17
17 BIOSTRATIGRAPHY
17.1 PENGENALAN
____________________________________________________________________
Tiga bab terdahulu berfokus pada hubungan-hubungan stratigraphic
dalam suksesi pengendapan eksis yang tampak pada
karakteristik-karakteristik secara fisik pada pengendapan karang,
baik pada lithology maupun sifat-sifat fisik yang dapat dirasakan
sedikitnya melalui instrumentasion seismic ataunmagnetic. Kita
kembali sekarang pada ba yang da untuk meguji peranan yang sangat
penting pada organisme fosil yang bermain dalam stratigraphy.
Pertama, fossil memberikan suatu metode penggunaan sepenuhnya yang
tinggi dan ditambahkan bagi pembagian kembali karang yang
terendapkan ke dalam unit-unit pengidentifikasian stratigraphic
(biostratigraphic). Sebagai tambahan, mereka membuat kemungkinan
permintan dan usia-relatif penentuan tanggal pada stratum dan
korelasinya baik pada suatu benua (kontinental) maupun suatu skala
global. Karakterisasi dan korelasi pada unit-unit karang pada dasar
kandungan fossilnya disebut biostratigraphy. Stratigraphy
didasarkan pada karakteristik-karakteristik paleontology pada
karang-karang yang terendapkan yang juga berkenaan dengan
stratigraphic paleontology, studi pada fossil dan distribusinya
dalam beragam bentuk geologis.
Pemisahan pada unit-unit karang pada dasar suatu kandungan
fossil yang bisa atau tidak bisa menghasilkan unit-unit
stratigraphic yang mana batas-batasnya serupa dengan batas-batas
pada unit-unit stratigraphic lithic. Buktinya, unit-unit
lithostratigraphic seperti pembentukan-pembentukan yang biasa dapat
dibuat subdivide melalui pembedaan kumpulan fossil ke dalam
beberapa unit biostratigraphy yang lebih kecil. Tentu saja, salah
satu sasaran utama pada biostratigraphy adalah untuk membuat
kemungkinana perbedaan pada stratum ke dalam subunit-subunit
bersekala kecil atau zona-zona yang dapat ditentukan dan
dikorelasikan melampaui wilayah geografis yang luas, yang
membolehkan interpretasi pada sejarah Bumi dengan suatu kerangka
kerja yang tepat pada masa geologis. Pada satu sisi, hal tersebut
cukup biasa bagi unit-unit stratigraphic yang dibuat biologis untuk
rentang batas-batas secara formal yang dibuat unit-unit
lithostratigraphic. Beberapa unit biostartigraphic bisa dengan
demikian mencakup bagian-bagian dari dua anggota atau pembentuknya,
sebagai contoh, atau kadang-kadang meliputi dua atau lebih
keseluruhan anggota atau formasi (Gambar 17.1).
Konsep pada biostratigraphy didasarkan pada observasi bahwa
organisma telah melalui perubahan suksesif pada keseluruhan masa
geologis. Dengan demikian, sejumlah unit pada stratum dapat
ditentukan dan dikarakterisasi melalui kandungan fossil. Dengan
begitu, beberapa unit stratigraphy dapat dibedakan pada dasar
kandungan fossilnya dari unit-unit stratigraphy yang lebih muda dan
lebih tua. Biostratigraphy sebelumnya disatukan secara tertutup
dengan paleontology, dan seorang ahli biostratigraphy yang trampil
haruslah juga seorang ahli paleontology yang sangat terampil.
Buktinya, aplikasi pada biostratigraphy adalah bagi pra ahli yang
telah intimate pengetahuan pada kelompok-kelompok yang besar pada
organisma dan distribusi yang sifatnya temporer dan khusus. Karena
stratigraphic paleontology adalah semacam bidang yang
rumit/kompleks, perlakuan yang komprehensif pada subyek ini
melebihi cakupan bukunya. Maksud bab ini adalah untuk
memperkenalkan beberapa konsep dan prinsip dasar pada
biostratigraphy. Para pembaca yang mengharapkan treatment yang
lebih mendalam pada stratigraphy dapat mengkonsultasikan
refernsi-referensi standar pada paleontology sebaik sebagaimana
yang lebih khusus, biostratigraphy diorientasikan monograph seperti
Berry (1987), Cubitt dan Reyment 91982), Dodd dan Stanton (1981),
Gradstein, dkk. (1985) dan Kauffman serta Hazel (1977).
Kita memulai diskusi pada biostratigraphy melalui pengujian
konsep bahwa fosil merupakan suatu dasar yang valid bagi pembagian
secara stratigraphic. Sebagai bagian pada pengujian ini, asal mula
dan pengembangan metode bagi pembuatan zona biostartigraphic
ditemukan, dan prosedur-prosedur stratigraphic baru-baru ini dalam
penggunaan bagi klasifikasi, penamaan, dan penggambaran unit-unit
biostratigraphic didiskusikan. Evolusi organik dan distribusi pada
organisme baik dalam ruang dan waktu dieksplorasi berikutnya. Kita
conclude bab dengan suatu diskusi pada peranan yang sangat penting
bahwa biostratigraphy bermain dalam pembuatan korelasi unit-unit
stratigraphic. Penggunaan fossil bagi penyesuaian skala waktu
geologis, yang disebut biochronology, didiskusikan pada Bab 18.
17.2 FOSSIL SEBAGAI SUATU DASAR BAGI PEMBAGIAN SECARA
STRATIGRAPHIC
____________________________________________________________________
Prinsip-prinsip pada Suksesi Faunal
Seorang peniliti dan insinyur sipil bernama William Smith yang
bekerja di Inggris dan Wales pada akhir tahun 1970-an, telah
dikaitkan dengan penemuan prinsip-prinsip yang fundamental pada
biostratigraphy. Para penulis sebelumnya telah mengakui bahwa
fossil adalah sisa-sisa pada organisme yang hidup-sekali, dan
beberapa penulis telah kadang-kadang membuat kesan kemungkinan
bahwa spesies tertentu pada organisme berkulit lautan telah menjadi
punah. Smith telah membuktikan yang pertama menggunakan fossil
seabagi suatu alat praktis untuk mengkarakterisasi, membagi dan
membuat korelasi strata dari satu area ke area lainnya. Dalam
tulisannya sebagai seorang peneliti dan pembuat kanal, dia telah
menemukan sekitar tahun 1796 bahwa stratum di dan sekitar Bath di
Somerset dan bagi beberapa wilayah di sekitarnya selalu ditemukan
susunan di mana karang ditempatkan di atas yang lain. Lebih lanjut
lagi, dia mencatat bahwa setiap lapisan dalam suksesi stratigraphic
dikarakterisasi oleh perbedaan yang sama fossil asemblage dimana
hal tersebut ditemukan pada keseluruhan wilayah. Segera saja, Smith
mampu menentukan karang yang mengandung fossil pada interval
stratigraphic yang tepat dengan membandingkan fosil yang
dikandungnya dengan batuan yang telah diketahui posisi
stratigraphic-nya yang diketahuinya dari studi sebelumnya. Dia
kemudian menemukan bahwa stratum yang mengandung-fosil terjadi
dalam suatu permintaan tertentu dan menentukan. Berdasarkan
penemuan Smith, kita sekarang mengetahui bahwa karang-karang
dibentuk selama beberapa rentang waktu khusus pada masa geologis
yang dapat diakui dan dibedakan melalui kandungan fossilnya dari
karang-karang yang dibentuk selama rentang waktu-rentang waktu
lainnya. Konsep ini mempunyai konsekuensi menjadi dikenal sebagai
prinsip (hukum) pada suksesi faunal. Kadang-kadang tanpa memberi
tanpa pada nama untuk fossil, Smith berhasil sepenuhnya dalam
menggunakan cara tersebut dalam membuat suksesi stratigraphic dan
untuk membagi karang-karang ke dalam unit-unit pemetaan melalui
suatunkombinasi pada karakteristik lithologic dan kumpulan
fossil.
Merupakan hal penting untuk diberikan penekanana bahwa Smith
tidaklah membagi suksesi karang pada dasar fossil itu sendiri.
Stratumnya pertama kali delineated dan dinamakan menurut
lithologinya. Kemudian, karakteristik fossil dikumpulkan dan
dipelajari. Penggunaan fossil sendiri untuk membagi ketebalan,
pembentukan secara homogen lithologically yang paling penting
tidaklah muncul hampir selama 15 tahun lamanya. Ahli ilmu
pengetahuan Prancis Georges Cuvier, seorang Smith kontemporer,
mengakui hasrat yang dapat dipertanggungjawabkan pada penggunaan
fosil untuk membagi karang-karang tetapi tidaklah mencoba proses
tersebut bagi dirinya sendiri. Pembagian pada suksesi karang pada
dasar fossil pertama kali ditemukan pada sedimen pada masa Tertier
pada tahun 1830-an. Deshayes di Prancis (1830), Bronn di Jerman
(1831), Lyell di Inggris (1833) semuanya mengajukan
pembagian-pembagian pada stratum Tertier yang berdasarkan pada
fossil (Hancockk, 1977). Pembagian Lyell secara historis patut
diperhatikan. Dia membagi stratum Tertier ke dalam empat unit pada
dsar proporsi kehidupan untuk kepunahan/kematian spesies pada
karang (Tabel 17.1). Dengan demikian, kita melihat di sini dengan
jelas pertama kali penggunaan fossil sebagai bagian yang penting
sekali pada pembuatan definisi unit-unit waktu geologis dan
kemungkinan bebas secara biostratigraphy dari kontrol
lithologic.Tahapan Konsep
Walaupun prinsip Smith mengenai suksesi faunal menjadi landasan
bagi seluruh biostratigraphy selanjutnya, keerja yang dilakukannya
pada suksesi-suksesi biostratigraphic membawa untuk hanya unit-unit
waktu yang dibuat secara tidak jelas. Pembagian Lyell secara sama
tidaklah jelas dan, dalam banyak kasus, confine penggunaan dalam
penentuan waktu dan korelasinya. Tahapan yang penting ini muncul
dengan pengenalan pada tingkatan konsep, yang dikaitkan dnegan ahli
paleontology Prancis Alcide dOrbigny. Sekitar tahun 1842 Orbigny
muncul dengan gagasan meluruskan pembagian stratum utama, setiap
bagiannya dibuat sistematis mengikuti yang lain dan setiap (bagian)
memberikan suatu kumpulan yang unik pada fossil. Seperti Smith,
dOrbigny mengakui bahwa kesamaan pada kumpulan fossil bisa meliputi
banyak formasi (unit-unit lithostratigraphic) dalam satu tempat
atau hanya suatu pembentukan tunggal atau bagian pada suatu formasi
di lain tempat. Dia mendefinisikannya sebagai tahapan
kelompok-kelompok pada strata yang mengandung kumpulan fosil utama
yang sama. Dia menamakan tahapan ini setelah lokalitas geografis
dengan bagian-bagian bagus yang khusus pada karang yang memberikan
karakteristik fossil pada tingkatan yang mendasarinya. Dengan
menggunakan tingkatan konsep, dia bermaksud untuk membagi
karang-karang pada sistem Jurrasic ke dalam sepuluh tingkat dan
karang-karang Cretaceous ke dalam tujuh tingkat, yang setiap
bagiannya dikarakterisasi dengan keras melalui fossil binatang.
Batas-batas pada tingkatan yang dibuat Orbigny dibuat pada
selang waktu yang ditandai oleh pemunculan terakhir, atau ketidak
munculannya, pada kumpulan yang berbeda pada bentuk-bentuk
kehidupan dan penempatan kembali pada catatan karang melalui
kumpulan lainnya. Dia menyusun tingkatan ini sebagai mempunyai
perluasan di seluruh dunia dan untuk menjadi menghasilkan perusakan
cathastrophic berulang pada kehidupan di Bumi yang diikuti
penciptaan-penciptaan baru, seperti Cuvier yang mendahuluinya, yang
gagal untuk gain penerimaan terakhir diantara para ahli geologi,
studi yang berikutnya telah menunjukkan bahwa tingkatan ini dan
karakteristik fauna adalah bersifat lokal daripada bersifat seluruh
dunia. Meskipun begitu, konsep dOrbigny pada tingkatan sebagai
isi/badan utama pada stratum dikarakterisasi oleh kumpulan besar
fossil-fossil unik hingga bagian itu pada kolom stratigraphic
secara total adalah suatu kontribusi signifikan dan terakhir pada
pertumbuhan disiplin biostratigraphy. Somewhat interpretasi berbeda
pada pengertian tingkatan telah digunakan oleh para penulis
berikutnya, tetapi konsep dasar dOrbigny masihlah valid.
Konsep Zona
Tingkatan konsep pada dOrbigny membolehkan pembagian pada strata
ke dalam suksesi utama pada dasar fossil-fossil. Apa yang mereka
tidak dapat berikan adalah suatu metode melalui mana strata
fossilferous dapat dibagi ke dalam besar-kecil, unit-unit
pembatasan yang nyata. Friedrich Quenstedt di Jerman secara khusus,
mengeritik tingkatan yang dibuat dOrbigny karena, menurutnya,
metode dOrbigny berpusat di seputar penerimaan, sebagai suatu
diagnosa aggregate faunal, pada spesies pada banyak strata dalam
banayak lokalitas, yang lumped bersama dengan cukup anggapan bagi
jarak stratigraphic precise (Berry, 1987, hal. 125). Quenstedt
maintain bahwa hanya melalui studi yang sangat detail pada strata
pada dasar sentimeter ke sentimeter secara sangat penting dapat
secara penuh memahami suksesi pada fauna yang dikembangkan. Tulisan
yang dimiliki Qunstedt tidaklah memberikan notion pada pembagian
biostratigraphic secara detail ke dalam pemanisan secara penuh. Ia
remain bagi muridnya, Albert Oppel, untuk mengembangkan, membuat
sintesis dan meld gagasan-gagasan Quenstedt ke dalam konsep
zona.
Oppel memperkenalkan konsep zona pada tahun 1856 yang dengan
cara demikian merubah praktek biostratigraphy selamanya. Bekerja
dengan karang-karang Jurassic dalam beragam bagian di Jerman, dia
menerima gagasan mengenai unit-unit berskala-kecil yang dibuat oleh
jarak-jarak stratigraphic pada fossil species yang terabaikan pada
lithology pada bagian alas yang mengandung fossil. Oppel membuat
catatan bahwa susunan vertikal pada beberapa spesies adalah sangat
pendek; yakni, spesies yang eksis untuk suatu masa yang sangat
pendek secara geologis. Lainnya cukup panjang, tetapi kebanyakan
pada beberapa panjang tingkat lanjut/pertengahan. Oppel membuat
catatan juga bahwa kumpulan pada fossil yang dikarakterisasi strata
dibuat jaraknya untuk saling melengkapi pada fossil. Dia membuat
zona-zonanya melalui eksplorasi jarak vertikal pada setiap spesies
secara terpisah. Setiap zona dikarakterisasi oleh gabungan
peristiwa pada spesies yang tidak ditemukan bersama di atas atau di
bawah zona ini. Dengan demikian, jarak pada beberapa spesies
dimuali pada dsar suatu zona (pemunculan pertama pada suatu
spesies), yang lainnya diakhiri pada puncak suatu zona (pemunculan
terakhir pada suatu spesies), whereas masih yang lain dibuat jarak
pada keseluruhan zona atau kadang-kadang diperpanjang melebihinya.
Penggunaan jarak spesies, Oppel menemukan bahwa dia dapat
menggambarkan batas-batas diantara unit-unit karang berskala-kecil
dan membedakan suatu suatu suksesi pada kumpulan fossil yang unik.
Setiap kumpulan ini dibatasi pada dasarnya oleh pemunculan spesies
baru yang berbeda dan pada puncaknya-yakni, dasar pada bagian
sebelumnya-melalui pemunculan spesies baru lainnya. Hal ini,
bagaimanapun, saling melengkapi pada jarak stratigraphic pada
spesies yang membuat kumpulan fossil yang merupakan perlambang
suatu zona (Gambar 17.2). Karena suatu zona menggambarkan waktu
diantara pemunculan pada spesiea yang dipilih sebagai dasar pada
zona sebelumnya yang berikut, pengakuan pada zona dengan demikian
membolehkan penggambaran pada pemotongan-secara nyata, unit-unit
waktu berskala kecil. Setiap zona yang dibuat Oppel dinamai setelah
suatu spesies fossil yang khusus, yang disebut suatu indeks fossil,
atau indeks spesies, yang mana adalah tetapi satu spesies fossil
dalam kumpulan pada spesies yang mengkarakterisasi zona.
Konsep pada zona dengan demikian dibolehkan, pembagian pada
tingkat ke dalam dua atau lebih banyak yang lebih kecil, unit-unit
biostratigraphic yang berbeda yang dapat diakui dan berkorelasi
melampaui jarak yang panjang. Oppel mencoba, sebagai contoh, untuk
membagi karang-karang Jurassic pada Bagian Barat Eropa ke dalam 33
zona. Hal tersebut dapat dicatat bahwa Oppel tidaklah memulainya
dengan tingkatan yang dibuat dOrbigny dan membaginya ke dalam zona.
Di samping itu, dia menggambarkan zona pada dasar jarak fossil dan
kemudian dikombinasikan zona-zona ke dalam tahapan-tahapan,
seluruhnya tidaklah memerlukan kepatutan ke dalam salah satu
tahapan yng dibuat dOrbigny sebagaimana kemudian dibuat (Hancock,
1977).
Zona-zona bersifat lambat diadopsi ke dalam praktek
stratigraphic, khususnya di Amerika Serikat, tetapi dengan
modifikasi-modifikasi kecil pada metode Oppel mereka sekarang
menjadi biasa dengan angka sebutan (dalam bilangan pecahan) pada
studi biostratigraphic. Zona-zona yang diperluas hingga ke seluruh
bagian pada catatan fossil, bukan hanya Jurrasic, dan bagi
keseluruhan wilayah di dunia. Hal tersebut sekarang diakui,
bagaimanapun, bahwa terdapat batas-batas geografis tertentu
melebihi kebanyakan zona yang telah ditemukan. Area dengan mana
suatu zona dapat diakui adalah suatu wewenang biostratigraphic.
Karena zona-zona merupakan unit dasar pada klasifikasi
biostratigraphic, pertimbangan kerja dijalankan dengan upaya-upaya
untuk membuat standarisasi penggunaannya. Penggunaan baru-baru ini
pada zona dan jenis-jenis yang berbeda pada zona sekarang diakui
digambarkan dalam bagian berikut.
17.3 UNIT-UNIT BIOSTRATIGRAPHIC
___________________________________________________________________
Sebagaimana diskusi sebelumnya membuat nyata, suatu unit
biostratigraphic adalah suatu badan pada strata karang yang
dikarakterisasi melalui kandungan fossilnya yang dibedakan dan
berbeda dari strata batasnya. Lebih lanjut lagi, zona, atau
biozona, adalah unit biostratigraphic yang fundamental. Zona-zona
tidaklah mempunyai beberapa ketebalan yang ditentukan atau
kandungan geografis. Ia dapat berjarak dalam ketebalan dari
alas-alas yang tipis ketebalan beberapa meter hingga yang mendekati
distribusi seluruh dunia. Usaha baru-baru ini untuk menstandarisasi
tatanama dan penggunaan zona-zona telah dibuat oleh International
Subcommision on Stratigraphic Classification (Hedberg, 1976) dalam
International Stratigraphic Guide dan melalui the North American
Commision on Stratigraphic Nomenclarute (1983) dalam the North
American Stratigraphic Code. Penggunaan dalam buku ini mengikuti
rekomendasi the North American stratigraphic Code, tetapi referensi
dibuat untuk penggunaan dalam the International Stratigraphic Guide
yang tepat.
Kategori-kategori Utama pada Zona
The North american Stratigraphic Code (Appendiks B, Artikel
49-52) membagi unit-unit biostratigraphic ke dalam tiga jenis
biozone utama: zona-zona interval, zona-zona kumpulan, dan
zona-zona berkelimpahan. Setiap zona ini dibedakan melalui kriteria
berbeda, sebagaimana dijelaskan di bawah.
Suatu zona interval, atau subzona, adalah badan pada strata
diantara dua yang spesifik, kejadian yang didokumentasikan sangat
rendah dan/atau sangat tinggi pada taxa tunggal. Taxa adalah
bersifat plural pada taxon, yang mana merupakan istilah umu yang
digunakan untuk membuat signifikasi suatu kelompok taksonomi atau
entitas, yakni, suatu spesies atau kelompok yang lebih tinggi.
Batas-batas pada zona interval dibuat oleh occurrence paling rendah
dan/atau paling tinggi pada taxa tunggal, dan tiga jenis dasar pada
zona-zona interval yang diakui:
1. Interval diantara occurrence paling rendah dan paling tinggi
pada suatu taxon tunggal (Gambar 17.3) merupakan jenis paling
sederhana pada zona interval dalam apa yang meliputi suatu spesies
tunggal atau taxon lainnya. Jenis zona interval ini disebut zona
jarak dalam International Stratigraphic Guide. Hal tersebuit
merupakan badan/isi strata yang menggambarkan jarak total pada
peristiwa pada specimen pada suatu taxon yang khusus, sebagaimana
dilawankan dengan jarak lokal.
2. Interval diantara peristiwa sangat rendah yang
terdokumentasikan pada satu taxon dan peristiwa paling tinggi yang
terdokumentasikan pada taxon lainnya yang membuat suatu jenis zona
interval yang disebut suatu zona jarak concurrent dalam beberapa
kasus. Sebagai contoh, the International Stratigraphic Guide
menggunakan istilah zona jarak yang terjadi berbarengan bagi
semacam suatu zona interval ketika hasil-hasil peristiwa dalam
stratigraphic saling melengkapi pada taxa (Gambar 17.3). Suatu
contoh pada penggunaan zona jarak concurrent bagi pembagian chalks
Cretaceous (Maastrichian) pada barat laut Eropa ditunjukkan dalam
gambar 17.4 Ketika semacam peristiwa tidak dihasilkan dalam
stratigraphic yang saling melengkapi, zona interval boleh jadi
disebut suatu zona susunan sebagian.
3. Interval diantara occurrence paling rendah yang suksesif atau
kejadian paling tinggi suksesif pada dua taxa yang membentuk jenis
akhir da zona interval. Ketika interval diantara occurrence pada
dua taxa yang membentuk jenis akhir pada zona interval. Ketika
interval diantara peristiwa paling rendah suksesif pada taxa yang
tidak berhubungan atau diantara peristiwa paling tinggi
suksesifbukan pada taxa yang berhubungan, tetapi juga yang tidak
berhubungan, yang berkorespodensi bagi zona interval pada
International Stratigraphic Guide (Gambar 17.3). catat bahwa zona
interval dibuat dalam the International Stratigraphic Guide sebagai
suatu interval antara dua horizon biostratigraphic berbeda, yang
dengan demikian lebih banyak restrictive daripada definisi umum
pada suatu zona interval yang diberikan melalui the North American
Stratigraphic Code. Ketika interval diantara peristiwa paling
rendah yang didokumentasikan dengan suatu garis silsilah-evolusi
(Gambar 17.3) adalah suatu zona garis silsilah pada the
International Stratigraphic Guide.
Suatu zona kumpulan dibuat oleh the North American Stratigraphic
Code sebagai suatu biozone yang dikarakterisasi oleh hubungan pada
tiga atau lebih taxa. Suatu zona kumpulan bisa terdiri dari suatu
kumpulan yang dibatasi secara geografis dan secara stratigrafis
atau bisa dimasukkan dua atau lebih kumpulan yang sifatnya
kontemporer dengan pembagian yang mengkarakterisasi taxa (Appendiks
B, Gambar 5C), yang mana kasusnya boleh jadi diajukan sebagai suatu
zona kumpulan yang bercampur. Kode memberikan kesan bahwa dua
konsep dapat digunakan untuk membuat zona kumpulan. Apabila zona
dikarakterisasi melalui taxa tanpa menganggap batas-batas jaraknya,
hal tersebut disebut suatu zona kumpulan (Gambar 17.5). Apabila,
pada satu sisi, hal tersebut dikarakterisasi oleh lebih daripada
dua taxa dan lebih lanjut dikarakterisasi melalui penggunaan
batas-batas yang didasarkan pada dua atau lebih yang
didokumentasikan pertama kali dan/atau kejadian akhir termasuk
pembuatan karakteristik pada taxa, ia disebut zona Oppel. Termasuk
pada zona Oppel sebagai suatu subkategori pada suatu zona kumpulan
berbeda dari penggunaannya dalam the International Stratigraphic
Guide. Dalam petunjuknya, suatu zona Oppel dibuat sebagai suatu
zona yang dikarakterisasi melalui suatu hubungan atau aggregation
pada taxa yang diseleksi atau restricted dan jarak concurrent
secara garis besar, yang dipilih sebagai kurang lebih indikatif
secara kontemporer. Ia dipertimbangkan dalam petunjuk untuk menjadi
suatu subkategori pada suatu zona jarak yang terjadi berbarengan.
Perbedaan ini bisa menyebabkan beberapa pembaca menjadi bingung,
tetapi begitulah caranya.
Suatu zona abundance adalah suatu biozone yang dikarakterisasi
oleh maxima berbeda yang sifatnya kuantitatif yang dihubungkan
kelimpahan pada satu atau lebih taxa (appendiks B, Artikel 52).
Zona berkelimpahan adalah persamaan untuk zona puncak pada the
International Stratigraphic Guide. Petunjuk memberi kesan bahwa
suatu zona puncak menggambarkan perkembangan maksimum, yang mana
biasanya berarti kelimpahan maksimum atau frekuensi pada peristiwa,
pada beberapa spesies, genus, atau taxon lainnya, tetapi bukan
jarak secara total. Gambar 17.6 mengillustrasikan pembagian pada
strata pada dasar zona abundance (acme). Catat bahwa jurang pemisah
bisa eksis diantara zona-zona yang dibuat pada dasar taxon
abundence.
Pengurutan pada Unit-unit Biostratigraphic
Zona, atau biozona, adalah unit fundamental pada klasifikasi
biostratigraphic. Unit-unit biostratigraphic lainnya dibentuk
melalui pengelompokan maupun pembagian zona-zona. The International
Stratigraphic Guide memberikan kesan bahwa beberapa jenis biozona,
seperti zona kumpulan dan zona Oppel, bisa jadi dibagi ke dalam
subzona dan/atau dikelompokkan ke dalam super zona. The North
American stratigraphic Code menyatakan bahwa suatu biozona boleh
jadi dibagi secara lengkap atau sebagian ke dalam subbiozona
(subzona) yang didesain secara formal apabila semacam divisi
(mampu) melayani suatu maksud dengan penggunaan sepenuhnya.
Penamaan Unit-unit Biostratigraphic
Prosedur formal bagi pembuatan dan penamaan unit-unit
biostratigraphic digaris bawahi dalam the North American
Stratigraphic Code (Appendiks B). Setiap biozona diberikan suatu
nama yang unik, yang compound dan mendesain jenis biozone, sebagai
contoh, zona kumpulan Exus albus atau zona jarak taxon Rotalipora
cushmani. Nama boleh didasarkan pada satu atau dua karakteristik
dan taxa bisa yang diperkeras hingga biozona atau mempunyai
stratigraphic total yang saling mengisi dengan biozona. Nama-nama
ini sangat biasa paga benera atau subgenera, pembuatan
desain-desain spesies binomial, atau pembuatan desain trinomial
pada subspesies.
17.4 DASAR BAGI PEMBUATAN ZONA BIOSTRATIGRAPHIC: PERUBAHAN DALAM
ORGANISME MELALUI WAKTU
E v o l u s i
Secara praktis, biostratigraphy adalah suatu alat bagi
pembauatan karakter dan mengkorelasikan strata yang telah secara
nyata dibuat oleh Smith, dOrbigny dan Oppel hingga pertengahan abad
ke sembilan belas. Tidak satupun dari para penulis ini sepenuhnya
memahami mengapai kumpulan fossil berubah dari lapisan
stratigraphic hingga yang lainnya, sungguhpun dOrbigny secara jelas
memberikan pertimbangan pemikiran hingga asal-usul batas-batas
tahapannya. Charles Darwin memberikan jawaban untuk teka-teki ini
beberapa tahun setelah Oppel menyatakan konsep zona. Dalam kerja
monumentalnya mengenai asal-usul spesies yang dipublikasikan pada
tahun 1859, Darwin menunjukkan eksistensi mengenai evolusi organik
dan dengan cara demikian secara garis besar merubah pemikiran ilmu
geologi dan philosophi di masa berikutnya, sungguhpun
gagasan-gagasannya tanpa pengertian yang diterima sebagai pemikiran
kontemporer.
Darwin bukanlah yang pertama menerima gagasan umum mengenai
evolusi, tetapi para penulis sebelumnya telah mengajukan sedikit
bukti yang mendukung gagasan-gagasannya. Sebagai perbandingan,
Darwin menggambarkan secara bersama data pada catatan fossil
mengenai kepunahan organisme, hasil-hasil perkembang biakan yang
selektif pada hewan domestik, observasi pada adaptasi-adaptasi
bersifat ekologi dan keragaman dinatara organisme hidup, serta
rincian pada anatomi secara komparatif. Dia kemudian
merangkai-rangkaikan data ini ke dalam argumen yang kuat bagi
evolusi organik. Darwin menitik beratkan bahwa seluruh organisme
mempunyai penghitungan reproduksi yang tinggi, yet populasi pada
organisme ini tang menyisakan sifat konstan yang sangat penting
dalam waktu yang panjang. Dia menjelaskan pengamatannya melalui
pemberian kesan bahwa tidak semua organisme pada jenis (spesies)
yang sama sama baik equip dengan baik untuk bertahan hidup, dan
oleh karena itu banyak individu mati sebelum bereproduksi. Setiap
individu pada suatu spesies berbeda dari individu lainnya sebagai
suatu hasil keragaman yang timbul dengan suatu organisme sebagai
keseluruhan melalui kesempatan. Beberapa kesempatan yang beragam
ini boleh jadi suatu keuntungan bagi organisme dalam perebutan
dengan lingkungannya dalam pergulatannya bagi eksistensi. Lainnya
boleh jadi tidak beruntung. Variasi yang berhasil sepenuhnya
membantu organisme bertahan hidup dan memperpanjang lingkungannya
jaraknya. Ketidakberhasilan variasi menghasilkan kepunahan.
Darwin mengistilahkan proses ini membuang yang tidak berguna
yang tidak cocok dan bertahan hidup pada seleksi alam yang cocok.
Lebih lanjut lagi, dia mengajukan bahwa variasi yang nyaman ini
bersifat diwariskan dan dapat dipindahkan dari satu generasi hingga
yang berikutnya. Kontribusi fundamental Darwin dalam memahami
evolusi dengan demikian merupakan pengakuan bahwa seleksi alamai
dalah proses melalui mana spesies baru lahir. Spesies baru muncul
karena komposisi pada populasi berubah dengan waktu yang tampak
pada bukti bahwa individu yang melalui adaptasi yang nyaman akan
berada dalam suatu kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup
dan berreproduksi. Dia tidak memahami bagaimana variasi timbul atau
bagaimana ciri pembawan ini berlalu dari satu generasi pada
organisme hingga yang berikutnya. Konsep pada perubahan yang
spontan dalam gene yang kita sekarang sebut mutasi tidaklah dikenal
saat Darwin mempublikasikan The Origin of Species.
Klasifikasi pada Taxonomi dan Kepentingannya pada Species
Organisme dapat diklasifikasikan dalam beragam cara, termasuk
habitat (planktonic, nektonic, benthonic) dan distribusi bersifat
lingkungan (littoral, neritic, bathyl, dsb.); bagaimanapun,
klasifikasi taxonomic didasarkan pada kesamaan morphology dan
pengembangan serta hubungan genetik yang diperkirakan adalah sangat
berhubungan untuk pengakuan pada evolusi dan zonation
biostartigraphic. Sistem dasar pada klasifikasi taxonomic sekarang
yang digunakan adalah diperkenalkan pada tahun 1735 oleh ahli alam
Swedia Linnaeus, yang mengelompokkan organisme ke dalam suatu
hierarki kategori berbeda berdasarkan pada jumlah karakteristik
berbeda yang dibagai secara bbiasa. Organisme dalam kategori sangat
rendah, atau inklusif paling akhir mempunyai jumlah karakteristik
biasa yang sangat besar; dan seterusnya hingga paling tinggi, atau
sangat inklusif, kategori dicapai. Pada kategori terakhir,
organisme membagi hanya karakteristik atau ciri pembawaan yang
kebanyakan sangat biasa. Sistem Linnaeus pada klasifikasi,
dimodifikasi dengan beberapa tambahan lebih lanjut yang
diilustrasikan pada Tabel 17.2.
Sistem Linnaean pada klasifikasi taxonomic dibawa pada
keterangan mengenai bukti bahwa tingkat-tingkat kesamaan diantara
organisme berbeda pada tingkat yang berbeda pada klasifikasi.
Perbedaan diantara kelompok-kelompok pada organisme adalah sangat
besar pada tingkat kerajaan dan akhirnya pada tingkat spesies.
Spesies dengan demikian menjadi entitas fundamental pada
biostratigraphy. Para ahli biologi mendefinisikan spesies sebagai
suatu yang diturunkan pada komunitas yang menempatkan identitas
genetisnya melalui kecakapannya untuk menukar gene dengan
perkembangbiakan komunitas lainnya. Dengan kata lain, seluruh
anggota suatu spesies yang diberikannya mempunyai kemampuan untuk
saling berkembangbiak, tetapi mereka tidaklah secara normal
berkembang biak dengan anggota-anggota pada suatu spesies berbeda.
Dengan demikian, suatu spesies merupakan suatu kelompok pada
organisme yang saling berkembang biak yang diisolasi secara
reproduktif dari semacam kelompok lainnya. Kriteria untuk
mengidentifikasi suatu spesies secara biologis adalah berbeda untuk
aplikais hingga organisme fossil. Oleh karena itu, spesies fosil
biasanya dikarakterisasi terutama pada dasar kulit, atau mengenai
kerangka, morphology. Karena morphology mengenai kerangka pada
anggota-anggota yang berbeda pada spesies yang sama dapat cukup
variabel, determinasi pada spesies fossil haruslah dibuat melalui
taxonomic yang paling khusus. Semacam determinasi saja membutuhkan
pengukuran-pengukuran kuantitatif pada parameter kulit dan analisa
komputer pada pengukuran data untuk memberikan statistik yang kaku
dalam pengidentifikasian species fossil.
Perubahan dalam Spesies Melalui Waktu
Pentingnya spesies dalam studi biostratigraphic terletak dalam
fakta bahwa spesies tidaklah menyisakan keadaan kebal selama
hidupnya. Apabila kondisi lingkungan secara absolut konstan melalui
waktu, barangkali spesies tidak akan pernah berubah. Fakta bahwa
lingkungan dapat berubah, dan sebagaimana mereka berubah, spesies
juga berubah, sungguhpun lingkungan tidaklah secara langsung
menyebabkan spesies berubah. Baik mutasi gene, atau kombinasi gene
yang dikelompokkan, dan pembagian kondisi-kondisi lingkungan
bersifat sangat penting bagi evolusi spesies. Kebanyakan spesies
dengan baik secara biasa bagi lingkungan normalnya, tetapi apabila
suatu variasi yang tepat muncul dalam suatu spesies hanya pada saat
ketika ia menjadi tidak adaptif bagi suatu perubahan lingkungan,
kekuatan seleksi alami bisa menempatkan varian novel ini (Shaw,
1964). Dengan demikian, spesies telah dicakup melalui waktu sebagai
suatu hasil seleksi alami pada pengacakan, mutasi-mutasi menantang
yang membawa spesies ke dalam penyesuaian diri yang lebih baik
dengan kondisi-kondisi lingkungan yang berubah.
Semua indikasi dari catatan geologis memberikan kesan bahwa
variasi spesies adalah salah satu yang bersifat langsung dan tanpa
kebalikannya. Sekali suatu spesies telah menjadi punah, ia tidak
dapat muncul kembali dalam catatan fossil. Sebagai anggota pada
suatu spesies baru yang bertambah dalam jumlah, mereka boleh pada
akhirnya menjadi berkelimpahan dan cukup menyebar luas untuk
menunjukkan dalam catatan bersifat geologis sebagai pemunculan
pertama pada spesies. Ketika spesies tidaklah lebih lama berada
untuk disesuaikan hingga pembagian kondisi-kondisi lingkungan, para
anggotanya berkurang dalam jumlah dan pada akhirnya hilang-punah,
atau pemunculan terakhir, pada spesies. Kepunahan ditentukan
hilangnya melalui kematian pada setiap anggota individu pada suatu
spesies atau kelompok taxonomic yang lebih tinggi sehingga bahwa
garis silsilah tidaklah lebih panjang eksisnya. Para ahli
paleontology mengakui juga bahwa suatu spesies bisa mengalami
pseudoextinction. Pseudoextinction, atau kepunahan phyletic,
menentukan suatu proses evolusi dengan jalan mana suatu spesies
dicakup ke dalam suatu spesies berbeda. Dengan demikian, spesies
asli menjadi punah, tetapi keturunan terus-menerus dalam spesies
saudara (perempuannya). Beberapa spesies eksis untuk hanya suatu
pecahan pada suatu periode geologis. Lainnya boleh jadi persist
untuk periode waktu yang lebih panjang. Organisme yang abundant dan
tersebar luas secara geografis dan secara relatif berjarak pendek
mempunyai utility-stratigraphic waktu yang lebih besar, yakni,
penggunaan sepenuhnya yang sangat besar bagi studi biostratigraphic
(Gambar 17.7).
Model dan Penilaian pada Evolusi. Terdapat pertimbangan yang
bersifat kontroversi dinatara ahli paleontology yang memberi
perhatian pada tempo perubahan dalam evolusi organik. Dua titik
tinjau utama yang berlaku. Satu tinjauan menyatakan bahwa
sebelumnya evolusi terutama sebagai suatu perubahan
berangsur-angsur yang lambat, transformasi yang terus-menerus/tetap
pada garis silsilah yang dibuat dengan baik-pada evolusi phyletic,
atau secara berangsur-angsur. Konsep gradualist telah menjadi
tinjauan tradisional pada evolusi spesies. Tinjauan kedua yang
dipegang bahwa kebanyakan spesies yang timbul dengan sangat cepat
dari populasi yang kecil pada organisme yang telah menjadi
terisolasi dari jarak yang sifatnya orang tua dan kemudian
perubahan berikutnya sangat kecil setelah asal-usulnya yang
berhasil sepenuhnya. Tinjauan akhir ini menggambarkan evolusi
melalui speciation atau pembuatan cabang pada garis silsilah, yang
dengan begitu disebut model keseimbangan yang dijelaskan pada
Eldredge dan Gould (1972). Perbedaan-perbedaan dalam mode yang
dipostulatkan ini pada evolusi diillustrasikan secara grafik dalam
Gambar 17.8. dalam model penjelasan, speciation, atau percabangan
pada spesies, ditinjau sebagai proses yang sangat cepat,
membutuhkan hanya puluhan dari ribuan tahun atau kemungkinan
sedikitnya sebagaimana beberapa ratus tahun (Stanley, 1979) setelah
suatu populasi menjadi terisolasi dalam reproduksi dari populasi
induknya. Walaupun durasi pada spesies dari pemunculan pertama
hingga kepunahan diukur dalam jutaan tahun (Tabel 17.3), spesies
dipercaya melalui para ahli punctuationalist untuk berubah secara
morphology sangat kecil dan hanya sangat lambat setelah speciation
permulan. Konsep ini dinyatakan sangat ringkas oleh Eldredge dan
Gould 91977), yang menekankan pentingnya speciation (retakan) dan
klaim bahwa kebanyakan perbedaan bersifat morphology diantara dua
spesies kelihatan dalam conjunction dengan proses speciation itu
sendiri, ketika kebanyakan suatu sejarah spesies mencakup sedikit
perubahan lebih lanjut, pada akhir suatu kealamian progressif.
Ketika evolusi spesies mengambil tempat melalui perubahan secara
evolusi yang berangsur-angsur atau melalui speciation yang
dijelaskan, atau keduanya, hal tersebut masihlah suatu persoalan
yang belum terpecahkan. Kedua sisi pada kontroversi yang
terus-menerus untuk menjadi diudarakan dalam literatur ilmu
paleontology (contoh, Levinton dan Simon, 1980; Gingerich, 1985;
Stanley, 1985; Gould dan Eldredge, 1986; Levinton, 1988). Jawaban
untuk pertanyaan ini mempunyai sifat pragmatik yang baik
sebagaimana kepentingan philosofis. Dari suatu titik pandang
praktis, tugas delineating batas-batas pada spesies adalah lebih
sukar apabila evolusi terjadi melalui phyletic yang sifatnya
berangsur-angsur karena suatu rantai pada spesies lebih lanjut
ditampilkan dalam catatan geologis dan batas-batas diantara spesies
suksesif yang berubah-ubah. Dengan demikian, menjadi sukar untuk
memilih titik dalam rangkaian evolusi pada batas-batas spesies
berbeda yang diakui. Apabila, pada satu sisi, evolusi terjadi
melalui speciation (yang dijelaskan kesetimbangannya), kebanyakan
perubahan bersifat morfologi agaknya terjadi pada cabang antar
bagian dalam garis evolusinya (Gambar 17.8A), yang mana
menggambarkan hal-hal yang mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam
waktu. Dengan demikian, tugas memilih batas-batas spesies dapat
secara teori menjadi lebih mudah dan lebih sedikit kesalahan yang
cenderung apabila evolusi terjadi melalui speciation lebih daripada
melalui phyltic yang sifatnya berangsur-angsur. Pada satu sisi,
pemunculan awal pada suatu spesies baru dalam bidang wewenang yang
berbeda bisa menunjukkan suatu kelambatan waktu yang tampak pada
kelambatan dalam migrasi (lihat Bagian 17.5 dan 17.6), yang mana
membuat identifikasi pada pemunculan pertama batas spesies yang
lebih sukar.
Pengidentifikasian batas-batas spesies secara praktis, dan
pembuatan batas-batas zona biostratigraphic, lebih lanjut diperumit
oleh permasalahan-permasalahan yang tercakup sebagai berikut:
1. selang waktu contoh (Seberapa kecil harusnya mereka ada untuk
memberikan keyakinan bahwa batas-batas spesies terdeteksi?)
2. perubahan dalam catatan fossil yang disebabkan melalui
pemeliharaan yang terkubur dan tingkah laku yang aneh
3. sifat konstan dan penilaian pada pengendapan (selang waktu
contoh yang lebih kecil dibutuhkan untuk sedimen yang
diakumulasikan sangat lambat vs terakumulasi sangat cepat.)
4. susunan-susunan yang sebentar-sebentar dan dijelaskan pada
pengendapan dan erosi yang menghasilkan suatu catatan stratigraphic
yang tidak lengkap, yang dengan demikian memberikan pemunculan yang
dijelaskan dengan kekhususan.
Suatu pertanyaan mengenai evolusi yang memberi perhatian pada
faktor-faktor yang mengontrol penilaian pada mana evolusi dan
kepunahan yang terjadi. Kelompok-kelompok yang berbeda pada spesies
dikenal untuk mencakup pada penilaian yang secara garis besar
berbeda. Stanley (1985) mengindikasikan, sebagai contoh, bahwa
kelompok-kelompok binatang/tumbuhan berkelopak dua lautan mencakup
pada suatu penilaian bahwa hasil-hasilnya hanyalah tiga atau empat
spesies dalam 20 ma. Sebagai perbandingan, famili mammalia mencakup
suatu penghitungan/penilaian yang menghasilkan kurang lebih 80
spesies dalam 20 ma. Apa yang mengontrol penghitungan evolusi? Hal
tersebut terutama faktor-faktor eksternal dalam lingkungan bagi
organisme yang mengontrol perubahan organik, beberapa kunci inovasi
biologis, dengan organisma itu sendiri (Schopf, 1977)? Kebanyakan
pekerja merasa setuju bahwa lingkungan adalah faktor yang krusial
dalm mengontrol perbedaan pada organisme, tetapi jelas cara yang
mana lingkungan yang beregulasi dengan evolusi bersifat lebih
sedikit terbuka, sungguhpun kompetisi muncul untuk menjadi unsur
kunci pada model. Kuffman (1977) maintain bahwa kontrol utama pada
penghitungan evolusi adalah manifest secara eksternal dan mencakup
ukuran populasi, tingkat isolasi, penilaian pada isolasi, perbedaan
pada ceruk, variasi-variasi pada dalam tekanan selektif, ukuran dan
mobilitas pada organisme dan kontrol bersifat ekologi pada
distribusinya, hubungan-hubungan trophic, serta luasnya toleransi
bersifat ekologi. Stanley (1989) memberikan kesan bahwa
penghitungan/penilaian pada speciation (pengelompokan spesies) dan
kepunahan juga bertambah dengan penambahan tingkat pada perilaku
stereotypical (penambahan kompleksitas pada perilaku). Penambahan
kompleksitas pada perilaku merupakan suatu mekanisme pengisolasian
penting, yang menyokong speciation; bagaimanapun, ia dihasilkan
juga dalam suatu dimensi yang sempit pada keluasan ceruk, yang mana
membuat suatu spesies yang rentan hingga perubahan dalam lingkungan
dan pada suatu resiko lebih besar pada kepunahan daripada suatu
spesies yang lebih sedikit terspesialisasi. Penilaian evolusi dan
kepunahan berkurang dengan kemampuan penyebarannya, suatu penguatan
yang dihadapkan dengan isolasi (dan speciation) tetapi mendukung
suatu daya tahan untuk bertahan hidup.
Evolusi Deterministic vs Probabilistic. Suatu sisi persoalan
yang penting pada permasalahan pengontrolan evolusi yang
berhubungan dengan pertanyan pada apa atau bukan semacam
peristiwa-peristiwa evolusi sebagai radiasi adaptif dan periode
pada massa yang punah yang bersifat menentukan atau kemungkinan.
Dengan begitu dapatlah dikatakan, peristiwa-peristiwa evolusi yang
dijelaskan hanya dalam istilah faktor-faktor penyebab, atau
terdapat aturan-aturan secara statistik atau generalisasi yang
dapat menjelaskan peristiwa-peristiwa ini pada dasar proses atau
variasi yang acak? Model-model evolusi kemungkinan disebut
model-model stochastic. Van Valen (1973, hal. 1) menyatakan,
sebagai contoh, bahwa seluruh kelompok yang mana data eksis
menjalankan extinct pada suatu penghitungan yang konstan bagi suatu
kelompok yang diberikan. Semacam pernyataan yang tidak dapat
diambil bagi pengertian kepunahan yang dapat terjadi tanpa kasus.
Kepunahan pada suatu spesies boleh jadi menghasilkan sejumlah kasus
yang spesifik-dan ia bisa oleh karena itu menjadi tidak valid bagi
sifat kematian pada individu untuk berkesempatan. Apabila frekuensi
pada kematian dipertimbangkan pada tingkatan populasi,
bagaimanapun, ia boleh jadi menjadi valid secara matematis untuk
menggambarkan frekuensi sebagai keberadan yang diatur proses-proses
stochasic yang acak. Dengan kata lain, individual dalam suatu
populasi pada organisme bisa mati yang tampak bagi sejumlah kasus
spesifik yang berbeda; yang bagaimanapun, populasi sebagai suatu
keseluruhan akan menjadi punah pada suatu penilaian yang konstan,
bergantung pada ukurannya, dengan menganggap kasus-kasus spesifik
pada kematian individu. Oleh karena itu, frekuensi kematian yang
diamti dapat digunakan untuk menghitung kemungkinan kepunahan
apabila ukuran populasi dikenal (Raup, 1977). Dengan demikian,
dalam pendekatan stochasic, susunan pada evolusi sebagai suatu
keseluruhan adalah diterima untuk menjadi suatu proses acak,
walaupun fluktuasi-fluktuasi individual dalam susunan ini dapat
dijelaskan melalui penyebab dan efeknya.
Raup (1977) menyatakan bahwa model-model stochasic memberikan
pelayanan untuk memisahkan ciri-ciri itu pada catatan evolusi yang
mana adalah amenable untuk penjelasan-penjelasan yang menentukan
dari hal itu dimana pencarian bagi suatu penyebab khusus tidak
dijaminkan. Sebagai contoh, kematian cepat yang terbuka pada
dinosaur pada akhir masa Cretaceous dapat kemungkinana dijelaskan
melalui beberapa peristiwa lingkungan atau catastrophic khusus
seperti perubahan iklim yang dramatis yang dihasilkan dari dampak
berupa (jatuhan) meteor; bagaimanapun, kemunduran yang
berangsur-angsur pada conodonts dan kepunahan akhir pada akhir
Triassic muncul menjadi lebih sukar bagi sifat pada suatu kasus
atau kasus-kasus spesifik. Raup (1977) menitik beratkan,
bagaimanapun, bahwa, tampak secara khusus pada validitas pertanyan
pada beberapa asumsi yang menggaris bawahi digunakannya
model-model, terdapat banyak kesukaran tersembunyi dalam aplikasi
model-model stochastic hingga studi-studi evolusi. Lebih lanjut
lagi, tidak seluruh ahli geologi dan paleontologi setuju dengan
pendekatan stochasic dalam evolusi. Kebanyakan mengambil tinjauan,
sebagai contoh, bahwa korelasi yang jelas pada episode-episode
kepunahan yang masif dengan peritiwa-peristiwa kunci bersifat
lingkungan dengan anggapan bahwa gelombang kepunahan ini bersifat
menentukan (Valentine, 1977a). Stanley (1979) juga mengajukan
model-model bersifat menentukan, yang menyatakan bahwa radiasi yang
cepat dan kemunduran pada yang dikenakan yang besar (kelompok pada
garis silsilah) secara normal berhubungan hingga faktor-faktor
penyebab yang tidak bersifat acak: innovasi-innovasi adaptif dan
agen-agen seleksi spesies.
Kepunahan-kepunahan pada Massa. Catatan geologis menunjukkan
bahwa kebanyakan kelompok pada organisme menjadi punah atau dengan
pengurangan jumlah yang dramatis dan keberagaman pada saat yang
khusus dalam catatan geologis. Contoh-contoh pada semacam interval
adalah Cambrian Akhir, Ordovician Akhir, Devonian Akhir, Permian
Akhir, Triassic Akhir, dan Creatceous Akhir (Tabel 17.4).
Sebagaimana Tabel 17.4 mengindikasikan, kepunahan-kepunahan
dipengaruhi baik bentuk terrestrial dan lautan. Kebanyakan dari
epiode kepunahan massa ini begitu dramatis yang tentu saja sukar
untuk menerima model stochastic sebagai suatu penjelasan bagi
demise pada kelompok-kelompok ini pada organisme, dan ahli ilmu
pengetahuan merasa didorong untuk mencari faktor-faktor penyebab
yang khusus untuk menjelaskan gelombang kepunahan ini. Kepunahan
dinosaur, dicatat di atas, dan ammonites pada akhir Cretaceous dan
kepunahan pada fusulinid foramainifers pada akhir Premian tetapi
dua contoh pada kehilangan yang tiba-tiba pada kelompok-kelompok
utama organisme. Kepunahan-kepunahan yang dramatis ini mempunyai
beban imajinasi pada para ahli paleontology dan para ahli geology
untuk memeberikan suatu penjelasan penyebab yang dapat diterima.
Tahap kepunahan Premian Akhir telah diterima dengan perhatian
khusus karena sejumlah kelompok-kelompok utama yang dipengaruhi dan
penajaman perubahan dengan mana kelompok-kelompok yang hilang dari
catatan geologis dianatara Permian Akhir dan Triasic.
Kepunahan-kepunahan massa adalah perhatian sangat besarbagi para
ahli geologi karena pertanyaan yang timbul, diantara hal-hal
lainnya, mengenai kemungkinan peristiwa-peristiwa recurring
catastrophic dalam sejarah Bumi. Tahun-tahun 1980-an dan awal
1990-an melihat pertumbuhan eksplosif dalam riset ke dalam susunan
penghitungan, penyebab, dan konsekuensi-konsekuensi kepunahan
(Flessa, 1990) tetapi sedikit keseluruhan persetujuan mengenai
penyebab kepunahan. Teori-teori mengenai kepunahan dibedakan dalam
tiga kelompok:
1. kepunahan catastrophic2. kepunahan yang berangsur-angsur
3. kepunahan-kepunahan yang terjadi dalam suatu rangkaian
tahap-tahap yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang tinggal di
sekitar batas-batas stratigraphic utama, seperti batas
Permian/Triassic.
Beragam teori ini telah diuraikan secara terperinci dalam
sejumlah riset tulisan yang baik sebagaimana dalam beberapa buku
yang paling baru (contoh, Clube, 1988, Donovan, 1989, Kauffman dan
Walliser, 1990; Larwood, 1988; Sharpton dan Ward, 1990).
Para pendukung teori catastrophic, khususnya bagi batas kejadian
Cretaceous/Tertiary yang tajam, memberikan kesan bahwa pengaruh
obyek-obyek extraterresterial (bolides) diciptakan perubahan iklim
utama (musim dingin global) melalui pelepasan awan raksasa pada
angin dan/atau dihasilkan hujan asam, tsunami dan kebakaran yang
sifatnya liar yang disebabkan kepunahan sejumlah kelompok
taxonomic. Sebagai alternatif, aktivitas gunung berapi yang intense
eksplosif boleh jadi menambah pengaruh pada iklim melalui pelepasan
pada awan gas yang berlebihan (penghangatan rumahhijau). Ahli
geologi lainnya memberikan kesan bahwa semacam extarterrestrial
memnyebabkan tidak diperlukan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa
kepunahan yang sangat. Secara berangsur-angsur, perubahan
progressif dalam iklim bersama perubahan dalam tingkatan laut
(contoh, pengurangan pada tingkat laut mengurangi habitat bagi
organisme-air dangkal) yang adequate, mereka katakan, untuk
menghitung kepunahan. Masih beberapa ahli geologi lainnya
memberikan kesan bahwa beberapa kepunahan terjadi dalam suatu
pertunjukan bertahap melalui suatu rangkaian getaran-beberapa
sebelumnya, beberapa pada, dan beberapa hanya setelah suatu batas
utama. Kepunahan-kepunahan ini presumably hasil pada suatu suksesi
kejadian-kejadian , semacam shower singkat pada komet superimpose
pada suatu latar belakang deterioration bersifat lingkungan yang
progressif.
Diskusi yang lebih panjang mengenai kemungkinan penyebab pada
kepunahan dihubungkan dengan bencana besar yang diberikan Hallam
(1989b), dan peristiwa-peristiwa kepunahan utama dan kemungkinan
penyebab yang dikesankan yang diringkaskan pada Tabel 17.5, setelah
Donovan (1989). Para pembaca dapat sadar, bagaimanapun, bahwa tidak
semua pembuat riset setuju dengan yang dikesankan karena
digambarkan pada Tabel 17.5. Dalam beberapa peristiwa,
kepunahan-kepunahan seluruh dunia pada suatu kelompok utama
organisme, ketika sangat menjadi penting, memainkan hanya suatu
peranan yang dibatasi dalam biostratigraphy karena mereka
memberikan hanya sejumlah pandangan yang berkorelasi. Perubahan
kondidi-kondisi lingkungan lokal yang kemungkinana lebih signifikan
menyebabkan kepunahan pada spesies secara individu, yang mana
membentuk dasar yang sangat penting bagi biostratigraphy.17.5
DISTRIBUSI PADA ORGANISME DALAM RUANG: PALEOBIOGEOGRAPHY
____________________________________________________________________
Ketika dOrbigny memperkenalkan konsep tahapan, dia percaya bahwa
kumpulan fossil dimana dia berada dalam tingkatan didasarkan
distribusi seluruh dunia. Kita sekarang mengetahui bahwa species
fossil dan kumpulan-kumpulan yang mengkarakterisasi unit-unit
biostratigraphic tidaklah perlu ditemukan dimanapunbahwa karang
terjadi pada usia yang tepat/cocok. Beberapa spesies
didistribusikan ke seluruh dunia. Kebanyakan, faktanya, diperkeras
dalam jarak geografisnya, sungguhpun beberapa kelompok fossil
berjarak secara lebar seluruhnya pada masa realisme secara ekologi
dalam geologi masa lampau. Wilayah dengan mana suatu kelompok atau
kelompok-kelompok khusus pada tumbuhan dan hewan didistribusikan
disebut biogeographic provence. Bidang wewenang biogeographic
dipisahkan oleh penghalang-penghalang bersifat fisik atau bersifat
iklim. Area daratan adalah penghalang bagi organisme lautan; air
laut terbuka adalah penghalang bagi binatang dan tumbuhan darat;
air dalam adalah penghalang bagi organisme dwelling-dasar
air-dangkal; air dingin adalah suatu penghalang bagi organisme
air-hangat; air segar adalah suatu penghalang baginorganisme yang
diadaptasi kondisi laut yang bergaram; dan seterusnya. Suatu jenis
khusus pada penghalang boleh jadi dapat masuk melalui satu spesies
pada organisme tetapi tidak melalui yang lain. Sebagai contoh,
organisme benthonic yang tidak mempunyai hidup yang panjang, larval
planktonik juvenile yang tingkatannya ditemukan dalam suatu
penghalang air dalam hingga dispersal. Sebagai perbandingan,
organisme planktonic, yang hidup di air dekat-permukaan dalam laut,
didistribusikan secara luas ke seluruh lautan baik dalam bagian
yang dangkal maupun air yang dalam.
Bubarnya Organisme
Para ahli paleontology menganggap spesies sebagai unit-unit
biologi yang fundamental secara alami. Mereka suatu unit dasar yang
menjalani evolusi ; spesies niche yang merupakan unit fungsional
dasar dalam interaksi secara ekologi; dan spesies adalah unit-unit
fundamental pada biogeography, zonation biostratigraphy dan
korelasi. Karena begitu pentingnya dalam biostratigraphy, hal
tersebut sangat penting bahwa kita memahami faktor-faktor yang
mengontrol pembubaran dan dstribusi spesies. Tak pelak lagi,
faktor-faktor yang mempengaruhi pembubaran pada organisme daratan
dan tumbuhan adalah berbeda dari pengontrolan pembubaran pada
organisme lautan. Juga, distribusi pada organime laut vertebrata
yang dikontrol oleh faktor-faktor yang berbeda dari pengontrolan
distribusi pada kelompok-kelompok vertebrata lautan. Karena
kepentingan yang overriding pada invertebrata lautan dalam studi
biostratigraphic, kita akan confine diskusi kita pada pembubaran di
sini untuk organisme invertebrata dalam bentuk laut, yang mana
terdiri dari realm pelagic (kolom air) dan benthic realm (lantai
laut, atau lingkungan dasar) (Gambar 17.9).
Organisme invertebrata lautan dapat dibagi ke dalam tiga jenis
fundamental pada dasar habitatnya: plankton, nekton, dan benthos
(Tabel 17.6).Plankton terutama organisme berukuran miroskopikyang
hidup suspended pada kedalaman yang dangkal dengan kolom air
(pelagic realm) dan mempunyai ability sangat lemah atau dibatasi
untuk melangsungkan pergerakannya. Mereka didistribusikan lebih
atau kurang pasif melalui aru dan laku gelombang serta boleh jadi
disperse secara luas ke dalam semua jenis lingkungan laut-terbuka.
Organisme plankton adalah fosil yang digunakan sepenuhnya tanpa
kekcualian bagi biostratigraphic zonation dan korelasi karena
distribusinya yang menyebar luas> Mereka merefleksikan habitat
pada pelagic realm dan bukan lingkungan dasar ke dalam mereka jatuh
dalam kematian; oleh karena itu, kehadirannya dalam karang
pengendapan laut-marginal dibatasi nilai dalam interpretasi
bersifat lingkungan, sungguhpun meskipun mereka menggunakan
sepenuhnya beberapa aplikasi paleooceanographic (contoh,
interpretasi pada paleotemperatur air dari isotop oksigen) Sejumlah
plankton seperti graptolites mempunyai sejumlah nilai sebagaimana
indikator-indikator pada lingkungan dsarnya. Graptolites terlalu
fragile untuk bertahan hidup dalam energi-tinggi,
lingkungan-lingkungan air dangkal dan hence ditempatkan terutama
dalam facies pada lingkungan-lingkungan yang cukup air. Dengan
demikian, mereka merupakan fossil facies.
Nekton juga inhabit pelagic realm dan mencakup seluruh hewan
yang ada untuk berenang secara bebas. Nekton modern
terdistribusikan dalam lautan pada kedalaman yang berjarak dari
permukan hingga ribuan meter dan meliputi banayak kelompok-kelompok
hewan yang menguntungkan seperti ikan, whales, dan mamalia. Nekton
lebih sedikit abundant dalam catatan fossil daripada waktu,
terdapat banyak wilayah di dunia yang dapat dikolonisasi melalui
spesies apabila mereka dapat mencapainya dalam jumlah yang tepat,
tetapi mereka barred dari capainnya melalui intervening area
inhospitable. Kebanayakan spesies kadang-kadang mendapatkan cara
untuk broach penghalang-penghalang yang sempit dan barangkali dalam
waktu even to melintasi penghalang-penghalang yang lebih luas.
Sekali saja penghalang dilintasi, atau penghalang hilang, spesies
migran bisa menemukan dirinya sendiri dalam persaingan bagi niche
lingkungan dengan spesies serupa atau spesies yang diadaptasi
secara serupa dalam province baru. Dalam permukaan kompetisi, baik
spesies indigenous maupun spesies migrant bisa menjadi punah.
Secara alternatif, spesise yang diadaptasi dengan tidak begitu baik
dapat evolve dan menjadi teradaptasi hingga suatu lingkungan niche
yang berbeda. Sekali saja suatu penghalang surmouted, pembuat
koloni secara tipikal memperpanjang jarak pada lokasi baru hingga
ia circumscribed melalui penghalang-penghalang lainnya, mengisi
keluar jarak lokal barunya, hopping dari satu wilayah habitat ke
yang lainnya melintasi penghalang pada perubahan yang sukar pada
penetrasi, expanding bersifat episode jarak spesies totalnya
(Valentine, 1977a).
Broaching pada penghalang-penghalang dengan demikian membawa
pada ekspansi jarak total pada suatu spesies walaupun dalam
beberapa kasus ia bisa membawa pada kepunahan pada spesies dalam
wilayah baru atau evolusinya hingga suatu spesies yang lebih
adaptif. Pada sisi lainnya, apabila opposite situasi prevail dan
suatu penghalang tiba-tiba muncul dan membagi suatu wilayah
sekali-secara terus-menerus pada habitat yang dipakainya, hasilnya
adalah segregasi pada spesies ke dalam populasi berbeda yang
dipisahkan oleh penghalang. Populasi yang dipisahkan dapat secara
berangsur-angsur evolve ke dalam spesies berbeda, yang setiap
(spesies) dengan suatu jarak geografis yang diperkeras daripada
yang terjadi pada spesies induk (Dodd dan Stanson, 1981).
Sejumlah faktor ekologis dapat berlaku sebagai penghalang untuk
pembubaran organisme, seluruhnya dapat dikelompokkan di bawah dua
kategori utama: (1) kesalahan habitat-sebagaimana ketika dasar
habitata memberikan cara bagi kondisi-kondisi laut dalam atau untuk
daratan-dan (2) suhu. Hallam (1981) membuat kesan bahwa
kontrol-kontrol utama pada provinciality faunal adalah iklim dan
pergerakan tumbuhan. Dodd dan stanton (1981) mengindikasikan bahwa
faktor-faktor utama yang mengontrol distribusi geografis pada
spesies adalah kedalaman-kenaikan-yakni, kedalaman air dan kenaikan
daratan-serata temperatur. Kemungkinan pengontrolan ini pada
provinciality didiskusikan pada rincian lebih lanjut dalam paragraf
berikut.
Suhu. Suhu adalah suatu penghalang utama bagi migrasi pada
spesies, dan hal itu biasanya mempengaruhi larvae lebih daripada
organisme dewasa. Karena distribusi pada suhu seluruh dunia
dikontrol latitudinally, temperatur adalah penghalang yang sangat
penting secara latudinal, sungguhpun perubahan temperatur bersifat
musim dan diurnal juga penting. Batas-batas pada seluruh bidang
kewenanagan biotic modern adalah sebagian temperatur yang
dikontrol, dan province biotik purba adalah dikontrol secara serupa
dengan tidak ragu-ragu. Taxa air-hangat diperkeras terutama bagi
zona equatorial pada lautan karena tidak terdapat bagian yang besar
pada lautan, baik pada permukaan maupun pada bagian yang dalam,
cukup hangat untuk sustainspesies tropis ini. Taxa air-dingin, pada
satu sisi, dapat memperpanjang jaraknya secara lebih tertutup
hingga wilayah eequatorial migrasi gradient bathimetric ke dalam
air yang lebih dalam dan lebih dingin, fenomena pada submergence,
apabila mereka capable mengadaptasi kedalaman yang lebih besar.
Juga, apabila suatu spesies polar dapat mengelola untuk mendaptakan
suatu cara pemecahan melalui batas temperatur dan melintasi wilayah
equatorial, ia akan mendapatkan habitat-habitata air dingin yang
cocok pada atau dekat permukaan dalam latitude lebih tinggi pada
hemisphere lainnya.
Beberapa spesies pada organisme diadaptasi hingga suatu jarak
yang lebar pada temperatur dan bisa dengan demikian didistribusikan
melalui banyak jarak yang lebih lebar pada zona temperatur daripada
spesies yang lebih sedikit toleran. Meskipun begitu, kadang-kadang
spesies yang toleran bersifat sensitif terhadap beragam temperatur
dan tidaklah terjadi pada seluruh zona suhu. Haruslah diakui juga
bahwa zona temperatur lautan telah berubah secara waktu geologis
sebagaimana zona iklim dunia yang dibagi dalam tanggapan untuk
pergerakan lempeng dan episode pembuatan sungai es. Given wilayah
geografis di dunia bisa dengan demikian mencatat suatu sukssesi
pada fauna air lebih dingin atau lebih hangat melalui waktu dalam
tanggapannya terhadap pembagian kondisi-kondisi iklim ini.
Penghalang-penghalang secara Geografis. Istilah keesalahan
habitat, pergerakan lempeng, dan kedalaman-penaikan yang digunakan
di atas seluruhnya cara berbeda dalam mengekspresikan konsep
penghalang-penghalang secara geografi. Penghalang-penghalang secara
geografis ini muncul keluar pada susunan distribusi pada massa
daratan dan lautan serta variasi dalam kedalaman air di lautan.
Seluruh organisme laut mempunyai kedalaman air yang dibatasi yang
mana mereka dapat bertahan hidup. Dengan demikian, air yang baik
terlalau dalam maupun terlalu dangkal dapat merupakan suatu
penghalang bagi suatu spesies khusus pada organisme. Massa daratan
merupakan penghalang-penghalang bagi pembubaran pada organisme
lautan, dan laut terbuka adalah suatu penghalang bagi migrasi pada
hewan dan tumbuhan daratan dari satu kontinen ke kontinen lainnya.
Faktor yang sangat penting memepengaruhi penghalang-penghalang
geografis muncul untuk menjadi berubah dalam tingkat laut dan
perubahan dalam kealamian dan distribusi geografis pada massa
daratan dan lantai lautan yang dibawa melalui pergerakan lempeng
(didiskusikan dalam bagian berikut).
Perubahan Tingkat-Laut. Penyebab-penyebab utama peredaran utama
pada perubahan tingkat laut didiskusikan pada Bab 14. Fluktuasi
dalam tingkat laut menyebabkan interrupsi signifikan dalam province
biogeographic yang tampak pada variasi dalam kedalaman air pada
landaian kontinental. Dring suatu penurunan utama pada tingkat
laut, air digambarkan dari lerengan kontinental, yang menunjukkan
banyaknya dasar bagian dalam> Are yang bersifat habitat pada air
yang dangkal secara garis besar dikurangii, muatan hingga crowding
dan ditambahkan kompetisi diantara spesies air-dangkal yang tidak
dapat bergerak seaward ke dalam air yang lebih dalam, dan untuk
kemungkinana kepunahan pada kelompok-kelompok yang lebih tidak
mampu beradaptasi. Selama pemunculan utama dalam tingkatan laut,
kedalaman air pada dasar kontinental bagian luar ditambah dan total
are pada air dangkal sepanjang batas-batas kontinental adalah juga
penambahan vastly yang tampak menyebar pada lautan melampaui tepi
kontinen-kontinen. Niches lingkungan yang tersedia bagi organisme
air-dangkal hubungannya ditambahkan, yang menghasilkan lebih
sedikit persaingan diantara spesies untuk ketersediaan ruang dan
makanan. Kondisi-kondisi ini membawa pada ekspansi jarak lokal pada
spesies sebagaimana mereka bergerak ke dalam habitat-habitat yang
nyaman, dan juga kemungkinan untuk muncul dengan cepat spesies baru
(speciation) sebagai suatu hasil radiasi adaptif pada
kelompok-kelompok yang bertahan hidup pada episode sebelumnya pada
tingkat air yang lebih rendah.
Hallam (1981) menyatakan bahwa suatu analisa pada genera
melintasi dunia yang mengindikasikan suatu inverse terbuka hubungan
diantara endemism dan area pada kontinen yang dicakup oleh laut.
Endemism adalah kecenderungan pada spesies atau taxa lainnya untuk
mempunyai suatu jarak secara geografis yang sangat dibatasi, yang
dibandingkan dengan pandemisme, yang merupakan kecenderungan pada
spesies untuk mempunyai distribusi seluruh dunia. Dia membuat kesan
bahwa pada sat suatu tingkat laut rendah dan restriction pada laut,
migrasi faunal diantara area dasar kontinental dapat rendered lebih
sukar, yang menghasilkan aebih sedikit aliran gene. Dengan
demikian, terdapat lebih speciation lokal diantara organisme yang
dispersibel yang occupied habitat-habitat air yang lebih
dangkal.
Pergerakan Lempeng. Tektonik adalah faktor utama yang mengontrol
distribusi pada massa-daratan dan basin lautan. Perubahan utama
dalam kerangka kerja bersifat lingkungan pada realm lautan terjadi
sebagaimana posisi geografisnya, konfigurasi, dan ukuran kontinen
serta basin lautan yang dirubah melalui proses-proses tektonik
lempeng global. Pergerakan lempeng dapat secara garis besar
mempengaruhi batas-batas topografik melalui produksi perubahan
dalam luas dan kedalaman lautan. Sebagaimana didiskusikan
sebelumnya, perubahan dalam penghitungan/penilaian penyebaran
lantai laut bisa mempunyai suatu efek utama pada tingkat laut.
Pergerakan lempeng dapat juga merubah gradients temperatur
latitudinal melalui pembagian posisi geografis pada kontinen, dan
mereka dapat kadang-kadang memepengaruhi susunan distribusi pada
arus-arus lautan utama. Penciptaan atau perusakan pada batas-batas
migrasi bisa dengan demikian diikat secara tertutup hingga
peristiwa-peristiwa tektonik lempengan.
Pembagian wewenang pada spesies adalah sangat besar selama
waktu-waktu ketika gerakan lempeng memproduksi jumlah maksimum
pemisahan kontinen, seperti pada saat ini (Dodd dan Stanton, 1981).
Batas-batas lebih banyak dan provinciality lebih sedikit ketika
gerakan-gerakan lempeng mempunyai welded kontinen bersama,
sebagaimana pada akhir Paleozoic. Beberapa generalisasi (Valentine,
1971) diantara lempeng tektonik dan biogeography dapat dinyatakan
(Gambar 17.20 dan Tabel 17.7):
1. Ketika penyebaran ridge (contoh, Ridge Atlantik Pertengahan)
yang terletak parallel hingga kontinen, mereka memproduksi
kedalaman dan basin-basin laut yang pernah-widen serta dengan
demikian adalah penghalang-penghalanghingga spesies laut-dangkal
dan organisme terrestrial.
2. Transformasi (strike-slip) faults yang berlari parallel
hingga batas-batas kontinental yang juga biasanya dihubungkan
dengan batas-batas air-dalam.3. Zona-zona subduction (contoh, Parit
Peru-Chili) yang diorientasikan parallel hingga dan dipping
terhadap kontinen yang menciptakan penghalang-penghalang air
dalam.4. Subduction zona-zona yang dipping away dari kontinen
(contoh, zona subduction yang bergerak dari Burma hingga New
Hebrides) yang mempunyai arc pulau yang bertambah dalam break down
penghalang-penghalang.5. Gunung-gunung berapi lempeng-pertengahan
(contoh, Kepulauan Hawaii) yang membantu break down
penghalang-penghalang air-dalam.6. Zona-zona subduction yang
menyebar ridges, dan dihubungkan arc pulau pada sudut yang tinggi
hingga kontinen (contoh, Pulau-pulau Aleutian) yang bisa memberikan
migrasi pathway, yang dengan demikian break
down/penghalang-penghalang Tiga susunan pada perubahan distribusi
faunal dengan waktu yang dihubungkan dengan pergerakan lempeng
telah diidentifikasi. Convergence mengenai fenomena whereby tingkat
resemblance pada fauna dalam wilayah-wilayah berbeda dari suatu
waktu yang lebih awal hingga akhir. Divergence refer untuk reserve
proses, yakni, pengurangan dalam tingkat resemblance pada
fauna-fauna dalam wilayah-wilayah berbeda dari waktu yang lebih
awal hingga akhir. Tabel 17.8 mendaftarkan beberapa contoh fenomena
ini, termasuk contoh-contoh baik vertebrata bukan lautan dan
invertebrata lautan. Catat dari tabel ini bahea pergerakan lempeng
tektonik yang menyebabakan closure pada basin lautan
berkecendrungan untuk memproduksi convergence pada organisme
benthonic air-dangkal. Perbedaan distinct bidang wewenang faunal
pada sisi lain suatu laut yang luas secara berangsur-angsur dibawa
bersama melalui closure pada intervening lautan diantara
kontinen-kontinen contiguous, yang kadang-kadang memproduksi suatu
province faunal yang tunggal. Pembukan pada lautan biasanya
diproduksi divergence. Hallam (1981) mengidentifikasi suatu susunan
biogeographic ketiga, yang mana adalah perubahan distribusi pada
lautan contiguous dan organisme terresterial yang terjadi ketika
salah satu kelompok menunjukkan convergence dan divergence lainnya.
Penciptaan pada suatu daratan menghubungkan diantara dua area yang
sebelumnya terioslasi pada kontinen, sebagai contoh, membolehkan
convergence pada fauna terresterial untuk ditempatkan, ketika pada
saat yang sama daratan menghubungkan penciptaan suatu penghalang
hingga organisme lautan, yang menyebabkan divergence sebagaimana
suatu hasil pada isolasi genetis.
Penghalang-penghalang Lainnya. Lainnya, penghalang-penghalang
yang lebih sedikit penting daripada temperaturdan
penghalang-penghalang geografis pada province biogeographic.
Perbedaan salinity merupakan suatu batas penting antara airsegar
dan province lautan yang mana, salinity adalah suatu penghalang
tidak penting secara relatif dengan realm laut itu sendiri.
Penambahan salinity yang ditandai dapat terjadi dalam beberapa yang
kecil, yang restricted arm pada lautan ketika penghitungan
evaporation adalah tinggi. Conversely, salinitas yang lebih rendah
daripada normal ensue dalam beberapa wilayah pantai dimana air
segar runoff tinggi. Beragam salinity ini dapat mengontrol
komunitas lokal pada organisme tetapi bukan distribusi pada
organisme pada suatu tingkat provincial. dalam laut terbuka,
salinity berkecenderungan untuk menjadi lebih tinggi dalam
wilayahequatorial dimana penghitungan evaporation berada dalam
(keadaan) maksimum, dan sangat rendah dalam latitude pertengahan
ketika beberapa dilution terjadi sebagaimana suatu hasil pada air
bersih yang runoff dari kontinen. Even so, salinity dalam
wilayah-wilayah ini berubah hanya beberapa bagian per ribuan dari
rata-rata salinity lautan (350/000), suatu variasi yang bukan
adequate hingga berpengaruh serius dispersalpada organisme dalam
laut terbuka.
Tambahan arus dalam dispersal pada spesies planktonic dan larvae
pada spesies bentonic, tetapi mereka membantu juga, dalam beberapa
bagian lautan, untuk maintain temperatur gradient yang menciptakan
penghalang-penghalang untuk dispersal. Dengan demikian, arus-arus
bisa berlaku baik sebagai suatu penghalang maupun tambahan bagi
dispersal. Susunan arus dalam jangka waktu yang panjang berpengaruh
pada dirinya sendiri melalui pergerakan-pergerakan lempeng,
sebagaimana didiskusikan. 17.6 EFEK-EFEK DIKOMBINASIKAN PADA
PENDISTRIBUSIAN PADA ORGANISME DALAM RUANG DAN WAKTU
____________________________________________________________________
Eicher (1976) menekankan bahwa baik catatan waktu dan lingkungan
merupakan hal penting bagi penginterpretasian sejarah geologis,
dimana temporal berkaitan dengan variasi dengan waktu. Apaabila
organisme pada keseluruhan masa geologi telah menyebar ke seluruh
dunia dan tidak confine bagi lingkungan dan bagia wewenang
biogeografi yang khusus, korelasi strata di seluruh dunia pada
dasara fosil dapat secara garis besar difasilitasi, dengan
mengasumsikan bahwa perubahans ecara evolusioner telah menjadi
simultan dan menjagat. Di bawah kondisi-kondisi ini, bagaimanapun,
fosil dapat memberikan sedikit atau tanpa bantuan dalam working out
lingkungan pengendapan purba karena lebihnbanayak atau lebih
sedikit organisme-organisme yang sama dapat hidupdalam semua
lingkungan. Sebaliknya, apabila organisme idistribusikan dalam
province biogeographic sebagaimana saat ini, tetapi evolusi organik
tidak pernah terjadi, kita dapat berada untuk melakukan
interpretasi lingkungan purba lkkal dengan kepercayaan besar karena
karang-karang yang terendapkan di masa purba dapat mengandung
spesies yang sama sebagaimana lingkungan-lingkungan modern. Melalui
token yang sama, spesies ini dapat menjadi atau tanpa nilai dalam
korelasi dan unraveling pada kronologis lokalnya karena spesies
yang sama dapat eksis dalam keseluruhan masa geologis.
Catatan fossil yang nyata dapat merefleksikan fakta bahwa baik
segregasi ke dalam biogeographic dan maupun evolusi organik
ditempatkan. Tampak pad evolusi organik, kita berada untuk
mengkorelsikan stratum pada kecenderungan usia satu wilayah ke yang
lainnya dan untuk menyusun kronologi relatif pada strata dalam
kecenderungan area. Karena kebanyakan organisme confine untuk
province biogeography di masa lalu, bagaimanapun, kita tidak dapat
selalau mengkorelasikan strata persamaan waktu dari lingkungan
berbeda karena organisme yang eksis dalam province geographic
berbeda selama periode waktu yang sama adalah berbeda. Dengan
demikian, korelasi diantara province biogeographic adalah sukar,
dan hal tersebut biasanya tidaklah mungkin untuk membuat korelsi
seluruh dunia. Pada sisi lain, karena perbedaan kelompok pada
organisme dapat confine untuk provence berbeda dan lingkungan
berbeda, provinciality pada organisme purba memberikan suatu alat
tidak bernilai dalam mengintertasikan lingkungan pengendapan.
Pada sisi debit lainnya, provinciality pada organisme dapat
menciptakan permasalahan khusus dari titik berdiri untuk menentukan
jarak stratigraphic vertikal total pada suatu spesies. Suatu
spesies bisa eksis dalam satu province bagi periode waktu yang
panjang sebelum broching suatu penghalang khusus dan menyebar ke
dalam suatu province di dekatnya. Seterlah migrasi ke dalam
province baru, spesie bisa mati dalam province lama/tua ketika
terus-menerus thrive untuk beberapa waktu dalam wilayah baru. Oleh
karena itu, jarak vertikal lokal pada suatu spesies dalam suatu
kecenderungan province, kadang-kadang disebut zona teil, bisa jadi
kebanayakan lebih pendek daripada jarak total pda spesies dalam
suatu skala global. Para ahli paeontologi haruslah secara kerasa
berhati-hati dalam mengakui kemungkinan ketika menggunakan fossil
bagi korelasi waktu. Permasalahan ini ditunjukkan dalam Gambar
17.11 yang mengillustrasikan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi jarak suatu spesies. Diagrm ini menunjukkan bahwa
jarak pada suatu spesies dipengaruhi baik melalui perubahan
bersifat evolusi dan melalui kehadiran penghalang-penghalang yang
dapat meregulasikan waktu pada migrasi ke dalam pemunculan pertama
dalam province di dekatnya.
17.7 BIOCORRELATION
____________________________________________________________________
Unit-unit biostratigraphic yang diobservasi, unit-unit
stratigraphic obyektif yang diidentifikasi pada dasar kandungan
fossilnya. Sebagaimana mereka dapat dijejaki dan disusun dari satu
lokalitas hingga yang lainnya hanya sebagai unit-unit
lithostaratigraphic yang dijejaki. Unit-unit biostratigraphic bisa
ataui tidak mempunyai waktu yang signifikan. Sebagai contoh,
zona-zoan kumpulan dan zona-zona abundance bisa melintasi garis
waktu (menjadi diachronus) ketika dijejaki secara lateral. Pada
sisi lainnya, zona-zona interval, khususnya yang dibuat oleh
pemunculan pertama pada taxa, menghasilkan garis korelasi yang
coincide secara umum dengan garis-garais waktu. Unit-unit
biostratigraphic bisa jadi berkorelasi , irrespective pada
siginifikasi waktunya, menggunakan banayak prinsip yang sama yang
dibuat dalam korelasinya dengan unit-unit
lithiostartigraphic-disusun melalui identifikasi dan posisi dalam
rangkaian stratigraphic, sebagai contoh. Dalam bagian ini, kita
pertama kali akan menguji korelasi melalui zona-zona kumpulan dan
zona-zona abundance, yang mana dapat dikorelasikan sebagai
unit-unit biostratigraphic sebelum mereka tidak dapat mempunyai
signifikasi stratigraphic-waktu. Kita akan kemudian mendiskusiskan
metode-metode biocorrelation yang didasarkan pada zona-zona
interbval dan zona-zona lainnya yang menghasilkan korelasi-korelasi
stratigraphic waktu.
Korelasi melalui Zona-zona Kumpulan
Zona-zona kumpulan sebagaimana oppose unuk zona-zona kumpulan
Oppel, yang didasarkan pada pengelompokan berbeda pada tiga tiga
atau lebih taxa tanpa menganggap batas jaraknya (gambar 17.5). Hal
tersebut dibuat melalui suksesi-suksesi berbeda pada fauna dan
flora, dan mereka succeedsetiap lainnya dalam bagian stratigraphic
tanpa jurang pemisah atau bersifat saling melengkapi. Zona-zona
kumpulan mempunyai signifikasi khusus yang signifikan sebagai suatu
indikator pada lingkungan, yang mana berubah secara garis besar
secara regional. Oleh karena itu,mereka berkecenderungan untuk
menjadi nilai yang sangat besar dalam korelasi-korelasi lokal.
Meskipun demikian, beberapa zona kumpulan didasarkan pada kumpulan
plankton lautan yang bisa digunakan bagi korealsi melampaui
kebanyakan wilayah yang lebih luas. Prinsip pada korelasi melalui
zona-zona kumpulan dillustrasikan secar grafik dalam contoh sangat
sederhana yang ditunjukkan dalam Gaaambar 17.12.
Shaw (1964) menitik beratkan bahwa batas dintara zona-zona
kumpulan adalah fuzzy inherent karena batas-batas di atas dan di
bawah pada zona ini akan menjadi zona transisi yang mana bagian
yang mengkarakterissai kumpulan fossil akan menjadi hilang karena
ia sebelumnya tidak mucul atau telah bersiap untuk vanished. Oleh
karena itu, terdapat suatu batas-batas praktis bagi keakuratan yang
dapat diterima melalui korelasi-korelasi zona kumpulan. Bagian
permasalahan dalam korelasi melalui zona-zona assemblage stem dari
fakta bahwa sejumlah taxa fosil bahwa seorang pembuat stratigraphy
haruslah bekerja dengan kesukaran yang begitu besar untuk membuat
asimilasi data yang bersifat visual dan menggambarkan batas-batas
zona dengan pengertian penuh (Gambar 17.13). Untuk mengatasai
permasalahan ini, para penulis awal cenderung untuk mengurangi
jumlah taxa yang mana distribusi-distribusinya dapat dipelajari,
aatau mereka mencoba untuk membuat komposit pada contoh-contoh.
Suatu solusi yang lebih baru bagi permasalahan ini adalah untuk
menggunakan teknik-teknik pada analisa statistik multivariasi
hingga pengakuan dan delination pada zona-zona kumpulan.
Teknik-teknik kuantitatif ini memberikan suatu dasar statistik
rasional bagi delineating zaona-zona yang didasarkan pada sejumlah
besar taxa tanpa mengambil keputusan yang menggunakan tangan pada
para ahli biostratigraphy. Rincian-rincian pada teknik-teknik
multivariasi ini diberikan oleh Hazel,(1977), Brower (1981), dan
Gradstein, dkk. (1985).
Korelasi melalui Zona-zona yang Berlimpah
Sebagaimana dicatat, zona-zona yang berkelimpahan, atau
zona-zona acme dibuat melalui maxima berbeda secara kuantitatif
pada kelimpahan relatif pada satu atau lebih spesies, genus, atau
taxon lainnya lebih daripada melalui jarak pada taxon. Mereka
menggambarkan suatu waktu atau saat-saat ketika suatu taxon yang
khusus berada pada puncak, atau acme, pada pengembangannya dengan
perhatian pada jumlah secara individu. Beberapa ahli
biostratigraphy sebelumnya menggunakan zona-zona kelimpahan bagi
korelsi stratigraphic-waktu di bawah asumsi bahwa terdapat suatu
saat dalam sejarah pada beberapa taxon ketika ia mencapai
kelimpahan maksimum dan bawa kelimpahan ini puncaknya dimanapun
pada sat yang sama. Opini prevailing baru-baru ini diantara
ahli-ahli biostratigraphy ialah bahwa kebanyakan zona-zona
kelimpahan adalah unriable dan tidaklah memuaskan bagi korelasi
stratigraphic waktu. Opini ini didasarkan pada fakta yang apparent
bahwa tidak seluruh spesies menerima suatu kelimpahan maksimum,
atau apabila mereka melakukannya, puncaknya tidaklah perlu dicatat
melalui lapisa-lapisan pada spesimen yang berlimpah. Lebih lanjut
lagi, kelimpahan-kelimpahan puncak yang dicatat pada catatatn
stratigraphic yang bisa dihubungkan dengan kondisi-kondisi ekologis
lokal yang baik/menguntungkan yang dapat terjadi pada saat-saat
berbeda dalam wilayah yang berbeda dan yang bisa persist dalam satu
area yang lebih banyak daripada yang lainnya. Kelimpahan maksimum
bisa dengan demikian menggambarkan kelokalan, lingkungan
menguntungkan/baik secara sporadis, lingkungan yang nyaman secara
tiba-tiba yang disebabakan mortalitas massa, atau
konsentrasi-konsentrasi yang bersifat mekanisme pada shell
organisme setelah kematiannya. Beberapa permasalahan yang
dihubungkan oleh zona-zona kelimpahan dillustrasikan pada Gambar
17.14. Pendeknya, zona-zona kelimpahan boleh jadi digunakan bagi
korelasi kelimpahan, tetapi mereka tidak memberikan suatu
pengertian nyata pada korelasi-stratigraphic-waktu. Walaupun mereka
kadang-kadang menggunakan korelasi lokal dengan province, para ahli
biostratigraphy biasanya lebih menyukai korelasi-korelasi yang
didasarkan pada zona-zona kumpulan atau zona-zona interval.
Chronocorrelation melalui Fossil
Korelasi chronocorrelation disusun pada unit-unit stratigraphic
pada dasar persamaan waktu. Pembuatan persamaan waktu pada strata
adalah backbone pada stratigraphy global dan dipertimbangkan
melalui kebanyakan ahli stratigraphy untuk menjadi jenis yang
sangat penting pada korelasi. Metode-metode untuk pembuatan
korelasi stratigraphic-waktu jatuh ke dalam dua kategori yang
secara umum luas: bersifat biologis dan bersifat fisik/bersifat
kimia. Sebagaimana dicatat, korelasi stratigraphic waktu melalui
metode-metode bersifat biologis didasarkan terutama pada penggunaan
zona-zona jarak concurrent dan zona-zona interval lainnya. Metode
korelasi bersifat biologis juga mencakup menggunakan statistik pada
data zona jarak dan berkorelasi melalui zona-zona acme secara
biogeographic, yang mana peristiwa-peristiwa secara biologis
dihubungkan dengan fluktuasi-fluktuasi iklim> Suatu keragaman
dalam metode-metode fisika dan kimia tersedia bagi korelasi
chronostratigraphic dan didiskusikan dalam bab berikutnya. Secara
logika, diskusi ini pada korelasi chronostratigraphic melalui
fossil juga termasuk dalam bab berikutnya; bagaimanapun, saya
memasukkannya di sini untuk mengambil seluruh bahan yang
dihubungkan dengan korelasi melalui fossil sebagai suatu unit
tunggal. Diskusi pada biocorrelation yang mengikuti penggambaran
suatu pengenalan yang sangat umum hingga subyek ini. Untuk
treatment yang lebih rigorous pada biocorrelation, lihat Gradstein
dkk. (1985) dan Guex (1991).
Korelasi melalui Zona-zona Interval Biologis
Zona-zona interval adalah biozona yang merupakan strata yang
jatuh diantara occurrence pada taxa yang sangat tinggai dan/atau
sangat rendah. Beberapa jenis zona-zona interval diakui., termasuk
yang dibentuk melalui jarak pada taxa yang saling melengkapi.
Gambar 17.3 mengillustrasikan beberapa cara yang muncul pertama dan
terakhir pada taxa yang bisa digunakan untuk membuat zona-zona
interval:
1. Interval anatara pemunculan pertama dan terakhir pada suatu
taxon tunggal (zona jarak taxon)
2. interval antara pemunculan pertama atau pemunculan terakhir
pada dua taxa berbeda
3. interval antra pemunculan pertama pada salah satu taxon dan
pemunculan terakhir pada yang lainnya
4. interval-interval yang dibuat melalui zona-zona jarak yang
saling melengkapi (zona-zona jarak concurrent)
Zona-zona interval yang mempunyai tingkat perubahan digunakan
sepenuhnya dalam korelasi stratigraphic-waktu, sebagaimana
digambarkan di bawah.
Zona-zona Jarak taxon. Zona-zona jarak taxon boleh jadi
digunakan pada korelasi waktu yang sangat penuh yang didasarkan
jarak stratigraphic yang sangat pendek. Mereka berada pada nilai
kehidupan apabila jarak taxa melalui beberapa periode atau suatu
keseluruhan periode geologis. Korelasi melalui zona jarak taxon
ditentukan sebagai korelasi melalui indeks fossil. Indeks fossil
dipertimbangkan untuk menjadi taxa tersebut yang mempunyai
jarak-jatak stratigraphic sangat pendek, yang tersebar luas seacra
geographic, yang cukup berkelimpahan untuk menunjukkan catatan
stratigraphic, dan diidentifikasi dengan mudah. Sayangnya, istilah
indeks fossil telah juga digunakan dalam cara-cara lain dan dapat
mempunyai konotasi lain. Oleh karena itu, hal tersebut sedikit
membingungkan ketika membicarakan korelasi yang didasarkan pada
keseluruhan jarak pada suatu taxon yang diillustrasikan secara
diagram dalam Zona 1 pada gambar 17.15.
Zona-zona Interval Lainnya. Ketika zona jarak taxon secara
individu sangat panjang dan berkorelasi melalui zona jarak taxon
yang dengandemikian tidak dikenakan, kebanayak korelasi skala-yang
kebanyakan lebih baik kemungkinana digunakan pada jenis lain
zona-zona interval. Zona-zona interval dibuat melalui pemunculan
pertama (stratigraphy yang paling rendah) pada dua taxa, sebagai
contoh, yang secara khusus digunakan sepenuhnya dalam korelasi
stratigraphic waktu karena ia didasarkan pada perubahan secara
evolusioner, sepanjang lineage phyletic, yang cenderung terjadi
sangat cepat. Dengan demikian, interval diantara pemunculan pertam
ayang terdokumentasikan pada dua taxa bisa menggambarkan suatu span
waktu sangat pendek, dan umur strata dalam interval ini yang bisa
mendekati synchronous pada keseluruhan luas/tingkatannya. Zona-zona
interval dibuat pada pemunculan akhir (stratigraphy yang paling
tinggi) pada taxa yang biasanya dipertimbangkan untuk mempunyai
sedilit waktu secara signifikan daripada yang berdasarkan pada
pemunculan pertama karena extinction pada taxa yangbbiasanya tidak
terjadi dengan sifat tiba-tiba yang sama bahwa spesies baru tampak
melalui evolusi phyletic.
Gambar 17.15 mengillustrasikan beberapa metode yang beragam yang
dapat digunakan bagi korelasi antara dua bagian stratigraphic pada
dasar zona-zona interval. Catat dari illustrasi ini bahwa zona-zona
interval dapat diidentifikasi yang menggambarkan span yang
kebanyakan lebih pendek pada waktu daripada yang digambarkan
melalui zona-zona jarak pada kebanayakan taxa individu. Korelasi
dapat dibuat juga dianatar bagian-bagian stratigraphic secara
sederhana pada dasar pemunculan pertama atau trakhir pada taxa yang
spesifik, tanpa berkorelasi dengan keseluruhan zona. Dengan kata
lain, suatu garis korelsi dapat digambarkan dari posisi
stratigraphic yang digambarkan melalui pemunculan pertama pada
suatu taxon khusus, yang disebut datum pemunculan pertama atau FAD
hingga FAD pada taxon yang sama pada bagian stratigraphic lainnya.
Secara serupa, korelasi dapat dibuat dianatara datum-datum
pemunculan terakhir, LAD, pada suatu given taxon pada bagian-bagain
stratigraphic berbeda. FAD dan LAD lebih lanjut didiskusikan dalam
bab berikut pada Bagian 18.4.
Metode Grafik bagi Korelasi melalui Zona Jarak Taxon. Sungguhpun
zona-zona interval dapat digunakan untuk membuat unit-unit pada
strata yang diendapkan selama periode waktu yang relatif pendek,
mereka tidaklah memerlukan hasil yang berkorelasi dengan
stratigraphic precise waktu. Organisme bisa bermigrasi secara
latteral dan muncul dalam wilayah lainnya pada somewhat waktu lebih
lanjut daripada yang mereka ..pemunculan (Gambar 17.11), atau
mereka dapat bermigrasi pada suatu area lokal sebelum extinction
pertama dimanapun. Variabel-variabel ini pada perilaku membuat
batas-batas diantara zina-zona interval yang fuzzy inherent. Batas
eksak diantara biozones tidak dapat pernah menjadi dikenal karena
semacam batas-batas ditentukan secara empiris. Pengumpulan yang
ditambahkan dalam suatu area baru selalu memegang kemungkinan pada
perpanjangan jarak yang dikenal spesies atau taxa yang dibuat
sebelumnya, karena mereka mempunyai pemunculan yang lebih awal atau
persisted lebih panjang dalam wilayah baru daripada dalam wilayah
yang dibuat secara asli. Suatu cara untuk meminimalkan permasalahan
pada batas-batas zonal fuzzy adalah untuk treat jarak data secara
statistik, menggunakan pemunculan pertama dan terakhir pada seluruh
spesies yang tampil dalam suatu bagian stratigraphic lebih daripada
jarak pada hanya satu atau dua spesies. A.B. shaw pada tahun 1964
adalah yang pertama mengajukan suatu metode grafik bagi pembuatan
persamaan waktu pada strata dalam dua bagian stratigraphic memlaui
plotting pemunculan pertama dan terakhir pada seluruh spesies dalam
satu bagian menghadapi/terhadap yang pertama dan pemunculan
terakhir pada spesies sama dalam bagian lainnya. Metode ini
sekarang secara luas digunakan oleh para ahli stratigraphy untuk
merinci korelasi tratigraphic waktu diantara bagian-bagian
stratigraphy, khususnya bagian-bagian lokal.
Metode yang dibuat Shaw, lebih lanjut lagi dielaborasi oleh
Miller (1977), yang mencakup penyeleksian pertama suatu bagian
stratigraphic tunggal sebagai suatu bagian refernsi yang mana
seleksi-seleksi lainnya dapat dibandingkan dan dikorelasikan.
Bagian refernsi ini dapat tersedia dengan dibuat sangat tebal,
dapat menjadi bebas dari kesalahan atau komplikasi terstruktur
lainnya, dan dapat mengandung suatu kandungan fossil yang besar dan
berubah. Bagian refenci diukur dan dibuat contoh selengkap mungkin,
dan pemunculan pertama serta terakhir pada semua spesies yang
didokumentasikan dalam istilah-istilah pada posisi-posisinya dalam
bagian stratigraphic di atas suatu titik referensi yang dipilih
secara arbitrarily, jumlah secara meter di atas dasar bagian yang
diukur. Jarak spesies dicatat melalui pemunculan pertama dan
terakhir dalam bagian referensi lokal ini yang boleh jadi jarak
(total) nyatanya bagi seluruh spesies; bagaimanapun, fakta ini
bukanlah preclude yang menggunkan mereka untuk membantu membuat
korelasi, sebagaiman akan kita lihat. Suatu bagian stratigraphic
kedua pada spesies yang sama, dan pada beberapa spesies lainnya,
ditentukan dalam bagian ini.
Dari dua macam bagian-bagian stratigraphic (gambar 17.16), suatu
grafik dikonstruksikan dalam jarak di atas dasar pada bagian
refernsi, katakanlah, bagian A, yang diindikasikan pada sumbu
horizontal dan jarak di atas bagian yang diukur kedua, bagian B,
yang diplot pada sumbu vertikal (Gambar 17.17). Pemunculan pertaama
dan terakhir pada setiap spesies dalam bagian referensi dapat
kemudian diplot terhadap pemunculan pertama dan terakhir pada
spesies yang sama dalam bagian yang diukur kedua. Dalam Gambar
17.16, sebagai contoh, Spesies 1 pertama kali kelihatan dalam
referensi Bagian A pada 93 m di atas dasar pada bagian itu dan
diukur Bagian B pada kira-kira 47 m di atas dasar. Suatu titik
tunggal dapat diplot pada grafik untuk menggambarkan nilai-nilai
ini. Secara serupa, penambahan titik-titik diplotkan untuk
menggambarkan pemunculan pertam dan terakhir pada seluruh spesies
dalam dua bagian. Prosedur ini menghasilkan suatu rangkaian pada
titik-titik yang cenderung untuk cluster di seputar suatu garis
lurus (Gambar 17.17). Garis ini dapat digambarkan secara visual
hingga menghasilan suatu garis fit-terbaik, atau ia dapat
digambarkan melalui penggunaan metode-metode regressi secara
statistik. Koordinat x dan y pada beberapa titik dalam garis ini
memberikan suatu precise korelasi stratigraphic-waktu diantara dua
bagian. Dalam Gambar 17.17, sebagai contoh, bed pada 60 m pada
Bagian A berkorelasi dengan bed pada 30 m di Bagian B, dan bed pada
100 m di Bagian A berkorelasi dengan bed pada kira-kira 49 m di
Bagian B.
Pemunculan pertama dan terakhir pada spesies digammbarkan
melalui titik-titik yang plot dengan baik garis fit-terbaik pada
Gambar 17.17 yang mengindikasikan spesies yang muncul dalam atau
hilang dari Bagian A pada pada saat berbeda yang dibedakan daripada
di Bagian B. Semacam spesies lainnya dikontrol secara bersifat
lingkungan (bergantung pada facies), atau migrasinya diantara
Bagian-bagian A dan B yang impeded melalui penghalang-penghalang
secara biologis yang menyebabkan mereka tampak dalam dua bagian
pada saat berbeda.
Metode korelasi grafik dapat mengambil keuntungan pada
peristiwa-peristiwa fisik, seperti jatuhan