Top Banner
BAB VI SISTEM BILANGAN DAN KODE YANG MEWAKILI DATA A. PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Bab ini mengemukakan tentang sistem bilangan yang terdiri dari sistem bilangan biner, sistem bilangan octal, sistem bilangan hexadesimal dan sistem bilangan desimal serta konversi antara sistem bilangan. Disamping itu juga membahas tentang kode yang mewakili data berupa BCD, SBCDIC, EBCDIC, dan ASCII 7-bit. Relevansi Pembahasan bab ini penting dipahami karena sistem bilangan merupakan dasar yang sangat membantu dalam melakukan perhitungan-perhitungan, maupun menjalankan logika-logika dalam suatu operasi didalam sistem komputer. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan sistem bilangan dan kode yang mewakili data. B. PENYAJIAN 1. Sistem Bilangan 59
32

BAB VI

Jul 24, 2015

Download

Documents

Yuli Wahyuni
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB VI

BAB VI

SISTEM BILANGAN DAN

KODE YANG MEWAKILI DATA

A. PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat

Bab ini mengemukakan tentang sistem bilangan yang

terdiri dari sistem bilangan biner, sistem bilangan octal, sistem

bilangan hexadesimal dan sistem bilangan desimal serta

konversi antara sistem bilangan. Disamping itu juga membahas

tentang kode yang mewakili data berupa BCD, SBCDIC, EBCDIC,

dan ASCII 7-bit.

Relevansi

Pembahasan bab ini penting dipahami karena sistem

bilangan merupakan dasar yang sangat membantu dalam

melakukan perhitungan-perhitungan, maupun menjalankan

logika-logika dalam suatu operasi didalam sistem komputer.

Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan sistem bilangan

dan kode yang mewakili data.

B. PENYAJIAN

1. Sistem Bilangan

Sistem bilangan adalah suatu cara untuk mewakili besaran

dari suatu item phisik. Sistem bilangan menggunakan suatu

sistem bilangan dasar atau basis (base atau disebut dengan

radix) yang tertentu. Basis yang dipergunakan masing-masing

sistem bilangan tergantung dari jumlah nilai bilangan yang

59

Page 2: BAB VI

dipergunakan. Sistem Bilangan yang digunakan dikomputer

(Hartono, 1999) meliputi:

1. Sistem bilangan biner dengan basis 2, menggunakan 2

macam simbol yaitu 0 dan 1. kalau dalam computer adalah

on dan of atau true dan false (benar dan salah).

2. Sistem bilangan octal dengan basis 8, menggunkan macam

simbul 0,1,2,3,4,5,6, dan 7.

3. Sistem bilangan hexadecimal dengan basis 16,

menggunakan macam simbul 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E

dan F.

4. Sistem bilangan decimal dengan basis 10, menggunakan

macam simbul bilangan 0,1,2,3,4,5,6,4,7,8 dan 9.

Sistem bilangan mempunyai basis atau dasar bilangan tertentu,

absolute digit, dan I positional value atau nilai posisi. Bilangan-

bilangan tersebut trdiri dari:

Nama Base Absolute Digit

Binary 2 01Ternary 3 012Quartenary 4 0123Quinary 5 01234Senary 6 012345Septenary 7 0123456Octanary (actal) 8 01234567Nonary 9 012345678Denary (decimal) 10 0123456789Undery 11 0123456789ADuodenary 12 0123456789ABTredenary 13 0123456789ABCQuartuordenary 14 0123456789ABCDQuidenary 15 0123456789ABCDEHexadenary (hexadecimal)

16 0123456789ABCDEF

Dari bilangan tersebut hanya akan dibahas 4 sistem bilangan,

yaitu:

60

Page 3: BAB VI

a. Sistem Bilangan Binary

Bilangan binery hanya mengenal angka 0 dan 1,

sehingga bilangan biner mempunyai base 2. Dengan

demikian kenaikan nilai pada bilangan binary merupakan

angka 2 pangkat n(2ⁿ), untuk lebih jelasnya lihat Contoh:

27 26 25 24 23 22 21 20

128 64 32 16 8 4 2 1

Contoh:

Bilangan bulat:

11100010 mempunyai nilai decimal: 226

27 26 25 24 23 22 21 20

128 64 32 16 8 4 2 1

1 1 1 0 0 0 1 0

128 + 64 + 32 + 0 + 0 + 0 + 2 + 0 =

226

Bilangan pecahan:

1110.010 mempunyai bilangan decimal: 14¼

27 26 25 24 23 22 21 20 . 2-4

2-2

128 64 32 16 8 4 2 1 .

½ ¼

1 1 1 0 . 0

1

8 + 4 + 2 0 . 0 +

¼ = 14¼

Penjumlahan:

Pada bilangan binary bila angka yang dijumlahkan lebih

dari 1. Akan dipindahkan carry angka 1 ke angka sebelah kiri.

Untuk lebih jelasnya lihat rumus di bawah ini:

61

Page 4: BAB VI

1. 0 + 0 = 0

2. 1 + 0 = 1

3. 0 + 1 = 1

4. 1 + 1 = 0 dan carry adalah 1

Contoh:

111 1 carry

00001101

10011101 +

10101010 hasil penjumlahan

Pengurangan:

Pada bilangan binary bila angka yang akan di kurangi

masih belum dapat mencukupi nilainya, maka akan dipindahkan

(carry) angka 1di sebelah kiri.

Untuk lebih jelasnya lihat rumus dibawah ini:

1. 0 – 0 = 0

2. 1 – 0 = 1

3. 0 – 1 = 1 dan carry yang diambil di sebelah kiri.

4. 1 – 1 = 0

Contoh:

11 1 carry

10110110

11101 +

10011001 hasil penjumlahan

Perkalian

Perkalian bilangan binary dapat dilakukan dengan cara

yang sama dengan perkalian bilangan decimal.

Untuk lebih jelasnya lihat rumus dibawah ini:

0 x 0 = 0

0 x 1 = 0

1 x 0 = 0

62

Page 5: BAB VI

1 x 1 = 1

63

Page 6: BAB VI

Contoh:

1110

1100 x

0000

0000

1110

1110 +

10101000

Pembagian

Pembagian bilangan binary dapat dilakukan dengan cara

yang sama dengan pembagian bilangan decimal. Pembagian

dengan digit biner 0 tidak mempunyai arti.

Untuk lebih jelasnya lihat rumus dibawah ini:

0 : 1 = 0

1 : 1 = 1

Contoh:

101 1111101 11001 101 101 101

0101 101 0

b. Sistem Bilangan Octal

Bilagan octal mempunyai base 8, yaitu terdiri dari angka 0,

1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Dengan demikian setiaqp kenaikan nilai

pada bilangan octal merupakan angka 8 pangkat n (8ⁿ), untuk

lebih jelasnya, lihat kenaikan angka pada bilangan actal dibawah

ini:

83 82 81 80

Contoh:

64

Page 7: BAB VI

Bilangan octal: 1213 mempunyai nilai decimal : 651

1 x 83 + 2 x 82 + 1 x 81 + 3 x 80 = 1 x 512 + 2 x 64

+ 1 x 8 + 3 x 1 = 512 + 128 + 8 + 3 = 651

Atau ditulis dengan notasi:

1213 8 = 65110

Penjumlahan

Penjumlahan bilangan octal dapat dilakukan dengan cara

yang sama dengan penjumlahan bilangan decimal.

Untuk lebih jelasnya lihat dapat lihat contoh dibawah ini:

25 127 + 154 Langkah penyelesaianya adalah:

510 + 710 = 1210 =148

210 + 210 + 110 = 510 = 58

110 = 110 = 18

Pertambahan octal dapat juga dilakukan dengan bantuan

table dibawah ini:

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 10

2 4 5 6 7 10 11

3 6 7 10 11 12

4 10 11 12 13

5 12 13 14

6 14 15

7 16

Tabel pertambahan digit octal.

Dengan menggunakan tabel maka pertambahan menjadi:

Contoh :

25

65

Page 8: BAB VI

127 +

14

4

1 +

154

Pengurangan

Pengurangan bilangan octal dapat dilakukan dengan

menggunakan table pertambahan digit octal

Contoh :

154

127 -

25

Perkalian

Perkalian octal dapat dilakukan dengan menggunakan

table:

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 2 3 4 5 6 7

2 4 6 10 12 14 16

3 11 14 17 22 25

4 20 24 30 34

5 31 36 43

6 44 52

7 61

Tabel perkalian digit octal

Contoh:

16 14 + 70

16 + 250

66

Page 9: BAB VI

Pembagian

Pembagian octal dapat dilakukan dengan cara seperti

pembagian decimal:

Contoh:

14 250 16 14 - 110 110 -

0

c. Sistem Bilangan Hexadesimal

Bilangan hexadesimal mempunyai base, yaitu terdiri dari

angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 ditambah huruf A, B, C, D, E,

dan F sebagai realisasi angka 10 sampai 15. Dengan demikian

setiaqp kenaikan nilai pada bilangan hexadesimal merupakan

angka 16 pangkat n (16ⁿ), untuk lebih jelasnya, lihat kenaikan

angka pada bilangan actal dibawah ini:

164 163 162 161 160

Contoh:

Bilangan hexadesimal: 7AB1 mempunyai nilai decimal :

31409

164 163 162 161 160

65536 4096 256 16 1

X X X X

7 10 11 1

28672 + 2560 + 176 + 1 = 31409

67

Page 10: BAB VI

Penjumlahan

Penjumlahan hexadecimal dapat juga dilakukan dengan

bantuan tabel sebagai berikut :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F

0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F

1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F 10

2 4 5 6 7 8 9 A B C D E F 10 11

3 6 7 8 9 A B C D E F 10 11 12

4 8 9 A B C D E F 1

0

11 12 13

5 A B C D E F 10 1

1

12 13 14

6 C D E F 1

0

11 1

2

13 14 15

7 E F 10 1

1

12 1

3

14 15 16

8 1

0

11 1

2

13 1

4

15 16 17

9 12 1

3

14 1

5

16 17 18

A 1

4

15 1

6

17 18 19

B 16 1

7

18 19 1

A

C 1

8

19 1A 1

B

D 1

A

1B 1

C

E 1C 1

68

Page 11: BAB VI

D

F 1E

Tabel Penjumlahan Digit Hexadesimal

Dengan menggunakan table maka pertambahan menjadi:

Contoh: CBA 627 + 11

D 12 + 12E1

Pengurangan

Pengurangan bilangan hexadesimal dapat dilakukan

dengan menggunakan table pertambahan hexadecimal.

Contoh:

BAD4 3 1 -FDE

Perkalian

Perkalian hexadesimal dapat dilakukan dengan

menggunakan bantuan tabel berikut :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F

2 4 6 8 A C E 1

0

12 14 16 1

8

1

A

1C 1E

3 9 C F 1

2

15 1

8

1B 1E 21 2

4

27 2A 2

D

4 1

0

1

4

1

8

1

C

2

0

24 28 2C 3

0

34 38 3

C

5 1

9

1

E

23 2

8

2

D

32 37 3

C

41 46 4

B

69

Page 12: BAB VI

6 2

4

2

A

3

0

36 3

C

42 4

8

4E 54 5

A

7 31 3

8

3F 46 4

D

5

4

5

B

62 69

8 4

0

48 50 58 6

0

68 70 78

9 51 5

A

63 6

C

75 7E 87

A 64 6E 7

8

82 8C 96

B 79 8

4

8F 9A A

5

C 9

0

9

C

A8 B

4

D A

9

B6 C

3

E C4 D

2

F E1

Tabel Perkalian Digit Hexadesimal

Contoh:

A C 1 B + 8 4

6 E C A + 1224

Pembagian

Pembagian hexadesimal dapat dilakukan dengan cara

seperti pembagian decimal:

Contoh:

1B 1224 AC

70

Page 13: BAB VI

10E - 144 144 -

0

d. Sistem Bilangan Desimal

Bilagan desimal mempunyai base 10, yaitu terdiri dari

angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 Dengan demikian setiap

kenaikan nilai pada bilangan desimal merupakan angka 10

pangkat n (10ⁿ), untuk lebih jelasnya, lihat kenaikan angka pada

bilangan actal dibawah ini:

104 103 102 101 100

Bilamgan decimal inilah yang kita kenal dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan

seterusnya.

Contoh:

13867, terdiri dari 10000 + 3000 + 800 + 60 + 7

Bilangan-bilangan diatas dapat dikonversikan ke bilangan

lain, seperti:

Konversi dari bilangan biner ke dalam bilangan octal, decimal

dan hexadecimal dan begitu pula sebaliknya dari octal, decimal,

dan hexadecimal ke bilangan biner.

Konversi biner ke octal

Caranya: angka pada bilangan biner dibagi menjadi 3 yang

dihitung dari belakang.

Contoh:

011100101 akan dikonversi ke bilangan octal

Bilangan biner: 0 1 1 1 0 0 1 0 1

Position value: 02 + 21 + 20 22 + 01 + 00 22 + 01 + 00

0 + 2 + 1 4 + 0 + 0 4 + 0 + 0

3 4 5

Jadi angka 011100101(biner) = 345 (octal)

71

Page 14: BAB VI

Konversi Biner Ke Desimal

Caranya: angka dalam bilangan biner tersebut dikalikan dengan

positin value. Setelah dikalikan, jumlahkan semua angka

tersebut.

Contoh:

11100101 bilangan biner akan dikonversi ke bilangan desimal

Bilangan biner: 1 1 1 0 0 1 0 1

X X X X X X X X

Poin value: 27 26 25 24 23 22 21 20

128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 6 + 2 +1 = 225

Jadi angka 11100101 (biner) = 225 (decimal)

Konversi Biner Ke Hexadesimal

Caranya: angka dalam bilangan biner tersebut dibagi menjadi 4

yang dihitung dari belakang dan bila angka tersebut tidak dapat

dibagi 4, sisanya ditambah dengan 0.

Contoh:

11100101 bilangan biner akan dikonversi ke bilangan

hexadesimal

72

Page 15: BAB VI

Bilangan biner: 1 1 1 0 0 1 0 1

Position value: 23 + 22 + 21 + 00 03 + 22 + 01 + 20

8 + 4 + 2 + 0 0 + 4 + 0 + 1

14 5

Jadi angka 011100101(biner) = E5 (hexadesimal)

Konversi Oktal ke Biner

Caranya: setiap angka dalam bilangan octal diwakili oleh 3 angka

pada bilangan biner.

Contoh:

11100101 bilangan biner akan dikonversi ke bilangan

hexadesimal

Bilangan octal: 3 4 5

011 100 101

Jadi angka 345(oktal) = 011100101 (biner)

Konversi Desimal ke Biner

Caranya: kurangi angka decimal tersebut dengan angka biner

yang mendekati, namun angak biner tersebut harus lebih rendah

dari bilangan desimalnya.

Bilangan decimal: 345

29 28 27 26 25 24 23 22 21

20

512 256 128 64 32 16 8 4 2 1

345

89(345-256)

25(89-64)

9(25-16)

1(9-8)

1 1 0 1 1 0 0 1

Jadi angka 345 (decimal) =11011001(biner)

73

Page 16: BAB VI

Konversi Hexadesimal Ke Biner

Caranya: setiap bilangan hexadecimal akan diwakili oleh 4 angka

biner.

Contoh:bilangan hexadecimal 45E akan dikonversi ke bilangan

decimal.

Bilang hexsadesimal: 4 5 E

0100 1010 1110

Jadi angka 45E (hexadecimal) = 010010101110 (biner)

Konversi Oktal ke Desimal

Caranya: kalikan masing-masing bilangan pada bilangan octal

dengan positin value. Setelah dikalikan, lalu jumlahkan semua.

Contoh:

Bilangan octal 2 5 5

X X X

82 81 80

128 + 40 + 5 = 173

Jadi angak octal 255= 173 desimal

Konversi Oktal Ke Hexadesimal

Caranya: ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk binery,

kemudian ybah ke dalam bentuk hexadecimal:

Contoh 3 4 5

011 100 101

Jadi angka 345 (octal ) = 011100101(hexadecimal)

Konversi Desimal Ke Oktal

Caranya: Bilangan decimal dibagi dengan angka 8 sebagai basis

dari bilangan octal.

74

Page 17: BAB VI

Contoh: Bilang desimal:255 : 8 = 31 sisa 7

31 : 8 = 3 sisa 7

3

Jadi angka 255 (decimal) = 773 (octal)

Konversi Hexadesimal Ke Oktal

Caranya: ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk binery,

kemudian ubah ke dalam bentuk octal.

Contoh.

Bilang hexsadesimal: E D

1110 0101

Dari bilangan biner tersebut konversikan kedalam bentuk octal.

0 1 1 1 0 0 1 0 1

02 21 20 22 01 00 22 01 20

0 + 2 + 1 4 + 0 + 0 4 + 0 + 1

3 4 5

Jadi angka ED(hexadecimal) = 345 (octal)

Konversi Desimal ke hexadesimal

Caranya: bilangan decimal dibagi dengan 16 sebagai basis dari

bilangan hexadesimal

Contoh:

Bilangan desimal 255: 16 = 15 sisa 15

15

Jadi angak desimal 255= FF Hexadesimal

Konversi hexadesimal ke Desimal

Caranya: kalikan masing-masing bilangan pada bilangan

hexadesimal dengan positin value. Setelah dikalikan, lalu

jumlahkan semua.

75

Page 18: BAB VI

Contoh:

Bilangan hexadesimal 15 15

X X

161 160

240 + 15 = 255

Jadi angak FF (hexadecimal)= 255 desimal

2. Kode Bilangan Yang Mewakili Data

Data disimpan di computer pada main memory untuk

diproses. Sebuah karakter data disimpan dalam main memory

menempati posisi 1 byte.

Komputer generasi pertama, 1byte terdiri dari 4 bit, komputer

generasi kedua, 1 byte terdiri dari 4bit, dan computer generasi

sekarang kebanyakan 1 byte terdiri dari 8 bit. Suatu karakter

data yang disimpan di main memory diwakili dengan kombinasi

digit binary (bit). Dengan dasar system bilangan yang sudah

dibahas sebelumya, dapat dipergunakan suatu kode binary untuk

mewakili suatu karakter.

Suatu komputer yang berbeda menggunakan kode binary

yang berbeda-beda mewakili suatu karakter. Dalam (Setiawan,

2003), komputer yang 1 byte terdiri dari 4 bit, menggunakan

kode binarty yang berbentuk kombinasi 4 bit, yaitu BCD (Binary

Coded Decimal). Komputer yang menggunakan 6 bit untuk 1

bytenya, menggunakan kode binary yang terdiri dari kombinasi 6

bit, yaitu SBCDIC (Standar Binary Coded Decimal Interchange

Code). Computer yang 1 byte terdiri dari 8 bit, menggunakan

kode binary yang berbentuk kombinasi 8 bit, yaitu EBCDI

(Extended Binary Coded Decimal Interchange Code) atau ASCCI

(Ameritcan Standard Code For Information Interchange).

76

Page 19: BAB VI

a. BCD

BCD (Binary Coded Decimal) merupakan kode binary yang

digunakan hanya untuk mewakili nilai digit decimal saja, yaitu

nilai angka 0 sampai dengan 9. BCD merupakan kombinasi dari 4

bit, sehingga sebanyak 16 (24 = 16) kemungkinan kombinasi

yang dapat di peroleh dan hanya 10 kombinasi yang di

pergunakan.

Tabel BCD

Digit Desimal BCD-4 Bit

0 0000

1 0001

2 0010

3 0011

4 0100

5 0101

6 0110

7 0111

8 1000

9 1001

Kode BCD yang orisinil sudah jarang dipergunakan untuk

computer generasi sekarang, karena tidak dapat mewakili huruf

atau simbul/karakter khusus. BCD digunakan pada computer

generasi pertama.

b. SBCDIC

SBCDIC (Standar Binary Coded Decimal Interchange Code)

merupakan kode binary perkembangan dari BCD. BCD dianggap

tanggung, karena masih ada 6 kombinasi yang tidak

dipergunakan, tetapi tidak dapat dipergunakan untuk mewakili

karakter yang lain.

77

Page 20: BAB VI

SBCDIC menggunakan kombinasi 6 bit sehingga lebih banyak

kombinasi yang dihasilkan, sebanyak 64 (26 = 64) kombinasi

kode yaitu 10 kode untuk digit angka, 26 kode untuk huruf dan

sisanya karakter khusus yang dipilih.

Posisi bit di SBCDIC dibagi menjadi 2 zone, yaitu 2 bit pertama

diberi nama bit ( A dan B ) disebut dengan alpha bit position dan

4 bit berikutnya (diberi nama bit 8, bit 4, bit 2, dan bit 1) disebut

numeric bit position.

Zone Bit Numeric Bit

A B 8 4 2 1

Table SBCDIC

Character Zone Digit

A – I 11 0001 –

1001

J – R 10 0001 –

1001

S – Z 01 0010 –

1001

1 – 0 00 0001 -1010

c. EBCDIC

EBCDI (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)

terdiri dari kombinasi 8 bit yang memungkinkan untuk mewakili

karakter sebanyak 256 (28 = = 256) kombinasi karakter.

Pada EBDIC high order bits atau 4 bit pertama disebut zone

bits, sedangkan low order bits atau 4 bit ke dua disebut dengan

numeric bits.

78

Page 21: BAB VI

Zone Bit Numeric Bit

1 2 3 4 5 6 7 8

Table EBCDIC

Character Zone Digit

A – I 1100 0001 -

1001

J – R 1101 0001 –

1001

S – Z 1110 0010 –

1001

0 – 9 1111 0000 –

1001

a – i 1000 0001 –

1001

j – r 1001 0001 –

1001

s - z 1010 0010 –

1001

d. ASCII 7-bit

ASCCI (Ameritcan Standard Code For Information Interchange)

atau ada yang menyebut dengan American Standard Comite On

Information Interchange dikembangkan oleh ANSI (American

national standads insitut) untuk tujuan membuat kode biner

standar. Kode ASCII yang standar menggunakan kombinasi 7 bit,

dengan kombinasi kode sebanyak 127 dari 128 (27 = 128)

kemungkinan kombinasi yaitu:

26 huruf capital (A s/d Z)

79

Page 22: BAB VI

26 huruf kecil (a s/d z)

10 digit decimal (0 s/d 9)

34 karakter control yang tidak dapat

dicetak hanya digunakan untuk informasi status operasi

computer.

32 karakter khusus.

Table ASCII 7-bit

Character Zone Digit

0 – 9 001 0000 –

1001

A – O 100 0001 –

1111

P – Z 101 0000 –

1010

a – o 110 0001 –

1111

p – z 111 0000 –

1010

C. PENUTUP

Sistem bilangan adalah suatu cara untuk mewakili besaran

dari suatu item phisik. Pada komputer data yang dipresentasikan

sebagai bilangan-bilangan yang hanya dimengerti oleh komputer

itu sendiri atau yang disebut bilangan biner. Sistem bilangan

yang banyak dipergunakan oleh manusia adalah sistem bilangan

desimal, yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10 macam

simbol untuk mewakili suatu besaran. Sistem bilangan

menggunakan suatu bilangan dasar atau basis (base atau

disebut juga radix) yang tertentu. Basis yang dipergunakan

80

Page 23: BAB VI

masing-masing sistem bilangan tergantung dari jumlah nilai

bilangan yang dipergunakan.

a. Pertanyaan

1. Jumlahkan :

a. 00110001 b. 01010111

00101100 10000011

Kurangkan :

c. 01100110 d. 10011000

1011 10011

2. Konversikan masing-masing bilangan dibawah ini :

a. 111001012 = ...................10

b. 011010112 = ...................8

c. 45E16 = ...................2

d. 25410 = ...................16

b. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Anda dapat mengusai materi ini apabila membuat ringkasan

dalam bentuk peta konsep dan aktif dalam diskusi kooperatif.

Cocokkan hasil jawaban anda dengan panduan kunci jawaban

dibawah ini, bila jawaan anda mencapai 80 % ke atas, anda

dapat melanjutkan dengan kegiatan belajar selanjutnya. Kalau

tingkat penguasaan anda di bawah 80 % anda harus mengulangi

kegiatan belajar 1 terutama pada bagian yang tidak anda kuasai.

c. Kunci Jawaban

1. a.00110001 b. 01010111

00101100 + 10000011 +

11011101 11010110

c. 01100110 d. 10011000

81

Page 24: BAB VI

1011 - 10011 -

01111011 10001001

2. a. 111001012 =..................10

11100101 bilangan biner akan dikonversi ke bilangan

desimal

Bilangan biner: 1 1 1 0 0 1 0 1

X X X X X X X X

Poin value: 27 26 25 24 23 22 21

20

128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 6 + 2 +1 =

225

Jadi angka 11100101 (biner) = 225 (decimal)

b. 0111011012 = ...................8

011100101 akan dikonversi ke bilangan octal

Bilangan biner: 0 1 1 1 0 0 1 0 1

Position value: 02 + 21 + 20 22 + 01 + 00 22 + 01 + 00

0 + 2 + 1 4 + 0 + 0 4 + 0 + 0

3 4 5

Jadi angka 011100101(biner) = 345 (octal)

c. 45E16 = Bilang hexsadesimal: 4 5 E

0100 1010 1110

Jadi angka 45E (hexadecimal) = 010010101110

(biner)

d. 25510 = Bilangan desimal 255: 16 = 15 sisa 15

15

Jadi angka desimal 255= FF Hexadesimal

D. DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono, J. M, 1999. Pengenalan Komputer. Andi Yogyakarta

82

Page 25: BAB VI

2. Kadir, Abdul & Terra Ch. Triwahyuni, 2003. Pengenalan

Teknologi Komputer. Andi Yogyakarta.

3. Nazarudin, Ramdani, 2005. Komputer & Trouble Shooting.

Informatika Bandung.

4. Setiawan, Agung, 2003. Pengantar Sistem Komputer.

Informatika Bandung.

5. Wahana Komputer Semarang, 2004. Pedoman Praktis

Perakitan dan Pengelolaan Perangkat Komputer. Salemba

Infotek.

83