Top Banner
BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui Disadari atau tidak, setiap manusia selalu berfilsafat. Karena manusia yang normal selalu bertanya dan mencari jawaban tentang segala sesuatu yaitu Tuhan, dunia dan dirinya termasuk apa yang dilakukannya. Menurut Aristoteles (384-322) dari kodratnya semua manusia memiliki hasrat ingin tahu.[1] Dalam diri manusia ada dorongan untuk mengetahui (desiderium sciendi) lebih banyak tentang kenyataan yang mengitarinya dan tentang dirinya sendiri. Manusia memiliki akal budi yang haus akan pengetahuan batu (an inquistive mind), yang terbuka untuk menyelidiki segala kejadian dan gejala.[2] Filsafat bertolak dari keinginan mendasar ini. Manusia selalu mempertanyakan segala sesuatu. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki akal budi yang memungkinkan dia untuk berpikir. Dengan ini manusia memiliki kemampuan yang melebihi makhluk-makhluk infra-human seperti tumbuhan dan hewan. Sesekor hewan, misalnya tidak memiliki kesadaran diri, dia tidak sadar bahwa ia tahu, tidak tidak tahu bahwa ia menginginkan sesuatu. Manusia sebaliknya, tidak hanya menangkap peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi dengan indera-indera seperti makhluk-makhluk lain. Dengan akal budinya dia mampu membentuk pengertian-pengertian dan merumuskan putusan-putusan logis. Dia tidak hanya puas mengenal fakta-fakta, tetapi juga ingin mengetahui ”alasan, sebab” dari fakta-fakta itu. Pengetahuan yang diperoleh dengan akal budi menyata dalam dua bentuk utama. Yang satu bersifat rasional atau logis, yang bekerja dengan konsep-konsep umum. Bentuk ini bersifat spekulatif, abstrak dan refleksif. Aristoteles menjelaskan manusia sebagai makhluk berakal budi (animal rationale). Tetapi ada bentuk lain yang juga penting, yaitu pengetahuan yang bersifat simbolis atau figuratif yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, mitos-mitos dan perbandingan (kiasan). Ernst
38

BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Mar 26, 2023

Download

Documents

tiok setiawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

BAGIAN IPENGANTAR  DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB IHAKEKAT FILSAFAT

1.1.  Filsafat  Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Disadari atau  tidak, setiap manusia  selalu berfilsafat.Karena manusia yang normal selalu bertanya  dan mencari jawaban tentang  segala sesuatu yaitu Tuhan,  dunia dan dirinya termasukapa yang dilakukannya.  Menurut Aristoteles (384-322) darikodratnya semua manusia  memiliki hasrat ingin tahu.[1] Dalamdiri manusia ada dorongan  untuk mengetahui (desiderium sciendi)lebih banyak tentang  kenyataan  yang mengitarinya dan tentangdirinya sendiri.  Manusia memiliki  akal budi yang haus  akanpengetahuan batu (an inquistive mind), yang  terbuka  untukmenyelidiki segala kejadian  dan gejala.[2]

Filsafat bertolak dari keinginan mendasar ini. Manusiaselalu mempertanyakan segala sesuatu. Hal ini disebabkan karenamanusia memiliki akal budi yang memungkinkan  dia untukberpikir.  Dengan ini manusia memiliki kemampuan yang melebihimakhluk-makhluk  infra-human seperti  tumbuhan dan hewan. Sesekor  hewan, misalnya  tidak memiliki kesadaran diri, diatidak sadar bahwa ia tahu, tidak tidak tahu bahwa  iamenginginkan sesuatu. Manusia sebaliknya, tidak hanya menangkapperistiwa-peristiwa  khusus yang  terjadi dengan indera-inderaseperti makhluk-makhluk lain.  Dengan akal budinya dia mampumembentuk pengertian-pengertian  dan merumuskan  putusan-putusan  logis. Dia tidak hanya puas mengenal fakta-fakta, tetapi jugaingin  mengetahui ”alasan, sebab” dari fakta-fakta itu.

Pengetahuan  yang diperoleh  dengan akal budi menyatadalam dua bentuk utama. Yang satu bersifat  rasional atau logis,yang bekerja dengan konsep-konsep umum. Bentuk ini bersifat spekulatif, abstrak dan refleksif.  Aristoteles menjelaskan manusia  sebagai makhluk berakal budi (animal rationale). Tetapi adabentuk lain yang juga  penting, yaitu pengetahuan  yang bersifat  simbolis atau figuratif  yang bekerja  dengan  gambar-gambar,simbol-simbol, mitos-mitos dan perbandingan (kiasan). Ernst

Page 2: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Cassirer,  seorang filsuf terkemuka aliran Neokantian  abad ini mendefinisikan manusia sebagai makhluk  yang menggunakan  simbol-simbol (animal symbolicum). Jadi ada dua hal yang  salingmelengkapi.

1.2.  Jenis-Jenis Filsafat

Manusia pada hakekatnya adalah fisuf. Sejauh sebagaimakhluk berakal budi, dia terdorong  untuk bertanya dan mencarijawaban tentang semua yang ada dan tentang semua  yang terjadi.Pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan bukanlah monopoli orang-orang terpelajar melulu, tetapi menyangkut semua orang. Padaumumnya dibedakan  dua jenis  filsafat[3], yaitu:

1.         Filsafat  elementer (alamiah) yang ada pada semua bangsa  danmenjadi milik semua orang. Filsafat alamiah ini pada umumnya bersifat naratif (dalam bentuk  cerita-cerita) dan  bukanargumentatif dan sistematis.  Filsafat jenis ini diungkapkandalam bentuk mitos-mitos, disajikan  dalam kisah-kisah,diabadikan dalam syair-syair dan dipadatkan  dalam kata-katabijaksana. Dalam arti ini filsafat terdapat pada semua sukubangsa dan peradaban pada  segala  momen sejarah dan bukanmonopoli suku bangsa tertentu.  

2.         Filsafat ilmiah  yang bersifat sistematis dan metodis.  Secarahistoris,  filsafat ini dimulai dan dikembangkan pertama kali diDunia Barat sama seperti ilmu pengetahuan dan teknologi. BangsaYunani, leluhur peradaban  manusia Barat, pertama kali  berhasil  menemukan  dan menetapkan sarana-sarana seperti logika, yaitu aturan-aturan  untuk penalaran logis yang perlu untuk mengangkat  filsafat dari tingkat alamiah ke tingkat ilmiah.  Pada bangsa-bangsa asli Timur sezaman Yunani Kuno ketika  filsafat lahir,unsur-unsur  filsafat selalu berhubungan dengan kehidupanreligius dan karena itu tidak dapat disebut sebagai filsafat dalam arti yang sesungguhnya.  Parmenides, Herakleitos,Pythagoras, Sokrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir besar pertama yang mengembangkan  tehnik-tehnik  baruuntuk menghadapi dan memecahkan  persoalan-persoalan  mendasarmenyangkut kehidupan dengan  bertumpu pada penalaran murni(penalaran yang dikontrol secara ketat oleh hukum-hukum logika).Tokoh-tokoh ini  mengembangkan   filsafat  sebagai ilmu  yangsistematis  dan metodis. Filsafat  sistematis  adalah hasiltemuan manusia  Yunani.

Page 3: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Dalam pembicaran selanjutnya,  kita akan menggunakan filsafat  dalam pengertian kedua ini. 

1.3.  Pengertian Filsafat

Istilah  filsafat  berasal dari kata bahasa Yunaniphilosophia. Kata ini terbentuk  dari dua kata  dasar, yakni philia(kata benda) berarti cinta atau philein (kata kerja) berartimencintai dan sophia (kata benda) yang berarti kebijaksanaan,kebenaran. Menurut tradisi filsafat, orang yang pertama kalimemakai kata philosophos atau filsuf orang yang mencintaikebijaksanaan) adalah Phytagoras.

Dari tinjauan etimologis ini menjadi jelas bahwa filsafat  secara harafiah berarti cinta akan kebijaksanaan dan filsufberarti orang yang  mencintai kebijaksanaan. Dengan demikian,segera tampak bahwa filsafat adalah suatu aktivitas  intelektualyang bersifat  dinamis dan bukan suatu pengertian yang statis.Cinta (philia)  atau hasrat  menunjuk kepada suatu  aspirasi,keterarahan seluruh diri kepada sesuatu yang dicita-citakan, yangbelum dimiliki sepenuhnya. Kebijaksanaan dan kebenaran (sophia)menunjuk kepada sasaran yang dituju oleh aspirasi itu.[4]Berdasarkan pengertian ini, ada beberapa unsur hakiki yang perludigarisbawahi, yaitu:

1.         Sebagai aktivitas  intelektual, filsafat selalu terarahkepada kebenaran (objek intelek adalah kebenaran). Filsafat tidak pernah berhenti pada suatu pendapat yang sudah mapan danditerima umum; ia tidak pernah berhenti mempertanyakan.  Iaselalu  mempertanyakan secara kritis semua pendapat dan pandangandan tidak menerima begitu secara buta.[5]

2.         Filsafat  mau mencari sampai ke akar (memikirkan secararadikal, radix; akar), mau mencari sampai kepada sesuatu yang paling mendalam yang mendasari kenyataan.  Dengan kata lain,filsafat mau menggapai syarat-syarat yang memungkinkan adanya atau terjadinya sesuatu.  Inilah  yang dalam filsafat  dikenalsebagai metode transendental (to transcend; melampaui dan mengatasifakta-fakta dan gejala-gejala yang tampak).

3.         Ketulusan dan kejujuran  untuk selalu memihak  kepadakebenaran, kerendahan hati untuk terus menerus mencari.  Dalamhal ini  orang perlu  membuat suatu  pertobatan  terus menerus. 

Page 4: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Ada tiga jenis pertobatan yang perlu untuk mencapai kebenaran,yaitu:

a.       Pertobatan intelektual. Orang harus terus menerusmenjernihkan pandangannya  tentang  realitas yaitu bahwakebenaran ada dan harus ditemukan.

b.      Pertobatan moral. Orang harus selalu mengarahkan diri kepadanilai yang akan membantu perwujudan dirinya  dalam penggunaankebebasan yang memihak kepada nilai.

c.       Pertobatan religius. Orang harus membuka diri  kepadarealitas yang lebih  tinggi.

1.4.  Filsafat dan Ilmu-ilmu Empiris

Secara singkat filsafat  yang dimaksudkan di sini  selainsebagai ilmu adalah  juga sikap hidup. Sikap hidup yang dituntutoleh  filsafat  adalah kepekaan dan keterbukaan untuk senantiasa  membuat refleksi kritis rasional yang tak berkesudahan tentangpenghayatan hidup sendiri, tentang  tindakan  dan tentangrealitas secara keseluruhan. Plato pernah mengatakan  bahwa hidupyang tidak direflesikan  tidak layak untuk dibanggakan. Sebagaiilmu, sebenarnya filsafat  merupakan suatu  bentuk pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan kritis tentang seluruhkenyataan yang dibahas menurut aspek kedalamannya, sampai keakar-akarnya.  Filsafat  dengan ini  berupaya  mencari sebab-sebab terdalam  dan prinsip-prinsip[6] dasar dari kenyataan.  Dengan kata lain, filsafat  adalah ilmu mengenai prinsip-prinsipdasar.[7]

Adapun yang menjadi persamaan antara ilmu-ilmu danfilsafat, yakni filsafat dan ilmu-ilmu timbul dari  dorongan untuk mengetahui  dan keinginan dasar  untuk mengerti. Filsafatdan ilmu-ilmu  timbul dari manusia sebagai mahkluk rasional, yangbertanya  dan mencari jawaban.  Semuanya terarah  kepadakepentingan manusia. Tidak ada filsafat untuk filsafat, sepertijuga  tidak ada ilmu  untuk ilmu.  Karena apa  yang dilakukan manusia  dengan sadar dan sengaja  selalu bersifat  intensionaldalam arti memiliki tujuan tertentu.  Demikian juga filsafat  danilmu selalu merupakan abdi manusia, demi kepentingan manusia.

Sementara yang menjadi perbedaan antara ilmu-ilmu danfilsafat terletak pada objek kajian (obyek material) dan sudutpandang  dari mana  suatu  segi dari  realitas  dibahas (objekformal). Objek material  dari filsafat adalah seluruh kenyataan;

Page 5: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

tak  ada aspek yang diabaikan. Maka objek filsafat adalah yangpaling luas. Objek formal adalah sebab-sebab  pertama danterdalam (first and ultimate causes) dari kenyataan.  Sementara ilmu-ilmu lain membatasi  diri pada bagian  tertentu dari kenyataan.Misalnya, objek kajian biologi  terbatas pada makhluk-makhlukhidup; objek kajian geografi adalah letak tempat-tempat  dipermukaan  bumi, iklim, fauna, flora,  dan populasi suatu daerah;ilmu kedokteran mempelajari perlbagai hal tentang kesehatan danpenyakit-penyakit. Ilmu-ilmu lain bekerja mulai dengan kata-kata  dan gejala-gejala  yang dapat  diamati diobservasi  dandikuantifikasi. Ilmu-ilmu lain menyelidiki  sebab-sebab  sejauh dapat  diamati dan dapat diukur, bukan sebab terdalam, yaitukenyataan sebagaimana  adanya. Boleh dikatakan  bahwa ilmu-ilmu membahas sebab-sebab  kedua dan terdekat (secondary and immediate causes). 1.5. Filsafat dan Ideologi

            Ditilik dari segi kata, Ideologi berarti ilmutentang  ide-ide; ilmu yang  mengambil ide-ide sebagai objekkajiannya. Pada umumnya  ideologi  diartikan sebagai berikut: [8]

1.         Teori  tidak berorientasi  pada kebenaran, melainkan padakepentingan fisik pihak yang memperjuangkannya. Dalam hal ini ideologi  menjadi sarana untuk  membenarkan  dan mengabadikan kekuasaan dan kepentingan  sebuah  kelompok sosial;

2.         Keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai dan sikap-sikapdasar  rohani suatu kelompok sosial. Di sini  pengertian ideologibersifat netral. Baik buruknya  suatu ideologi  tergantung padaisinya;

3.         Segala penilaian etis, anggapan-anggapan normatif, teori-teori serta paham-paham keagamaan, yang tidak dapat diuji secaramatematis-logis atau empiris (tuntutan positivisme). Dalam artiini ideologi tidak bersifat rasional, karena bersifat subyektifdan tidak dapat  dipertanggungjawabkan  secara  objektif.

            Filsafat berbeda  dari ideologi. Perbedaankeduanya dapat dijelaskan sebagai berikut : [9]

1.             Filsafat bersifat  refleksif dan spekulatif, sedangkan ideologi  bersifat instrumental dan pragmatis digunakan  sebagaisarana  untuk  mencapai tujuan  tertentu  yang dianggap bergunasecara praktis;

Page 6: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

2.             Filsafat bersifat revelatif, dalam arti bertujuan menyingkapkan  kebenaran,  sedangkan  ideologi  menetapkan  ide-ide dasar  yang berguna  untuk menunjang  sukses praktis;

3.             Filsafat akan tetap bertahan  selama sifat refleksifkritis  dan spekulatifnya ada dan akan mati  kalau ia berubahmenjadu ideologi  yang digunakan sebagai alat  untuk mencapaisuatu tujuan praktis dan langsung.

1.6. Tujuan  Belajar Filsafat1.6.1. Tujuan Umum[10]

            Pada umumnya studi  filsafat menjadikan orangmampu menangani  pertanyaan-pertanyaan dasar manusia yang tidakterletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu lain, tapi tentang kenyataan dan tanggung jawab manusia. Dalam hal ini filsafatmemberikan:

1.             Pengertian  lebih mendalam tentang manusia dan dunia.Dengan mempelajari  pendekatan-pendekatan  pokok terhadappertanyaaan-pertanyaan  dasar manusia  serta mendalami jawaban-jawaban yang pernah  diberikan oleh pemikir-pemikir besarsepanjang  sejarah, wawasan seseorang  diperluas;

2.             Kepekaan kritis  dan kemampuan untuk menganalisis secaratepat argumentasi; pendapat dan tuntutan pelbagai  ideologi yangselalu muncul dan membujuk orang untuk mempercayakan diri secarabuta. Filsafat di sini berperan  sebagai kritik ideologi;

3.             Pendasaran metodis dan sistematis dalam menjalani studi dalam ilmu-ilmu lain;

4.             Filsafat  dapat membantu orang untuk melihat kenyataansecara keseluruhan  yang utuh  dan menangkap bagian-bagian  dalamdimensi kedalamannya.

1.6.2.      Fungsi Filsafat untuk Indonesia

Pada zaman sekarang, filsafat memiliki banyak fungsi.Berkaitan dengan situasi dan kondisi Indonesia, maka filsafatmemiliki beberapa fungsi, yakni :

1.             Filsafat merupakan sarana untuk mengambil sikap kritisterhadap tantangan  mordenisasi dan globalisasi yang sedang membawa  perubahan  dalam  pandangan hidup, nilai-nilai dannorma-norma yang baku  dari bangsa kita;

Page 7: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

2.             Filsafat merupakan sarana yang tepat  untuk menggalikekayaan  kebudayaan, tradisi  dan pandangan  hidup bangsa  kitaserta mengaktualisasikannya kembali  sesuai dengan derapperkembangan  bangsa. Warisan rohani  yang direfleksikan  daptmenjadi modal bagi pembentukan  terus menerus jati diri bangsa;

3.             Filsafat merupakan alat bantu untuk membuka kedok-kedokideologis pelbagai bentuk penyelewengan seperti ketidakadilansosial, pelecehan terhadap martabat manusia, pemerkosaan hak-hakasasi manusia yang masih sering terjadi;

4.             Filsafat memberikan sarana  dan dasar bagi dialog antarumat beragama. 1.6.3. Fungsi Filsafat untuk Pendidikan Keagamaan

Filsafat hadir bukan untuk menentang eksistensi agama yangmapan. Filsafat memiliki fungsi untuk agama, khususnya berkaitandengan pendidikan keagamaan. Fungsi filsafat untuk PendidikanKeagamaan adalah :

1.             Studi filsafat membimbing orang untuk memahami secaramendalam  martabat, kebebasan  dan hubungan manusia dengan Tuhandan dunia. Filsafat  yang sehat akan membantu untuk membinakesadaran yang semakin mendalam tentang hubungan antara rohmanusia dan kebenaran yang diwahyukan  secara penuh  dalam diriYesus Kristus;

2.             Filsafat membantu pembentukan  intelektual seorang yangberiman dan beragama dalam usahanya untuk mencintai  danmenghormati kebenaran  (loving veneration of truth) dan membimbing  diauntuk mengakui bahwa kebenaran tidak diciptakan  oleh manusia,tetapi diterima sebagai hadiah dari Allah, kebenaran Tertinggi;

3.             Filsafat membuat orang sadar bahwa budi manusia mencapaikebenaran objektif dan universal, bahkan kebenaran tentang Allahdan arti terakhir  hidup manusia meskipun dalam bentuk terbatasdan sering kali sulit;

4.             Pentingnya filsafat bagi orang yang beriman dan beragamamemperlihatkan kebenaran bahwa iman tidak dapat bertahan tanpadaya nalar. Karena itu usaha yang tidak berkesudahan  untukmemikirkan untuk memikirkan secara mendalam iman merupakan seuatuyang sangat manusiawi.

1.7.  Metode Filsafat

Page 8: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Istilah metode berasal dari kata bahasa Yunani Meta yangberarti sesudah atau di belakang atau bersama dengan dan odosyang berarti perjalanan. Berdasarkan arti etimologis ini, metodebisa menunjuk kepada apa yang ingin dicapai pada akhir suatupencarian. Jadi, suatu metode selalu mengandaikan dua unsur itu,yaitu:

1.             Apa yang hendak dicapai atau tujuan;2.             Cara kerja macam mana yang memungkinkan  pencapaian tujuan

yang dimaksud secara paling efektif dan memberikan hasil palingmemuaskan.[11]

Perlu dibedakan dua cara memandang  metode  dalam uraianfilosofis, yaitu metode umum dan khusus.[12]

1.7.1.      Metode Umum

Pada umumnya dalam filsafat, seperti juga dalam karyailmiah umumnya, dikenal dua metode sejak lama.

1.             Metode deduksi. Metode ini selalu  bertolak  dari hukum-hukum umum untuk menilai dan menguji kasus-kasus khusus. Carayang lazim untuk metode ini adalah silogisme di mana ada satupremis mayor dan satu premis minor,  dan kesimpulan  akanditarik  dari hubungan antara kedua premis itu;

2.             Metode deduksi. Metode yang bertolak dari kasus-kasuskhusus, sambil melihat unsur umum  yang ada pada banyak kasuskhusus, menetapkan hukum-hukum umum.

1.7.2.      Metode Khusus

1.7.2.1.Metode Fenomenologi

Metode ini kembangkan oleh Edmund Husserl sebagai metodeuntuk menjelaskan arti dari sesuatu  sejauh sesuatu itu munculdari kesadaran. Kesadaran menurut Husserl memiliki dua kurub,yaitu kutub subjektif  dan kutub objektif. Penjelasanfenomenologis  harus memperhatikan kedua aspek dari kesadaran(pengalaman). Dalam filsafat  pendidikan, metode ini inginmenjelaskan pendidikan  sebagai  suatu fenomen (gejala-gejala)dalam kehidupan manusia. 

Ada tiga tahap dalam metode fenomenologi  yang secarasingkat  dapat dilukiskan sebagai berikut:

Page 9: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

1.             Mengurungkan  semua pengetahuan  yang sudah ada, yaitupendapat  orang dan memusatkan perhatian  pada fenomen, yaitubagaimana sesuatu itu  menampakkan diri dalam kesadaran;

2.             Reduksi eidetis, yaitu dengan mengurungkan semua aspektambahan yang tidak perlu sehingga yang tinggal hanya aspek  yangpaling inti, hakiki, yang universal dan yang mengatasi ruang danwaktu, yang disebut eidos (hakikat);

3.             Reduksi transendental, yaitu setelah menyisihkan pelbagai pendapat dan  unsur-unsur  tambahan, maka orang mencapai subjekmurni, aku murni yang mengatasi semua pengalaman.  Yangdiperlukan dalam penjelasan  tentang fenomen pendidikan  adalahreduksi eidetis.

1.7.2.2.Metode Kritis

Metode ini penting dalam membicarakan aliran-aliranfilsafat pendidikan nanti. Metode ini menyelidiki  paham-pahamtentang pendidikan, meneliti sistem-sistem dan teori-teori yangsudah ada. Yang diteliti secara kritis adalah anggapan dasarnya,entah diterima atau tidak. Juga diteliti ketetapan (konsistensi)dan hubungan logis (koherensi) teori-teori atau sistem-sistemitu. Konsistensi berarti sesuai dengan asas atau prinsip-prinsipyang dianut. Koherensi berarti keselarasan  atau persesuaian satubagian  dengan bagian lain, yang membuat sistem itu menjadi satukesatuan yang utuh. 

1.7.2.3.Metode Transendental

Metode transendental bertitik tolak  dari fenomenamanusiawi yang paling sentral, yaitu  fakta  kegiatannya(berpikir, berbicara, memilih). Tidak dianalisis arti dan  nilaiyang  diungkapkan  sebagai isi eksplisit  dalam kegiatan itu,melainkan  dicari  pengandaian-pengandaian yang tersirat atausyarat-syarat mutlak yang memungkinkan  pelaksanaan faktakegiatan tersebut.  Pengandaian-pengandaian  yang  tersirat  atausyarat-syarat mutlak yang memungkinkan pelaksanaan fakta kegiatantersebut. Pengandaian-pengandaian  itu ditemukan  baik pada phaksubjek  sendiri yang bertindak, maupun pada pihak objek yangdilibatkan.  Setiap  kali dibentangkan  lagi konsekuensi  syaratatau pengandaian  yang ditemukan. Dengan  demikian secarasistematis disingkapkan  struktur-struktur hakiki dalam manusia

Page 10: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

dan dunianya yang merupakan  dasar konstitutif bagi kegiatannyayang faktual.

1.8. Pembagian Filsafat

            Setiap filsuf biasanya memilih  bidangtertentu dari kenyataan sebagai objek pokok refleksinya.Berdasarkan  pemilihan ini maka dapat  dilihat persoalan-persoalan  yang selalu muncul  dalam sejarah  filsafat,  seperti:

1.             Logika, membahas  aturan-aturan  penalaran yang baik  dantertib;

2.             Epistemologi mempersoalkan tentang asal-usul pengetahuan  danbagaiamana  orang mencapai kebenaran;

3.             Kritik ilmu-ilmu (filsafat ilmu pengetahuan); 4.             Bahasa (filsafat bahasa); 5.             Kosmologi, yaitu filsafat alam dunia; alam dunia tersusun

dari pelbagai unsur  yang bersama-sama  membentuk suatukeseluruhan  yang teratur atau kosmos;

6.             Mmetafisika umum atau ontologi: membahas tentang dasar  darisegala yang ada sejauh ada;

7.             Agama, yaitu filsafat tentang hubungan manusia  dengan suatupribadi  yang memperlihatkan  manusia sebagai manusia;

8.             Eestetika (filsafat keindahan; sejauh mana sesuatu dikatakanindah);

9.             Pedagogi (filsafat pendidikan) 10.         Politik (filsafat tentang dimensi sosial dan politis manusia); 11.         Sejarah (filsafat sejarah);12.         Kebudayaan (filsafat kebudayaan);13.         Aksiologi (filsafat tentang nilai)

            Tetapi persoalan-persoalan itu  dapatdikembalikan  kepada 9 (sembilan) cabang filsafat dan kesembilancabang  ini dapat dikelompokkan  lagi ke dalam  tiga  bagianutama. Pembagian ini dikenal sebagai pembagian filsafat  yangklasik.[13]

1.8.1.          Filsafat tentang Pengetahuan

1.             Logika, menyelidiki dan menetapkan aturan-aturan  yangharus diperhatikan  supaya  cara berpikir manusia lurus dan tidaksesat.

2.             Epistemologi, merupakan pengetahuan tentang pengetahuan

Page 11: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

3.             Kritik ilmu-ilmu  menyelidiki  titik pangkal, metode danobjek ilmu-ilmu

1.8.2.     Filsafat tentang  Keseluruhan Kenyataan

1.       Ontologi, merupakan pengetahuan  tentang ’semua yang adasejauh ada’

2.       Teologi Metafisik (filsafat ketuhanan) membahas tentang apakah Tuhan  ada dan tentang nama-nama Allah

3.       Antropologi (filsafat manusia) berbicara tentang manusia4.       Kosmologi (filsafat alam dunia) membahas tentang alam dunia

sebagai suatu  susunan yang teratur (kosmos). Ontologi disebut juga metafisika umum, sedangkan  teologi

metafisik, antropologi metafisik dan kosmologi filosofismerupakan  bagian-bagian  dari metafisika khusus.

1.8.3.   Filsafat tentang Tindakan Manusia

1.       Etika (filsafat moral) membahas tentang tindakan manusiayang dilakukan  secara sadar  dan segaja.

2.       Estetika (filsafat keindahan) berusaha menyelidiki ,mengapasesuatu  dialami sebagai yang indah.  

Page 12: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

BAB IIHAKEKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

2.1. Pengertian Pendidikan

2.1.1. Pendidikan Sebagai Aktivitas  Eksistensial dan Fundamental

Fenomena pendidikan merupaka sesuatu  yang hakiki daneksistensial bagi kehidupan manusia.[14] Pendidikan merupakan fenomen bukan  hanya karena  tampak  bagi mata sebagai  data dangejala,  melainkan tampak  bagi kesadaran  manusia: pikiran, jiwadan pribadinya. Fenomen itu disebut hakiki  karena di mana pun manusia ada  bersama  selalu ada pendidikan. Pendidikan diartikansebagai aktivitas eksistensial dan fundamental. Pengertian inimengandung 3 unsur penting, yaitu :

1.             Pendidikan disebut eksistensial karena menyangkut eksistensi manusia. Eksistensi berarti  cara manusia  berada yangkhas  di dunia.  Aliran yang berakaitan dengan eksistensi adalahEksistensi. Eksistensialisme adalah suatu aliran filsafat abad ke-20  yang merasakan misinya sebagai pemberantas  dua pandangan  yang berat sebelah  tentang manusia, yakni materialisme dan idealisme.Materialisme adalah paham yang melihat manusia  hanya sebagai bagian dari  alam jasmani (materi) yang tidak berbeda  daribenda-benda jasmani lain. Sedangkan idealisme adalah paham yang berpendapat bahwa manusia itu  hanya subyek, di mana subyek itudisamakan  dengan pikirannya sendiri. Dunia di luar pikiranmanusia tidak ada, kalaupun ada, tidak mungkin  dimengerti;[15] 

2.             Pendidikan menyangkut cara orang  berelasi dengan  oranglain. Manusia tidak bisa berkembang  dan menjadi diri  sendiritanpa hubungan  dengan manusia-manusia lain.  Dunia manusiaadalah  dunia arti-arti, dan arti-arti  itu juga  berlaku  untukmanusia-manusia lain  sebagai subjek. Jelas bahwa manusia  hanyadapat  hidup sebagai manusia kalau ia hidup bersama denganmanusia lain. L. Binswanger menegaskan bahwa  cara berada manusia  adalah ada bersama dengan subjek-subjek, dalam cintakasih,  yang saling membangun  dan menyempurnakan. Cita-cita dariindividu diarahkan kepada cinta tanpa pamrih  sebagai

Page 13: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

pemenuhannya. Cinta  menciptakan  persekutuan. Karena itu,persekutuan, ada bersama bersifat  hakiki bagi manusia;

3.             Fenomena  pendidikan begitu nyata dalam hubunganantarmanusia.  Dalam hal ini, hubungan bersifat saling memberiarti, hubungan membangun dan menyempurnakan  dalam cinta kasih. Suatu  perbuatan disebut  fenomen mendidik karena  hasilnyaapakah baik atau buruk. Pendidikan adalah  suatu  aktivitas fundamental  karena pendidikan  itu menyentuh  akar-akar hidupmanusia sehingga mengubah dan menentukan  hidup itu.

2.1.2.      Pendidikan  Sebagai Proses  Pemanusiaan

            Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusiamuda.[16] Dalam proses  pendidikan,  dua pribadi (aku) bertemu,yaitu aku  dari pendidik dan aku dari  yang dididik, sehingga  yangdididik diangkat ke tingkat  aku pendidik. Pengangkat itu  yangdisebut  pemanusiaan.  Pemanusiaan itu  dibedakan  atas dua,yakni :

1.             Proses hominisasi (homo; manusia), yaitu perkembanganmenjadi manusia. Pendidikan  disebut  hominisasi  bukan karenaproses bertumbuh  dan berkembang  yang diharapkan dari pendidikan secara  lambat laun membawa kepada  kesempurnaan dirisebagai manusia, baik  dari aspek biologis maupun dari aspekpsikologis. Homonisasi itu mengarah kepada menjadi  seorangpribadi, seorang subjek  yang mengerti diri dan  tahu menempatkan  diri dalam situasi;

2.             Proses humanisasi (humanus; manusiawi, humanisme; kehidupanmanusia dan masyarakat yang sempurna karena cocok  dengantuntutan dan cita-cita manusia), yaitu proses perkembanganmanusia yang lebih  tinggi  dari tingkat yang minimal(hominisasi) kepada perkembangan  ke tingkat yang lebih sempurna.Tingkat  lebih tinggi itu adalah kebudayaan yang lebih tinggi. Kebudayaan adalah hasil pengangkatan alam (kodrat) ke tingkatlebih tinggi  dengan kekuatan  akal budi manusia. 

Tujuan pendidikan  adalah membantu manusia  yang muda,sehingga bisa bergerak, bertindak dan bersikap sebagai manusia. 

Page 14: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Pendidikan tidak hanya  bermaksud memimpin manusia menjadi homotetapi menjadi homo yang human (homo humanus). Jadi, pendidikan sebenarnya bertujuan  untuk membantu seorang manusia muda untukmenjadi pribadi atau subjek yang human. 2.2. Aktivitas  Pendidikan  Sebagai Persoalan Filsafat

2.2.1. Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan sering disebut dengan istilah Pedagogi.Istilah Pedagogi yang merupakan bahasa Yunani,yang berarti ”senimembimbing  seorang anak”. Pada umumnya, istilah ini sinonimdengan ”ilmu pendidikan.[17]

            Pendidikan merupakan  suatu kebutuhan dasarmanusia  yang lahir  dengan kemampuan yang  hampir tidak terbatasuntuk bertindak , tetapi tanpa  kecakapan untuk menerjemahkan kemampuan itu ke dalam perbuatan nyata. Manusia terlebih dahulu harus  belajar dari orang lain tentang  bagaimana mengungkapkan kemampuan-kemampuan itu  seperti berjalan, merawat danmemelihara  diri,  berbicara, membaca dan menulis,  menghargaidan mencintai. Seekor hewan, sebaliknya, sudah ’mahir’  dan’terspesialisasi’ sejak lahir; ia memiliki kecakapan dankepandaian secara instingtif. Manusia pada saat kelahirannyahanya memiliki kemampuan  untuk berkembang.  Kecakapan dankepandaian  serta  penghalusan budi  dicapai lewat pendidikan dan proses belajar. Lewat proses belajar dan pendidikan  diaserentak menspesialisasikan diri, menjadi pribadi yang matang danberbudaya.

2.2.2. Subyek Pendidikan

            Pedagogi  modern  telah membalikan  hubungan tradisional  antara guru dan  murid. Dalam proses pendidikan, peranan yang  dididik ditegaskan  di depan pendidik.  Dewasaini,  telah terjadi revolusi dalam bidang pendidikan yang dikenaldengan nama ”revolusi Kopernikus”.  Yang dimaksudkan denganrevolusi ini adalah  seperti Kopernikus  dalam bidang astronomitelah mengubah secara radikal  pandangan  lama yang  menganggapbumi sebagai pusat alam  semesta (geosentrisme), dengan menegaskan  bahwa  matahari adalah  pusat alam semesta (heliosentrisme).

Page 15: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Demikian juga dalam pendidikan, pendidik tidak lagi menjadi pusat  kegiatan  edukatif, tetapi yang dididik atau pesertadidik. Maka, tugas pendidik adalah  menemukan  kebutuhan  yangdididik dan menciptakan  situasi  yang tepat agar  yang dididik dapat mengembangkan  dan menyempurnakan diri.

            Dalam perspektif ini,  subjek dalam prosespendidikan  adalah yang  dididik.  Konsep pendidikan  seperti inidikenal  sebagai pedosentrisme (paidos; anak). Anak  adalah  seorangpribadi yang aktif dan orisinal.  Yang dididik ini tidak hanya sianak,  si remaja, kaum muda melainkan manusia.  Karena pendidikantidak mengenal batas umur, tetapi berlangsung seumur hidup, makasubjek pendidikan  itu adalah  manusia. Dia adalah pribadi yangharus memwujudkan diri.  Ia harus menjadi seorang pribadi. Kepribadian merupakan hasil perpaduan antara  unsur-unsur yangdibawa sejak lahir, unsur yang diwariskan  dari lingkungan  danunsur yang  diperoleh dari belajar. Akan tetapi unsur-unsur ituselalu bersifat  dinamis dan karena itu kepribadian manusia merupakan kenyataan yang bersifat plastis karena ditentukanmenurut sikap yang berbeda-beda,  berdasarkan situasi-situasiyang dihadapi dan dihayati individu secara konkret.  Manusiatidak dapat dideterminasi (ditentukan lebih dahulu). Dia selaludapat berubah menjadi lebih baik, atau lebih buruk. Dan kalau adakemungkinan  untuk selalu berubah, maka benar apa yang sudahdikatakan ”pendidikan  berlangsung seumur hidup” (long lifeeducation).

2.2.3.      Tiga  Dimensi Dasar  Pendidikan

Pendidikan memiliki beberapa dimensi. Pada umumnya,terdapat 3 dimensi dasar pendidikan, yakni :

1.             Personal. Pendidikan berlangsung di antara pribadi-pribadi.  Peserta didik bukanlah objek atau benda melainkan subjek denganberbagai kemampuan  dan kreativitas  yang khas. Aktivitaspendidikan harus mampu memajukan pribadi dan  membuat iamengembangkan diri;

2.             Sosial. Pendidikan adalah suatu aktivitas antar-subjektif dan bersifat sosial. Pendidikan mampu membantu orang untuk salingmengenal, untuk hidup bersama  dan menjamin harmoni sosial danpeka terhadap kepentingan umum suatu kelompok sosial di mana iahidup, dan ikut memberikan sumbanganya  untuk kesejahteraan umum;

Page 16: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

3.             Kultural. Pendidikan mengalihkan nilai-nilai dari generasi yang lebih dahulu kepada generasi berikutnya dalam bentukpengetahuan, nilai sosial, moral dan agama, yang telah diolahdengan tujuan membuat individu yang menerima menjadi pribadi yang memberikan sumbangannya bagi perkembangan peradaban lebihlanjut.  Dalam hal ini, perlu diingat  tiga unsur penting dalamperkembangan manusia, yaitu :

a.       Unsur kemampuan dasar, bakat (nature; alam yang dibawa sejaklahir);

b.      Unsur pemberdayaan, bantuan (nurture; secara harafiah berartigizi, tetapi dapat diperluas  dengan semua bantuan  yangmemudahkan  perkembangan  seorang pribadi termasuk pendidikan);

c.       Pengolahan sendiri oleh pribadi yang bersangkutan (culture;secara harafiah berarti kebudayaan, tetapi dapat  dialihkan kepada hasil olah budidaya sendiri).  Di sini pendidikanbertujuan  supaya seseorang  dapat mengolah sendiri entah itu dirinya sendiri atau juga  dunianya  untuk pada  gilirannya memberikan  sumbangan  bagi peradaban. 2.2.4. Autoedukasi dan Heteroedukasi

Dalam dunia pendidikan dikenal istilah autoedukasi danheteroedukasi. Autoedukasi  bermaksud menjamin perkembanganharmonis  berbagai  daya  dan kemampuan yang ada  dalam diripeserta didik tanpa merujuk pada ideal-ideal yang ada di luarindividu.  Secara negatif, autoedukasi  menolak campur tangan dari luar yang  bersifat otoriter. Secara positif, autoedukasi memajukan  spontanitas  dan melindungi  yang dididik  terhadap dikte-dikte  manipulasi dari  luar. Sedangkan heteroedukasi bermaksud  menyesuaikan  subjek  yang dididik dengan tuntutanstruktur-struktur  sosial, ekonomis, moral, agama dan politik.Proses pendidikan mencapai sasarannya  kalau yang dididikmenyesuaikan diri, juga tahu  bersikap dan bertindak sesuaidengan tatanan yang ada.

Ketiga, kedua hal ini tidak saling bertentangan dalamkonteks pendidikan yang integral.  Proses pendidikan di sinimendasari  tuntutan akan kebebasan, orisinalitas  setiap pribadi  tanpa mengabaikan  kehadiran kondisi-kondisi  sosial dan tuntutan lingkungan. Autoedukasi akan memajukan  kematangan  dankedewasaan  integral dan menumbuhkan kesadaran  dan tanggungjawab personal,  sedangkan  heteroedukasi akan menumbuhkan  dalam

Page 17: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

diri yang dididik kesadaran akan keterlibatan  sosial dan tanggung jawab  pribadi di tengah-tengah lingkungan sosial ataureligius. 2.3. Filsafat Pendidikan

2.3.1. Filsafat dan Pendidikan

            Setiap praksis pendidikan  selalumencerminkan  suatu pandangan  tentang  manusia, dunia dan Tuhan.[18] Seringkali pandangan itu tidak bersifat refleksif, kritisdan sistematis. Seringkali pandangan itu diandaikan saja dan dihayati secara praktis. Tetapi pandangan itu diberi bentuk  yanglebih ilmiah dalam ilmu mendidik, yang memiliki objek yang jelasdan dilengkapi dengan metode yang khusus.  Pada langkah terakhirada suatu pandangan  yang diberi  bentuk yang sistematis  dengandiberi dasar-dasar  mengenai hakikat manusia, dunia dan Tuhan,dan melihat implikasinya bagi praksis pendidikan.  Pada tahap inidisusunlah  suatu filsafat  yang menguraikan tentang latarbelakang  dan menjelaskan fenomen  dan praksis pendidikan secarakristis.

            Pengertian tentang pendidikan selalu berkaitan erat dengan  pengertian  tentang manusia dan tujuanhidup manusia.  Maka jelas ada hubungan antara filsafat dan ilmupendidikan.  Ilmu pendidikan merupakan mahkota logis  dari antropologi filsafat  dan etika. Sesudah memahami pertanyaan tentang siapakah manusia  dan apa tujuan akhir  hidupnya,  harusdiajukan pertanyaan tentang  bagaimana menjadi manusia  yangsesungguhnya  dan bagaimana mencapai tujuan  akhir manusia itu.Maka ilmu pendidikan harus dibangun di atas dasar  filsafatmanusia  yang sehat dan  juga atas dasar  etika yang seimbang.

            Setiap filsafat yang sistematis akan menyusunsuatu  konsepsi  mengenai  pendidikan, entah  dalam garis besaratau juga  secara  lengkap dan filsafat itu  dapat memberikan pengarahan  kepada ilmu pendidikan  dan praksis mendidik(misalnya; komunisme, nasionalisme, eksistensialisme,personalisme, pragmatisme, dan sebagainya).  Maka selalu adahubungan timbal balik antara filsafat  (pendidikan), ilmupendidikan dan praksis pendidikan.

Page 18: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

            Terutama seorang pendidik yang memilikikeahlian harus menyadari latar belakang ini. Juga seorang  gurudengan bidang  spesialisasinya pertama-tama menjadi pendidik. Baik kepada spesialisasi itu, maupun kepada unsur-unsur pedagogi,sosiologi, psikologi dan didaktik, perlu memiliki perspektif yanglebih luas. Filsafat pendidikan  berusaha untuk  memberikankerangka (frame) lebih luas itu.

            Secara singkat, filsafat pendidikan adalah cabang  filsafat  yang memberikan  landasan teoritis  dan kritis  tentang data-data, gejala-gejala dan teori-teori pendidikan. Data-data, gejala-gejala, dan teori-teori itu tidak diterima sajatetapi diterima dan dianalisis secara kritis untuk melihat sejauh mana data, gejala dan teori itu  mencerminkan  suatupandangan  tentang manusia yang  utuh. Karena bagaimanapun,seperti yang sudah dikatakan di atas, subjek pendidikan  adalahmanusia,  dan praksis pendidikan  itu berlangsung  di antarapribadi-pribadi. 2.3.2. Kaitan antara  Filsafat  dan Ilmu Pendidikan

            Filsafat pendidikan dan Ilmu Pendidikan menyelidiki  data-data dan gejala-gejala yang sama, tetapi dengan  metode yang berbeda  dan pada taraf  berbeda. Merekamemakai istilah yang sama tetapi dengan memakai arti yangberbeda. Masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan. 

Filsafat merumuskan  prinsip-prinsip  dan asas  yangmendasari pelaksanaan pendidikan. Ia tidak  memperhatikan detail-detail  seperti susunan  ruang sekolah, metode ilmu-ilmusosial,  isi kebudayaan nasional, juga tidak membahas  tentang bagaimana memberi motivasi belajar. Gayanya  adalah lebih luasdan tidak  langsung bersifat praktis.  Maka walaupun hal-hal yangkonkret  lekas berubah,  filsafat tidak berkembang dengan pesat.  Bahayanya, filsafat kurang mengindahkan fakta.  Akibatnya, baikilmu pendidikan  dan praksis pendidikan  yang diinspirasikannya,mengabaikan banyak segi.

            Ilmu Pendidikan sebaliknya berdasarkan fakta-fakta dan gejala-gejala konret.  Hal-hal umum muncul darikenyataan objektif,  dan langsung dihubungkan dengan pengalaman.  Namun bahayanya, ilmu pendidikan  sering  terlaludangkal  dan kurang terbuka  bagi unsur-unsur  yang hakiki. 

Page 19: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Sering kali ilmu pendidikan  yang dangkal  memberikan interpretasi  yang  keliru tentang kenyataan.

Maka, filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan salingmelengkapi.  Mereka  tidak mengambil alih  hasil ilmu lainnyasehingga  todak terjadi pinjaman  logis. Masing-masing merekamemakai metodenya sendiri dan mencapai pemahamannya sendiri. Tetapi mereka saling memperkaya secara psikologis dan salingmemberikan inspirasi. Filsafat harus mengujoi90

2.3.3. Objek Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memiliki obyek kajiannya. Padaumumnya, ada 2 obyek filsafat pendidikan, yakni :

1.             Objek material. Objek material filsafat pendidikan adalah: a.       Segala gejala (fenomen) pendidikan sebagai fakta dan

peristiwa;b.      Segala sistematisasi ilmiah; teori, data, eksperimen

(psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya);c.       Segala bentuk  refleksi kritis filsafat  dalam sejarah

mengenai pendidikan.  Segala  bahan itu  merupakan pertanyaan,dorongan dan tantangan.  Tetapi, filsafat  pendidikan terutamatertarik  dengan struktur  dan arah dasar. Misalnya,  relasipendidikan, perkembangan  ekspresi,  segi intelektual dankebebasan.

2.             Obyek Formal. Objek formal filsafat pendidikan ialah menghubungkan segala gejala dan teori itu dengan hakikat manusia.Filsafat pendidikan  mencoba mengakarkan  kembali semua  unsur dalam struktur-struktur dasar, seperti berlaku bagi manusiadengan mutlak.  Misalnya, proses belajar, mata pelajaran ilmueksata, kebudayaan dan sejarah. 2.3.4. Fungsi Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memiliki beberapa fungsi. Pada umumnyadibedakan 5 macam fungsi filsafat pendidikan, yakni: [19]  

1.             Fungsi spekulatif. Filsafat pendidikan berusaha mengertisecara  menyeluruh  persoalan-persoalan mengenai pendidikan  dan

Page 20: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

hubungan persoalan itu dengan faktor-faktor yang mempengaruhipendidikan;

2.             Fungsi normatif. Filsafat pendidikan  memberikan  arah danpedoman  bagi praksis pendidikan. Arah dan  pedoman ini biasanya  ditentukan  berdasarkan  tujuan pendidikan, norma-norma moral danagama yang dianut  dan cita-cita yang ingin dicapai;

3.             Fungsi kritis. Filsafat pendidikan memberikan kerangkauntuk menguji dan menafsirkan data-data ilmiah  dan praksispendidikan. Dalam hubungan dengan  teori-teori filsafat pendidikan  menilai secara kritis anggapan-anggapan dasar yangmenjadi penopang pelbagai teori dan berusaha melihat konsistensidari teori-teori itu sert a kesesuaiannya dengan pandangantentang manusia yang dianut;

4.             Fungsi teoritis. Filsafat pendidikan dapat memberikankonsepsi, ide-ide dan kesimpulan-kesimpulan yang dapat  menjadidasar pijakan bagi praksis pendidikan;

5.             Fungsi integratif. Filsafat pendidikan dapat memberikansuatu gambaran  yang dapat menyatukan  berbagai bidang  keilmuanyang masing-masing berdiri sendiri dengan  metode  sendiri-sendiri, sehingga membuka pintu bagi dialog antara berbagai ilmuitu.

2.3.5. Metode Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan memiliki metode pembahasan. Padaumumnya, dapat dibedakan dua cara sesuai dengan metode filsafatumumnya, yaitu:

1.             Bertolak dari data-data dan teori-teori ilmu pendidikan.Dianalisis oleh filsafat, dan dicari  dasar-dasar hakiki yangtersembunyi di dalamnya dengan memakai metode kritis danfenomenologi. Lama kelamaan muncullah pemahaman lebih luas,mendalam dan menyeluruh. Bahaya dari metode ini, yaitu bahwaorang  terlalu terikat pada konsep-konsep empiris;

2.             Bertitik tolak dari suatu filsafat sistematik  yang cukuplengkap. Dari situ ditarik kesimpulan  mengenai fenomenpendidikan. Misalnya, pandangan umum mengenai sosialitas manusia,

Page 21: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

dikhususkan  dalam hubungan  dengan pendidikan. Namun ada bahayabahwa filsafat  ini terlalu teoritis dan jauh dari praksis;

Dalam kuliah ini, titik tolak pertama (metode kritik danfenomenologi) khusus dalam pembahasan bagian pertama dan titiktolak kedua (pendekatan sistematis) khusus dalam bagian kedua.

BAB III

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM LINTASAN SEJARAH

3.1. Filsafat  Yunani – Abad Pertengahan[20]

Page 22: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

3.1.1. Kebudayaan-Kebudayaan Kuno

            Dalam masyarakat primitif  hampir tidak adarefleksi kritis  dan sadar tentang  proses pendidikan.  Di situ pendidikan  bertujuan  melestarikan  masa lampau  danmengamankan  diri terhadap lingkungan hidup yang mengancam.Asumsi  dasar pendidikan  di dalam kebudayaan itu adalah  apayang ada, sudah benar.  Karena kebiasaan  dan adat  berubahsangat  perlahan,  maka mudah  disimpulkan  bahwa apa yang ada,selalu sudah  ada.  Dan karena sudah selalu ada, maka itu sudahmerupakan  hakikat dari kenyataan. Dalam kebudayaan  ini, fungsi  pendidikan demikian jelas sehingga  tidak diperlukan lagi  suatu  filsafat pendidikan  untuk mengarahkan  proses pendidikan.

            Pada awal abad 5 SM, orang Yunani mulaimemberikan  perhatian  istimewa  pada persoalan-persoalanmengenai pendidikan.  Kondisi-kondisi sosial yang sebelumnyaterikat  dengan kebiasaan-kebiasaan yang kaku mulaidipertanyakan  dan cara hidup yang lama dianggap tidak lagimemadai. Sukses dalam perang-perang dengan Persia dan kemakmuran  ekonomi yang mencolok dibandingkan dengan keadaan sebelumnyamenuntut adaptasi  sosial baru. Semakin orang  menjadi sadarbahwa kebiasaan-kebiasaan lama tidak lagi cocok  dengan keadaan-keadaan baru, persoalan-persoalan  mengenai pendidikan semakin tajam mendesak. Bagaimana manusia muda harus dididik bilakebiasaan-kebiasaan lama tidak lagi memadai, sedangkan  carahidup yang baru  belum mendapat pengakuan umum? Di sini situasimenuntut pemikiran kritis  dan sadar dari filsafat. 3.1.2. Sofisme

            Para sofis Yunanilah yang pertama kali mengabdikan  diri terhadap persoalan-persoalan  mengenaipendidikan  yang ditimbulkan  oleh keresahan-keresahan  sosialzamannya. Mereka mulai menyadari bahwa  tatanan lama  tidakmemadai lagi dan memberikan kritik-kritik yang  tajam. Merekamenggunakan penalaran rasional untuk mengkritik  pola-pola pendidikan tradisional, yang sebagian bersifat  transmitif(mengalihkan) dan berusaha melestarikan  bentuk-bentuk  kehidupansosial yang sudah mapan. Dalam melawan pelestarian kebiasaan-kebiasaan  lama tanpa sikap kritis, mereka menetapkan kurikulumberdasarkan penalaran  rasional  dan kebutuhan-kebutuhan orang 

Page 23: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

yang mereka ajar.  Mereka tidak menggunakan kebiasaan-kebiasaansosial lama sebagai ukuran penilaian. Mereka menegaskan bahwa”manusia adalah ukuran dari segala sesuatu” (homo mensura).

Prinsip homo mensura ini  berasal dari Protagoras. Manusiadi sini adalah individu. Kaum sofis mengajarkan bahwa tentangsesuatu orang bisa mengatakan apa saja. Segala sesuatu bersifatrelatif. Kaum sofis juga menuntut pembayaran atas pengajaranmereka (komersialisasi), maka yang mereka ajarkan adalah yangindividu butuhkan, bukan apa yang benar.

            Keinginan para sofis untuk mengajarkan  sisiapa saja, dengan tidak terikat oleh kebenaran dan norma tertentu,tujuannya adalah untuk mendapatkan bayaran. Hal ini jelasmenimbulkan keraguan mengenai kemungkinan mengajarkan prinsip-prinsip moral yang stabil, yang menyebabkan mereka dituduh  tidaktulus.

            Mengenai teori pendidikan, para Protagonismembuat kritik terhadap aliran sofisme dengan menggunakan metode-metode rasional seperti bahasa dan dialektika yang pernahdiajarkan oleh para sofis. Menurut mereka, dengan cara dan metodepengajaran  yang dilakukan oleh para sofis, jelas menimbulkanrasa skeptis bahwa orang dapat  memiliki keutamaan (arete).Menurut tradisi lama, norma keutamaan adalah contoh dan teladankaum ningrat atau bangsawan. Keutamaan diwariskan dan bukandiajarkan.  Keutamaan dimiliki dengan melatih diri  dalamtindakan melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur dan bukanmelalui latihan akal atau intelek.  Karena itu usaha para sofis yang  bersifat  demokratis  dan populer  untuk mengajarkan keutamaan kepada kaum muda  dari kelompok sosial rendah  dengansendirinya ditolak.

            Persoalan yang muncul antara kaum  sofis  dankelompok konservatif  adalah persoalan  pendidikan yang ditambahkan  pada perjuangan yang berbasis politis untukmenggantikan  sistem aristokratis lama dengan sistem demokratis dalam masyarakat Yunani.  Dengan para sofis mulailah  suatuproses emansipasi dan demokratisasi dalam bidang pendidikan dandalam masyarakat secara keseluruhan. Hubungan erat ini pentingkarena ia  memberikan kepada persoalan  pendidikan  suatuprioritas  tingkat tinggi  dalam pikiran guru-guru terbaik zamanitu.

Page 24: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

3.1.3. Sokrates (469-399 SM)

            Sokrates memberikan  perhatian sangat besar terhadap implikasi-implikasi pengetahuan teoritis. Ia mengambilsisi demokratis  dan sejalan dengan  kaum sofis menegaskan  bahwakeutamaan dapat diajarkan.  Ia menegaskan  bahwa tidak adatindakan  yang kayak  disebut baik kalau tidak dilakukan  denganpengetahuan  tentang  hal yang  baik itu.  Dengan kata lain,untuk melakukan yang baik, mula-mula orang harus memilikipengetahuan tentang apa yang baik. Tetapi, pengetahuan teoritisdapat diajarkan. Karena itu, sejauh suatu tindakan  bergantung pada pengetahuan teoritis, keutamaan tentu saja dapat diajarkan.  Tetapi, apakah pengetahuan  semata-mata  tentang  keutamaanmenjamin  tindakan yang keutamaan? Karena Sokrates  berpendapatbahwa  tak seorangpun  dengan kesadaran melakukan  hal yang buruk, maka dalam bahasa Sokrates, ”Mengetahui yang baik adalahmelakukannya”, berarti  ”keutamaan adalah pengetahuan”.

            Sokrates mengkritik para sofis  yangmenyangkal  adanya pengetahuan  yang bersifat umum dan norma-norma yang bersifat mutlak. Ia juga menilai mereka tidak tuluskarena menggunakan  pengetahuan  untuk memperoleh  keuntungan praktis, yaitu untuk memperkaya diri. Bagi Sokrates dan keyakianorang Yunani sezaman, pengetahuan yang sejati selalu tanpapamrih.

            ”Metode Sokrates” adalah metode dialog(pertemuan antara dua logos, dua pihak yang memiliki akal budi dengan kesadaran kritis). Ada dua tahap dari metodenya, yakni :

1.             Metode sangkalan atau ironi.  Dengan metode ini, Sokratestidak bermaksud untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi terutamamenggali dan mencapai pengetahuan  yang sahih secara bersama-sama.  Usaha bersama dalam dialog (memberi dan menerima), dipanduSokrates dengan mengajukan sejumlah pertanyaan dan dijawab olehmitra bicara. Jawaban atas pertanyaan itu dipertanyakanseterusnya sampai mencapai jawaban yang tidak dapat dipertanyakanlagi.  Dalam dialog itu, Sokrates  tidak pernah memperlihatkanbahwa ia telah mengetahui jawaban atas segala persoalan.  Dialog  merupakan pergumulan bersama untuk menemukan  kebenaran  bersama-sama dan untuk memperlihatkan bahwa tentang banyak hal  orangtidak tahu. Ia tidak menyebut diri sophos seperti para sofis. Ia

Page 25: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

hanyalah  seorang philosophos, orang yang mencintai danmencarikebijaksanaan;

2.             Tehnik kebidanan (Tehnik Maieutik). Sokrates tidakberpretensi telah memiliki kebijaksanaan  dan pengetahuan  yangutuh  tentang sesuatu persoalan ketika memulai suatu dialog.Sokrates yakin bahwa dalam diri orang lain ada juga unsur-unsurkebijaksanaan. Maka tugasnya sebagai guru adalah membantu oranglain mengungkapkan  dan menyadari pengetahuan  dan kebenaran yangsudah  terkandung  dalam dirinya.  Sokrates melihat diri hanyasebagai  bidan intelektual.  Seperti seorang  ibu yang akanmelahirkan  sudah memiliki bayi dalam kandungannya dan seorangbidan hanya membantu ibu itu  untuk melahirkan  bayinya, demikianjuga seorang  guru tidak  memiliki kebenaran  untuk diberikankepada para murid.[21] Seorang guru hanya membantu  agar seorangmurid dengan mudah mengungkapkan pengetahuan  yang sudah dimilikitanpa disadari.

            Relevansi metode Sokrates untuk pendidikandewasa ini, antara lain diperlihatkan  oleh pemikir-pemikirradikal  dalam pendidikan seperti Paulo Freire dari Brazil.Freire mengkritik ”pendidikan gaya bank” di mana guru memberikanbahan (aktif) dan murid  tinggal menerima (reseptif) tanpakesempatan mempersoalkan.  Ia menegaskan peranan dialog dalampendidikan  sebagai cara  paling baik, karena menghargai anakdidik sebagai pribadi. Dialog yang benar harus dilandasi  cintadan pengharapan  terhadap sesama. Pendidikan  dialogal inilahyang akan membawa pembebasan  dari situasi masyarakat yangmenindas.[22]3.1.4. Plato (427-347 SM)

            Sumbangan Plato dalam filsafat pendidikan terdapat dalam buku The Republic (judul asli; Politeia). Pandangannya  tentang pendidikan  didasarkan  atas analisis-analisisnyamengenai beberapa hal berikut:

1.             Mengenai manusia. Menurutnya, manusia terdiri atas tigabagian, yaitu: [23]

a.       Bagian keinginan yang terikat  dengan indera-indera dandorongan badani. Keinginan ini berkaitan dengan  hawa nafsu.Keutamaan yang berkaitan dengan keinginan adalah pengendaliandiri.

Page 26: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

b.      Bagian keberanian  atau semangat yang berkaitan  dengankecenderungan  ke arah  sikap suka menonjolkan  diri. Bagian iniberkaitan dengan kehendak. Keutamaan yang cocok dengan keberanian  adalah kegagahan (keperkasaan).

c.       Bagian bagian akal budi, intelek yang berfungsi untukmengerti dan mengarahkan  bagian-bagian lain. Keutamaan dari akalbudi adalah  kebijaksanaan. Keanekaan fungsi dalam diri manusiaini akan diselaraskan  oleh prinsip harmoni, yaitu suatuhierarki  yang adil  di mana akal budi dengam bantuan keberanianmengatur keinginan.

2.             Mengenai masyarakat. Menurutnya, ada tiga kelompok sosialyang menjamin  kesatuan  masyarakat, yakni :

a.       Kelompok para petani, para tukang dan pengrajin, yaitukelompok yang menjamin pemenuhan kebutuhan pokok hidup manusia:kecenderungan  dominan kelompok  ini adalah keinginan. Keutamaanyang cocok adalah pengendalian diri;

b.      Kelompok para serdadu, yaitu kelompok yang bertugas menjaga keamanan negara terhadap serangan dari luar dan dari dalam; padamereka yang dominan  adalah keberanian. Keutamaan yang cocokadalah kegagahan. 

c.       Kelompok para filsuf adalah kelompok yang berwewenang  untukmemimpin negara. Dalam kelompok ini yang dominan adalah kemampuanintelektual. Keutamaan yang perlu adalah kebijaksanaan. Keutamaankeadilan adalah  prinsip yang mengatur  dan menyelaraskan  ketigakelompok dalam masyarakat.

3.             Mengenai praksis pendidikan. Plato menegaskan  bahwakelompok pertama tidak memerlukan  pendidikan lama, karenaketerampilan yang  diperlukan  oleh profesi  mereka dapatdipelajari  dengan mengerjakannya.  Kelompok  kedua memerlukanpendidikan yang  intensif  dalam musik dan olah raga.  Kelompokketiga  memerlukan  pendidikan  yang jauh  lebih intensif danlama karena pada mereka  tergantung  masa depan  negara.  Mereka  inilah calon-calon pemimpin negara yang harus  mengetahui  denganbaik  konsep tentang  ”yang baik” yang perlu  untuk menjamin kesejahteraan negara.

Menurut Plato pengetahuan adalah  produk  dari kodratmanusia dan pendidikan. Pengetahuan adalah mengingat kembali

Page 27: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

(anamnesis). Ini disebabkan  karena jiwa manusia sebelum bersatudengan tubuh sudah ada  lebih dahulu dalam dunia ide-ide. Dalamkeadaan itu ia mengenal segala hal. Tepai dengan bersatu dengantubuh ia diasingkan  dari pengetahuan itu.  Maka  pendidikan membantu untuk  mengingat kembali apa yang sudah ada  lebihdahulu. Pendidikan adalah latihan terhadap naluri-naluri dalamdiri anak untuk mencapai keutamaan  yang sesuai. Maka pendidikanyang tepat bagi individu dan setiap kelompok  dalam masyarakatadalah melatih  naluri-naluri atau fungsi-fungsi  khas  untukmemiliki  keutamaan-keutamaan yang sesuai.  Lebih dari itu,pendidikan  yang tepat adalah  pendidikan  di mana individudididik dalam kelasnya; di situ ia belajar menghayati suatu kehidupan  di mana keinginan  dikontrol oleh akal. 3.1.5. Aristoteles (384-322 SM)

            Gagasan Aristoteles  tentang  pendidikan disajikan  dalam dua bukunya, yaitu Etika Nikomachea dan Politika.Dalam hal pendidikan, ia memusatkan  perhatian  pada bagaimanamengajarkan keutamaan, yang merupakan  suatu tema etika.  Iatidak menerima bahwa pengetahuan  adalah keutamaan.  Ada tigahal  yang membuat manusia baik dan berkeutamaan, yaitu kodrat,kebiasaan, dan akal budi.

1.             Mengenai kodrat ditegaskan bahwa anak didik adalah manusia.Tidak ada gunanya mendidik makhluk  bukan manusia dalam kebaikan  dan kebajikan.  Yang  membedakan  manusia dari makhluk-makhluklain adalah jiwanya. Sifat khas jiwa adalah  aktivitasnya. Adatiga  jenis aktivitas, yaitu:

a.       Yang paling sederhana adalah tingkat vegetatif  yangdiperlihatkan  dalam pertumbuhan, reproduksi dan kebinasaan.

b.      Tingkat yang mengantarai adalah tingkat hewani  yang  dihadirkan  dalam sensasi, keinginan  dan gerak lokal.

c.       Tingkat rasional (akal budi) mengatur dan mengarahkan  keduatingkat lain.  Akal budi adalah unsur  yang khas pada manusiayang menentukan manusia sebagai manusia.

2.             Kebiasaan. Menurut Aristoteles seperti juga  untuk Plato,anak-anak kecil lebih dekat  dengan hewan dalam arti  tindakan-tindakan awal mereka lebih dimotivasi oleh keinginan. Dalamtindakan-tindakan awal mereka, belum ada bukti tentang  adanyakeutamaan moral yang muncul dari bakat alam mereka.  Sebaliknya,keutamaan adalah kebiasaan yang harus dipelajari. Katanya,

Page 28: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

”karena hal-hal yang harus kita pelajari sebelum kita lakukan,kita pelajari dengan melakukannya.”  Karena itu keutamaan harusdipelajari, yaitu  dengan membiasakan akal budi menguasaikeinginan. Orang menjadi baik karena terbiasa melakukan hal yangbaik dan menjadi buruk karena berulang kali  melakukan  hal yangburuk.

3.             Aristoteles membedakan antara akal budi praktis dan akalbudi teoritis. Akal budi praktis berkaitan  dengan keduaaktivitas jiwa yang  lebih rendah.  Ia mengekang  dan mengarahkankedua aktivitas jiwa itu  agar dapat  diungkapkan  secara tepat.  Bidang khasnya adalah moral dan politik. Akal budi teoritisberkaitan dengan aktivitas  yang murni teoritis. Dalam hal ini,peranan akal sepenuhnya bersifat kognitif dan asyik  dalamspekulasi mengenai hakikat kebenaran universal.

            Norma bagi pendidik  untuk menilai aktivitas-aktivitas ini adalah kebahagiaan. Kebahagiaan dicapai  denganmelaksanakan keutamaan khas manusia. Karena kekhasan  manusiaadalah akal budi maka kebahagiaan manusia  akan tercapai dalamaktivitas terluhur akal budi, yaitu pemikiran murni. Makapengolahan intelek adalah keutamaan  utama karena mengantarkepada kebahagiaan. 3.1.6. Tomisme

            Pendiri Tomisme adalah Thomas Aquinas (1224-1274), yang diberi gelar Doctor Angelicus. Filsafat pendidikannyayang disajikan dalam karya berjudul De Magistero, untuk waktu yangagak lama mempengaruhi ajaran  Gereja Katolik  mengenai pendidikan. Thomas Aquinas hidup pada zaman  yang dikenal sebagaizaman Skolastik. Ada 8 pemikiran Thomas Aquinas, yakni :

1.             Mengenai kodrat manusia yang dididik, Thomas Aquinas sependapat dengan Aristoteles mengenai jiwa sebagai prinsipaktivitas.  Maka, pendidikan melibatkan  aktivitas  dari anakdidik.  Thomas Aquinas  membandingkan cara kerja seorang  dokter.Dokter tidak dapat menyembuhkan tubuh  orang sakit, tetapi denganterapinya ia hanya membantu  tubuh untuk  menyembuhkan dirinya. Tubuh memiliki potensi alamiah  untuk dapat  mempertahankan keseimbangan kesehatan, dan hal-hal ini perlu dirangsang olehdokter. Seorang guru tidak ”mengajar” seorang anak. Guru hanya

Page 29: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

membantu seorang anak untuk menyadari  dan mengaktualisasikanpotensi-potensi alamiah yang sudah ia miliki untuk belajar;

2.             Thomas Aquinas menjelaskan  proses belajar denganmenggunakan pembedaan Aristoteles atas materi dan forma, potensidan aktualitas. Ide-ide, pengertian-pengertian  merupakan hasilaktualisasi dari  beberapa potensi. Dan aktualisasi itu dicapaimelalui proses belajar. Potensi utama yang dimiliki pelajaradalah kemampuan  untuk membentuk pengertian-pengertian  umum.Akan tetapi, potensi ini hanya efektif  bila dikembangkan sejalandengan kontak dengan objek khusus tertentu yang  merupakan contoh dari hal-hal yang umum. Bila indera-indera  melaporkanobjek-objek, esensinya dilepaskan dari kualitas-kualitasaksidental dan disajikan kepada intelek. Intelek lalu, berkatpotensi yang dimiliki untuk membuat konsep-konsep, membuat objekyang diinderai menjadi dimengerti. Jadi, proses belajar  sebagaiaktualisasi potensi  adalah menghubungkan  hal yang umum denganhal yang khusus, yang universal dengan yang partikular,menghubungkan materi  dan forma. Dari segi logika, belajar adalahmengidentifikasi  objek  dan memberikan  kepada mereka klasifikasi yang tepat dan khas;

3.             Menempatkan Allah sebagai pusat  filsafat Kristen  memilikikonsekuensi  yang menentukan bagi pendidikan.  Hal ini membuat filsafat  pendidikan  Skolastik sangat berwibawa. Karena Yesus”mengajar sebagai seorang yang berwibawa” (Injil Matius. 7;29),dalam semangat yang sama Gereja  perdana dan abad pertengahanmelaksanakan  perintas Gurunya; ”Pergilah dan ajarilah segalabangsa.., Ajarilah mereka  mentaati semua yang kuperintahkankepada kamu.”(Injil Matius 28:19-20). Maka pengajaran Skolastik tidak hanya berwibawa  tetapi juga  bersifat dogmatis. Tetapiakan sangat baik kalau  doktrin dimaklumkan  bukan hanyaberdasarkan akal yang benar, tetapi berdasarkan  wibawa  wahyuilahi  yang tidak diragukan lagi;

4.             Filsafat pendidikan  Kristen bersifat teosentris dengan tujuanjauh dan dekat. Tujuan akhir pendidikan Kristen berkaitan dengan  tujuan akhir manusia. Untuk menemukan itu manusia harus  kembalike asalnya  untuk mengenal penciptanya, yaitu Allah yang telahmenciptakan  manusia menurut gambarannya untuk mengabdi danmencintai  Dia  dan sesudah  kematian menikmati kebahagiaankekal, menjadi orang kudus. Tujuan dekat pendidikan bersifat

Page 30: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

langsung, karena berhubungan dengan soal kehidupan sebagai warganegara (masyarakat) tertentu, panggilan dan akhirnya untukkesejahteraan diri dan nasionalisme. Walaupun tujuan dekatfilsafat Kristen berkaitan dengan  kehidupan  di sini dan kini,tidak boleh dilupakan bahwa tujuan itu selalu harus dinilai dalamperspektif sasaran terakhir yang bersifat teosentris;

5.             Sumbangan lain dari kekristenan kepada filsafat pendidikanadalah pandangan  tentang dosa asal. Sofisme mengajarkan  tentangmanusia sebagai ukuran. Jadi ada optimisme  tentang kodratmanusia. Dalam kekristenan, optimisme ini harus diwaspadai.Menurut tradisi Yahudi-Kristen kodrat manusia telah dirusakkanoleh dosa asal. Maka dalam dirinya selain ada kecenderungan  yangteratur dan dipuji, juga ada  beberapa yang tidak baik dan harusdijauhi. Kecenderungan  terakhir ini terutama terikat dengantubuh  yang dipertentangkan  dengan jiwa. Pertentangan initerutama  dipengaruhi  dualisme Plato tentang jiwa dan badan,yang masuk dalam pandangan  Kristen sejak lama. Filsafatpendidikan Kristen, cenderung  tidak percaya pada praksispendidikan yang  didasarkan  hanya pada kodrat manusia.Kendatipun demikian, ada unsur yang memberikan harapan. Kodratmanusia walaupun  terpengaruh  dosa asal, tidak sepenuhnya rusak.Kodrat manusia diselamatkan  oleh rahmat Allah  dan teladan YesusKristus. Dalam pengertian Thomas Aquinas, dengan aktivitas diridan dengan bantuan  ajaran Gereja yang didasarkan atas wahyu,orang punya harapan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yangada dalam hakikatnya  yang terluka dosa;

3.2. Masa Modern – Masa Kini

3.2.1. Reformasi Protestan

            Protestanisme menegaskan  peranan individusebagai  pelaku tindakan  yang bebas  dan pemikir yang mandiri.Karena itu, pemikiran yang mandiri  dan keputusan yang  bebas selalu didorong.  Tokoh dari reformasi Protestan adalah MarthinLuther King (1483-1546) yang sukses melepaskan  diri dariotoritas  Gereja  di Roma, mencari otoritas  lain yang  memiliki  wibawa  untuk memecahkan  semua konflik yang muncul, yaitu KitabSuci. Tokoh lain adalah J. Calvin (1509-1564) memberikan beberapamodifikasi atas doktrin  Tomistik tentang kodrat manusia yang

Page 31: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

rusak.  Menurut dia, kodrat manusia sama sekali  rusak  karenadosa asal. Hanya Allah saja yang dapat  menyelamatkan manusia.

            Protestanisme  mengambil alih beberapa aspekdari pandangan Aristoteles-Tomistik  mengenai tujuan pendidikan.  Tujuan akhir  pendidikan ditentukan  oleh hakikat  manusia yangtidak binasa. Tujuan dekat pendidikan  menyiapkan  orang  untukbekerja  dan menyumbang bagi kepentingan  orang lain.  3.2.2. Naturalisme dan Empirisme

            Pemacu  naturalisme adalah perkembangan  barudan cepat  dalam ilmu pengetahuan  pada abad 17  dan 18. Peloporgerakan baru ini  adalah Francis Bacon (1561-1623), penulis karyaberjudul Advancement of Learning dan Novum Organum. Perlahan-lahandan melalui beberapa penulis, unsur-unsur  baru dari  pemahamanbaru  tentang dunia  menjadi jelas pengaruhnya  dalam filsafatpendidikan. Berkaitan dengan pendidikan, Naturalisme mengemukakanbeberapa dimensi, yaitu :

1.             Pendidikan harus  dilaksanakan sesuai  dengan tuntutan alam dan kodrat(natura). Orang pertama yang memberikan pendasaran  teoritis  bagiorientasi  pendidikan ini adalah  Johann Amos Comenius.[24]Sebagai  seorang pendeta,  ia menegaskan  bahwa kodrat manusiamenjadi rusak  karena dosa. Tetapi ia tidak merendahkan kodratmanusia. Dalam Didactica Magna ia menegaskan bahwa ”jika kita inginmencari penyembuhan  atas  cacat celah kodrat, maka itu harusdicari dalam kodrat itu sendiri. Ia mengusahakan  suatu sistem pendidikan  yang bekerjasama dengan alam  dan bukan memperkosaalam.  Dari kodratnya segala sesuatu berkembang  dari alam.Perkembangan alam selalu teratur, tahap demi tahap. Manusia harusdididik  menjadi makhluk  yang saleh, berbudi pekerti danbijaksana;

2.             Tekanan pada peran sentral indera-indera dalam proses belajar. Comeniusmenegaskan  pentingnya  pengalaman mengenai indera-indera.Landasan teoritis bagi penekanan pendidikan  pada indera-inderaberasal dari pietisme. Pietisme adalah  suatu reaksi  darirasionalisme dalam agama  yang melihat  agama sebagai suatupengalaman  vital batin. Pembenaran agama oleh rasa puas batiniahdiungkapkan di bidang  pendidikan  dalam proses  belajar, jugadibenarkan  dalam pengalaman inderawi.

Page 32: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

            Dimensi inderawi filsafat pendidikannaturalistik  lebih jauh  ditegaskan dalam empirisme (empeiria;pengalaman inderawi) John Locke (1632-1704). Dalam karyanya  yangberjudul Essay Concerning Human Understanding, Locke menegaskan  bahwasemua  pengetahuan  dalam akal budi  berasal dari pengamatan atas fakta-fakta yang disampaikan  oleh pengalaman inderawi. Iamenegaskan  bahwa pada saat kelahiran, akal budi  seseorangibarat suatu papan bersih (tabula rasa). Anggapan dasarnyaberbunyi: ”Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tidak adadalam indera-indera.” Hal ini berarti bahwa  tidak ada pengertian  dalam pikiran  yang masuk  tanpa melaluipenginderaan. Locke membedakan dua jenis pengetahuan, yaitu :

1.             Pengetahuan yang dibentuk oleh kesan langsung  mengenaiobjek-objek empiris oleh indera-indera, yang disebut sensation,sebagai hasil penginderaan dunia luar;

2.             Pengetahuan yang dibentuk oleh gagasan yang berasal  darireflexion, yaitu pengalaman  dalam jiwa  sebagai hasil pengolahandari sensation. Akal budi memiliki  kemampuan untuk membedakan,membandingkan dan membuat generalisasi atas kesan-kesan yangdisampaikan oleh indera-indera.

            Dalam pendidikan, Locke menekankan  harmoni antara unsur  rohani dan unsur jasmani. Prinsip  yang dipegangteguh adalah ungkapan tua yang berbunyi : mens sana in copore sano;jiwa yang sehat  berada dalam tubuh yang sehat. Pendidikanbertujuan  membantu anak menjadi orang yang  sehat jasmani dan berkepribadian  yang utuh.   3.2.3. Rasionalisme

            Abad 18 boleh disebut  zaman akal budi. (the age ofreason).  Yang baru dari zaman ini adalah keyakinan tak terbatasyang diberikan  kepada akal budi, terlepas dari pengaruh otoritas karya-karya klasik dan juga  dari wahyu Kristen.Kemampuan manusia untuk bertumpu hanya pada akal budinya, membawapandangan baru tentang dirinya. Manusia adalah hasil ciptaan alamsemata. Manusia sebagai hasil ciptaan alam, harus diperintah olehhukum-hukum yang seragam, seperti aspek-aspek  lain dari alam.Dengan mengembalikan  manusia kepada alam, martabat dan harkat manusia justru ditinggikan.

Page 33: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1927) dari Swiss adalahpendidik pertama  yang sukses memaklumkan  teori dan praksispendidikan berdasarkan observasi  atas hukum-hukum seragamtentang kodrat manusia. Menurut dia, jalannya kodrat itu tidakmenyimpang. Maka,  hanya ada satu metode pendidikan, yaitu mengikuti  tuntutan kodrat. Ia sering  menggunakan frasa-frasaseperti ”keharusan psikologis”, ”mekanisme kodrat manusia”, atau”bentuk mekanis dari semua pengajaran”. Frasa-frasa ini bersama-sama  dengan metode pendidikannya memperlihatkan bahwa Pestalozziberusaha membawa pendidikan ke arah  harmoni  dengan naturalismezamannya.

            Tujuan pendidikan adalah memimpin  anakmenjadi orang yang baik dengan jalan mengembangkan daya-dayaalamiah yang ada padanya.  Proses pendidikan harus disesuaikan dengan  tuntutan perkembangan kodrat anak, sebab pendidikan padahakikatnya  adalah  pemberian  pertolongan agar anak  kemudianmenolong  diri sendiri. Pendidikan adalah  Hilfe zur Selbsthilfe:menolong untuk menolong diri sendiri. Dalam pengajaran iamenganjurkan agar orang  mengamati alam, sebab asal  semuapengetahuan adalah pengamatan.  Pengamatan menimbulkan pengertian, bahkan  pengertian tanpa pengamatan adalah kosong.

            Akibat rasionalisme juga jelas dalam teorisosial tentang pendidikan. Ini jelas dalam pemikiran Helvetius(1715-1771), seorang  filsuf Perancis. Jika manusia diperintaholeh hukum-hukum alam, maka penemuan hukum-hukum  alam akan memampukan  dia untuk menyesuaikan pendidikan dengan kondisi-kondisi sosial yang selalu berkembang maju. Helvetius berpikirbahwa ia menemukan itu dalam empirisme Locke.  Dengan bergeraklebih maju  dari Locke ia mengatakan bahwa tidak ada pengetahuandalam budi, juga tidak ada  kemampuan-kemampuan untuk membuat perbandingan dan generalisasi, kecuali kalau diterima budi olehindera-indera. Dari sini  harus disimpulkan  bahwa manusiahanyalah produk dari pendidikan.  Perbedaan antara manusiadiakibatkan  oleh hukum-hukum yang tidak adil dan ketidaksamaankesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Imaginasi, lembaga-lembaga sosial juga harus takluk kepada metode-metode kritisrasionalisme dan empirisme. Maka lembaga-lembaga  harus dinilaisecara  rasional berdasarkan  pengaruhnya atas manusia dan bukanoleh otoritas ilahi atau manusia. Untuk mencapai perkembangan

Page 34: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

pendidikan maksimal bagi manusia, lembaga-lembaga sosial harusfleksibel dan progresif.

            Apa yang menjadi norma kemajuan pendidikanbagi  seorang naturalis? Condore (1743-1794), seorang  pemikirrevolusioner Perancis mengemukakan  kepercayaan akan kemampuanmanusia untuk menjadi sempurna secara tak terbatas. Dengan kata lain,kemajuan tidak punya akhir kecuali kemajuan lebih besar lagi. 3.2.4. Idealisme

Kebanyakan filsuf sebelumnya  melihat proses belajarkurang lebih sebagai suatu proses fotografis yang rumit. Dalamproses mengenal, budi memuat rekaman atas realitas.  Semua inirupanya harus diganti. Dalam proses pengenalan itu, akal budiyang sedang belajar harus membangun dalam dirinya sendiri ide-idenya sendiri tentang dunia.  Maka, filsafat pendidikan inidikenal sebagai idealisme. Tekanannya adalah  pada keadaan internbudi atau perasaan  individu.

            Perkembangan  terbesar idealisme dalamfilsafat pendidikan terjadi di Jerman.  Tema sentral kuliah-kuliah Kant mengenai pendidikan bersifat moral.  Anak-anak harusdilatih untuk bertindak, bukan seperti mereka mau, tetapisebagaimana seharusnya.  Rasa wajib adalah produk struktur darikehendak dan bukan dari pengalaman.  Meskipun pada dasarnyakehendak ini terarah dari hal yang benar dan baik, ia dihalangidalam mewujudkan dirinya oleh keinginan-keinginan. Karena itu,pendidikan merupakan  suatu fase  untuk melatih kehendak  yangbaik untuk mewujudkan  dirinya sendiri.

            Akan tetapi, memiliki kehendak baik saja tidakcukup. Kehendak harus juga diberi beberapa petunjuk tentang arahperwujudan dirinya. Petunjuk ini ditempatkan Kant  dalam suatu imperatif praktis. ”Bertindaklah sedemikian, dalam memperlakukan  kemanusiaan, entah itu dalam diri Anda sendiri atau dalam diripribadi lain, dalam segala hal sebagai tujuan dan tidak pernahhanya sebagai sarana.” [25] ”Hormat terhadap kemanusiaan” denganini menjadi suatu  imperatif kategoris (perintah  tak bersyarat)dalam filsafat pendidikan yang demokratis.

Idealisme berasal dari kata bahasa Latin idea yang berartigagasan, ide. Idealisme menekankan gagasan, ide, isi pikiran.Tokoh-tokohnya adalah Kant, Hegel, Bradley, J. D. Butler. Pokok-pokok pembahasan Filsafat Pendidikan menurut Idealisme adalah :

Page 35: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

1.              Realitas paling obyektif dan mendasar adalah sesuatu yangspiritual (konsep-konsep abstrak);

2.              Unsur spiritual dan material bertentangan;3.              Dunia yang tampak bersifat material dan tergantung dari

konsep yang ada dalam pikiran. Realitas adalah bayangan darirealitas sesungguhnya, yaitu konsep atau ide;

4.              Tujuan Pendidikan adalah: a.       memelihara nilai-nilai luhur dalam kehidupan kultural, sosial

dan spiritual;b.      mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan hidup spiritual

(kemampuan intelektual).5.             Unsur personal dalam pendidikan lebih penting dari fakta

atau data pendidikan. Pengenalan diri lebih penting dari ilmupengetahuan yang dimiliki;

6.             Kebenaran obyektif selalu dicari, tetapi kebenaran obyektifitu terletak dlm (1) koherensi gagasan/konsep dan (2) dalammemahami dan mengerti segala sesuatu dengan bantuan Ide Kebaikan(Plato) atau Allah (St. Agustinus).

3.2.5        Realisme

Realisme berasal dari kata bahasa Latin realis yang berartisungguh-sungguh, nyata, benar.

Menurut Realisme, obyek persepsi inderawi dan pengertiansungguh-sungguh ada. Obyek itu dapat diselidiki, dianalisis,dipelajari. Tokoh-tokohnya adalah Th. Aquinas, Descartes, BaruchSpinoza, John Locke, J. Rousseau, Th. Hobbes, Alfref NorthWhitehead, Adler.

Menurut aliran Realisme, realitas paling mendasar dannyata tidak tergantung dari konsep akal budi atau pikiranmanusia, tetapi dapat diketahui oleh budi manusia. BagiDescartes, ide atau pikiran dan materi adalah ciptaan Allah yangadalah substansi (ada dari dirinya sendiri dan keberadaannyatidak tergantung dari sesuatu yang lain). Bagi Spinoza, akal budidan materi adalah aspek-aspek dari Allah yang adalah substansi.Bagi Whitehead, budi dan materi adalah kedua aspek dari proses.Dalam proses itu, Allah menjadikan pikiran dan materi itu menjadikonkret.

Berkaitan dengan pendidikan, menurut Realisme tujuanaktivitas pendidikan adalah transmisi atau pengalihan ataupenerusan dari :

Page 36: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

1.              kebenaran-kebenaran universal yang tidak tergantung daribudi. Di sini pengetahuan intelektual sangat ditekankan;

2.              pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan ttg manusia dandunia ciptaan lain;

3.              nilai-nilai kultural yang luhur.

Karena itu, pendidikan harus membuat orang sadar akan dunia nyatatermasuk berbagai nilai dan kemungkinan hidup. Kebenaran adalahsesuatu yang obyektif dan dapat ditemui oleh manusia. Manusiayang rasional adalah penemu kebenaran obyektif.3.2.6. Pragmatisme

             Pragmatisme berasal dari kata bahasa Yunanipragmatikos (Latin : pragmaticus). Arti pragmatikos adalah cakapdan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara negara dan dagang.Bahasa Inggris pragmatic berarti berkaitan dengan hal-hal praktis.Pragmatisme adalah pendekatan terhadap masalah hidup apa adanyadan secara praktis, bukan teoretis/ideal. Berhubungan dengantindakan,  bukan abstraksi. Menurut Pragmatisme, pengetahuandicari bukan sekedar untuk tahu demi tahu, melainkan untukmengerti masyarakat dan dunia. Pragmatisme sudah ada sejak zamanPytagoras. Tokoh utamanya adalah John Dewey dan Brameld.

Berkaitan dengan pendidikan, ada beberapa pandangan yangdiberikan oleh Pragmatisme, yaitu :

1.              Realitas paling mendasar adalah proses pengalaman padaumumnya. Subyek (budi manusia) dan obyek (materi) dibedakan;

2.              Tujuan pendidikan adalah:a.       mengorganisasikan dan merekonstruksi berbagai pengalaman

sebagai proses adaptasi pada hidup atau tujuan akhir pendidikanadalah memiliki pengetahuan;

b.      memajukan dan menumbuhkan suatu kehidupan yang sukses dansignifican;

c.       memenuhi proses transformasi sosial yang dibutuhkan;3.              Pengetahuan bersifat relatif dan instrumental. 4.              Pendidikan berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah

(solving problem) berdasarkan pengalaman;5.              Kebenaran adalah sesuatu yang dilakukan dan berfungsi

untuk menjalankan nilai tertentu. Nilai itu diwujudkan dandilaksanakan.

Page 37: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

Brameld kemudian mengembangkan aliran ini menjadiRekonstruksionisme. Menurutnya, pendidikan mempunyai beberapacirri, yaitu :

1.             Esensialis. Pendidikan dilihat sbg jalan untuk mentransfernilai-nilai esensial dalam kebudayaan (sama dengan idealisme danrealisme);

2.             Perennialis. Pendidikan adalah proses transmisi kebenaran-kebenaran universal secara berkelanjutan tanpa henti;

3.             Progresif. Pendidikan dilihat sbg proses memecahkan masalahsecara metodologis;

4.             Rekonstruksionis. Pendidikan dilihat sebagai sumber danimplementasi rekonstruksi tujuan-tujuan sosial dalam masyarakat.Karena itu, sangat ditekankan metode dan tujuan pendidikan. 3.2.7. Eksistensialisme

            Eksistensialisme[26]  adalah  aliran pemikiranfilsafat  yang timbul setelah Perang Dunia yang serentakmerupakan  reaksi terhadap materialisme dan idealisme.Eksistensialisme juga merupakan  reaksi  terhadapidealisme.         

Menurut Eksistensialisme, manusia adalah eksistensi.Eksistensi  berarti cara berada manusia yang khas di dunia. Tokoh-tokohnya adalah Kierkegaard, Nietsche, Sartre, Heidegger,Jaspers, Merleau Ponty, Gabriel Marcel, Martin Buber.

Berkaitan dengan pendidikan, Eksistensialisme mengemukakanbeberapa pandangannya, yaitu :

1.              Pendidikan adalah suatu realitas dasar di mana perspektifatau tujuannya dipilih oleh manusia;

2.              Dunia dalam arti sesungguhnya adalah sesuatu yang netral,tak bermakna, sia-sia (absurd). Dunia akan menjadi arti ketikamanusia memberinya arti untuk kepentingannya;

3.              Eksistensi manusia itu khas dan unik;4.              Tujuan Pendidikan adalah : a.       menjadikan hidup manusia bermakna dan penuh tanggung jawab; b.      mendorong manusia agar bertindak bebas; c.       membantu manusia agar terbuka pada keasliannya sebagai

manusia/menjadi dirinya sendiri; d.      membantu manusia mengalami kebenaran tentang dirinya sendiri; e.       mencapai makna diri lewat aktivitas, bukan lewat refleksi

intelektual;

Page 38: BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I HAKEKAT FILSAFAT 1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui

f.       memajukan proses humanisasi dan hominisasi;

5.              Kebenaran itu diciptakan dan bukan ditemukan;6.              Pendidik harus mendorong peserta didik agar yakin dan

komit pada apa yang dianggapnya benar;7.              Masalah-masalah hidup manusia lebih penting dari

pengetahuan tentang sikap-sikap manusia. 3.2.8. Marxisme

Marxisme adalah suatu kumpulan ajaran yang menjadi dasarsosialisme dan komunisme pada abad ke-19 dan ke-20.  Perumusnyaadalah Karl Marx dan Friedrich Engels. Tujuan utama marxismeadalah menghapuskan kapitalisme yang sangat merugikan kaumproletar. Marxisme mengemukakan prinsip-prindip pendidikan, yaitu

1.              Realitas paling mendasar adalah proses perubahan alam dankultur yang bersifat dinamis. Dalam proses ini, pikiran adalahungkapan kesadaran kelas atau kelompok masyarakat;

2.              Tujuan pendidikan adalah membuka peluang bagi pesertadidik untuk bertindak dan berpartisipasi dalam perubahan sosialdan kultural yang tak terelak dalam mencapai masyarakat idealtanpa kelas;

3.              Kebenaran bersifat relatif dalam kaitan dengan kebutuhan-kebutuhan revolusi. Kebenaran adalah produk atau hasil darikesadaran sosial dan tak terikat oleh waktu;

4.              Sosialisme dan kemudian komunisme adalah cita-cita yangharus dicapai oleh pendidikan.