7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
1/179
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK
A. Pengertian dan Kedudukan Anak
Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan kedua setelah
ayah dan ibu.1Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca mata hukum. Ia
tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi dengan usia.
Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak yang belum
mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di
bawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut dari kekuasaan.2
Pengertian ini bersandar pada kemampuan anak, jika anak telah mencapai umur 18tahun, namun belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka ia termasuk katagori
anak. Namun berbeda apabila ia telah melakukan perbuatan hukum, maka ia telah
dikenai peraturan hukum atau perUndang-Undangan.
Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.3Dalam perspektif Undang-
Undang Peradilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah
mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum
pernah kawin.4Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam pasal
WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm. 38-39.
Pasal 47, UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
2/179
Pasal 1 (2), UU. No. 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak.
Pasal 1 (1), UU. No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.
22
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
3/179
23
98 (1) dikatakan bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa
adalah usia 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental
atau belum pernah melangsungkan perkawinan.5Adapun pengertian anak menurut
Pasal 45 KUHP adalah orang yang belum cukup umur, yaitu mereka yang
melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum umur 16 (enam belas) tahun.6
Sedangkan dalam Konvensi Hak Anak (KHA), anak adalah setiap manusia yang
berusia dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku
bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah mencapai lebih awal.7
Dengan demikian pasal ini mengakui bahwa batas usia kedewasaan dalam aturan
hukum sebuah Negara mungkin berbeda dengan ketentuan KHA. Dalam kasus
ini Komite Hak Anak menekankan agar Negara meratifikasi KHA
menyelaraskan peraturan-peraturan hukumnya dengan KHA. Dari pengertian ini
tidak terlihat permulaan atau dimulainya status anak. Apakah sejak anak tersebut
lahir, ataukah sejak anak tersebut masih dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini
KHA tidak menyebutkan secara tegas. Tetapi dalam bagian mukadimah,
dinyatakan bahwa anak dikarenakan ketidakmatangan jasmani dan mentalnya
memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan
hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahirannya.8Pada prinsipnya pokok
Instruksi Presden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam, 2001), hlm. 50.
Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika,1993), hlm.19.
KHA, Pasal 1.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
4/179
Lihat mukadimah KHA pada Darwin Prinst,Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Aditya Bakti,
2003), hlm. 103-104.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
5/179
24
pikiran yang harus dipegang adalah bahwa Negara yang meratifikasi KHA harus
memajukan dan melindungi kepentingan dan hak anak sebagai manusia hingga
mereka bisa mencapai kematangan mental dan fisik
Dalam perkembangan anak diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Pertama,
anak sah, yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawian yang sah atau
hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri
tersebut.9Kedua, anak terlantar, yaitu anak yang tidak memenuhi kebutuhannya
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Ketiga, anak yang
menyandang cacat, yaitu anak yang mengalami hambatan secara fisik dan atau
mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.
Keempat, anak yang memiliki keunggulan, yaitu anak yang mempunyai
kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan atau bakat luar istimewa.
Kelima, anak angkat, yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan
kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung
jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut kedalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atas penetapan
pengadilan. Keenam, anak asuh, yaitu anak yang diasuh oleh seseorang ataulembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan
kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu
menjamin tumbuh kembangnya anak secara wajar.10
Sedangkan dalam Undang-Undang peradilan anak dikatakan bahwa pengertian
dari anak nakal adalah anak yang melakukan pidana atau anak yang
KHI, Pasal 99.
Pasal 1, Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
6/179
25
melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut
peraturan perUndang-Undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun, dalam perkara
anak nakal ini hanya bisa diajukan ke pengadilan apabila telah mencapai umur 8
(delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
belum pernah kawin.11
Dan sesuai asas praduga tak bersalah, maka seorang anak
nakal yang sedang dalam proses pengadilan tetap dianggap sebagai tidak
bersalah sampai adanya putusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatanhukum tetap. Batas usia 8 tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang
anak berdasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan pedagogis,
bahwa anak yang belum mencapai usia 8 tahun dianggap belum dapat
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Dalam GBHN telah dijelaskan bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa dan
sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan dan dibina
sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa. Dan
walaupun anak dilahirkan oleh orang tua, namun pada hakekatnya anak merupakan
individu yang berbeda dengan siapapun, termasuk dengan kedua orang tuanya.
Bahkan anak memiliki takdirnya sendiri yang belum tentu sama dengan orang
tuanya.12
Dengan demikian maka jelaslah anak merupakan mahluk independen. Hal
ini perlu disadari sehingga orang tua tidak berhak untuk memaksakan kehendaknya
pada anak, biarkan anak tumbuh dewasa dengan suara
Pasal 1 dan 2, Undang-Undang Nomer 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.
M. Nipan Halim,Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001),
hlm. 21.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
7/179
26
hati nuraninya. Orang tua hanya memantau dan mengarahkan agar jangan
sampai menyusuri jalan yang sesat.13
Orang tua hanya berkewajiban berusaha,
yaitu agar anak tumbuh dewasa menjadi kepribadian yang shaleh dengan
merawat, mengasuh, dan mendidiknya dengan pendidikan yag benar.
Kedudukan anak, berhubungan dengan status yang disandangnya. Istilah status
itu hampir sama dengan kedudukan. Secara literal, kata status berarti
kedudukan.14
Namun dalam kamus Bahasa Idonesia, kata status berarti
keadaan, tingkatan, organisasi, badan atau Negara dan sebagainya.15
Adapun
kata kedudukan adalah keadaan dimana seseorang itu hidup menunjukan
kepada suatu hubungan kekeluargaan tertentu.16
Maka status anak sah yang
dimaksudkan sebagai pandangan hukum terhadap anak sah. Sedangkan
kedudukan anak sah menunjukan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.
Kedudukan anak dalam Islam sangat tinggi dan mulia, al-Quran memposisikan
anak sebagai perhiasan dunia,17
anak juga sebagai hiburan.18
Namun harus disadari bahwa penilaian yang begitu tinggi dan mulia terhadap anak
manusia, hanya dimiliki oleh anak-anak yang memiliki predikat sebagai anak yang
sah dari pasangan suami isteri yang terikat dalam perkawinan yang sah. Hal
Ibid., hlm. 23.
John M. Echols Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet. Ke-XX, (Jakarta: Gramedia,
1992), hlm. 554.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
8/179
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, cet. Ke-II, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1982), hlm. 1310.
HFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, terj. IS. Adiwinarta, jil ,cet. Ke IV, (Jakarta:
Raja Grafindo, 1996), hlm. 60.
Al-Kahfi (18): 46.
Al-Furqan (25): 74.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
9/179
27
ini tidak berarti bahwa anak diluar nikah (anak zina) menempati posisi yang
rendah.19
Karena anak ini juga anak manusia yang memiliki hak-hak
kemanusiaan untuk mendapatkan jaminan hukum sesuai dengan statusnya,
sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak.20
Perlindungan terhadap anak sesuai
dengan kedudukannya itulah yang bisa dijadikan dasar untuk memberikan hak-
hak anak secara proposional berdasarkan status keabsahannya. Hanya saja, hak-
hak anak yang bisa dimiliki anak zina jelas berbeda dengan hak anak yang
berstatus sebagai anak sah.
Nabi menegaskan bahwa suami yang melian isterinya dan menolaknya anaknya,
maka isterinya harus dicerai dan anak itu hanya dihubungkan dengan nasab
ibunya.21
Hal inilah yang menjadi dasar bagi para ulama, bahwa anak zina hanya
bisa dihubungkan melalui nasab ibunya.22
Untuk itulah Kompilasi Hukum Islam
(KHI) menetapkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai
nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.
23
19Anak merupakan titipan Allah dan hanya sebatas akibat tidakan a-moral yang dilakukan oleh
ayah dan ibunya. Dia tidak memiliki atau menanggung dosa yang diperbuat oleh ayah dan ibunya.
Lihat QS. Al-Najm (53): 38.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
10/179
Lihat terjemahan Convention on the Right of thr Child (Konvensi Hak Anak), pasal 2 ayat (2),
dalam M. Joni dan Zulchaina Z Tanamas,Aspek Hukum Perlindungan Anak dalamPerspektif
Konvensi Hak Anak, cet. Ke-I (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 136.
H.R. Buchairi. Lihat al-Buchairi, Sahih al-Buchairi, Jil. III, jil. VI, hlm. 181.; Al-Suyuti, Sunan
al-Nasai bi Syarh al-Hafiz Jalal al-Din al-Suyuti, ji. III, jil. VI, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, t.t.), hlm. 178.
Ibn Rusyd,Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, jil. II, (Mesir: Mustafa al-Babi al-
Halabi, 1960), hlm. 358.
Pasal. 100, , Kompilasi Hukum Islam.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
11/179
28
Aturan hukum seperti itu berbeda dengan aturan yang terdapat dalam hukum
perdata sebagai hukum positif di Indonesia. Anak tidak sah, yang oleh hukum
positif diistilahkan dengan anak luar nikah24
atau menurut Hukum Islam disebut
dengan anak zina, bila disahkan atau mendapatkan lembar pengesahan akan
memiliki hubungan perdata dengan ibunya maupun dengan ayahnya, meskipun
penguasa anak tersebut adalah walinya.25
Hubungan keperdataan anak luar
kawin terjadi setelah mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Hubungan itupun
hanya terbatas sampai hubungan ibunya dan ayahnya saja. Anak ini tidak
memiliki kakek dan nenek baik dari garis ayahnya maupun dari garis ibunya
terus keatas.26
Dari pengertian inilah hukum positif membolehkan upaya
pengakuan dan pengabsahan.
Berkenaan dengan kedudukan anak yang dilahirkan dari perkawinan campuran,
pasal 29 Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan apabila terjadi
perkawinan campuran antara warga Republik Indonesia dengan warga Negara asing,
anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh
Anak luar nikah menurut Hukum Perdata ada tiga macam; (1) Anak alam (pelaku zina sama-sama
belum menikah dan tidak ada larangan untuk kawin), (2) anak zina (pelaku zina atau salah
satunya sedang dalam ikatan perkawinan), dan (3) anak sumbang (pelaku zina masih ada
hubungan darah sehingga dilarang kawin). Anak luar nikah (anak alam) dibedakan dari anak zina
dan sumbang. Dua jenis anak terakhir ini tidak bisa memiliki hubungan dengan ayah dan ibunya.
Bila anak tersebut terpaksa disahkanpun tidak ada akibat hukumnya. Lihat KUH Perdata pasal
bandingkan dengan Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 130. Kedudukan anak itu sangat
menyedihkan. Namun pada prakteknya dijumpai hal-hal yang meringankan, karena biasanya anak
zina dan sumbang hanya diketahui oleh pelaku zina saja itu sendiri. Asal anak lahir dalam
keadaan ibunya terikat perkawinan yang sah, otomatis menjadi anak sah. Oleh karena itu
kecenderungan hukum perdata itu membolehkan pengabsahan anak. Sedangkan menurut al-
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
12/179
Quran, selain anak sah adalah anak zina (tidak sah). Lihat Abdurrouef, al-Quran dan Ilmu
Hukum,(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 96.
KUH Perdata, Pasal 409.; Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 131.
KUH Perdata, Pasal 281 atau Pasal 336 BW. Bandingkan dengan Vollmar, PengantarStudi, hlm.126-127.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
13/179
29
kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan
perUndang-Undangan yang berlaku.27
B. Pemeliharaan Anak
Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya di atas bahu
kedua orang tuanya, selain merawat secara fisik, juga meliputi akulturasi ke
dalam nilai-nilai Islami dan sosialisasi ke dalam umat. Syariat menegaskan
bahwa orang tuanya harus mendidik anaknya tentang ritual Islam serta hukum
dan etika Islam dan tentang menjadi bagian dari umat. Bila tidak sanggup atau
gagal, maka masyarakatlah yang harus bertanggung jawab. Orang tua
membacakan syahadat ketika anaknya baru lahir, menamainya dengan nama
baik, menyunatkannya apabila anaknya laki-laki dan mengajarkan membaca al-
Quran secara benar. Orang tua mendidik anaknya supaya berbakti kepada
keluarga dan masyarakat, membetulkan apabila ia melakukan kesalahansertamenasihati dan memberinya contoh yang baik. Syariat menegaskan supaya anak
menghormati dan mematuhi orang tua serta orang yang lebih tua darinya, dan
membantu mereka.28
Mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti wajibnya orang tua
memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini harus dilaksanakan demi
kemaslahatan dan keberlangsungan hidup anak. Syariat Islam, dalam hubungannya
dengan hak anak untuk mendapatkan pengasuhan dan
Pasal 29 ayat (1), Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
14/179
Ismail R. Al-Faruqi,Altar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang, (Bandung:
Mizan, 2003), hlm. 185.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
15/179
30
perawatan, menuntut agar setiap orang yang berkewajiban memenuhi tugas ini
agar melakukannya dengan ikhlas (sepenuh hati). Makanya hak asuh atas anak
kecil (bayi) pada tahap pertama ini hendaknya dilakukan oleh seorang ibu
(wanita), karena ia secara umum, dengan fitrah yang ditumbuhkan oleh Allah
dalam jiwanya, dipandang lebih mampu dalam memenuhi kebutuhan bayi pada
usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan, belaian kasih saying,
kebutuhan bayi pada usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan,
belaian kasih sayang, perhatian, dan perlindungan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,
anak adalah orang yang belum genap berusia 21 (dua puluh satu) tahun dan belum
pernah menikah dan karenanya belum mampu untuk berdiri sendiri.29
Ketentuan ini berlaku sepanjang anak tidak mempunyai cacat fisik maupun
mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Oleh karena ituperbuatan segala hukum yang dilakukan oleh anak diwakili oleh kedua orang
tuanya, baik didalam maupun diluar pengadilan. Dalam hal kedua orang tuanya
tidak mampu menunaikan kewajiban tersebut, maka Pengadilan Agama dapat
menunjuk seseorang kerabat terdekat untuk melaksanakannya.
Pasal 45 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, mewajibkan orang tua (ayah dan
ibunya) untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.
Kewajiban ini berjalan sampai anak ini kawin atau dapat berdiri sendiri. Demikian
pula sebaliknya, pada pasal 46 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, anak wajibmenghormati orang tua dan menuruti kehendak mereka yang baik.
29Pasal 98, Kompilasi Hukum Islam.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
16/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
17/179
30Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan Dalam Islam, alih bahsa H. Azwir Butun (Bandung:
Fikahati Aneska, 1992), II: 19.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
18/179
32
anak menjelang dwasa (mumayyiz), ketiga, dari awal mumayyiz sampai dewasa
(baligh), dan keempat, dari awal baligh sampai menjelang meninggal dunia.31
Selama daur yang dilalui manusia itu dibarengi dengan hak dan kewajiban, baik
dalam garis vertical maupun horizontal.
Hak dan kewajiban vertical adalah hubungan manusia dengan Tuhannya sebagai
sang Khaliq (penciptanya). Sedangkan hubungan horizontal adalah hak dan
kewajiban terhadap sesame manusia yang terjadi secara alami maupun yang
dibuat dan direncanakan untuk dan oleh manusia sendiri.
Diantara hak dan kewajiban horizontal adalah kewajiban memperhatikan hak
keluarganya, hak suami isteri, dan hak anak-anaknya. Subhi mahmasani
berpendapat bahwa orang tua memperhatikan hak anak untuk masa depanmereka yaitu hak menyusui, hak untuk mendapatkan asuhan, hak untuk
mendapatkan nama baik dan kewarganegaraan, hak nafkah atau harta, hak
pengajaran, serta hak pendidikan, akhlak dan agama.32
Secara garis besar, hak anak menurut Islam dapat dikelompokkan menjadi 7
(tujuh) macam, yaitu:33
a. Hak anak sebelum dan sesudah lahir Allah berfirman:
Ali Hasaballah, Us l at- Tasyri al- , (Mesir: al- , 1959), hlm. 341.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
19/179
Subhi Mamasani, Konsep Dasar Hak-hak Asasi Manusia (Studi Pebandingan Syariat Islam dan
Perundang-undangan Modern) alih bahasa Hasanuddun, (Jakarta: Tintamas Indonesia, 1987),
hlm. 204.
Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan, hlm. 11-34. Hak anak dalam fiqh sering dirinci
menjadi hak nasab, hak radaah, hak hadanah, dan hak nafkah. Lihat Abu Zahrah,
Asy-Syakhsiyyah, (Kairo: Al-Fikr, 1957), hlm. 451-471.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
20/179
33
!"
Maksud ayat ini, supaya anak memperoleh penjagaan dan pemeliharaan akan
keselamatan dan kesehatannya. Ditegaskan pula dalam surah at-Talaq (65): 6
tentang kewajiban sorang suami untuk menjaga isterinya yang sedang hamil
Islam mengajarkan agar selalu menjaga kehidupan keluarga dari api neraka
(jalan kesesatan) bahkan demi hak asasi manusia diperintahkan saling menjaga
antar sesame manusia. Islam juga melarang membunuh perempuan dan anak-
anak dalam keadaan perang.
Dalam Islam ada beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada saat
kelahiran anak, yaitu: 1). Disunnahkan menggembirakan bagi yang melahirkan.
2). Disunnahkan mengiqamati anak yang baru lahir. 3). Disunnahkan mentahnik
anak yang baru lahir, dan 4). Disunnahkan mencukur rambut anak yang lahir.
b. Hak anak dalam kesucian keturunan (nasab).
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
21/179
Hak nasab(hak atas hubungan kekerabatan atau keturunan) merupakan sesuatu
yang penting bagi anak. Kejelasan nasab akan sangat penting mempengaruhi
perkembangan anak pada masa beriutnya. Allah berfirman:
34
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
22/179
34
& ' & % # $
- ' , +% ) * (
!/ .
Hal ini dimaksudkan demi ketenangan jiwa sang anak. Adanya kejelasan nasab
bagi anak merupakan kebanggaan batin dan agar tidak terjadi kerancuan dan
kebimbangan dalam masyarakat.36
c. Hak anak untuk menerima pemberian nama yang baik.
Diantara tradisi masyarakat yang berlaku ialah ketika seorang anak dilahirkan,
dipilihlah untuk sebuah nama. Dengan nama tersebut, ia bisa dikenal oleh orang-
orang disekelilingnya. Dengan syariatnya yang sempurna Islam memperhatikan
dan mementigkan masalah ini.
Sehingga nama-nama jelek yang mempengaruhi kemuliaan dan akan menjadi
bahan ejekan serta cemooh hendaknya dihindari. Nama-nama yang paling utama
adalah nama-nama para nabi atau nama Abd yang dirangkaikan dengan nama-
nama Allah SWT, seperti Abd Al-Rahma, Abd Al-Rahim. Bahwa Rasulullah
bersabda:
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
23/179
d. Hak anak untuk menerima susuan (radaah)
Al- (33): 5.
Untuk memperjelas tentang keturunan, dalam fiqh diterangkan bagaimana cara menentukan
nasab,yaitu dengan pengakuan, penetapan hakim, dan persaksian. Lihat, Mustafa as-SibaI, asy-
Syakhsiyyah, (Damaskus: tnp., tt.), hlm. 291-294.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
24/179
35
hak ini berdasarkan firman Allah:
0 ' -
' $ ( 1 $ 1 ' ,
& 7 56 4 3 , $ 2 $
< ) * ; : 9 $ 8
= 1 ' ) * ; '
!> 8 '
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
25/179
Sebagaimana ayat diatas, ada pula ayat lain yang menerangkan bahwa ada
keringanan dalam segi beribadah kepada Allah bagi para ibu yang sedang
menyusui, seperti dalam ibadah puasa.38
Dalam kondisi tertentu, apabila seorang
ibu tidak memungkinkan untuk memberikan ASInya kepada anaknya, karena
kemaslahatan,maka wajib orang tua untuk mencari orang lain untuk menyusui
anaknya,39
sebagai pemenuhan hak-haknya untuk mendapatkan ASI.
e. Hak anak untuk mendapatkan asuhan, perlindungan dan pemeliharaan. Diantara
berbagai tanggung jawab yang paling menonjol yang
diperhatikan Islam adalah mengajar, membimbing, dan mendidik anak yang
berada dibawah tanggung jawabnya. Semua ini merupakan tanggung jawab yang
Al-Baqarah (2): 233.
! "# $ " , (Beirut: Dar al-Fikr, 1403 H/ 1983 M), VII: 143..
Ibid., hlm. 142.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
26/179
36
besar, berat dan penting karena hal ini dimulai sejak anak dilahirkan sampai pada
masa taklif(dewasa).
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan diantara fitrah
manusia itu adalah ia dianugerahi akal dan kemampuan untuk berpikir, sehingga
selalu memiliki rasa ingin tahu (curiously). Oleh karena itu dalam Islam,
manusia tidak saja berhak untuk mendapatkan pendidikan, bahkan mencaripengetahuan adalah suatu kewajiban. Begitu pula dengan anak-anak, dalam
Islam, orang tua memliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak-
anaknya.
Pendidikan anak ini dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan diri anak untuk
menjalani kehidupannya, karena setiap anak yang dilahirkan iti tidak mengetahui
apa-apa, sebagaimana firman Allah:
5'* # : ' $ % *
" : ' 2 # $ 8 $
Dalam hal ini dimaksudkan orang tua bertanggung jawab penuh untuk
memberikan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan
tanggung jawab ini meliputi;pertama, pendidikan iman, kedua, pendidikan
moral, ketiga, pendidikan fisik,keempat, pendidikan intelektual,kelima,
pendidikanpsikologis, keenam, pendidikan social, dan ketujuh, pendidikan seks.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
27/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
28/179
37
Oleh karena itu, diperlukan adanya bimbingan, pengarahan dan pengawasan agar
anak dapat berkembang menuju kedewasaan sebagaimana mestinya. Selain itu,
pendidikan dalam Islam juga bertujuan untuk memelihara dan menjaga fitrah
yang dimliki anak itu sendiri, yaitu bersih dan suci, terutama fittrah manusia atas
agama.41
Rincian hak anak diatas adalah kebutuhan anak yang harus diperhatikan.
Kesemuanya itu merupakan pemenuhan kebutuhan anak sejak ia di dalam
kandungan sampai ia akan menginjak dewasa, baik dari pemenuhan kebutuhan
fisik maupun nilai-nilai kerohanian (jiwa anak).42
Karena bagaimanpun,
mempersiapkan anak agar menjadi generasi yang berkualitas sudah diamanatkan
dalam al-Quran maupun al-Hadist.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika !ibn Abi % " yang hany berputri satu.
Ketika akan meninggal, ia kan mensedekahkan sebagian besar hartanya. OlehRasulullah, hal tersebut dilarang dan diingatkan untuk mensedekahkan sepertiga dari
hartanya saja, agar dapat diwariskan kepada anaknya. Rasulullah bersabda:
menyedekahkan sepertiga itu sudah cukupbanyak, sesungguhnya jika kamu
meninggalkan ahli warismu dalam kekayaan itu
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
29/179
41Imam an-& ,Sahih Muslim bi Syarh al- an-& ,(Beirut: D r al-Fikr, 1981), VII:113, kitab
al-! ,bab ' at-Tusamm bi Malik al-Amlak au bi Malik al-
(, hlm. 458.
42Nurcholis Madjid, Anak dan Orang tua, Dalam Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina,2000), hlm. 81-89. lihat juga dalam Abdurrahman Mamun, Anakk Dalam Panji Masyarakat,
Nomor 16 Tahun I (4 Agustus 1997), hlm. 98.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
30/179
38
lebih baik bagimu, daripada kamu meninggalkan merea miskin, sehingga mereka
terpaksa meminta-minta kepada orang lain (HR. Bukhairi).43
Dengan kata lain, perhatian untuk memberi nafkah secara laya dan baik kepada
anak adalah aspek yang diperhatikan dalam Islam. Pemenuhan kebutuhan fisik ini
meliputi sandang, pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan anak untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dalam al-Quran juga diingatkan:
= ' 0
"" $ =
Sedangkan aspek non fisik (kebutuhan jiwa) seperti yang sudah dirinci diatas,
Rasulullah pernah mengingatkan untuk membaguskan nama dan memberi
pengasuhan dengan penuh kasih sayang serta pengajaran yang baik.
D. Pihak Yang Berkewajiban dan Bertanggung Jawab Dalam Perlindungan
Anak
Agar perlindungan anak terselenggara dengan baik, maka perlu dianut sebuah prinsip
yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
31/179
paramount of importance(memperoleh prioritas tinggi) dalam setiap keputusan yang
menyangkut anak. Prisip the best interest of the childdigunakan dalam banyak hal
anak adalah korban, termasuk korban dari ketidaktahuan
43Ali Abdillah Muhammad ibn al-) ( , ) ( ,(ttp., Syrkah & Asia, tt.), II: 125. Hadist diatas
diriwayatkan oleh ) ( dari Abu Nuaim dari dari
! ! * ! ! ! % " .
44An-Nisa (4): 9.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
32/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
33/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
34/179
40
Pada kenyataannya masih ada sekelompok orang yang dengan teganya telah
memperlakukan anak sewenang-wenang bahkan anak di eksploitasi secara
ekonomi maupun seksual diantaranya melalui trafiking(perdagangan). Trafiking
terhadap anak merupakan pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Manusia.
Gejala ini berkembang dan berubah dalam bentuk kompleksitasnya namun tetap
merupakan perbudakkan dan penghambaan. Banyak lagi perlakuan yang sangat
diskriminatif terhadap anak.48
Perlindungan anak jalanan adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menyelamatkan atau memberi pertolongan pada anak-anak jalanan supaya
terhindar dari bahaya, sehingga dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi
perkembangan dan pertumbuhan sebagai seoarang anak demi perkembangan dan
pertumbuhan mereka secara wajar baik fisik, mental, dan sosial.
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan lembaga sosialwajib menjamin perlindungan anak disemua aspek kehidupan. Dalam masalah
keagamaan, seiap anak berhak mendapatkan perlindungan untuk beribadah
menurut agamanya, dimana sebelum anak dapat menentukkan agamanya sendiri,
agama yang dipeluk anak mengikuti agama orang tuanya. Perlindungan anak
dalam memeluk agamanya meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan
ajaran agama bagi anak.49
Pengertian perlindungan anak juga dapat dirumuskan sebagai :50
Himpunan Peraturan PerUndang-Undangan, (Bandung: Fokus Media, 2007), hlm. Iii.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
35/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
36/179
41
Suatu perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Keadilan ini
merupakan keadilan sosial, yang merupakan dasar utama perlindungan
anak.
Suatu usaha bersama melindungi anak untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya secara manusiawi dan positif
Suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial.
Menurut proporsi yang sebenarnya, secara dimensional perlindungananak beraspek mental, fisisk, dan sosial. Hal ini berarti bahwa
pemahaman, pendekatan dan penanganan anak dilakukan secara
integratif, interdisipliner, intersektoral, dan interdepartemental.
Suatu hasil interaksi dari pihak-pihak tertentu, akibat dari adanya suatu
interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhinya.jadi
perlu diteliti, dipahami, dan dihayati siapa jasa (objek dan subjek hukum)
yang terlibat sebagai komponen pada adanya (eksistensi) perlindungan
anak tersebut. Karena perlindungan anak jalanan ini merupakan
permasalahan yang rumit dan sulit, maka penanggulangannya harus
dilakukan secara simultan dan bersama-sama.
Suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur sosial
tertentu atau masyarakat tertentu.
Suatu tindakan hukum (yuridis) yang dapat mempunyai akibat hukum
yang harus diselesaikan dengan berpedoman dan berdasarkan hukum.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
37/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
38/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
39/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
40/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
41/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
42/179
Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Bagian Agama dan Jender,
Solidaritas Perempuan dan The Asian Foundation, 1999), hlm. 23.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
43/179
45
Anak merupakan karunia Tuhan (rezeki) bagi orang tua, keluarga, dan
masyarakat tetapi sekaligus merupakan fitnah atau ujian.
Pendidikan anak dengan baik terletak secara mutlak pada pundak orang tua
sebagai penanggung jawab utama.
Pembinaan atas perkembangan dan pertumbuhan anak harus dipersiapkan sejak
dini.
Pembinaan tingkat awal adalah dalam bentuk radaah dan hadanah yang
langsung ditangani oleh ibu kandung.
Pembinaan anak dalam usia pra sekolah sebagaian besar harus berlangsung dalam
rumah tangga yang ditangani oleh orang tua secara bersama-sama.
Pembinaan anak selama berada dalam usia sekolah menjelang dewasa ditangani
bersama oleh komponen-komponen pendidikan, yaitu rumah tangga (orang tua),
sekolah (guru), dan masyarakat (pemerintah atau
panutan yang tauladani dalam masyarakat dilingkungannya.58
Konsep ajaran tersebut merupakan usaha-usaha dalam upaya penanganan
masalah anak yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemaslahatan anak. Perhatian orang tua merupakan barometer dari rasa tanggung
jawab yang ada dalam dirinya terhadap anak.
Disamping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga
juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
44/179
kebutuhan. Perkembangan jasmani anak tergantung pada pemeliharaan fisik
yang layak yang diberikan keluarga. Sedang perkembangan
58Ali Yafie,Menggagas Fiqh Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi HinggaUkhuwah,
cet. Ke-2 (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 272.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
45/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
46/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
47/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
48/179
terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih
yang mendoakannya diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Bukhairi Muslim.
Abu Bakar Al-Jazairy, 2 ,alih bahasa Rachmat Djatnika, (Bandung: Rosdakarya, 1991),
hlm. 234.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
49/179
48
dahulukan dari kerabat pihak ibu.64
Sedangkan pemberian nafkah berurutan dari
kerabat waris terdekat yang mampu.65
Maksud dari keikutsertaan kerabat untuk turut bertangung jawab terhadap anak
ini menunjukan bahwa bagaimanapun hak hadanah memang dapat dilepaskan
karena suatu hal namun hak hadanah anak yang masih kecil tetap tidak dapat
gugur.66
2. Tanggung Jawab Masyarakat dan Negara.
Memberi perlindungan terhadap anak dengan memberi segala kebutuhan anak baik
fisik maupun rohani secara maruf oleh Allah dijajnjikan tidak akan pernah sia-sia.
Baik itu untuk si anak maupun untuk orang tua sendiri. Janji Allah atas pengorbanan
orang tua yang besar dan tulus hanya akan diganjar dengan upah pahala yang
berlipat adalah hal yang selalu didamba oleh setiap orang tua.
Namun, tidak semua orang tua mampu memberikan perlindungan maupun nafkah
yang selayaknya kepada anaknya.mereka bisa terjadi terhalang memenuhi kewajiban
karena faktor kemiskinan. Anak-anak yang terabaikan lantaran tak mendapatkan
perhatian, tak memperoleh kebutuhan dan hak pemeliharaan yang baik, sebagian
memang lantaran kemiskinan orang tua mereka. Ada banyak sebab yang
menyebabkan orang tua gugur kewajibannya untuk
Zakariya Ahmad Al-Barry, ( ! ,alih bahasa oleh Chadijah Nasution, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1977), hlm. 51-73.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
50/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
51/179
49
mengasuh anaknya, di antara lain seperti tidak mampu atau miskin, meninggal
dunia, sakit dan atau gila.
Keluarga yang tak mampu memberikan kesejahteraan terhadap anak ini memang
bisa menggugurkan kewajiban orang tua untuk memberikan hak yang selayaknya
yang didapatkan anak. Namun sekali lagi hal tersebut tidak dapat menggugurkan
hak anak untuk memperoleh pemeliharaan. Maka sempurnakah, bila dalam Islamkewajiban itu bisa beralih pada kerabatnya yang mampu. Dan bila keluarga atau
kerabat tidak ada maka masyarakat dan negaralah yang berkewajiban memelihara
dan memberikan perlindungan terhadap anak tersebut. Dalam al-Quran
disebutkan:
: 5 * (
, 5 0 #; $
>5 =
Ibn Katsir menyatakan bahwa anak yatim adalah anak yang tidak memiliki orang
yang mencarikan nafkah hidupnya yang biasanya seorang ayah, dalam keadaan
belum baligh.68
Muhammad Mustafa Al-Maraghi menafsirkan anak yatim adalah
anak yang masih kecil yang harus diberi nafkah, sebab ia masih
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
52/179
67Al-Baqarah (2): 177.
68Ibnu Katsir, Tafsir3 , (Beirut: Maktabah & Ismiyyah, 1991), III: 197. Dalam al-Quran
sedikitnya ada 23 ayat yang menyinggung anak yatim ( + , + ,
+ , + )dan 37 ayat menyebutkan perihal orang miskin (al ( , ( , ( ).
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
53/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
54/179
An-Nisa (4): 8.
An-Nisa (4): 2, dan Al-Isra (17): 33.
An-Nisa (4): 2, dan 10.
Adh-Dhuha (93): 9.
Al- (107): 2.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
55/179
51
agama. Disinilah dimensi sosial yang sangat penting dari nilai-nilai al-Quran
sebenarnya telah ditunjukan melalui pesan yang tertuang dalam kitab suci al-
Quran.78
Rasulullah sendiri memberikan tauladan dalam kaitannya dengan anak-anak
terlantar ini. Dalam tarikh, tercatat sepanjang hidupnya Nabi Muhammad lebih
dari 26 pembantu dari kalangan orang merdeka bukan budak. Mereka lebih
berstatus sebagai anak asuh ketimbang pembantu. Sedangkan anak asuh beliau
yang semula budak dan kemudian dimerdekakan bahkan mencapai 65 orang.
Hak memperoleh fai dari segi istilah fai adalah harta yang diperoleh orang-
orang kafir yang memusuhi tanpa peperangan. Termasuk kedalam faI adalah
harta yang ditinggalkan oleh musuh sebagai jaminan keselamatan, pajak (jisyat),
pajak bumi (kharaj), dan semacamnya.
Ayat al-Quran yang mejelaskan tentangfaiantara lain:
= 5 , = 5 ,
> . 0 $ 5
Ayat ini menjelaskan soal pembagian fai, berdasarkan ayat tersebut pula hasil
pungutan yang dikumpulkan tersebut dibagi sesuai yang telah ditetapkan dengan
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
56/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
57/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
58/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
59/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
60/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
61/179
2www.syirah.com, PMII KOMFAKSYAHUMdi/pada September 6, 2007, akses 25 Januari 2009.
54
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
62/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
63/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
64/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
65/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
66/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
67/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
68/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
69/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
70/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
71/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
72/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
73/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
74/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
75/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
76/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
77/179
Pada tabel di atas dapat diketahui sebagian besar penghasilan orang tua
anak jalanan mempunyai pendapatan di bawah Rp. 200.000,- dalam satu bulan
yaitu sebanyak 8 anak. Sedangkan anak jalanan yang pendapatan orang tuanya
Rp. 250.000,- sebanyak 2 anak Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besarkeluarga anak jalanan termasuk keluarga miskin.
Dinas Sosial Propinsi Yogyakarta mempunyai ukuran kemiskinan sebagai
berikut; bahwa yang dimaksud keluarga miskin adalah rumah tangga yang
mempunyai penghasilan rata-rata 360 Kg per tahun dengan patokan harga beras
Rp. 4.000,00 per Kilogram. Sehingga bila diubah dalam bntuk mata uang
Rupiah, maka perhitungannya sebagai berikut: 4000 x 360 = 1. 440. 000. jadi
penghasilan rata-rata keluarga miskin adalah rp. 1. 440. 000 per tahun. Bila
dihitung dalam jangka waku satu bulan, maka Rp. 1. 440. 000 dibagi 12 yang
hasilnya adalah Rp. 120. 000.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
78/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
79/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
80/179
63
Jadi cukup beralasan bila anak-anak tersebut berusaha mencari nafkah sendiri,
atau paling tidak untuk berusaha bisa mencukupi kebutuhan sendiri sehingga
tidak memberatkan orang tua yang pendapatannya pas-pasan.7
TABEL III/ 8
STATUS KEPEMILIKAN RUMAH
Katagori Jawaban
Frekwensi
Kontrak
5
Milik sendiri
7
Jumlah
12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
81/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
82/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
83/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
84/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
85/179
dinyatakan oleh sebanyak 7 anak. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa
kebutuhan pokok keluarga sudah tercukupi sebanyak 5 anak.
Hal tersebut semakin menunjukan bahwa anak-anak jalanan sebagian besar
berasal dari keluarga miskin dimana kebutuhan pokok keluarga belum tercukupi
dengan baik.
2. Ketidakharmonisan Keluarga
Latarbelakang anak jalanan yang juga perlu diperhatikan adalah keadaan hubungan
dalam keluarga tersebut. Ketidakharmonisan dapat mendorong anak untuk pergi dari
rumah dan akhirnya hidup di jalanan. Pertama-tama dilihat bagaimana keadaan
orang tua anak tersebut seperti pada tabel berikut ini:
9Wawancara dengan Irit, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 2 Febuari
2009
10Wawancara dengan Yuni, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
86/179
66
TABEL III/ 11
KEADAAN KEDUA ORANG TUA ANAK JALANAN
Katagori Jawaban
Frekwensi
Ayah dan Ibu lengkap
9
Ayah dan Ibu bercerai
3
Ayah meninggal dunia
-
Ibu meninggal dunia
-
Ayah dan Ibu meninggal dunia
-
Jumlah
12
Sumber: Data Primer
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
87/179
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar orang tua anak
jalanan adalah masih lengkap, yang menyatakan demiikian sebanyak 9 anak
Sedangkan yang menyatakan ayah dan ibu bercerai hanya 3 anak. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan atau keadaan perkawinan orang tua bukan faktor
dominan yang mendorong anak-anak untuk hidup di jalanan.
TABEL III/ 12
PENGALAMAN ANAK JALANAN DIMARAHI ORANG TUA
Katagori Jawaban
Frekwensi
Pernah
12
Tidak pernah
-
Jumlah
12
Sumber: Data Primer
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
88/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
89/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
90/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
91/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
92/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
93/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
94/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
95/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
96/179
3
Orang tua dan saudaranya
5
Jumlah
12
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan mencari uang di jalan
bersama teman mereka, yaitu 3 anak. Sedangkan responden yang menyatakan
mencari sendiri sebanyak 4 anak. Ada hal menarik hal di atas dimana anak yang
menjawab bersama orang tua dan saudaranya sebanyak 5 anak.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
97/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
98/179
Wawancara dengan Slamet, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
99/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
100/179
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup di jalan bersama dan saling
membutuhkan, namun latar belakang mereka memutuskan mencari uang di jalan
bukan sekedar penagruh teman.
D. Permasalahan Anak Jalanan
1. Masalah yang dihadapi anak jalanan
Selama mencoba bertahan hidup di jalanan, anak-anak jalanan telah
mengalami pahit getir bahkan kerasnya kehidupan jalanan. Anak-anak jalanan
telah merasakan bagaimana sulitnya mencari uang demi memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Mereka bekerja siang dan malam.15
Jenis-jenis pekerjaan anak jalanan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
101/179
15Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
102/179
73
TABEL III / 18
JENIS PEKERJAAN ANAK JALANAN
Katagori Jawaban
Frekwensi
Pengamen
3
Penjual Koran
1
Peminta-minta
8
Pedagang Asongan
-
Jumlah
12
Sumber: Data Primer
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
103/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
104/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
105/179
Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan mempunyai
pendapatan di atas Rp. 50.000, yaitu sebanyak 7 anak. Sedangkan yang
berpendapatan antara Rp. 20.000 Rp. 50.000 per hari sebanyak 5 anak.
Hal tersebut menunjukan bahwa pendapatan yang diterima anak-anak jalanan
dalam satu harinya cukup tinggi untuk ukuran anak-anak sehingga anak-anak
jalanan tersebut merasa betah hidup di jalan.18
Keadaan yang demikian merupakan masalah yang perlu diperhatikan, karena
membawa dampak yang cukup serius. Pertama besarnya pendapatan anak-anak
jalanan membuat mereka enggan untuk meninggalkan kehidupan jalanan
sehingga jumlah anak-anak jalanan sulit di atasi. Kedua, besarnya jumlah
pendapatan tersebut akan menarik anak-anak lain yang rentan menjadi anak
jalanan dari keluarga miskin, yang jumlahnya meningkat sangat tinggi setelah
krisis ekonomi global, untuk ikut-ikutan mencari uang di jalanan. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan jumlah anak jalanan.19
Wawancara dengan Kuat, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, (Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2000), hlm. 45.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
106/179
75
TABEL III/ 20
PENGGUNAAN PENDAPATAN
Katagori Jawaban
Frekwensi
Senang-senang
-
Makan dan kebutuhan lain dalam
5
sehari
Diberikan untuk keluarga
3
Biaya Sekolah
4
Lainnya
-
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
107/179
Jumlah
12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan
menggunakan uang yang didapatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
seperti makan, minum, serta merokok sebanyak 5 anak. Sedangkan yang
menggunakan uangnya untuk biaya sekolah sebanyak 4 anak. Kemudian anak
jalanan yang menggunakan uangnya hanya untuk bersenang-senang tidak ada..
Data tersebut di atas menunjukan bahwa anak-anak jalanan hanya memikirkan
bagaimana bisa bertahan hidup saat itu sehingga kurang memperhatikan masa
depan selanjutnya. Pola pikir seperti itu dipicu oleh keadaan dan sulitnya
mencari uang sehingga mereka berbuat sesuai kemampuan.
Pemenuhan hak bertahan hidup pada anak jalanan merupakan masalah yang
cukup rentan. Hal ini terjadi pada anak jalanan yang sudah tidak lagi hidup
bersama orang tua mereka. Mereka menggunakan penghasilannya hanya untuk
keperluan jangka pendek sehingga kalau situasi cuaca kurang memungkinkanmereka bekerja di jalan, maka mereka akan menghadapi kesulitan keuangan
yang tak jarang mendorong mereka untuk berbuat kembali.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
108/179
76
TABEL III/ 21
SISA UANG YANG DAPAT DITABUNG
Katagori Jawaban
Frekwensi
Ada
2
Tidak
10
Jumlah
12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan tidak
mempunyai uang sisa yang dapat ditabung yaitu sebanyak 10 anak. Sedangkan
responden yang menyatakan uang sisa yang bisa ditabung sebanyak 2 anak.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
109/179
Data tesebut menunjukan kurangnya perhatian anak-anak jalanan terhadap masa
depan mereka sendiri. Keseharian mereka hanya mengamen atau meminta-
minta, makan, tidur, serta bersenang-senang. Anak-anak jalanan mencari
kesenangan dengan cara mereka sendiri, misalnya minum minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, berjudi atau melakukan hubungan seksual di luar
nikah sebagai penyaluran hasrat mereka yang tidak terkendali oleh norma dan
agama. Faktor lain yang menyebabkan anak jalanan tidak punya uang sisa yang
dapat ditabung adalah kekhawatiran mereka terhadap preman-preman yangsering minta uang kepada mereka dan bila tidak diberi maka akan dimaki atau
tidak jarang sampai dipukuli. Jadi ada anggapan uang yang didapat harus habis
pada hari itu juga.20
Biasanya kondisi seperti ini terjadi pada lingkungan anak
jalanan yang sudah sangat keras dan berada di daerah rawan kriminalitas yang di
20Wawancara dengan Kuat , anak jalanan yang sering mangkal dipertigaan UIN, tanggal 4
Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
110/179
77
dominasi preman-preman pengangguran atau tejadi pada anak-anak jalanan ang
sudah tidak lagi hidup bersama orang tuanya.
TABEL III/ 22
PENGALAMAN MINUM MINUMAN KERAS
Katagori Jawaban
Frekwensi
Pernah
4
Tidak
8
Jumlah
12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui kebanyakan anak jalanan pernah
minum minuman keras yaitu sebanyak 4 anak. Sedangkan yang menyatakan
tidak pernah minum minuman keras sebanyak 8 anak.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
111/179
Hal tersebut menunjukan bahwa di kalangan anak jalanan sebagian sudah ada
yang terpengaruh lingkungan negatif dari para gaelandangan dan preman yang
suka mabuk-mabukan. Minum minuman keras merupakan hal yang lumrah di
kalangan anak jalanan. Mereka biasanya membeli minuman keras dengan cara
bantingan uang (iuran sukarela) bersama-sama agar terasa lebih murah.
Minuman keras jenis AO (sebutan Anggur Putih) atau TM (Topi Miring)
merupakan miuman yang mereka sering beli. Karena harganya paling murah dab
sudah cukup terasa nikmat walaupun tidak memakai campuran.21
Namun sebenarnya, masih ada anak jalanan yang masih murni dan belum
terpengaruh perbuatan negatif. Anak-anak jalanan seperti biasanya hidup di
21Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
112/179
TABEL III/ 23
PENGALAMAN BERJUDI
Frekwensi 3 9 10
78
jalanan semata-mata karena faktor tekanan ekonomi sehingga ada rasa enggan
untuk menghambur-hamburkan uang.22
Katagori Jawaban
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
113/179
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan
pernah melakukan perjudian yaitu sebanyak 3 anak. Sedangkan yang
menyatakan tidak pernah berjudi sebanyak 9 anak.
Hal tersebut menunjukan bahwa kebanyakan anak jalanan terdorong untuk
mendapatkan uang dengan mudah tanpa perlu bersusah payah karena banyaknya
kebutuhan hidup yang harus dicukupi.
Bentuk dan cara berjudinya bermacam-macam. Bisa menggunakan kartu remi,
kartu domino yang dilakukan sendiri di kalangan anak jalanan atau bersam
tukang becak atau mencoba mengadu nasib lewat berjudi totor(togel)23
. Lewat
judi totor inilah yang akan menghabiskan uang anak-anak jalanan. Mereka
menjadi sasaran empuk para Bandar judi yang terus memberi harapan dan
impian akan banyaknya uang bila menang.
22Wawancara dengan Yono, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari
2009
23Judi totor adalah bentuk perjudian tebak nomor mirip SDSB jaman dahulu tetapi bedanya judi
totor ini ditarik setiap hari.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
114/179
79
TABEL III/ 24
UANG YANG DIGUNAKAN UNTUK BERJUDI
Katagori Jawaban
Frekwensi
Uang sendiri
12
Pinjem atau hutang
-
Diberi Teman
-
Jumlah
12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui semua anak jalanan yang
menyatakan penah menggunakan uangnya sendiri yaitu sebanyak 12 anak. Hal
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
115/179
ini menunjukan bahwa mereka benar-benar terbuai angan akan banyaknya uang
sehingga menggunakan seluruh uangnya untuk berjudi. Sehingga kebutuhan
sehari-hari tidak tercukupi dengan baik dan tidak memikirkan uang sisa untuk
ditabung.24
TABEL III/ 25
PENGALAMAN HUBUNGAN SEKSUAL DI LUAR NIKAH
Katagori Jawaban
Frekwensi
Pernah
3
Tidak Pernah
9
Jumlah
12
Sumber: Data primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan menyatakan
bahwa sebagian besar anak jalanan menyatakan tidak pernah melakukan
hubungan seks diluar nikah yaitu sebanyak 9 anak, sedangkan responden yang
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
116/179
menyatakan pernah berhubungan seks diluar nikah sebanyak 3 anak. Hal tersebut
24Wawancara dengan Kuat, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
117/179
80
menunjukan bahwa sebagian besar anak jalanan belum begitu terpengaruh oleh
kehidupan negatif di jalanan karena faktor usia mereka yang masih anak-anak.
Walaupun diantara mereka sudah ada yang terjerumus kedalam tindakan yang
tidak terpuji yang dikarenakan kurangnya pengetahuan serta pendidikan norma
agama dalam diri mereka.
TABEL III/ 26
PASANGAN DALAM BERHUBUNGAN SEKS
Katagori Jawaban
Frekwensi
Pacar
-
PSK
3
Sesama anak jalanan
-
Jumlah
3
Sumber: Data Primer
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
118/179
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan yang pernah
berhubungan seks di lar nikah, melakukan hubungan seks tersebut dengan PSK
yakni sebanyak 3 anak.
Alasan yang diungkapkan mereka yang pernah berhubungan seks umumnya
hampir sama yaitu tidak dapat menahan hawa nafsunya dan bosan apabila terus
melakukan masturbasi atau onani. Pada usia 13 sampai 18 tahun memang
merupakan puncak masa produksi hormon seks para pria sehingga
dorongan seks yang dialami juga cukup tinggi.
TABEL III/ 27
KEINGINAN UNTUK PULANG KE RUMAH
Katagori Jawaban
Frekwensi
Tidak
2
Ya, ada
10
Jumlah
12
Sumber: Data Primer
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
119/179
81
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light
Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak-anak jalanan
mempunyai keinginan untuk pulang ke rumah yaitu sebanyak 10 anak,
sedangkan yang menyatakan tidak ingin pulang ke rumah sebanyak 2 anak. Hal
tersebut menunjukan bahwa masih ada ikatan emosional antara anak-anak
jalanan dengan keluarga mereka. Namun mengapa mereka tidak pulang kerumah. Jawabannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL III/ 28
ALASAN TIDAK PULANG KE RUMAH
Katagori Jawaaban
Frekwensi
Takut sama orang tua
3
Malu dengan tetangga
-
Lebih enak di jalanan
7
Lainnya
-
Jumlah
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
120/179
10
Sumber: Data Primer
Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan trafficlight Kampus
UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian anak jalananmenyatakan lebih
enak di jalanan yaitu sebanyak 7 anak. Kemudian anak jalanan yang menyatakantidak pulang karena takut sama orang tua sebanyak 3 anak .
Hal di atas menunjukkan bahwa anak-anak jalanan sudah merasa enak hidup di
jalan sehingga tidak mau pulang ke rumah. Kondisi ini merupakan masalah
tersendiri bagi penanggulangan anak jalanan. Mereka enggan meninggalkan
jalanan karena merasa apa yang mereka butuhkan ada dan mereka dapatkan di
jalanan.25
25Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
121/179
82
a. Citra Diri Anak Jalanan
Anak-anak jalanan memiiki cara pandang yang berbeda-beda mengenai apa yang
mereka lakukan selama ini, terutama mengenai pekerjaan dan tingkah laku mereka
yang oleh masyarakat umumnya dianggap abnormatif atau kurang wajar. Ada
diantara mereka yang menyebutkan atau menganggap bahwa apa yang dilakukannya
adalah sebagai bentuk keinginan untuk mandiri dengan berwirausaha. Namun
keterbatasan sumber daya yang dimiliki membuat mereka terpaksa berwirausaha di
jalanan. Bagi mereka berwirausaha di jalanan adalah pilihan yang paling
memungkinkan. Segala usaha demi membantu ekonomi keluarga harus dilakukan.
Bahkan diantara mereka merasa bangga karena mampu bertanggung jawab terhadap
ekonomi keluarga walaupun harus berusaha di tengah sulitnya mencari uang. Seperti
yang diungkapkan Is berikut ini: saya merasa bangga dengan pekerjaan ini, karena
saya dapat membantu keluarga walaupun hanya sedikit yang saya berikan pada ibu
setiap hari. Terkadang bila saya sehari tidak dapat uang, biasanya kalau hujan, saya
akan pinjam uang temen supaya bisa membuat hati ibu tenang. Begitulah Is
berusaha membantu keuangan keluarganya. Dia harus memutar otak bila sehari
tidak mendapatkan uang.26
Namun tak selamanya mereka melakukan kegiatan di jalan karena motif ekonomi,
karena ada juga yang motifnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap orangtua, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan non primer seperti uang jajan, merokok
atau membeli pakaian. Selain itu juga ada yang memandang
26Wawancara dengan Isna, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
122/179
83
hidup di jalan sebagai bentuk protes atas berbagai persoalan yang dihadapi
terutama masalah keluarga. Seperti yang diungkapkan Wt yang berasal dari
Purworejo berikut ini: saya lari dari rumah terus terang karena kurang kasih
sayang, mas. Di rumah terasa sumpek, saya tidak mendapatkan perhatian
sedikitpun dan apa yang saya inginkan selalu tidak terpenuhi.27
b. Keluhan Anak Jalanan
Ketika ditanya apa keluhannya selama ini, anak-anak jalanan tersebut sebagian
besar mengeluhkan adanya garukan. Mereka takut bila harus berurusan dengan
polisi ataupun Satpol PP. selain itu sesuatu atau hal yang paling khawatirkan
adalah hujan atau cuaca yang kurang mendukung. Terutama pengamen jalanan,
hujan merupakan halangan besar di luar kekuasaan mereka. Bila hujan tiba
mereka tidak bisa mengamen, bukan berarti mereka takut sakit tetapi mereka
takut gitarnya cepat rusak. Kemudian bila tidak mengamen berarti mereka tidakmendapatkan uang sehingga bingung mau makan pakai apa.
Lain halnya dengan Hn yang pernah masuk rumah singgah tetapi keluar. Dia
mengeluhkan lambatnya uang bantuan yang dijanjikan untuk modal usaha.28
Dia di rumah singgahnya termasuk anak yang dianggap baik dan berpotensi
sehingga mendapat bantuan dana, tetapi selama hampir satu tahun tidakmendapat apa-apa, akhirnya dia kembali turun ke jalan.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
123/179
Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
Wawancara dengan Hana, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
124/179
84
Selain itu juga mereka mengeluhkan seringnya terjadi persaingan tidak sehat sesama
kelompok anak jalanan. Mereka yang kuat, baik secara fisik maupun jumlah anggota
kelompok maka akan dapat bertindak sewenang-wenang.
c. Harapan Anak Jalanan
Sebagian besar anak jalanan mengharapkan adanya lowongan atau peluang kerja
yang mapan. Mereka mau masuk rumah singgah asal setelah mendapatkan latihan
keterampilan yang cukup langsung mendapatkan pekerjaan.
Selain itu mereka ingin mendapatkan beasiswa agar dapat melanjutkan sekolah
sampai tamat SMU. Seperti yang dituturkan Ar berikut ini: saya mencari uang
di jalanan untuk sekolah, tetapi itupun belum cukup, saya ingin mendapat
bantuan seperti kata teman saya yang di rumah singgah.
Yang menjadi permasalahan disini adalah bahwa tidaklah mudah mewujudkan
berbagai harapan mereka mengingat kemampuan Pemerintah yang minim dari
segi pendanaan yang akan membiayai kehidupan mereka.
Untuk itu sangat diharapkan peran serta partisipasi masyarakat dalam bersama-
sama mengatasi masalah anak jalanan.
2. Masalah Yang dihadapi Dalam Penanganan Anak Jalanan
a.Kondisi Umum Anak Jalanan di Wilayah Pertigaan UIN Sunan Kalijaga
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
125/179
Yogyakarta
Krisis ekonomi global yang melanda negeri ini seakan tak pernah mau surut.
Meningkatnya angka pengangguran menimbulkan masalah baru bagi pemerintah.
Pengangguran berujung pada kemiskinan yang akhirnya berakibat banyaknya
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
126/179
85
eksploitasi anak di bawah umur untuk terjun ke jalanan, demi mendapatkan uang
koin dan sesuap nasi, anak-anak jalanan itu merelakan kulitnya terbakar akibat
sengatan sinar matahari. Realitas kehidupan anak jalanan di Jogja terus
memprihatinkan, kebanyakan dari mereka berasal dari Wonosari, Gunungkidul;
Purworejo; Bantul dan kota-kota sekitar Jogja.. Jika kita melintas di jalan Adi
Sucipto, tepatnya di pertigaan traffic lightKampus UIN Sunan Kalijaga, kita
akan melihat anak-anak menyodorkan tangannya, mengamen kepada para
pengguna jalan yang sedang berhenti. Terlihat dari kejauhan beberapa ibu darimereka sedang asyik bersenda gurau dengan sesama ibu anak jalanan, namun
jika kita mau teliti melihatnya, sebenarnya perempuan-perempuan tersebut juga
telah mengawasi anak-anak mereka yang sedang mencari dermawan dadakan.
Ironisnya, mereka yang rata-rata usianya masih belia itu mengaku nekat menjadi
pengamen karena atas dorongan orang tua dan pengaruh dari teman-teman
mereka yang lebih dulu telah menjadi pengamen jalanan. Anak-anak jalanan
biasanya mengembangkan pola berkelompok dalam mempertahankan hidup.
Mereka sangat erat dalam menjaga hubungan satu sama lain. Perilaku yang
dikembangkan lebih banyak ab-normal. Hal ini tampak dari sikap mereka yang
cenderung liar, curiga, susah diatur, reaktif, cuek, tertutup, tidak tergantung, dan
bebas. Keadaan ini menyebabkan mereka memperoleh banyak masalah seperti
perkelahian, perjudian, obat-obatan terlarang, pencurian, serta tindakan kriminal
lainnya
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
127/179
86
b. Tipe-Tipe Anak Jalanan
Menurut Dinas Sosial DI Yogyakarta, anak jalanan di wilayahpertigaan
traffic light Kampus UIN Sunan Kalijagadibagi dalam 3 tipe kelompok, yaitu
Tipe I adalah anak-anak yang masih berhubungan dengan orang tuanya. Mereka tinggal
bersama orang tuanya, beberapa jam di jalanan, kemudian kembali di rumah. Anak-anak
ini termasuk dalam Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ( PMKS) rentan anak
jalanan. Mereka umumnya masih bersekolah dan ke jalan sebelum atau sesudah pulang
sekolah. Motivasi ke jalanan lebih karena terbawa teman atau membantu orang tua
Tipe II adalah anak-anak yang tidak berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka
biasanya bekerja dari pagi sampai malam hari lalu pulang di rumah kontrakan atau
kosnya. Tipe kedua inilah yang dibina oleh Dinas Sosial DI Yogyakarta di Sewon,
Bantul. Karena keterbatasan anggaran, untuk saat ini yang menjadi sasaran utama Dinas
Sosial dalam membina anak jalanan adalah tipe yang kedua ini.
Tipe III adalah kelompok anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka
umunya telah lulus SD tapi SLTP tidak tamat. Mereka masih labil dalam suatu pekerjaan
sehingga mudah dipengaruhi hal negatif dari lingkungannya.
Karakteristik Anak Jalanan
umumnya diantara anak jalanan mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang tidak jauh
berbeda, hal ini disebabkan karena diantara mereka terjalin hubungan emosional yang
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
128/179
cukup erat serta telah lama saling berinteraksi sehingga terjadi proses imitasi atau saling
meniru, baik dalam hal fisik atau pola pemikiran.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
129/179
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
130/179
Penuh curiga dengan orang yang belum dikenal.
Berani menanggung resiko.
Kreatif dan cukup sensitif.
Upaya Pemenuhan Hak-hak Anak Jalanan
Anak adalah asset generasi mendatang yang sangat berharga. Bisa dikatakan bahwa
baik buruknya hari depan sebuah bangsa ditentukan oleh tangan-tanganpengembannya. Dalam hal ini di tangan anaklah tergenggam kuat masa depan umat.
Wajar bila setiap umat manusia dewas yang menyadari masalah ini mempersiapkan
strategi pendidikan yang baik untuk anak-anak. Tidak hanya itu, proses tumbuh
kembang pun sangat diperhatikan dalam rangka mengarahkan dan membimbing
mereka menuju tujuan yang diinginkan. Maka perhatian terhadap
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
131/179
88
anak-anak menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan cita-cita ini, yaitu
generasi masa depan yang berkualitas.
Mengenai hak anak, secara umum berbagai Negara saat ini berpegang pada apa yang
telah digariskan PBB. Diantaranya yang telah disebutkan dalam piagam PBB
(Universal Declaration of Human Rights) adalah mengenai hak asasi yang telah
dirinci sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, berdasarkan perkembanganfisik dan mentalnya. Hak-hak anak ini terutama adalah hak memperoleh air susu ibu,
kasih sayang orang tua dan orang dewasa dalamsegala bentuk disamping hak untuk
bermain dengan atau tanpa menggunakan alat main yang bukan saja harus aman
secara fsik dan biologis, tetapi juga psikologinya.
Dalam upaya pemenuhan hak-hak anak, maka pemerintah
mengimplementasikannya ke dalam Hukum Nasional Indonesia. Pemerintah
segera membentuk Undang-undang Nasional yang sesuai dengan kaidah
Konvensi Hak-hak Anak Internasional disertai dengan penegakkan hak-hak anak
tersebut dengan ketentuan Undang-undang. Perundang-undangan yang telah
disusun pemerintah dalam penegakkan Hak-hak Anak, hal ini dibuktikan dngan
lahirnya Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan anak.
1. Hak Sipil
Yaitu bentuk pemeliharaan yang mencangkup hak persamaan dan kebebasan, hak iniadalah hak yang menempatkan anak jalanan sebagai anak yang bermartabat dan
memiliki hak kebebasan untuk berkembang dan berekspresi. Terutama hak
mendapatkan perlindungan tempat yang layak sebagai temapt beristirahat dan
berlindung, hak mendapatkan pelayanan kesehatan, hak
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
132/179
89
mendapatka makanan, pakaian dan kebutuhan penunjang lainnya tanpa ada
diskriminasi. Hak-hak tersebut di atas merupakan bentuk fasilitas yang diberikan
Dinas Kesejahteraan Sosial terhadap anak jalanan yang berada diwilayah kota
Yogyakata, agar anak jalanan tersebut dapat hidup, tumbuh, dan beerkembang
dengan layak, sebagaimana tercantum pada Bab II pasal 2 UU Perlindungan
Anak dinyatakan bahwa:
Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 serta prinsip-
prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi: (a) non diskriminasi; (b)
kepentingan yang terbaik bagianak; (c) hak utuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan; dan (d) penghargaan terhadap pendapat anak.
2. Hak Kesehatan
Untuk menjamin perlindungan hak anak terhadap kesehatan, maka pemerintah
menyediakan fasilitas dan menylenggarakan upaya kesehatan yang
komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan secara
komprehensif didukung oleh peran serta masyarakat. Upaya tersebut meliputi:
protis, preventif, kuratif dan rehabilitas, baik untuk kesehatan dasar maupun
rujukan. Khusus untuk keluarga yang tidak mampu upaya tersebut
diselenggarakan secara Cuma-Cuma dan pelaksanaan ketentuan tersebut
disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara prinsip orang tua dan keluarga yang bertanggung jawab menjaga kesehatan
anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Jika mereka tidak mampu
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
133/179
melaksanakan tanggung jawab tersebut, maka pemerintah yang wajib
memeliharanya. Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
134/179
90
agar anak terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan atau
menimbulkan kecacatan serta melindungi anak dari upaya transplatasi organ
tubuhnya untuk pihak lain.29
3. Hak Pendidikan
Hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran merupakan fase
tersendiri dalam kehidupan sang anak. Fase sebagai pembinaan dan
penyempurnaan terhadap kesiapan anak untuk mengarungi samudera kehidupan.
Ketika fungsi manusia menjadi fungsi terbesar, maka pemberlakuan pendidikan
dan pengajaran masa depan anak-anak itu memberi bekal hidup di masa depan.
Dari sini anak sangat membutuhkan bimbingan dan pengajaran dari kedua orang
tuanya.
Untuk menjamin hak anak dalam pendidikan maka pemeritah wajib
menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.
Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang
seluas-luasnyakepada anak untuk memperoleh pendidikan yang dimaksud untuk
bekal kelak mereka dalam menagrungi samudera kehidupan.
Bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar dan anak jalanan
pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan atau
bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus dan mendorong masyarakat untuk
berperan. Undang-undang juga memberikan perlindungan kepada anak didalam
lingkungan sekolah dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
135/179
29Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
136/179
91
guru,pengelola sekolah atau teman-temannya dalam sekolah yang bersangkutan
atau lembaga pendidikan.30
4. Hak Sosial
Dalam hal ini Undang-undang mewajibkan pemerintah untuk meyelenggarakan
pemelihraan dan perawatan anak terlantar dan anak jalanan, baik dalam lembaga
maupun diluar lembaga. Yang dimaksud didalam adalah melalui system panti
pemerintah maupun swasta. Sedangkan diluar lembaga adalah system asuhan
keluarga atau perseorangan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut lembaga dapat
mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang tekait. Pengawasan
terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan oleh
menteri sosial. Kewajiban pemerintah disini adalah menyelenggaraan dan
membantu anak agar dapat:
Berpartisipasi;
Bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan nurani dan agamanya;
Bebas menerima informasi lisan tertulis sesuai dengan tahapan usia dan
perkembangan anak;
Bebas berkumpul;
Bebas beristirahat, bermain, berekreasi, dan berkarya seni budaya; dan
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
137/179
Memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.
Hak perlindungan Khusus
Undang-undang mewajibkan pemerintah dan lembaga Negara lainnya
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindugan khusus
30Wawancara tgl 11 Juni 2009, dengan Bapak Harjiyanto, salah satu staff di DinasSosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
138/179
92
terhadap anak dalam situasi darurat. Seperti yang sudah berhadap dengan hokum
maupun anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual.
Perlindungan khusus atas anak secara manusiawi yang berhadapan dengan
hokum maka dilakukan dengan melalui:
perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak
Peyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
Penjatuhan sanksi untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;
Upaya rehabiltas, baik dalam lembaga maupun diluar lembaga;
Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau
keluarga dan
Perlidungan dari pemberitaan identitas melalui media masa dan untuk
menghindari labelisasi.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
139/179
BAB IV
ANALISIS TERHADAP ANAK JALANAN MENURUT PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM.
A. Pemenuhan Hak-Hak Anak Jalanan
Masalah pemenuhan hak-hak anak jalanan meliputi bannyak aspek, di antaranya
mengenai kuasa asuh, perwalian pengangkatan anak, pengakuan anak, dan
kedudukan anak. Pada dasarnya hak-hak anak merupakan tanggung jawab kedua
orang tuanya. Tanggung jawab antara suami isteri sebenarnya dapat dilihatdalam tanggung jawab dan peran yang diambil masing-masing dalam
memelihara anak. Tetapi dalam hal pemenuhan hak-hak anak tidak hanya
menjadi tanggung jawab orang tuanya saja, pemerintah maupun Negarapun
mempunyai kewajiban. Terlebih lagi bagi anak yang orang tuanya tidak mampu
dalam menjalankan kewajibannya tersebut. Hal ini dikarenakan masalah
pemenuhan perlindungan anak dan pemenuhan haknya merupakan sesuatu yang
kompleks dan menimbulkan berbagai macam permasalahan lebih lanjut yang
tidak selalu dapat diatasi secara perseorangan, tetapi secara bersama-sama dan
yang penting penyelesaiannya menjadi tanggung bersama.
Untuk menjamin hak-hak anak terlebih lagi bagi anak-anak jalanan atau anak yang
kurang mampu, diatur oleh Undang-undang Dasar 1945 Pasal 34 menyatakan
bahwa Negara memberikan perlindungan kepada fakir miskin dan anak terlantar.
Selain itu juga, sejak Indonesia meratifikasi Konvensi Haka Anak Internasional pada
tanggal 25 Agustus 1990 dengan keputusan Presiden Nomor 36
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
140/179
93
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
141/179
94
Tahun 1990, maka Indonesia berkewajiban untuk mengimplementasikan hak-
hak anak ke dalam Hukum Nasional Indonesia. Hal tersebut telah mewajibkan
pemerintah Indonesia untuk segera menentukan tindakan yuridis. Dengan
maksud mewajibkan pemerintah untuk segera membentuk Undang-undang
Nasional yang sesuai dengan KHA Internasional disertai dengan penegakkan
hak-hak anak tersebut dengan ketentuan Undang-undang. Diantaranya Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang
Nomor 4 tahun 1970 tentang Kesejahteraan Anak.1
Maka pemerintah kota Yogyakarta bekerja sama dengan rumah singgah milik
pemerintah maupun swasta untuk melakukan usaha dalam pemeliharaan dalam
rangka pemenuhan hak-hak anak, khususnya bagi anak jalanan dan anak yang
kurang mampu. Dalam tugasnya rumah singgah tersebut diawasi pemerintah
dalam memberikan perlindungan.
Rumah singgah merupakan lembaga asuhan anak anak bagi anak-anak yang
orang tuanya tidak mampu untuk memberikan perlindungan guna memenuhi
hak-hak anak jalanan tersebut. Agar dimaksudkan untuk menghindari hal-hal
yang negative terhadap pengaruh perkembangan dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan anak. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 37 Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2002.
1). Pengasuhan anak ditinjau kepada anak yang orang tuanya tidak dapat
menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, spiritual maupun
sosial.
1Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 139.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
142/179
95
2). Pengasuhan anak sebagaimana dimaksudkan kedalam ayat (1) dilakukan oleh
lembaga yang sah bergerak dalam pengasuhan anak.
3). Dalam lembaga sebagaiamana dimaksudkan kedalam ayat (2) berdasarkan
agama, anak yang diasuh harus seagama dengan agama yang menjadi landasan
lembaga yang bersangkutan.
4). Dalam pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berdasarkan
agama, maka pelaksanaan penagsuhan anak harus memperhatikan agama yang
dianut anak yang bersangkutan.
Dalam rangka pemenuhan hak-hak anak jalanan maka pihak rumah singgah,
baik dari milik pemerintah maupun swasta bekerja sama dengan Departemen
Pendidikan atau pihak sekolah tempat anak-anak tersebut bersekolah. Dalam hal
kesehatan bekerja sama dengan Departemen Kesehatan atau Rumah Sakit. Serta
pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam penyelenggaraan pemenuhan hak-
hak anak.
Dalam kaitannya dengan hak-hak yang diberikan kepada anak termasuk anak
jalanan atau anak terlantar, maka dalam pandangan hukum Islam ada kewajiban
untuk memberikan hak kepada mereka. Dalam al-Quran kewajiban tersebut
didasarkan dalam firman Allah:
2
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
143/179
2Al-Isra (17): 26.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
144/179
96
!"#
3
Sedangkan ayat yang mengatur tentang memberikan hak untuk orang
miskin, dalam firman Allah:
4 $ % & ' $
Sedangkan dalampemenuhan hak-hak anak jalanan dalam bidang hukum pidana
Negara menciptakan berbagai Undang-undang. Diantaranya perlindungan anak
dan Undang-undang pengadilan anak. Pihak panti melakukan pendampingan bagi
anak-anak yang sedang berhadapan dengan hukum dengan bekerja sama dengan
KPAI, LAAI, dan psikolog.
B. Hambatan Dan Permasalahan Dalam Pendampingan Anak Jalanan
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
145/179
Pemerintah kota Yogyakarta dalam hal ini Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Yogyakarta dalam menangani dan pembinaan anak-anak jalanan
selalu mengalami hambatan dan permasalahan, antara lain adalah:5
Anak yang berumur lebih dari 18 (delapan belas tahun) tahun bukan sasaran
program anak jalanan. Sehingga hal ini mengakibatkan rancunya pandangan
masyarakat secara luas tentang batasan anak jalanan. Banyak yang
menganggap para pengangguran atau preman-preman terminal, pasar atau
Al-Isra (17): 31.
Ar-Rum (30): 38.
Wawancara tgl 11 Juni 2009, dengan Bapak Harjiyanto, salah satu staff di DinasSosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
146/179
97
yang di jalanan adalah anak jalanan hanya karena mereka bekerja layaknya anak
jalanan padahal mereka bukan anak-anak lagi.
Stigma masyarakat tentang anak jalanan yang cenderung negatif, walaupun anak
jalanan sudah mendapatkan laitihan ketrampilan namun sulit mendapatkan
pekerjaan hal ini mendatangkan masalah tersendiri bagi pemecahan masalah
anak jalanan. Karena anak-anak jalanan yang dianggap sudah memiliki cukupkemampuan dan keterampilan tetap ditolak oleh sebagian masyarakat. Hal itu
pula yang mendorong mereka untuk kembali ke jalan karena putus asa tidak
mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan ditengah-tengah masyarakat.
Anak yang dieksploitasi orang tuanya untuk ikut mencari uang di jalanan.
Mereka sulit dijangkau oleh pekerja sosial karena akan dilindungi oleh orang
tuanya dan tidak akan diperkenankan ikut pekerja sosial untuk diberi
keterampilan dipanti atau rumah singgah. Jadi mereka akan terus bekerja di jalan
dibawah pengawasan orang tua mereka.
Jenis permainan ketangkasan (ding dong atau play station) memacu anak tetap
kejalan untuk mencari uang agar tetap dapat bermain ding dong atau play
station.
Anak yang berasal dari luar daerah.
Anak-anak yang berasal dari luar daerah biasanya tidak mempunyai tempat
tinggal tetap sehingga mobilitas mereka cukup tinggi. Anak-anak ini sulit dibina
karena mereka telah terbiasa dengan kerasnya kehidupan anak jalanan dengan
tanpa ada yang melindungi. Jadi mereka terbiasa mandiri.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
147/179
98
Anak yang ingin sekolah tetapi tidak mempnyai identitas sama sekali.
C. Upaya Pembinaan Anak Jalanan dikota Yogyakarta.
Menurut Pasal 20 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 yang
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan
anak adalah Negara dan Pemerintah. Hal ini sesuai dengan Konvensi Hak Anak
Internasional. Adapun kewajiban dan tanggung jawab Negara dan pemerintah
adalah sebaga berikut:
1. Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak (Pasal
21)
Menurut Pasal 21 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
148/179
Negara dan pemerintah bertanggung jawab menghormati dan mejamin hak asasi
setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan
atau mental anak.
2. Berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan
prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 22)
Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan
dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya: sekolah, lapangan bermain,
lapangan olah raga, rumah ibadah, gedung kesenian, tempat rekreasi, tempat
penitipan anak, dan rumah tahanan untuk anak.
s
3. Menjamin perlindungan dan kesejahteraan anak (Pasal 23 ayat (1))
Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang
tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab
terhadap anak.
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
149/179
99
4. Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 23 ayat (2)) Negara dan
pemerintah mengawasi penyelenggaraan anak.
Fungsi Negara dan pemerintah disini adalah sebagai pengawas bukan sebagai
pelaksana.
Menjamin anak untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan pendapat
(Pasal 24)
Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam
menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tigkat kecerdasan anak.
Dengan melakukan pemeliharaan anak, maka berarti melakukan usaha untuk
kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak adalah hak asasi anak yang harus
diusahakan bersama. Pelaksanaan pengadaan kesejahteraan anak tersebut. Setiap
peserta bertanggung jawab atas pengadaan kesejahteraan anak. Ini berarti bahwasetiap anggota masyarakat dan pemerintah (yang berkewajiban) berkewajiban
serta dalam pengadaan kesejahteraan anak dalam suatu masyarakat, yang
selanjutnya akan mempengaruhi pembangunan yang sedang diusahakan dalam
masyarakat tersebut. Oleh karena itu pengadaan kesejahteraan anak sebagai
suatu segi perlindungan anak mutlak harus dikembangkan.
Maka Pemerintah kota Yogyakarta bekerja sama dengan organisasi sosial setempat,
seperti Ikatan Keluarga Pekerja Sosial Masyarakat (IKPSM), TP. PKK, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat melalui (Unit Pelaksana Lingkungan/ UPL dan UnitPelaksana Ekonomi/ UPE), Karang Taruna (KT). Semuanya itu tergabung dalam
Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FK PSM), forum
7/25/2019 BAB_I%2C_V%2C_DAFTAR_PUSTAKA.docx
150/179
100
ini nantinya merupa