Merampas Haminjon, Merampas Tanah Pandumaan-Siputuhuta Melawan Toba Pulp Lestari Bagus Febrianto L. 130741607064 Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan
Merampas Haminjon, Merampas Tanah Pandumaan-Siputuhuta
Melawan Toba Pulp Lestari
Bagus Febrianto L.130741607064
Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan
Asal-usul masyarakat Adat Pandumaan dan Siputuhuta
Dua desa ini terletak di kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Meskipun berbeda secara administratif, akan tetapi memiliki hubungan silsilah sosial dan sejarah tata kelola sumber daya alam yang sama sejak ratusan tahun sebelum kemerdekaan.
Keseluruhan luas wilayah ini 6.001,153 ha, dengan luas tombak haminjon 3.934,941 ha, dan perkampungan, perladangan, persawahan 2.066,212 ha.
Terdapat beberapa marga yang menempati wilayah ini, berdasarkan marga tsb dapat diketahui seberapa lama usia marga tsb.
Tombak Haminjon bagi Warga Adat
Tombak (hutan) merupakan sumber utama penghidupan masyarakat adat Pandumaan dan Sipituhuta. Setiap satu hektar lahan berisi sekitar 700 hingga 800 pohon haminjon (kemenyan).
Setiap laki-laki dewasa bekerja sebagai petani kemenyan.
Getah kemenyan mengandung asam sinamat sebesar 36,5%, yang banyak digunakan untuk industri farmasi, kosmetik, rokok, obat-obatan, dan ritual keagamaan.
Untuk kualitas getah kualitas baik dihargai 130.000/kg, sedangkan kualitas biasa dihargai 65.000/kg.
Penamaan Batas-batasTombak Haminjon
Adapun batas-batas tombak ini adalah:
Pohon kemenyan dipercaya memiliki nilai magis yang tidak boleh ditebang. Pohon kemenyan yang sudah tua akan dibiarkan membusuk hingga menjadi kompos.
Tidak dikenal istilah jual beli tetapi istilah menggadaikan bagi marga yang memiliki hak..
Tombak milik Desa Sihas Dolok & Desa Simataniari
Desa Pandumaan
Tombak milik Desa Pancur Batu
Tombak milik Desa Aek Nauli
Hadirnya Toba Pulp Lestari (TPL)
Toba Pulp Lestari merupakan perusahaan kertas yang berpusat di Jakarta Pusat. Adapun kantor cabangnya berada di Medan.
TPL memiliki konsensi seluas 269,060 ha, tersebar di 11 kabupaten, termasuk salah satunya kabupaten Humbang Hasundutan yang mana wilayah Pandumaan dan Sipituhuta termasuk di dalamnya..
Asal Mula Konflik Masyarakat Adat Melawan TPL
Lokasi konsensi TPL yang bersinggungan dengan hutan adat Pandumaan dan Sipituhuta menimbulkan awal konflik dimana pekerja TPL mulai melakukan penebangan hutan secara membabibuta.
Padahal hutan itu sendiri merupakan penghidupan utama bagi Pandumaan dan Sipituhuta.
Berbagai usaha yang dilakukan masyarakat adat untuk mencegah kerusakan kemenyan, baik secara hukum maupun tindakan.
Banyak kerugian yang dialami masyarakat Pandumaan dan Sipituhuta seperti kerusakan rumah, penangkapan belasan anggota masyarakat.
Upaya Penyelesaian Berbagai Pihak
Putusan MK 35/PUU-X/2012 tentang hutan adat bukanlah hutan negara menjadi acuan masyarakat Pandumaan dan Sipituhuta. Akan tetapi tidak bisa menyelesaikan permasalah ini.
Usaha yang dilakukan dari beberapa instansi untuk menangani masalah ini belum diresmikan pemerintahan setempat sehingga belum terselesaikan masalah ini.
Cenderung upaya penyelesaian ini tidak menguntungkan masyarakat adat tetapi lebih berpihak kepada TPL.
Penutup
Ada beberapa hal yang dapat menjadi pembelajaran:1) konflik tsb salah satu contoh kasus
bagaimana negara, khususnya Kementerian Kehutanan, tidak mengakui keberadaan masyarakat adat.
2) buruknya kebijakan negara, khususnya di sektor kehutanan, yang mengabaikan keberadaan masyarakat adat yang sudah hidup beratus-ratus tahun di wilayah adatnya demi kepentingan modal (investasi).
Penutup
3) pemerintah tidak berdaya menghadapi pemilik modal. Kesepakatan yang dibuat oleh pemerintah dengan berbagai pihak diabaikan pengusaha.
4) aparat keamanan belum menjadi pengayom dan pelindung warga negara. Aparat keamanan masih berperan menakut-nakuti, dan mengintimidasi warga. Demikian halnya dengan elit-elit lokal, misalnya menggunakan putra daerah untuk mendekati warga, menjadikan pengusaha lokal sebagai kontraktor, mengangkat tokoh masyarakat menjadi humas, mendekati tokoh agama dengan memberikan sumbangan untuk pembangunan rumah-rumah ibadah.
Penutup
5) hancurnya daya tahan ekonomi warga, karena hancurnya sumber utama penghidupan, yakni pengrusakan pohon kemenyan serta terkurasnya waktu untuk memperjuangkan hutan kemenyan.