BAB VIItransformator dan induktor
A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)Mahasiswa mengenal komponen
transformator dan induktor
B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)Mahasiswa mampu
mengidentifikasikan, mengetes, dan menggunakan bermacam-macam
komponen transformator dan induktor dalam rangkaian elektronika.7.1
TransformatorTransformator atau trafo adalah suatu alat listrik
yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau
lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektro
magnet. [Zuhal]. Dalam arti yang sederhana, transformator suatu
komponen pasif pengubah arus atau tegangan yang terdiri dari dua
buah lilitan atau lebih, yang dikopelkan secara induktif. Bilamana
suatu tegangan bolak-balik diberikan pada salah satu lilitannya
(biasanya disebut lilitan primer), maka akan muncul suatu tegangan
bolak-balik yang ada kaitannya dengan tegangan bolak-balik pada
lilitan primer. Tegangan ini muncul pada lilitan yang satunya lagi
(biasanya disebut lilitan sekunder). Besarnya tegangan yang muncul
pada lilitan sekunder ini ditentukan oleh banyaknya lilitan pada
bagian primer dan sekunder. Konstruksi dasar sebuah transformator
ditunjukan di Gambar 7.1.
Gambar 7.1 Konstruksi dasar transformator
7.1.2 Fungsi TransformatorTransformator dapat digunakan untuk
keperluan yang bermacam-macam, bergantung pada jenisnya,
diantaranya : transformator daya, transformator isolasi,
transformator input / output.
a. Transformator daya 1 fasa.Transfosmator jenis ini digunakan
sebagai sumber daya AC, baik daya kecil, daya menengah maupun daya
besar. Berdasarkan nilai tegangannya, transformator ini terdiri
dari tiga jenis yaitu : transformator step up, transformator step
down, dan transformator isolation. Salah satu sifat dari ketiga
jenis ini yaitu : tegangan primer dan tegangan sekunder berfasa
sama. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.2, dan contoh
transformator ditunjukan di Gambar 7.3, serta contoh aplikasi
transformator pada rangkaian penyearah ditunjukan di Gambar
7.4.
Gambar 7.2 Prinsip dasar transformator daya 1 fasa
Gambar 7.3 Contoh transformator daya 1 fasa
Gambar 7.4 Contoh rangkaian penyearah dengan transformator 1
fasa
b. Transformator daya 2 fasa.Transformator jenis ini fungsinya
sama seperti tansformator daya 1 fasa. Perbedaannya terletak pada
bagian lilitan sekunder yang memiliki 2 lilitan yaitu sekunder 1
(S1) dan sekunder 2 (S2), dimana salah satu ujung lilitan dari
masing-masing lilitan dihubungkan jadi satu, yang kemudian
dinamakan CT (centre tap). Salah satu sifat dari transformator
jenis ini yaitu : tegangan pada salah satu lilitan sekunder
memiliki fasa yang sama dengan tegangan primer, dan tegangan pada
lilitan sekunder lainnya berbeda fasa 180O atau berbalik fasa. Oleh
karena itu transformator ini dinamakan juga transformator pembalik
fasa. Gambar skemanya ditunjukan seperti pada Gambar 7.5. dan
contoh transformator ditunjukan di Gambar 7.6, serta contoh
aplikasi transformator pada rangkaian penyearah ditunjukan di
Gambar 7.7.
Gambar 7.5 Gambar skema transformator daya 2 fasa
Gambar 7.6. Contoh transformator daya 2 fasa
Gambar 7.7 Contoh rangkaian penyearah dengan transformator dua
fasa
c. Transformator daya 3 fasaTransformator 3 fasa banyak
digunakan untuk penggunaan transfer daya AC yang besar.
Konstruksinya terdiri dari 3 lilitan primer dan 3 lilitan sekunder
seperti ditunjukan di Gambar 7.8. Ketiga lilitan tersebut dapat
dirangkai dalam dua jenis, yaitu rangkaian Wye (Y) dan rangkaian
delta ( ), seperti ditunjukan di Gambar 7.9. Salah satu sifat dari
transformator jenis ini yaitu : tegangan pada sekunder 1, sekunder
2, dan sekunder 3, masing-masing berbeda fasa 120O seperti
ditunjukan di Gambar 7.10, dan contoh transformatornya di tunjukan
di Gambar 7.11.
Gambar 7.8 Konstruksi dasar transformator 3 fasa.
a). Rangkaian delta () b). Rangkaian Wye
Gambar 7.9 Gambar skema lilitan delta dan Wye
Gambar 7.10 Bentuk gelombang lilitan sekunder pada transformator
3 fasa.
Gambar 7.11 Contoh transformator 3 fasa.
d. AutotransformatorAutotransformer terdiri atas satu kumparan
kontinyu dengan suatu koneksi tap sebagai terminal 2 diantara ujung
terminal 1 dan 3 seperti ditunjukan pada Gambar 7.12.
Gambar 7.12 Contoh gambar skema autotransformator.Transformator
jenis ini digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder yang dapat
diubah-ubah. Caranya dengan mengatur posisi tap (terminal 2)
sehingga berada antara terminal 1 dengan terminal 3. e.
Transformator isolasiTransformator jenis ini memiliki tegangan pada
sekunder yang besarnya sama dengan tegangan pada lilitan primer.
Hal ini karena perbandingan antara lilitan primer jumlahnya sama
dengan lilitan sekunder, atau Np : Ns = 1 : 1. Transformator jenis
ini digunakan untuk mengisolasi beban dari tegangan jala-jala AC
dan mengurangi tegangan kejut pada beban. Gambar skemanya
ditunjukan di Gambar 7.13
Gambar 7.13 Skema transformator isolasi
f. Transformator input (IT) dan Transformator output
(OT)Transformator IT dan OT adalah suatu transformator yang bekerja
dengan frekuensi audio (50 60 Hz) atau frekuensi radio ( > 30
kHz). Fungsi transformator ini yaitu : kopling, penyesuai
impedansi, pembangkit gelombang push-pull, dan lain-lain. Parameter
di bagian input maupun output bukanlah tegangan melainkan
impedansi. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.14, dan contoh
penggunaan transformator ini ditunjukan di Gambar 7.15. Sedangkan
contoh transformatornya ditunjukan di Gambar 7.16.
Gambar 7.14 Gambar skema transformator IT / OT
Gambar 7.15 Contoh aplikasi transformator IT dan OT. [Wahyu
Eko]
Gambar 7.16 Contoh transformator IT /OT
7.1.3 Karakteristik Transformator
7.1.3.1 Hubungan DasarSeandainya kerugian-kerugian yang timbul
akibat kawat tembaga dan inti besi diabaikan (trafo ideal), maka
parameter-parameter pada sebuah transformator dapat ditunjukan di
Gambar 7.17 dan persamaan (7.1).
Gambar 7.17 Gambar skema hubungan dasar transformator
(7.1) Dari persamaan (7.1) dapat dikatakan bahwa besarnya
tegangan berbanding lurus dengan banyaknya lilitan dan berbanding
terbalik dengan besarnya arus lilitan. Besarnya perbandingan Np :
Ns dinyatakan sebagai ratio lilitan, Vp : Vs sebagai rasio
tegangan, dan Is : Ip sebagai rasio arus.
Keterangan : V1 = VP = tegangan yang diberikan pada lilitan
primer, V2 = VS = tegangan yang dihasilkan pada lilitan sekunder,
N1 = NP = jumlah lilitan primer, N2 = NS = jumlah lilitan sekunder,
IP = arus yang mengalir pada lilitan primer, IS = arus yang
mengalir pada lilitan sekunder.Besarnya daya pada bagian primer
sama dengan daya pada bagian sekunder seperti ditulis pada
persamaan (7.2).
(7.2)
Karena daya primer = Pp = Vp x Ip , dan daya sekunder = Ps = Vs
x Is, maka persamaan (7.2) dapat di nyatakan denga persamaan (7.3).
(7.3)
Bila bagian primer memiliki impedansi sebesar Zp , maka besarnya
Ip dapat ditentukan dengan persamaan (7.4).
(7.4) Dan bila pada bagian sekunder memiliki impedansi sebesar
Zs, maka besarnya Is dapat ditentukan dengan persamaan (7.5)
(7.5)Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan (7.4) dan persamaan
(7.5) ke persamaan (7.3) maka diperoleh : (7.6)
7.1.3.2 PolaritasPolaritas tegangan dari sebuah transformator
ditunjukan oleh bintik hitam yang digambarkan pada setiap lilitan.
Artinya setiap lilitan yang yang bertanda titik hitam memiliki
polaritas yang sama sedangkan lilitan yang tidak bertanda artinya
berpolaritas tidak sama, seperti ditunjukan di Gambar 7.18.
Gambar 7.18 Penunjukan polaritas transformator
Pada Gambar 7.18, tegangan pada lilitan Np berpolaritas sama
(sefasa) dengan tegangan pada lilitan NA . Sedangkan polaritas NB
berbeda fasa sebesar 180O terhadap NA atau Np. Sedangkan tanda +
dan tanda menunjukan polaritas sesaat, yaitu pada saat Vp , VA dan
VB mencapai ayunan positif maksimum yang sama. Bintik bulat juga
menunjukan bahwa arus yang mengalir pada terminal primer dan keluar
dari terminal sekunder VA mempunyai polaritas yang sama.
7.1.3.3 Regulasi TeganganRegulasi tegangan adalah perbandingan
perbedaan tegangan sekunder antara saat tanpa beban dan saat
berbeban penuh, terhadap tegangan saat berbeban penuh. Besarnya
regulasi tegangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(7.7). Suatu transformator dikatakan baik apabila regulasi
tegangannya sangat kecil idealnya = 0.
Regulasi tegangan = (7.7)
Dimana : VNL = tegangan sekunder saat tanpa beban, VFL =
tegangan sekunder saat berbeban penuh.
7.1.3.4 Tegangan NominalTegangan nominal primer yaitu : tegangan
input yang diberikan atau disyaratkan pada lilitan primer agar
diperoleh tegangan sekunder yang nilainya sama dengan nilai yang
tertulis pada sisi sekunder. Contohnya : 220 V AC. Tegangan nominal
sekunder yaitu : tegangan yang dihasikan pada terminal sekunder
jika lilitan primer diberi tegangan seperti tertulis pada sisi
primer. Contohnya : 3V, 4,5 V, 6 V, 7,5 V, 9 V, 12 V, 15 V, seperti
yang ditunjukan di bagian sekunder transformator Gambar 7.3. Dari
penulisan tersebut dapat diartikan bahwa jika lilitan primer di
hubungkan dengan tegangan 220 V, maka pada lilitan sekunder akan
dihasilkan tegangan pada tiap-tiap terminal sekunder sebesar
tegangan-tegangan tersebut. Suatu transformator dikatakan baik jika
tegngan output pada sisi sekunder sama dengan tegangan nominal
sekunder.
7.1.3.5 Arus NominalArus nominal yaitu arus maksimum yang dapat
dialirkan dari lilitan sekunder ke beban dalam kondisi aman
sehingga tidak menimbulkan perubahan karakteristik. Perubahan
karakteristik yang dimaksud yaitu menurunnya tagangan output pada
beban dan timbulnya panas yang berlebih pada transformator.
Besarnya arus nominal selalu ditulis pada bagian luar lilitan
sekunder misalnya 1 A seperti tertulis pada contoh transformator
Gambar 7.3. Jika setiap terminal sekunder dihubungkan dengan beban
RL yang berbeda-beda, maka nilai 1 A adalah arus total dari
transformator tersebut.Pada umumnya, transformator yang dijual di
pasar komponen elektronik terdiri dari 2 jenis yaitu : a.
transformator dengan arus 100 % (trafo murni) arus maksimun
sekunder = arus nominal.b. transformator dengan arus kurang dari
100 % arus maksimum sekunder < arus nominal.
7.1.3.6 Faktor DayaFaktor daya adalah suatu perbandingan antara
daya input terhadap volt-ampernya, dan dinyatakan dengan persamaan
(7.8).
Faktor daya = (7.8)
7.1.3.7 EfisiensiDalam suatu transformator yang ideal, daya yang
disalurkan ke beban akan sama besar dengan daya yang dikeluarkan
dari inputnya (primer). Asumsi ini dapat dilihat dari persamaan
(7.2) sehingga diperoleh persamaan (7.9).
Vp x Ip = Vs x Is (7.9)
Dalam kenyataannya, kondisi ideal tidak dapat dicapai. Hal ini
disebabkan adanya rugi-rugi yang timbul pada transformator. Dua
jenis kerugian utama dalam transformator adalah rugi tembaga dan
rugi inti. Rugi tembaga adalah rugi yang diakibatkan oleh adanya
resistansi pada lilitan. Kerugian ini akan semakin besar jika arus
yang mengalirnya semakin besar. Rugi inti adalah kerugian yang
diakibatkan oleh adanya energi yang dibutuhkan untuk memagnetisasi
dan demagnetisasi inti besi, serta adanya arus Eddy. Kerugian ini
disebut juga kerugian hysterisis. Besarnya bergantung kepada bahan
inti dan besarnya frekuensi yang ada dalam tegangan AC nya.
Efisiensi adalah perbandingan antara daya output dari suatu
transformator terhadap daya inputnya, dan dinyatakan dengan
persamaan (7.10).Efisiensi = = (7.10)Suatu transformator dikatakan
baik jika efisiensinya 1 atau 100%.
7.1.4 Inti transformatorSelain lilitan kawat tembaga, komponen
utama dari sebuah transformator adalah inti. Bentuk, ukuran, dan
bahannya bermacam-macam bergantung kepada jenis dan fungsi
transformator. Bahan inti diantaranya : inti besi (serbuk besi
dicetak), inti udara, inti ferite, inti terlaminasi. Bentuk inti
diantaranya : potongan tape-wound, inti C, potongan tape-wound,
inti E, tape wound, cup core, laminasi F-I, laminasi F, laminasi
U-I laminasi L, toroid. Transformator daya, audio, dan pulsa,
biasanya dibuat dengan inti berupa lembaran laminasi tipis.
Laminasi-laminasi tersebut harus diisolir satu sama lain untuk
mencegah arus Eddy yang akan menimbulkan kerugian. Ketebalan dari
lembaran inti ini merupakan fungsi dari frekuensi kerja dari
transformator yang bersangkutan. Sedangkan inti ferrite dibuat dari
serbuk besi yang dicampur dengan resisn atau oksida dalam suatu
struktur keramik. Bentuknya biasanya berbentuk toroid atau
lingkaran padat. Inti ini digunakan dalam rangkaian yang
berfrekuensi tinggi.
7.2 InduktorInduktor atau coil adalah komponen elektronika pasif
yang terbuat dari lilitan kawat tembaga (kumparan), yang dapat
menyimpan muatan listrik dalam bentuk medan magnet apabila dialiri
arus listrik. Didesain sedemikian rupa sehingga impedansinya pada
frekuensi yang ditentukan atau diatas frekuensi rangenya dapat
bersifat reaktif induktif (XL). Induktor dapat dianggap sebagai
transformator sebab teori yang sama digunakan dalam merancang
komponen ini, dan metoda serta bahannya sama.
7.2.1 Pemakaian InduktorDalam bidang elektronik, induktor
mempunyai berbagai macam pemakaian. Adapun fungsi induktor adalah
sebagai berikut :a. filter frekuensi,b. pembatas arus,c. penala
frekuensi (tuning),d. differensiator dan integrator,e. pembangkit
pulsa,f. perata arus atau perata tegangan (pada dc power supply),g.
pelipat ganda tegangan,h. menahan arus bolak-balik (AC),i.
melalukan/meloloskan arus searah (DC),j. menyimpan muatan arus
dalam bentuk medan magnet,k. relay,l. speaker,m. dan
lain-lain.Berdasarkan frekuensinya, induktor dipakai pada:1.
frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator,2. frekuensi
menengah pada spul MF,3. frekuensi rendah pada trafo input, trafo
output, spul speaker, trafo tenaga, spul relay dan spul
penyaring7.2.2 Karakteristik Induktor1. Induktansi Diri (Self
Inductance)Suatu induktor mempunyai besar induktansi tertentu.
Suatu arus yang berubah-ubah didalam suatu induktor akan
menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah dan akan menghasilkan
emf (electromotive force = ggl) dengan arah yang berlawanan pada
induktor yang sama (hukum Lenz). Gejala ini disebut induktansi diri
(self inductance). Atau dapat dikatakan Self-inductance atau
inductance adalah kemampuan suatu konduktor untuk menginduksikan
tegangan bila terdapat perubahan arus. Kemampuan induktor untuk
menyimpan energi magnetik dinyatakan sebagai induktansi dalam
satuan Henry. Induktansi diri dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 7.11, dan rangkaiannya ditunjukan di Gambar 7.19.
(7.11)
Gambar 7.19 Rangkaian untuk menentukan induktansi L
Sebuah induktor dikatakan mempunyai induktansi sebesar satu
Henry (L=1 H) bila arus yang mengalir dalam induktor tersebut
berubah dengan laju 1 A/dt dan menghasilkan tegangan balik sebesar
1 volt. Atau dapat dikatakan : induktansi sebesar 1 Henry adalah
jumlah induktansi yang mengakibatkan induksi satu volt bila
terdapat perubahan arus satu ampere per detik. Besarnya induktansi
bergantung banyaknya lilitan, jenis dan bahan inti, luas penampang
lilitan, dan panjang inti, seperti ditulis pada persamaan (7.12)
dan konstruksinya ditunjukan di Gambar 7.20.
(7.12)Dimana : L : induktansi induktor [henry], A : luas
penampang lingkaran gulungan [m2], r : permeabilitas relatif bahan
inti, 1,26 x 106 : permeabilitas absolut, N : jumlah lilitan, L :
panjang inti.
Gambar 7.20 Kostruksi dasar sebuah induktor
2. Induktansi Bersama (Mutual Inductance)Untuk kondisi dimana
induktor trdiri dari dua buah seperti yang ditunjukan di Gambar
7.21 maka akan diperoleh induktansi bersama, LM (mutual
induktansi).
Gambar 7.21 Mutual induktansi
Jika arus pada suatu induktor berubah, perubahan flux akan
mempengaruhi induktor di dekatnya, sehingga terdapat tegangan
induksi pada kedua induktor. Kumparan L1 terhubung ke generator
yang menghasilkan perubahan arus pada lilitan. Kumparan L2 tidak
terhubungan ke L1 namun lilitannya terhubung oleh medan magnet.
Dengan demikian, adanya perubahan arus pada L1 mengakibatkan
tegangan induksi pada L1 dan L2. Jika seluruh flux dari arus pada
L1 terhubung ke seluruh lilitan L2, maka setiap lilitan pada L2
akan mendapat tegangan induksi yang sama spt pada lilitan L1.
Selanjutanya tegangan induksi VL2 akan mengahsilkan arus pada
resistansi beban yang terhubung pada L2. Jika tegangan induksi
menghasilkan arus di L2, perubahan medan magnetnya akan menginduksi
tegangan di L1. Dengan demikian kumparan L1 dan L2 memiliki
induktansi mutual karena perubahan arus pada salah satu kumparan
akan menginduksi tegangan pada kumparan yang lain. Satuan
induktansi mutual (LM) adalah Henry. Dua kumparan memiliki LM 1 H
bila perubahan arus 1 A/s pada salah satu kumparan menginduksikan
tegangan 1 V pada kumparan yang lain.
Besarnya mutual induktansi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan 7.13. Dari persamaan 7.13 maka induktansi mutual, LM akan
bertambah jika induktansi primer dan induktansi sekunder dan
kerapatan kopling bertambah, dimana L1 dan L2 adalah induktansi
sendiri dari masing-masing kumparan.
[H] (7.13)
3. Kerugian Seperti halnya pada transformator, kerugian dalam
induktor terdiri dari dua jenis yaitu :1. kerugian dalam lilitan
yang besarnya bergantung pada besarnya resistansi dari kawat
tembaga dan besarnya arus yang mengalirnya.2. kerugian dalam inti
yang besarnya bergantung pada bahan inti dan frekuensi
kerjanya.
3. Faktor Kualitas ( Q factor)Kerugian induktor dapat ditunjukan
dengan sebuah resistor yang dipasang seri dengan induktor dan
diagram vectornya di ditunjukan di Gambar 7.20. Faktor kualitas
atau Q dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.12). Faktor
kualitas sangat penting dalam rangkaian penala dan filter, sebab
faktor Q ini akan menentukan lebar pita frekuensi (band width).
(7.12)
Gambar 7.20 Rangkaian ekivalen dan diagram vector dari suatu
induktor.7.2.3 Konfigurasi InduktorSeperti halnya resistor dan
kapasitor, maka induktorpu dapat dirangkai dalam konfigurasi seri
dan paralel. Sifat dari rangkaian induktor seri yaitu memperbesar L
total sedangkain jika paralel akan memperkecil L total. Sifat ini
berbeda sekali dengan sifat rangkaian kapasitor yang berlaku
kebalikannya.
1. Rangkaian Induktor Seri Tanpa Kopling MutualRangkaian
induktor seri tanpa kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.21. Arus
dalam induktor seri adalah sama, tetapi tegangan yang membentangi
setiap induktor bisa berbeda. Penjumlahan dari beda potensial dari
beberapa induktor seri sama dengan tegangan total. Untuk menentukan
induktansi total digunakan persamaan (7.13)
(7.13)
Gambar 7.21 Rangkaian induktor seri tanpa kopling mutual
2. Rangkaian Induktor Seri Dengan Kopling MutualRangkaian
induktor seri dengan kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.22.
Gambar 7.22 Rangkaian induktor seri dengan kopling mutual
Besarnya induktansi total dari rangkaian Gambar 7.22 bergantung
kepada besarnya L1, L2, dan LM. Gambar 7.22.a adalah rangkaian seri
aiding, dan rangkaian Gambar 7.22.b rangkaian seri opposing. Pada
seri aiding arus bersama menghasilkan medan magnet yang searah
untuk kedua kumparan dan besarnya LT dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (7.13). Sedangkan pada seri opposing koneksi
menghasilkan medan magnet yang berlawanan, dan besarnya LT dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (7.14). Serta LM ditentukan
dengan persamaan (7.15).
(7.13)
(7.14)
(7.15)
Dimana : LTa adalah total induktansi pada pada koneksi
series-aiding, LTo adalah total induktansi pada koneksi
series-opposing.
3. Rangkaian Induktor ParalelRangkaian induktor paralel
ditunjukan seperti Gambar 7.23. Pada rangkaian ini berlakuketentuan
bahwa tegangan pada setiap induktor sama besar, sedangkan arus pada
setiap induktor bisa berbeda bergantung kepada besarnya induktor.
Besarnya induktansi total dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (7.16).
(7.16)
Gambar 7.23 Rngkaian induktor paralel
7.2.4 Spesifikasi UtamaSpesifikasi utama dari sebuah induktor
yaitu : nilai induktansi dengan satuan henry, dan arus maksimum
dengan satuan ampere. Salah satu penulisan spesifikasi induktor
yaitu : L = 1 mH / 0,5 A. Arti dari penulisan ini yaitu induktor
tersebut memiliki induktansi sendiri nominal sebesar 1 mH, dan
dapat dialiri arus maksimum sebesar 0,5 A.
7.2.5 Penulisan InduktansiPenulisan nilai induktansi sebuah
induktor dapat dilakukan secara langsung pada atau menggunakan kode
warna. Pada penulisan langsung, nilai induktansi ditulis secara
jelas pada fisik atau bodi induktor. Sedangkan penulisan dengan
kode warna, nilai induktansi dilakukan dengan cara membaca cincin
warna seperti pada kode warna resistor. Cara membaca kode warna
ditunjukan di Gambar 7.24 dengan satuan H dan daftar kode warna
ditunjukan di tabel 7.1.
Gambar 7.24 Cara membaca kode warna induktor
Tabel 7.1 Tabel warna induktorWarna Cincin I(angka
berarti)Cincin II(angka berarti)Cincin III (pengali)Cincin IV
(toleransi)
Hitam00x 100 20 %
Coklat11x 101 1 %
Merah22x 102 2 %
Oranye / jingga33x 103 3 %
Kuning44x 104 4 %
Hijau55-
Biru66-
Ungu 77--
Abu-abu88--
Putih99--
Emas--x 101 5 %
Perak--x 102 10 %
Contoh :Cincin I : merah, I II III IV
Cincin II : ungu,
Cincin III : coklat, R = 2 7 x 102 5 % = 2.700 H 5 %
Cincin IV : emas.
Cincin I : biru, I II III IV
Cincin II : abu-abu,
Cincin III : emas, R = 6 8 x 0,1 5 % = 6,8 H 5 %
Cincin IV : emas.
7.2.6 Contoh Beberapa Macam Kemasan InduktorKemasan induktor
dibuat dalam bentuk yang beragam, baik ukuran fisik maupun
bentuknya. Beberapa kemasan induktor ditunjukan di Gambar 7.25
Gambar 7.25 Contoh kemasan induktor
7.3. Latihan
1. Suatu transformator daya satu fasa dihubungkan dengan
tegangan jala-jala 220 V, Jika spesifikasi : lilitan primer = 1200,
lilitan sekunder = 600, Hitunglah : a. Tegangan pada lilitan
ssekunder,b. Tegangan pada lilitan sekunder jika lilitan sekunder
ditambah 80 lilitan.c. Gambarkan rangkaiannya.
2. Suatu transformator 2 fasa dihubungkan dengan tegangan
jala-jala 110 V, menghasilkan tegangan pada lilitan sekunder 1 =
250 V, dan tegangan pada lilitan sekunder 2 = 6,3 V, dan jumlah
lilitan primer = 800.a. Gambarkan rangkaian transformatornya !b.
Hitung jumlah lilitan sekunder 1 dan skunder 2 !
3. Suatu trnsformator 1 fasa dihubungkan dengan tegangan
jala-jala 110 V dan dipasangi beban R. Jika arus mengalir pada
lilitan primer sebesar 0,3 A, dan arus pada sekunder sebesar 1 A,
dan tegangan pada beban sebesar 24 V, hitunglah efisiensi daya
transformator tersebut dan gambarkan rangkaiannya.
4. Suatu transformator daya 2 fasa dihubungkan dengan jala-jala
200 V dan mengalir arus sebesar 0,2 A. Pada lilitan sekunder 1
dipasang sebuah beban RL1 dan pada lilitan sekunder 2 dipasang
beban RL2. Jika pada beban RL1 terdapat tegangan sebesar 24 V dan
mengalir arus sebesar 1 A, serta pada RL2 terdapat tegangan sebesar
9 V dan mengalir arus sebesar 1,5 A, Hitunglah efisiensi
transformator tersebut dan gambarkan rangkaiannya.
5. Sebuah transformator 1 fasa dihubugkan dengan tegangan
jala-jala 220 V dan dipasangi sebuah beban R. Jika pada pada beban
terdapat tegangan 12 V dan mengalir arus sebesar 3 A, dan = 0,8,
hitunglah arus yang mengalir pada lilitan primer dan gambarkan
rangkaiannya.
6. Sebuah R = 0,2 ohm dihubungkan secara seri dengan L = 500 mH.
Hitunglah Q untuk frekuensi :
a. 50,b. 1 k Hz,c. 10 k Hz,d. 100 k Hz,e. 1 M Hz.
Catatan : Pengerjaan soal harus menggunakan komputer dan dicetak
pada kertas HVS/A4/70 gram.Komponen Elektronika I 1