Page 1 Universitas Gunadarma MODUL 9 PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI D3 – Manajemen Pemasaran S1 - Manajemen Skema Sertifikasi : SB-001/1/LSP-UG/II/2017 TENAGA PEMASAR OPERASIONAL Unit Kompetensi : M.702090.009.01 Merencanakan Riset Terhadap sebuah Merek 2019
72
Embed
bagus.staff.gunadarma.ac.idbagus.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/67522/009... · Web view), metode analisis isi, metode kecenderungan, metode korelasional, dan metode eksperimen.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1
Universitas Gunadarma
MODUL 9 PELATIHAN SERTIFIKASI
KOMPETENSI
D3 – Manajemen PemasaranS1 - Manajemen
Skema Sertifikasi :
SB-001/1/LSP-UG/II/2017
TENAGA PEMASAR OPERASIONAL
Unit Kompetensi :
M.702090.009.01
Merencanakan Riset Terhadap sebuah Merek
2019
UNIVERSITAS GUNADARMA
Skema Sertifikasi :
SB-001/1/LSP-UG/II/2017Tenaga Pemasar Operasional
Unit Kompetensi :
M.702090.009.01 Merencanakan Riset Terhadap sebuah Merek
Penyusun :Vely Randyantini, MM
Editor :Sri Kurniasih Agustin, MM
Ika Puji Saputri, MM
Depok, 2019
KATA PENGANTAR
Page 2
MODUL 9PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
D3 – MANAJEMEN PEMASARANS1 – MANAJEMEN
Puji syukur kehadhirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya, Modul 9 yang terdiri dari UK (Unit Kompetensi) 9, Pelatihan Sertifikasi Kompetensi skema Pemasaran Operasional dapat kami selesaikan. Modul ini merupakan bagian dari seri modul pendukung untuk pelatihan sertifikasi kompetensi untuk skema Pemasaran Operasional yang bertujuan memberikan bekal keterampilan bagi mahasiswa khususnya di program studi D3 Manajemen Pemasaran dan S1 Manajemen.
Modul ini terbagi menjadi 2 (dua) Elemen Kompetensi. Elemen Kompetensi 1 (pertama) berisi tentang bagaimana menentukan tujuan dan metode riset. Elemen Kompetensi 2 (kedua) berisi tentang bagaimana mempersiapkan instrument riset.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada: Kaprodi D3 Manajemen Pemasaran, Bapak Dr. Bagus Nurcahyo atas arahannya terkait agar modul ini sejalan dengan kurikulum yang diberikan di perkuliahan, Bapak/Ibu Prof. Dr. Budi Hermana, Kepala Lembaga Pengembangan Manajemen dan Akuntansi atas koordinasinya terkait sarana prasarana dan teknis pelaksanaan kursus sertifikasi kompetensi agar sesuai dengan kebutuhan yang ada pada modul pelatihan ini, Kepala LSP Universitas Gunadarma, Bapak Dr. R. Supriyanto dan staff atas arahan dan koordinasinya agar modul ini sesuai dengan kebutuhan ujian sertifikasi kompetensi, serta staff/asisten laboratorium yang membantu penyusunan modul ini. Saran dan kritik dari pembaca, penyusun harapkan untuk perbaikan modul ini di masa mendatang.
Depok, Maret 2019
Tim Penyusun
MERENCANAKAN RISET TERHADAP SEBUAH MEREK
Page 3
9
9.1 LATAR BELAKANG
Saat ini Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
Berada di peringkat 16 besar perekonomian dunia adalah salah satu pembuktian
Indonesia kian menguat. Sebagai gambaran, pada tahun 2011 Indonesia
mengalami pertumbuhan sebesar 6.5% (data Bank Indonesia). Bank Indonesia
juga memperkirakan perekonomian Indonesia akan mengalami pertumbuhan
antara 6.3%-6.7%. Seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan menjadi 6.6% pada
2011 dari 7.1% pada tahun 2010. Selain itu, kualitas ketenagakerjaan juga
mengalami perbaikan dengan meningkatnya tenaga kerja di sektor formal dan
membaiknya latar belakang pendidikan tenaga kerja. Dari data per September
2012, tercatat bahwa Indonesia memiliki 55 juta tenaga kerja terampil.
Tantangan ke depan yang berhubungan dengan tenaga kerja adalah adanya
ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 mendatang.Dalam AEC
tersebut, terdapat single market and production base, yang akan terdiri dari lima
elemen, antara lain: aliran bebas barang, bebas aliran jasa, aliran bebas investasi,
arus modal yang lebih bebas, dan arus bebas tenaga kerja terampil. Tentu dengan
adanya AEC, arus perpindahan tenaga kerja antar negara akan lebih marak terjadi.
Selain adanya AEC, adanya struktur dasar dari persetujuan World Trade
Organization (WTO) yang mencakup barang, jasa, kepemilikan intelektual, dan
penyelesaian sengketa, menjadi sebuah concern yang akan berdampak pula pada
kondisi perdagangan di Indonesia. Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC),
yang sudah terlebih dahulu ada pun menjadi hal yang perlu diberikan perhatian
khusus. Dengan semakin tingginya tuntutan dunia, hal ini tentu mengkhawatirkan
bila tenaga kerja Indonesia tidak memiliki kompetensi yang mencukupi sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Ketidaktersediaan tenaga kerja yang berkompeten
Page 4
M.702090.009.01
akan membuat perusahaan-perusahaan terpaksa menggunakan tenaga kerja asing.
Hal ini tentu akan merugikan pada sektor ketenagakerjaan Indonesia.
Sebagai dampak globalisasi dan sistem pasar bebas, persaingan usaha tidak hanya
terjadi pada lingkungan lokal atau regional saja. Persaingan telah berkembang ke
tingkat global. Diperkirakan pada tahun 2030, Indonesia akan menjadi negara
ekonomi terbesar ketujuh di dunia. Bila berjalan mulus, akan terdapat peluang
sebesar 1,8 triliun dolar Amerika di bidang agrikultura, perikanan, sumber daya
energi, pendidikan, dan sektor jasa. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia akan
membutuhkan 113 juta tenaga terampil yang mampu menunjang pertumbuhan di
sebagian besar industry. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi
Indonesia yang telah mencapai investment grade menurut beberapa lembaga
pemeringkat internasional beberapa waktu yang lalu. Karena potensi pasarnya
yang besar dan tingkat pertumbuhan perekonomian yang baik, banyak pihak asing
berupaya menggarap pasar Indonesia.
Sebagai gambaran pada investasi asing yang bersifat langsung tercatat sekitar 18,2
milliar dollar AS pada tahun 2011 (Sumber: BPS). Untuk sektor yang
berhubungan dengan jasa, investasi langsung tercatat sebesar lebih dari 2,5 milliar
dollar di sektor perdagangan, lebih dari 2.7 milliar dollar di sektor jasa dan
properti, dan sekitar 500 juta dollar di sektor jasa keuangan.Hal ini menjadi
indikasi dimana pihak asing akan semakin banyak masuk dan berperan terhadap
industri jasa. Tentu hal ini menjadi peluang dan ancaman pada dunia bisnis dalam
negeri. Di satu sisi pihak asing akan memperkuat permodalan bisnis, di sisi lain
tenaga kerja Indonesia akan terancam bila tidak memiliki kualitas yang baik yang
dapat mendukung operasionalisasi perusahaan (salah satunya tenaga pemasar).
Kekurangan tenaga pemasar yang berkualitas akan membuat perusahaan mencari
tenaga kerja pemasar. Hal ini tentu akan mempengaruhi ketersediaan lapangan
kerja bagi masyarakat Indonesia.
Selain meminimalisir penggunaan tenaga pemasar asing, peningkatan kualitas
tenaga pemasar akan meningkatkan daya saing perusahaan.Dengan tenaga
Page 5
pemasar yang terampil, perusahaan dapat bersaing baik dengan perusahaan lokal
maupun perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Bila berkembang dengan
baik, tingkat ekspor dari bidang jasa dan perdagangan akan mengalami
peningkatan karena telah memiliki kemampuan yang cukup untuk bersaing di
wilayah regional ataupun global.
Sehubungan dengan peningkatan kualitas dalam industri perdagangan, UU No 5
tahun 1999 menyebutkan tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Pada dasarnya pelaku usaha dilarang mempraktekan
persaingan usaha tidak sehat. Dalam UU, persaingan usaha tidak sehat
didefinisikan sebagai persaingan antar
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha.
Selain mengenai larangan terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, terdapat pula undang-undang yang menyebetukan mengenai perlindungan
konsumen. Dalam UU No 8 tahun 1999 dinyatakan bahwa pembangunan nasional
pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga
mampu menghasilkan beraneka barang dan/ jasa yang memiliki kandungan
teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan
sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan/jasa yang diperoleh dari
perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.
Terkait dengan peningkatan kompetensi tenaga kerja, dalam UU No 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, dinyatakan bahwa sesuai dengan peranan dan
kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya daslam pembangunan.
Pembangunan ketenagakerjaan yang bertujuan memberdayakan dan
mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; dan mewujudkan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
Page 6
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. Di samping itu, juga dinyatakan
bahwa pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan.
RSKKNI Tenaga Pemasar disusun untuk dapat menjadi acuan terhadap
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap tenaga pemasar di Indonesia. RSKKNI
tenaga pemasar apabila disepakati, akan menjadi SKKNI yang berlaku secara
nasional, dan diterbitkan SK nya oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
Ruang lingkup dari pemasaran yang dimaksud mengacu pada apa yang telah
didefinisikan oleh Asosiasi Pemasaran Amerika (American Marketing
Association), bahwa pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemegang sahamnya. RSKKNI ini bertujuan
untuk menstandarisasi kompetensi dari tenaga pemasar yang tugas dan fungsinya
terbatas berkaitan dengan melakukan aktivitas pejualan (sales), pengelolaan
layanan (service), dan pengelolaan merek (brand),
Adapun untuk lebih jelas lagi, masing-masing fungsi dan peran dari tenaga
pemasar yang berkaitan dengan melakukan aktivitas penjualan, pengelolaan
layanan, dan pengelolaan merek akan dijabarkan kembali. Tenaga penjual
memiliki peranan penting dalam semua perusahaan. Mereka seringkali dianggap
sebagai ujung tombak dan mendorong penghasilan bagi badan usaha.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam bukunya “Marketing Management”
mengatakan bahwa layanan (service) adalah setiap tindakan atau kinerja yang
ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Page 7
Selama bertahun-tahun definisi merek bermacam-macam tergantung dari persepsi
terhadap perspektif. Seringkali tergantung pada latar belakang akademik penulis.
Definisi klasik dari merek terhubung dengan indentifikasi sebuah produk dan
diferensiasi dari kompetitornya, melaui penggunaan nama, logo, disain, atau tanda
visual lainnya dan symbol.
Menurut Tilde Heding, Charlotte F. Knudtzen dan Mogens Bjerre dalam bukunya
“Brand Management: Research, Theory and Practice” menyatakan bahwa
American Marketing Association (AMA) (1960) mendefinisikan merek sebagai
sebuah nama, terminology, tanda, symbol atau disain atau kombinasinya yang
digunakan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau
kelompok penjual untuk membedakan dari para pesaingnya.
Definisi lain saat ini untuk merek juga memasukkan proses internal dan
organisasional. Banyak buku tentang manajemen merek saat ini membuat definisi
secara ekstrim karena mereka bertujuan untuk meliput semua aspek perbedaan
dan bagaimana merek dikembangkan dari waktu ke waktu.
9.2 OBYEKTIF
Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka Pelatihan Uji Kompetensi untuk Unit
Kompetensi Merencanakan Riset Terhadap Sebuah Merek memiliki obyektif
utama agar peserta pelatihan mampu merencanakan riset terhadap sebuah merek
yang terdiri dari bagaimana menentukan tujuan dan metode riset, mempersiapkan
instrument riset yang dirinci sebagai berikut:
Menentukan Tujuan dan Metode Riset
Mempersiapkan Instrumen Riset
9.3 KRITERIA UNJUK KERJA
Page 8
Untuk mencapai kompetensi di dalam Merencanakan Riset Terhadap Sebuah
Merek dibutuhkan keterampilan atau unjuk kerja yang tinggi. Para peserta
Pelatihan diharapkan mampu melakukan keterampilan atau unjuk kerja yang
dibutuhkan oleh masing-masing obyektif yang akan dicapai untuk Unit
Kompetensi Merencanakan Riset Terhadap Sebuah Merek di Area Kerja
Pemasaran Operasional. Berikut merupakan keterampilan atau kriteria unjuk kerja
yang harus dikuasai dari masing-masing obyektif tersebut:
1. Menentukan Tujuan dan Metode Riset
1.1 Mengidentifikasi Masalah
1.2 Menentukan tujuan riset
1.3 Menetapkan metode riset
1.4 Menentukan metode sampling
2. Mempersiapkan Instrumen Riset
2.1 Menentukan bentuk instrumen riset
2.2 Menyusun instrument pengumpulan data sesuai tujuan riset
Elemen 1: Menentukan Tujuan dan Metode Riset
Apakah tujuan riset yang sistematis? Perencanaan yang sistematis
diperlukan pada semua tahapan proses riset. Prosedur diikuti pada setiap tahap
yang metodologis, didokumentasikan, dan sebisa mungkin direncanakan terlebih
dahulu. Riset menggunakan metode ilmiah dalam data yang dikumpulkan dan
dianalisis untuk menguji gagasan atau hipotesis sebelumnya. Perencanaan yang
sistematis diperlukan pada semua tahap proses riset, terutama pada langkah
pengumpulan data. Tujuan riset merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan
adanya hasil, sesuatu yang diperoleh setelah riset selesai, sesuatu yang akan
dicapai atau dituju dalam sebuah riset.
Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh
jawaban atas permasalahan riset yang diajukan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
harus relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan
mencerminkan proses riset, menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperoleh
Page 9
setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah
riset. Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh
jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena itu, rumusan
tujuan harus relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah
dan mencerminkan proses riset.
1.1 Identifikasi Masalah
Masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan);
soal, persoalan. Permasalahan yaitu hal yang menjadikan masalah; hal yang
dimasalahkan. Masalah adalah faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya
tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sugiono 1999). Masalah
merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi. Suatu
kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan
atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara harapan
dengan kenyataan dan sebagainya (Suryabrata, 2000). Persoalan juga dapat
diartikan sebagai tafsir sesuatu yang teramati lewat tanggap rasa, cerapan dan
konsep yang ketiganya merupakan cetusan alam fikir dan alam rasa
(Notohadiprawiro, 2006).
Dalam dunia nyata banyak masalah yang harus diselesaikan dengan segera
dalam waktu tertentu, namun tidak semua masalah tersebut dapat diangkat
menjadi maslaah penelitian. Oleh karena identifikasi masalah merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan.
Selanjutnya Notohadiprawiro (2006) menjelaskan bahwa setelah masalah-
masalah diidentifikasi, belum menjadi jaminan bahwa semua masalah tersebut
layak dan sesuai untuk diteliti. Sehingga perlu dipilih salah satu atau beberapa
masalah yang paling baik dan layak untuk diteliti.
Menurut Suryabrata (2000), beberapa kesalahan yang terjadi dalam memilih
permasalahan penelitian antara lain:
1. Permasalahan penelitian tidak diambil dari akar masalah yang sesungguhnya
2. Permasalahan yang akan dipecahkan tidak sesuai dengan kemampuan peneliti
baik dalam penguasaan teori, waktu, tenaga dan dana.
Page 10
3. Permasalahan yang akan dipecahkan tidak sesuai dengan faktor-faktor
pendukung yang ada.
Untuk itu perlu diperhatikan beberapa pertimbangan dalam memilih
masalah yang akan digunakan sebagai dasar penelitian. Berdasarkan Suryabrata
(2000), pertimbangan pemilihan masalah ini dapat dilakukan dengan 2 arah yaitu:
1. Dari Arah Masalahnya
Pertimbangan kelayakan berdasarkan arah masalah atau sudut obyektifnya atau
nilai penelitiannya. Apakah penelitian memberikan sumbangan kepada
pengembangan dan penerapan IPTEKS atau pemecahan masalah praktis ?
2. Dari Arah Penelitinya
Pertimbangan berdasarkan kelayakan dan kesesuaian penelitinya menyangkut
kelayakan biaya, waktu, sarana, kemampuan keilmuan
Sedangkan menurut Notohadiprawiro (2006), beberapa pertimbangan dalam
pemilihan masalah diuraikan menjadi 3 hal yaitu:
1. Pertimbangan Ilmiah:
a. Apakah masalah tersebut dapat diteliti secara ilmiah? Yaitu masalah yang
realitasnya dapat diamati dan datanya tersedia dan dapat dikumpulkan.
b. Apakah masalah tersebut memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan?
c. Dengan metode bagaimana masalah dapat diteliti?
2. Pertimbangan Non-Ilmiah:
a. Apa manfaat hasil penelitian bagi kepentingan praktis atau masyarakat?
b. Apakah masalah terlalu peka untuk diteliti? Resistensi sosial, budaya,
ideologi
3. Pertimbangan Peneliti:
a. Penguasaan teori dan metodologi
b. Minat peneliti terhadap masalaah
c. Kemampuan pengumpulan dan analisis data
d. Ketersediaan waktu, dana dan sumberdaya
Lebih lanjut Notohadiprawiro (2006) menjelaskan bahwa permasalahan
dalam penelitian yang baik yaitu:
Page 11
1. Bermanfaat, artinya mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi
manfaat/kontribusi dan berguna untuk mengembangkan suatu teori
2. Fisibel/dapat dipecahkan (konkrit) dimana ada data dan metode pemecahannya
3. Dapat dilaksanakan yang meliputi kemampuan teori dari peneliti, waktu yang
tersedia, tenaga yang tersedia, danan yang tersedia, adanya factor pendukung,
tersedianya data, treedianya izin dari pihak yang berwenang.
4. Adanya factor pendukung yang meliputi tersedianya data dan tersedianya izin
dari pihak yang berwenang.
5. Spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya).
Umar (2002) menggolongkan riset menjadi riset dasar (basic research)
dan riset aplikasi (applied research). Riset dasar merupakan riset yang hasilnya
tidak dimaksudkan untuk diaplikasikan baik oleh individu, kelompok, atau bahkan
suatu badan usaha. Jenis riset ini lebih ditujukan pada peningkatan dunia ilmu.
Riset aplikasi merupakan riset dimana hasil risetnya dimaksudkan untuk dapat
dimanfaatkan baik oleh individu ataupun perusahaan.
Menurut Umar (2002), dalam melakukan riset harus dirumuskan terdahulu
permasalahan utama yaitu:
Riset yang akan dilakukan harus mengikuti metode ilmiah agar hasilnya
ilmiah;
Riset ditujukan untuk menjawab pertanyaan riset, jadi tidak boleh
menyimpang;
Pehamanan atas seberapa luas dan dalam kajian yang akan dilakukan;
Riset harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia, baik tenaga SDM
yang akan terlibat, waktu dan biaya yang tersedia, dukungan teori dan alat
ukur yang diperlukan, termasuk penggunaan teknologi;
Permasalahan yang baik memiliki tiga ciri utama, yaitu:
Page 12
1. Mempunyai nilai penelitian, dalam arti bahwa permasalahan tersebut
masih bersifat asli/original, menyatakan suatu hubungan dengan bidang
lain, serta dapat diuji kebenarannya).
2. Fisible, artinya permasalahan tersebut dapat dipecahkan, tersedianya data
dan metode untuk memecahkan masalah, tersedianya biaya, dan dapat
diselesaikan dalam waktu yang wajar).
3. Sesuai dengan kualifikasi peneliti, artinya bahwa permasalahan yang
diangkat menarik minat bagi sipeneliti, serta sesuai dengan kualifikasi
yang ada.
Sumber masalah yang dapat dijadikan sebagai topic research adalah:
1. Penelitian Observasi
Dengarkan secara langsung keluhan-keluhan yang ada di lapangan dan
adakan eksploratif sendiri secara singkat.
2. Diskusi-diskusi
Diskusi ini termasuk di dalamnya diskusi resmi atau diskusi tidak resmi.
Ikuti dengan seksama diskusi tersebut dan kutip masalah-masalah yang
timbul dalam diskusi tersebut.
3. Dosen atau ahli riset
Pada umumnya dosen menguasai suatu bidang ilmu tertentu secara lebih
baik daripada orang lain.
4. Bibliographi
Sumber bibliografi yang dapat dijadikan sumber problem adalah journal,