Bab VIII PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT Pada umumnya dikatakan bahwa penyakit pada ternak babi disebabkan oleh infeksi, dan ternak yang terjangkit akan memperlihatkan tanda- tanda klinis. Para ahli penyakit ternak khususnya ternak babi menyadari bahwa problematika penyakit adalah sangat bervariasi penyebab dan permasalahannya. Kenyataannya telah disepakati bahwa mengetahui atau mempelajari penampilan produksi ternak babi seperti effisiensi dan konversi makanan (ekm) serta pertambahan berat badan (pbb) adalah lebih sensitif dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab VIII
PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT
Pada umumnya dikatakan bahwa penyakit pada
ternak babi disebabkan oleh infeksi, dan ternak yang
terjangkit akan memperlihatkan tanda-tanda klinis. Para
ahli penyakit ternak khususnya ternak babi menyadari
bahwa problematika penyakit adalah sangat bervariasi
penyebab dan permasalahannya. Kenyataannya telah
disepakati bahwa mengetahui atau mempelajari
penampilan produksi ternak babi seperti effisiensi dan
konversi makanan (ekm) serta pertambahan berat badan
(pbb) adalah lebih sensitif dan signifikan, sebagai
indikator ternak terjangkit oleh penyakit, dibandingkan
dengan mempelajari tanda-tanda klinis dari penyakit
yang ada pada ternak babi tersebut. Karena, penurunan
penampilan produksi ternak babi disebabkan oleh
banyak faktor selain oleh organisme pembawa penyakit.
Penelitian yang mendalam tentang permasalahan
penyakit pada ternak babi saat ini menghasilkan suatu
konsep penanggulangan yang disebut multifactorial
aetiology. Dengan kata lain, ternak babi akan menjadi
sakit apabila disebabkan oleh banyak faktor atau
rangsangan (beberapa di antaranya memerlukan
penanganan yang berkesinambungan) atau penyebab
sinergis.
Misalnya, permasalahan penyakit pneumonia
yang disebabkan oleh kepadatan ternak sangat tinggi,
sirkulasi udara sangat kurang, kotoran sangat meningkat
sehingga menjadi kombinasi yang sangat baik untuk
kolonisasi organisme pembawa penyakit pada saluran
pernapasan. Persoalan yang kompleks seperti ini banyak
menyebabkan para pakar penyakit ternak sulit untuk
menemukan faktor penyebab utama dari penyakit ternak
babi. Sehingga mengakibatkan pada persoalan kerugian
secara ekonomis yang sangat tinggi.
Banyak kejadian mewabahnya penyakit infeksi
pada ternak babi disebabkan karena kombinasi bakteri,
virus, dan parasit; karena pengaruh stress, makanan,
faktor lingkungan, dan cara pengendalian. Interaksi
faktor-faktor tersebut sering terjadi jika ternak babi
sudah mempunyai bibit penyakit dan cara
penyebarannya.
Cara meningkatkan resistensi dan kekebalan
(imunisasi) adalah dengan menurunkan stress dan
meningkatkan pembasmian agen pembawa penyakit
sehingga mengurangi kemungkinan penyakit pada ternak
babi. Pembersihan kandang dan lingkungan yang rutin,
penyediaan desinfektan, serta sanitasi lainnya akan
menurunkan penyebaran penyakit. Cara isolasi, sistem
“all-in, all-out” dan cara pengendalian lainnya harus
digunakan sebaik mungkin. Stress karena kepanasan
maupun kedinginan harus diminimalkan dengan
memelihara ternak babi pada tempat yang sesuai, hangat,
dan kering. Diagnosis yang tepat serta pengendalian total
penyakit diperlukan untuk merancang pengendalian dan
program penanggulangan guna menekan kerugian.
Program pengobatan dan vaksinasi harus ditetapkan.
Sanitasi merupakan dasar dari program
pemeliharaan kesehatan ternak babi yang efektif.
Sanitasi didefinisikan secara luas sebagai pekerjaan
pengukuran kebersihan untuk kesehatan dan
pengendalian penyakit. Sanitasi bukan hanya
membersihkan kandang dan desinfektasi; tetapi
merupakan pekerjaan yang harus menekan laju
perkembangan mikroorganisme. Peternak yang memiliki
pengetahuan agen penyakit dan metode penyebarannya
akan menemukan cara/strategi penanggulangan guna
meningkatkan keuntungan dari program sanitasi dan
desinfektasi.
Beberapa Prinsip dalam Pengendalian Penyakit
Ternak babi.
1. Proteksi terhadap hal-hal luar, agar dapat
menurunkan tingkat infeksi ternak dengan cara-cara
sebagai berikut:
- Areal peternak harus tertutup atau sumber ternak
babi hanya dari satu tempat.
- Usahakan masing-masing kelompok ternak babi
saling terpisahkan, tidak saling dicampur baur,
pengosongan kandang sekali-sekali, atau coba
menggunakan pola “all in/all out”.
- Menjaga kebersihan dari kandang dan peralatan
dengan baik.
- Eliminasi konsentrasi bakteri patogen udara
dengan ventilasi perkandangan yang baik.
Menurunkan kemungkinan terjangkit penyakit
melalui:
- Vaksinasi secara teratur
- Jumlah calon induk jangan terlalu banyak dalam
program pembibitan
- Jangan membiarkan kondisi babi terlalu banyak
stress.
2. Pencegahan terjadinya infeksi penyakit
-Eliminasi ternak sakit dengan langsung dipotong.
-Repopulasi dengan ternak babi yang sehat.
-Hasilkan ternak bebas penyakit (disease free stock)
melalui hysterectomy, hysterectomy atau
medicated early weaning.
3. Pengurangan pengaruh-pengaruh penyakit.
Pengaruh-pengaruh penyakit dapat dikurangi
dengan cara:
- Hindari faktor-faktor yang merugikan seperti
kotoran, temperatur ekstrim, ventilasi kurang,
kepadatan tinggi, kekurangan makanan,
kekurangan zat-zat makanan serta kondisi stress.
- Kurangi tingkat dan penyebab proses terjadinya
penyakit melalui pemberian dan penangan pakan
dengan antibiotik atau chemotherapeutic agents.
- Minimalkan kerugian ekonomis dengan
pemotongan dan penyelamatan.
- Hindari pembelian ternak yang telah terjangkit.
- Sediakan tempat khsus untuk ternak babi yang
sakit (ruang karantina).
4. Beberapa Hal Praktis untuk Sanitasi
Pengosongan pembersihan kandang dan
fasilitasnya adalah salah satu cara yang baik untuk
memutuskan siklus hidup penyakit terlebih jika
dikombinasikan dengan pembersihan kandang dan
fasilitasnya dengan baik serta desinfektasi. Banyak
jenis penyakit yang disebabkan oleh organisme
pada peternakan tidak dapat hidup lama jika tidak
berada pada ternak yang menjadi media antara
(tempat hidup sementara). Apabila semua ternak
babi dipindahkan, maka organisme pembawa bibit
penyakit di lingkungan alam sekitar akan dengan
cepat menurun jumlahnya. Fasilitas/kandang dapat
dibiarkan kosong selama 3 – 4 minggu atau lebih
lama lebih baik, namun walaupun hanya beberapa
hari dapat dilaksanakan. Rotasi padang
penggembalaan, tempat makanan maupun kandang
babi beranak juga membantu untuk menurunkan
jumlah organisme pembawa penyakit teristimewa
jumlah telur parasit dan agen pembawa penyakit
lainnya.
Pembersihan dan desinfektasi adalah penting
untuk penanggulangan dan pengontrolan akumulasi
dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Juga dapat dikatakan sebagai
salah satu cara yang sukses untuk memutuskan
siklus hidup dan mengontrol penularan penyakit.
Perkandangan dan fasilitas yang dibersihkan
dengan baik serta penggunaan desinfektan yang
benar adalah sangat penting.
Bak desinfektasi untuk tempat merendam kaki
(footbath), sangat membantu untuk mencegah
penyebaran/penularan penyakit yang datang dari
peternakan lain atau masuk dari luar melalui
pengunjung atau manusia yang datang/masuk areal
perkandangan. Jika membangun suatu fasilitas
peternakan maka bak ini harus dibuat dilantai
tempat masuk/pintu masuk area perkandangan.
Cresol, phenol sintetik, aldehida, dan chlorhexidin
adalah desinfektasi yang baik untuk digunakan.
Larutan desinfektasi harus tetap baik; harus diganti
secara regular atau diganti apabila sudah terlihat
terkontaminasi dengan bahan-bahan organik
lainnya.
Memandikan/mencuci induk babi (washing sows),
dengan air sabun hangat atau detergen dan larutan
germinal sedang sebelum dikandangkan pada
kandang untuk beranak (kandang induk)
merupakan tata cara pemeliharaan yang baik. Induk
babi bersih akan mengakibatkan telur-telur parasit
tidak melekat pada kulit maupun badan induk babi,
serta mencegah kemungkinan anak babi yang
datang pada waktu induk babi beranak. Kandang
induk beranak harus mempunyai fasilitas tersebut
(washing sows) pada sekitar pintu masuk untuk
secara cepat dapat membersihkan induk babi
sebelum dimasukkan ke kandangnya.
Bangkai ternak dan sisa-sisa setelah induk
beranak, dapat merupakan sumber bibit penyakit
untuk ternak babi lainnya. Bangkai maupun sisa-
sisa induk beranak (darah, tali pusar, plasenta)
harus segera disingkirkan jauh-jauh dari areal
kandang, atau dibakar sebelum ditanam serta
jangan ada kemungkinan terkontaminasi dengan air
minum atau bahan makanan dan tanah di atas
tempat penimbunan bangkai, dan bangkai tersebut
disiram dengan air jeruk/larutan asam sebelum
ditutup/ditimbun. Hewan peliharaan dan hewan
pemangsa harus dihindarkan terlebih jika hewan-
hewan tersebut membawa bangkai dari peternakan
lain dan masuk ke areal peternakan lainnya.
5. Cara-cara Pencegahan Penularan penyakit
Penambahan ternak baru dari luar merupakan
salah satu cara penularan penyakit yang potensial.
Beberapa hal yang perlu dilakukan:
- Beli ternak babi yang sehat. Hindari
pengelompokan ternak yang datang dari berbagai
areal peternakan/sumber.
- Tes bibit ternak untuk brucelosis, leptospirosis dan
pseudorabies, sebelum dibeli. Lebih baik lagi
kalau ternak yang baru dilengkapi dengan surat
keterangan bebas penyakit tertentu dan telah
divaksinasi melalui karantina hewan.
- Perhatikan dengan baik jika ternak babi tersebut
diangkut dengan alat angkut yang benar-benar
bersih dan telah terdesinfektasi.
- Isolasi (karantina) ternak baru tersebut pada
kandang khusus selama 30-60 hari sekurang-
kurangnya 300 kaki jarak dari kandang babi
lainnya. Tes kembali sebelum dimasukan dalam
areal kandang. Jangan pernah membeli induk atau
pejantan baru langsung di kandang induk, atau
memasukan anak babi pada ternak babi yang baru
didatangkan/masuk.
- Jauhkan pengunjung dari fasilitas peternakan
(tempat bahan makanan dll.). Lebih baik
menggunakan sepatu “boot” karet dan rendam
beberapa menit pada bak desinfektasi, dan tukar
pakaian pengunjung dengan pakaian khusus (jas)
yang khusus digunakan dalam areal kandang.
Beberapa tatacara lain untuk membantu sanitasi dan
pencegahan penyakit, seperti:
- Lindungi bahan makanan dan air minum dari
terkontaminasi dengan kotoran maupun urine baik
dari ternak babi sendiri maupun yang disebabkan
oleh hewan lain seperti burung dsb.
- Regular penyemprotan (deworming) untuk
membasmi telur parasit (cacing) lainnya.
- Semprot atau rendam ternak babi dari kutu dan
parasit lain.
- Kelompokkan ternak babi menurut umur dan
pindahkan kelompok ternak babi tersebut melalui
sistem produksi ke pasaran.
- Perhatikan dan observasi ternak babi tersebut
secara teratur dari tanda-tanda klinis penyakit.
- Isolasi dan tanggulangi ternak babi yang sakit.
- Tempatkan ternak babi pada kandang yang baik.
- Vaksinasi rutin untuk pencegahan penyakit.
- Hindari bahan makanan dan air minum dari
kotoran untuk mencegah dari kemungkinan
penyakit-penyakit tertentu.
- Lebih baik menggunakan tenaga khusus kesehatan
untuk secara tetap/berkesinambungan mengadakan
pemeriksaan/supervisi.
Peternakan yang baik serta nutrisi yang lengkap
juga membantu untuk sanitasi dan kesehatan ternak. Hal-
hal ini akan mencegah ternak terjangkit penyakit,
menurunkan stress ternak, serta menurunkan penularan
penyakit.
6. Penyakit-penyakit yang sering terdapat pada ternak babi
Anemia anak babi
Anemia pada anak babi merupakan masalah yang
sering terjadi jika peternak mulai memisahkan induk
babi dari kandang beranakan, kemudian akses babi
menyusui untuk mendapatkan zat besi dari tanah
terhalang. Zat besi merupakan komponen penting untuk
pembentukan haemoglobin, serta mengandung sepertiga
protein dari berat sell darah merah. Haemaglobin pada
sell darah merah mempunyai fungsi yang sangat unik
untuk membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan otot
dari organ tubuh serta membantu metabolisme selular
dan membawa karbon dioksida yang dihasilkan melalui
metabolisme selular kembali ke paru-paru.
Apabila terjadi defisiensi zat besi, maka anak
babi tidak mampu untuk mensintesa haemaglobin yang
cukup. Jadi anak babi anaemia adalah situasi di mana
kapasitas tampung sell darah (yang merupakan
penampungan oksigen), akan menurun dengan cepat,
disebabkan karena kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi terjadi dengan cepat pada
induk babi menyusui yang di kandang induk disebabkan
oleh beberapa hal yaitu:
1. rendahnya kandungan zat besi pada tubuh anak
babi,
2. rendahnya kandungan zat besi pada susu dan
colostrums induk babi,
3. terhalangnya kontak dengan zat besi yang bisa
didapatkan dari tanah, dan
4. pertumbuhan/pertambahan berat badan induk
yang cepat.
Tanda-tanda defisiensi zat besi (Anaemia).
Pertumbuhan/pertambahan berat badan anak babi
lambat,
Anak babi tidak lincah (kelihatan malas),
Kulit/bulu rambut anak babi terlihat jarang dan
kasar,
Warna kulit kelihatan pucat,
Pernapasan anak babi terlihat tidak normal,
Pada tingkat akut maka anak babi yang
pertumbuhan cepat akan mati secara tiba-tiba.
Banyak cara yang digunakan untuk mencegah
terjadinya defisiensi zat besi pada anak babi, untuk
mendapatkan kebutuhan zat besi yang cukup seperti;
Oral (mulut)
Penambahan zat besi yang dilakukan melalui
mulut adalah dengan bermacam-macam cara, yaitu:
a. Kandang induk menyusui dapat ditaburi dengan
tanah,
b. Gosokkan larutan zat besi pada putting induk,
c. Berikan zat besi dalam bentuk tablet, pasta atau
larutan kepada anak babi,
d. Tempatkan cairan, tepung, makanan, pellet atau
kotak persiapan pada tempat krip (creep area).
e. Berikan makanan dengan kandungan zat besi yang
tinggi pada induk babi, dan berikan kesempatan anak
babi untuk mendapatkan makanan induk atau feses
induk.
Tanah (soil)
Cara ini sangat efektif untuk menyediakan zat
besi, tetapi harus dilakukan dengan mengganti tanah
tersebut secara teratur untuk menghindari anak babi
mendapatkan bibit parasit dari tanah. Kekurangan cara
ini adalah membutuhkan banyak tenaga kerja untuk
mengganti tanah dan kesulitan lainnya mendapat tanah
yang kering jika alas kandang lembab.
Menggosok putting dengan larutan zat
besi
Hal ini dilakukan dengan menggosok putting
induk setiap hari dan sangat efektif untuk mencegah
kekurangan zat besi (anaemia). Tetapi untuk peternakan
modern sangat membutuhkan banyak tenaga kerja.
Tablet, pasta atau larutan zat besi
Pemberian dengan cara ini dilakukan seminggu
sekali untuk mencegah defisiensi zat besi (anaemia).
Tetapi di samping membutuhkan tenaga kerja, juga
garansi untuk anak babi mengkonsumsinya sedikit
rendah.
Menaruh zat besi pada “creep”
Banyak preparat zat besi telah dirancang untuk
dicampurkan pada “creep area” untuk kandang induk
menyusui. Ada juga dengan secara tidak langsung
melalui bahan makanan induk babi dengan level zat besi
tinggi. Pada saat bunting, sangat sedikit transfer zat besi
ke fetus atau susu induk dengan cara memberikan
melalui makanan induk.
Tetapi anak babi dapat menkonsumsinya dengan
membiarkan anak babi memakan makanan induk yang
tinggi zat besi atau dengan memberikan peluang anak
babi bermain-main dengan mulut/hidungnya pada feses
induk babi karena zat besi yang terlalu tinggi pada bahan
makanan akan keluar bersama-sama dengan feses. Tetapi
kekurangannya adalah kandang tersebut akan kotor
karena feses induk.
Suntikan zat besi (Parenteral)
Pemberian zat besi tambahan dapat dilakukan
dengan penyuntikan langsung. Agar hal ini efektif, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti:
a. bentuk zat besi yang baik,
b. jumlah zat besi yang cukup,
c. cara penyuntikan yang benar.
Beberapa Penyakit Bakterial
Post Weaning Diarrhoea
Penyakit ini sering terjadi pada anak babi setelah
4-10 hari setelah disapih. Makin muda babi disapih,
makin pendek waktu antara penyapihan dan penyakit
tersebut terjadi.
Tanda-tandanya: anak babi yang akut langsung mati,
tanpa terlihat tanda-tanda klinis. Yang lain cepat terlihat
lesu, kotoran terlihat encer dan terlihat berdarah,
penurunan kondisi sangat cepat. Mata terlihat cekung
dan terlihat lemah. Kematian disebabkan oleh kombinasi
toxaemia dan dehidrasi.
Pencegahan dan penanggulangan: diusahakan pakan
creep untuk anak babi sebelum sapihan, untuk
merangsang produksi enzim dan kekebalan lokan pada
pencernaan. Air disediakan tidak terbatas, dan mudah
dikonsumsi oleh anak babi. Penggunaan vaksinasi E. coli
serta pemberian antibiotic dan chemotherapeutic agents
perlu ditambahkan pada makanan atau air minum 5 hari
sebelum dan 10 hari setelah disapih.
Swine Dysentery
Penyakit ini sering terjadi pada peternakan babi
diseluruh dunia disebabkan oleh organisme yang disebut
Treponema hyodysenteriae. Penaggulangan dan
pencegahannya dapat dilakukan dengan mencampur obat
tersebut dalam makanan. Monensin sodium dan
carbodax juga terbukti berhasil untuk pencegahan.
Tanda-tandanya:
Pertama adalah tidak ada nafsu makan dan gangguan
abdominal, yang diikuti oleh demam dengan suhu tubuh
40o – 41oC serta diarrhoea. Karakteristiknya dengan
kotoran diarrhoea yang banyak lendir serta darah segar.
Ternak lain akan cepat terjangkit karena makan kotoran
ternak sakit. Mortalitas penyakit ini 5 – 40 %, morbiditas
90%. Ternak yang bertahan hidup akan tetap
mengandung organisme penyakit sampai 90 hari lebih.
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan
airminum yang dicampur beberapa macam obat seperti
Lincomycin, Tiamulin, Dimetridazole, dan Ronidazole,
yang telah terbukti sebagai metode yang effektif
digunakan untuk ternak babi yang sudah terjangkit.
Penaggulangan dan pencegahannya dapat dilakukan
dengan mencampur obat tersebut dalam makanan.
Monensin sodium dan carbodax juga terbukti berhasil
untuk pencegahan.
Eradikasi/pembasmian
1) penggantian stok ternak, membersihkan kotoran dan
bangkai, istirahatkan kandang serta desinfektasi yang
dilanjutkan dengan pemasukan ternak yang baru;
2) dengan kombinasi pembersihan dan pengobatan yang