7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 Anatomi Fisiologis 2.1.1.1 Anatomi Sistem Pencernaan Gambar 2.1. Anatomi sistem pencernaan (Sumber: Sridianti, 2013) Menurut Pierce (2011), “sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian- bagian berikut: mulut, faring, esophagus, kerongkongan, lambung, ventrikulus, usus halus dan usus besar”. Menurut Suratun dan Lusianah dalam buku Asuhan Keperawatan Gastrointestinal (2010), Menyatakan “sistem pencernaan terdiri dari cavum oris, dentis, faring, esophagus, gaster, intestine tenue, intestine crasum, dan rektum. Selain itu dibahas juga hepar, kandung empedu, dan pancreas”.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Teoritis Medis
2.1.1 Anatomi Fisiologis
2.1.1.1 Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 2.1. Anatomi sistem pencernaan(Sumber: Sridianti, 2013)
Menurut Pierce (2011), “sistem pencernaan berurusan
dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk
diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-
bagian berikut: mulut, faring, esophagus, kerongkongan,
lambung, ventrikulus, usus halus dan usus besar”.
Menurut Suratun dan Lusianah dalam buku Asuhan
Keperawatan Gastrointestinal (2010), Menyatakan “sistem
pencernaan terdiri dari cavum oris, dentis, faring, esophagus,
gaster, intestine tenue, intestine crasum, dan rektum. Selain
itu dibahas juga hepar, kandung empedu, dan pancreas”.
8
2.1.1.2 Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Oris (Mulut)
Mulut terdiri dari: bibir, lidah, gigi, kelenjar ludah.
Terdapat pula kelenjar submandibularis, parotis,
sublingualis, dan sedikit bucalis. Sekresi mulut
berfungsi untuk meningkatkan pencernaaan zat tepung,
mengatur pemasukan cairan, merangsang nafsu makan
dengan cara melarutkan bahan sehingga kontak dengan
bintik-bintik rasa dan melicinkan makanan agar mudah
ditelan.
b. Dentis (Gigi)
Gigi dewasa (gigi sekunder) terdapat 32 buah
sedangkan gigi primer/gigi susu pada anak-anak
terdapat 20 buah. Pada umumnya gigi susu mulai
tanggal (lepas) dan diganti gigi sekunder sekitar 6-7
tahun dan selesai umur 12 tahun.
c. Lingua (Lidah)
Lidah tersusun oleh otot-otot serat lintang dan dilapisi
oleh selaput lendir. Otot lidah dapat digerakkan ke
seluruh arah. Lidah tersusun oleh 3 komponen yaitu:
1) Radiks lingua (Pangkal lidah)
2) Dorsum lingua (Punggung lidah)
3) Apeks lingua (ujung lidah)
a) Otot-otot lidah
b) Saliva (kelenjar liur)
d. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga
mulut dengan kerongkongan dan merupakan peralihan
rongga mulut dan system pernafasan serta system
pencernaan. Saluran ototnya dilapisi dengan selaput
lendir. Lengkung faring mengandung tonsil yang
9
merupakan kumpulan kelenjar limfe. Kelenjar limfe
tersebut mengandung limfosit dan berfungsi dalam
pertahanan terhadap infeksi. Dalam faring terdapat
sfingter pharingoesofageal yang berfungsi mencegah
makanan dari esophagus masuk faring.
Lapisan dinding faring terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Lapisan mukosa
2) Lapisan fibrosa
3) Lapisan berotot
e. Esofagus (kerongkongan)
Esofagus terdiri dari saluran muskuler dan lentur yang
dipengaruhi oleh tekanan intrathorakal dan
intraabdomen. Esofagus adalah saluran yang
menghubungkan tekak dengan lambung. Panjangnya
±25 cm dengan diameter 1 inchi, terletak di bagian
posterior jantung dan trachea, anterior vertebrae dan
menembus hiatus hernia tepat di anterior aorta.
Fungsi esophagus adalah menggerakkan makanan dari
faring ke lambung melalui gerakan peristaltic. Mukosa
esophagus memproduksi sejumlah besar mucus untuk
melumasi makanan dan melindungi esophagus.
f. Gaster (Lambung)
Lambung terletak dibagian superior kiri rongga
abdomen, terletak obliq dari kiri ke kanan di bawah
diafragma, berbentuk tabung seperti huruf J dengan
kapasitas normal 2 liter. Secara anatomis, lambung
terdiri fundus, korpus, antrum pilorikum (pylorus),
kurvatura minor, sfingter cardia (mengalihkan makanan
masuk ke lambung dan mencaegah fefluks isi lambung
masuk ke esophagus), kardia dan sfingter pylorus
(mencegah aliran balik isi duodenum ke lambung).
10
Struktur lambung memiliki lapisan-lapisan. Susunan
lapisan dari dalam keluar, terdiri dari:
1) Tunika serosa (luar)
2) Tunika mukosa
3) Sub mukosa
4) Mukosa (lapisan dalam)
Fungsi lambung adalah sebagai berikut:
1) Menampung makanan, menghancurkan,
menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik
lambung dan getah lambung dan mengosongkan
lambung.
2) Menghasilkan getah cerna lambung yang
mengandung pepsin (berfungsi mencegah albumin
dari pepton menjadi asam amino), HCL berfungsi
mengasamkan makanan, antiseptic dan desinfektan,
dan merubah pepsinogen menjadi pepsin serta
merangsang pengeluaran empedu di usus dan
mengatur katup sfingter pylorus.
3) Memproduksi renin.
4) Mensintesis dan mensekresi gastrin.
5) Mensekresi bikarbonat yang bersama-sama mukus
melindungi dinding lambung terhadap autodigesti
oleh pepsin dan asam lambung.
g. Intestine Tenue (Usus halus)
Usus halus merupakan saluran yang berlipat-lipat,
terletak di umbilicus, dengan diameter ± 2,5 cm dan
panjang 3-5 m. Berdasarkan fungsinya usus halus, di
bagi menjadi:
1) Duodenum : panjangnya ¼ m.
2) Jejenum : panjangnya 7 m.
3) Ileum : panjangnya 1 m.
11
Lapisan dinding usus terdiri dari:
1) Lapisan luar.
2) Lapisan berotot.
3) Mukosa.
4) Dinding submukosa.
h. Pergerakan usus halus
Normalnya gerakan usus halus ke arah anal yang terdiri
dari:
1) Kontraksi tonik: 12 x/m di jejenum sampai dari
ileum ± 9x/m bertujuan untuk mengabsorbsi atau
mencampur dan menambah pergerakan dengan
mukosa.
2) Gerak segmentasi: gerakan kontraksi muskulus
sirkularis untuk mencampur dan menambah
pergeseran dengan mukosa.
3) Geak pendulum/ayunan: merupakan gerak
memanjang dan memendek kontraksi muskulus.
Longitudinal usus untuk mencampur kimus.
4) Gerak peristaltik: gerak mendorong/ menggerakkan
kimus sepanjang usus. Respon terhadap regangan
ini disebut “Refleks Mienterik”.
5) Gerak vili: vili bergetar dipengaruhi oleh “Hormon
Vilikinin” (disekresi mukosa usus).
Faktor-faktor yang mengubah gerakan usus antara lain
ostruksi usus,kurangnya aliran darah,empedu yang
berlebihan, makanan yang mengandung banyak
selulosa dan stimulasi parasimpatis (kraniosakral)
menstimulasi kontraksi, sedangkan saraf simpatik
mengistirahatkan. Kosongnya usus halus:
normalnya4,5-9 jam sesudah makan.
12
i. Intestinum Crasum (Usus Besar)
Usus besar terdiri dari caccum (2-3 inchi pertama
kolon). Colon (asenden, tranversum, desenden,
sigmoid), rectum (sfingter ani). Fungsi usus besar yaitu
mengabsorbsi air dan elektrolit dari kimus tempat
terjadinya proses pembusukan, tempat pembentukan
vitamin K, terdapat sfingter ileosekal yang yang
membatasi usus halus dan usus besar yang berfungsi
untuk menjaga makanan yang sudah masuk ke dalam
usus besar.
1) Pergerakan usus besar meliputi :
a) Gerakan hautrasi/mencampur. Pergerakan
lambat seperti diaduk dan diputar.
b) Gerakan massa/ mass movement. Gerakan
mendorong, menetap (10-30 menit).
2) Sekresi kolon
Kriptus liberkuhn mengandung banyak sel goblet
yang berfungsi untuk mensekresi mukus dan tidak
ada enzimnya.
Mukus tersebut berfungsi melindungi mukosa dari
bakteri dan perekat bahan feses. Gerakan dinding
ususbesar terdiri dari gerakan haustrasi dan
peristaltik.
3) Absorpsi kolon
Terdapat sekitar ± 500 – 1000 mi/hari kimus yang
masuk ke kolon. Hanya ± 600 ml yang diabsorpsi,
± 100 -200 ml akan dikeluarkan bersama feses.
4) Kerja bakteri
Bakteri komensal (sehat) dalam kolon berfungsi
menerima sejumlah kecil selulosa, dan bila
13
terdapat sisa protein berperan dalam proses
pembusukan.
5) Defekasi
Rangsangan defekasi terjadi karena membesarnya
rectum oleh kumpulan feses, kontraksi otot di
dinding abdomen dan otot pelvis, adanya gerakan
peristaltik usus dan terangsangnya saraf sensori
dalam rectum. Muskulus sfingter ani tidak akan
membuka bila fesesnya sedikit.
j. Apendiks vermiformis
Apendiks mempunyai kedudukan yang tidak tetap di
dalam rongga abdomen. Posisi pangkal apendiks
dengan sekum relative konstan, sedangkan ujung
apendiks dapat berada pada posisi retrosekal, pelvikal,
subsekal, preileal atau parokolika kanan.
Apendiks juga berperan sebagai immune pada system
gastrointestinal. Sekresi immunoglobin A diproduksi
oleh Gut Asso-ciated Lymphoid Tiissue (GALD) yang
berfungsi untuk mencegah proliferasi bakteri,
netralisasi virus, dan mencegah penetrasi enterotoksin
dan antigen intestinal lainnya. Bila terjadi inflamasi
pada otot apendiks maka kontraksi apendiks akan
terganggu.
k. Rektum
Panjangnya 10-13 cm, tersusun oleh sfingter ani
internus dan sfingter ani eksternus (otot sadar) serta
pleksus hemmoroidalis (anyaman pembuluh darah).
Rektum dapat berkontraksi yang aktivitasnya dapat
menimbulkan terjadinya defekasi. Panjang rektum
bervariasi menurut umur :
1) Infant : 2,48 cm.
14
2) Toddler : 4 cm.
3) Prasekolah :7,6 cm.
4) Sekolah :10 cm.
2.1.2 Definisi
Peritonitis adalah Inflamasi peritonium-lapisan membran serosa
rongga abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi
bakteri. Organnisme yang berasal dari penyakit saluran
gagastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduktif internal
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan
komplikasi berbahaya akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen (apendiksitis, pankreatitis, dan lain-lain) rupture saluran
cerna dan luka tembus abdomen (Padila, 2012).
Peritonitis adalah inflamasi peritonium yaitu lapisan membrane
serosa rongga abdomen dan meliuti visera merupakan penyulit
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri
lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum
inflamasi (Rudi, 2012)
Peritonitis is one of the most common cause of acute abdomen,which is an abdominal emergency. Peritonitis is usuallyaccompanied by bacteremia or sepsis that can cause mortality. Theobjective of this study was to know something that associated withperitonitis in order to prevent and to respond immediately to thiscase. This retrospective descriptive study was conducted fromSeptember 2014 to October 2014 using a total sampling technique.Data was taken from cases of hospitalized patients with peritonitis inSurgery Ward of RSUP Dr. M. Djamil Padang, selected by oninclusion and exclusion criteria. There were 98 medical records bythe period from 1st of January 2013 to 31th of December 2013.(Aiwi, 2016).
15
Peritonitis prevalence in men (68,4%) was higher than women(31,6%). Most common age group is 10-19 years old (24,5%).Secondary peritonitis due to perforation of the appendix is the mostcommon type of peritonitis (53,1%). Most patients with peritonitisget a surgical procedure of exploratory laparotomy andappendectomy (64,3%). Most hospitalization length was 4-7 days(45,9%). The frequency of peritonitis patients based on conditionswhen discharged from hospital is mostly alive (85,7%).Conclusionfrom this study is that peritonitis may be influenced by age, sex,cause of peritonitis, the surgical procedure, hospitalization, andcondition when discharged from hospital (Aiwi, 2016).
Terjemahan peritonitis adalah salah satu penyebab paling umum dari
perut akut, yaitu keadaan darurat abdomen. Peritonitis biasanya
disertai oleh bakterimia atau sepsis yang dapat menyebabkan
kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sesuatu
yang berhubungan dengan peritonitis untuk mencegah dan segera
merespons kasus ini. Penelitian deskriptif rektrospektif ini dilakukan
dari bulan september 2014 sampai oktober 2014 dengan
menggunakan teknik sampling total. Data diambil dari kasus pasien
gawat rawat jalan yang dirawat dirumah sakit RS bedah Dr. M.
Djamil padang, dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi. Ada
98 catatan medis oleh priode dari 1 januari 2013 sampai 31 desember
(aiwi, 2016).
Prevalensi peritonitis pada pria (68,4%) lebih tinggi dari pada wanita
(31,6%) kelompok usia paling umum adalah 10-19 tahun (24,5%),
peritonitis sekunder jenis peritonitis yang paling umum (53,1%)
sebagian besar rawat inap 4-7 hari (45,9%) frekuensi pasien
peritonitis berdasarkan kondisi ketika dari rumah sakit sebagian
besar hidup (85,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
peritonitis dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, penyebab
peritonitis, prosedur operasi, rawat inap dan kondisi saat dikeluarkan
dari rumah sakit (aiwi, 2016).
16
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan
oleh bakteri (misalnya dari perforasi usus) atau akibat pelepasan
iritan kimiawi, misalnya empedu, asam lambung, atau enzim
pancreas (Brooker, 2009).
Klasifikasi
2.2.2.1. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga
peritoneum, kuman masuk kedalam rongga peritoneum
melalui aliran darah / pada pasien perempuan melalui
genital
2.2.2.2. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam
jumlah yang cukup banyak
2.2.2.3. Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga
peritoneum misalnya pemasangan kateter.
Kateter ventrikula – peritoneal
Kateter peritoneal – jugular
(Padila, 2012).
2.1.3 Etiologi
Penyebab peritonitis menurut (Hughes, 2012) adalah :
2.1.3.1. Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran
gastrointestinal
b. Appendicitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptic (lambung/duodenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukak disentri amuba / colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
17
h. Diverticulitis (radang usus)
Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus U
dan B hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang
paling berbahaya adalah clostrdiumwechii.
2.1.3.2. Secara langsung dari luar
a. Operasi yang tidak steril
b. Tercontaminasi talcum venetum, lycopodium,
sulfonamide, terjadi peritonitis yang disertai
pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon
terhadap benda asing, disebut juga peritonitis
granulomatosa serta merupakan peritonitis local.
c. Trauma pada kecelakaan seperti rupture limpa dan
rupture hati
d. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius
vermikularis, terbentuk pula peritonitis granulomatous.
2.1.3.4 Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit
akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis
media, mastoiditis, glomerulonephritis, penyebab utama
adalah streptokokus atau pnemokukus.
2.1.4 Patofisiologi
Awalnya mikroorganisme masuk kedalam rongga abdomen adalah
steril tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.
Akibatnya timbul edema jaringan dan pertahanan eksudat. Cairan
dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya
sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak. Respon
yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di ikuti oleh
ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus