotamia, Siria dan Mesir. Jenis aspal yang dipakai
itu dari jenis yang langsung terdapat di alam berupa
batuan aspal atau dari minyak bumi yang keluar di
permukaan lalu menguap minyaknya dan mengeras.
Disamping endapan-endapan yang terdapat dipermukaan
bumi itu terdapat juga endapan aspal yang ada dalam
batuan, biasanya batuan kapur yang disebut batu aspal.
Penggunaan batu aspal ini dapat secara langsung dengan
menghamparkan batuan itu di atas jalan lalu digilas.
Jenis ini di Indonesia terdapat di Pulau Buton dan
disebut dengan aspal buton dengan kadar bitumen murni 10%
- 35% sisanya adalah butiran halus yang sebagian besar
adalah partikel batu kapur.
Bahan Bangunan : Asphalt 2
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Aspal alam ( Asbuton ) banyak digunakan untuk
pelapisan konstruksi perkerasan, dimana yang sudah banyak
digunakan adalah Lasbutag (lapisan asbuton agregat) dan
Latasbum (lapisan asbuton murni).
Aspal yang banyak pada saat ini adalah sebagian
besar merupakan bahan hasil tambang dari penyulingan
minyak bumi. Minyak mentah yang dikeluarkan dari bumi ini
dipanaskan pada suhu ± 290ºC, kemudian didinginkan secara
bertingkat didapat beberapa jenis minyak, sisa endapannya
disebut Residu contohnya aspal. Aspal hasil penyulingan
minyak bumi yang kadar paraffinnya rendah disebut dengan
“Paraffin base crude oil”. Minyak bumi banyak mengadung
gugusan aromat dan alklis sehingga kadar aspalnya tinggi
dan kadar paraffinnya rendah. Aspal buatan terdiri dari
berbagai bentuk yaitu, bentuk padat, cair dan emulsi.
I.2. Pembagian Jenis atau Klasifikasi Aspal1.2.1. Blown Asphalt
Blown asphalt adalah aspal yang dibuat dengan cara
menghembuskan udara kedalam bejana yang berisi aspal
panas dengan suhu ±260ºC, akibat dari itu terjadi
peristiwa polimerisasi sehingga akan menghasilkan jenis
aspal yang lebih keras.
Aspal ini lebih tahan terhadap pengaruh perubahan
suhu dan pemakaiannya untuk tujuan yang tertentu (tidak
Bahan Bangunan : Asphalt 3
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
untuk aspal jalan) pada umumnya jenis ini biasanya
dipakai untuk penutup atap atau bahan genteng aspal,
kotak baterai, atau sebagai bahan perapat air. Disamping
itu dipakai juga secara luas sebagai pengisi celah
sambunga pada jalan beton.
Jenis yang diproses dengan katalis, biasanya
bersifat lebih kenyal hamper seperti karet dan biasanya
dipakai sebagai pelapis saluran air.
1.2.2. Semen Aspal ( Asphalt cement )
Semen aspal, biasanya disingkat dengan tanda AC,
adalah jenis aspal yang cocok untuk dipakai sebagai bahan
pelapis jalan (pasing asphalt). Jenis ini biasanya
memiliki angka penetrasi antara 40 s.d 300 (harga
penetrasi maksimum), oleh karena itu dalam perdagangan,
aspal jenis ini diberi tanda dengan AC (asphalt Cement)
diikuti dengan angka yang menujukkan penetrasinya, yaitu
misalnya AC 70 berarti asphalt cement dengan angka
penetrasi unit (unit penetrasi = 0,1 mm masuknya jarum
penetrasi pada suhu 25ºC).
1.2.3. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang dibuat dari
asphalt cement yang dicampur lagi pelarut, bahan pencair
dari minyak bumi juga yang mudah menguap, sehingga bila
diudara terbuka aspal ini akan mengeras karena menguapnya
bahan pelarutnya. Karena itu jenis aspal ini disebut juga
Bahan Bangunan : Asphalt 4
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
CUT-BACK Asphalt. Jenis aspal ini tergantung dari jenis
pengencer yang digunakan untuk mencampur aspal keras
tersebut. Jenis – jenis aspal cair antara lain :
Aspal RC (Rapid Curing)
Merupakan aspal cair yang cepat mengeras yang
merupakan jenis aspal yang akan dengan cepat
mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur
dengan kerosin (bensin).
Aspal MC (Medium Curing)
Merupakan jenis aspal yang akan mengendap dalam
waktu sedang, merupakan aspal keras yang dicampur
dengan mineral diesel.
Aspal SC (Slow Curing Asphalt)
Merupakan jenis aspal yang akan dengan lambat
mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur
dengan residu dari pengilangan pertama. Jenis SC ini
disebut juga sebagai Road Oil, sebab bentuknya
menyerupai minyak berat dan mengeringnyaa juga
lambat. Penandaan pada jenis aspal CUTBACK ini,
dengan huruf singkatan dari jenisnya, diikuti dengan
angka viskositet kinematiknya, yaitu misalnya jenis
aspal Rapid Curing, dengan didahului huruf RC,
diikuti angka viskositet misalnya 3000, menjadi RC-
3000 yang artinya, rapid curing asphalt dengan
viskositet kinematik 3000.
Bahan Bangunan : Asphalt 5
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Penentuan viskositas kinematik ini ditentukan dengan
tabung gelas yang disebut ”Zeitfuchc cross-arm
viscometer” pada suhu 275ºF atau kurang lebih 135ºC.
Untuk jenis RC, MC dan SC, terdapat angkan
viskositas yang sama, yang berarti bahwa kekentalan
dari jenis yang sama angkanya itu pada suhu
tersebutn harus sama. Meskipun angkan viskositasnya
sama, tidak berarti bahwa bahan tersebut dibuat dari
asphalt cement yang sama.
Untuk membuat SC, dapat dari bahan-bahan tersebut
diatas, tetapi minyak pelarutnya dari jenis yang
mudah menguap.
Aspal cair yang digunakan untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan dan mempersingkat waktu pelaksanaan
karena dengan kecairannya aspal akan lebih mudah mengalir
diantara batuan dan menyelimutinya untuk menghasilkan
ikatan antara batu-aspal. Aspal cair dapat digunakan
seperti halnya aspal padat.
1.2.4. Aspal Emulsi
Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair
dari aspal cair umumnya dan mempunyai sifat dapat
menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat
Bahan Bangunan : Asphalt 6
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi terdiri dari
butir-butir aspal halus dalam air yang diberikan muatan
listrik, sehingga butir-butir aspal tersebut tidak
bersatu dan tetap berada pada jarak yang sama. Karena
adanya perbedaan muatan listrik yang diberikan, maka
aspal emulsi dapat digolongkan menjadi 3 kategori,
yaitu :
Aspal emulsi anionik : aspal emulsi yang diberikan
muatan listrik negatif, terdiri dari MC
(labil), MS (agak labil), dan MC (stabil).
Aspal emulsi kationik : aspal emulsi yang bermuatan
listrik positif sehingga baik untuk digunakan
melapisi batuan netral dan alam seperti batuan
andesit. Terdiri dari, MCK (bekerja cepat), MSK
(bekerja kurang cepat), MLK (bekerja lambat).
Aspal emulsi nonionik : aspal emulsi yang tidak
bermuatan listrik, karena tidak mengalami
proses ionisasi.
Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir semua
kegunaan dari aspal padat bahkan lebih luas dan dapat
digunakan dimana tidak dapat digunakan aspal padat.
Secara umum aspal emulsi direncanakan untuk penggunaan
spesifikasi, seperti :
Bahan Bangunan : Asphalt 7
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Aspal emulsi RS (rapid setting) :
direncanakan untuk bereaksi secar cepat dengan
agregat dan berubahnya emulsi ke aspal.
Aspal emulsi MS (medium setting) :
direncanakan untuk pencampuran dengan agregat
kasar, karena jenis ini tidak akan memecah jika
berhubungan dengan agregat sehingga campuran
ini tetap dapat dihamparkan dalam beberapa
menit.
Aspal emulsi SS (Slow setting) :
direncanakan untuk pencampuran dengan
stabilitas maksimum. Digunakan dengan agregat
bergradasi padat dan mengandung kadar agregat
halus yang tinggi.
I.3. Ter Untuk Konstruksi JalanTer untuk jalan dibuat dari hasil penyulingan ter
kasar yang didapat dari hasil pembuatan kokas atau
penyulingan batu bara. Cara mendapatkan ter untuk jalan
dari ter kasar, juga hampir seperti cara membuat aspal
yaitu dengan cara penyulingan bertingkat, sehingga
didapat 12 macam ter. Pembagian sampai 12 macam ini
didasarkan pada viskositetnya.masing-masing dibedakan
dengan tanda RT-1 s.d RT-12.
Bahan Bangunan : Asphalt 8
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
RT-1 adalah jenis ter yang terringan (encer) sedang
RT-12 akan memiliki kekerasan yang kurang lebih sama
dengan penetrasi 200. disamping itu dibuat juga Cut_back
road tar, dengan mencampur ter dengan minyak ringan,
tetapi jenis Cut-back ter ini hanya ada 2 macam yaitu
RTCB-5 dan RTCB-6. jenis cutback ini dibuat dari ter RT-
10, 11 atau 12, dicampur dengan minyak yang lebih ringan
dari hasil penyulingan.
Masing-masing macamnya dibedakan dengan tanda RT 1
s.d RT 2 dengan penggunaannya sebagai berikut :
RT-1 adalah jenis yang terencer, dipakai terutama
untuk penangkap debu atau dust treatment. Sejenis
ini adalah kreosot.
RT-2 dan -3, biasanya digunakan sebagai bahan
penutup/ pelapis (laburan permukaan).
RT-4 dapat dipakai untuk pelapis jalan atau laburan
permukaan jalan.
RT-5, -6 dan -7 dipakai sebagai pelapis permukaan
jalan dan campuran lapisan permukaan.
RT-8 dan -9 dipakai sebagai pelapis permukaan,
campuran untuk permukaan jalan.
RT-10 dan -11 dipakai sama seperti RT-8 dan -9,
ditambah untuk perbaikan-perbaikan dalam campuran
panas.
Bahan Bangunan : Asphalt 9
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
RT-12 dipakai untuk lapisan penetrasi macadam, ter
beton dan perbaikan dengan campuran panas.
Jenis RT-1 s.d RT-6 dan RTCB-5 dan 6, dipakai dalam
suhu sampai kurang lebih 65ºC sedang untuk RT-7 dan yang
lebih tinggi, dapat dipakai untuk suhu yang lebih tinggi.
Jenis ter batu bara yang paling keras dan termasuk RT-12
adalah yang disebut ”pek” atau ”pitch”.
1.4.Sifat-Sifat Aspal1.4.1. Sifat Kimia
Aspal merupakan suatu campuran antara terutama
bitumen, serta mineral lainnya, sehingga sifat paling
menentukan didalam aspal adalah terutama sifat bitumennya
itu. Aspal merupakan suatu campuran koloid, dimana butir-
butir yang merupakan bagian yang padat disebut
asphalthene yang berada didalam masa cair yang disebut
maltene. Maltene terdiri dari senyawa-senyawa basa
nitrogen, acidaffin satu, acidaffin dua dan parafin.
Senyawa basa nitrogen merupakan jenis damar (resin) yang
reaktif sehingga dapat mendispersikan asphaltene.
Acidaffin satu, merupakan senyawa hydrokarbon yang
juga bersifat damar yang dapat melarutkan dispersi dari
Bahan Bangunan : Asphalt 10
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
asphalthene, sedangkan acidaffin dua merupakan senyawa
hydrokarbon yang agak kurang jenuh yang juga dapat
melarutkan dispersi dari asphalthene. Parrafin merupakan
senyawa hidrokarbon jenuh, yag berfungsi sebagai penyebab
terjadinya semacam gel bagi aspal. Senyawa-senyawa
pembentuk asphaltene dan maltene, terutama juga merupakan
senyawa aromatis (dengan rantai melingkar) dari naphtha,
tercampur alkana. Perbedaan dari asphaltene dan maltene
ditinjau dari sifat senyawanya terutama ialah : senyawa
hidrokarbon dalam asphaltene, memiliki berat molekul yang
tinggi yang memiliki perbandingan berat antara C/H = 0.3
– 0.9.
Jadi dengan kata lain, dapat juga dimengertikan
bahwa aspal merupakan suatu bahan terbentuk dari senyawa
hidrokarbon yang berbentuk suspensi koloidal dari
asphaltene didalam media minyak, dimana mengandung
senyawa damar yang mencegah terjadinya penggumpalan dari
asphaltene itu sendiri.
Maka sifat-sifat dari bahan campuran yang ada
didalam aspal atau bitumen itu ialah :
Asphaltene merupakan bahan utama untuk memiliki
sifat kekerasan.
Damar (resin) menyebabkan adanya sifat lekat
serta liat (ductile).
Bahan Bangunan : Asphalt 11
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Minyak menyebabkan sifat plastis sampai cair,
sehingga aspal atau bitumen memiliki sifat
viskositet dan kelembekkan.
Berdasarkan hasil penelitian Roster dan White,
perpaduan senyawa-senyawa dalam maltene, ternyata penting
bagi ketahanan lama terhadap sifat aspal sebagai perekat.
Dari penelitian itu dikenal suatu perbandingan yang
disebut ”perbadingan distibusi maltene”, yaitu
perbandingan antara jumlah senyawa basa nitrogen +
acidaffin 1, I dibagi jumlah paraffin + asidaffin 2.
Percobaan/ penelitian yang dibuat dengan :
2 bagian berat aspal semen
100 bagian berat pasir ottawa antara 20 s.d 30 mesh
Dicetak berbentuk pallet Ø 0.5 inci dan tinggi 0,4 inci
dibentuk dengan tekanan 1000 psi, kemudian dibiarkan ½
jam lalu dimasukkan dalam bejana dan diputar 500
putaran.
Hasil kemudian ditimbang dan di hitung bagian berat
yang hilang. Kemudian diklasifikasikan :
Klas I. Bila tidak ada bagian yang hilang (aus)
Klas II. Kehilangan sebesar 0-10%
Klas III kehilangan sebesar 10-20%
Dan seterusnya sampai kelas 9, dengan angka penetrasi
hilang dengan kenaikan 10% semen aspal dengan memiliki
Klas I sampai III dianggap cukup baik, sedang yang masuk
Bahan Bangunan : Asphalt 12
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
kelas 4 atau lebih dianggap kurang baik daya lekatnya.
Hasil-hasil tersebut diatas dihubungkan dengan angka
perbandingan distribusi maltene , ternyata dapat
disimpulkan bahwa aspal semen dengan penetrasi 85-100
yang memiliki ketahanan aus, baik mempunyai ratio-maltene
distribusi = 1.14.
Kadar senyawa basa nitrogen kurang baik pengaruhnya
didalam aspal atau bitumen, kadar parrafin dan kadar
karbon bebas juga berpengaruh terhadap sifat aspalnya.
Parrafin dalam aspal bila terlalu banyak akan
mempengaruhi kepekaan aspal terhadap suhu serta
menurunkan daya lekat, (karena daya ;ekat adalah sifat
adesi dan kohesi). Bila sifat kohesi aspal kurang, maka
sifat liat (ductile) juga berkurang, sehingga kepekaan
terhadap suhu meningkat, sehingga penetrasi indek (PI)
turun. Oleh karna itu kadar parrafin didalam aspal perlu
dibatasi.
1.4.2. Sifat Fisis
Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam
konstruksi jalan ialah :
a. Kepekatan (konsistensi)
b. Ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan
oleh cuaca.
Bahan Bangunan : Asphalt 13
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
c. Derajat pengerasan
d. Ketahan terhadap pengaruh air
Didalam praktek mutu dan kegunaan aspal, pada
umumnya ditentukan oleh ke empat sifat tersebut, meskipun
bahwa ratio maltene distribution, terhadap ketahanan lama
tidak diabaikan.
1.4.2.1. Kepekatan (konsistensi)
Peranan kepekatan bahan-bahan aspal, untuk memilih
dan memakai, ada dua hal :
a) Pertimbangan terhadap sifat kepekatan untuk suhu
yang tertentu, yang akan membagi-bagi, berapa
macam bahan.
b) Pengaruh suhu terhadap konsistensi.
Karena hal yang kedua diatas ini, lebih ada
pengertian yang sama serta penting hubungannnya dengan
sifat konsistensi, maka hal ini akan dibahas terlebih
dahulu.
a. Hubungan antara suhu dan kepekatan
Bila ada 2 macam aspal yang satu adalah blown
asphalt dan satu lagi adalah aspal untuk jalan
(paving aspal). Keduanya memiliki angka penetrasi
yang sama pada suhu 25ºC. Kalau masing-masing
daripadanya itu dipanasi pada suhu 45ºC, dan
diuji lagi angka penetrasinya, maka akan terlihat
Bahan Bangunan : Asphalt 14
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
perbedaan bahwa sapal untuk jalan akan memberikan
angka penetrasi yang lebih tinggi, karena lebih
lembek pada suhu itu, sedang blown asphalt masih
lebih keras. Bila kedua macam aspal ini kita
dinginkan lagi pada suhu 0ºC, paving asphalt
menjadi lebih keras daripada blown asphalt. Jadi
dari keadaan tersebut terlihat bahwa paving
asphalt lebih terpengaruh oleh suhu dibandingkan
dengan blown asphalt. Sifat sedemikian itu
disebut ”kepekaan suhu” (temperature
susceptibility). Kepekatan suhu bagi aspal dari
bahan minyak mentah yang berbeda, akan berbeda
pula, tetapi perbedaan kepekaan suhu itu kecil
bila dibandingkan dengan perbedaan kepekaan suhu
antara blown asphalt dan paving asphalt.
b. Pengukuran kepekatan
Jarak ukur terhadap sifat kepekatan aspal, mulai
dari keadaan cairan yang tipis, sedikit lebih
pekat daripada air, sampai ke keadaan kaku
setengah padat, sepadat lilin untuk penambal
(blown asphalt cement). Karena jarak ukur yang
demikian lebar, tidak ada satu alatpun yang dapat
dipakai untuk mengukur konsistensi dengan
memuaskan bagi bahan-bahan aspal.
Bahan Bangunan : Asphalt 15
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Dikenal ada 4 cara pengukuran kepekatan, yang
biasa dipakai yaitu :
1) Cara uji viskositet vurol
2) Cara uji penetrasi
3) Cara uji kambangan (float test)
4) Cara uji viskositet kinematik
Viskositet merupakan suatu pengertian yang agak luas
mengenai sifat kepekatan/ konsistensi daripada cairan. Ia
adalah suatu ukuran terhadap kemampuan suatu benda cair
untuk mengalir, pada suatu keadaan karena ada tahanan.
Jadi makin besar viskositas suatu bahan cair, maka makin
mendekati benda itu kepada suatu keadaan yang hampir
padat kepekatannya.
A. Viskositet menurut Furol
cara ini disebut ”furol viscosity” adalah suatu cara
uji yang spesifik untuk mengukur viskositet bahan-bahan
aspal. Angka viskositet furol adalah suatu angka dalam
detik yang diperlukan bagi 60 cm³ bahan aspal untuk
melalui suatu lobang pipa sempit yang ukurannya tertentu,
pada suhu yang tertentu. Jadi makin tinggi angka
viskositet furol pada suatu suhu tertentu, makin pekat
bahannya.
B. Viskositet kinematik
Bahan Bangunan : Asphalt 16
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Karena perbedaan kepekaan suhu dari jenis-jenis semen
aspal untuk jalan maka tambahan cara uji viskositet, yang
dilakukan pada suhu 135ºC. Cara uji ini dapat dilakukan
dengan alat furol viskometer atau dengan suatu alat
viskometer tertentu, yaitu ada 2 macam alat lain, yang
satu adalah ”zitfuchs cross-arm viscometer” dan yang satu
lagi adalah ”canon-manning viscometer”. Cara penentuan
kinematik viscosity ini dengan menggunakan gaya berat
cairan yang mengalir melalui viscometer.
Dengan alat zeitfuchs cross-arm viscometer, aspal
yang akan ditentukan viskositasnya, diisikan dalam tabung
besar, sampai batas pengisian. Setelah suhunya mencapai
135ºC, diberikan sedikit tekanan pada mulut tabung besar
itu, atau diberikan sedikit isapan pada ujung tabung
kecil. Maka aspal cair akan mengalir melalui lobang
sempit dalam lobang itu, yang jarak alirannya ditentukan.
Waktu aliran dari garis pertama sampai garis atasnya
dicatat dalam detik.
Pembacaan waktu yang didapat, dikalikan dengan faktor
kalibrasi bagi alat itu, dan hasilnya dinyatakan dalam
angka dengan satuan “cestistokes”. Sebagai media pengisi
alat, dipakai minyak ringan jernih cocok untuk itu.
C. Pengujian penetrasi
Bahan Bangunan : Asphalt 17
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Telah dipakai sejak lama untuk mengukur kepekatan
aspal biasanya dipakai uji penetrasi, yang caranya ialah
mengukur kedalaman masuknya suatu jarum yang ukurannya
tertentu, dengan berat 100 gram, dalam waktu 5 detik.
Angka kedalaman masuk jarum itu, diukur dari permukaan
dinyatakan dengan angka satuan 1/100 cm.
Jadi bila suatu jarum aspal memiliki angka penetrasi
100, berarti kedalaman masuknya jarum adalah 1 cm. Jadi
hubungan antara penetrasi dan konsitensi, sebenarnya
merupakan angka kebalikan, sebab makin tinggi angka
penetrasi makin lembek aspalnya.
Untuk jenis aspal yang diproses tiup udara (blown
asphalt) yang sifatnya lebih kental atau lebih keras dan
penggunaanya untuk atap, perapat air dan lainnya yang
tahan terhadap pengaruh suhu, penentuan penetrasinya,
sedikit agak lai suasananya, yaitu dipakai suhu 0ºC dan
46ºC. Pada pengujian dengan suhu 0ºC dipakai berat jarum
200 gram, dan waktu penetrasi 60 detik. Bila dipakai suhu
46ºC dipakai jarum 50 gram dan waktu penetrasi 5 detik.
D. Pengujian cara kambangan (Float Test)
Aspal yang lebih pekat atau lebih kental dari grade
3000, tak dapat diuji dengan cara viskositet yang biasa
misalnya pakai viscometer furol. Demikian pula bila angka
penetrasinya dengan penetrometer. Jadi memang ada suatu
Bahan Bangunan : Asphalt 18
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
jarak ukur (range) bagi sifat kepekatan konsistensi ini
yang tidak dapat diukur dengan alat-alat uji yang biasa.
Bahan aspal semacam ini misalnya termasuk aspal jenis
residu penyulingan minyak yang lambat mengeras (aspal
SC), dan jenis aspal tertentu yang kadang-kadang
diperlukan untuk pembuatan jalan. Aspal jenis demikian,
pengujian konsistensinya dilakukan dengan cara uji
kambang. Untuk uji kambang ini, aspal disumbatkan dalam
suatu cetakan dipasang pada bagian dasar dari cawan yang
terbuat dari aluminium, lalu cawan tadi ditempatkan pada
cairan yang suhunya 122ºF. Waktu yang diperlukan untuk
menyebabkan air dapat menembus sumbat aspal tadi, disebut
angka float. Makin tinggi harga angka ini, makin kental
aspalnya.
1.4.2.2. Ketahanan Lama, ketahanan terhadap cuaca
Agar suatu bahan perekat aspal memuaskan sifatnya
sebagai perekat ia harus tetap tinggal plastis. Bila
aspal terkena pengaruh cuaca dalam bentuk lapisan yang
tipis, ia akan berangsur-angsur hilang sifat plastisnya
dan akan menjadi regas, karena perubahan kimia atau
fisika. Perusakan oleh alam ini disebut pelapukan.
Pelapukan lapisan hamparan jalan, terutama akibat dari
Bahan Bangunan : Asphalt 19
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
oksidasi dan penguapan. Faktor lain yang menyebabkan
kerusakan itu juga akibat sinar gelombang pendek dari
matahari, umur pengerasan dan akibat bocoran air.
Sifat-sifat aspal yang ada hubungannya dengan
ketahan lama atau pengaruh pelapukan antara lain :
a. Titik lembek
Cara sederhana dan langsung dalam penetuan titik
lembek ialah dengan cara pakai cincin dan bola baja
untuk menentukan titik lembek, seperti tercantum
dalam ASTM D-30-70. aspal yang memiliki titik lembek
tinggi, untuk angka penetrasi tertentu ada suhu
25ºC, akan kurang peka terhadap pengaruh suhu.
Titik lembek untuk aspal hamparan jalan jenis AC 40-
50 sampai AC 200-300, memiliki titik lembek yang
berkiar antara 57ºC sampai 35ºC. Untuk kepentingan
dalam prektek cara uji ini bagi aspal AC tidak
terlalu berpengaruh banyak, dan banyak pengaruhnya
baginya sering tidak tercantum untuk sifat titik
lembek ini.
Tetapi bagi jenis aspal yang ditiup udara sifat
titik lembek ini penting, terutama bila blown
asphalt ini dipakai sebagai bahan atap, untuk sudut
atap yang besar, sebab titik lembeknya hendaknya
lebih dari 65ºC, agar pengaruh panas sinar matahari
tidak terlalu besar baginya untuk melelehkannya.
Bahan Bangunan : Asphalt 20
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
b. Oksidasi dan penguapan
Oksidasi merupakan perusakan secara kimia terhadap
aspal akibat serangan oksigen dari udara. Penguapan
terdiri dari penguapan senyawa hydrocarbon yang
ringan dari dalam aspal. Pengaruh dari kedua
peristiwa itu mengakibatkan aspal akan mengeras,
yang dapat diuji dengan cara penetrasi atau
pengujian kekentalan.
c. Pengaruh suhu
Derajat oksidasi dan penguapan, akan dipercepat bila
suhu dinaikkan. Cara menduga derajat reaksi secara
organik dan fisik, biasanya dengan memperkirakan
bahwa tiap kenaikan 10ºC reaksinya akan berlipat dua
kali. Sebagai misal ialah, oksidasi dan penguapan
akan terjadi 8 kali lebih besar untuk suatu campuran
yang diaduk dalam Pungmill pada suhu 179ºC
dibandingkan bila hanya diaduk pada suhu 149ºC.
d. Pengaruh luas permukaan
Makin luas bidang permukaan suatu aspal akan makin
cepat ia mengeras. Dengan demikian pula kecepatan
Bahan Bangunan : Asphalt 21
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
oksidasi dan penguapan, tergantung dari luas
permukaan aspal itu yang berhubungan dengan udara.
Oleh karena itu untuk pembuatan hamparan jalan dari
campuran aspal agar lebih stabil, maka perlu
diusahakan agar hamparan itu memiliki rongga-rongga
udara sekecil mungkin, agar oksidasi akan terjadi
lebih kecil.
e. Pengaruh sinar matahari
Diketahui bahwa sinar matahari juga mempunyai
pengaruh terhadap ketahanan lama. Sinar dengan
gelombang pendek atau sinar actinik, merusak/
merubah molekul aspal, menjadi air dan senyawa yang
larut dalam air. Reasksi tersebut disebut ”photo
oksidasi” karena oksidasi ini dipercepat oleh adanya
sinar.
Tetapi untungnya oksidasi sinar ini, tidak dapat
masuk jauh kedalam lapisan aspal (hanya lapisan
tipis dipermukaan). Meskipun demikian hal ini perlu
diketahui, terutama bila menggunakan jenis aspal
untuk keperluan pelaburan permukaan atau rapat air
bahwa lama-lama aspal itu akan berubah sifatnya.
Bahan Bangunan : Asphalt 22
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
f. Pengaruh susunan kimia
Telah dikemukakan dalam sifat kima, bahwa senyawa-
senyawa yang terkandung dalam aspal itu sendiri,
terutama senyawa dalam kelompok ”maltene”, dapat
mempengaruhi sifat ketahanan terhadap gesekan/
abrasi. Aspal yang memiliki angka perbandingan
distribusi maltene lebih besar dari 1,5 akan kurang
tahan pengaruh gesekan. Maltene distribution ratio
yang baik ialah bila berkisar antara 0,6 sampai
1,14. bila angkanya kurang dari 0,6 aspalnya menjadi
kurang bersifat kohesif.
g. Aspal yang dibuat dengan proses kraking (cracked
asphalt)
Telah disinggung dimuka, bahwa aspal dihasilkan
dengan cara cracking, (sebagai misalnya Blown
asphalt), akan lebih cepat rusak karena pengaruh
cuaca, sebab dalam aspal ini, banyak mengadung
senyawa hydrocarbon yang tidak jenuh.
Untuk aspal guna kepentingan pembuatan hamparan
jalan, sebaiknya jenis cracked asphalt ini tidak
dipakai. Aspal yang telah dipecah secara lebih parah
molekul-molekulnya, biasanya berpermukaan yang pudar
(tidak mengkilap). Sebaliknya aspal yang belum pecah
molekulnya, mengkilap permukaannya seperti cermin.
Bahan Bangunan : Asphalt 23
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Aspal yang telah dipecah molekulnya, bila dilarutkan
dalam CCl4 akan meninggalkan kurang lebih 0,5% atau
lebih endapan karbon.
1.4.2.3. Derajat Pengerasan (rate & curing)
Bila suatu campuran yang terdiri dari naphtha,
kerosene dan minyak lumas encer, kita laburkan pada suatu
permukaan, maka cairan naphtha akan menguap terlebih
dahulu dan setelah itu akan menguap cairan kerosene dan
yang terakhir minyak lumas.
Keadaan semacam ini akan sama terjadi pada jenis
aspal cair (cut-back asphalt) RC, MC dan SC, yang masing-
masing menggunakan pelarut yang sama seperti tersebut
diatas, karena naphtha dipakai sebagai pelaruy aspal cair
jenis RC, kerosene dipakai untuk jenis MC dan minyak
lumas ringan untuk jenis SC.
Jadi suatu aspal cair bila dibiarkan terbuka
diudara dalam lapisan tiris berangsur-angsur akan
mengental membentuk kembali aspal padat jenis AC. Waktu
yang diperlukan untuk mengental kembali itu disebut
derajat pengerasan (rate of curing).
Rate of curing dipengaruhi oleh :
Penguapan dari bahan pelarut/ pengencer
Bahan Bangunan : Asphalt 24
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Jumlah pelarut/ pengencer dalam aspal cair
Angka penetrasi dari aspal dasar yang
dicairkan.
Makin kecil jumlah bahan pelarut yang terkadung
dalam aspal cair, akan makin cepat ia akan mengental
kembali. Lain dari pada itu, waktu yang diperlukan untuk
pengerasan akan lebih lama, bila angka penetrasi dari
aspal dasarnya tinggi. Faktor luar yang mempengaruhi
kecepatan pengentalan ialah :
Suhu sekeliling
Luas permukaan penguapan atau perbandingan
antara luas permukaan dan volumenya.
Kecepatan angin yang melalui permukaan.
Untuk menguji derajat pengerasan atau curing rate
ini, memang agak sukar dilakukan. Cara yang dapat
dilakukan secara tidak langsung ialah dengan menyuling
aspal tadi (destillation test), dimana dapat diamati
kecepatan penguapan masing-masing pelarut pada suhu
tertentu.
Dari hasil destilasi ini, kemudian dihitung INDEX
pengerasan atau CURING INDEX. Bagi aspal RC-70 sebagai
jenis aspal cair (cutback) yang paling umum dipakai,
biasanya memiliki curing index antara 25-45, sedang
curing index yang optimum ialah 35. cara penyulingan ini
seperti tercantum dalam ASTM D-402.
Bahan Bangunan : Asphalt 25
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
1.4.2.4. Ketahanan terhadap pengaruh air
Sifat tahan lama aspal untuk hamparan jalan
tergantung sekali pada kemampuan untuk dapat melekat
dengan baik kepada butir agregat yang dicampur dengannya,
dalam suasana basah (ada air). Kehilangan daya lekat
aspal terhadap agregat akan mengakibatkan rusaknya
hamparan jalan tersebut.
Jelasnya lapisan aspal dari agregat, dalam adukan
aspal dingin, dapat diperkecil dengan menggunakan jenis
agregat yang bersifat hydrophillis. Daya lekat akan lebih
baik lagi bila menggunakan bahan additive yang bersifat
anti lepas. Bahan additive biasanya dicampurkan dalam
campuran panas aspal beton yang dihampar dingin, bila air
tercampur pula dalam beton itu. Pada pemakaian campuarn
aspal panas, yang dihamparkan dalam keadaan panas pula,
dimana sebelumnya agregatnya telah dikeringkan terlebih
dahulu, bahan aditive tidak perlu dipakai lagi.
1.4.3. Sifat Fisis LainnyaBeberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui
atau sering dilakukan pengujian antara lain ialah :
1.4.3.1. Berat Jenis
Bahan Bangunan : Asphalt 26
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Berat jenis aspal (tanpa campuran) biasanya
berkisar antara 1.04 sampai 1.02. pada suhu 25ºC.
Angka yang tinggi dicapai untuk bitumen yang
keras dan rendah untuk bitumen cair. Karena aspal
bitumen ini memiliki pemuaian, maka berat
jenisnya dapat di pengaruhi pila oleh suhu,
akibat perubahan suhu yang menyebabkan perubahan
volumenya.
Koefisien pemakaian aspal = V1 = VO (1 + (t1-t0))
Dalam rentang suhu antara 15º sampai 200ºC
koefisien pemuaian adalah 0,0006 per ºC. Cara
penentuan berat jenis, biasanya untuk aspal
padat, pakai piknometer (untuk mengukur berat
serta volumenya) sedang untuk aspal cair, dipakai
Areometer (kurang teliti tetapi tepat).
1.4.3.2. Ductility (keliatan)
Untuk mendapat gambaran apakah suatu jenis aspal
pada penggunaanya nanti akan mengalami retak-
retak, dilakukan uji keliatan (ductility, dengan
menarik benda uji yang terbuat dari aspal dengan
kecepatan 5 cm per menit pada suhu 25ºC.
Penampang benda cobanya 1 cm². Ductility
merupakan angka perpanjangan dari benda uji
akibat penarikan, sampai putus, dinyatakan dalam
cm.
Bahan Bangunan : Asphalt 27
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Aspal dengan angka ductility yang terendah dapat
mengalami retak akibat lapisan aspal itu akan
mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Sifat
ductility ini dipengaruhi oleh sifat kimia aspal,
yaitu akibat susunan senyawa hydrocarbon yang
dikandungnya. Bila aspal banyak mengadung susunan
senyawa paraffin dengan rantai panjang,
ductilitynya rendah, demikian juga aspal yang
didapat dari proses blowing (blown asphalt)
dimana banyak terdapat gugusan hydrocarbon tak
jenuh, yang mudah menyusut, sedang yang banyak
mengadung parafin karena rantai karbon yang
kekuatan strukturnya kurang plastis.
1.4.3.3. Titik Nyala
Maksud pengujian ini ialah untuk menentukan pada
suhu dimana aspal itu akan menyala, untuk menjaga
pada suhu dimana aspal tersebut dapat dipanasi
tanpa bahaya. Pengujiannya dilakukan dengan alat
penentu titik nyala model bejana terbuka
(cleveland open cup, untuk titik nyala tinggi,
dan Tagliabue open cup untuk titik nyala suhu
rendah).
1.4.3.4. Uji kelarutan
Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal,
dimana aspal mungkin mengadung bahan tak larut,
Bahan Bangunan : Asphalt 28
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
misalnya garam, kotoran debu, karbon atau mineral
lainnya.
Pengujianya dengan melarutkan aspal dalam karbon
bisulfida (CS2), bagian yang tidak larut
ditimbang. Cairan pelarut yang biasa dipakai
misalnya karbon tetra chlorida (CCl4). Cairan ini
tidak mudah terbakar dibanding dengan CS2, maka
lebih sering dipakai, meskipun hasilnya agak
kurang teliti karena, ada zat karbon yan
seharusnya laryt dalam CS2, tidak larut dalam
CCl4.
1.4.3.5. Uji Penyulingan
Uji ini dengan maksud untuk memisahkan bahan-
bahan lain yang dapat dipisahkan dari aspal
misalnya jenis pelarut yang berbeda penguapannya.
Disamping itu pengujian kadar air, dapat juga
dilakukan dengan cara penyulingan ini.
1.4.4. Pengujiaan Bagi Aspal Emulsi (ASTMD 224)
Ada beberapa pengujian bagi aspal emulsi, untuk
mengetahui sifat serta mutu dan kemampuanya sebagai bahan
perekat antara lain ialah :
Uji pecahnya emulsi (demulsibility test)
Pengujian ini ialah untuk mengetahui cepat atau
lambatnya emulsi akan pecah/ terurai bila
Bahan Bangunan : Asphalt 29
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
berhubungan dengan batuan. Dalam pengujian dipakai
larutan CaCl2 sebagai bahan pemecah emulsi. Cairan
aspal yang akan diuji. Cairan CaCl2 encer untuk
menguji Rapid Setting emulsion dan cairan yang pekat
untuk menguji Slow setting emulsion.
Uji pengendapan (settlement test)
Pengujian ini untuk mengetahui kestabilan emulsi
aspal, apakah bila emulsi itu disimpan tidak akan
terjadi pengendapan, emulsi aspal yang baik, tidak
akan berubah bila disimpan lama artinya tidak
terjadi pengendapan butiran aspalnya. Tetapi bila
emulsi rusak dan sebagian mengendap aspalnya maka
dalam penggunaan akan sukar dikontrol homogenitas
kandungan aspal dalam pemakaian. Bila diambil emulsi
bagian atas lebih dulu akan kurang kadar aspalnya,
bila sebelum dipakai diaduk, dapat memecah emulsi
aspal, atau pekerjaan menjadi bertambah.
Uji kehalusan (sieve test)
Uji ini dimaksud untuk mengetahui, apakah dalam
emulsi itu betul-betul butir aspal terbagi dalam
butir yang kecil atau tidak ada aspal yang
menggumpal. Ayakan yang dipakai ukuran 20 mesh (0.84
mm). Emulsi yang baik akan tembus ayakan ini. Tetapi
bila ada butir aspal menggumpal, keburukannya ialah
Bahan Bangunan : Asphalt 30
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
bila emulsi ini dipakai dengan proses semprot, maka
akan menyumbat mulut penyemprotnya (spary nozzle).
Uji pencampuran (mixing test)
Uji ini dimaksud untuk menguji kemampuan terutama
bagi jenis Slow setting mulsified asphalt, mengenai
kemampuannya diaduk dengan berbagai macam agregat.
Tetapi dalam pengujian ini dipakai semen portland
type III, sebagai pengganti tepung agregat,
mengingat bahan semen Type III ini sudah dapat
dikatakan standar mutunya, serta mudah didapat,
daripada membuat khusus, tepung batu agregat yang
standar.
Uji kelekatan dan ketahanan air
(Agregat-coating-water-resistence test). Uji ini
untuk melihat kemampuan emulsi aspal dapat melekat
dengan baik pada agregat, serta lekatan itu akan
tetap kuat meskipun ada gangguan air.
Uji penyulingan
Uji penyulingan ialah dengan cara menyuling emulsi
aspal, kemudian dapat memisahkan bahan-bahan yang
ada didalam aspal itu karena perbedaan penguapannya.
Dari uji ini akan diketahui misalnya : kadar air,
kadar minyak pelarut, kadar residu aspalnya.
Kadar residu aspal ini dapat dilakukan pengujian,
sifat residu misalnya penetrasinya, kelarutan dalam
Bahan Bangunan : Asphalt 31
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
CCl4 atau ductility sehingga dapat diduga bahan
dasar emulsi itu jenis aspal yang mana.
Uji muatan listrik pada partikel emulsi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah partikel
emulsi bersifat Anion (muatan negati) atau kation
(muatan positif). Hal ini penting untuk pemakaian,
sehingga jenis agregat yang manakah yang cocok untuk
emulsi tersebut. Sebagai misal, bila agregatnya
bersifat basa (batu kapur atau dolomit) akan cocok
dipakai emulsi yang anion dan untuk agregat silikat,
cocok dipakai emulsi kation.
Uji Ph (keasaman atau kebasaan)
Uji ini khususnya hanya untuk mengetahui derajat
keasaman dari emulsi kation untuk jenis slow setting
(SS-K) karena ada persyaratan untuk Ph bagi jenis
ini.
Bahan Bangunan : Asphalt 32
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
Soal-soal1. Jelaskan definisi aspal berdasarkan ASTM D-8 !
2. Jelaskan definisi aspal/bitumen berdasarkan The Asphalt
Institute !
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi aspal yang saudar a
ketahui !
4. Apakah perbedaan antara aspal alam dan aspal buatan ?
5. Apakah perbedaan antara aspal dan Ter !
6. Bagaimanakah didapatnya aspal alam dan dimana terdapat
aspal alam tersebut !
7. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi Ter !
8. Apakah Pitch atau Pek itu ?
9. Terbuat dari apakah RTCB-5 dan RTCB-8 ?
10. Jenis agregat yang manakah yang cocok digunakan
sebagai bahan perkerasan apabila dipakai aspal emulsi
kation dan aspal emulsi anion ?
11. Jelaskan sifat-sifat kimia aspal !
12. Jelaskan sifat-sifat fisika aspal !
13. Apakah asphalthene dan maltene itu ?
Bahan Bangunan : Asphalt 33
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHANJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918
14. Terdiri dari senyawa-senyawa apakah maltene itu ?
15. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat fisis yang ada
hubungannya dengan ketahanan lama !
16. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat fisis aspal
lainnya yang sering dilakukan pengujiannya di
laboratorium 1
17. Berdasarkan ASTM D-224, untuk mengetahui sifat serta
mutu dan kemampuannya sebagai bahan perekat bagi aspal
emulsi dapat dilakukan beberapa pengujian, pengujian-