Top Banner

of 179

BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

Feb 27, 2018

Download

Documents

DheedheeWuelan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    1/179

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK

    A. Pengertian dan Kedudukan Anak

    Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan kedua setelah

    ayah dan ibu.1Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca mata hukum. Ia

    tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi dengan usia.

    Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak yang belum

    mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di

    bawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut dari kekuasaan.2

    Pengertian ini bersandar pada kemampuan anak, jika anak telah mencapai umur 18tahun, namun belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka ia termasuk katagori

    anak. Namun berbeda apabila ia telah melakukan perbuatan hukum, maka ia telah

    dikenai peraturan hukum atau perUndang-Undangan.

    Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang yang belum

    mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.3Dalam perspektif Undang-

    Undang Peradilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah

    mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum

    pernah kawin.4Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam pasal

    WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm. 38-39.

    Pasal 47, UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    2/179

    Pasal 1 (2), UU. No. 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak.

    Pasal 1 (1), UU. No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.

    22

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    3/179

    23

    98 (1) dikatakan bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa

    adalah usia 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental

    atau belum pernah melangsungkan perkawinan.5Adapun pengertian anak menurut

    Pasal 45 KUHP adalah orang yang belum cukup umur, yaitu mereka yang

    melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum umur 16 (enam belas) tahun.6

    Sedangkan dalam Konvensi Hak Anak (KHA), anak adalah setiap manusia yang

    berusia dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku

    bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah mencapai lebih awal.7

    Dengan demikian pasal ini mengakui bahwa batas usia kedewasaan dalam aturan

    hukum sebuah Negara mungkin berbeda dengan ketentuan KHA. Dalam kasus

    ini Komite Hak Anak menekankan agar Negara meratifikasi KHA

    menyelaraskan peraturan-peraturan hukumnya dengan KHA. Dari pengertian ini

    tidak terlihat permulaan atau dimulainya status anak. Apakah sejak anak tersebut

    lahir, ataukah sejak anak tersebut masih dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini

    KHA tidak menyebutkan secara tegas. Tetapi dalam bagian mukadimah,

    dinyatakan bahwa anak dikarenakan ketidakmatangan jasmani dan mentalnya

    memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan

    hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahirannya.8Pada prinsipnya pokok

    Instruksi Presden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:

    Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan

    Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam, 2001), hlm. 50.

    Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia, (Jakarta: Sinar

    Grafika,1993), hlm.19.

    KHA, Pasal 1.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    4/179

    Lihat mukadimah KHA pada Darwin Prinst,Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Aditya Bakti,

    2003), hlm. 103-104.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    5/179

    24

    pikiran yang harus dipegang adalah bahwa Negara yang meratifikasi KHA harus

    memajukan dan melindungi kepentingan dan hak anak sebagai manusia hingga

    mereka bisa mencapai kematangan mental dan fisik

    Dalam perkembangan anak diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Pertama,

    anak sah, yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawian yang sah atau

    hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri

    tersebut.9Kedua, anak terlantar, yaitu anak yang tidak memenuhi kebutuhannya

    secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Ketiga, anak yang

    menyandang cacat, yaitu anak yang mengalami hambatan secara fisik dan atau

    mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.

    Keempat, anak yang memiliki keunggulan, yaitu anak yang mempunyai

    kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan atau bakat luar istimewa.

    Kelima, anak angkat, yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

    kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung

    jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut kedalam

    lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atas penetapan

    pengadilan. Keenam, anak asuh, yaitu anak yang diasuh oleh seseorang ataulembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan

    kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu

    menjamin tumbuh kembangnya anak secara wajar.10

    Sedangkan dalam Undang-Undang peradilan anak dikatakan bahwa pengertian

    dari anak nakal adalah anak yang melakukan pidana atau anak yang

    KHI, Pasal 99.

    Pasal 1, Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    6/179

    25

    melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut

    peraturan perUndang-Undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang

    hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun, dalam perkara

    anak nakal ini hanya bisa diajukan ke pengadilan apabila telah mencapai umur 8

    (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan

    belum pernah kawin.11

    Dan sesuai asas praduga tak bersalah, maka seorang anak

    nakal yang sedang dalam proses pengadilan tetap dianggap sebagai tidak

    bersalah sampai adanya putusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatanhukum tetap. Batas usia 8 tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang

    anak berdasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan pedagogis,

    bahwa anak yang belum mencapai usia 8 tahun dianggap belum dapat

    mempertanggung jawabkan perbuatannya.

    Dalam GBHN telah dijelaskan bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa dan

    sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan dan dibina

    sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa. Dan

    walaupun anak dilahirkan oleh orang tua, namun pada hakekatnya anak merupakan

    individu yang berbeda dengan siapapun, termasuk dengan kedua orang tuanya.

    Bahkan anak memiliki takdirnya sendiri yang belum tentu sama dengan orang

    tuanya.12

    Dengan demikian maka jelaslah anak merupakan mahluk independen. Hal

    ini perlu disadari sehingga orang tua tidak berhak untuk memaksakan kehendaknya

    pada anak, biarkan anak tumbuh dewasa dengan suara

    Pasal 1 dan 2, Undang-Undang Nomer 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.

    M. Nipan Halim,Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001),

    hlm. 21.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    7/179

    26

    hati nuraninya. Orang tua hanya memantau dan mengarahkan agar jangan

    sampai menyusuri jalan yang sesat.13

    Orang tua hanya berkewajiban berusaha,

    yaitu agar anak tumbuh dewasa menjadi kepribadian yang shaleh dengan

    merawat, mengasuh, dan mendidiknya dengan pendidikan yag benar.

    Kedudukan anak, berhubungan dengan status yang disandangnya. Istilah status

    itu hampir sama dengan kedudukan. Secara literal, kata status berarti

    kedudukan.14

    Namun dalam kamus Bahasa Idonesia, kata status berarti

    keadaan, tingkatan, organisasi, badan atau Negara dan sebagainya.15

    Adapun

    kata kedudukan adalah keadaan dimana seseorang itu hidup menunjukan

    kepada suatu hubungan kekeluargaan tertentu.16

    Maka status anak sah yang

    dimaksudkan sebagai pandangan hukum terhadap anak sah. Sedangkan

    kedudukan anak sah menunjukan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.

    Kedudukan anak dalam Islam sangat tinggi dan mulia, al-Quran memposisikan

    anak sebagai perhiasan dunia,17

    anak juga sebagai hiburan.18

    Namun harus disadari bahwa penilaian yang begitu tinggi dan mulia terhadap anak

    manusia, hanya dimiliki oleh anak-anak yang memiliki predikat sebagai anak yang

    sah dari pasangan suami isteri yang terikat dalam perkawinan yang sah. Hal

    Ibid., hlm. 23.

    John M. Echols Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet. Ke-XX, (Jakarta: Gramedia,

    1992), hlm. 554.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    8/179

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, cet. Ke-II, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 1982), hlm. 1310.

    HFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, terj. IS. Adiwinarta, jil ,cet. Ke IV, (Jakarta:

    Raja Grafindo, 1996), hlm. 60.

    Al-Kahfi (18): 46.

    Al-Furqan (25): 74.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    9/179

    27

    ini tidak berarti bahwa anak diluar nikah (anak zina) menempati posisi yang

    rendah.19

    Karena anak ini juga anak manusia yang memiliki hak-hak

    kemanusiaan untuk mendapatkan jaminan hukum sesuai dengan statusnya,

    sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak.20

    Perlindungan terhadap anak sesuai

    dengan kedudukannya itulah yang bisa dijadikan dasar untuk memberikan hak-

    hak anak secara proposional berdasarkan status keabsahannya. Hanya saja, hak-

    hak anak yang bisa dimiliki anak zina jelas berbeda dengan hak anak yang

    berstatus sebagai anak sah.

    Nabi menegaskan bahwa suami yang melian isterinya dan menolaknya anaknya,

    maka isterinya harus dicerai dan anak itu hanya dihubungkan dengan nasab

    ibunya.21

    Hal inilah yang menjadi dasar bagi para ulama, bahwa anak zina hanya

    bisa dihubungkan melalui nasab ibunya.22

    Untuk itulah Kompilasi Hukum Islam

    (KHI) menetapkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai

    nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.

    23

    19Anak merupakan titipan Allah dan hanya sebatas akibat tidakan a-moral yang dilakukan oleh

    ayah dan ibunya. Dia tidak memiliki atau menanggung dosa yang diperbuat oleh ayah dan ibunya.

    Lihat QS. Al-Najm (53): 38.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    10/179

    Lihat terjemahan Convention on the Right of thr Child (Konvensi Hak Anak), pasal 2 ayat (2),

    dalam M. Joni dan Zulchaina Z Tanamas,Aspek Hukum Perlindungan Anak dalamPerspektif

    Konvensi Hak Anak, cet. Ke-I (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 136.

    H.R. Buchairi. Lihat al-Buchairi, Sahih al-Buchairi, Jil. III, jil. VI, hlm. 181.; Al-Suyuti, Sunan

    al-Nasai bi Syarh al-Hafiz Jalal al-Din al-Suyuti, ji. III, jil. VI, (Beirut: Dar al-Kutub al-

    Ilmiyah, t.t.), hlm. 178.

    Ibn Rusyd,Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, jil. II, (Mesir: Mustafa al-Babi al-

    Halabi, 1960), hlm. 358.

    Pasal. 100, , Kompilasi Hukum Islam.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    11/179

    28

    Aturan hukum seperti itu berbeda dengan aturan yang terdapat dalam hukum

    perdata sebagai hukum positif di Indonesia. Anak tidak sah, yang oleh hukum

    positif diistilahkan dengan anak luar nikah24

    atau menurut Hukum Islam disebut

    dengan anak zina, bila disahkan atau mendapatkan lembar pengesahan akan

    memiliki hubungan perdata dengan ibunya maupun dengan ayahnya, meskipun

    penguasa anak tersebut adalah walinya.25

    Hubungan keperdataan anak luar

    kawin terjadi setelah mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Hubungan itupun

    hanya terbatas sampai hubungan ibunya dan ayahnya saja. Anak ini tidak

    memiliki kakek dan nenek baik dari garis ayahnya maupun dari garis ibunya

    terus keatas.26

    Dari pengertian inilah hukum positif membolehkan upaya

    pengakuan dan pengabsahan.

    Berkenaan dengan kedudukan anak yang dilahirkan dari perkawinan campuran,

    pasal 29 Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan apabila terjadi

    perkawinan campuran antara warga Republik Indonesia dengan warga Negara asing,

    anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh

    Anak luar nikah menurut Hukum Perdata ada tiga macam; (1) Anak alam (pelaku zina sama-sama

    belum menikah dan tidak ada larangan untuk kawin), (2) anak zina (pelaku zina atau salah

    satunya sedang dalam ikatan perkawinan), dan (3) anak sumbang (pelaku zina masih ada

    hubungan darah sehingga dilarang kawin). Anak luar nikah (anak alam) dibedakan dari anak zina

    dan sumbang. Dua jenis anak terakhir ini tidak bisa memiliki hubungan dengan ayah dan ibunya.

    Bila anak tersebut terpaksa disahkanpun tidak ada akibat hukumnya. Lihat KUH Perdata pasal

    bandingkan dengan Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 130. Kedudukan anak itu sangat

    menyedihkan. Namun pada prakteknya dijumpai hal-hal yang meringankan, karena biasanya anak

    zina dan sumbang hanya diketahui oleh pelaku zina saja itu sendiri. Asal anak lahir dalam

    keadaan ibunya terikat perkawinan yang sah, otomatis menjadi anak sah. Oleh karena itu

    kecenderungan hukum perdata itu membolehkan pengabsahan anak. Sedangkan menurut al-

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    12/179

    Quran, selain anak sah adalah anak zina (tidak sah). Lihat Abdurrouef, al-Quran dan Ilmu

    Hukum,(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 96.

    KUH Perdata, Pasal 409.; Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 131.

    KUH Perdata, Pasal 281 atau Pasal 336 BW. Bandingkan dengan Vollmar, PengantarStudi, hlm.126-127.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    13/179

    29

    kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan

    perUndang-Undangan yang berlaku.27

    B. Pemeliharaan Anak

    Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya di atas bahu

    kedua orang tuanya, selain merawat secara fisik, juga meliputi akulturasi ke

    dalam nilai-nilai Islami dan sosialisasi ke dalam umat. Syariat menegaskan

    bahwa orang tuanya harus mendidik anaknya tentang ritual Islam serta hukum

    dan etika Islam dan tentang menjadi bagian dari umat. Bila tidak sanggup atau

    gagal, maka masyarakatlah yang harus bertanggung jawab. Orang tua

    membacakan syahadat ketika anaknya baru lahir, menamainya dengan nama

    baik, menyunatkannya apabila anaknya laki-laki dan mengajarkan membaca al-

    Quran secara benar. Orang tua mendidik anaknya supaya berbakti kepada

    keluarga dan masyarakat, membetulkan apabila ia melakukan kesalahansertamenasihati dan memberinya contoh yang baik. Syariat menegaskan supaya anak

    menghormati dan mematuhi orang tua serta orang yang lebih tua darinya, dan

    membantu mereka.28

    Mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti wajibnya orang tua

    memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini harus dilaksanakan demi

    kemaslahatan dan keberlangsungan hidup anak. Syariat Islam, dalam hubungannya

    dengan hak anak untuk mendapatkan pengasuhan dan

    Pasal 29 ayat (1), Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    14/179

    Ismail R. Al-Faruqi,Altar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang, (Bandung:

    Mizan, 2003), hlm. 185.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    15/179

    30

    perawatan, menuntut agar setiap orang yang berkewajiban memenuhi tugas ini

    agar melakukannya dengan ikhlas (sepenuh hati). Makanya hak asuh atas anak

    kecil (bayi) pada tahap pertama ini hendaknya dilakukan oleh seorang ibu

    (wanita), karena ia secara umum, dengan fitrah yang ditumbuhkan oleh Allah

    dalam jiwanya, dipandang lebih mampu dalam memenuhi kebutuhan bayi pada

    usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan, belaian kasih saying,

    kebutuhan bayi pada usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan,

    belaian kasih sayang, perhatian, dan perlindungan.

    Sebagaimana telah diketahui bahwa menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

    anak adalah orang yang belum genap berusia 21 (dua puluh satu) tahun dan belum

    pernah menikah dan karenanya belum mampu untuk berdiri sendiri.29

    Ketentuan ini berlaku sepanjang anak tidak mempunyai cacat fisik maupun

    mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Oleh karena ituperbuatan segala hukum yang dilakukan oleh anak diwakili oleh kedua orang

    tuanya, baik didalam maupun diluar pengadilan. Dalam hal kedua orang tuanya

    tidak mampu menunaikan kewajiban tersebut, maka Pengadilan Agama dapat

    menunjuk seseorang kerabat terdekat untuk melaksanakannya.

    Pasal 45 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, mewajibkan orang tua (ayah dan

    ibunya) untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.

    Kewajiban ini berjalan sampai anak ini kawin atau dapat berdiri sendiri. Demikian

    pula sebaliknya, pada pasal 46 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, anak wajibmenghormati orang tua dan menuruti kehendak mereka yang baik.

    29Pasal 98, Kompilasi Hukum Islam.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    16/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    17/179

    30Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan Dalam Islam, alih bahsa H. Azwir Butun (Bandung:

    Fikahati Aneska, 1992), II: 19.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    18/179

    32

    anak menjelang dwasa (mumayyiz), ketiga, dari awal mumayyiz sampai dewasa

    (baligh), dan keempat, dari awal baligh sampai menjelang meninggal dunia.31

    Selama daur yang dilalui manusia itu dibarengi dengan hak dan kewajiban, baik

    dalam garis vertical maupun horizontal.

    Hak dan kewajiban vertical adalah hubungan manusia dengan Tuhannya sebagai

    sang Khaliq (penciptanya). Sedangkan hubungan horizontal adalah hak dan

    kewajiban terhadap sesame manusia yang terjadi secara alami maupun yang

    dibuat dan direncanakan untuk dan oleh manusia sendiri.

    Diantara hak dan kewajiban horizontal adalah kewajiban memperhatikan hak

    keluarganya, hak suami isteri, dan hak anak-anaknya. Subhi mahmasani

    berpendapat bahwa orang tua memperhatikan hak anak untuk masa depanmereka yaitu hak menyusui, hak untuk mendapatkan asuhan, hak untuk

    mendapatkan nama baik dan kewarganegaraan, hak nafkah atau harta, hak

    pengajaran, serta hak pendidikan, akhlak dan agama.32

    Secara garis besar, hak anak menurut Islam dapat dikelompokkan menjadi 7

    (tujuh) macam, yaitu:33

    a. Hak anak sebelum dan sesudah lahir Allah berfirman:

    Ali Hasaballah, Us l at- Tasyri al- , (Mesir: al- , 1959), hlm. 341.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    19/179

    Subhi Mamasani, Konsep Dasar Hak-hak Asasi Manusia (Studi Pebandingan Syariat Islam dan

    Perundang-undangan Modern) alih bahasa Hasanuddun, (Jakarta: Tintamas Indonesia, 1987),

    hlm. 204.

    Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan, hlm. 11-34. Hak anak dalam fiqh sering dirinci

    menjadi hak nasab, hak radaah, hak hadanah, dan hak nafkah. Lihat Abu Zahrah,

    Asy-Syakhsiyyah, (Kairo: Al-Fikr, 1957), hlm. 451-471.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    20/179

    33

    !"

    Maksud ayat ini, supaya anak memperoleh penjagaan dan pemeliharaan akan

    keselamatan dan kesehatannya. Ditegaskan pula dalam surah at-Talaq (65): 6

    tentang kewajiban sorang suami untuk menjaga isterinya yang sedang hamil

    Islam mengajarkan agar selalu menjaga kehidupan keluarga dari api neraka

    (jalan kesesatan) bahkan demi hak asasi manusia diperintahkan saling menjaga

    antar sesame manusia. Islam juga melarang membunuh perempuan dan anak-

    anak dalam keadaan perang.

    Dalam Islam ada beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada saat

    kelahiran anak, yaitu: 1). Disunnahkan menggembirakan bagi yang melahirkan.

    2). Disunnahkan mengiqamati anak yang baru lahir. 3). Disunnahkan mentahnik

    anak yang baru lahir, dan 4). Disunnahkan mencukur rambut anak yang lahir.

    b. Hak anak dalam kesucian keturunan (nasab).

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    21/179

    Hak nasab(hak atas hubungan kekerabatan atau keturunan) merupakan sesuatu

    yang penting bagi anak. Kejelasan nasab akan sangat penting mempengaruhi

    perkembangan anak pada masa beriutnya. Allah berfirman:

    34

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    22/179

    34

    & ' & % # $

    - ' , +% ) * (

    !/ .

    Hal ini dimaksudkan demi ketenangan jiwa sang anak. Adanya kejelasan nasab

    bagi anak merupakan kebanggaan batin dan agar tidak terjadi kerancuan dan

    kebimbangan dalam masyarakat.36

    c. Hak anak untuk menerima pemberian nama yang baik.

    Diantara tradisi masyarakat yang berlaku ialah ketika seorang anak dilahirkan,

    dipilihlah untuk sebuah nama. Dengan nama tersebut, ia bisa dikenal oleh orang-

    orang disekelilingnya. Dengan syariatnya yang sempurna Islam memperhatikan

    dan mementigkan masalah ini.

    Sehingga nama-nama jelek yang mempengaruhi kemuliaan dan akan menjadi

    bahan ejekan serta cemooh hendaknya dihindari. Nama-nama yang paling utama

    adalah nama-nama para nabi atau nama Abd yang dirangkaikan dengan nama-

    nama Allah SWT, seperti Abd Al-Rahma, Abd Al-Rahim. Bahwa Rasulullah

    bersabda:

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    23/179

    d. Hak anak untuk menerima susuan (radaah)

    Al- (33): 5.

    Untuk memperjelas tentang keturunan, dalam fiqh diterangkan bagaimana cara menentukan

    nasab,yaitu dengan pengakuan, penetapan hakim, dan persaksian. Lihat, Mustafa as-SibaI, asy-

    Syakhsiyyah, (Damaskus: tnp., tt.), hlm. 291-294.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    24/179

    35

    hak ini berdasarkan firman Allah:

    0 ' -

    ' $ ( 1 $ 1 ' ,

    & 7 56 4 3 , $ 2 $

    < ) * ; : 9 $ 8

    = 1 ' ) * ; '

    !> 8 '

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    25/179

    Sebagaimana ayat diatas, ada pula ayat lain yang menerangkan bahwa ada

    keringanan dalam segi beribadah kepada Allah bagi para ibu yang sedang

    menyusui, seperti dalam ibadah puasa.38

    Dalam kondisi tertentu, apabila seorang

    ibu tidak memungkinkan untuk memberikan ASInya kepada anaknya, karena

    kemaslahatan,maka wajib orang tua untuk mencari orang lain untuk menyusui

    anaknya,39

    sebagai pemenuhan hak-haknya untuk mendapatkan ASI.

    e. Hak anak untuk mendapatkan asuhan, perlindungan dan pemeliharaan. Diantara

    berbagai tanggung jawab yang paling menonjol yang

    diperhatikan Islam adalah mengajar, membimbing, dan mendidik anak yang

    berada dibawah tanggung jawabnya. Semua ini merupakan tanggung jawab yang

    Al-Baqarah (2): 233.

    ! "# $ " , (Beirut: Dar al-Fikr, 1403 H/ 1983 M), VII: 143..

    Ibid., hlm. 142.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    26/179

    36

    besar, berat dan penting karena hal ini dimulai sejak anak dilahirkan sampai pada

    masa taklif(dewasa).

    Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan diantara fitrah

    manusia itu adalah ia dianugerahi akal dan kemampuan untuk berpikir, sehingga

    selalu memiliki rasa ingin tahu (curiously). Oleh karena itu dalam Islam,

    manusia tidak saja berhak untuk mendapatkan pendidikan, bahkan mencaripengetahuan adalah suatu kewajiban. Begitu pula dengan anak-anak, dalam

    Islam, orang tua memliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak-

    anaknya.

    Pendidikan anak ini dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan diri anak untuk

    menjalani kehidupannya, karena setiap anak yang dilahirkan iti tidak mengetahui

    apa-apa, sebagaimana firman Allah:

    5'* # : ' $ % *

    " : ' 2 # $ 8 $

    Dalam hal ini dimaksudkan orang tua bertanggung jawab penuh untuk

    memberikan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan

    tanggung jawab ini meliputi;pertama, pendidikan iman, kedua, pendidikan

    moral, ketiga, pendidikan fisik,keempat, pendidikan intelektual,kelima,

    pendidikanpsikologis, keenam, pendidikan social, dan ketujuh, pendidikan seks.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    27/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    28/179

    37

    Oleh karena itu, diperlukan adanya bimbingan, pengarahan dan pengawasan agar

    anak dapat berkembang menuju kedewasaan sebagaimana mestinya. Selain itu,

    pendidikan dalam Islam juga bertujuan untuk memelihara dan menjaga fitrah

    yang dimliki anak itu sendiri, yaitu bersih dan suci, terutama fittrah manusia atas

    agama.41

    Rincian hak anak diatas adalah kebutuhan anak yang harus diperhatikan.

    Kesemuanya itu merupakan pemenuhan kebutuhan anak sejak ia di dalam

    kandungan sampai ia akan menginjak dewasa, baik dari pemenuhan kebutuhan

    fisik maupun nilai-nilai kerohanian (jiwa anak).42

    Karena bagaimanpun,

    mempersiapkan anak agar menjadi generasi yang berkualitas sudah diamanatkan

    dalam al-Quran maupun al-Hadist.

    Dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika !ibn Abi % " yang hany berputri satu.

    Ketika akan meninggal, ia kan mensedekahkan sebagian besar hartanya. OlehRasulullah, hal tersebut dilarang dan diingatkan untuk mensedekahkan sepertiga dari

    hartanya saja, agar dapat diwariskan kepada anaknya. Rasulullah bersabda:

    menyedekahkan sepertiga itu sudah cukupbanyak, sesungguhnya jika kamu

    meninggalkan ahli warismu dalam kekayaan itu

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    29/179

    41Imam an-& ,Sahih Muslim bi Syarh al- an-& ,(Beirut: D r al-Fikr, 1981), VII:113, kitab

    al-! ,bab ' at-Tusamm bi Malik al-Amlak au bi Malik al-

    (, hlm. 458.

    42Nurcholis Madjid, Anak dan Orang tua, Dalam Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina,2000), hlm. 81-89. lihat juga dalam Abdurrahman Mamun, Anakk Dalam Panji Masyarakat,

    Nomor 16 Tahun I (4 Agustus 1997), hlm. 98.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    30/179

    38

    lebih baik bagimu, daripada kamu meninggalkan merea miskin, sehingga mereka

    terpaksa meminta-minta kepada orang lain (HR. Bukhairi).43

    Dengan kata lain, perhatian untuk memberi nafkah secara laya dan baik kepada

    anak adalah aspek yang diperhatikan dalam Islam. Pemenuhan kebutuhan fisik ini

    meliputi sandang, pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan anak untuk

    pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dalam al-Quran juga diingatkan:

    = ' 0

    "" $ =

    Sedangkan aspek non fisik (kebutuhan jiwa) seperti yang sudah dirinci diatas,

    Rasulullah pernah mengingatkan untuk membaguskan nama dan memberi

    pengasuhan dengan penuh kasih sayang serta pengajaran yang baik.

    D. Pihak Yang Berkewajiban dan Bertanggung Jawab Dalam Perlindungan

    Anak

    Agar perlindungan anak terselenggara dengan baik, maka perlu dianut sebuah prinsip

    yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    31/179

    paramount of importance(memperoleh prioritas tinggi) dalam setiap keputusan yang

    menyangkut anak. Prisip the best interest of the childdigunakan dalam banyak hal

    anak adalah korban, termasuk korban dari ketidaktahuan

    43Ali Abdillah Muhammad ibn al-) ( , ) ( ,(ttp., Syrkah & Asia, tt.), II: 125. Hadist diatas

    diriwayatkan oleh ) ( dari Abu Nuaim dari dari

    ! ! * ! ! ! % " .

    44An-Nisa (4): 9.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    32/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    33/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    34/179

    40

    Pada kenyataannya masih ada sekelompok orang yang dengan teganya telah

    memperlakukan anak sewenang-wenang bahkan anak di eksploitasi secara

    ekonomi maupun seksual diantaranya melalui trafiking(perdagangan). Trafiking

    terhadap anak merupakan pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Manusia.

    Gejala ini berkembang dan berubah dalam bentuk kompleksitasnya namun tetap

    merupakan perbudakkan dan penghambaan. Banyak lagi perlakuan yang sangat

    diskriminatif terhadap anak.48

    Perlindungan anak jalanan adalah segala usaha yang dilakukan untuk

    menyelamatkan atau memberi pertolongan pada anak-anak jalanan supaya

    terhindar dari bahaya, sehingga dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi

    perkembangan dan pertumbuhan sebagai seoarang anak demi perkembangan dan

    pertumbuhan mereka secara wajar baik fisik, mental, dan sosial.

    Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan lembaga sosialwajib menjamin perlindungan anak disemua aspek kehidupan. Dalam masalah

    keagamaan, seiap anak berhak mendapatkan perlindungan untuk beribadah

    menurut agamanya, dimana sebelum anak dapat menentukkan agamanya sendiri,

    agama yang dipeluk anak mengikuti agama orang tuanya. Perlindungan anak

    dalam memeluk agamanya meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan

    ajaran agama bagi anak.49

    Pengertian perlindungan anak juga dapat dirumuskan sebagai :50

    Himpunan Peraturan PerUndang-Undangan, (Bandung: Fokus Media, 2007), hlm. Iii.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    35/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    36/179

    41

    Suatu perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Keadilan ini

    merupakan keadilan sosial, yang merupakan dasar utama perlindungan

    anak.

    Suatu usaha bersama melindungi anak untuk melaksanakan hak dan

    kewajibannya secara manusiawi dan positif

    Suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial.

    Menurut proporsi yang sebenarnya, secara dimensional perlindungananak beraspek mental, fisisk, dan sosial. Hal ini berarti bahwa

    pemahaman, pendekatan dan penanganan anak dilakukan secara

    integratif, interdisipliner, intersektoral, dan interdepartemental.

    Suatu hasil interaksi dari pihak-pihak tertentu, akibat dari adanya suatu

    interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhinya.jadi

    perlu diteliti, dipahami, dan dihayati siapa jasa (objek dan subjek hukum)

    yang terlibat sebagai komponen pada adanya (eksistensi) perlindungan

    anak tersebut. Karena perlindungan anak jalanan ini merupakan

    permasalahan yang rumit dan sulit, maka penanggulangannya harus

    dilakukan secara simultan dan bersama-sama.

    Suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur sosial

    tertentu atau masyarakat tertentu.

    Suatu tindakan hukum (yuridis) yang dapat mempunyai akibat hukum

    yang harus diselesaikan dengan berpedoman dan berdasarkan hukum.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    37/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    38/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    39/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    40/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    41/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    42/179

    Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Bagian Agama dan Jender,

    Solidaritas Perempuan dan The Asian Foundation, 1999), hlm. 23.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    43/179

    45

    Anak merupakan karunia Tuhan (rezeki) bagi orang tua, keluarga, dan

    masyarakat tetapi sekaligus merupakan fitnah atau ujian.

    Pendidikan anak dengan baik terletak secara mutlak pada pundak orang tua

    sebagai penanggung jawab utama.

    Pembinaan atas perkembangan dan pertumbuhan anak harus dipersiapkan sejak

    dini.

    Pembinaan tingkat awal adalah dalam bentuk radaah dan hadanah yang

    langsung ditangani oleh ibu kandung.

    Pembinaan anak dalam usia pra sekolah sebagaian besar harus berlangsung dalam

    rumah tangga yang ditangani oleh orang tua secara bersama-sama.

    Pembinaan anak selama berada dalam usia sekolah menjelang dewasa ditangani

    bersama oleh komponen-komponen pendidikan, yaitu rumah tangga (orang tua),

    sekolah (guru), dan masyarakat (pemerintah atau

    panutan yang tauladani dalam masyarakat dilingkungannya.58

    Konsep ajaran tersebut merupakan usaha-usaha dalam upaya penanganan

    masalah anak yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan

    kemaslahatan anak. Perhatian orang tua merupakan barometer dari rasa tanggung

    jawab yang ada dalam dirinya terhadap anak.

    Disamping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga

    juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    44/179

    kebutuhan. Perkembangan jasmani anak tergantung pada pemeliharaan fisik

    yang layak yang diberikan keluarga. Sedang perkembangan

    58Ali Yafie,Menggagas Fiqh Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi HinggaUkhuwah,

    cet. Ke-2 (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 272.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    45/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    46/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    47/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    48/179

    terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih

    yang mendoakannya diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Bukhairi Muslim.

    Abu Bakar Al-Jazairy, 2 ,alih bahasa Rachmat Djatnika, (Bandung: Rosdakarya, 1991),

    hlm. 234.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    49/179

    48

    dahulukan dari kerabat pihak ibu.64

    Sedangkan pemberian nafkah berurutan dari

    kerabat waris terdekat yang mampu.65

    Maksud dari keikutsertaan kerabat untuk turut bertangung jawab terhadap anak

    ini menunjukan bahwa bagaimanapun hak hadanah memang dapat dilepaskan

    karena suatu hal namun hak hadanah anak yang masih kecil tetap tidak dapat

    gugur.66

    2. Tanggung Jawab Masyarakat dan Negara.

    Memberi perlindungan terhadap anak dengan memberi segala kebutuhan anak baik

    fisik maupun rohani secara maruf oleh Allah dijajnjikan tidak akan pernah sia-sia.

    Baik itu untuk si anak maupun untuk orang tua sendiri. Janji Allah atas pengorbanan

    orang tua yang besar dan tulus hanya akan diganjar dengan upah pahala yang

    berlipat adalah hal yang selalu didamba oleh setiap orang tua.

    Namun, tidak semua orang tua mampu memberikan perlindungan maupun nafkah

    yang selayaknya kepada anaknya.mereka bisa terjadi terhalang memenuhi kewajiban

    karena faktor kemiskinan. Anak-anak yang terabaikan lantaran tak mendapatkan

    perhatian, tak memperoleh kebutuhan dan hak pemeliharaan yang baik, sebagian

    memang lantaran kemiskinan orang tua mereka. Ada banyak sebab yang

    menyebabkan orang tua gugur kewajibannya untuk

    Zakariya Ahmad Al-Barry, ( ! ,alih bahasa oleh Chadijah Nasution, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1977), hlm. 51-73.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    50/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    51/179

    49

    mengasuh anaknya, di antara lain seperti tidak mampu atau miskin, meninggal

    dunia, sakit dan atau gila.

    Keluarga yang tak mampu memberikan kesejahteraan terhadap anak ini memang

    bisa menggugurkan kewajiban orang tua untuk memberikan hak yang selayaknya

    yang didapatkan anak. Namun sekali lagi hal tersebut tidak dapat menggugurkan

    hak anak untuk memperoleh pemeliharaan. Maka sempurnakah, bila dalam Islamkewajiban itu bisa beralih pada kerabatnya yang mampu. Dan bila keluarga atau

    kerabat tidak ada maka masyarakat dan negaralah yang berkewajiban memelihara

    dan memberikan perlindungan terhadap anak tersebut. Dalam al-Quran

    disebutkan:

    : 5 * (

    , 5 0 #; $

    >5 =

    Ibn Katsir menyatakan bahwa anak yatim adalah anak yang tidak memiliki orang

    yang mencarikan nafkah hidupnya yang biasanya seorang ayah, dalam keadaan

    belum baligh.68

    Muhammad Mustafa Al-Maraghi menafsirkan anak yatim adalah

    anak yang masih kecil yang harus diberi nafkah, sebab ia masih

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    52/179

    67Al-Baqarah (2): 177.

    68Ibnu Katsir, Tafsir3 , (Beirut: Maktabah & Ismiyyah, 1991), III: 197. Dalam al-Quran

    sedikitnya ada 23 ayat yang menyinggung anak yatim ( + , + ,

    + , + )dan 37 ayat menyebutkan perihal orang miskin (al ( , ( , ( ).

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    53/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    54/179

    An-Nisa (4): 8.

    An-Nisa (4): 2, dan Al-Isra (17): 33.

    An-Nisa (4): 2, dan 10.

    Adh-Dhuha (93): 9.

    Al- (107): 2.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    55/179

    51

    agama. Disinilah dimensi sosial yang sangat penting dari nilai-nilai al-Quran

    sebenarnya telah ditunjukan melalui pesan yang tertuang dalam kitab suci al-

    Quran.78

    Rasulullah sendiri memberikan tauladan dalam kaitannya dengan anak-anak

    terlantar ini. Dalam tarikh, tercatat sepanjang hidupnya Nabi Muhammad lebih

    dari 26 pembantu dari kalangan orang merdeka bukan budak. Mereka lebih

    berstatus sebagai anak asuh ketimbang pembantu. Sedangkan anak asuh beliau

    yang semula budak dan kemudian dimerdekakan bahkan mencapai 65 orang.

    Hak memperoleh fai dari segi istilah fai adalah harta yang diperoleh orang-

    orang kafir yang memusuhi tanpa peperangan. Termasuk kedalam faI adalah

    harta yang ditinggalkan oleh musuh sebagai jaminan keselamatan, pajak (jisyat),

    pajak bumi (kharaj), dan semacamnya.

    Ayat al-Quran yang mejelaskan tentangfaiantara lain:

    = 5 , = 5 ,

    > . 0 $ 5

    Ayat ini menjelaskan soal pembagian fai, berdasarkan ayat tersebut pula hasil

    pungutan yang dikumpulkan tersebut dibagi sesuai yang telah ditetapkan dengan

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    56/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    57/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    58/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    59/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    60/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    61/179

    2www.syirah.com, PMII KOMFAKSYAHUMdi/pada September 6, 2007, akses 25 Januari 2009.

    54

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    62/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    63/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    64/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    65/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    66/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    67/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    68/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    69/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    70/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    71/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    72/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    73/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    74/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    75/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    76/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    77/179

    Pada tabel di atas dapat diketahui sebagian besar penghasilan orang tua

    anak jalanan mempunyai pendapatan di bawah Rp. 200.000,- dalam satu bulan

    yaitu sebanyak 8 anak. Sedangkan anak jalanan yang pendapatan orang tuanya

    Rp. 250.000,- sebanyak 2 anak Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besarkeluarga anak jalanan termasuk keluarga miskin.

    Dinas Sosial Propinsi Yogyakarta mempunyai ukuran kemiskinan sebagai

    berikut; bahwa yang dimaksud keluarga miskin adalah rumah tangga yang

    mempunyai penghasilan rata-rata 360 Kg per tahun dengan patokan harga beras

    Rp. 4.000,00 per Kilogram. Sehingga bila diubah dalam bntuk mata uang

    Rupiah, maka perhitungannya sebagai berikut: 4000 x 360 = 1. 440. 000. jadi

    penghasilan rata-rata keluarga miskin adalah rp. 1. 440. 000 per tahun. Bila

    dihitung dalam jangka waku satu bulan, maka Rp. 1. 440. 000 dibagi 12 yang

    hasilnya adalah Rp. 120. 000.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    78/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    79/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    80/179

    63

    Jadi cukup beralasan bila anak-anak tersebut berusaha mencari nafkah sendiri,

    atau paling tidak untuk berusaha bisa mencukupi kebutuhan sendiri sehingga

    tidak memberatkan orang tua yang pendapatannya pas-pasan.7

    TABEL III/ 8

    STATUS KEPEMILIKAN RUMAH

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Kontrak

    5

    Milik sendiri

    7

    Jumlah

    12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    81/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    82/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    83/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    84/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    85/179

    dinyatakan oleh sebanyak 7 anak. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa

    kebutuhan pokok keluarga sudah tercukupi sebanyak 5 anak.

    Hal tersebut semakin menunjukan bahwa anak-anak jalanan sebagian besar

    berasal dari keluarga miskin dimana kebutuhan pokok keluarga belum tercukupi

    dengan baik.

    2. Ketidakharmonisan Keluarga

    Latarbelakang anak jalanan yang juga perlu diperhatikan adalah keadaan hubungan

    dalam keluarga tersebut. Ketidakharmonisan dapat mendorong anak untuk pergi dari

    rumah dan akhirnya hidup di jalanan. Pertama-tama dilihat bagaimana keadaan

    orang tua anak tersebut seperti pada tabel berikut ini:

    9Wawancara dengan Irit, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 2 Febuari

    2009

    10Wawancara dengan Yuni, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    86/179

    66

    TABEL III/ 11

    KEADAAN KEDUA ORANG TUA ANAK JALANAN

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Ayah dan Ibu lengkap

    9

    Ayah dan Ibu bercerai

    3

    Ayah meninggal dunia

    -

    Ibu meninggal dunia

    -

    Ayah dan Ibu meninggal dunia

    -

    Jumlah

    12

    Sumber: Data Primer

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    87/179

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar orang tua anak

    jalanan adalah masih lengkap, yang menyatakan demiikian sebanyak 9 anak

    Sedangkan yang menyatakan ayah dan ibu bercerai hanya 3 anak. Hal ini

    menunjukkan bahwa keberadaan atau keadaan perkawinan orang tua bukan faktor

    dominan yang mendorong anak-anak untuk hidup di jalanan.

    TABEL III/ 12

    PENGALAMAN ANAK JALANAN DIMARAHI ORANG TUA

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Pernah

    12

    Tidak pernah

    -

    Jumlah

    12

    Sumber: Data Primer

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    88/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    89/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    90/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    91/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    92/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    93/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    94/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    95/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    96/179

    3

    Orang tua dan saudaranya

    5

    Jumlah

    12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan mencari uang di jalan

    bersama teman mereka, yaitu 3 anak. Sedangkan responden yang menyatakan

    mencari sendiri sebanyak 4 anak. Ada hal menarik hal di atas dimana anak yang

    menjawab bersama orang tua dan saudaranya sebanyak 5 anak.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    97/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    98/179

    Wawancara dengan Slamet, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    99/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    100/179

    Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup di jalan bersama dan saling

    membutuhkan, namun latar belakang mereka memutuskan mencari uang di jalan

    bukan sekedar penagruh teman.

    D. Permasalahan Anak Jalanan

    1. Masalah yang dihadapi anak jalanan

    Selama mencoba bertahan hidup di jalanan, anak-anak jalanan telah

    mengalami pahit getir bahkan kerasnya kehidupan jalanan. Anak-anak jalanan

    telah merasakan bagaimana sulitnya mencari uang demi memenuhi kebutuhan

    sehari-hari. Mereka bekerja siang dan malam.15

    Jenis-jenis pekerjaan anak jalanan

    dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    101/179

    15Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    102/179

    73

    TABEL III / 18

    JENIS PEKERJAAN ANAK JALANAN

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Pengamen

    3

    Penjual Koran

    1

    Peminta-minta

    8

    Pedagang Asongan

    -

    Jumlah

    12

    Sumber: Data Primer

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    103/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    104/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    105/179

    Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan mempunyai

    pendapatan di atas Rp. 50.000, yaitu sebanyak 7 anak. Sedangkan yang

    berpendapatan antara Rp. 20.000 Rp. 50.000 per hari sebanyak 5 anak.

    Hal tersebut menunjukan bahwa pendapatan yang diterima anak-anak jalanan

    dalam satu harinya cukup tinggi untuk ukuran anak-anak sehingga anak-anak

    jalanan tersebut merasa betah hidup di jalan.18

    Keadaan yang demikian merupakan masalah yang perlu diperhatikan, karena

    membawa dampak yang cukup serius. Pertama besarnya pendapatan anak-anak

    jalanan membuat mereka enggan untuk meninggalkan kehidupan jalanan

    sehingga jumlah anak-anak jalanan sulit di atasi. Kedua, besarnya jumlah

    pendapatan tersebut akan menarik anak-anak lain yang rentan menjadi anak

    jalanan dari keluarga miskin, yang jumlahnya meningkat sangat tinggi setelah

    krisis ekonomi global, untuk ikut-ikutan mencari uang di jalanan. Hal ini akan

    mengakibatkan peningkatan jumlah anak jalanan.19

    Wawancara dengan Kuat, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

    Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, (Jakarta: PT.

    Kompas Media Nusantara, 2000), hlm. 45.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    106/179

    75

    TABEL III/ 20

    PENGGUNAAN PENDAPATAN

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Senang-senang

    -

    Makan dan kebutuhan lain dalam

    5

    sehari

    Diberikan untuk keluarga

    3

    Biaya Sekolah

    4

    Lainnya

    -

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    107/179

    Jumlah

    12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan

    menggunakan uang yang didapatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya

    seperti makan, minum, serta merokok sebanyak 5 anak. Sedangkan yang

    menggunakan uangnya untuk biaya sekolah sebanyak 4 anak. Kemudian anak

    jalanan yang menggunakan uangnya hanya untuk bersenang-senang tidak ada..

    Data tersebut di atas menunjukan bahwa anak-anak jalanan hanya memikirkan

    bagaimana bisa bertahan hidup saat itu sehingga kurang memperhatikan masa

    depan selanjutnya. Pola pikir seperti itu dipicu oleh keadaan dan sulitnya

    mencari uang sehingga mereka berbuat sesuai kemampuan.

    Pemenuhan hak bertahan hidup pada anak jalanan merupakan masalah yang

    cukup rentan. Hal ini terjadi pada anak jalanan yang sudah tidak lagi hidup

    bersama orang tua mereka. Mereka menggunakan penghasilannya hanya untuk

    keperluan jangka pendek sehingga kalau situasi cuaca kurang memungkinkanmereka bekerja di jalan, maka mereka akan menghadapi kesulitan keuangan

    yang tak jarang mendorong mereka untuk berbuat kembali.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    108/179

    76

    TABEL III/ 21

    SISA UANG YANG DAPAT DITABUNG

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Ada

    2

    Tidak

    10

    Jumlah

    12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan tidak

    mempunyai uang sisa yang dapat ditabung yaitu sebanyak 10 anak. Sedangkan

    responden yang menyatakan uang sisa yang bisa ditabung sebanyak 2 anak.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    109/179

    Data tesebut menunjukan kurangnya perhatian anak-anak jalanan terhadap masa

    depan mereka sendiri. Keseharian mereka hanya mengamen atau meminta-

    minta, makan, tidur, serta bersenang-senang. Anak-anak jalanan mencari

    kesenangan dengan cara mereka sendiri, misalnya minum minuman keras,

    mengkonsumsi obat terlarang, berjudi atau melakukan hubungan seksual di luar

    nikah sebagai penyaluran hasrat mereka yang tidak terkendali oleh norma dan

    agama. Faktor lain yang menyebabkan anak jalanan tidak punya uang sisa yang

    dapat ditabung adalah kekhawatiran mereka terhadap preman-preman yangsering minta uang kepada mereka dan bila tidak diberi maka akan dimaki atau

    tidak jarang sampai dipukuli. Jadi ada anggapan uang yang didapat harus habis

    pada hari itu juga.20

    Biasanya kondisi seperti ini terjadi pada lingkungan anak

    jalanan yang sudah sangat keras dan berada di daerah rawan kriminalitas yang di

    20Wawancara dengan Kuat , anak jalanan yang sering mangkal dipertigaan UIN, tanggal 4

    Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    110/179

    77

    dominasi preman-preman pengangguran atau tejadi pada anak-anak jalanan ang

    sudah tidak lagi hidup bersama orang tuanya.

    TABEL III/ 22

    PENGALAMAN MINUM MINUMAN KERAS

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Pernah

    4

    Tidak

    8

    Jumlah

    12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui kebanyakan anak jalanan pernah

    minum minuman keras yaitu sebanyak 4 anak. Sedangkan yang menyatakan

    tidak pernah minum minuman keras sebanyak 8 anak.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    111/179

    Hal tersebut menunjukan bahwa di kalangan anak jalanan sebagian sudah ada

    yang terpengaruh lingkungan negatif dari para gaelandangan dan preman yang

    suka mabuk-mabukan. Minum minuman keras merupakan hal yang lumrah di

    kalangan anak jalanan. Mereka biasanya membeli minuman keras dengan cara

    bantingan uang (iuran sukarela) bersama-sama agar terasa lebih murah.

    Minuman keras jenis AO (sebutan Anggur Putih) atau TM (Topi Miring)

    merupakan miuman yang mereka sering beli. Karena harganya paling murah dab

    sudah cukup terasa nikmat walaupun tidak memakai campuran.21

    Namun sebenarnya, masih ada anak jalanan yang masih murni dan belum

    terpengaruh perbuatan negatif. Anak-anak jalanan seperti biasanya hidup di

    21Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    112/179

    TABEL III/ 23

    PENGALAMAN BERJUDI

    Frekwensi 3 9 10

    78

    jalanan semata-mata karena faktor tekanan ekonomi sehingga ada rasa enggan

    untuk menghambur-hamburkan uang.22

    Katagori Jawaban

    Pernah

    Tidak Pernah

    Jumlah

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    113/179

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan

    pernah melakukan perjudian yaitu sebanyak 3 anak. Sedangkan yang

    menyatakan tidak pernah berjudi sebanyak 9 anak.

    Hal tersebut menunjukan bahwa kebanyakan anak jalanan terdorong untuk

    mendapatkan uang dengan mudah tanpa perlu bersusah payah karena banyaknya

    kebutuhan hidup yang harus dicukupi.

    Bentuk dan cara berjudinya bermacam-macam. Bisa menggunakan kartu remi,

    kartu domino yang dilakukan sendiri di kalangan anak jalanan atau bersam

    tukang becak atau mencoba mengadu nasib lewat berjudi totor(togel)23

    . Lewat

    judi totor inilah yang akan menghabiskan uang anak-anak jalanan. Mereka

    menjadi sasaran empuk para Bandar judi yang terus memberi harapan dan

    impian akan banyaknya uang bila menang.

    22Wawancara dengan Yono, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari

    2009

    23Judi totor adalah bentuk perjudian tebak nomor mirip SDSB jaman dahulu tetapi bedanya judi

    totor ini ditarik setiap hari.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    114/179

    79

    TABEL III/ 24

    UANG YANG DIGUNAKAN UNTUK BERJUDI

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Uang sendiri

    12

    Pinjem atau hutang

    -

    Diberi Teman

    -

    Jumlah

    12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui semua anak jalanan yang

    menyatakan penah menggunakan uangnya sendiri yaitu sebanyak 12 anak. Hal

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    115/179

    ini menunjukan bahwa mereka benar-benar terbuai angan akan banyaknya uang

    sehingga menggunakan seluruh uangnya untuk berjudi. Sehingga kebutuhan

    sehari-hari tidak tercukupi dengan baik dan tidak memikirkan uang sisa untuk

    ditabung.24

    TABEL III/ 25

    PENGALAMAN HUBUNGAN SEKSUAL DI LUAR NIKAH

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Pernah

    3

    Tidak Pernah

    9

    Jumlah

    12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan menyatakan

    bahwa sebagian besar anak jalanan menyatakan tidak pernah melakukan

    hubungan seks diluar nikah yaitu sebanyak 9 anak, sedangkan responden yang

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    116/179

    menyatakan pernah berhubungan seks diluar nikah sebanyak 3 anak. Hal tersebut

    24Wawancara dengan Kuat, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    117/179

    80

    menunjukan bahwa sebagian besar anak jalanan belum begitu terpengaruh oleh

    kehidupan negatif di jalanan karena faktor usia mereka yang masih anak-anak.

    Walaupun diantara mereka sudah ada yang terjerumus kedalam tindakan yang

    tidak terpuji yang dikarenakan kurangnya pengetahuan serta pendidikan norma

    agama dalam diri mereka.

    TABEL III/ 26

    PASANGAN DALAM BERHUBUNGAN SEKS

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Pacar

    -

    PSK

    3

    Sesama anak jalanan

    -

    Jumlah

    3

    Sumber: Data Primer

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    118/179

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan yang pernah

    berhubungan seks di lar nikah, melakukan hubungan seks tersebut dengan PSK

    yakni sebanyak 3 anak.

    Alasan yang diungkapkan mereka yang pernah berhubungan seks umumnya

    hampir sama yaitu tidak dapat menahan hawa nafsunya dan bosan apabila terus

    melakukan masturbasi atau onani. Pada usia 13 sampai 18 tahun memang

    merupakan puncak masa produksi hormon seks para pria sehingga

    dorongan seks yang dialami juga cukup tinggi.

    TABEL III/ 27

    KEINGINAN UNTUK PULANG KE RUMAH

    Katagori Jawaban

    Frekwensi

    Tidak

    2

    Ya, ada

    10

    Jumlah

    12

    Sumber: Data Primer

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    119/179

    81

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak-anak jalanan

    mempunyai keinginan untuk pulang ke rumah yaitu sebanyak 10 anak,

    sedangkan yang menyatakan tidak ingin pulang ke rumah sebanyak 2 anak. Hal

    tersebut menunjukan bahwa masih ada ikatan emosional antara anak-anak

    jalanan dengan keluarga mereka. Namun mengapa mereka tidak pulang kerumah. Jawabannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    TABEL III/ 28

    ALASAN TIDAK PULANG KE RUMAH

    Katagori Jawaaban

    Frekwensi

    Takut sama orang tua

    3

    Malu dengan tetangga

    -

    Lebih enak di jalanan

    7

    Lainnya

    -

    Jumlah

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    120/179

    10

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan trafficlight Kampus

    UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian anak jalananmenyatakan lebih

    enak di jalanan yaitu sebanyak 7 anak. Kemudian anak jalanan yang menyatakantidak pulang karena takut sama orang tua sebanyak 3 anak .

    Hal di atas menunjukkan bahwa anak-anak jalanan sudah merasa enak hidup di

    jalan sehingga tidak mau pulang ke rumah. Kondisi ini merupakan masalah

    tersendiri bagi penanggulangan anak jalanan. Mereka enggan meninggalkan

    jalanan karena merasa apa yang mereka butuhkan ada dan mereka dapatkan di

    jalanan.25

    25Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    121/179

    82

    a. Citra Diri Anak Jalanan

    Anak-anak jalanan memiiki cara pandang yang berbeda-beda mengenai apa yang

    mereka lakukan selama ini, terutama mengenai pekerjaan dan tingkah laku mereka

    yang oleh masyarakat umumnya dianggap abnormatif atau kurang wajar. Ada

    diantara mereka yang menyebutkan atau menganggap bahwa apa yang dilakukannya

    adalah sebagai bentuk keinginan untuk mandiri dengan berwirausaha. Namun

    keterbatasan sumber daya yang dimiliki membuat mereka terpaksa berwirausaha di

    jalanan. Bagi mereka berwirausaha di jalanan adalah pilihan yang paling

    memungkinkan. Segala usaha demi membantu ekonomi keluarga harus dilakukan.

    Bahkan diantara mereka merasa bangga karena mampu bertanggung jawab terhadap

    ekonomi keluarga walaupun harus berusaha di tengah sulitnya mencari uang. Seperti

    yang diungkapkan Is berikut ini: saya merasa bangga dengan pekerjaan ini, karena

    saya dapat membantu keluarga walaupun hanya sedikit yang saya berikan pada ibu

    setiap hari. Terkadang bila saya sehari tidak dapat uang, biasanya kalau hujan, saya

    akan pinjam uang temen supaya bisa membuat hati ibu tenang. Begitulah Is

    berusaha membantu keuangan keluarganya. Dia harus memutar otak bila sehari

    tidak mendapatkan uang.26

    Namun tak selamanya mereka melakukan kegiatan di jalan karena motif ekonomi,

    karena ada juga yang motifnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap orangtua, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan non primer seperti uang jajan, merokok

    atau membeli pakaian. Selain itu juga ada yang memandang

    26Wawancara dengan Isna, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    122/179

    83

    hidup di jalan sebagai bentuk protes atas berbagai persoalan yang dihadapi

    terutama masalah keluarga. Seperti yang diungkapkan Wt yang berasal dari

    Purworejo berikut ini: saya lari dari rumah terus terang karena kurang kasih

    sayang, mas. Di rumah terasa sumpek, saya tidak mendapatkan perhatian

    sedikitpun dan apa yang saya inginkan selalu tidak terpenuhi.27

    b. Keluhan Anak Jalanan

    Ketika ditanya apa keluhannya selama ini, anak-anak jalanan tersebut sebagian

    besar mengeluhkan adanya garukan. Mereka takut bila harus berurusan dengan

    polisi ataupun Satpol PP. selain itu sesuatu atau hal yang paling khawatirkan

    adalah hujan atau cuaca yang kurang mendukung. Terutama pengamen jalanan,

    hujan merupakan halangan besar di luar kekuasaan mereka. Bila hujan tiba

    mereka tidak bisa mengamen, bukan berarti mereka takut sakit tetapi mereka

    takut gitarnya cepat rusak. Kemudian bila tidak mengamen berarti mereka tidakmendapatkan uang sehingga bingung mau makan pakai apa.

    Lain halnya dengan Hn yang pernah masuk rumah singgah tetapi keluar. Dia

    mengeluhkan lambatnya uang bantuan yang dijanjikan untuk modal usaha.28

    Dia di rumah singgahnya termasuk anak yang dianggap baik dan berpotensi

    sehingga mendapat bantuan dana, tetapi selama hampir satu tahun tidakmendapat apa-apa, akhirnya dia kembali turun ke jalan.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    123/179

    Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

    Wawancara dengan Hana, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    124/179

    84

    Selain itu juga mereka mengeluhkan seringnya terjadi persaingan tidak sehat sesama

    kelompok anak jalanan. Mereka yang kuat, baik secara fisik maupun jumlah anggota

    kelompok maka akan dapat bertindak sewenang-wenang.

    c. Harapan Anak Jalanan

    Sebagian besar anak jalanan mengharapkan adanya lowongan atau peluang kerja

    yang mapan. Mereka mau masuk rumah singgah asal setelah mendapatkan latihan

    keterampilan yang cukup langsung mendapatkan pekerjaan.

    Selain itu mereka ingin mendapatkan beasiswa agar dapat melanjutkan sekolah

    sampai tamat SMU. Seperti yang dituturkan Ar berikut ini: saya mencari uang

    di jalanan untuk sekolah, tetapi itupun belum cukup, saya ingin mendapat

    bantuan seperti kata teman saya yang di rumah singgah.

    Yang menjadi permasalahan disini adalah bahwa tidaklah mudah mewujudkan

    berbagai harapan mereka mengingat kemampuan Pemerintah yang minim dari

    segi pendanaan yang akan membiayai kehidupan mereka.

    Untuk itu sangat diharapkan peran serta partisipasi masyarakat dalam bersama-

    sama mengatasi masalah anak jalanan.

    2. Masalah Yang dihadapi Dalam Penanganan Anak Jalanan

    a.Kondisi Umum Anak Jalanan di Wilayah Pertigaan UIN Sunan Kalijaga

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    125/179

    Yogyakarta

    Krisis ekonomi global yang melanda negeri ini seakan tak pernah mau surut.

    Meningkatnya angka pengangguran menimbulkan masalah baru bagi pemerintah.

    Pengangguran berujung pada kemiskinan yang akhirnya berakibat banyaknya

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    126/179

    85

    eksploitasi anak di bawah umur untuk terjun ke jalanan, demi mendapatkan uang

    koin dan sesuap nasi, anak-anak jalanan itu merelakan kulitnya terbakar akibat

    sengatan sinar matahari. Realitas kehidupan anak jalanan di Jogja terus

    memprihatinkan, kebanyakan dari mereka berasal dari Wonosari, Gunungkidul;

    Purworejo; Bantul dan kota-kota sekitar Jogja.. Jika kita melintas di jalan Adi

    Sucipto, tepatnya di pertigaan traffic lightKampus UIN Sunan Kalijaga, kita

    akan melihat anak-anak menyodorkan tangannya, mengamen kepada para

    pengguna jalan yang sedang berhenti. Terlihat dari kejauhan beberapa ibu darimereka sedang asyik bersenda gurau dengan sesama ibu anak jalanan, namun

    jika kita mau teliti melihatnya, sebenarnya perempuan-perempuan tersebut juga

    telah mengawasi anak-anak mereka yang sedang mencari dermawan dadakan.

    Ironisnya, mereka yang rata-rata usianya masih belia itu mengaku nekat menjadi

    pengamen karena atas dorongan orang tua dan pengaruh dari teman-teman

    mereka yang lebih dulu telah menjadi pengamen jalanan. Anak-anak jalanan

    biasanya mengembangkan pola berkelompok dalam mempertahankan hidup.

    Mereka sangat erat dalam menjaga hubungan satu sama lain. Perilaku yang

    dikembangkan lebih banyak ab-normal. Hal ini tampak dari sikap mereka yang

    cenderung liar, curiga, susah diatur, reaktif, cuek, tertutup, tidak tergantung, dan

    bebas. Keadaan ini menyebabkan mereka memperoleh banyak masalah seperti

    perkelahian, perjudian, obat-obatan terlarang, pencurian, serta tindakan kriminal

    lainnya

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    127/179

    86

    b. Tipe-Tipe Anak Jalanan

    Menurut Dinas Sosial DI Yogyakarta, anak jalanan di wilayahpertigaan

    traffic light Kampus UIN Sunan Kalijagadibagi dalam 3 tipe kelompok, yaitu

    Tipe I adalah anak-anak yang masih berhubungan dengan orang tuanya. Mereka tinggal

    bersama orang tuanya, beberapa jam di jalanan, kemudian kembali di rumah. Anak-anak

    ini termasuk dalam Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ( PMKS) rentan anak

    jalanan. Mereka umumnya masih bersekolah dan ke jalan sebelum atau sesudah pulang

    sekolah. Motivasi ke jalanan lebih karena terbawa teman atau membantu orang tua

    Tipe II adalah anak-anak yang tidak berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka

    biasanya bekerja dari pagi sampai malam hari lalu pulang di rumah kontrakan atau

    kosnya. Tipe kedua inilah yang dibina oleh Dinas Sosial DI Yogyakarta di Sewon,

    Bantul. Karena keterbatasan anggaran, untuk saat ini yang menjadi sasaran utama Dinas

    Sosial dalam membina anak jalanan adalah tipe yang kedua ini.

    Tipe III adalah kelompok anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka

    umunya telah lulus SD tapi SLTP tidak tamat. Mereka masih labil dalam suatu pekerjaan

    sehingga mudah dipengaruhi hal negatif dari lingkungannya.

    Karakteristik Anak Jalanan

    umumnya diantara anak jalanan mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang tidak jauh

    berbeda, hal ini disebabkan karena diantara mereka terjalin hubungan emosional yang

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    128/179

    cukup erat serta telah lama saling berinteraksi sehingga terjadi proses imitasi atau saling

    meniru, baik dalam hal fisik atau pola pemikiran.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    129/179

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    130/179

    Penuh curiga dengan orang yang belum dikenal.

    Berani menanggung resiko.

    Kreatif dan cukup sensitif.

    Upaya Pemenuhan Hak-hak Anak Jalanan

    Anak adalah asset generasi mendatang yang sangat berharga. Bisa dikatakan bahwa

    baik buruknya hari depan sebuah bangsa ditentukan oleh tangan-tanganpengembannya. Dalam hal ini di tangan anaklah tergenggam kuat masa depan umat.

    Wajar bila setiap umat manusia dewas yang menyadari masalah ini mempersiapkan

    strategi pendidikan yang baik untuk anak-anak. Tidak hanya itu, proses tumbuh

    kembang pun sangat diperhatikan dalam rangka mengarahkan dan membimbing

    mereka menuju tujuan yang diinginkan. Maka perhatian terhadap

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    131/179

    88

    anak-anak menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan cita-cita ini, yaitu

    generasi masa depan yang berkualitas.

    Mengenai hak anak, secara umum berbagai Negara saat ini berpegang pada apa yang

    telah digariskan PBB. Diantaranya yang telah disebutkan dalam piagam PBB

    (Universal Declaration of Human Rights) adalah mengenai hak asasi yang telah

    dirinci sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, berdasarkan perkembanganfisik dan mentalnya. Hak-hak anak ini terutama adalah hak memperoleh air susu ibu,

    kasih sayang orang tua dan orang dewasa dalamsegala bentuk disamping hak untuk

    bermain dengan atau tanpa menggunakan alat main yang bukan saja harus aman

    secara fsik dan biologis, tetapi juga psikologinya.

    Dalam upaya pemenuhan hak-hak anak, maka pemerintah

    mengimplementasikannya ke dalam Hukum Nasional Indonesia. Pemerintah

    segera membentuk Undang-undang Nasional yang sesuai dengan kaidah

    Konvensi Hak-hak Anak Internasional disertai dengan penegakkan hak-hak anak

    tersebut dengan ketentuan Undang-undang. Perundang-undangan yang telah

    disusun pemerintah dalam penegakkan Hak-hak Anak, hal ini dibuktikan dngan

    lahirnya Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan anak.

    1. Hak Sipil

    Yaitu bentuk pemeliharaan yang mencangkup hak persamaan dan kebebasan, hak iniadalah hak yang menempatkan anak jalanan sebagai anak yang bermartabat dan

    memiliki hak kebebasan untuk berkembang dan berekspresi. Terutama hak

    mendapatkan perlindungan tempat yang layak sebagai temapt beristirahat dan

    berlindung, hak mendapatkan pelayanan kesehatan, hak

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    132/179

    89

    mendapatka makanan, pakaian dan kebutuhan penunjang lainnya tanpa ada

    diskriminasi. Hak-hak tersebut di atas merupakan bentuk fasilitas yang diberikan

    Dinas Kesejahteraan Sosial terhadap anak jalanan yang berada diwilayah kota

    Yogyakata, agar anak jalanan tersebut dapat hidup, tumbuh, dan beerkembang

    dengan layak, sebagaimana tercantum pada Bab II pasal 2 UU Perlindungan

    Anak dinyatakan bahwa:

    Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan

    Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 serta prinsip-

    prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi: (a) non diskriminasi; (b)

    kepentingan yang terbaik bagianak; (c) hak utuk hidup, kelangsungan hidup, dan

    perkembangan; dan (d) penghargaan terhadap pendapat anak.

    2. Hak Kesehatan

    Untuk menjamin perlindungan hak anak terhadap kesehatan, maka pemerintah

    menyediakan fasilitas dan menylenggarakan upaya kesehatan yang

    komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan secara

    komprehensif didukung oleh peran serta masyarakat. Upaya tersebut meliputi:

    protis, preventif, kuratif dan rehabilitas, baik untuk kesehatan dasar maupun

    rujukan. Khusus untuk keluarga yang tidak mampu upaya tersebut

    diselenggarakan secara Cuma-Cuma dan pelaksanaan ketentuan tersebut

    disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.

    Secara prinsip orang tua dan keluarga yang bertanggung jawab menjaga kesehatan

    anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Jika mereka tidak mampu

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    133/179

    melaksanakan tanggung jawab tersebut, maka pemerintah yang wajib

    memeliharanya. Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    134/179

    90

    agar anak terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan atau

    menimbulkan kecacatan serta melindungi anak dari upaya transplatasi organ

    tubuhnya untuk pihak lain.29

    3. Hak Pendidikan

    Hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran merupakan fase

    tersendiri dalam kehidupan sang anak. Fase sebagai pembinaan dan

    penyempurnaan terhadap kesiapan anak untuk mengarungi samudera kehidupan.

    Ketika fungsi manusia menjadi fungsi terbesar, maka pemberlakuan pendidikan

    dan pengajaran masa depan anak-anak itu memberi bekal hidup di masa depan.

    Dari sini anak sangat membutuhkan bimbingan dan pengajaran dari kedua orang

    tuanya.

    Untuk menjamin hak anak dalam pendidikan maka pemeritah wajib

    menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.

    Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang

    seluas-luasnyakepada anak untuk memperoleh pendidikan yang dimaksud untuk

    bekal kelak mereka dalam menagrungi samudera kehidupan.

    Bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar dan anak jalanan

    pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan atau

    bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus dan mendorong masyarakat untuk

    berperan. Undang-undang juga memberikan perlindungan kepada anak didalam

    lingkungan sekolah dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    135/179

    29Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    136/179

    91

    guru,pengelola sekolah atau teman-temannya dalam sekolah yang bersangkutan

    atau lembaga pendidikan.30

    4. Hak Sosial

    Dalam hal ini Undang-undang mewajibkan pemerintah untuk meyelenggarakan

    pemelihraan dan perawatan anak terlantar dan anak jalanan, baik dalam lembaga

    maupun diluar lembaga. Yang dimaksud didalam adalah melalui system panti

    pemerintah maupun swasta. Sedangkan diluar lembaga adalah system asuhan

    keluarga atau perseorangan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut lembaga dapat

    mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang tekait. Pengawasan

    terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan oleh

    menteri sosial. Kewajiban pemerintah disini adalah menyelenggaraan dan

    membantu anak agar dapat:

    Berpartisipasi;

    Bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan nurani dan agamanya;

    Bebas menerima informasi lisan tertulis sesuai dengan tahapan usia dan

    perkembangan anak;

    Bebas berkumpul;

    Bebas beristirahat, bermain, berekreasi, dan berkarya seni budaya; dan

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    137/179

    Memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

    Hak perlindungan Khusus

    Undang-undang mewajibkan pemerintah dan lembaga Negara lainnya

    berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindugan khusus

    30Wawancara tgl 11 Juni 2009, dengan Bapak Harjiyanto, salah satu staff di DinasSosial,

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    138/179

    92

    terhadap anak dalam situasi darurat. Seperti yang sudah berhadap dengan hokum

    maupun anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual.

    Perlindungan khusus atas anak secara manusiawi yang berhadapan dengan

    hokum maka dilakukan dengan melalui:

    perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak

    Peyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;

    Penyediaan sarana dan prasarana khusus;

    Penjatuhan sanksi untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;

    Upaya rehabiltas, baik dalam lembaga maupun diluar lembaga;

    Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau

    keluarga dan

    Perlidungan dari pemberitaan identitas melalui media masa dan untuk

    menghindari labelisasi.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    139/179

    BAB IV

    ANALISIS TERHADAP ANAK JALANAN MENURUT PERSPEKTIF

    HUKUM ISLAM.

    A. Pemenuhan Hak-Hak Anak Jalanan

    Masalah pemenuhan hak-hak anak jalanan meliputi bannyak aspek, di antaranya

    mengenai kuasa asuh, perwalian pengangkatan anak, pengakuan anak, dan

    kedudukan anak. Pada dasarnya hak-hak anak merupakan tanggung jawab kedua

    orang tuanya. Tanggung jawab antara suami isteri sebenarnya dapat dilihatdalam tanggung jawab dan peran yang diambil masing-masing dalam

    memelihara anak. Tetapi dalam hal pemenuhan hak-hak anak tidak hanya

    menjadi tanggung jawab orang tuanya saja, pemerintah maupun Negarapun

    mempunyai kewajiban. Terlebih lagi bagi anak yang orang tuanya tidak mampu

    dalam menjalankan kewajibannya tersebut. Hal ini dikarenakan masalah

    pemenuhan perlindungan anak dan pemenuhan haknya merupakan sesuatu yang

    kompleks dan menimbulkan berbagai macam permasalahan lebih lanjut yang

    tidak selalu dapat diatasi secara perseorangan, tetapi secara bersama-sama dan

    yang penting penyelesaiannya menjadi tanggung bersama.

    Untuk menjamin hak-hak anak terlebih lagi bagi anak-anak jalanan atau anak yang

    kurang mampu, diatur oleh Undang-undang Dasar 1945 Pasal 34 menyatakan

    bahwa Negara memberikan perlindungan kepada fakir miskin dan anak terlantar.

    Selain itu juga, sejak Indonesia meratifikasi Konvensi Haka Anak Internasional pada

    tanggal 25 Agustus 1990 dengan keputusan Presiden Nomor 36

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    140/179

    93

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    141/179

    94

    Tahun 1990, maka Indonesia berkewajiban untuk mengimplementasikan hak-

    hak anak ke dalam Hukum Nasional Indonesia. Hal tersebut telah mewajibkan

    pemerintah Indonesia untuk segera menentukan tindakan yuridis. Dengan

    maksud mewajibkan pemerintah untuk segera membentuk Undang-undang

    Nasional yang sesuai dengan KHA Internasional disertai dengan penegakkan

    hak-hak anak tersebut dengan ketentuan Undang-undang. Diantaranya Undang-

    undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang

    Nomor 4 tahun 1970 tentang Kesejahteraan Anak.1

    Maka pemerintah kota Yogyakarta bekerja sama dengan rumah singgah milik

    pemerintah maupun swasta untuk melakukan usaha dalam pemeliharaan dalam

    rangka pemenuhan hak-hak anak, khususnya bagi anak jalanan dan anak yang

    kurang mampu. Dalam tugasnya rumah singgah tersebut diawasi pemerintah

    dalam memberikan perlindungan.

    Rumah singgah merupakan lembaga asuhan anak anak bagi anak-anak yang

    orang tuanya tidak mampu untuk memberikan perlindungan guna memenuhi

    hak-hak anak jalanan tersebut. Agar dimaksudkan untuk menghindari hal-hal

    yang negative terhadap pengaruh perkembangan dalam masa pertumbuhan dan

    perkembangan anak. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 37 Undang-undang

    Nomor 2 Tahun 2002.

    1). Pengasuhan anak ditinjau kepada anak yang orang tuanya tidak dapat

    menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, spiritual maupun

    sosial.

    1Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 139.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    142/179

    95

    2). Pengasuhan anak sebagaimana dimaksudkan kedalam ayat (1) dilakukan oleh

    lembaga yang sah bergerak dalam pengasuhan anak.

    3). Dalam lembaga sebagaiamana dimaksudkan kedalam ayat (2) berdasarkan

    agama, anak yang diasuh harus seagama dengan agama yang menjadi landasan

    lembaga yang bersangkutan.

    4). Dalam pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berdasarkan

    agama, maka pelaksanaan penagsuhan anak harus memperhatikan agama yang

    dianut anak yang bersangkutan.

    Dalam rangka pemenuhan hak-hak anak jalanan maka pihak rumah singgah,

    baik dari milik pemerintah maupun swasta bekerja sama dengan Departemen

    Pendidikan atau pihak sekolah tempat anak-anak tersebut bersekolah. Dalam hal

    kesehatan bekerja sama dengan Departemen Kesehatan atau Rumah Sakit. Serta

    pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam penyelenggaraan pemenuhan hak-

    hak anak.

    Dalam kaitannya dengan hak-hak yang diberikan kepada anak termasuk anak

    jalanan atau anak terlantar, maka dalam pandangan hukum Islam ada kewajiban

    untuk memberikan hak kepada mereka. Dalam al-Quran kewajiban tersebut

    didasarkan dalam firman Allah:

    2

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    143/179

    2Al-Isra (17): 26.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    144/179

    96

    !"#

    3

    Sedangkan ayat yang mengatur tentang memberikan hak untuk orang

    miskin, dalam firman Allah:

    4 $ % & ' $

    Sedangkan dalampemenuhan hak-hak anak jalanan dalam bidang hukum pidana

    Negara menciptakan berbagai Undang-undang. Diantaranya perlindungan anak

    dan Undang-undang pengadilan anak. Pihak panti melakukan pendampingan bagi

    anak-anak yang sedang berhadapan dengan hukum dengan bekerja sama dengan

    KPAI, LAAI, dan psikolog.

    B. Hambatan Dan Permasalahan Dalam Pendampingan Anak Jalanan

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    145/179

    Pemerintah kota Yogyakarta dalam hal ini Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Kota Yogyakarta dalam menangani dan pembinaan anak-anak jalanan

    selalu mengalami hambatan dan permasalahan, antara lain adalah:5

    Anak yang berumur lebih dari 18 (delapan belas tahun) tahun bukan sasaran

    program anak jalanan. Sehingga hal ini mengakibatkan rancunya pandangan

    masyarakat secara luas tentang batasan anak jalanan. Banyak yang

    menganggap para pengangguran atau preman-preman terminal, pasar atau

    Al-Isra (17): 31.

    Ar-Rum (30): 38.

    Wawancara tgl 11 Juni 2009, dengan Bapak Harjiyanto, salah satu staff di DinasSosial, Tenaga

    Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    146/179

    97

    yang di jalanan adalah anak jalanan hanya karena mereka bekerja layaknya anak

    jalanan padahal mereka bukan anak-anak lagi.

    Stigma masyarakat tentang anak jalanan yang cenderung negatif, walaupun anak

    jalanan sudah mendapatkan laitihan ketrampilan namun sulit mendapatkan

    pekerjaan hal ini mendatangkan masalah tersendiri bagi pemecahan masalah

    anak jalanan. Karena anak-anak jalanan yang dianggap sudah memiliki cukupkemampuan dan keterampilan tetap ditolak oleh sebagian masyarakat. Hal itu

    pula yang mendorong mereka untuk kembali ke jalan karena putus asa tidak

    mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan ditengah-tengah masyarakat.

    Anak yang dieksploitasi orang tuanya untuk ikut mencari uang di jalanan.

    Mereka sulit dijangkau oleh pekerja sosial karena akan dilindungi oleh orang

    tuanya dan tidak akan diperkenankan ikut pekerja sosial untuk diberi

    keterampilan dipanti atau rumah singgah. Jadi mereka akan terus bekerja di jalan

    dibawah pengawasan orang tua mereka.

    Jenis permainan ketangkasan (ding dong atau play station) memacu anak tetap

    kejalan untuk mencari uang agar tetap dapat bermain ding dong atau play

    station.

    Anak yang berasal dari luar daerah.

    Anak-anak yang berasal dari luar daerah biasanya tidak mempunyai tempat

    tinggal tetap sehingga mobilitas mereka cukup tinggi. Anak-anak ini sulit dibina

    karena mereka telah terbiasa dengan kerasnya kehidupan anak jalanan dengan

    tanpa ada yang melindungi. Jadi mereka terbiasa mandiri.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    147/179

    98

    Anak yang ingin sekolah tetapi tidak mempnyai identitas sama sekali.

    C. Upaya Pembinaan Anak Jalanan dikota Yogyakarta.

    Menurut Pasal 20 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 yang

    berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan

    anak adalah Negara dan Pemerintah. Hal ini sesuai dengan Konvensi Hak Anak

    Internasional. Adapun kewajiban dan tanggung jawab Negara dan pemerintah

    adalah sebaga berikut:

    1. Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak (Pasal

    21)

    Menurut Pasal 21 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    148/179

    Negara dan pemerintah bertanggung jawab menghormati dan mejamin hak asasi

    setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,

    budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan

    atau mental anak.

    2. Berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan

    prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 22)

    Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan

    dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya: sekolah, lapangan bermain,

    lapangan olah raga, rumah ibadah, gedung kesenian, tempat rekreasi, tempat

    penitipan anak, dan rumah tahanan untuk anak.

    s

    3. Menjamin perlindungan dan kesejahteraan anak (Pasal 23 ayat (1))

    Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan

    kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang

    tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab

    terhadap anak.

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    149/179

    99

    4. Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 23 ayat (2)) Negara dan

    pemerintah mengawasi penyelenggaraan anak.

    Fungsi Negara dan pemerintah disini adalah sebagai pengawas bukan sebagai

    pelaksana.

    Menjamin anak untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan pendapat

    (Pasal 24)

    Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam

    menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tigkat kecerdasan anak.

    Dengan melakukan pemeliharaan anak, maka berarti melakukan usaha untuk

    kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak adalah hak asasi anak yang harus

    diusahakan bersama. Pelaksanaan pengadaan kesejahteraan anak tersebut. Setiap

    peserta bertanggung jawab atas pengadaan kesejahteraan anak. Ini berarti bahwasetiap anggota masyarakat dan pemerintah (yang berkewajiban) berkewajiban

    serta dalam pengadaan kesejahteraan anak dalam suatu masyarakat, yang

    selanjutnya akan mempengaruhi pembangunan yang sedang diusahakan dalam

    masyarakat tersebut. Oleh karena itu pengadaan kesejahteraan anak sebagai

    suatu segi perlindungan anak mutlak harus dikembangkan.

    Maka Pemerintah kota Yogyakarta bekerja sama dengan organisasi sosial setempat,

    seperti Ikatan Keluarga Pekerja Sosial Masyarakat (IKPSM), TP. PKK, Lembaga

    Pemberdayaan Masyarakat melalui (Unit Pelaksana Lingkungan/ UPL dan UnitPelaksana Ekonomi/ UPE), Karang Taruna (KT). Semuanya itu tergabung dalam

    Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FK PSM), forum

  • 7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx

    150/179

    100

    ini nantinya merupa