102 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta Dewi Retno Prameswari | 12 512 064 BAGIAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penyelesaian persoalan perancangan terkait dengan hasil yang diperoleh dari bagian latar belakang maupun kajian pustaka. Pada bagian ini akan dibagi menjadi 3 paparan yaitu tata ruang, fasad, dan lanskap yang selanjutnya akan dibahas untuk kemudian di aplikasikan pada bangunan rancangan Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga di kawasan cagar budaya Kotabaru. 3.1 TATA RUANG Tata ruang berikut ini akan membahas hal yang berkaitan dengan kebutuhan ruang pengguna, besaran ruang, sifat dan hubungan ruang, klasifikasi hingga organisasi ruang yang nantinya akan menjadi program ruang untuk diaplikasikan pada museum rancangan. 3.1.1 Pelaku dalam Rancangan Pengguna dalam museum dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pengelola dan pengunjung yang secara rinci dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3.1 Pelaku dalam Rancangan Pengelola Bagian administrasi Relawan Tenaga konservasi Tenaga preparasi Tenaga bimbingan Pengunjung Anak-anak Dewasa Servis Petugas kebersihan Petugas keamanan Petugas parkir Petugas restaurant Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012 3.1.2 Aktifitas dalam Museum Aktivitas dalam bangunan museum rancangan mengacu pada pendekatan tematis yang diajukan dalam proyek akhir sarjana ini yang berupa kegiatan edu-interaktif dilengkapi dengan kegiatan pada museum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
102 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
BAGIAN 3
PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penyelesaian persoalan
perancangan terkait dengan hasil yang diperoleh dari bagian latar belakang maupun
kajian pustaka. Pada bagian ini akan dibagi menjadi 3 paparan yaitu tata ruang,
fasad, dan lanskap yang selanjutnya akan dibahas untuk kemudian di aplikasikan
pada bangunan rancangan Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga
di kawasan cagar budaya Kotabaru.
3.1 TATA RUANG
Tata ruang berikut ini akan membahas hal yang berkaitan dengan kebutuhan
ruang pengguna, besaran ruang, sifat dan hubungan ruang, klasifikasi hingga
organisasi ruang yang nantinya akan menjadi program ruang untuk
diaplikasikan pada museum rancangan.
3.1.1 Pelaku dalam Rancangan
Pengguna dalam museum dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
pengelola dan pengunjung yang secara rinci dipaparkan pada tabel
berikut.
Tabel 3.1 Pelaku dalam Rancangan
Pengelola
Bagian administrasi
Relawan
Tenaga konservasi
Tenaga preparasi
Tenaga bimbingan
Pengunjung Anak-anak
Dewasa
Servis
Petugas kebersihan
Petugas keamanan
Petugas parkir
Petugas restaurant
Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012
3.1.2 Aktifitas dalam Museum
Aktivitas dalam bangunan museum rancangan mengacu pada
pendekatan tematis yang diajukan dalam proyek akhir sarjana ini yang
berupa kegiatan edu-interaktif dilengkapi dengan kegiatan pada museum
103 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Kolong Tangga sebelumnya yang tidak dapat dihilangkan mengingat
kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari museum Kolong Tangga.
Aktivitas museum Kolong Tangga pada tahun 2016 terdiri dari kunjungan
dan pameran, belajar bersama, membuat mainan, melakukan permainan,
expo dan seminar.
Untuk menemukan aktivitas apa saja yang akan diterapkan pada
bangunan museum maka, perlu adanya pertimbangan aktivitas antara
kegiatan edukasi interaktif dan kegiatan museum Kolong Tangga
sebelumnya sehingga pada akhirnya akan ditemukan aktivitas yang paling
optimal untuk dibahas selanjutnya sebagai kebutuhan ruang yang menjadi
bagian dari rancangan museum. Adapun aktivitas Kolong Tangga
rancangan yang merupakan hasil dari komparasi dengan aktivitas edukasi
interaktif yaitu :
1. Kunjungan dan pemanduan dalam museum berupa demonstrasi dan
dialog edukasi.
2. Pameran tetap koleksi mainan
3. Belajar bersama
4. Membuat mainan
5. Melakukan permainan
6. Bermain peran
7. Display tactile
8. Pameran audio visual
9. Expo dan Seminar.
Selain kegiatan di atas, terdapat kegiatan pengguna internal yaitu
bagian pengelola dan servis museum yang juga perlu dipertimbangkan.
Adapun skenario aktivitas pengguna internal tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3.1 Skenario Aktivitas Pengguna Internal
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
104 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Berdasarkan aktivitas di atas maka, disimpulkan aktivitas yang akan
digunakan untuk menemulkan ruang yang dibutuhkan adalah
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.2 Aktivitas Museum Rancangan
Pengunjung
1. Kunjungan dan pemanduan dalam museum
berupa demonstrasi dan dialog edukasi.
2. Pameran tetap koleksi mainan
3. Belajar bersama
4. Membuat mainan
5. Melakukan permainan
6. Bermain peran
7. Display tactile
8. Pameran audio visual
9. Expo dan Seminar.
Pengelola dan
Servis
1. Parkir kendaraan
2. Persiapan
3. Kerja
4. Istiirahat
5. Sholat
6. Makan
Sumber : Analisis Penulis 2016 berdasarkan Zakaria,2012
3.1.3 Kebutuhan Ruang
3.1.3.1 Ruang Museum Rancangan
Berdasarkan kesimpulan persoalan desain pada bagian sebelumnya
maka ruang-ruang museum yang dibutuhkan sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.3 Kebutuhan Ruang Museum Berdasarkan Hasil Persoalan Desain Jenis Ruang yang diperlukan dalam rancangan
Ruang Pokok
Ruang pamer
Ruang bermain dan Workshop
Ruang audiovisual
Perpustakaan
Ruang Orientasi
Teater
Kantor dan administrasi
Penyimpanan koleksi
Ruang transit koleksi
Ruang reparasi
Toko souvenir dan cafetaria
Ruang Penunjang
Ruang tiket
Lobi
Toilet umum, karyawan, difabel, Ruang penitipan barang
Parkir dan Taman
Ruang petugas keamanan
Ruang Komputer dan CCTV
Sumber : Analisis Penulis 2016
Sedangkan berdasarkan aktivitas pengguna museum, ruang yang
dibutuhkan dalam rancangan museum sebagaimana yang tertera dalam
tabel berikut.
105 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Aktivitas Pengunjung Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang
Pengunjung
1. Kunjungan dan pemanduan dalam
museum berupa demonstrasi dan
dialog edukasi.
2. Pameran tetap koleksi mainan
3. Belajar bersama
4. Membuat mainan
5. Melakukan permainan
6. Bermain peran
7. Display tactile
8. Pameran audio visual
9. Expo dan Seminar.
Ruang Orientasi
Ruang Pameran
Perpustakaan
Workshop
Ruang bermain
Teater
Ruang audiovisual
Aula
Ruang tunggu
Pengelola dan
Servis
1. Parkir kendaraan
2. Persiapan
3. Kerja
4. Istiirahat
5. Sholat
6. Makan
Area parkir
Ruang Ganti dan Loker
Kantor
Ruang Rapat
Ruang keamanan dan CCTV
Ruang Jaringan Komputer
Ruang petugas keamanan
Pantry
Mushola
Ruang Janitor
Gudang
Sumber : Analisis Penulis 2016
Tahap selanjutnya, berdasarkan kedua tabel diatas, diperlukan
adanya ruang MEE yang menunjang kegiatan museum yang terdiri dari
ruang genset dan panel, ruang water treatment dan ruang pompa sehingga,
ruang pada museum rancangan terdiri dari :
Tabel 3.5 Kebutuhan Ruang Museum Rancangan Ruang berdasar hasil
persoalan desain
Ruang berdasarkan
aktivitas pengunjung
Kebutuhan Ruang dalam
Museum Rancangan
Ruang pamer
Ruang bermain dan
Workshop
Ruang audiovisual
Perpustakaan
Ruang Orientasi
Teater
Kantor dan administrasi
Penyimpanan koleksi
Ruang transit koleksi
Ruang reparasi
Toko souvenir dan
cafetaria
Ruang tiket
Lobi
Toilet umum, karyawan,
difabel, Ruang Penitipan
barang
Parkir dan Taman
Ruang petugas keamanan
Ruang Komputer dan
CCTV
Ruang Orientasi
Ruang Pameran
Perpustakaan
Workshop
Ruang bermain
Teater
Ruang audiovisual
Aula
Area parkir
Ruang Ganti dan Loker
Kantor
Ruang Rapat
Ruang keamanan dan
CCTV
Ruang Jaringan Komputer
Ruang petugas keamanan
Pantry
Mushola
1. Ruang Orientasi
2. Ruang Pameran
3. Perpustakaan
4. Workshop
5. Ruang bermain
6. Teater
7. Ruang audiovisual
8. Aula
9. Area parkir
10. Ruang Ganti dan Loker
11. Kantor
12. Ruang Rapat
13. Ruang keamanan dan CCTV
14. Ruang Jaringan Komputer
15. Ruang petugas keamanan
16. Pantry
17. Mushola
18. Tempat wudhu
19. Penyimpanan koleksi
20. Ruang transit koleksi
21. Ruang reparasi
22. Toko souvenir dan cafetaria
23. Ruang tiket
24. Lobi
25. Toilet umum, karyawan, difabel
26. Ruang penitipan barang
27. Ruang ibu dan anak
28. Ruang Genset dan Panel
29. Ruang Pompa dan Water
Treatment.
30. Ruang Janitor
31. Gudang
Sumber : Analisis Penulis 2016
106 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
A. Tata Ruang Pamer Pada Museum
Untuk mewujudkan aktivitas edukasi interaktif pada
museum rancangan, kebutuhan ruang pamer perlu
diperhatikan. Aspek yang dipertimbangkan terkait pameran
dalam museum antara lain, tata pameran, pencahayaan,
pewarnaan ruang, penghawaan dalam ruang serta zonasi
museum rancangan yang masing-masing akan dibahas sebagai
berikut ini.
Tata dan Zonasi Pameran
Pada ruang pamer museum, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya akan dibagi menjadi 7 klasifikasi yaitu
berdasarkan Alat Musik, Material, Kehidupan, Dunia Pria,
Dunia Wanita, Daerah Asal dan Keseharian. Pembagian
zonasi pada ketujuh ruang pamer ini dapat menggunakan
beberapa alternatif sebagaimana gambar berikut beserta
kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatif yang
dipaparkan pada tabel.
Gambar 3.2 Alternatif Pembagian Ruang
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
107 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.6 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Ruang Tipe Kelebihan Kekurangan
A Seluruh koleksi dapat langsung di
akses dalam satu lantai museum.
Membutuhkan ruang yang luas
namun lokasi rancangan terbatas.
B
Kategorisasi pada museum sangat
jelas perbedaannya
Bangunan untuk konteks kawasan
kotabaru terlalu tinggi sehingga
dikhawatirkan tidak merespon
kawasan
C
Kategorisasi pada museum sangat
jelas perbedaannya.
Ketinggian bangunan dapat
disesuaikan dengan bangunan
sekitar sehingga merespon
kawasan.
Sirkulasi dapat menggunakan ramp
menerus dari lantai 7 hingga ke
lantai GF.
Sirkulasi antara sisi kanan dan kiri
harus menyesuaikan standar
kemiringan tangga dan ramp bagi
pengguna difabel maupun anak-
anak.
D
Ketinggian bangunan dapat
menyesuaikan ketinggian
bangunan pada kawasan.
Kategorisasi koleksi pada museum
cukup jelas.
Sirkulasi vertikal membutuhkan
lebih banyak tangga dan ramp.
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan alternatif
pada tabel, maka, tipe C sebagai tata pameran museum.
Pada tipe ini, jarak antar lantai dirancang dengan
ketinggian 5 meter, sehingga mezanin memiliki jarak 2,5
meter dari ketinggian lantai acuan.Dikembangkan
selanjutnya bahwa sirkulasi pengunjung museum dapat terjadi
secara 2 hal sebagaimana gambar berikut beserta kelebihan
dan kekurangan masing-masing alternatif.
Gambar 3.3 Alternatif Sirkulasi
Sumber: Ilustrasi Penulis 2016
108 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
Tabel 3.7 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Sirkulasi Tipe Kelebihan Kekurangan
A
Pengunjung museum dapat secara
bebas bergerak dari satu lantai ke
lantai lainnya.
Membutuhkan sirkulasi vertikal
dalam jumlah lebih banyak.
Bagian atas museum cenderung
sepi.
Sirkulasi kurang efektif
Keamanan museum perlu dijaga
secara ketat dikarenakan akses
keluar masuk lebih mudah.
B
Sirkulasi ini lebih efektif
dikarenakan pengunjung tidak
harus naik turun untuk keluar dari
bangunan museum.
Pengunjung berjumlah relatif sama
pada setiap lantainya.
Keamanan museum lebih terjamin
dikarenakan pengunjung tidak
dapat sembarangan mengakses
ruang.
Pengunjung ditekankan untuk
mengikuti alur sirkulasi museum.
Alat sirkulasi vertikal diperlukan
untuk mengangkut pengunjung
dari lantai dasar menuju lantai
paling atas untuk memulai alur
pameran.
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan pertimbangan di atas maka sirkulasi
yang dipilih adalah tipe B. Pemilihan ini didasari dengan
kemudahan akses pengunjung terutama pengunjung difabel
yang perlu diberi perhatian khusus terkait dengan akses
vertikal.
Sirkulasi dalam sebuah museum membutuhkan skenario
waktu tertentu sebagaimana berdasarkan observasi penulis
terhadap salah satu museum di Yogyakarta yaitu Ullen Sentalu
yang menerapkan sesi kunjungan selama-lamanya 1 jam untuk
menghabiskan waktu di kawasan museum. Berdasarkan hasil
observasi ini, penulis memiliki pendapat bahwa kunjungan
dalam sebuah bangunan museum tidak boleh terlalu cepat
namun juga sebaiknya dengan jangka waktu tertentu sehingga,
bangunan museum tidak terkesan sepi maupun sangat padat
agar aktivitas edukasi interaktif dapat terwujud.
Mengatasi hal tersebut, pada bangunan museum akan
ditambahkan layar-layar interaktif yang menayangkan
proses pembuatan mainan maupun film dokumenter yang
menampilkan permainan pada suatu daerah tertentu yang
tersebar di sepanjang ruang-ruang pamer museum dan
terletak bersamaan dengan ruang bermain, perpustakaan,
ruang pamer dan ruang workshop. Selain itu, layar
109 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta
Dewi Retno Prameswari | 12 512 064
interaktif pada bangunan museum dapat menjadi point of
interet pada bangunan museum. Layar interaktif ini
digunakan untuk menampilkan karya seni audiovisual
dengan durasi tertentu sehingga pengunjung dapat
menyaksikan dari berbagai sisi. Selain layar interaktif, cara
yang dilakukan untuk membentuk skenario pengunjung
lainnya adalah dengan cara sebagaimana poin di bawah ini.
1. Sesi story telling dan workshop membuat mainan dan
kerajinan tangan, serta melukis.
2. Permainan dengan media interaktif dalam ruang
pamer museum.
Tata Fasilitas Penunjang
Jalannya suatu pameran pada bangunan museum
sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti
fasilitas keamanan, akses ke dalam bangunan museum.
Sebagaimana hasil analisis zonasi museum terdapat 2 area
yang dapat digunakan sebagai entrance museum yaitu pada
bagian Utara dan Barat lokasi rancangan.
Keduanya dapat digunakan untuk meletakkan entrance
museum mengingat bangunan museum sendiri berdasarkan
hasil analisis membutuhkan 2 entrance yaitu untuk pengunjung
serta untuk pengelola dan servis. Alternatif peletakan entrance
pada site dan bangunana dalah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3.8 Alternatif Entrance dan Exit Kawasan dan Bangunan Pengguna Entrance Exit Tipe Alternatif
Pengunjung
Utara Utara A
Utara Barat B
Barat Utara C
Barat Barat D
Pengelola
Utara Utara A
Utara Barat B
Barat Utara C
Barat Barat D
Sumber : Analisis Penulis 2016
Berdasarkan alternatif tersebut untuk entrance dan
exit pengunjung dipilih tipe alternatif B sedangkan untuk
pengelola dipilih tipe alternatif D. Hal ini berdasarkan
110 Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga – Kotabaru, Yogyakarta