1 BAB.1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Sumberdaya alam dipandang sebagai modal utama dalam pembangunan dan harus dikelola secara optimal. Menurut Katili (1983) sumberdaya alam diartikan sebagai semua unsur tata lingkungan biofisik yang dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup khususnya manusia. Salah satu substansi sumberdaya alam yang keberadaannya sangat fundamental bagi kehidupan manusia adalah tanah. Fungsi tanah menyentuh hampir di seluruh aktivitas dalam kehidupan manusia. Kebutuhan dasar manusia mulai dari pangan, sandang, dan papan semua berasal dari produksi yang dilakukan di atas tanah. Tanah sebagai penyangga kehidupan mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan menjaga tata air. Baja (2012) menyebutkan tanah memiliki variasi spasial dan temporal, baik secara vertikal maupun horizontal. Variasi tanah merupakan hasil pembentukan dari beragam proses geomorfologi yang bekerja pada bahan induk, sehingga tanah memiliki sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi yang khas (Sartohadi dkk, 2012). Variasi karakteristik dan sifat tanah berpengaruh pada potensi, kualitas dan kesehatan tanahnya. Umumnya kualitas tanah dan kesehatan tanah merupakan dua istilah yang identik. Kualitas tanah dalam konteks ini terkait dengan fungsi alami tanah yang melekat, sementara kesehatan tanah menunjukkan fungsi tanah sebagai sumberdaya kehidupan yang dinamis. Riwandi (2010) menyatakan kesehatan tanah akan terjamin apabila fungsi tanah yang dinilai dari indikator kinerja tanah berjalan lancar. Tanah merupakan unsur penting dari ekosistem yang mampu mempengaruhi komponen ekosistem di alam. Kesehatan tanah pada akhirnya menentukan kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia. Hubungan keduanya dituangkan dalam semboyan “healthy soil-clean air and water-healthy plants-healthy animals-healthy
21
Embed
BAB.1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/96170/potongan/S1... · Geografi adalah cabang ilmu yang mengkaji seluruh ... yaitu adanya tiga pendekatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB.1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Sumberdaya
alam dipandang sebagai modal utama dalam pembangunan dan harus dikelola secara
optimal. Menurut Katili (1983) sumberdaya alam diartikan sebagai semua unsur tata
lingkungan biofisik yang dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup khususnya
manusia. Salah satu substansi sumberdaya alam yang keberadaannya sangat
fundamental bagi kehidupan manusia adalah tanah. Fungsi tanah menyentuh hampir
di seluruh aktivitas dalam kehidupan manusia. Kebutuhan dasar manusia mulai dari
pangan, sandang, dan papan semua berasal dari produksi yang dilakukan di atas
tanah.
Tanah sebagai penyangga kehidupan mampu mendukung pertumbuhan
tanaman dan menjaga tata air. Baja (2012) menyebutkan tanah memiliki variasi
spasial dan temporal, baik secara vertikal maupun horizontal. Variasi tanah
merupakan hasil pembentukan dari beragam proses geomorfologi yang bekerja pada
bahan induk, sehingga tanah memiliki sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi,
serta morfologi yang khas (Sartohadi dkk, 2012).
Variasi karakteristik dan sifat tanah berpengaruh pada potensi, kualitas dan
kesehatan tanahnya. Umumnya kualitas tanah dan kesehatan tanah merupakan dua
istilah yang identik. Kualitas tanah dalam konteks ini terkait dengan fungsi alami
tanah yang melekat, sementara kesehatan tanah menunjukkan fungsi tanah sebagai
sumberdaya kehidupan yang dinamis. Riwandi (2010) menyatakan kesehatan tanah
akan terjamin apabila fungsi tanah yang dinilai dari indikator kinerja tanah berjalan
lancar.
Tanah merupakan unsur penting dari ekosistem yang mampu mempengaruhi
komponen ekosistem di alam. Kesehatan tanah pada akhirnya menentukan kesehatan
dan keberlangsungan hidup manusia. Hubungan keduanya dituangkan dalam
semboyan “healthy soil-clean air and water-healthy plants-healthy animals-healthy
2
people,” yang diungkapkan oleh Harris, dkk (1996 dalam Baja, 2012). Kondisi
kesehatan tanah terkait dengan pengelolaan termasuk aktivitas penggunaan lahan
setempat. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat
menyebabkan degradasi lahan, sehingga mengakibatkan tanah menjadi tidak sehat.
Implikasi dari tanah yang tidak sehat antara lain menurunnya produktivitas lahan.
Artinya, potensi sumberdaya yang terkandung di suatu lahan tidak dapat
dioptimalkan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami pentingnya menjaga
kesehatan tanah melalui upaya perencanaan pengelolaan yang tepat.
Kompleks Gunungapi Ijen merupakan wilayah yang kaya akan sumberdaya
alam. Sebagai daerah dengan dominasi bentuklahan vulkanik, tanahnya subur dan
mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan perkebunan seperti terlihat pada
Gambar 1.1. Komoditas utama berupa kopi arabika dan cengkeh tumbuh subur disini.
Sektor pariwisata didukung oleh kenampakan bentang lahan yang indah terutama
pada Kawah Ijen seperti ditunjukkan Gambar 1.2. dengan fenomena blue fire yang
terkenal. Adapun besarnya potensi panas bumi yang tersimpan di dalam kawah Ijen
ditengarai dapat mencukupi kebutuhan listrik penduduk Pulau Jawa. Sementara,
potensi mineral dengan hasil utama belerang merupakan yang terbesar di dunia.
Jumlah minimum kapasitas belerang yang dihasilkan di kawasan ini dapat mencapai
103 ton/hari (Sumarti, dkk, 2006).
Gambar 1.1. Pemanfaatan Lahan DAS Bendo sebagai Areal Perkebunan
(a) Biji Kopi (b) Pohon Cengkeh
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
3
Gambar 1.2. Destinasi Wisata Utama di Banyuwangi, Kawah Ijen
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
Pemanfaatan sumberdaya guna menunjang perekonomian wilayah sekitar Ijen
diwujudkan dalam beragam bentuk pengembangan wilayah. Kecenderungan
pengembangan wilayah Ijen terutama di sektor pariwisata saat ini sedang gencar
dilaksanakan. Pengembangan wilayah sering mengarah ke eksploitasi berlebihan
yang berdampak pada kondisi kesehatan tanah setempat. Tanah yang sudah terlanjur
rusak, sulit dan mahal untuk dipulihkan. Berangkat dari vitalitas tanah ini, penelitian
untuk mengidentifikasi kesehatan tanah di suatu wilayah menjadi penting untuk
dilakukan. Identifikasi kesehatan tanah diharapkan dapat menjadi salah satu acuan
dalam perencanaan pengelolaan yang tepat agar didapatkan hasil optimal dan lestari
sesuai potensi yang terkandung di alam.
1.2. Rumusan Masalah
Potensi sumberdaya alam menuntut pengelolaan yang tepat agar didapat hasil
optimal dan berkelanjutan. Tuntutan pengelolaan yang tepat didasarkan pada
pemikiran bahwa pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat dapat meningkatkan
ancaman bencana yang ada di suatu wilayah (Sartohadi dkk, 2014). Setiap
pemanfaatan dan pengelolaan tanah merupakan contoh dari eksploitasi sumberdaya
yang merubah keadaan tanah. Eksploitasi sumberdaya di Kompleks Gunungapi Ijen
berpotensi merusak tanah merupakan fokus utama dari komponen pembangunan
berkelanjutan. Contoh bentuk eksploitasi yang merusak yaitu pembukaan ladang pada
areal hutan lindung oleh petani hutan yang merembet pada kebakaran hutan
4
konservasi Ijen pada tahun 2009. Pengembangan sektor wisata yang sedang gencar
dilakukan juga berpotensi menekan ketersediaan tanah apabila tidak memperhatikan
kaidah lingkungan.
Tiap satuan bentuklahan vulkanik memiliki ciri khas tersendiri, terutama pada
bagian relief. Relief yang bervariasi terbentuk oleh beragam proses geomorfologi
yang berbeda pada tiap satuan bentuklahan. Ragam proses geomorfologi
mengakibatkan perbedaan karakteristik dan sebaran tanah. Distribusi tanah yang
berbeda berimplikasi pada pengelolaan yang berbeda pula pada setiap satuan
bentuklahan. Karakteristik tanah dan iklim akan membatasi keadaan tanah dan
menjadi faktor penentu potensi pengelolaannya (Darmawijaya, 1997). Manusia
sebagai pengelola tidak dapat mengubah karakteristik tanah. Karakteristik tanah
seperti tekstur, jenis lempung, kemiringan lereng, jeluk, kemampuan pengikat air,
permeabilitas tanah lapisan bawah, dan sifat alami tanah lainnya tidak bisa diubah.
Oleh karena itu, cara pengelolaan tanah yang harus disesuaikan dengan karakteristik
dan kemampuan tanah.
Karakteristik tanah mencakup seluruh sifat fisik, kimia, dan biologi,
merupakan fungsi alami yang melekat pada tanah. Interaksi antara karakteristik tanah,
pengelolaan dan keadaan lingkungannya merujuk pada tingkat kesehatan tanah.
Tanah yang sehat adalah yang dapat menjalankan fungsinya secara optimal sebagai
sumberdaya kehidupan. Penilaian kesehatan tanah tidak dapat dilakukan secara
langsung, hanya bisa dinilai melalui karakteristik tanah. Indikator yang diamati
mencakup karakteristik tanah yang dapat merepresentasikan kondisi perubahan fungsi
tanah yang disebut indikator kinerja tanah. Penentuan kesehatan tanah perlu
dilakukan secara komprehensif dan efisien dengan menyusun Minimum Data Set
(MDS). MDS berisi sekumpulan indikator kinerja tanah minimum yang telah
diseleksi atas dasar sensitivitas dan representasinya terhadap kondisi kesehatan tanah
suatu wilayah.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendo terletak di Kompleks Gunungapi Ijen.
DAS Bendo dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki variasi karakteristik
geomorfologi yang dianggap dapat mewakili kondisi keseluruhan di Kompleks
5
Gunungapi Ijen. Kondisi geomorfologi terkait dengan pembentukan tanah yang
mengandung potensi pengelolaan yang beragam. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
potensi pengelolaan yang kurang tepat dan terencana berdampak pada penurunan
kesehatan tanah hingga kerusakan tanah. Variasi kondisi geomorfologi menjadi dasar
penentuan indikator kinerja tanah yang mudah diamati dalam penilaian kesehatan
tanah. Pemahaman mengenai persebaran tanah sehat dan tidak sehat dapat dijadikan
acuan untuk melakukan upaya konservasi. Upaya konservasi tanah diharapkan
mampu mengoptimalisasi pembangunan berkelanjutan yang mampu memenuhi
kebutuhan sumberdaya masa kini dan melestarikan tanah untuk keperluan
sumberdaya di masa depan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan utama
dalam penelitian ini adalah apakah variasi bentuklahan berpengaruh terhadap
kesehatan tanah suatu wilayah? Pokok permasalahan utama tersebut kemudian dapat
diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja indikator kinerja tanah yang diperlukan untuk menilai kesehatan tanah di
DAS Bendo?
2. Berapa jumlah indikator kinerja tanah untuk menyusun Minimum Data Set (MDS)
yang diperlukan untuk menggambarkan kondisi kesehatan tanah di DAS Bendo?
3. Berapa kelas tingkat kesehatan tanah yang ada di DAS Bendo?
4. Apa saja alternatif tindakan konservasi tanah secara umum yang dapat diterapkan
untuk menjaga kesehatan tanah di DAS Bendo berdasarkan prioritas
konservasinya?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka
penelitian yang dilakukan berjudul: “PENILAIAN KESEHATAN TANAH
UNTUK PENENTUAN PRIORITAS KONSERVASI TANAH DI DAS BENDO,
KOMPLEKS GUNUNGAPI IJEN, KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI
JAWA TIMUR”
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian antara lain:
1. Menentukan jenis indikator kinerja tanah untuk penilaian kesehatan tanah di DAS
Bendo,
2. Menentukan Minimum Data Set (MDS) dari indikator kinerja tanah yang
menggambarkan kondisi kesehatan tanah di DAS Bendo,
3. Mengidentifikasi kondisi kesehatan tanah pada tiap satuan bentuklahan di DAS
Bendo,
4. Menyusun prioritas konservasi tanah berdasarkan kondisi kesehatan tanah di DAS
Bendo.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat akademis dan manfaat
praktis. Secara akademis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan tanah. Penelitian
diharapkan dapat mengungkap hubungan antara kesehatan tanah dan kelestarian
sumberdaya alam. Identifikasi kesehatan tanah diharapkan dapat dijadikan rujukan
dan model untuk menganalisis daya dukung lingkungan serta penerapan metode
konservasi tanah bagi penelitian di wilayah lain.
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan pada
pemerintah terutama di wilayah Banyuwangi dalam menerapkan kebijakan. Data
mengenai kesehatan tanah untuk keperluan konservasi tanah dan air masih tergolong
langka. Sementara, pembangunan berkelanjutan memerlukan data kondisi wilayah
secara keseluruhan sebagai dasar perencanaan pengembangan wilayah. Terutama
dalam hal pengelolaan dan upaya konservasi tanah yang tepat melalui kebijakan
pembangunan berkelanjutan di DAS Bendo. Pengembangan wilayah berdasarkan
asas berkelanjutan diharapkan dapat menciptakan kondisi pemanfaatan tanah yang
efisien dan produktif. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya secara ekonomis tanpa
mengabaikan faktor kelestarian lingkungan dapat terwujud.
7
1.5. Telaah Pustaka
1.5.1. Geografi dan Geografi Tanah
Geografi adalah cabang ilmu yang mengkaji seluruh fenomena geosfer serta
hubungan interaksi antara manusia dan lingkungan. Ciri utama dari ilmu geografi
yaitu adanya tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji objek kajiannya yaitu
dengan pendekatan keruangan (spasial), ekologi, dan kompleks wilayah (Bintarto dan
Surastopo, 1979). Pendekatan keruangan mengedepankan analisis objek dari sudut