7/23/2019 Bab_2 topik http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 1/13 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Definisi diare Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) disertai perubahan konsistensi tinja dibandingkan dengan BAB normal (Spruill dan Wade, 2008). Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu, sebagai contoh beberapa individu berdefekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu (Sukandar,dkk.,2008). 2. Klasifikasi diare Berdasarkan penyebabnya diare dibedakan menjadi 4 jenis : 1)Diare akibat virus Contoh diare akibat virus adalah influenza perut dan yang disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Rotavirus merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas iklim tropis dan sedang (Smith, 2003). Virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan vili usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, vili mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari (Irwanto dkk., 2002). 4
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 1/13
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) disertai perubahan
konsistensi tinja dibandingkan dengan BAB normal (Spruill dan Wade, 2008).
Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu, sebagai contoh
beberapa individu berdefekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua atau
tiga kali seminggu (Sukandar,dkk.,2008).
2. Klasifikasi diare
Berdasarkan penyebabnya diare dibedakan menjadi 4 jenis :
1) Diare akibat virus
Contoh diare akibat virus adalah influenza perut dan yang
disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Rotavirus merupakan penyebab diare akut
yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas iklim tropis dan sedang
(Smith, 2003). Virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit,
akan menyebabkan infeksi dan kerusakan vili usus halus. Enterosit yang rusak diganti
dengan yang baru yang fungsinya belum matang, vili mengalami atropi dan tidak
dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Diare
yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari (Irwanto dkk., 2002).
4
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 2/13
5
2) Diare bakterial (invasif)
Diare ini agak sering terjadi tetapi mulai berkurang berhubung semakin
meningkatnya derajat hygiene masyarakat. Bakteri-bakteri yang terdapat pada
makanan yang tidak hygienis menjadi invasif dan menembus sel mukosa usus halus,
kemudian bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan mengeluarkan toksin-
toksin yang dapat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti
demam tinggi, nyeri kepala, kejang-kejang, disamping mencret berdarah dan
berlendir. Penyebab terkena jenis diare ini ialah Salmonella, Shigella, E. coli jenis
tertentu, Campylobacter (Tjay dan Rahardja, 2002).
3) Diare parasiter
Seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Cryptosporidium, dan
Cyclospora yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis. Diare yang disebabkan oleh
parasit yang terutama terjadi di daerah subtropis biasanya bercirikan mencret yang
intermiten dan bertahan lebih lama dari 1 minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri
perut, demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih umum (malaise)
(Tjay dan Rahardja, 2002).
4) Diare akibat enterotoksin
Diare jenis ini jarang terjadi, tetapi lebih dari 50% wisatawan di negara-negara
berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang
membentuk enterotoksin seperti E. coli dan Vibrio cholerae. Toksin melekat pada sel-
sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini bersifat self limiting disease, artinya akan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu kurang lebih 5 hari, setelah
sel-sel yang rusak diganti dengan mukosa baru (Tjay dan Rahardja, 2002).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 3/13
6
Klasifikasi diare berdasarkan lamanya dapat dibedakan menjadi diare akut dan
diare kronis. Diare akut adalah diare yang terjadi kurang dari 14 hari pada bayi atau
anak-anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik biasanya terjadi lebih dari 30 hari
(Spruill dan Wade 2008). Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan
suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Diare akut
patofisiologis dan tercapainya dapat diketahui dengan jelas. Hal ini berbeda dengan
diare kronis yang diagnosis maupun terapinya lebih rumit dari diare akut. Bahkan
dilaporkan sekitar 20% diare kronik tetap tidak dapat diketahui penyebabnya
walaupun telah dilakukan pemeriksaan intensif selama 2-6 tahun (Wiryani dan
Wibawa, 2007).
3. Etiologi diare
Secara fisiologi dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus),
kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim.
Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa
makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri
yang biasanya selalu berada di usus besar ini akan mencernakan lagi sisa-sisa (serat-
serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari padanya dapat diserap pula selama
perjalanan melalui usus besar. Air juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi
usus menjadi lebih padat. Adanya peningkatan peristaltik usus hingga perlintasan
chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan
tubuh sebagai tinja, atau terjadi bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi, maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya diare (Tjay dan Rahardja, 2002).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 4/13
7
Penyebab diare dapat dikarenakan faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan gizi), makanan dan faktor psikologis. Faktor infeksi pada saluran
pencernaan adalah yang paling sering menyebabkan diare pada anak E. coli dan
Sallmonela. Malabsorpsi menyebabkan diare pada bayi karena kepekaan bayi pada
lactoglobilus pada susu formula. Makanan tercemar dan kotor juga dapat menjadi
penyebab diare pada anak. Sedangkan psikologis anak yang mengalami kecemasan,
perasaan takut dan juga tegang dapat juga menyebabkan diare (Juwono, 2003).
4. Patofisiologi diare
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap dapat menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik.
Akibat dari diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah(Dongoes, 2000).
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik diare pada 1-2 hari pertama yaitu demam (di atas 38°C),
muntah, diare dan gejala muntah mulai menurun pada hari kelima. Gejala diare,
muntah dan demam mengakibatkan penderita mengalami dehidrasi dan kehilangan
banyak elektrolit tubuh (Fischer, 2000).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 5/13
8
Diare dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kehilangan cairan (dehidrasi)
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering sisertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan/atau keseimbangan elektrolit (Irwanto dkk., 2002).
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurangdari 5%, dehidrasi sedang bila
penurunan berat badan antara 5- 10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari
10%.
Tabel I. Derajat Dehidrasi (Sandhu, 2001).
Gejala
dan
Tanda
Keadaan
Umum
Mata Mulut/Lidah Rasa
Haus
Kulit %
turun
BB
Estimasi
defisiensi
cairan
Tanpa
dehidrasi
Baik,
sadar
Normal Basah Minum
normal,tidakhaus
Dicubit
kembalicepat
<5 50%
Dehidrasiringan-
sedang
Gelisah,rewel
Cekung Kering Tampakkehausan
Kembalilambat
5-10 50-100%
Dehidrasi
berat
Letargik,
kesadaranmenurun
Sangat
cekungdan
kering
Sangat
kering
Sulit,
tidak bisa
minum
Kembali
sangatlambat
>10 >100%
2) Malnutrisi
Malnutrisi berat dengan dehidrasi berat akibat diare merupakan hal yang umum
terjadi di negara-negara tropis dan subtropis (Nelson, 2000).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare Shigellosis.
Pada anak-anak dengan gizi cukup atau baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (kekurangan kalori
protein). Hal ini terjadi karena penyimpanan atau persediaan glikogen dalam hati
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 6/13
9
terganggu dan adanya gangguan absorpsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsangan, tremor,
berkeringat dingin, pucat, syok, kejang sampai koma (Nelson, 2000).
4) Hiponatremia
Hiponatremia juga banyak terjadi pada Shigellosis. Hiponatremia muncul karena
gangguan reabsorpsi natrium di usus. Manifestasi klinik dari hiponatremia adalah
hipotonia, apati, dan jika berat dapat menimbulkan kejang (Sastromiharjo, 1985).
6. Tanda dan gejala
Menurut Widjaja (2002) tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah dan suhu badan tinggi
2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
4) Lecet pada anus
5) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
6) Muntah sebelum dan sesudah diare
7) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
8) Dehidrasi (kekurangan cairan).
B. Tata Laksana Terapi diare
Menurut Priyanto (2009) penatalaksanaan diare dapat dilakukan dengan:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, yaitu menggunakan oralit
2. Identifikasi penyebab diare, spesifik atau non spesifik. Non spesifik menggunakan
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 7/13
10
obat yang bersifat supportif dan simtomatik, sedangkan spesifik menggunakan
antimikroba
3. Terapi definit : pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan sanitasi lingkungan, dan imunisasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi.
1) Pengobatan cairan
Dehidrasi adalah suatu keadaan yang ditandai kurangnya cairan sehingga dapat
mengakibatkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi.
Pasien yang mengalami dehidrasi berat harus segera dirujuk kerumah sakit untuk
mendapatkan pengganti cairan dan elektrolit (Sastromiharjo, 1985).
Ada dua jenis cairan yang dapat digunakan dalam pengobatan diare yaitu Cairan
Rehidrasi Oral (CRO) seperti oralit dan cairan rumah tangga (larutan garam-gula,
larutan tepung beras-garam, air tajin, air kelapa) dan Cairan Rehidrasi Parenteral
(CRP) seperti Ringer Laktat, KAEN3A, KAEN3B, Asering, D5%, KCl, dan
sebagainya. Keuntungan dari cairan rehidrasi oral adalah relatif murah, tidak invasif,
dan dapat diberikan di rumah. Komponen utama dari CRO adalah glukosa, natrium,
kalium, klorida dan air. Pemberian CRP dapat dilakukan jika pasien mengalami
muntah yang hebat dan tidak memungkinkan untuk diberikan cairan rehidrasi secara
oral (Martin dan Jung, 2008).
2) Pengobatan kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah mengetahui
penyebab yang pasti. Jika kausa ini penyakit parenteral, diberikan antibiotik sistemik.
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang berkhasiat
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 8/13
11
mematikan dan menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitas bagi manusia
kecil (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada kasus diare yang disebabkan oleh bakteri,
penggunaan antibiotik adalah suatu keharusan (Triatmodjo, 1994). Jika tidak terdapat
infeksi parenteral, sebenarnya antibiotik baru boleh diberikan jika pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan bakteri patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan
bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotik
dapat diberikan dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat
tinja dan sebagainya. Pemberian antibiotik kepada pasien hanya boleh diberikan jika
(i) ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopis pada biakan, (ii) pada
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis ditemukan darah pada tinja, (iii) di daerah
endemik kholera. Penggunaan terapi antibiotik harus sesuai dengan aturan yang jelas
yaitu dapat menemukan diagnosis klinis yaitu infeksi mikroba, mendapatkan bahan
pemeriksaan labolatorium, menentukan diagnosa mikrobiologis dan mengubah
pengobatan (Suraatmaja, 2010).
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting) (Hegar dan Kadim, 2003).
Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar diare pada anak adalah virus (rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi ke dalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala
diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Jenis antimikroba yang
sering digunakan pada penanganan kasus diare anak tercantum pada tabel II.
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 9/13
12
Tabel II. Pilihan dan dosis antibiotik pada diare anak
Kolera
The New England Journal OfMedicine*
Erythromycin 30 mg/kg, 3x sehari selama 3 hari ;Azithromycin10 mg/kg dosis tunggal dalam sehariselama 3 hari
WHO** Tetrasiklin 12,5 mg/kg, 4 x sehari selama 3 hari
Alternatif : Furazolidone 1,25 mg/kg, 4 x sehari selama 3
hari ;Trimetoprim (TMP)- Sulfametoksazol(SMX) TMP5 mg/kg + SMX 25mg/kg 2 x sehari selama 4hari
World Gastroenterology OrganisationGlobal Guidline***