Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah Nabi yang
sangat dicintai oleh umatnya. Bagaimana kita tidak mencintainya ?!
sedangkan beliau adalah Nabi yang diutus oleh Allah Taala sebagai
nikmat dan rahmat bagi semesta alam ini. Nabi yang diutus untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kesesatan menuju cahaya
Islam yang penuh kemuliaan. Nabi yang lemah lembut beserta
sifat-sifat lainnya yang terpuji, yang dianugerahkan oleh Allah
Subhanahu wa Taala kepadanya dan Nabi yang sangat menyayangi
umatnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia)
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat
berbelas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman
(QS. at-Taubah [9 ]: 128)
Banyak orang yang sangat mencintainya, mengidolakannya, dan
mengagungkannya. Namun terkadang kecintaan dan pengagungan
tersebut, disalurkan dengan cara yang salah dan cara-cara yang
tidak diajarkan olehnya bahkan menyelisihi jalannya. Oleh karena
itu, kecintaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
haruslah didasari dengan cara yang benar dan sesuai dengan apa yang
telah beliau ajarkan kepada umatnya. Di antara cara-cara mencintai
beliau adalah mentaati apa yang beliau perintahkan sebagai
konsekuensi syahadat Asyhadu
204Tahun ke-5 no.9 Rabiul Awal 1436 H
Aqidah
Edisi 204Tahun ke-5 no.9 Rabiul Awal 1436
anna muhammadarrasulullah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah di dalam kitab al-Ushul Ats Tsalatsah hal. 14,
menjelaskan makna syahadat kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam tersebut, yaitu:
Mentaati apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang
beliau kabarkan, meninggalkan segala yang beliau larang dan tidak
beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang telah beliau
syariatkan
Begitulah seharusnya seorang yang mengaku mencintai Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yaitu melaksanakan segala
yang beliau perintahkan dan menjauhi apa-apa yang tidak beliau
perintahkan. Jika ada suatu perkara-perkara baru di dalam Islam,
maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk meniggalkan perkara
tersebut dan tetap berpegang teguh dengan sunnah-sunnah beliau.
Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang kita
melakukan ibadah-ibadah yang tidak beliau perintahkan. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang membuat suatu perkara baru dalam agama kami
yang tidak ada dalam ajaran kami, maka hal tersebut tertolak (HR.
Bukhari 2697 dan Muslim 1718)
Maka hendaklah kita menjadi orang-orang yang mencintai beliau
dengan benar, sehingga beliau pun mencintai kita dan rindu untuk
bertemu dengan kita, sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits
tentang keinginan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk
bertemu saudara-saudaranya yang akan datang pada generasi setelah
beliau.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam pernah mendatangi perkuburan lalu bersabda: Semoga
keselamatan terlimpahkan atas kalian penghuni kuburan kaum
mukminin, dan Insyaallah kami akan bertemu kalian, sungguh aku
sangat menginginkan agar kita dapat bertemu dengan saudara-saudara
kita. Para sahabat bertanya: Bukankah kami ini saudara-saudaramu
wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: kamu semua adalah
sahabat-sahabatku sedangkan saudara-saudara kita adalah mereka yang
belum datang (terlahir). Para sahabat bertanya: Lalu bagaimana
engkau bisa mengenali mereka wahai Rasulullah ?. Beliau menjawab:
Apa pedapat kalian, seandainya seorang laki-laki memiliki seekor
kuda yang berbulu putih didahi dan di kakinya. Apakah dia akan
mengenali kudanya tersebut?. Mereka menjawab: Tentu, wahai
Rasulullah. Beliau
bersabda: Mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih
bercahaya karena bekas wudhu. Aku mendahului mereka ke telaga.
Ingatlah ! ada sekelompok orang yang akan dihalangi dari datang ke
telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat. Aku memanggilnya,
kemarilah kamu semua maka dikatakan, sesungguhnya mereka telah
menukar ajaranmu setelah kamu meninggal. Maka Aku berkata, Pergilah
kamu dari sini. (HR. Muslim 584)
Itulah saudara-saudara beliau yang sangat beliau rindukan, yaitu
orang yang mengikuti ajaran-ajarannya dan tidak menambah selain apa
yang telah beliau berikan. Maka dari itu wahai kaum Muslimin.
Hendaklah kita tetap berpegang teguh dengan ajaran-ajaran yang di
perintahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kecintaan
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang haqiqi tidaklah
diwujudkan dengan lisan atau tulisan saja, tidak juga diwujudkan
dengan hanya memperingati hari kelahiran beliau setiap tahunnya.
Tapi, wujud kecintaan yang haqiqi adalah dengan mengikuti apa-apa
yang beliau perintahkan dan menjauhi hal-hal yang beliau larang.
Sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, mereka hanyalah
mencontoh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam beribadah
dan tidak melakukan suatu bentuk peribadatan kecuali diperintah
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.Berikut inilah gambaran
bagaimana para sahabat hanya mengerjakan ibadah yang dicontohkan
oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam:
:- : : Dari Abbas bin Rabiah beliau berkata: Aku melihat Umar
bin Khattab mencium Hajar Aswad dan beliau berkata: Sesungguhnya
aku mengetahui bahwasannya kamu adalah batu yang tidak dapat
memberi manfaat ataupun bahaya. Sekiranya aku tidak pernah melihat
nabi menciummu niscaya aku tidak akan pernah menciummu. (HR.
Bukhari 1597 dan Muslim 1270)
Kita boleh mengaku mencintai Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam namun hendaklah kecintaan tersebut diwujudkan dengan
sesuatu yang benar dan beliau ridhoi. Sehingga kecintaan kita
tersebut tidak bertepuk sebelah tangan dengan cinta Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang
mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan dicintai oleh
beliau. Amin. Wallahu'alam.
RALAT EDISI 202 hal. 4 Barangsiapa bertemu Allah dan dia dalam
keadaan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, maka dia masuk
surga, dan barangsiapa bertemu kapada Allah dalam keadaan
menyekutukannya dengan sesuatu, maka dia masuk neraka. (HR. Muslim
93)
Edisi 204Tahun ke-5 no.9 Rabiul Awal 1436 H
Edisi 204Tahun ke-5 no.9 Rabiul Awal 1436 H
Ditulis oleh : Muhammad Danu