MINGGU, 14 OKTOBER 2018 G ereja Katedral Semarang memiliki nama resmi Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci. Gereja ini dibangun dan direnovasi oleh seorang arsitek Belanda bernama J. Th. Van Oyen dibantu oleh kon- struktor Kleiverde pada tahun 1927 kemudian mulai digunakan pada tahun 1928. Bergaya arsitektural gothic, gaya arsitektural atau langgam khas dari Katedral dan gereja-gereja di Eropa. Arsitektur gothic timbul pada abad perte- ngahan dengan menampilkan kemegahan, keku- atan, dan kebesaran dari bangunan itu sendiri melalui material maupun fasade-nya. Gereja-gereja pada masa itu dibuat dengan langgam gothic untuk memperlihatkan betapa besar kuasa Tuhan dan beta- pa tingginya harapan serta asa untuk mencapai surga yang tercermin dari bentuk fasade dan bangunan yang menjulang tinggi. Namun periodisasi pemba- ngunan Gereja Katedral Semarang yang dimu- lai pada tahun 1920an dimana gaya arsitektural atau langgam yang bermunculan pada masa itu (setelah periode 1900) di Indonesia adalah langgam yang dinamis dengan iklim dan budaya setempat namun tidak meninggalkan kesan gothic dari Gereja-Gereja Katedral di Eropa. Langgam masa itu terkesan eklektis atau memasukkan unsur-unsur langgam ter- dahulunya, sehingga Gereja Katedral tidak murni memiliki langgam gothic.Gereja Katedral Semarang ini memiliki ornamen yang lebih mini- malis, yang lebih menyatu dengan budaya dan iklim tropis di Semarang atau dapat disebut dengan langgam neogothic. Gereja Katedral Semarang berorientasi ke arah barat-timur dengan pintu masuk utama bermaterial kayu dengan lebar hampir 6 meter yang berada di sisi barat bangunan. Sisi bangunan yang lebih pan- jang menghadap ke utara-selatan, hal tersebut mem- buktikan bahwa gereja ini sudah tanggap dengan iklim tropis di Indonesia. Mengapa? Karena mata- hari terbit dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat, sehingga radiasi matahari akan lebih tinggi di sisi barat-timur, sedangkan sisi bangunan yang lebih panjang dimana terdapat lebih banyak jendela dan bukaan yakni sisi utara-selatan akan mema- sukkan cahaya matahari, bukan radiasi panasnya. Tritisan Lebar Bangunan ini pun sudah memiliki tritisan yang cukup lebar sebagai jawaban atas musim hujan dan panas, bukti dari teknologi perancangan bangunan yang sudah memikirkan keadaan setem- pat. Katedral Semarang memiliki fasade yang menjulang tinggi dengan sebuah menara yang ikonik beratap tumpang. Badan bangunan tak dipungkiri lagi memperlihatkan material yang kokoh dan dinding yang tebal. Buttress atau kolom yang menyatu dengan dinding bagian luar bangun- an juga terlihat apik dengan hiasan bak luncuran. Tak banyak detail ornamen pada bangunan ini karena memang untuk menonjolkan kesan kokoh dan megah, namun tetap terlihat cantik dengan jendala kaca patrinya. Ornamen yang ada hanyalah colonial casing yakni molding atau vari- asi tepian dinding, kolom, pintu, jendela maupun bagian lain dari bangunan yang berbentuk salib. Pada bagian luar sisi utara gereja terdapat taman doa dimana ada patung Bunda Maria yang sedang menggendong kanak-kanak Yesus dan juga Pieta (Bunda Maria yang memangku Yesus yang telah wafat). Pada sisi utara terdapat banyak pepohonan ridang dan juga taman, sedangkan bagian selatan bangunan dioperasionalkan menjadi lahan parkir. Memasuki bagian dalam gereja, akan disug- uhkan dengan interior yang luas tanpa kolom. Flying buttress yang melayang sebagai penyangga struktur bangunan pun tersimpan rapi, hanya terli- hat sedikit di tepian bagian dalam bangunan. Ruang umat terasa lapang seakan memberi arti betapa kecilnya manusia. Balkon atau beranda lan- tai 2 yang berada di sisi barat gereja dipakai juga sebagai ruang umat. Di dalam gereja terdapat 4 ruang pengakuan dosa yang berada di tengah sisi utara dan selatan bangunan, tepatnya di samping kiri dan kanan pintu masuk utara dan selatan. Ada satu hal yang mungkin lolos dari perhatian bahwa Katedral Semarang ini memiliki lubang ventilasi udara yang berada di bagian bawah bangunan. Lubang ventilasi ini hanya berjarak 38 cm dari lan- tai. Terdapat 4 buah ventilasi bawah bangunan, 2 buah di sisi utara, dan 2 buah lagi di sisi selatan. Ventilasi bawah sangatlah berpengaruh pada kon- disi termal gereja ini karena memasukkan udara dingin yang notabene memiliki tekanan yang lebih tinggi dan berada di bawah. Dengan adanya venti- lasi bawah, udara dingin akan masuk dan udara panas akan dikeluarkan melalui lubang pada lan- git-langit dan jendela (stack ventilation). (53) —Augi Sekatia, IAI, Arsitek dan Mahasiswi Program Doktor Ilmu Arsitektur dan Perkotaan Universitas Diponegoro Bagi warga Kota Semarang, siapa yang tak pernah melewati bundaran Tugumuda. Bangunan ikonik Kota Semarang itu dikelilingi oleh beberapa bangunan khas kolonial Belanda seperti gedung Lawangsewu yang terkenal, Wisma Perdamaian, Museum Mandala Bhakti, dan sebuah Gereja megah yang sering disebut Gereja Katedral Semarang. K ota Yokohama berada di Prefektur Kanazawa dekat kota Tokyo, merupakan kota pela- buhan di Jepang. Kota modern ini merupakan kota yang cukup sibuk dan banyak dikunjungi oleh wisatawan asing. Tempat tujuan wisata antara lain China Town, pelabuhan Yokohama dan taman kota Yamashita. Tidak seperti halnya kota pelabuhan di tem- pat lain yang berkesan kotor , kota pelabuhan Yokohama ini sangat bersih dan teratur. Taman kota yang cantik ini berada di tepi laut Yokohama dan berdekatan dengan fasilitas pelabuhan dan terminal. Disekitarnya berdiri hotel-hotel mewah. Taman ini cukup ramai dikunjungi wisatawan dan warga kota Yokohama. Taman seluas 74000 m2 ini mempunyai fasilitas ruang terbu- ka, sitting group, lavatory umum, plaza serta area pejalan kaki. Yang menjadi landmark kawasan ini adalah Kapal Hikawa Maru yang tertambat di pelabuhan ini sejak 1985. Kapal ini cukup menarik perhatian dan menjadi obyek latar belakang untuk berfoto. Taman Yamashita merupakan taman aktif , yang artinya taman ini memang dibangun untuk mewadahi aktifitas ruang luar warga kota Yokohama. Pengguna taman bebas beraktifitas di rerumputan, namun tidak merusak taman bunga di sekitarnya. Taman ini juga bisa disebut sebagai taman rekreasi, warga tidak hanya menikmati suasana alami taman, namun juga bisa menikmati atraksi di berbagai sudut taman berupa atraksi sulap, atraksi samurai, dan berbagai atraksi lainnya. Taman cantik ini dihiasi dengan aneka bunga berwarna warni, wisatawan dapat menikmatinya di musim panas. Rerumputan yang terhampar luas dimanfaatkan warga untuk duduk -duduk dan piknik. Pepohonan di taman membuat sejuk lingkungan sekitarnya. Elemen estetik taman turut menambah keindahan, antara lain bangku taman, pergola, tiang lampu, pot tanaman, dan lain-lain yang didesain dengan cantik. Taman ini juga dileng- kapi dengan keran air minum yang higienis meski tempatnya di ruang terbuka. Fasilitas tempat sampah jarang ditemui kare- na kebiasaan orang Je- pang untuk membawa pulang sampah ke rumah. Dengan kebiasaan itu, lingkungan menjadi bersih dari sampah walaupun jarang ditemukan tempat sampah di ruang publik. Menurut Sup- tandar (2008) arsitektur perta- manan identik dengan upaya menciptakan keindahan alam buatan. Keindahan itu sendiri bersi- fat relatif antara masyarakat yang satu dengan yang lain, yang banyak di- pengaruhi oleh sikap sosial budaya masing- masing masyarakatnya. Hal ini cukup sesuai dengan budaya Jepang yang menguta- makan kebersamaan dan hubungan baik antar manusia dan lingkungannya. Masyarakat pengguna taman dapat ikut menjaga dan merawat lingkungannya dengan baik sehingga taman nan cantik dapat dinikmati dengan nyaman oleh pen- gunjung. (53) —Anityas Dian Susanti, IAI, AA, Pengurus IAI Jawa Tengah, Dosen Arsitektur Universitas Pandanaran Semarang