Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 [ 384 ] Page BAGIAN 3. PENILAIAN PEMBELAJARAN SOFTWARE ANBUSO SEBAGAI ALAT ANALISIS BUTIR SOAL YANG PRAKTIS DAN APLIKATIF Ali Muhson, Barkah Lestari, Supriyanto & Kiromim Baroroh Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected]Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kelayakan software AnBuso, dan mengidentifikasi kendala penggunaannya. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan dokumentasi, kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini menghasilkan software AnBuso dan buku panduan yang dapat dimanfaatkan guru dalam melakukan analisis butir soal secara praktis dan aplikatif. Software tersebut dinilai sangat layak oleh guru dilihat dari aspek kepraktisan dan kemudahan, kebermanfaatan, substansi isi, dan tampilan. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan software ini terkait dengan lemahnya penguasaan guru terhadap program Microsoft Excel, kurang terbiasanya melakukan analisis butir soal, pemahaman konsep analisis butir soal yang terbatas, dan kendala teknis yang terdapat dalam software. Kata Kunci: AnBuso, kelayakan, analisis butir soal PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan bangsa sehingga upaya peningkatan kualitas pendidikan harus terus dilakukan agar Indonesia mampu bersaing di kancah dunia global. Potret kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. UNESCO pada tahun 2011 melaporkan bahwa indeks Education Development Index (EDI) Indonesia belum beranjak dari kategori sedang (medium) dan berada di peringkat ke-57 dari 115 (UNESCO, 2011). Sementara itu The United Nations Development Programme (UNDP) tanggal 24 Juli 2014 melaporkan Human Development Index (HDI) Indonesia menempati peringkat 108 dari 187 negara, sementara Singapura di posisi 9, Malaysia (62), Thailand (89) (UNDP, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kualitas pendidikan di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar tidak ketinggalan dengan negara lain. Proses pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam menentukan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidik memiliki peran yang sangat sentral dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Peran pendidik tersebut tidak hanya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saja melainkan juga dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Asesmen merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran (Russel & Airasian, 2012: 2), karena memiliki pengaruh yang kuat dalam meningkatkan proses pembelajaran (Raymond, et.al., 2012; Bers, 2008: 32) bahkan penggunaan prosedur asesmen yang benar dapat memberikan kontribusi langsung kepada peningkatan belajar peserta didik (Miller, Linn & Gronlund,
35
Embed
BAGIAN 3. PENILAIAN PEMBELAJARAN - seminar.uny.ac.idseminar.uny.ac.id/semnasfe2015/sites/seminar.uny.ac.id.semnasfe2015... · sangat berguna dalam penganalisian suatu tes. Hal ini
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 384 ] P a g e
BAGIAN 3. PENILAIAN PEMBELAJARAN
SOFTWARE ANBUSO SEBAGAI ALAT ANALISIS BUTIR SOAL
YANG PRAKTIS DAN APLIKATIF
Ali Muhson, Barkah Lestari, Supriyanto & Kiromim BarorohFakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji kelayakan softwareAnBuso, dan mengidentifikasi kendala penggunaannya. Penelitian danpengembangan ini menggunakan dokumentasi, kuesioner dan wawancara untukmengumpulkan data. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Penelitianini menghasilkan software AnBuso dan buku panduan yang dapat dimanfaatkanguru dalam melakukan analisis butir soal secara praktis dan aplikatif. Softwaretersebut dinilai sangat layak oleh guru dilihat dari aspek kepraktisan dankemudahan, kebermanfaatan, substansi isi, dan tampilan. Kendala yang dihadapiguru dalam menggunakan software ini terkait dengan lemahnya penguasaanguru terhadap program Microsoft Excel, kurang terbiasanya melakukan analisisbutir soal, pemahaman konsep analisis butir soal yang terbatas, dan kendalateknis yang terdapat dalam software.
Kata Kunci: AnBuso, kelayakan, analisis butir soal
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan bangsa sehingga upaya
peningkatan kualitas pendidikan harus terus dilakukan agar Indonesia mampu bersaing
di kancah dunia global. Potret kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan.
UNESCO pada tahun 2011 melaporkan bahwa indeks Education Development Index (EDI)
Indonesia belum beranjak dari kategori sedang (medium) dan berada di peringkat ke-57
dari 115 (UNESCO, 2011). Sementara itu The United Nations Development Programme
(UNDP) tanggal 24 Juli 2014 melaporkan Human Development Index (HDI) Indonesia
menempati peringkat 108 dari 187 negara, sementara Singapura di posisi 9, Malaysia
(62), Thailand (89) (UNDP, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kualitas
pendidikan di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar tidak ketinggalan dengan negara
lain.
Proses pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam menentukan kualitas
pendidikan secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidik memiliki peran
yang sangat sentral dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Peran pendidik tersebut
tidak hanya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saja melainkan juga
dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Asesmen merupakan komponen
yang penting dalam pembelajaran (Russel & Airasian, 2012: 2), karena memiliki
pengaruh yang kuat dalam meningkatkan proses pembelajaran (Raymond, et.al., 2012;
Bers, 2008: 32) bahkan penggunaan prosedur asesmen yang benar dapat memberikan
kontribusi langsung kepada peningkatan belajar peserta didik (Miller, Linn & Gronlund,
1 Lebih dari M + 1,8 SD Sangat layak2 M + 0,6 SD s.d. M + 1,8 SD Layak3 M – 0,6 SD s.d. M + 0,6 SD Cukup4 M – 1,8 SD s.d. M – 0,6 SD Tidak layak5 Kurang dari M – 1,8 SD Sangat tidak layak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk memperoleh gambaran tentang hasil pengembangan software dilakukan
ujicoba luas yang melibatkan para user seperti guru, pengawas, dan pelaku pendidikan
sebanyak 65 orang. Sebagian besar (72%) mereka mengajar di tingkat SLTA baik SMA,
SMK maupun MA. Sebagian besar mereka 68% berasal dari sekolah negeri dan
responden yang sudah PNS sebanyak 57%. Agar penelitian ini mampu memperoleh
gambaran yang memadai maka guru-guru yang dilibatkan juga berasal dari berbagai
dalam bentuk laporan yang siap ditandatangani, namun masih perlu dijelaskan tentang
arti dan makna dari hasil analisis tersebut.
SIMPULAN
Penelitian ini berhasil mengembangkan software AnBuso yang dapat
dimanfaatkan guru dalam melakukan analisis butir soal secara praktis dan aplikatif.
Software ini dibuat dengan program Microsoft Excel yang di dalamnya terdapat sheet
untuk input data, sheet data processing, sheet laporan hasil analisis dalam bentuk tabel
dan gambar.
Software yang dihasilkan terbukti sangat layak oleh guru dilihat dari aspek
kepraktisan dan kemudahan, aspek kebermanfaatan dan aspek substansi isi serta aspek
tampilan. Walaupun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi guru dalam
menggunakan software ini seperti lemahnya penguasaan guru terhadap program
Microsoft Excel, kurang terbiasanya melakukan analisis butir soal, pemahaman konsep
analisis butir soal yang terbatas, dan kendala teknis yang terdapat dalam software.
Software ini terbukti sangat layak dan sangat bermanfaat bagi guru karena itu
perlu sosialisasi yang lebih luas tentang penggunaan software ini agar lebih dikenal oleh
guru sehingga mampu meningkatkan kinerja guru dalam melakukan analisis butir soal.
Pengembangan software ini masih perlu terus dilakukan agar mampu memenuhi
kebutuhan guru dalam melakukan analisis butir soal.
DAFTAR PUSTAKA
Alagumalai, S. & Curtis, D.D. 2005. Classical Test Theory. In Alagumalai, S., et.al. (Eds.).Applied Rasch Measurement: A Book of Exemplars. Norwell, MA: Springer.
Allen, M. J. & Yen, W. M. 1979. Introduction to measurement theory. Monterey, CA:Brooks/Cole Publishing Company.
Anderson, L.W. 2003. Classroom assessment: enhancing the quality of teacher decisionmaking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Banta, T.W., Palomba, C.A., & Kinzie, J. 2014. Assessment essentials: Planning,implementing, and improving assessment in higher education. San Fransisco:Jossey-Bass.
Bers, T.H. 2008. The role of institutional assessment in assessing student learningoutcomes. New Directions for Higher Education, 141: 31-39.
Brookhart, S.M. 2008. How to give effective feedback to your students. Virginia: Associationfor Supervision and Curriculum Development.
Crocker, L & Algina, J. 2008. Introduction to classical and modern test theory. Ohio:Cengage Learning.
Darling-Hammond, L. 2014. Next generation assessment: Moving beyond the bubble test tosupport 21st century learning. San Fransisco: Jossey-Bass.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 398 ] P a g e
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. 1991. Essentials of educational measurement. Englewood Cliffs,NJ: Prentice-Hall, Inc.
Harvey, L. 2011. The nexus of feedback and improvement. Dalam Nair, C.S. & Mertova, P.(eds.). Student Feedback: The cornerstone to an effective quality assurance system inhigher education. New Delhi: Oxford Cambridge.
Hattie J. & Timperley, H. 2007. The power of feedback. Review of Educational Research.77(1): 81-112.
Higgins, R., & Hartley, P. 2002. The conscientious consumer: reconsidering the role ofassessment feedback in student learning. Studies in Higher Education, 27(1): 53-64.
Irons, A. (2008). Enhancing learning through formative assessment and feedback. NewYork: Routledge.
James, A.O. & Folorunso, A.M. 2012. Effect of feedback and remediation on students’achievement in junior secondary school mathematics. International EducationStudies, 5(5): 153-162.
Kubiszyn, T., & Borich, G.D. 2013. Educational testing and measurement: classroomapplication and practice. 10th edition. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.
Langer, P. 2011. The use of feedback in education: a complex instructional strategyPsychological Reports, 109(3): 775-784.
Metronews. 2014. Ini delapan masalah dalam implementasi kurikulum 2013. (Online)(News.metronews.com), diakses 19 Oktober 2014.
Miller, M.D., Linn, R.L., & Gronlund, N.E. 2009. Measurement and assessment in teaching(tenth edition). New Jersey: Pearson Education Inc.
Muhson, A., Lestari, B., Supriyanto, & Baroroh, K. 2013. Pengembangan Software AnBusoSebagai Solusi Alternatif Bagi Guru dalam Melakukan Analisis Butir Soal SecaraPraktis dan Aplikatif. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan. Yogyakarta: LPPMUNY.
National Research Council 1999. The assessment of science meets the science of assessment.Board on Testing and Assessment Commission on Behavioral and Social Sciences andEducation, National Research Council. Washington, DC: National Academy Press.
Nunnally, J.C. & Bernstein, I.H. 1994. Psychometric Theory (Third Edition). New York:McGraw-Hill, Inc.
Peterson, E.R., & Irving, S.E. 2008. Secondary school students’ conceptions of assessmentand feedback. Learning and Instruction, 18: 238-250.
Puskur 2008. Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: BalitbangDepdiknas.
Raymond, J.E., Homer, C.S.E., Smith, R. & Gray, J.E. 2012. Learning through authenticassessment: An evaluation of a new development in the undergraduate midwiferycurriculum. Nurse Education in Practice, 30: 1-6.
Shute, V.J. 2007. Focus on formative feedback. Research Report. Princeton, NJ: EducationalTesting Service (ETS).
Stiggins, R.J. & Chappuis, J. 2012. An introduction to student involved assessment forlearning. Sixth edition. Boston: Pearson assessment training institute.
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susilowati. 2013. Kurikulum 2013, 87 persen guru kesulitan cara penilaian. (Online)(http://unnes.ac.id), diakses 18 November 2014.
Tempo. 2014. Kurikulum 2013, Apa Saja Kendalanya?, (Online) (www.tempo.co), diakses16 Agustus 2014.
UNDP. 2014. 2014 human development report. (Online) (http://www.undp.org/content/undp/en/home/librarypage/hdr/2014-human-development-report.html), diakses 5 Maret 2015.
UNESCO. 2011. Education For All Global Monitoring Report. (Online)(http://www.unesco.org/ new/en/education/themes/leading-the-international-agenda/efareport/statistics/efa-development-index/), diakses 5 Maret 2015.
Wiggins, G. P. 1993. Assessing student performance: exploring the purpose and limits oftesting. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 400 ] P a g e
ESTIMASI KESALAHAN PENGUKURAN PERANGKAT SOAL UJI COBA
UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN EKONOMI SMA
DI KABUPATEN BANJARNEGARA
Khotimah MarjiastutiProgram Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kesalahan pengukuran perangkatsoal uji coba UN mata pelajaran ekonomi SMA Tahun Ajaran 2014/2015 diKabupaten Banjarnegara berdasarkan teori respon butir. Analisis data dilakukanberdasarkan respon peserta didik terhadap perangkat soal uji coba UN matapelajaran ekonomi SMA tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 809 lembar yangdiperoleh dari 13 SMA negeri dan swasta. Metode yang digunakan yaitu TeoriRespon Butir (Item Respond Theory). Hasil analisis menunjukkan perangkat soalcocok dengan model Teori Respon Butir 1 Parameter Logistik. Berdasarkanmetode tersebut, nilai estimasi kesalahan pengukuran terkecil pada soal paket 1terjadi pada siswa dengan θ=0 dengan nilai sebesar 0,1990 sedangkan nilai estimasi terbesar terjadi pada siswa dengan θ=+3 dengan nilai sebesar 1,0320. Nilai estimasi kesalahan pengukuran terkecil pada soal paket 2 terjadi padasiswa dengan θ=0 dengan nilai sebesar 0,2005, sedangkan nilai estimasi terbesar terjadi pada siswa dengan θ=+3 dengan nilai sebesar 1,0073. Hal ini menandakan bahwa perangkat soal yang disusun oleh MGMP ekonomi lebihcocok diberikan kepada siswa dengan kemampuan sedang.
Kata kunci: perangkat soal, kesalahan pengukuran, teori respon butir.
PENDAHULUAN
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk
sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang.
Kesepakatan tersebut dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi
Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah
ASEAN sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan serta meningkatkan
kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diberi nama Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) memungkinkan suatu negara akan dengan mudahnya melakukan jual-beli
barang dan jasa dengan negara lain di Asia Tenggara, sehingga secara otomatis
persaingan akan semakin ketat.
Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau
jasa, tetapi juga tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, guru dan
lain sebagainya. Dengan demikian, dengan adanya MEA maka akan semakin membuka
peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai profesi di Indonesia. Sudah siapkah
tenaga kerja Indonesia bersaing dengan negara lain di Asia Tenggara?
Salah satu tenaga profesional yang akan bersaing di era MEA adalah guru. Guru-
guru di Indonesia diharapkan siap untuk bersaing dengan guru-guru asing. Oleh karena
itu, tentu harus diikuti dengan kesiapan guru untuk meningkatkan kualitas, kemampuan
Miller, P. W. (2008). Measurement and teaching. Muster: Partric W. Miller & Association.
Tighe, J., McManus, I. C., Dewhurst, N. G., Chis, L., & Mucklow, J. (2010) The Standard Errorof Measurement is a more Appropiate Measure of Quality for Postgraduate MedicalAssessments Than is Reliability: An Analysis of MRCP (UK) Examinations. BMCMedical Education, 10:40.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 408 ] P a g e
EVALUASI PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK
DALAM KAITANNYA DENGAN KESIAPAN SDM MENGHADAPI MEA
Alita Arifiana AnisaPenelitian dan Evaluasi Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
AbstrakPenelitian ini merupakan penelitian evaluasi. Penelitian ini berfokus untukmengevaluasi penerapan penilaian otentik dalam kaitannya dengan upaya untukmempersiapkan SDM Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA) di SMK N 1 Wonosari, sekolah pilot project kurikulum 2013 di DaerahIstimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian ini dilakukan dengan telaah dokumenguru, wawancara dan kuesioner. Hasil telaah dokumen dan kuesioner dianalisistingkat kecenderungannya dan diklasifikasikan menjadi 4 kategori sedangkandata yang diperoleh melalui wawancara dianalisis secara kualitatif untukmendukung data yang terkumpul melalui dokumen dan kuesioner. Berdasarkananalisis yang dilakukan, penerapan penilaian otentik di SMK N 1 Wonosaritermasuk dalam kategori sangat sesuai dengan perolehan skor mencapai 2,62didukung dengan capaian skor persepsi siswa sebesar 3,09 yang termasuk dalamkategori sesuai. Kendala yang dihadapi guru berkaitan dengan perumusanrancangan penilaian sikap spiritual mulai dari perumusan indikator pencapaian,penyusunan rubrik, pemilihan teknik penilaian hingga penyusunan instrumentyang tepat.
Kata Kunci: Penilaian Otentik, Masyarakat Ekonomi ASEAN
PENDAHULUAN
Pada tahun 2013 lalu, pemerintah merilis gebrakan baru dalam dunia pendidikan.
Gebrakan tersebut adalah kurikulum baru yang diberi nama kurikulum 2013, pemerintah
melalui peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan mengemukakan bahwa
perubahan tersebut merupakan misi untuk menyempurnakan upaya Indonesia untuk
mempersiapkan diri menghadapi tantangan internal maupun external. Salah satu
tantangan yang menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA).
MEA merupakan komitmen untuk mewujudkan integrasi ekonomi negara-negara
ASEAN yang bertujuan untuk meminimalisir kesenjangan antar negara. Dengan adanya
MEA akan banyak peluang sekaligus risiko yang dihadapi Indonesia, yaitu competition
risk, exploitation risk dan employment risk (Baskoro, 2014). Competition risk di mana
tidak akan ada lagi hambatan dalam melakukan perdagangan, ekspor akan melimpah,
begitu juga dengan impor. Barang-barang impor dengan harga murah dan kualitas tinggi
akan mengancam industri lokal meskipun industri lokal akan mendapatkan peluang yang
sama untuk mengekspansi pasar ASEAN. Exploitation risk, investasi akan terbuka lebar
dan menstimulus pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain peluang asing untuk
mengeksploitasi sumber daya Indonesia kian terbuka, didukung dengan potensi sumber
daya alam Indonesia yang lebih banyak jika dibandingkan dengan negara lain.
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa meskipun secara keseluruhan instrument
penilaian keterampilan lebih sesuai dengan prinsip penilaian otentik, namun ternyata
untuk indikator kesesuaian dengan konteks nyata instrument pengetahuan lebih sesuai.
Dalam rangka memfasilitasi peserta didik dengan simulasi yang semirip mungkin
dengan kasus yang akan mereka hadapi di kehidupan profesionalnya dibutuhkan
instrument penilaian yang berbasis kinerja yang kompleks. Berbasis kinerja artinya
benar-benar mampu untuk mengukur seberapa baik kinerja yang dilakukan peserta didik
dalam rangka menyelesaikan suatu permasalahan. Kompleks artinya dalam
menyelesaikan permasalahan, peserta didik harus mampu memadukan seluruh
kompetensi yang dimilikinya sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu
kemampuan guru untuk mengkonstruksi instrument penilaian yang baik menjadi penting
dalam kaitannya untuk menyiapkan SDM Indonesia dalam menghadapi MEA.
SIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
penilaian otentik di SMK N 1 Wonosari program keahlian keuangan tergolong sesuai
dengan perolehan skor mencapai 2,62 dari maksimal skor 3. Kesenjangan sebesar 0,38
berasal dari ketidaksesuaian rancangan penilaian sikap spiritual yang dilakukan guru.
Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya indikator pencapaian, teknik dan instrument
kompetensi sikap spiritual. Selain itu, persentase butir yang terpadu dan berbasis kinerja
juga minim. Berdasarkan simpulan tersebut, rekomendasi yang dapat menjadi
pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan adalah:
1. Perlu dilakukan penyamaan persepsi antarpraktisi pendidikan tentang bagaimana
mengukur kompetensi sikap spiritual siswa, khususnya yang berkaitan dengan rubrik
penilaian.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 418 ] P a g e
2. Perlu dilakukan pelatihan penyusunan instrument penilaian pengetahuan dan
ketrampilan yang kontekstual, terpadu, berkesinambungan, berbasis kinerja dan
memotivasi siswa untuk mengelola kemampuan High Order Thinking (HOT)-nya.
3. Perlu dilakukan identifikasi kekhasan dan kekuatan SDM Indonesia yang mungkin
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, Arya. (2014). Peluang, Tantangan, dan Resiko Bagi Indonesia dengan AdanyaMasyarakat Ekonomi ASEAN. Diakses dari http://crmsindonesia.org/node/624.pada tanggal 25 April 2015
Fitzpatrick, J.L., Sanders, J.R., & Worthen, B.R., (2011). Program Evaluation AlternativeApproaches and Practical Guidelines (4th ed.). New Jersey: Pearson.
Gulikers, Judith T.M, Bastiens, Theo J, Kirschner, Paul A. (2004) A Five-DimensionalFramework for Authentic Assessment. Journal of Educational Technology,Research and Development, 52, 67-86.
Kunandar. (2014). Penilaian Otentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik BerdasarkanKurikulum 2013) (Ed.Rev). Jakarta: Rajawali Press.
Lund, Jacalyn. (1997). Authentic Assessment: It’s Development and Applications. Journalof Physical Education, Recreation & Dance. 68, 25-40.
Mardapi, D (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: MitraCendikia Press.
Reynolds, C.R, Liwingston, R.B, Willson, V., (2009). Measurement and Assessment inEducation (2nd ed.). New Jersey: Pearson.