141 SESI/PERKULIAHAN KE : 7 I. Bahan Bacaan 1. Pearman, R. A. Power Electronics. (Solid State Motor Control) . Virginia : Reston Publishing Company, Inc. 1981, Bab V. 2. Rashid, M. H. Power Electronics (Circuits, Devices, and Applications) . 2 nd Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc, 1993, Bab V. II. Bacaan Tambahan 1. Berde, M. S. Thyristor Engineering. (An Introductory Book on Converters, Inverters, Motor Drives and Other Applications of Thyristors in Electrical Control of Power ). Third Edition. Delhi : Khanna Publishers. 1984, Bab VII. TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan prinsip kerja penyearahan terkendali tiga-fasa setengah-gelombang dan semi-jembatan. 2. Menyelesaikan perhitungan mengenai penyearah terkendali tiga- fasa setengah-gelombang dan semi-jembatan. 3. Merancang penyearah terkendali tiga-fasa setengah-gelombang dan semi-jembatan. Pokok Bahasan : Konversi Daya ac ke dc Deskripsi Singkat: Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari konverter tiga-fasa setengah-gelombang dan semi-jembatan. Dengan mempelajari pokok bahasan tersebut maka Anda akan mampu menyelesaikan perhitungan dan merancang beberapa peralatan yang berhubungan dengan konversi daya ac ke dc, khususnya konverter tiga-fasa setengah-gelombang dan semi-jembatan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
141
SESI/PERKULIAHAN KE : 7
I. Bahan Bacaan
1. Pearman, R. A. Power Electronics. (Solid State Motor Control). Virginia :
Reston Publishing Company, Inc. 1981, Bab V.
2. Rashid, M. H. Power Electronics (Circuits, Devices, and Applications). 2nd
Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc, 1993, Bab V.
II. Bacaan Tambahan
1. Berde, M. S. Thyristor Engineering. (An Introductory Book on Converters,
Inverters, Motor Drives and Other Applications of Thyristors in Electrical
Control of Power). Third Edition. Delhi : Khanna Publishers. 1984, Bab
VII.
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan prinsip kerja penyearahan terkendali tiga-fasa
setengah-gelombang dan semi-jembatan.
2. Menyelesaikan perhitungan mengenai penyearah terkendali tiga-
Fungsi penyearahan dalam konverter tiga-fasa setengah-gelombang
dilakukan oleh tiga buah tiristor seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.26(a),
untuk semi-jembatan dilakukan oleh 3 (tiga) buah pasangan tiristor dan dioda
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.26(b), dan untuk jembatan-penuh
dilakukan oleh 6 (enam) buah tiristor seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.26
(c). Bentuk gelombang tegangan masukan tetap diasumsikan seperti dalam
Gambar 3.11 untuk rangkaian setengah-gelombang, dan Gambar 3.13 untuk
rangkaian gelmbang-penuh.
Dibandingkan dengan konverter satu-fasa, hargarata-rata dari tegangan
keluaran konverter tiga-fasa lebih besar, serta frekueensi kerut dari tegangan
keluarannya adalah lebih besar. Ini menyebabkan kebutuhan filter (jika
diperlukan) menjadi lebih sederhana. Itulah sebabnya konverter ini digunakan
secara luas pada penggerak putaran variabel berdaya besar.
144
Gambar 3.26 Rangkaian konverter tiga-fasa. (a) Setengah-gelombang. (b) Semi-jembatan (c) Jembatan-penuh.
b
a
c
n
(a)
b
a
c
(b)
b
a
c
(c)
145
Untuk mempermudah analisa selanjutnya, maka diasumsikan bahwa beban
yang dilayani oleh konverter adalah R-L yang mempunyai arus yang kontinu
(sinambung) dan bebas kerut (ripel). Ini karena dianggap sifat induktif dari beban
itu cukup tinggi. Telah dijelaskan pula pada Sub Bab 3.3.2 bahwa beban-beban
induktif seperti ini mempunyai 2fL >> R atau (2fL -fC2
1 ) >> R dan oleh
karena itu dapat disebut beban induktif “tinggi” atau “sangat” induktif (highly
inductive). Contoh beban seperti ini adalah motor arus searah (dc).
Jadi dalam pembahasan beban induktif “tinggi” selanjutnya, maka
diasumsikan bahwa arus yang ditarik oleh beban bersifat kontinu (tidak terputus)
dan bebas kerut.
Untuk semua konverter pada Gambar 3.26, maka diasumsikan bahwa fasa
“a” pada tegangan masukan adalah sebagai acuan serta sistem urutan fasa yang
dianut adalah mengikuti aturan searah jarum jam (clock-wise). Dengan demikian
persamaan tegangan masukan sesaat per fasa adalah seperti yang dinyatakan
dalam persamaan (3-75) sampai (3-77) dan bentuk-bentuk gelombangnya
ditampilkan dalam Gambar 3.11. Sementara itu tegangan masukan sesaat antar-
fasa juga sudah dinyatakan dalam persamaan (3-94) sampai (3-99) dengan bentuk-
bentuk gelombang seperti yang ditampilkan dalam Gambar 3.13.
3.6.1 KONVERTER TIGA-FASA SETENGAH-GELOMBANG
Nama lain yang dapat disebutkan untuk konverter ini adalah “konverter
kaki-tengah tiga-fasa” (three-phase centre-tap converter ) atau “konverter tiga-
fasa tiga-pulsa”. Sistem konverter ini membutuhkan catu daya ac tiga-fasa empat-
kawat yang mempunyai titik netral (n). Dikatakan “tiga-pulsa” karena keluaran
penyearah ini menghasilkan tiga-buah pulsa sepanjang satu siklus dari gelombang
tegangan masukannya. Suplai daya seperti yang disebutkan di atas dapat pula
berupa sisi sekunder dari transformator yang belitannya terhubung bintang (Y).
Prinsip operasi dalam rangkaian konverter ini adalah bahwa tegangan fasa
yang terbesar pada suatu saat akan menentukan tiristor mana yang konduksi pada
saat itu.
146
3.6.1.1 Prinsip Kerja
Dalam selang 6 t
65 dari gelombang tegangan masukan, va lebih
besar dari vb maupun vc, sehingga tiristor T1 mendapat bias maju dan cenderung
untuk konduksi. Tiristor T1 tidak akan konduksi pada t = 6 melainkan pada t
= (6 + ) saat mana ia mulai tersulut. Karena sifat induktif dari beban, tiristor
T1 tidak padam pada t = 6
5 tetapi melanjutkan konduksi hingga padam pada
t = (6
5 + ) saat mana tiristor T2 mulai tersulut. Ketika Tiristor T1 konduksi,
tiristor T2 dan T3 memblok, sehingga arus mengalir dalam jalur : fasa “a” - T1 -
beban - titik netral (n).
Dalam selang 6
5 t 2
3 dari gelombang tegangan masukan, vb lebih
besar dari va maupun vc, sehingga tiristor T2 mendapat bias maju dan cenderung
untuk konduksi. Tiristor T2 tidak akan konduksi pada t = 6
5 melainkan pada
t = (6
5 + ) saat mana ia mulai tersulut. Karena sifat induktif dari beban,
tiristor T2 tidak padam pada t = 2
3 tetapi melanjutkan konduksi hingga padam
pada t = (2
3 + ) saat mana tiristor T3 mulai tersulut. Ketika Tiristor T2
konduksi, tiristor T1 dan T3 memblok, sehingga arus mengalir dalam jalur : fasa
“b” - T2 - beban - titik netral (n).
Dalam selang 2
3 t
6
13 dari gelombang tegangan masukan, vc lebih
besar dari va maupun vb, sehingga tiristor T3 mendapat bias maju dan cenderung
untuk konduksi. Tiristor T3 tidak akan konduksi pada t = 2
3 melainkan pada
t = (2
3 + ) saat mana ia mulai tersulut. Karena sifat induktif dari beban,
147
tiristor T3 tidak padam pada t = 6
13 tetapi melanjutkan konduksi hingga
padam pada t = (6
13 + ) saat mana tiristor T1 mulai tersulut. Ketika Tiristor
T3 konduksi, tiristor T1 dan T2 memblok, sehingga arus mengalir dalam jalur :
fasa “c” - T3 - beban - titik netral (n).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat pola-pola konduksi seperti
yang diperlihatkan dalam Gambar 3.27 dan 3.28.
Gambar 3.27 Pola-pola konduksi tiristor pada konverter tiga-fasa setengah-gelombang berbeban induktif. (a) Pada = 0. (b) Pada 0 < < . (c) Pada = .
(c)
2T
tω0
6
(a)
1T 2T3T
6
52
36
13
3T
tω0
6
1T 2T3T
2
3
6
13
3T
6
5
1T 2T3T
tω0
62
6
5
(b)
148
Gambar 3.28 Pola-pola konduksi tiristor pada konverter tiga-fasa setengah-gelombang berbeban resistif. (a) Pada = 0. (b) Pada = /3. (c) Pada = 2/3.
Sifat-sifat beban resisitif terhadap pola-pola konduksi tiristor dalam
pembentukan gelombang tegangan keluaran seperti yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.28 dapat dijelaskan sebagai berikut. Dapat diteliti dari Gambar 3.11
bahwa untuk = 0, gelombang tegangan keluaran akan kontinu (tidak terputus).
Terlihat pula bahwa vc akan bernilai nol untuk t = 3
, negatif untuk t >
3
, dan
va akan bernilai nol untuk t = , negatif untuk t > , serta vb akan bernilai nol
untuk t = 3
5, negatif untuk t >
3
5. Karena pada t =
6
gelombang va mulai
muncul di beban untuk = 0 maka interval yang membuat gelombang tegangan
keluaran kontinu adalah pada 0 6
. Nilai
6
dalam interval tadi merupakan
selisih antara kapan vc bernilai nol dan kapan va mulai muncul di beban.
2T
tω0
6
(a)
1T 2T3T
6
52
36
13
3T
tω0
6
1T 2T3T
2
3
6
13
3T
6
5
1T3T
tω0
62
6
13
6
5
(b)
(c)
3
3
5
3
3
5
149
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa va akan bernilai positif dalam selang 6
t
, jadi batas untuk pengaturan nilai agar diperoleh gelombang tegangan
keluaran yang tidak nol adalah 0 < ( -6
) atau 0 <
6
5.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa gelombang tegangan keluaran
pada beban resistif akan kontinu jika 0 6
; akan terputus jika
6
<
6
5
dan bernilai nol jika = 6
5. Jadi daerah pengaturan nilai untuk beban resistif
adalah 0 6
5.
Berbeda dengan beban resistif, maka beban induktif akan tetap
menampilkan bagian negatif dari gelombang tegangan bila ada kecenderungan ke
arah itu. Jadi pengaturan nilai untuk beban induktif adalah 0 .
Dengan berpatokan pada Gambar 3.11 dan berdasarkan uraian di atas,
dapatlah dibuat tabel pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban
seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3.12 sampai 3.14..
Tabel 3.12 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa setengah-gelombang untuk = 0 pada semua jenis beban.
IntervalTegangan fa-sa terbesar
Tiristor yang cen-derung konduksi
Tempat mulai kon-duksi
-2
t
6
vc T3 t = -
2
6
t
6
5va T1 t =
6
6
5 t
2
3vb T2 t =
6
5
2
3 t
6
13vc T3 t =
2
3
150
Tabel 3.13 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa setengah-gelombang untuk beban resistif dengan 0 < /6 atau untuk beban induktif dengan 0 < .
Interval
Tiristor yang cenderung untuk kon-duksi
Tempat mu-lai konduksi
Interval konduksi dari tiristor
Tegangan yang mun-cul di be-ban
-2
t
6
T3 t = -
2
+ -
2
+ t
6
+ vc
6
t
6
5T1 t =
6
+
6
+ t
6
5+ va
6
5 t
2
3T2 t =
6
5+
6
5+ t
2
3+ vb
2
3 t
6
13T3 t =
2
3+
2
3+ t
6
13+ vc
Tabel 3.14 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa setengah-gelombang untuk beban resistif dengan /6 < < 5/6.
Interval
Tiristor yang cenderung untuk kon-
duksi
Tempat mu-lai konduksi
Interval konduksi dari tiristor
Tegangan yang mun-cul di be-
ban
-2
t
6
T3 t = -
2
+ -
2
+ t
3
vc
6
t
6
5T1 t =
6
+
6
+ t va
6
5 t
2
3T2 t =
6
5+
6
5+ t
3
5vb
2
3 t
6
13T3 t =
2
3+
2
3+ t
3
7vc
Berdasarkan Tabel 3.13 dapatlah dibuat bentuk-bentuk gelombang dari
besaran-besaran pada konverter yang berbeban induktif tinggi ini seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 3.29.
151
Gambar 3.29 Bentuk-bentuk gelombang besaran-besaran pada konverter tiga-fasa setengah-gelombang berbeban induktif “tinggi”.
3.6.1.2 Harga Rata-Rata dan Harga Efektif
Dengan memperhatikan Gambar 3.29, maka dapat dinyatakan beberapa
harga rata-rata dan harga efektif sebagai berikut :
Vdc = tdvT
1 oT
0 oo
=
6
5
6
m ttdsinV2
3=
6
5
6
m tcos2
V3
= 2
3V3 m cos .................................................................. (3-206)
Idc = Irms = Ia .......................................................................... (3-210)
Dengan menggunakan cara yang sama dengan di atas, dapatlah ditentukan harga
rata-rata dan harga efektif untuk arus-arus :
IT = Is(av) = 3
Ia ......................................................................... (3-211)
IT(rms) = Is = 3
Ia ........................................................................ (3-212)
Harga Rata-Rata dan Harga Efektif untuk Beban Resistif :
Untuk 0 6
, rumus untuk Vdc dan Vrms adalah sama dengan yang
dinyatakan dalam persamaan (3-206) dan (3-207), atau persamaan (3-208) dan
(3-209) di atas.
Untuk 6
<
6
5 :
Vdc = tdvT
1 oT
0 oo
=
6
m ttdsinV2
3=
6
m tcos2
V3
=
)
6cos(1
2
V3 m ........................................................ (3-213)
Vrms =
oT
o
2o
o
tdvT
1 =
6
2m td)tsinV(
2
3
153
= Vm
)
32sin(
2
1
6
5
4
3 ............................... (3-214)
Karena Vm = Vs 2 maka dapat ditulis :
Vdc =
)
6cos(1
2
V3 s ....................................................... (3-215)
Vrms = Vs
)
32sin(
2
1
6
5
2
3 .............................. (3-216)
Selanjutnya :
Idc =
)
6cos(1
2R
V3 s ...................................................... (3-217)
Irms =
)
32sin(
2
1
6
5
2
3
R
Vs ............................... (3-218)
Dengan menggunakan cara yang sama dengan di atas, dapatlah ditentukan harga
rata-rata dan harga efektif untuk arus dalam tiristor :
IT = Is(av) =
)
6cos(1
2R
Vs ........................................... (3-219)
IT(rms) = Is =
)
32sin(
2
1
6
5
2
1
R
Vs ......................... (3-220)
CONTOH 3-9 :
Sebuah konverter tiga-fasa setengah-gelombang yang rangkaiannya seperti dalam
Gambar 3.26(a) dihubungkan ke catu daya ac tiga-fasa 4-kawat 380 V; 50 Hz dan
melayani beban resistif R = 10 . Harga rata-rata tegangan keluaran yang
diperoleh adalah 25% dari nilai terbesar harga rata-rata tegangan keluaran.
Hitunglah :
a). Sudut penundaan dari tiristornya.
b). Efisiensi penyearahan ()
c). Faktor penggunaan transformator (transformer utilisation factor, TUF).
154
d). Faktor daya input (PF).
Pembahasan :
Dalam hal ini Vs(L-L) = 380 V, sehingga Vs = 3
380 volt dan Vm =
3
6380 volt.
Harga maksimum dari tegangan keluaran rata-rata adalah apabila = 0 dari
persamaan (3-215) :
Vdc(max) =
6cos1
2
V3 s ...................................................................... (3i-1)
a). Dalam hal ini diketahui Vdc = 25% Vdc(max) =
6cos1
2
V75,0 s , kemudian
disubstitusikan ke persamaan (3-182) :
6cos1
2
V75,0 s =
)
6cos(1
2
V3 s , sehingga :
cos(6
+ ) = 0,125 3 - 0,75 = cos-1(0,125 3 - 0,75) -
6
= 92
b) Dengan mensubstitusikan persamaan (3-215) sampai (3-218) ke dalam
persamaan (3-7), diperoleh :
= rmsrms
dcdc
IV
IV =
)3
2sin(2
1
6
5
2
3
)6
cos(12
32
= 373,0
c) Dengan mensubstitusikan persamaan (3-215), (3-217) dan (3-220) ke dalam
persamaan (3-12), diperoleh :
TUF = ss
dcdc
IV3
IV =
)3
2sin(2
1
6
5
2
13
)6
cos(12
32
= 111,0
155
d) Faktor daya input dalam hal ini adalah merupakan perbandingan antara daya
aktif dalam watt dengan daya semu dalam VA. Daya aktif dalam watt dapat
dihitung pada beban dengan rumus :
Po = 2rmsI R dan daya semu adalah : Sin = 3 Vs Is, sehingga :
PF = ss
2rms
IV3
RI ................................................................................. (3i-2)
dan dengan mensubstitusikan persamaan (3-218) dan (3-220) ke dalam
persamaan (3i-2) di atas, didapatkanlah :
PF =
)
32sin(
2
1
6
5
2
1 = )(298,0 lagging
3.6.2 KONVERTER TIGA-FASA SEMI-JEMBATAN
Nama lain yang dapat disebutkan untuk konverter ini adalah “semi-
konverter tiga-fasa” (three-phase semi-converter). Diagram rangkaiannya dapat
dilihat pada Gambar 3.26(b). Sistem konverter ini hanya membutuhkan catu daya
ac tiga-fasa tiga-kawat tanpa titik netral (n) atau boleh juga catu daya ac tiga-fasa
empat-kawat namun titik netral (n) tidak terpakai.
Yang dimaksud semi-konverter dalam hal ini adalah konverter jembatan
yang setengah dari komponennya adalah tiristor dan setengahnya lagi adalah
dioda. Seperti pada konverter satu-fasa semi-jembatan, konverter semi-jembatan
ini juga dilengkapi dengan dioda “freewheeling”, sehingga tidak pernah dihasilkan
tegangan keluaran yang negatif.
3.6.2.1 Prinsip Kerja
Prinsip operasi dalam rangkaian konverter ini adalah bahwa tegangan antar
fasa yang terbesar pada suatu saat akan menentukan pasangan tiristor-dioda mana
yang konduksi pada saat itu. Ini berarti bahwa dioda akan tetap konduksi jika
potensial titik katodanya mempunyai harga negatif yang terbesar. Sedangkan
tiristor tetap akan konduksi selama potensial titik anodanya mempunyai harga
positif yang terbesar, sambil memperhitungkan sudut penundaan .
156
Tabel 3.15 Kecenderungan komponen untuk konduksi dalam konverter tiga-fasa semi-jembatan untuk = 0 pada semua jenis beban.
Kecenderungan untuk konduksi Kecenderungan untuk konduksi
Tegangan fasa
Komponen dalam daerah
positif terbesar
Dalam intervalKomponen
dalam daerah negatif terbesar
Dalam interval
va T16
t
6
5D2
6
7 t
6
11
vb T26
5 t
2
3D3
6
11 t
2
5
(2
t6
)
vc T32
3 t
6
13
(6
t2
)
D12
t
6
7
Tabel 3.15 adalah tabel kecenderungan komponen dalam konverter
tersebut untuk konduksi pada = 0. Baik tiristor maupun dioda dalam rangkaian
akan konduksi selama 2/3, jika dioda Dm tidak bekerja. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat dibuat pola-pola konduksi seperti yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.30.
Berbeda dengan beban resistif, maka beban induktif akan tetap
menampilkan bagian negatif dari gelombang tegangan bila ada kecenderungan ke
arah itu. Dengan berpatokan pada Tabel 3.15 dan Gambar 3.30 di atas, atau
Gambar 3.13 dan Gambar 3.26(b), dapatlah dibuat tabel pola pembentukan
tegangan keluaran atau tegangan beban seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3.16
sampai Tabel 3.19.
157
Gambar 3.30 Pola-pola konduksi tiristor dan dioda dalam konverter tiga-fasa semi-jembatan. (a) Untuk = 0 pada semua jenis beban (tanpa atau dengan dioda freewheeling). (b) Untuk 0 < < /3 pada semua jenis beban (tanpa atau dengan dioda freewheeling). (c) Pada /3 < < .
Tabel 3.16 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa semi-jembatan untuk = 0 pada semua jenis beban.
IntervalKomponen
yang cenderung konduksi
Tegangan antar-fasa terbesar
Tegangan yang muncul di beban
-6
t
6
T3, D3 vcb vcb
1T 2T
1D 2D
0 2tω
(a)
2
π
6
7 π
6
11 π
6
π
6
5 π
2
3 π
3T
3T
3D
3D
1T 2T
1D 2D
0 2tω
(b)
2π
6
7 π
6
11 π
3T3T
3D3D
6
π
6
5 π 2
3 π1T 2T
1D 2D
0 2tω
2
π
6
7 π
6
11 π
3T
3D3D
6
π
6
5 π
2
π
(c)
2T
158
Tabel 3.16 (Lanjutan)
IntervalKomponen
yang cenderung konduksi
Tegangan antar-fasa terbesar
Tegangan yang muncul di beban
6
t
2
T1, D3 vab vab
2
t
6
5T1, D1 vac vac
6
5 t
6
7T2, D1 vbc vbc
6
7 t
2
3T2, D2 vba vba
2
3 t
6
11T3, D2 vca vca
6
11 t
6
13T3, D3 vcb vcb
Tabel 3.17 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa semi-jembatan untuk 0 < < /3 pada semua jenis beban (tanpa atau dengan dioda freewheeling).
Komponen yang cenderung konduksi
Interval konduksi dari komponen Tegangan yang muncul di beban
T3, D36
t
6
+ vcb
T1, D36
+ t
2
vab
T1, D12
t
6
5+ vac
T2, D16
5+ t
6
7vbc
T2, D26
7 t
2
3+ vba
T3, D22
3+ t
6
11vca
T3, D36
11 t
6
13+ vcb
159
Tabel 3.18 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa semi-jembatan untuk = /3 pada semua jenis beban (tanpa atau dengan dioda freewheeling).
Komponen yang cenderung konduksi
Interval konduksi dari komponen Tegangan yang muncul di beban
T3, D36
t
6
+ vcb
T1, D12
t
6
5+ vac
T2, D26
7 t
2
3+ vba
T3, D36
11 t
6
13+ vcb
Tabel 3.19 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter tiga-fasa semi-jembatan untuk /3 < < .
Tegangan yang muncul di bebanKomponenyang
cenderung konduksi
Interval konduksi dari komponen Beban resistif atau induktif
dengan dioda freewheelingBeban induktif tanpa dioda freewheeling
T2, D36
t -
2
0 vba
T3, D3 -2
t
2
vcb vcb
T3, D12
t
6
+ 0 vcb
T1, D16
+ t
6
7vac vac
T1, D26
7 t
6
5+ 0 vac
T2, D26
5+ t
6
11vba vba
T2, D36
11 t
2
3+ 0 vba
160
Gambar 3.31 Bentuk-bentuk gelombang dari besaran-besaran pada konverter tiga-fasa semi-jembatan berbeban induktif “tinggi” untuk 0 < < /3.
0tω
6
π
6
π5
2
π
3mV
6
π7
2
π3
6
11 π
6
13 π
2
5 π
vo
io
Ia
0tω
iT1
Ia
0tω
6
π
6
π5
6
13 π
6
17 π
iD1
Ia
0tω
6
π
6
π5
6
13 π
6
17 π
2
π
6
π7
2
5 π
6
19 π
Ia
0tω
6
π7
6
19 π
ia
- Ia
6
11 π
6
23 π
161
Gambar 3.32 Bentuk-bentuk gelombang dari besaran-besaran pada konverter tiga-fasa semi-jembatan berbeban induktif “tinggi” untuk = 2/3 (dalam jangkauan /3 < < .)
tω
2
π
6
π7
2
π5
6
11 π
2
π
6
π
6
π5
2
π3
6
13 π
6
19 π
tω
tω
6
π
6
13 π
6
17 πtω
6
π
6
π5
6
13 π
6
17 π
2
π
6
π7
2
5 π
6
19 π
tω
6
19 π
6
11 π
6
23 π
6
π7
6
19 π
6
π 6
π56
11 π
2
π3
6
13 π
6
π7
162
Dioda freewheeling tidak berpengaruh pada beban resistif sehingga ia
tidak pernah konduksi jika konverter melayani beban resistif. Dalam Tabel 3.19