1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Panas telah dianggap sebagai salah satu bentuk pencemar udara yang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Panas dapat merugikan manusia, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental. Kondisi udara kota yang panas dan lembab menyebabkan keringat tidak dapat berevaporasi, kulit tubuh tetap basah, dan panas tubuh meningkat. Kondisi seperti ini dirasakan sebagai bentuk ketidaknyamanan (discomfort). Tanda- tanda ketidaknyamanan terjadi secara bertahap, seperti tubuh akan merasa gerah karena kulit basah oleh keringat, terjadi stress, tubuh lesu, penurunan gairah kerja, dan timbulnya perasaan jengkel. Intensitas suhu yang tinggi bukan saja mengganggu ketenangan manusia, melainkan juga dapat mengganggu kerja organ tubuh manusia. Sengatan panas dari suhu udara yang tinggi dapat menimbulkan kelainan kulit yang timbul karena gangguan fungsi kelenjar keringat (miliaria), sengatan panas (heat stress) dengan gejala kelelahan dan muntah-muntah, serta gejala kejang-kejang pada otot tubuh dan perut sakit (heat cramps) akibat banyaknya keringat yang keluar sehingga tubuh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Panas telah dianggap sebagai salah satu bentuk pencemar udara yang perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Panas dapat merugikan manusia, baik dari segi
kesehatan fisik maupun mental. Kondisi udara kota yang panas dan lembab menyebabkan
keringat tidak dapat berevaporasi, kulit tubuh tetap basah, dan panas tubuh meningkat.
Kondisi seperti ini dirasakan sebagai bentuk ketidaknyamanan (discomfort). Tanda-tanda
ketidaknyamanan terjadi secara bertahap, seperti tubuh akan merasa gerah karena kulit
basah oleh keringat, terjadi stress, tubuh lesu, penurunan gairah kerja, dan timbulnya
perasaan jengkel.
Intensitas suhu yang tinggi bukan saja mengganggu ketenangan manusia, melainkan
juga dapat mengganggu kerja organ tubuh manusia. Sengatan panas dari suhu udara yang
tinggi dapat menimbulkan kelainan kulit yang timbul karena gangguan fungsi kelenjar
keringat (miliaria), sengatan panas (heat stress) dengan gejala kelelahan dan muntah-
muntah, serta gejala kejang-kejang pada otot tubuh dan perut sakit (heat cramps) akibat
banyaknya keringat yang keluar sehingga tubuh banyak kehilangan garam natrium. Selain
itu pada kondisi tertentu penderita dapat pingsan (heat exhaustion), dan kejang-kejang
(heat stroke) karena suhu yang terlalu tinggi.
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut yaitu sistem termoregulasi.
Keseimbangan tubuh diatur oleh thermoregulator melalui peningkatan atau penurunan
sirkulasi darah dan pembukaan atau penutupan kelenjar keringat. Perubahan suhu tubuh
dideteksi oleh dua jenis termoreseptor yaitu pada kulit (peripheral thermoreceptors) dan
hipotalamus (central thermoreceptor), tubuh manusia harus tetap terjaga pada suhu 37oC.
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh yaitu the mercury-in-glass
thermometer, the electrical digital reading thermometer, a radiometer attached to an
auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)
Jika total jumlah panas yang dilepas dan tambahan panas yang diterima oleh tubuh
melampaui keseimbangan, maka thermoregulator akan bereaksi, yang ditandai dengan
keluarnya keringat.
Penderita heat stroke tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk
menurunkan suhu tubuhnya, biasanya dapat mencapai lebih dari 410C. Heat stroke
menyebabkan gejala kulit menjadi panas, kering, dan memerah. Selain itu detak jantung
cepat, kepala terasa pusing, nafas cepat dan pendek, serta dapat tidak sadarkan diri bahkan
bisa sampai koma.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1) Mengetahui peran sistem termoregulasi terhadap tubuh manusia
2) Mengetahui efek terganggunya sistem termoregulasi terhadap penderita heat stroke
1.3 MANFAAT PENULISAN
1) Agar kita bisa mengetahui efek terganggunya sistem termoregulasi terhadap tubuh
2) Menambah pengetahuan pada mahasiswa lain
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Termoregulasi
2.1.1 Pengertian sistem termoregulasi
Pengertian sistem termoregulasi adalah sistem yang mengatur metabolisme suhu
dalam tubuh agar mencapai keseimbangan dengan suhu lingkungan. Pemakaian energi oleh
tubuh menghasilkan panas yang penting dalam pengaturan suhu tubuh. Manusia biasanya
tinggal di lingkungan yang bersuhu lebih rendah dari pada suhu tubuh mereka sehingga
manusia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan
suhu tubuh mereka. Manusia juga harus memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu
tubuh apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka atau dari
lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan reaksi kimia sel
bergantung pada suhu tubuh dan panas yang berlebihan dapat merusak protein sel
( Sherwood, 1996 ).
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat diterima oleh tubuh. (Campbell, 2004).
Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme.
Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi
karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara
molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan
aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas
tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah
satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan
fungsinya.
3
Suhu tubuh dapat dibagi menjadi tiga yaitu suhu inti tubuh (core temperature)
menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan
mendekati 370C. Suhu kulit (shell temperature) menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Serta suhu
tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan
suhu kulit.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Variasi suhu tubuh (diurnal)
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada
malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal
malam.
2. Kerja jasmani/ aktivitas fisik
Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang
dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 400C.
3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu
tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari
saat bangun meningkat 0,3-0,50C.
4. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang
lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan
keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh
4
2.1.3 Mekanisme Sistem Termoregulasi
Gambar mekanisme sistem termoregulasi
Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh dua jenis termoreseptor, yaitu terdapat di kulit
(peripheral thermoreceptors) dan hipotalamus serta medula spinalis (central
thermoreceptors). Termoreseptor central mengatur suhu inti tubuh, dan termoreseptor
perifer mengatur suhu kulit. Termoreseptor sentral memberi umpan balik yang penting
dalam mempertahankan suhu inti tubuh ketika termoreseptor perifer memberi informasi.
5
Pusat integrasi termoregulasi berada di hipotalamus, yang mempengaruhi adaptasi perilaku
tubuh untuk melakukan kontrol produksi panas atau pengurangan panas. Hipotalamus
mempertahankan suhu tubuh pada suhu lingkungan antara 27,80-300C, kisaran suhu
lingkungan ini disebut thermoneutral zone.
Hipotalamus mengintegrasikan refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke
kelenjar keringat, arteriola kulit, dan medula adrenal serta melalui saraf motorik ke otot
rangka. Hipotalamus melalui neuromotorik merangsang otot rangka untuk menggigil atau
tonus otot untuk melakukan kontrol terhadap produksi panas. Kontrol pengurangan panas
melalui susunan syaraf simpatis menuju pembuluh darah untuk melakukan vasokonstriksi
dan vasodilatasi kulit. Selain itu susunan syaraf simpatis merangsang kelenjar keringat
untuk mengeluarkan keringat untuk memberi kontrol pengurangan panas tubuh. Perubahan
awal berkeringat, volume dan komposisi keringat menentukan adaptasi terhadap suhu yang
tinggi. Kehilangan natrium melalui keringat diturunkan dengan meningkatkan reabsorpsi
natrium oleh sekresi aldosteron.
Susunan syaraf simpatis juga melakukan termogenesis tak menggigil (non-shivering
thermogenesis), hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini
adalah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area
ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih
banyak mitokondria, banyak dipersyarafi syaraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah.
Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel
brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui
lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan
dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini
merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis. Pengeluaran panas (heat loss) dari
tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat
kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. (lihat Gambar 17-4, sumber: Sherwood, 1993)
6
Gambar 3. Keseimbangan panas (Silverthorn, 2004)
Tubuh juga dapat memperoleh panas dari lingkungan melalui beberapa mekanisme
yang melibatkan disipasi panas meliputi konduksi, konveksi, konveksi, dan radiasi.
Mekanisme ini terjadi pada kulit dan melibatkan fungsi permukaan kulit, kelenjar keringat,
dan sistem syaraf otonom, tapi mekanisme ini juga tergantung dengan respon masing-
masing individu. Konduksi adalah perambatan panas di antara dua permukaan dengan suhu
berbeda yang berada di dalam kontak langsung. Sedangkan konveksi adalah perambatan
panas di antara permukaan tubuh dan satu gas atau cairan dengan suhu berbeda. Radiasi
adalah perambatan panas dari bentuk gelombang elektromagnet di antara tubuh dan
lingkungan sekelilingnya. Besarnya radiasi tergantung dari panas matahari, musim, keadaan
awan, serta faktor lain seperti selama musim panas panas yang dipancarkan matahari dapat
mencapai 150 kcal/h.
7
Pada kondisi fisiologis normal, panas yang diserap sebanding dengan panas yang
dilepas. Mekanisme ini diatur oleh hipotalamus, yang berfungsi sebagai alat pengatur panas,
menyeimbangkan suhu tubuh melalui mekanisme dari produksi panas atau disipasi panas,
dengan demikian memelihara suhu tubuh adalah suatu mekanisme fisiologis dari tubuh.
Berdasarkan penelitian, thermosensors yang berada pada kulit, otot, dan medulla spinalis
mengirimkan sinyal yang berhubungan dengan suhu tubuh ke hypothalamus anterior
tempat sinyal diproses dan mekanisme fisiologis menyesuaikan sinyal yang ditransmisikan
dan dihasilkan respon dari sinyal tersebut. Respon fisiologis panas seperti meningkatkan
aliran darah ke kulit sekitar 8 L/min, berupa dilatasi pembuluh darah dan rangsangan
kelenjar keringat untuk lebih banyak menghasilkan keringat.
Sebagai organ utama untuk pelepasan panas, kulit dapat mengeluarkan panas ke
lingkungan melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Radiasi adalah mekanisme
paling penting dari transfer panas pada saat istirahat pada iklim sedang, yang mengeluarkan
panas tubuh sekitar 65 kcl. Pada suhu yang tinggi, konduksi merupakan mekanisme paling
penting dari empat mekanisme tersebut, sementara evaporasi yang merubah panas berupa
perubahan dari zat cair ke zat gas.
Keberhasilan dari proses evaporasi sebagai mekanisme pelepasan panas tergantung
pada kondisi kulit dan kelenjar keringat, fungsi paru-paru, suhu, kelembaban, arah angin,
dan kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap temperatur yang tinggi. Sebagai
contoh, evaporasi tidak terjadi ketika kelembaban melebihi 75%, keadaan tidak cocok
dengan individu yang tidak dapat beradaptasi pada keadaan ini. Individu Nonacclimated
hanya dapat menghasilkan 1 liter/h, yang hanya mengeluarkan panas 580 kcal per jam,
sedangkan individu yang dapat beradaptasi pada keadaan ini menghasilkan 2 – 3 liter
keringat per jam dan dapat melepaskan panas sebanyak 1740 kcal per jam melalui
evaporasi. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang panas biasanya terjadi selama 7 - 10
hari dan memberi kesempatan individu untuk dapat meningkatkan kelenjar keringat untuk
menyerap sodium dan mineral lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi dari disipasi.
8
2.1.4 Organ Yang Berperan Dalam Sistem Termoregulasi
Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi
dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh yang terletak di bawah otak.
Hipotalamus memantau suhu dalam sebuah ruangan dan memicu mekanisme pemanas dan
mekanisme pendingin sesuai dengan keperluan untuk mempertahankan suhu ruangan seperti
yang diinginkan. Hipotalamus juga sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima
informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian, yaitu
penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan
pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk memantau setiap penyimpangan suhu inti
tubuh dari keadaan normal. Hipotalamus sangat peka, karena hipotalamus mampu merespon
perubahan suhu darah sekecil 0.01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan
suhu tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan
sangan sesuai dengan kebutuhan untu memulihkan suhu ke keadaan normal ( Sherwood,
1996 )
Untuk membuat penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme
pengurangan panas dan mekanisme penambahan panas serta konservasi panas, hipotalamus
harus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor,
yaitu reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor
perifer memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai
perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral
yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di susunan syaraf pusat dan organ abdomen
(Sherwood, 1996
Hipotalamus memiliki dua regio sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, yaitu regio
anterior dan regio posterior. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian
memicu refleks sebagai perantara produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior yang
diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks yang menyebabkan pengurangan panas.
2.1.5 Respon sistem termoregulasi terhadap tubuh
Suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh. Sebagaimana energi tubuh yang
mengikuti hukum termodinamika, panas tubuh sebagai salah satu bentuk energi juga
9
mengikuti hukum tersebut. Suhu tubuh merupakan hasil imbangan antara pembentukan
panas dengan kehilangan panas.
Gambar 1. Respons homeostatik terhadap suhu lingkungan yang ekstrem (Silverthorn,
2004)
2.1.5.1 Pengaturan suhu tubuh pada keadaan dingin
Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu:
1. Secara fisik yaitu pengaturan suatu reaksi yang terdiri dari perubahan sirkulasi dan
tegaknya bulu kuduk (piloerection erector villi)
2. Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas metabolisme
2.1.5.1.1 Pengaturan secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Vasokonstriksi pembuluh darah (Cutaneus vasoconstriction)
Pada saat keadaan dingin, aliran darah pada pembuluh darah biasanya berkurang
sekitar 1% daripada dalam keadaan panas. Sehingga dengan mekanisme
vasokontriksi maka panas yang keluar dikurangi atau penambahan isolator.
2. Perubahan aliran darah (Limit blood flow slufts)
10
Pada prinsipnya yaitu panas tubuh akan lebih dihemat atau dipertahankan bila
seluruh anggota tubuh didinginkan.
2.1.5.1.2 Pengaturan secara kimia
Pada keadaan dingin, penambahan panas dengan metabolisme akan terjadi baik
secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan cara menggigil.
Menggigil adalah kontraksi otot secara kuat dan lalu lemah bergantian, secara synkron
terjadi kontraksi pada group-group kecil motor unit alau seluruh otot. Pada menggigil
kadang terjadi kontraksi secara simultan sehingga seluruh badan kaku dan terjadi spasme.
Menggigil efektif untuk pembentukan panas, dengan menggigil pada suhu 5 derajat Celcius
selama 60 menit produksi panas meningkat dua kali dari biasanyaa, dengan batas maksimal
5 kali.
2.1.5.2 Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan panas
1. Penambahan aliran darah permukaan tubuh
2. Terjadi aliran darah maksimum pada anggota badan
3. Perubahan (shift) dari venous return ke vena. Proses ini terutama efektif pada suhu
dibawah 340C.
4. Pengeluaran keringat
Pada temperatur diatas 340 C pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan radiasi,
yang pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi. mekanisme (evaporasi).
Gerakan kontraksi pada kelenjar keringat, berfungsi secara keringat memompa
tetesan cairan keringat dari lumen permukaan kulit merupakan mekanisme
pendingin yang paling efektif.
2.1.6 Jenis-jenis Heat Illness
1. Heat Cramps
Heat Cramps (kram karena panas) adalah kejang otot hebat akibat keringat
berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat
cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium, kalium dan
11
magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas
fisik yang berat. Heat cramps sering terjadi pada pekerja manual, seperti pekerja di ruang
mesin,..pekerja..pengolah..baja..dan..pekerja..pertambangan. Heat cramps seringkali secara
tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki yang terasa sangat nyeri. Otot menjadi
keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan. Heat cramps bisa dicegah atau diobati dengan
minum minuman atau memakan makanan yang mengandung garam.
2...Heat..Exhaustion
Heat Exhaustion (kelelahan karena panas) adalah suatu keadaan yang terjadi akibat
terpapar panas selama berjam-jam, sehingga banyak cairan tubuh yang hilang karena
berkeringat sehingga menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan.
Suhu yang sangat panas bisa menyebabkan hilangnya banyak cairan melalui keringat,
terutama selama melakukan kerja fisik atau olah raga berat. Bersamaan dengan cairan,
garam elektrolit juga hilang sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan fungsi otak.
Akibatnya terjadi heat exhaustion. Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan
kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat. Jika berdiri,
penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai,
yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat dan lemah, kulit menjadi dingin,
pucat dan lembab, penderita menjadi linglung. Hilangnya cairan menyebabkan
berkurangnya volume darah, menurunnya tekanan darah dan bisa menyebabkan penderita
pingsan.
3....Heat stroke
Heat stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, yang menyebabkan penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika terjadi dehidrasi
dan dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk mendinginkan
tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat yang berbahaya, sehingga
terjadi heatstroke.
12
4. Malignant hyperthermia
Malignant hyperpyrexia sering disebabkan oleh cacat genetik (autosomal dominan)
di reticulum sarcoplasmic pada otot skeletal. General anesthesiai jika halogen diganti etana
akan memicu reaksi alergi dengan proses pembukaan saluran Ca2+ dalam sel-sel otot.
Masuknya Ca2 + menyebabkan kontraksi otot dan kekakuan otot yang membebaskan energi
panas dalam jumlah sangat besar. Kondisi ini mengancam kehidupan dan sering
mengakibatkan kematian mendadak selama atau setelah anestesi.
5. Hipotermia
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh (core temperature) di bawah 35oC. Pasien
hipotermia dapat mengalami kehilangan kesadaran ketika suhu inti tubuh turun di bawah
32oC yang berpotensi menyebabkan kematian yang disebut hipotermia berat.
2.2 Heat stroke
2.2.1 Definisi Heat stroke
Heat stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, yang menyebabkan penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya.
Jika terjadi dehidrasi dan dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang
cukup untuk mendinginkan tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat
yang berbahaya, sehingga terjadi heat stroke. Penyakit tertentu, misalnya skleroderma dan
fibrosis kistik, menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan keringat
sehingga menyebabkan meningkatnya resikoheat stroke.
Heat stroke bisa terjadi begitu cepat dan tidak selalu didahului oleh tanda-tanda
seperti sakitkepala, perasaan berputar (vertigo) maupun kelelahan. Pembentukan keringat
biasanya berkurang, tetapi tidak selalu. Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya
13
kering. Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (normal 60-
100 kali/menit). Laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang
berubah. Suhu tubuh meningkat sampai 40-410C yang menyebabkan perasaan seperti
terbakar. Penderita bisa mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan
kesadaran atau kejang.
Jika tidak segera diobati, heat stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen
atau kematian. Suhu 410 Celsius adalah sangat serius, jika lebih satu derajat saja seringkali
berakibat.fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam (misalnya otak) bisa segera terjadi
dan sering berakhir dengan kematian.
2.2.2 Penyebab Heat stroke
Penyebab heat stroke adalah meningkatnya produksi panas karena faktor-faktor
seperti suhu dan kelembaban tinggi, kerusakan hipotalamus, pakaian yang bertumpuk-
tumpuk, dan penyakit jantung dan pembuluh darah. Selain itu karena faktor metabolisme
yang meningkat karena infeksi, sepsis, encephalitis, dan pemakaian obat-obatan.
Meningkatnya aktivitas otot yang disebabkan oleh tetanus, sympathomimetics, olahraga, dan
keracunan strychnine. Latihan fisik atau olahraga yang terlalu lama, convulsion, dan
epilepticus dapat menggandakan produksi panas. Obat stimulans, meliputi kokain dan
amfitamin, dapat menghasilkan jumlah panas yang berlebihan dengan meningkat aktivitas
metabolisme dan motorik akibat stimulator dari dopamine, serotonin, dan norepinephrine.
Paparan panas terhadap individu direspon dengan stimulans adalah multifaktor yang
melibatkan satu interaksi kompleks di antara dopamine dan serotonin pada hipotalamus dan
bersumber otak. Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Jika suhu lingkungan atau
tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya.
Neuroleptic agent juga meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan aktivitas
otot, tapi neuroleptic agent ini mungkin menyebabkan sindrom neuroleptic (NMS). NMS
adalah satu reaksi idiosyncratic ditandai oleh hyperthermia, serta kekakuan otot, dan
ketidakstabilan autonomic.
14
Gangguan pengeluaran panas menyebabkan heat stroke karena terjadi kelainan
fungsi kelenjar keringat yaitu penyakit dermatologi, pengaruh obat, dan luka bakar. Heat
stroke terjadi karena penurunan respon CNS saat bertambahnya usia, bayi, peminum
alkohol, pemakai obat tidur dan penenang. Selain itu juga karena penurunan cadangan
cardiovasculer pada orang tua, pengaruh obat diuretik dan obat cardiovascular. Selain itu
obat-obatan yang menyebabkan heat stroke adalah anticholinergics,neuroleptics,
antihistamia.
2.2.3 Epidemiologi Heat stroke
Heat stroke biasanya terjadi selama keadaan lingkungan yang panas, terutama ketika
diikuti oleh kelembaban yang tinggi. Seseorang dengan risiko ini adalah mereka yang tidak
dapat menyesuaikan diri dengan iklim panas, risiko mengalami heat stroke makin besar
terjadi bila lansia mengidap penyakit jantung, ginjal, atau paru. Resiko terjadinya kelainan
panas meningkat pada kelembaban yang tinggi yang menyebabkan berkurangnya efek
pendinginan oleh keringat. Pemakaian tenaga yang kuat dalam waktu lama yang
menyebabkan bertambahnya panas yang dihasilkan oleh otot. Penyakit itu kerap terjadi pada
orang yang bekerja atau berada di lingkungan bersuhu panas. Obesitas, alkoholik menahun,
pemakai obat tertentu misalnya antihistamin, anti-psikosa, kokain, tranquilizer utama,