PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-1 2.1 Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik Gerakan ini adalah upaya untuk mengembangkan kepedulian kelompok masyarakat dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, baik lahan dan air, sehingga muncul aksi kolektif untuk mencegah atau menghentikan pemanfaatan ruang yang bertentangan dengan norma atau aturan dan membantu pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam ilmu sosial, upaya mendorong munculnya aksi kolektif ini disebut dengan perubahan sosial (social change) melalui perubahan sikap individu (attitude). 2.2 Perubahan Sosial Bagaimana cara mendorong perubahan sosial? Sebelum menjawabnya, terlebih dahulu harus disepakati makna kata sosial. Kata ini adalah serapan dari bahasa Inggris “social” yang bermakna : (1) masyarakat, atau (2) berhubungan dengan masyarakat. Makna kata “masyarakat” adalah kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang besar dan saling membutuhkan serta memiliki ciri-ciri yang sama sebagai kelompok (Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, 1994). Hal utama yang dibahas adalah kumpulan individu dalam suatu kelompok manusia. Untuk itu pewrlu dikenali terlebih dahulu siapa yang disebut manusia itu. Ada aksioma yang sering dipakai dalam pelaksanaan pendidikan sekolah, yaitu, “sudah menjadi fitrah-Nya, manusia adalah makhluk sosial”. Baru kemudian banyak orang yang menyadari bahwa biologi manusia bukan hanya sekedar fisik yang immanen tetapi juga kenyataan yang transendental. Menurut Immanuel Kant Aksioma biologi Aristoteles yang menyebut manusia sebagai makhluk sosial adalah tidak lengkap secara komprehensif. Sifat sosial bukan ciri utama manusia, karena dalam perilaku sejumlah spesies hewan juga dikenal sistem sosial yang tidak kalah rumit. Kera, lebah, dan Bab 2 KERANGKA TEORITIS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-1
2.1 Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik
Gerakan ini adalah upaya untuk mengembangkan kepedulian kelompok
masyarakat dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, baik lahan dan
air, sehingga muncul aksi kolektif untuk mencegah atau menghentikan pemanfaatan
ruang yang bertentangan dengan norma atau aturan dan membantu pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam ilmu sosial, upaya mendorong munculnya aksi kolektif ini
disebut dengan perubahan sosial (social change) melalui perubahan sikap individu
(attitude).
2.2 Perubahan Sosial
Bagaimana cara mendorong perubahan sosial? Sebelum menjawabnya, terlebih
dahulu harus disepakati makna kata sosial. Kata ini adalah serapan dari bahasa Inggris
“social” yang bermakna : (1) masyarakat, atau (2) berhubungan dengan masyarakat.
Makna kata “masyarakat” adalah kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama
sebagai satu kesatuan yang besar dan saling membutuhkan serta memiliki ciri-ciri yang
sama sebagai kelompok (Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan, 1994). Hal utama yang dibahas adalah kumpulan individu dalam suatu
kelompok manusia. Untuk itu pewrlu dikenali terlebih dahulu siapa yang disebut manusia
itu.
Ada aksioma yang sering dipakai dalam pelaksanaan pendidikan sekolah, yaitu,
“sudah menjadi fitrah-Nya, manusia adalah makhluk sosial”. Baru kemudian banyak
orang yang menyadari bahwa biologi manusia bukan hanya sekedar fisik yang immanen
tetapi juga kenyataan yang transendental. Menurut Immanuel Kant Aksioma biologi
Aristoteles yang menyebut manusia sebagai makhluk sosial adalah tidak lengkap secara
komprehensif. Sifat sosial bukan ciri utama manusia, karena dalam perilaku sejumlah
spesies hewan juga dikenal sistem sosial yang tidak kalah rumit. Kera, lebah, dan
Bab 2 KERANGKA TEORITIS
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-2
semut, termasuk binatang yang dikenali memiliki organisasi sosial karena terdapat
hirarki kekuasaan, wilayah teritori, serta pembagian kerja. Bahkan dalam konteks
kehidupan sosial, koloni semut dikenal jauh lebih ringkih dibandingkan dengan sistem
sosial manusia. Kawanan lebah dikenal jauh lebih modern daripada kelompok manusia
profesional konstruksi bangunan dalam membuat sarang. Lebah bekerja sempurna
sesuai bidang kerjanya maasing-masing tanpa mandor serta imbalan gaji yang tinggi. Ini
membuktikan bahwa hewan juga memiliki sistem koordinasi dan ikatan sosial. Begitu
juga dengan benda mati, seperti planet ternyata juga terikat sebuah sistem immanen
karena masing-masing memiliki orbit, kontinuitas gerakan, serta kemampuan
regenerasi. hal ini terlihat pada saat ada salah satu galaksi mati, maka akan muncul
galaksi baru.
Apa hal yang benar-benar membedakan antara manusia dengan hewan atau
kumpulan materi dan energi seperti batu atau planet? Filsuf asal Uni Marburg Jerman,
Ernst Cassirer, mengutip penelitian sejawatnya Wolfgang Koehler terhadap kera-kera
yang diduga memiliki kecerdasan mirip manusia. Ia mengatakan bahwa kera-kera bisa
belajar tetapi tidak sanggup menurunkan pengetahuannya itu kepada kera lain. Mereka
hanya bisa meniru perilaku kera lain, atau perilaku yang dicontohkan kepadanya. Kera
tidak sanggup mengembangkan perilaku lain jika tidak ada contohnya. Meskipun
ditemukan adanya struktur emosi, kera tetap saja tidak dapat memperbaiki
pengetahuannya ketika menghadapi hambatan dalam memetik dan menguliti buah
pisang. Hal yang dilakukannya adalah meninggalkan pohon itu dan mencari pohon lain.
Hal inilah yang menjadi perbedaan antara manusia dengan makhluk lain. Mereka
sanggup mengembangkan pengetahuannya dan mewariskannya kepada generasi
berikutnya. Manusia juga memiliki kemampuan berpikir analisis yang disebut akal. Jadi
manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dengan cepat. Manusia juga
sanggup menjawab tantangan lingkungan luar dengan mengembangkan teknologi
(Ernst Cassirer, Manusia dan Kebudayaan, Gramedia, 1990).
Kemampuan adaptif ini tidak hanya menjadi modal untuk bertahan hidup, tetapi
diperkirakan juga menjadi faktor penyebab kematian. Seorang Dokter sekaligus
Pemenang Hadiah Nobel tahun 1912 untuk Fisiologi dan Kedokteran, Alexis Carrel
mengatakan bahwa pada tahun 1799 (74 tahun sebelum Carrel lahir di kota Lyon
Prancis), warga Prancis dibuat geger oleh berita penangkapan makhluk aneh di kota
Aveyron. Waktu itu Kota Aveyron dihantui oleh sosok makhluk aneh seperti manusia
ukuran kecil dengan rambut panjang yang selalu datang bersama kawanan serigala
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-3
untuk mencuri hewan ternak. Pada musim dingin 1799 itu, makhluk tersebut berhasil
ditangkap dan ternyata sosok itu bukan kuntilanak, tuyul, atau sundelbolong, melainkan
seorang anak manusia biasa. “Anak serigala dari Aveyron” ini kemudian diserahkan
kepada seorang dokter bernama Jean-Marc-Gaspard-Itard dan diberi nama Victor. Itard
mengajari Victor dengan kegiatan dan perilaku yang biasa pada manusia, seperti
memakai celana dan baju, tidur di kasur, makan di atas piring menggunakan pisau-
sendok-garpu dan berbicara. Tapi segala kehebatan manusia itu tidak membuatnya
bertahan karena Victor meninggal sebelum usianya 7 tahun. kejadian ini belum diketahui
penyebabnya sampai sekarang.
Ada juga cerita pada 4 abad sebelumnya tentang seorang raja dari Sicilia,
Frederick II. Frederick pernah melakukan percobaan biadab walaupun saat itu masih
menjaadi hal yang biasa. Mereka menggunakan manusia hidup untuk melakukan
percobaannya. Inti percobaannya adalah ingin mengetahui bahasa apa yang digunakan
seorang anak jika tidak pernah diajari bicara. Frederick memerintahkan sejumlah warga
untuk menyerahkan bayi-bayi mereka yang baru lahir untuk dipelihara di sebuah ruang
tertutup di kastilnya. Bayi-bayi itu dirawat oleh perempuan sehat yang bukan ibunya dan
diberi air susu yang cukup dan dijaga kehangatannya. Tapi para perawat dilarang
menyentuh terlalu lama dan mengeluarkan sepatah katapun di ruangan itu. hal yang
terjadi kemudian adalah Bayi-bayi itu tewas tanpa sebab yang jelas. Di kemudian hari,
baru diketahui, kenyataan itu membuktikan, manusia tidak mungkin bertahap hidup
tanpa rasa (sense) kehadiran manusia lain. Fisik manusia tidak akan bertahan lama jika
struktur emosi juga tidak dikembangkan. Kemampuan adaptif manusia melalui interaksi
dan kontak antar manusia menjadi salah satu kelemahannya. (Alexis Carrel, Misteri
Manusia, Remaja Karya, 1987).
Salah satu Keunikan lain dari manusia dibandingkan dengan makhluk lain adalah
konstruk perilaku yang berbeda-beda, karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan differensiasi kemampuan individual di tengah kelompoknya. Semut
atau lebah pekerja terlahir sebagai pekerja dengan warna dan organ tubuh yang
diperlukan sebagai pekerja. ini sangat berbeda dengan manusia dimana pembagian
kerja tidak dibuat berdasarkan hereditas. Bentuk tubuh dokter kandungan bernama A
dengan dokter kandungan bernama B sangat mungkin berbeda, begitu juga dengan
perangainya. Secara biologis, wadah manusia tidak menentukan fungsinya, meskipun
hingga sekarang masih ada praktek sosial seperti itu. Ada contoh-contoh yang terjaadi
di Indonesia seperti, dapur hanya menjadi urusan perempuan, orang kulit berwarna
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-4
hanya pantas jadi pelayan, orang cacat tak berguna, dan lain-lain. Kemampuan ini
menyebabkan manusia juga memiliki kehendak sendiri yang bebas (free will).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain makhluk sosial, manusia juga
menjadi makhluk individual. Kapasitas ini menyebabkan spesies ini menjadi makhluk
superior di antara makhluk lain ciptaan Tuhan. Manusia secara terus menerus
memperbaiki pengetahuannya sekaligus memperbaiki kualitas hidupnya dengan
temuan-temuan baru. Tantangan lingkungan menyebabkan manusia menjadi makhluk
yang paling cepat melakukan perubahan (adaptasi) baik pada ide, teknik dan sistem
sosial. Manusia juga menjadi makhluk unggul karena masing-masing individu memiliki
kebebasan untuk mengembangkan kehendak sendiri sehingga menjadi motivasi yang
mendorong produktivitas. pada jaman dulu inovasi muncul dengan motivasi
mempertahankan diri dari tantangan alam, maka sekarang inovasi didasari pada motif
ekonomi.
Menurut seorang psikolog perkembangan asal AS, Abraham Maslow, motif
adalah pendorong kehidupan manusia. Ia membagi 4 motivasi utama manusia selama
hidupnya, yaitu Kasih sayang, kegembiraan, prestasi dan kedudukan. Jika motivasi ini
tidak terpenuhi, maka kesehatan jiwa individu manusia cenderung terganggu apalagi jika
yang bersangkutan tidak memiliki cara mengatasi frustrasinya. Apabila ini terjadi, maka
ia disebut memiliki masalah pribadi. Sementara secara sosial, masyarakat juga memiliki motivasi yang menjadi daya
rekat (kohesi) sosial. Hal ini biasanya itu tertuang dalam visi dan misi terbentuknya
kelompok, termasuk juga tujuan berdirinya organisasi, AD/ART, atau Konstitusi. Untuk
bangsa Indonesia, motivasi sosialnya terbaca jelas dalam Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 45 dan Itu menjadi Das Sollen (keharusan) peri kehidupan bermasyarakat
di Indonesia. Jika Das Sollen (keharusan) berbeda dengan Das Sein (kenyataan), maka
muncullah masalah sosial. Cita-cita bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat
yang menghormati hukum, tapi setiap hari pula dapat dilihat banyak terjadi pungli,
pemerasan, copet, dan korupsi. manusia pada umumnya bercita-cita tinggal di
lingkungan kompleks perumahan yang asri dan tenang, namun ternyata sampah terus
menumpuk dan jalanan terus kebanjiran. Jika masalah sosial itu sedemikian buruk dan
luas, maka diperlukan collective action (poor condition susceptible to collective action),
baik berupa gerakan kepedulian publik (community based development), atau gerakan
masyarakat (social movement) hingga revolusi (Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial,
Rosda, 1999).
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-5
2.3 Teori Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah suatu proses di mana terjadi perubahan struktur dan
fungsi suatu sistem sosial. Revolusi nasional, mengganti koteka dengan celana,
keikutsertaan dalam program keluarga berencana, adalah merupakan contoh-contoh
perubahan sosial.
Perubahan dapat terjadi pada level individual, di mana seseorang bertindak
untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi. Perubahan pada level ini disebut
dengan bermacam-macam nama, antara lain difusi, adopsi, modernisasi, akulturasi,
belajar atau sosialisasi. Kami menggunakan istilah perubahan mikro. Perubahan terjadi
juga pada level sistem sosial. Ada berbagai istilah yang dipakai untuk perubahan
macam ini, misalnya pembangunan, internalisasi, integrasi, atau adaptasi. Kami
pergunakan istilah perubahan makro. Meski selalu saja ada perdebatan, mana yang
lebih dahulu yang mempengaruhi, perubahan mikro atau makro. Seperti debat kusir
tentang mana yang lebih dulu, telur atau ayam.
Untuk melihat perubahan dalam individu, dibutuhkan keahlian psikologi. Namun
secara garis besar, individu menyusun perilaku berdasarkan sensani (penginderaan),
Persepsi, Memori dan Berpikir (Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja
Karya, 1988). Dengan mengetahui mekanisme kerja itu, perubahan perilaku pada taraf
individu dapat diukur. Dengan memahami mekanisme itu pula, perubahan perilaku pada
level individu dapat didorong.
Salah satu cara dalam memahami perubahan pada level sosial adalah dengan
memahami sistem sosial itu sendiri. Sepanjang sejarah, terdapat dua aliran besar teori
sistem sosial. Yang pertama, structural-functional approach yang diusung oleh Auguste
Comte, Emile Durkheim dan Herbert Spencer. Kedua, conflict-approach yang diusung
oleh Hegel, Marx dan Dahrendorf.
Pada pendekatan struktur fungsionalis, perubahan berlangsung secara gradual
melalui : (1) penyesuaian (adjustment) terhadap nilai-nilai baru yang ditawarkan dari luar
sistem melalui agen pembaharu (agent of change), atau (2) dipaksakan melalui
perubahan struktur sosial (authority), dan (3) penemuan ide baru dari dalam masyarakat
(inventions). Perubahan dapat bersumber dari luar sistem atau dari dalam sistem, tapi
yang pasti perubahan itu bertujuan untuk menemukan kembali keajegan sosial
(equilibrium). Perubahan juga dapat bersifat : (1) spontan, atau (2) berencana, namun
keduanya harus berbasis konsensus.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-6
Karena perubahan spontan tidak terarah dan tidak terukur, maka sebagian besar
negara di dunia menunjukkan kecenderungan untuk lebih meningkatkan taraf kehidupan
rakyatnya, melalui perubahanan terencana. Misalnya, ketika pemerintah RI merancang
dan melaksanakan program penyediaan air bersih untuk masyakarakat, di saat yang
sama memberi penghargaan pada Mak Eroh karena inisiatifnya membuat saluran air
bagi warga kampung. Jika warga lebih terdidik, maka inisiatif tentu lebih banyak muncul
dan perubahan akan jauh lebih cepat. Namun, pada kenyataannya banyak kelompok
masyarakat yang belum tahu apa kebutuhan mereka dan inovasi mana yang cocok
untuk kebutuhan tersebut, sehingga skenario perubahan yang lebih tepat adalah
perubahan terencana. Meski perubahan terencana tidak selalu identik dengan
keberhasilan, karena klien perubahan secara individual amat majemuk.
Sementara pada pendekatan konflik, perubahan diukur secara revolusioner
karena menggunakan struktur kekuasaan sebagai agen pembaharu. Perubahan
dilakukan melalui pemberian otoritas penuh pada agen pambaharu untuk
mengendalikan kepentingan yang berlawanan antar anggota masyarakat. Penganut
paham ini tidak yakin dengan adanya common interest atau pembentukan konsensus.
Perubahan datang dari apa yang mereka sebut dengan : (1) technical, (2) political, (3)
social conditions of organization, berupa ideologi dan sistem nilai kelompok, kebebasan
berserikat dan kebebasan informasi. Kondisi tadi akan memunculkan banyak kelompok
kepentingan yang akan saling mengawasi, sehingga skenario perubahan pada
pendekatan ini adalah adanya benturan kepentingan yang akan menghasilkan legitimasi
pada kepentingan dengan dukungan terbanyak (Nasikun, Sistem Sosial Indonesia,
Rajawali, 1988).
2.3.1 Keputusan Atas Perubahan Namun pada intinya, perubahan sosial adalah sebuah kondisi ketika sebagian
atau seluruh anggota kelompok memutuskan untuk menerima dan menggunakan ide
atau gagasan atau teknik baru (inovasi) yang datang dari dalam maupun luar kelompok.
Sejumlah ahli menyebutnya proses keputusan inovasi yang terdiri dari beberapa tipe
keputusan inovasi, yaitu :
1. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh
individu yang berada dalam posisi atasan.
2. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil
peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual ini ada dua macam, yaitu :
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-7
a. Keputusan opsional, yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari
keputusan yang diambil oleh anggota sistem.
b. Keputusan kolektif, yakni keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada
dalam sistem sosial melalui konsensus.
Sebagai tambahan dari ketiga tipe keputusan di atas, ada keputusan yang disebut
keputusan kontingen, yakni pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah
ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya keputusan untuk mengadopsi
metode mengajar baru dapat dilakukan setelah ada keputusan kolektif. Tetapi
keputusan kontingen itu bisa merupakan kombinasi dari dua atau lebih keputusan
inovasi.
Sejak lama para ahli mengetahui, keputusan seseorang untuk menerima atau
menolak inovasi bukanlah tindakan yang sekali jadi, melainkan proses yang terdiri dari
serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Pandangan tradisional mengenai
proses keputusan inovasi, disebut “proses adopsi”, yang dikemukakan ahli-ahli sosiologi
pedesaan, terbagi dalam lima tahap :
1. TAHAP KESADARAN, di mana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi
kekurangan informasi mengenai hal itu.
2. TAHAP MENARUH MINAT, di mana seseorang mulai menaruh minat terhadap
inovasi dan mulai mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi itu.
3. TAHAP PENILAIAN, di mana seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru
itu dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan
menentukan mencobanya atau tidak.
4. TAHAP PENCOBAAN, di mana seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam skala
kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya.
5. TAHAP PENERIMAAN (ADOPSI), di mana seseorang menggunakan ide baru itu
secara tetap dalam skala yang luas.
Kami sendiri menyusun suatu model proses keputusan inovasi yang terdiri dari 4
tahap, yaitu :
1. Pengenalan, di mana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi.
2. Persuasi, di mana seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan
terhadap inovasi.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-8
3. Keputusan, di mana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
4. Konfirmasi, di mana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah
dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah keputusannya jika ia
memperoleh informasi yang bertentangan.
Dari keempat tahap itu, nampak tergambar peranan sumber informasi dan
saluran komunikasi dalam memberi rangsangan kepada seseorang selama proses
keputusan inovasi itu berlangsung. Pada tahap persuasi, seseorang membentuk
persepsinya terhadap inovasi dari saluran komunikasi yang lebih dekat dan antar
pribadi. Seseorang biasanya mencari informasi lebih lanjut pada tahap konfirmasi,
karena ingin mencari penguat bagi keputusannya. Kadang-kadang seseorang
memperoleh informasi yang bertentangan (dengan keputusan yang ingin dibuatnya). Ini
menyebabkan terjadinya diskontinuasi atau keterlambatan adopsi.
Perubahan sikap memang tidak seperti membalik telapak tangan. Adanya
perubahan sikap tergantung pada kualitas interaksi sosial : (1) di dalam kelompok -
misal, seringnya kegiatan rembug warga, seringnya Bapak Lurah bertemu warga, dll, (2)
di luar kelpompok – misalnya, seberapa sering mendengar radio, menyaksikan televisi,
membaca koran, mengikuti pendidikan, dll. Selain itu, perubahan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal individu manusia. Yaitu, oleh status sosialnya, citra dirinya, minat
serta motivasi hidup.
Namun demikian, secara umum perubahan sosial dapat didorong melalui proses
komunikasi di dalam kelompok, di luar kelompok, dan komunikasi antarpribadi.
2.3.2 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah kegiatan manusia untuk : (1) saling memahami, (2) saling
memberitahu, (3) saling mempengaruhi dengan perantaraan simbol-simbol budaya yang
disepakati bersama.
Ada pula yang menggambarkan dengan gamblang, komunikasi adalah proses di
mana pesan-pesan dioperkan dari sumber kepada penerima. Kami dapat
menggambarkan proses komunikasi dengan istilah yang sangat disederhanakan tapi
berguna yakni model S-M-C-R. Sumber (source=S) mengirim pesan (message=M)
melalui saluran (Channel=C) tentu kepada penerima (Receiver=R). Seseorang dengan
mudah dapat melihat bagaimana faktor-faktor komunikasi itu terlibat dalam aspek
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-9
proses pengambilan keputusan yang nantinya menghasilkan perubahan sosial.
Keputusan seorang petani untuk pindah ke kota atau berpartisipasi dalam program
pemerintah, seorang industriawan yang mengadopsi teknik-teknik perpabrikan baru atau
keputusan sepasang suami istri untuk ikut dalam program KB, pada masing-masing
kejadian itu meliputi adanya suau pesan (M) yang diberikan kepada seseorang (R)
melaui saluran komunikasi (C) dari seseorang yang bertindak sebagai sumber (S).
Penerimaan pesan itu mengakibatkan berubahnya pola tingkah lakunya.
Melalui komunikasi, individu memperoleh gambaran tentang lingkungan sekitar,
posisi individu di tengah lingkungan tersebut, dan membantu individu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan itu (Hartley-Hartley, 1961). Sementara untuk masyarakat,
komunikasi berfungsi sebagai pembentuk kelompok (formation of the groups),
pemelihara kesinambungan kelompok (continued group existance), dan menjembatani
hubungan antarkelompok (interrelations among groups). Secara umum tujuan
komunikasi adalah memperoleh kesamaan pemahaman di antara peserta komunikasi
(Wilbur Schramm, The Process and Effect of Mass Communications,1977). Dari yang
tidak tahu menjadi tahu, yang tidak paham menjadi paham, yang tidak peduli menjadi
peduli. Menurut Santoso Sastropoetro, perubahan yang dapat terjadi akibat proses
komunikasi, atau disebut juga efek komunikasi, adalah :
o perubahan pengetahuan
o perubahan pendapat
o perubahan sikap
o dan perubahan tingkah laku
(Santoso Sastroputro, Komunikasi Sosial, Remaja Karya, 1989).
Saat komunikasi berlangsung, ia melibatkan sejumlah elemen, yaitu : pemberi
pesan (komunikator), isi pesan, saluran/media, penerima pesan (komunikan), dan
akibat/efek. Komunikasi yang dilakukan dapat bersifat tatap muka dalam bentuk
komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar,
dll. Atau bermedia melalui media massa, seperti artikel, press release, public speaking,
pameran, iklan atau publikasi dalam bentuk selebaran dan buku. Teknik komunikasi
yang digunakan dapat bersifat informatif, persuasif, instruktif atau hubungan insani.
2.3.3 Proses Komunikasi Komunikasi berjalan dengan gerakan melingkar, dimulai dari seseorang yang
menyampaikan pesan, menuju seseorang yang menerima pesan yang kemudian
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-10
memberi umpan balik ke pemberi pesan yang akan menerimanya sebagai stimulus lalu
kembali menyusun pesan berikutnya. Begitulah gerakan komunikasi berputar tanpa
henti. Daniel Spencer mengatakan, komunikasi adalah tindakan normatif, karena setiap
aksi manusia harus bertujuan mencari kualitas hidup yang lebih baik. Sehingga Spencer
menggambarkan gerakan komunikasi seperti sebuah spiral. Jika menuju ke bawah
berarti komunikasi berjalan negatif. Jika sebaliknya, komunikasi berjalan positif. Turning
point yang menentukan kualitas komunikasi adalah pada saat communications cycle
berada pada titik umpan balik (feedback).
Untuk itu, amat penting bagi pemberi pesan untuk memahami struktur feedback
ini. Wilbur Schramm menulis, ada 4 jenis feedback menurut sumbernya. Yang pertama,
inferential feedback yang datang dari kesimpulan yang dibuat oleh pemberi pesan
sendiri. Misalnya, seorang presenter acara TV memiliki asumsi sendiri tentang reaksi
audience pada saat acaranya ditayangkan live karena ia tidak dapat melihat langsung
pemirsanya. Yang kedua, immediate and delayed feedback adalah umpan balik yang
datang dari khalayak secara langsung atau tertunda, baik melalui telepon ke redaksi TV
atau surat pembaca. Yang ketiga, external feedback adalah umpan balik langsung dari
penerima pesan berkaitan dengan proses komunikasinya dan bukan tentang isi
pesannya. Yang keempat, internal feedback adalah umpan balik dari pesan itu sendiri.
Misalnya, seorang pembaca berita di TV mendengar ucapan sendiri yang salah lalu
mengoreksinya. Terakhir, Schramm menyebut normatif feedback yang merupakan
evaluasi kinerja proses komunikasi. Ada feedback positif, negatif, nol dan netral (lihat
masih dipandang sebagai inovasi di beberapa negara, tetapi di sebagian lain telah
menjadi barang usang. Ini pun menimpa pada gerakan sosial, ideologi, dan sebagainya
yang dikualifikasikan sebagai inovasi.
Sebagian inovasi hanya terdiri dari komponen ide, tetapi ada pula inovasi yang
terdiri dari komponen ide dan komponen fisik. Misalnya, traktor, insektisida, micro chip,
dan sebagainya. Inovasi ide diadopsi pada keputusan simbolis berupa kesepakatan atau
aturan baru. Sementara inovasi dengan komponen ide dan fisik, diadopsi dengan
keputusan aksi (tingkah laku nyata). Misalnya mengganti alat lama dengan alat baru,
memasang IUD, merombak rumah, dsb.
2.3.5.2 Proses Difusi Inti dari proses difusi ialah interaksi manusia di mana seseorang
mengkomunikasikan ide baru kepada seseorang atau beberapa orang lainnya. Pada
hakekatnya, difusi terdiri dari : (1) ide baru, (2) seorang A yang mempunyai
pengetahuan tentang inovasi, (3) seorang B yang belum tahu tentang ide baru itu, dan
(4) beberapa bentuk saluran komunikasi yangmenghubungkan dua orang itu. Sifat
hubungan antara A dan B ditentukan oleh kondisi apakah A berkehendak menceritakan
ide baru itu kepada B atau tidak. Hal ini akan mempengaruhi apakah cerita mengenai
ide baru itu akan dipunyai B atau tidak. Saluran komunikasi yang menyebabkan ide-ide
baru itu bisa sampai kepada B penting dalam menentukan keputusan B untuk menerima
atau menolak inovasi itu. Biasanya pemilihan saluran komunikasi terletak di tangan A, si
sumber, dan harus dilakukan dengan memperhatikan : (1) tujuan diadakannya
komunikasi, dan (2) khalayak dengan siapa saluran itu disambungkan. Jika A hanya
berkeinginan untuk memberitahu B mengenai suatu inovasi, lebih tepat kalau ia memilih
saluran media massa karena lebih cepat dan lebih efisien terutama jika pendengarnya
banyak dan tersebar di wilayah yang luas. Di lain pihak, jika tujuan A adalah untuk
mempengaruhi B agar setuju atau suka pada inovasi, maka saluran interpersonal lebih
tepat.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-14
Oleh karena itu, sumber difusi harus memilih antara saluran media massa atau
interpersonal berdasarkan tahap di mana penerima berada dalam proses pengambilan
keputusan inovasi, apakah dalam tahap pengenalan ataukah dalam tahap persuasi.
2.3.5.3 Sumber Difusi Sistem sosial dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan unit yang berbeda
secara fungsional dan terkait dalam kerjasama dalam memecahkan masalah, dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Anggota atau unit-unit sistem sosial itu berupa
perorangan (individu), kelompok informal, organisasi modern atau sub sistem. Setiap
unit dalam sistem sosial dapat dibedakan secara fungsional dari anggota atau unit
lainnya. Semua anggota bekerjasama untuk memecahkan masalah umum (masalah
yang dihadapai sistem) atau untuk mencapai suatu tujuan timbal balik (antara sistem
dengan anggotanya atau antara anggota dengan anggota). Pencapaian tujuan bersama
yang timbal balik inilah yang mengikat sistem.
Di antara anggota sistem sosial, ada yang memegang peranan penting dalam
proses difusi, yakni mereka yang disebut sebagai pemuka pendapat dan agen pembaru.
Pemuka pendapat adalah seseorang yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang lain untuk bertindak dalam cara tertentu, secara informal. Mereka ini
sering diminta nasehatnya dan pendapatnya mengenai suatu perkara oleh anggota
sistem yang lainnya. Para pemuka pendapat ini mempunyai pengaruh terhadap proses
penyebaran inovasi; mereka bisa mempercepat diterimanya inovasi oleh anggota
masyarakat tetapi bisa pula mereka menghambat tersebarnya sesuatu inovasi ke dalam
sistem.
Adapun agen pembaru adalah orang yang aktif berusaha menyebarkan inovasi
ke dalam suatu sistem sosial. Dia adalah tenaga professional (petugas) yang mewakili
lembaga pembaruan, yakni instansi atau organisasi yang berusaha mengadakan
pembaruan masyarakat dengan jalan menyebarkan ide-ide baru. Seorang agen
pembaru adalah seorang petugas yang berusaha mempengaruhi keputusan anggota
sistem sosial dalam rangka melaksanakan program yang telah ditetapkan oleh lembaga
atau instansi di mana ia bekerja. Dia biasanya berusaha agar ide-ide baru itu diadopsi,
tetapi mereka kadang-kadang megurangi kecepatan difusi dan mencegah pengadopsian
ide yang ia yakini tak diinginkan. Seringkali agen pembaru adalah orang di luar sistem
yang beroperasi di dalam sistem. Mungkin dalam menjalankan operasinya itu ia tinggal
bersama anggota sistem lainnya, mungkin pula sesekali waktu saja ia berkunjung
kesana.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-15
Dalam usaha menyebarkan inovasi agen pembaru seringkali berkerja sama
dengan pemuka pendapat di dalam suatu sistem sosial. Pemuka pendapat sering
menjadi pembantu yang berjasa bagi agen pembaru. Tetapi bukti penelitian
menunjukkan bahwa para pemuka pendapat ini biasanya “dibuang” setelah usaha itu
berhasil. 2.3.5.4 Evolusi, Revolusi, Reformasi
Perubahan juga diukur oleh dimensi waktu relatif. Evolusi adalah perubahan total
secara lamban. Revolusi adalah perubahan radikal dengan cepat. Reformasi adalah
penyesuaian terhadap situasi dan kondisi baru secara bertahap. Namun ketiganya tidak
dapat diukur dalam waktu riil, 5 tahun Masehi atau 200 bulan Hijriyah. Perubahan bisa
saja nampak dalam hitungan detik, ketika seorang petani (klien perubahan) mendengar
penjelasan dari petugas penilik lapangan (agen pembaharu) tentang cara baru (inovasi)
bertanam jagung yang menguntungkan. Tapi proses mental sejak seseorang mulai
mengenal inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan
pengukuhan terhadap keputusan itu memerlukan waktu.
Contoh kasus yang terjaadi adalah Pak Arnasan, seorang petani Cijoho yang
pertama kali mengenal jagung hibrida (bibit unggul) dari PPL pada tahun 1985 (tahap
pengenalan). Dia tidak langsung menanami ladangnya dengan bibit baru itu. Pada tahun
1987 setelah mendiskusikan inovasi itu dengan beberapa tetangganya (tahap persuasi),
ia baru mulai mencoba menanam jagug hibrida untuk dicobakan pada sebagian
ladangnya. Bahkan baru pada tahun 1989 ia menanami seluruh areal ladangnya dengan
bibit baru itu.
Dari hal ini muncul pertanyaan, sejak kapan sebenarnya Pak Arnasan
mengadopsinya sampai pada tahun 1989 ketika ia memutuskan untuk menggunakan
inovasi itu sepenuhnya (tahap keputusan). Adopsi adalah keputusan untuk
menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Masa
pengambilan keputusan inovasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh proses pengambilan keputusan inovasi; dalam contoh kasus di
atas, paling tidak diperlukan waktu 4 tahun. Keputusan inovasi juga dapat berbentuk
negatif yaitu berupa penolakan untuk tidak mengadopsi ide baru. Tahap terakhir dalam
proses keputusan inovasi adalah pengukuhan atau konfirmasi, suatu tahap di mana
penerima inovasi mencari penguat terhadap keputusan adopsi atau penolakan yang
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-16
telah dibuatnya. Pada tahap ini masih bisa terjadi kemungkinan berbalik dari keputusan
semula jika memperoleh informasi yang bertentangan.
Perubahan yang terjadi pada individu Pak Arnasan (perubahan mikro)
bergantung pada seberapa percaya Pak Arnasan pada PPL, seberapa banyak informasi
yang diterima Pak Arnasan, seberapa sering Pak Arnasan mendiskusikannya.
Perubahan pada individu Pak Arnasan juga dapat menjadi pemicu perubahan
masyarakat (perubahan makro), tergantung pada seberapa kuat pengaruh Pak Arnasan
terhadap warga kampungnya, juga seberapa banyak orang seperti Pak Arnasan yang
dapat diraih oleh PPL.
Dengan kerangka berpikir tersebut, ”Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik
Terhadap Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang”, dapat dilakukan
melalui sejumlah cara pengkomunikasian norma-norma pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang itu sendiri, untuk mendorong munculnya aksi kolektif.
2.4 Norma dalam Kehidupan Sosial
Berbeda dengan struktur sosial hewan yang terbentuk karena sifat biologisnya,
ikatan sosial kelompok manusia terbentuk karena adanya kebutuhan, tujuan dan
kepentingan bersama (common needs, interest and goals). Sebut saja, KTKB. Semut
pekerja tidak mungkin kawin, karena ratu saja yang bertugas untuk itu. Secara biologis,
fisik mereka juga berbeda. Berbeda juga dengan hewan, manusia bekerja di dalam
kelompok karena adanya kemauan bersama (common will). Dokter, insinyur, jurnalis,
dapat saja bergabung ketika melakukan ronda malam. Di sinilah konflik khas manusia
muncul. Ketika kehendak pribadi bertentangan dengan kemauan bersama. Dan
karenanya, kelompok manusia mengembangkan sistem pengawasan melekat berupa
seperangkat ukuran tingkah laku (norma) dalam kehidupan kelompok, untuk mencegah
munculnya konflik karena ada anggota kelompok yang melenceng dari KTKB.
Norma itu dipelihara (conserved), diperkuat (reinforced) dan dipelajari
(internalized) melalui berbagai upacara-upacara menghormati leluhur atau tokoh-tokoh
magi jadi-jadian, seperti Zandee Mbori pada masyarakat Azandee Suku Maori, atau
Dewi Sri pada masyarakat Pasundan. Mereka adalah simbol keluhuran budi yang patut
dicontoh anggota kelompok dengan mematuhi berbagai tabu, pamali dan setiap
pelanggaran akan mendapat kutukan dari tokoh magi tadi (kuwalat) yang
mengakibatkan rasa sakit, bencana alam, kegagalan panen, penculikan oleh makhluk
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-17
halus, dll. Untuk mencabut kutukan, harus ada pengakuan dosa melalui pengorbanan
(sacramento/tumbal) peng-arakan, pengasingan, penyembelihan, dll. Secara periodik,
upacara-upacara dilakukan untuk memelihara nilai kelompok, sehingga mendatangkan
rasa malu, ka era (shame culture) atau rasa bersalah, ka sieun (guilt culture) ketika
dilanggar (Raymond Firth, Ciri-ciri Dan Alam Hidup Manusia, Vorkink-Van Hoeve, 1956).
Nilai-nilai sosial tradisi itu secara garis besar masih menjadi dasar nilai-nilai sosial
masyarakat modern. Rasa bersalah dan rasa malu, masih merupakan konsep dasar
pengawasan sosial melalui perangkat yang sekarang disebut hukum (law and order).
Tokoh-tokoh magi berubah menjadi ideologi dan konstitusi, sedang kuwalat menjadi
Undang-undang, sacramen menjadi penjara. Upacara-upacara ritual beralih ke acara-
acara di ruang sidang pengadilan, tempat orang berbicara tentang pelanggaran dan
pembelaan diri.
Hukum dan Undang-undang menjadi perangkat ukuran tingkah laku (norma)
dalam masyarakat modern. Misalnya, norma dalam menikahkan sepasang kekasih,
memberi nama anak, membangun rumah, membuang sampah, berbicara pada orang
lain, tidak lagi tunduk pada tabu atau pamali untuk menghindari kuwalat, melainkan
pada undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, keputusan gubernur
atau peraturan daerah dan SK Walikota.
Norma masyarakat modern dibuat dengan perhitungan rasional berdasarkan visi
dan misi bersama yang menjadi konsensus kelompok masyarakat tersebut. Dalam
konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, visi misi itu tertuang dalam Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD, Ideologi Pancasila, dan perangkat hukum di bawahnya. Dalam
pemanfaatan dan pengendalian ruang misalnya, terdapat sejumlah norma dasar yang
tertuang dalam berbagai aturan.
2.4.1 Norma Pemanfaatan Ruang Terdapat beberapa norma yang mengatur pemanfaatan ruang di Indonesia.
Berikut diuraikan beberapa norma pemanfaatan ruang beserta tujuan rasionalnya.
TTAABBEELL 22..11
NNOORRMMAA YYAANNGG MMEENNGGAATTUURR PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG Peraturan Tentang Tujuan
Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999
Kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun
- Agar tersedia lisiba yang telah
dilengkapi dengan jaringan
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-18
Peraturan Tentang Tujuan Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 Keppres No.32 Tahun 1990 Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, da Menteri Perumahan Rakyat No.648-384/1992, No.739/KPTS/1992, No.09/KPTS/1992 Inpres RI No.5 Tahun 1990 Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2004
yang berdiri sendiri Hak guna usaha, hak guna bangunan, guna hak pakai atas tanah Pengelolaan kawasan lindung Pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang Peremajaaan pemukiman kumuh yang berada di atas tanah negara Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah daan air permukaan
primer dan sekunder prasaraan lingkungan yang memenuhi syarat dan sesuai dengan rencana tata ruang
- Agar tersedia kavling tanah matang beserta rumah dengan pola hunian yang berimbang, terencana, dan bertujuan bagi seluruh lapisan masyarakat
- Agar semakin terjaminnya
tertib di bidang hukum pertanahan, administrasi pertanahan, penggunaan tanah, ataupun pemeliharaan tanah, dan lingkungan hidup
- Untuk menjamin
terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan dan terpeliharanya fungsi pelestarian
- Mewujudkan perumahan yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi dan teratur, memberi arah pada pertumbuhan wilayah, serta menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosbud, dan bidang lainnya
- Mewujudkan lingkungan perumahan yang penghuninya terdiri dari berbagai profesi, tingkat ekomi dan status sosial yang saling membutuhkan
- Untuk mempercepat
peningkatan mutu kehidupan masyarakat, terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bertempat tinggal di kawasan pemukiman kumuh yang berada di atas tanah negara
- Dalam rangka peningkatan
pendapatan asli daerah, akan tetapi lebih diutamakan lagi untuk kepentingan pengendalian lingkungan dan
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-19
Peraturan Tentang Tujuan Undang-Undang No.7 Tahun 2002 Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1982
Sumber daya air Tata pengaturan air
mempertahankan ekosistem akibat pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
- Untuk menghadapi
ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat
- Untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi
- Untuk mengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang sudah tidak sesuai dengan keadaan masyarakat
- Untuk mengatur pembinaan
seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumbernya, guna mencapai manfaat yang sebesar besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan rakyat
- Untuk mengatur lebih lanjut tata cara pembinaan dalam kegiatan pengairan menurut bidangnya masing-masing sesuai dengan fungsi dan peranannya
Peraturan Tentang Tujuan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997
Pendaftaran tanah
- Untuk memberikan dukungan jaminan kepastian hukum di
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-20
Peraturan Tentang Tujuan Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1998 Keppres No.77 Tahun 1994 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.107 Tahun 1997 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 2001 Peraturan pemerintah No.82 Tahun 2001
Hak guna usaha, hak guna bangunan, gan hak pakai atas tanah Penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar pencemar udara Panduan penyusunan AMDAL kegiatan pembangunan di daerah lahan basah Pengendalian kerusakan dan atau pencemara lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan Pengelolaan kulaitas air dan pengendalian
bidang pertanahan - Untuk menyempurnakan
Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961
- Agar semakin terjaminnya
tertib di bidang hukum pertanahan, administrasi pertanahan, penggunaan tanah, ataupun pemeliharaan tanah, dan lingkungan hidup
- Untuk mengatur penertiban
dan pendayagunaan tanah terlantar sehingga berdaya guna dan berhasil guna serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat
Untuk menyempurnakan Keppres No.23 Tahun 1990 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan perhitungan, pelaporan dan sistem informasi indeks standar pencemar udara bagi: a.instansi terkait b.Gubernur Kepala Daerah tingkat I, dan Bupati/walikotamadya kepala daerah tingkat II terkait Untuk memudahkan penyusunan AMDAL bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan (proyek) pembangunan di daerah lahan basah. Untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga diperlukan pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup Untuk melestarikan fungsi air dengan memperhatikan
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-21
Peraturan Tentang Tujuan pencemaran air
kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis
Instrumen pengendalian sosial yang berfungsi memelihara norma-norma yang
ada, di jaman baheula, diperankan oleh tetua adat, kuncen atau dukun, dengan
menceritakan kembali legenda-legenda, pamali, dan memimpin upacara-upacara ritual
menghormati roh baik dan roh jahat, serta menentukan treatment jika kuwalat dilanggar,
misalnya dengan memerintahkan upacara sacramento, atau mengasingkan pelanggar
norma, dsb untuk mencabut kutukan atau meredakan kemarahan dewa. Peran tersebut,
sesuai tata negara di jaman kiwari, diserahkan kepada aparatus negara yang disebut
TRIAS POLITICA yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Negara Kesatuan Republik
Indonesia sendiri memberi wewenang kepada masing-masing lembaga melalui
seperangkat Undang-Undang lembaga tinggi negara dan Undang-Undang teknis.
Sebagai contoh, dalam UU No.24 tahun 1997, pelaksana kewenangan terdiri dari
Menteri Agraria, Badan Pertanahan Nasional (BPN), kantor pertanahan yang melakukan
pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah, dan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang untuk membuat akta-akta tanah
tertentu. Sedangkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, dan Menteri Perumahan Rakyat No.648-384/1992,
No.739/KPTS/1992, No.09/KPTS/1992, pelaksana kewenangan terdiri dari ketiga
menteri yang bersangkutan dengan Menteri Negara Perumahan Rakyat sebagai
koordinator, sedangkan kepala daerah (gubernur dan bupati/walikota) sebagai
pelaksana di daerah. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999
tentang kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba) yang berdiri
sendiri, pelaksana kewenangan terdiri dari pemerintah daerah dengan kepala
daerahnya, menteri di bidang perumahan permukiman, sedangkan penyelenggaranya
adalah kelompok masyarakat atau badan usaha yang ditunjuk oleh badan pengelola
untuk membangun lisiba.
Sementara itu, untuk masing-masing elemen eksekutif diberi batas wewenang
sesuai Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Otonomi daerah
telah merubah berbagai kewenangan bidang penataan ruang baik ditingkat Pemerintah
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 2-22
Pusat maupun Pemerintah Daerah. Kewenangan tersebut semakin menyempit di tingkat
pusat dan propinsi akan tetapi menjadi lebih besar di kabupaten/kota. Maka peran serta
masyarakat juga dituntut lebih besar dalam bidang penataan ruang dan lingkungan
hidup.
Pada era ini, pemerintah pusat tidak lagi menjadi pelaksana akan tetapi sebagai
penyusun kebijakan makro dan penetapan berbagai norma, standar, kriteria dan
prosedur. Kewenangan tersebut mencakup 5 ( lima) aspek meliputi:
• Penetapan pedoman pengendalian pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan
• Pengaturan pengelolaan lingkungan hidup dalam pemanfaatan sumber daya laut
diluar 12 mil
• Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan bagi kegiatan potensial berdampak
negatif pada masyarakat luas dan atau menyangkut hankam dengan lokasi lebih
satu propinsi, diwilayah sengketa dengan negara lain, diwilayah laut dibawah 12 mil
dan lokasi di lintas batas negara
• Penetapan baku mutu lingkungan hidup dan penetapan pedoman tentang
pencemaran lingkungan hidup
• Penetapan pedoman tentang konservasi sumber daya alam
Sementara itu, kewenangan propinsi sebagai daerah otonom meliputi :
• Pengendalian lingkungan hidup lintas kabupaten/kota
• Pengaturan pengelolaan lingkungan hidup dalam pemanfaatan sumber daya laut 4
mil sampai dengan 12 mil
• Pengaturan tentang pengamanan dan pelestarian sumber daya airlalu lintas
kabupaten/kota
• Penilaian Amdal bagi kegiatan-kegiatan yang potensial berdampak negatif pada
masyarakat luas yang berlokasi meliputi lebih dari satu kabupaten/kota