BAB. V STRATEGI PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAN EKONOMI MASYARAKAT Strategi merupakan suatu gerakan sosial dalam organisasi atau lembaga, yang menjalankan visi untuk mencapai sasaran khusus, misalnya gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan menempatkan cabang diberbagai tempat, strategi lain adalah komunikasi demi melancarkan suatu visi perlu ada kelancaran komunikasi yang efektif dalam anggota organisasi tersebut, P3B juga mengembangkan modal sosial dengan menjalin komunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh gerakan sosial perkumpulan Papua pusaka bangsa. Gerakan sosial organisasi ini juga dalam membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu yang terjadi dalam lingkup sosial, strategi gerakan sosial P3B ini juga untuk mentransfer nilai-nilai baru atau arti kata lain mengganti cara-cara lama digantikan dengan cara baru (produk lama ganti produk baru) dengan demikian bagaimana strategi P3B menetapkan tujuan, metode alternatif alokasi sumber daya dalam mengukur keberhasilan organisasi ini. Dalam bab V ini akan menjelaskan mengenai manajemen strategi perkumpulan Papua Pusaka Bangsa, data hasil temuan peneliti dilapangan, berkaitan dengan strategi-strategi yang dilakukan di lapangan.
119
Embed
BAB. V STRATEGI PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAN …...berprestasi, Misalnya menyekolahkan anak dan memberikan bantuan beasiswa selama dia bersekolah. Salah satu contoh adalah beberapa anak-anak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB. V
STRATEGI PENDIDIKAN DAN
PEMBERDAYAN EKONOMI MASYARAKAT
Strategi merupakan suatu gerakan sosial dalam organisasi atau
lembaga, yang menjalankan visi untuk mencapai sasaran khusus,
misalnya gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat dibidang
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan
menempatkan cabang diberbagai tempat, strategi lain adalah
komunikasi demi melancarkan suatu visi perlu ada kelancaran
komunikasi yang efektif dalam anggota organisasi tersebut, P3B juga
mengembangkan modal sosial dengan menjalin komunikasi untuk
mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh gerakan sosial
perkumpulan Papua pusaka bangsa.
Gerakan sosial organisasi ini juga dalam membentuk citra mental
pribadi atau gambaran sesuatu yang terjadi dalam lingkup sosial,
strategi gerakan sosial P3B ini juga untuk mentransfer nilai-nilai baru
atau arti kata lain mengganti cara-cara lama digantikan dengan cara
baru (produk lama ganti produk baru) dengan demikian bagaimana
strategi P3B menetapkan tujuan, metode alternatif alokasi sumber
daya dalam mengukur keberhasilan organisasi ini. Dalam bab V ini
akan menjelaskan mengenai manajemen strategi perkumpulan Papua
Pusaka Bangsa, data hasil temuan peneliti dilapangan, berkaitan
dengan strategi-strategi yang dilakukan di lapangan.
5.1. Pemberdayaan Pendidikan
Pendidikan dan ekonomi dipilih sebagai bidang utama dalam
fokus perkumpulan ini dikarenakan menurut pandangan pendirinya,
Harry Widjaja pendidikan di Papua masih jauh dibandingkan dengan
daerah lain di Indonesia. Dengan pendidikan, perkumpulan ini dapat
merubah pola pikir dari masyarakat Papua untuk semakin
berkembang dan mandiri di tanah mereka sendiri. Pendidikan adalah
jendela duni dimana pendidikan membuka cakrawala berpikir
sehingga orang tahu dan semakin maju bersaing di dunia kerja,
dimana pendidikan juga adalah bagian dari pembangunan manusia
seutuhnya. Dengan demikian P3B mengarahkan binaan atau
anggotanya untuk tetap mengedepankan sekolah. Dimana
pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli
Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan.
Pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia.
Dibidang pendidikan dan pengajaran meningkatkan kualitas
pendidikan dunia kerja. Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka
bangsa bahwa berikan kepada anggota P3B dan masyarakat yang
tergabung dalam organisasi ini untuk mendapatkan pendidikan formal
dan non formal. Bagi yang formal tetap belajar sesuai dengan bidang
dan melanjut sekolah ke jenjang lebih tinggi. Mahasiswa diharapkan
melanjutkan studinya sesuai jurusan agar setelah selesai dipakai
sesuai dengan bidangnya. Kenapa harus sesuai jurusan sebab
mahasiswa tersebut benar-benar merasa dipakai dalam dunia
kerjanya sesuai bidangnya atau sesuai ilmu yang dia dapat.
Beberapa permasalahan yang belakangan ini terjadi ketika pasca
otononomi khusus di Papua Barat bahwa penempatan pegawai negeri
tidak sesuai dengan bidang sehingga dalam a ktivitasnya dia bingung
apa yang dia akan kerjakan, dia masuk menjadi PNS karena ada
kesempatan kerja dan disebabkan juga karena ada pemekaran
kabupaten dimana dimana ada peluang untuk kerja namun
penempatan posisi tidak sesuai ilmu yang dia geluti, sehingga
mengalami kesulitan misalnya mengoprasikan komputer, membuat
laporan, kebijakan pembangunan, membuat program kerja,
manajemen kerja yang kurang efektif semuanya mengalami kesulitan.
Hal demikian disebabkan karena kurang memperhatikan dalam
perekrutan tenaga kerja kurang berpengalaman, dan minim
pengetahuan serta kurang berorganisasi.
5.1.1. Strategi Perjuangan
Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa
membangun Papua Barat salah satu kunci utama adalah
mengedepankan pendidikan sebab pendidikanlah yang merubah nasib
seseorang atau suatu suku bangsa. Strategi yang harus dikerjakan
adalah melakukan program pembinaan tenaga pendidikan dan
pengajaran. Tujuan pembangunan pendidikan adalah upaya untuk
memperkuat kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan
kualitas SDM.
Strategi kegiatan-kegiatan dibidang pendidikan yang dijalankan
adalah:
1. Program beasiswa dan orang tua asuh: P3B memfasilitasi dan
memberikan bantuan beasiswa, pencarian orang tua asuh,
penyaluran minat dan bakat dan bantuan-bantuan pendidikan
langsung kepada setiap anak didik.
2. Bantuan guru: memfasilitasi dan menyalurkan bantuan bagi
guru-guru yang berdedikasi tinggi terhadap pembangunan
pendidikan di Papua Barat.
3. Manajemen spporting: P3B memberikan pelatihan manajemen
pendampingan dan bantuan-bantuan finansial dengan tujuan
meningkatkan mutu pendidikan dan kinerja sekolah maupun
sumber daya manusia yang mengelolanya.
4. Pendidikan dengan kurikulum khusus: P3B mengembangkan
dan membuka layanan pendidikan dengan kurikulum khusus
sesuai tujuan dan waktu tertentu.
5. Kemitraan dan kerjasama operasi sekolah: P3B bekerjasama
dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah
lembaga pendidikan formal-informal.
Kelima strategi tersebut masukan dalam suatu program kerja P3B
untuk dijalankan dalam aktivitasnya. Memberikan beasiswa kepada
mereka (anggota P3B) yang ingin melanjutkan studi ke jenjang
selanjutnya. Beasiswa bersumber dari donator-donatur baik dari
dalam maupun dari luar yang peduli terhadap pendidikan di Papua
Barat. Bantuan khusus beasiswa diberikan kepada anak-anak yang
berprestasi tetapi bantuan diberikan kepada anak-anak yang orang
tuanya ekonomi lemah. Pertama pendidikan anak-anak ini difasilitasi
diberi orang tua asuh untuk menjadi orang tua angkat dalam
pendidikannya. Memfasilitasi anak-anak yang perbakat dan
berprestasi, Misalnya menyekolahkan anak dan memberikan bantuan
beasiswa selama dia bersekolah. Salah satu contoh adalah beberapa
anak-anak dari provinsi Papua dan provinsi Papua Barat di sekolahkan
di SMK bagimu negeri Semarang.
Dari kedua Provinsi Papua Barat, masing-masing diambil lima-lima
(5) orang. Provinsi Papua 5 orang, perempuan 1 dan laki-laki 4.
Sementara itu Provinsi Papua Barat 5 orang (Papua Raja Ampat)
semua perempuan, jadi keseluruhan kedua provinsi menjadi sepulu
(10) orang. Kesepuluh anak ini diberi fasilitas sekolah yaitu di
asramakan dan mendaptkan orang tua asuh. P3B juga tidak hanya
mendatangkan para siswa saja tetapi memfasilitas tenaga pengajar di
SMK Bagimu Negeri Semarang, ia (YAM) merupakan guru bahasa
inggris. Dalam pertemuan yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 19
Sepetember 2010 untuk pergantian struktur pengurus baru P3B
setelah diskusi panjang lebar mengenai rencana P3B dalam program
yang akan dikerjakan sesi berikut memberikan kesempatan kepada
para anggota yang hadir untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai organisasi P3B.
Salah satu peserta yang hadir adalah pengajar asal Papua Barat
yang juga mengajar di SMK bagimu negeri Semarang tersebut,
sebelum dia memberikan komentar mengenai P3B ada salah satu
perserta yang hadir yaitu mahasiswa anggota P3B yang berdomisi di
Kota studi Salatiga yakni CM. CM medapat giliran untuk berpendapat
mengenai P3B, ia maju kedepan lalu berkomentar “ya za (saya, dia
CM) sebagai calon pengajar (guru) za (saya) harus maju kedepan dan
memberikan komentar. Komentar za (saya) adalah bahwa vsis-misi
P3B adalah sangat mulia karena P3B bergerak dibidang pendidikan
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebagaimana za (saya)
sebagai calon guru maju kedepan mendidik dan mengajar untuk
memberikan pelayan yang optimal sesuai dengan visi-misi P3B. Apa
yang dikemukakan CM tersebut karena dia mengambil program S2
manajemen pendidikan disalah satu perguruan tinggi swasta di kota
studi Salatiga.
Lain hal dengan giliran komentar yang diberikan YAM. YAM tidak
maju kedepan, tetapi dia berdiri dibelakang dan dia beri komentar.
Sebelum dia memberi komentar dia terlebih dahulu mengomentari
apa yang disampaikan komentar terdahulu yakni CM. Dia (YAM) za
(saya) tidak perlu maju kedepan, za (saya) beridiri belakang saja,
karena za (saya) menjadi guru bukan hanya maju kedepan dan
mengajar tapi seorang guru berdiri dibelakang dan mendorong anak
didiknya untuk maju. YAM tidak setuju kalau seorang guru hanya
berdiri didepan dan berbicara tanpa praktek, guru seharusnya
mendorong anak didiknya dari belakang. Lanjut dia (YAM) bahwa
partisipasinya dalam komunitas P3B adalah proses belajar untuk
pengembangan dirinya menjadi seorang guru yang professional. Za
(saya) tidak hanya mengajar tetapi juga Za (saya) belajar dari anak-
anak sebab anak-anak yang sekolah di SMK di Semarang ini dari
berbagai daerah yang ada di Indonesia sehingga sering kita sebut juga
SMK mini. Za (saya YAM) selain mengajar Za (saya) boleh belajar
karakter, watak, sikap dan kebiasan mereka selain itu juga za (saya)
belajar budaya orang lain.
Selanjutnya menurut ketua P3B (HW) menyatakan bahwa
pemberdayaan pendidikan wirausaha pada akhirnya bermuara pada
peningkatan kesejahteraan rakyat. Mengurangi dan menanggulangi
pengangguran serta mengurangi angka kemiskinan yang masih tinggi.
Dengan berdirinya P3B ini Za (saya) harapkan dapat membuka akses
masyarakat untuk belajar lebih banyak terutama kita anggota P3B.
Belajar merupakan proses yang kita harus jalani untuk pengembangan
diri atau pengembangan SDM (Human Wore) dengan pendidikan
berbudaya dan berkarakter itulah yang menjadi budaya kita. Melalui
pengembangan organisasi dan manajemen (software) P3B
menanamkan budaya pendidikan berkarakter dan berintegritas serta
bermental kuat.
Kedua, P3B memfasilitasi dan menyalurkan guru-guru yang peduli
akan pendidikan untuk masyarakat Papua Barat. Dalam rangka
pemberdayaan masyarakat melalui proses yang dibentuk melalui
organisasi ini. Contohnya adalah P3B menempatkan seorang pengajar
(guru) bahasa inggris di salah satu sekolah swasta kristen di SMK di
Semarang, dimana sekolah ini menjadi bagian daripada mitra kerja
atau ikut mendukung visi-misi P3B sehingga melalui hubungan
kerjasama itu menerima beberapa siswa dan guru untuk belajar dan
mengajar di sekolah SMK tersebut. Tujuannya adalah meningkatkan
sumber daya manusia yang unggul.
Ketiga adalah memberikan pelayanan yang optimal dan
meningkatkan kualitas sistem manajemen, memberikan pelatihan,
meningkatkan pendidikan berbasis kompetensi yang berorientasi pada
dunia kerja dan mandiri. Misalnya pendidikan wirausaha mama-mama
(ibu-ibu) pasar, melatih, membina dan mendidik menjadi pelaku
pembangunan dilingkungannya. P3B juga memberikan modal kepada
pengusaha bagi pemula, modal kapital dalam bentuk uang maupun
dalam bentuk modal sosial dilingkungannya dan memperkuat
jaringan-jaringan sosial yang ada dimasyarakat seperti lingkungan
gereja atau organisasi gereja, organisasi pemuda,lembaga masyarakat
adat (LMA), kelompok mama-mama (ibu-ibu) atau kelompok yang
paling dekat yakni kelompok keluarga. Sehingga menciptakan
lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman. Dan menjadikan
pendidikan sebagai sumber sumber informasi dan pusat kebudayaan.
Seperti yang dikemukakan Liek Wilardjo “kebudayaan ialah keseluruhan
capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan oleh
suatu masyarakat, yang mengungkapkan cara hidup tradisional dan mengalamai
modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan dari generasi-kegenerasi”.1
1 Liek Wilardjo, Pembangunan Nilai-nilai dan Keterasingan Orang Miskin. Dalam
buku Membumikan Etika Lingkungan. Editor, budi widianarko 2011. Hlm 115.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral,
norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat
melalui proses berpikir, berinovasi dan berkreasi.
Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas,
terampil, inovatif dan memiliki keahlian. Pendidikan kewirausahaan
bertujuan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. salah satu
anggota P3B yang berdomisili disalah satu kota studi yang di
wawancarai peneliti yakni CM. Dia (CM) menyatakan bahwa:
Pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar dilakukan supaya
memiliki kompetensi keahlian wirausaha, karena potensi yang begitu besar
yang dimiliki masyarakat lokal bisa dikelola dengan baik, misalnya sumber
daya alam, dan sumber daya manusia.
Apa yang dikatakan CM tersebut bisa dibayangkan bahwa situasi
dan kondisi masyarakat Papua Barat dalam dunia usaha jarang sekali
terlihat atau menonjol, dibandingkan dengan masyarakat pendatang.
Masyarakat pendatang lebih mendominasi dibading masyarakat asli.
Dalam penguasaan perekonomian di Papua Barat salah satu ciri yang
paling menonjol dari masyarakat pendatang yang menurut CM adalah:
1. Mereka memiliki pendidikan dan pengetahuan yang cukup.
2. Mereka memiliki keahlian dibidang masing-masing yang dia
geluti
3. Mereka membekali pendidikan dan pelatihan teknik usaha
4. Gerakan disiplin yang baik
5. Pengelolaan baik, efektif dan efesien
6. Pengembangan relasi dan jaringan dengan masyarakat, dunia
usha dengan baik.
7. Mereka memiliki jiwa berbisnis atau berjiwa berdagang.
Beberapa strategi tersebut menjadi senjata bagi pendatang untuk
menguasai perekonomian di Papua Barat. Ada begitu banyak metode
lain yang digunakan oleh mereka (pendatang) untuk menguasai
perekonomian di Papua Barat, untuk itulah P3B terbentuk.
Terbentuknya P3B juga berawal dari keprihatinan perkembangan
ekonomi masyarakat Papua Barat. Hingga saat ini perekonomian
dipegang oleh pendatng sehingga perlu ada upaya yang harus
dilakukan sehingga P3B muncul untuk melakukan suatu gerakn sosial
untuk perubahan masyarakat Papua Barat.
Gerakan sosial P3B ini bertujuan untuk mengajak masyarakat
Papua Barat agar masyarakat juga bisa meniru hal-hal positif yang
dikembangkan oleh masyarakat pendatang. Untuk itu salah satu pola
pembinaan yang dilakukan P3B terhadap anggotanya adalah
pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada. Contoh pendidikan wirausaha mama-
mama (ibu-ibu) pasar yang dilakukan tergambar di bawah ini:
Gambar 1.3. Mama-mama (ibu-ibu) Pasar foto bersama
ketua P3B di Maybrat Sorong.
Sumber: Arsip P3B (2012)
Kempat, pendidikan dengan kurikum khusus yang dimaksud disini
adalah seberangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
daripada program P3B, isinya bahan pembelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai kurikulum khusus sesuai tujuan dan waktu tertentu.
Misalnya kurikulum berbasis lokal mengembangkan sumber daya
alam, kearifan lokal yang mereka miliki, seni budaya, tari, serta
mengembangkan sumber pengetahuan lokal seperti pengetahuan
lokal (local knowledge), kearifan lokal (local wisdom), dan kecerdasan
pikiran (local genious) yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar
memanfaatkan sumber daya yang ada pada masyarakat lokal dapat
dikembangkan melalui kolaborasi pengetahuan baru, (transfer nilai-
nilai baru kedalam nilai-nilai lokal tanpa menghilangkannya).
Perubahan itu terjadi ada dorongan dari individu-individu oleh
masyarakat Papua Barat yang mau menerima perubahan dengan nilai-
nilai baru. Oleh sebab itu perubahan itu terjadi oleh individu-individu
tersebut. Untuk menyikapi perubahan capital social dalam masyarakat
di kampung-kampung. Untuk itu ada perubahan struktur sosial dalam
masyarakat. Perubahan struktur sosial masyarakat Papua Barat tidak
hanya terjadi pada kelompok atau struktur tetapi struktur terbentuk
juga pada pola pikir individu dalam lingkungannya dan berpengaruh
kepada lingkungan sekitarnya.
Strategi gerakan sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat
adalah produk perubahan yang direncanakan P3B untuk memaksakan
masyarakat Papua Barat pada nasionalisme ke Papuaan.
Pembangunan yang sementara kita merasakan dan memperhatikan
itu semua bersal dari kehendak di atas atau pemerintah saja,
sementara program P3B mengarah kepada aspek pembentukan
mentalitas masyarakat Papua Barat untuk menjadi pelaku
pembangunan dan perubahan itu sendiri. Di dalamnya aspek budaya,
politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Hal itu
menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat semakin tinggi terlibat
dalam perubahan sosial dan perubahan struktur sosial masyarakat
menuju masyarakat yang transformatif. Upaya yang dilakukan melalui
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan strategi
pelatihan, pengembangan masyarakat dan kegiatan lainnya.
Upaya-upaya yang dilakuan dengan strategi, belajar mengajar,
menggunakan waktu, dan kegiatan lain difokuskan untuk pelatihan,
seminar, diskusi, pengembangan keterampilan, dan kegiatan-kegiatan
lain. Selain itu pengembangan pemberdayaan masyarakat masuk
dalam program P3B dan tidak terbatas pada pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi saja, tetapi juga memperkaya kemampuan
anak didik dalam berbagai aspek. Proses belajar dalam komunitas
dilakukan secara bertahap, mulai penyadaran dan pembentukan
perilaku sadar dan peduli. Dan tahap transformasi kemampuan
berpikir atau pengetahuan, dan meningkatkan kemampuan
intelektualitas, untuk membentuk, kreatif, inovatif membawa kepada
kemandirian secara individu-individu atau secara kelompok.
Komunitas P3B mengarahkan anggotanya haruslah orang yang
berpendidikan, bekerja keras, berintelektual.Tetapi dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh seorang prof. Anderson dari university
of California penelitian terhadap lebih dari 500 pelajar, akademisi dan
pekerja,yang dipublikasikan di Jurnal of Personality and Social
Psychology, menunjukkan bahwa
“Mereka yang mempunyai rasa percaya diri lebih tinggi bisa mencapai status
sosial yang lebih tinggi dibandingkan rekan mereka. Meskipun pendekatan
mereka cenderung kurang bagus dan lebih banyak kesalahan, tetapi rekan-rekan
mereka terus saja percaya bahwa mereka “hebat” atau ‘menyenangkan’.
Ternyata rahasia kesuksesan seseorang bukanlah bakat,tingkat pendidikan atau
kerja keras tetapi rasa percaya diri yang berlebihan, mereka yang mempunyai
ego besar, dan penilaian atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten
naik ke puncak profesionalitas mereka”.2
2 Jurnal of Personality and Social Psychology . Riset prof. Anderson dari university
of California. Riset ini dimuat dalam Majala Tempo.co.jakarta (2012). Dan peneliti
memperoleh data dari milis P3B yang dikirim oleh ketua P3B.
Apa yang dikemukakan dari hasil penelitian tersebut, peneliti
mengaitkan perilaku atau sikap yang ditunjukan komunitas P3B.
Memang kita harus akui bahwa perilaku atau sikap sudah mulai
berubah seiring mengikuti arus perubahan, dan sebagian besar kita
sudah maju dengan pemekaran kota/kabupaten maupun kecamatan
tetapi kita tidak bisa memberikan yang terbaik pada diri kita dan
sudara-sudara kita. Hal ini terlihat pada mental masyarakat yang
dibentuk. Kita memperhatikan perilaku masyarakat dan terutama para
pejabat yang bermental korup dan masuk dalam pusaran politik dan
terjebak dalam lingkaran setan yang hanya mementingkan kelompok
tertentu atau tuannya.
Masyarakat Papua Barat mereka memiliki ilmu dan juga pendidikan
yang tinggi tetapi lagi-lagi masalah percaya diri sangat kurang, faktor
yang mempengaruhi ini baru bisa diketahui ketika masyarakat Papua
Barat secara individu-individu atau kelompok masuk dalam lingkungan
baru, misal pemekaran kabupaten/kota dan kecamatan yang terjadi
diberbagai wilayah di Papua Barat. Kesiapan untuk membangun
daerah tidak terlihat disana, masyarakat berpandangan bahwa
mendapatkan kabupaten/kota ujung-ujungnya untuk menjadi seorang
PNS atau menjadi seorang anggot dewan (DPR) dan ingin
mendapatkan posisi yang menguntungkan dan menaikan status
sosialnya. Namun hal lain yang tidak dapat diperhatikan adalah para
pejabat atau para pengambil kebijakan adalah mengabaikan
pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan dan ekonomi. Sejauh
ini, jumlah orang asli Papua Barat yang bergerak dalam dunia bisnis
atau berwira usaha masih sedikit, pada hal potensi lapangan untuk
mengembangkan sektor ini cukup besar. Hingga kini masih ada
anggapan umum bahwa masyarakat asli Papua Barat tidak
mempunyai bakat untuk berbisnis sehingga menutup kemampuan
berwira usaha yang sebenarnya ada dalam diri mereka.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam P3B3,
bahwa sering terlihat dalam komunitas, sikap yang diperlihatkan oleh
setiap individu atau kelompok sangat beragam. Beragam sikap itu
terlihat dari perilaku anggota yang tergabung dalam komunitas ini.
Misalnya kadang ada yang bergabung lalu keluar, kadang terlihat
serius tapi tidak serius, tidak memiliki ego besar, rasa percaya diri
yang kurang atas dirinya, tidak konsisten, komitmen yang kurang, dan
selalu terpancing untuk berada dalam kobaran emosi. Tidak seperti
hasil riset yang dikemukakan oleh Prof. Anderson dari University of
California tadi yang menunjukan bahwa mereka yang mempunyai ego
besar, rasa percaya diri yang tinggi, mengelola bakat dan penilaian
atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten naik puncak
profesionalitas mereka dan ini tidak terlihat di dalam masyarakat
Papua Barat dalam konteksnya.4
Bagaimana mungkin kita (masyarakat Papua Barat) memiliki
pendidikan tinggi, berilmu, memiliki bakat alami, tetapi tidak
diimbangi dengan apa yang disampaikan oleh peneliti tersebut yaitu
“percaya diri” dan bekerja keras, maka jelaslah bahwa semua mimpi-
3 Sumber data dari data primer, hasil pengamatan yang dilakukan peneliti 2012.
4 Sumber data dari Tempo.com. yang di Update dari Harry dan dikirim ke milist P3B
2012
mimpi akan menjadi sia-sia harapan dalam usaha. Ternyata rahasia
kesuksesan seseorang bukanlah bakat, tingkat pendidikan atau kerja
keras tetapi rasa percaya diri, akan membawa individu-individu pada
kesuksesan. Rasa percaya diri membantu individu-individu
mendapatkan status sosial.
Kelima, komunitas ini kerjasama dengan operasi sekolah yang
berbadan hukum, tujuan daripada itu adalah memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat bahwa P3B sebagai organisasi yang
perbadan hukum maka P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum
lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal.
Kemitraan dan kerjasama ini diperlihatkan P3B dalam praktiknya.
Contohnya adalah P3B bekerjasama dengan sebuah sekolah sawasta
Kristen, menyekolahkan anak disekolah yang formal yang legal hukum,
agar anak-anak mendaptkan pendidikan yang baik. Selain itu
pendidikan informal yang dilakukan adalah pendidikan ekonomi
berbasis wirausaha. Salah satu kegitannya adalah pelatihan pengantar
manajemen organisasi dan kewirausahaan bagi kelompok mahasiswa
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan,
serta jiwa enterpreunership seluruh masyarakat Papua Barat.
Dengan pelatihan anggota dalam kelompok agar dapat
memahami apa arti pentingnya berkelompok (integrity), bagaimana
mengelola kelompok dengan manajemen yang baik, sehingga
kelompok terus maju, tumbuh dan terus berkembang mencapai
tujuan bersama, yaitu meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan
bagi semua. Melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan ekonomi
kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Melalui mekanisme ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara
untuk memecahkan masalah pokok ekonomi masyarakat Papua Barat,
yaitu bagaiman produksi, konsumsi, dan distribusi. Maka perlu ada
manajemen yang baik yang harus di upayakan P3B agar tercapai
tujuan tersebut.
Menumbuhkan kembangkan sikap kewirausahaan sosial, sehingga
menumbuhkan etos kerja sama, tanggung jawab serta semangat
melakukan usaha lebih baik dan terus menerus melakukan perbaikan
kinerja individu maupun kinerja kelompok. Program pembinaan dalam
P3B melalui pengembangan, pembinaan pendidikan keterampilan
pengembangan masyarakat tergambar di bawa ini:
Gambar 1.4. Program Pembinaan yang dilakukan P3B
Kemampuan
teknis
(Technical)
Kemampuan
fisik
(physical)
Pemberdayaan
(Empowerman
t)
keterampilan
(skill)
Pelatihan
(training)
Meningkatkan
kepercayaan
Bekerja keras
Mental
(mental)
Pengetahuan
(Knowledge)
Deskripsi
(Description)
Sumber: Arsip P3B (2012)
Dari bagan di atas memperlihatkan bahwa bagaimana upaya P3B
melakukan strategi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
dilakukan melalui. Strategi itu dilakukan dengan, pelatihan (training)
untuk pembekalan dalam dunia kerja. Mengajarkan bagaimana orang
bekerja keras dalam usahanya, menumbuhkembangkan kepercayaan
kepada anak didik, dan mengajarkan pendidikan budaya berkarakter,
bermental kuat, berpengetahuan, memiliki kemampuan teknik
maupun secara fisik. Dan P3B menjadi tempat untuk menyalurkan
bakat, mendidik moral, mengasah kemampuan bermain di dunia
bisnis hal dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi tantangan globalisasi dan memutuskan angka
kemiskinan, dominasi orang lain, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
5.1.1.1. Aktor
Pendiri perkumpulan Papua pusaka banggsa Harry wadjaja
merupakan aktor playmaker, dia memiliki visi, kemampuan untuk
mengenali kekurangan dan kelebihan masyarakat di tanah Papua
Barat untuk membawa komunitas ini kearah perubahan melalui
pendidikan formal maupun nonformal. Sebagai seorang playmaker
memiliki karakter kepemimpinan yang mampu mendorong
anggotanya memberikan arah tujuan yang harus ditempuh. Seorang
oktor seperti Harry Widjaja tidak saja memiliki karisma dan visi misi
saja tetapi dia seorang motivator yang mememberi semangat hidup
bagi anak didiknya.
Satu hal yang menarik bagi peneliti untuk mencoba mengamati
setiap arahanya adalah kemampuan berpikir cepat akan langkah yang
akan dilakukan dalam memaksimalkan kemampuan komunitasnya
untuk bergerak mencapai tujuan. Harry Widjaja adalah aktor, dia
berperan sebagai pelaku dalam memecahkan masalah dengan
melibatkan anggota P3B, mitra kerja untuk memecahkan persoalan
dan menyusun strategi dalam suatu usaha. Dia juga berperan karena
intelektualitasnya. Intelegtualnya digunakan dalam berbagai tindakan
dan membawa peran yang berbeda dengan dirinya dan berhasil
dengan baik.
Dia (Harry Widjaja) memberi contoh pada masyarakat Papua
Barat dan pada khususnya mahasiswa yang tergabung dalam gerakan
sosial ini bahwa seorang intelektual harus bertindak. Dia mengajarkan
anggotanya bahwa tindakan yang harus dilakukan adalah tindakan
dilapngan atau praktek. Bagaimana mempraktekkan tindakan kita dan
kita harus membentuk pola pikir yang baik dan mengarahkan dengan
kemampuannya dibidang masing-masing di geluti.
Contoh bahwa seorang mahasiswa yang pendidikannya ekonomi
di arahkan untuk menjadi seorang ekonomi yang handal. Seorang
mahasiswa ijasanya sarjana pendidikan dia mengarahkan mahasiswa
tersebut untuk menjadi seorang pengajar yang professional di dalam
bidangnya, dibagian ini (pendidikan) ketua perkumpulan P3B
menyatakan menjadi sorang guru atau pengajar harus mampu
membuat kurikum berbasis lokal, karena pendidikan kami selain
mengarahkan kepada pendidikan formal kita mengajarkan pendidikan
berbasis lokal, jadi seorang guru harus membuat kurikum sendiri.
Seorang mahasiswa yang pendidikannya hukum ketua P3B
mengarahkan untuk menjadi seorang pengacara untuk membela
mereka yang lemah atau ditindas, misalnya ketua P3B mempersiapkan
seorang mahasiswa yang pendidikannya sarjana hukum yakni MR.
Setelah lulus sarjana MR dimasukan mengikuti tes pelatihan menjadi
sorang pengacara, hal ini dilakukan agar MR dipersiapkan menjadi
pengacara, dan menjadi pembela keadilan dan kebernaran di Papua
Barat, MR menjadi orang hukum di program untuk hal-hal yang tidak
benar.
Dia tidak semata-mata memihak yang lemah tetapi memihak demi
alasan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat Papua Barat
secara umum juga bahwa memihak kepada nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Harry Widjaya membaktikan dirinya untuk berpikir
demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan dengan melihat
persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteks yang lebih luas,
dengan mendidik anak-anak Papua Barat sesuai bakat dan minat maka
anak-anak tersebut merupakan bagian daripada program keahlian,
dengan harapan dapat memunculkan pekerja-pekerja yang handal
dalam bidangnya.
Ia (Harry Widjaja) melihat bahwa situasi dan kondisi yang
dihadapi masyarakat Papua Barat, seperti kemiskinan,
keterbelakangan, dominasi negara yang kuat terhadap masyarakat
Papua Barat, dan perekonomian yang hanya bisa dipegang oleh
pendatang sedangkan masyarakat asli Papua Barat tidak berkembang
dalam usaha perekonomiannya dan juga tidak ada ruang bagi
masyarakat menjadi pengusaha atau pembisnis sehingga
memperburuk situasi sosial masyarakat.
Macetnya pemberdayaan ekonomi masyarakat karena adanya
ketidakadilan yang terjadi di bumi Cenderawasih. Memperhatikan
kondisi seperti itu tergeraklah hati Harry Widjaja untuk melalukan
suatu pendekatan kepada masyarakat dengan membawa visi kepada
masyarakat. Untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat Papua
Barat, sehingga perlu ada upaya gerakan sosial yang harus dilakukan,
maka didirikanlah suatu komunitas atau organisasi yang disebut
dengan perkumpulan Papua bangsa (P3B). Gerakan mengacu pada
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat.
5.1.1.1a. Trajectory (riwayat)
Harry Widjaja, yang merupakan pendiri dari P3B inipun bukanlah
orang yang berasal dari Papua Barat, tapi ia ingin membangun
masyarakat Papua Barat melalui komunitas yang ia bentuk. Melalui
komunitas yang ia bentuk ini membahwa dua visi yaitu pendidikan
dan pemberdayaan masyarakat. Menurutnya bahwa hanya
pendidikanlah yang merubah nasib suatu suku bangsa. Dia (Harry
Widjaja) dengan rendah hati mendekatkan diri kepada masyarakat
Papua Barat melalui tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat,
mahasiswa, kelompok pemuda dan keluarga, hal ini dilakukan karena
dia bukan berasal dari masyarakat Papua Barat yang hampir tidak
dikenal.
Dunianya bukan lingkungan itu membuatnya perlu mendekatkan
diri melalui pendekatan seperti itu sehingga apa yang menjadi cita-cita
Harry Widjaja untuk membangun masyarakat Papua Barat bisa
terealisasikan atau bisa berjalan. Harry memberi alasan mengapa ia
membentuk gerakan sosial P3B ia menyatakan bahwa”
“Pembangunan sudah dan akan terus terjadi pada kehidupan masyarakat di
provinsi Papua dan provinsi Papua Barat, sudah tetapi belum, itulah realita yang
nampak pada kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di
tingkat kampung. Papua Barat yang memiliki kekayaan alam berlimpah, tapi
masyarakatnya hidup dalam keterbelakangan merupakan ironi yang memilukan.
Sejumlah program untuk mengembangkan wilayah timur bumi Cenderawasih ini
ternyata mengabaikan pemberdayaan lokal dan karakter setempat. Hal inilah
membuat untuk berkontribusi memajukan masyarakat Papua”.5
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa apa yang ia ingin
melakukan adalah bagaimana membangun sumber daya manusia
Papua Barat kedepan. Perkembangan generasi penerus perlu
diupayakan melalui pendidikan formal maupun nonformal sehingga
melalui pengetahuan yang mereka peroleh benar-benar hal itu
menjadi senjata untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia
kerja. Ketika mendeteksi pengetahuan di tanah Papua Barat sangat
memprihatinkan.
Keprihatinannya adalah terhadap pendidikan, karena pendidikan
adalah untuk menciptakan sumber daya manusia handal, karena
5 Hal ini disampaikan dalam acara pertemuan P3B di asrama Mansinam Papua Barat
di Salatiga
pengetahuan adalah kekuasaan artinya, pengetahuan mendorong
orang untuk bisa berkuasa sehingga mampu menentukan dirinya,
atau, sekurang-kurangnya ia tidak sepenuhnya di bawah dominasi
orang lain. Bisa juga berarti, orang yang berpengetahuan
berkesempatan menguasai orang lain. Mereka yang memiliki
pengetahun dapat menaklukan orang lain,bahkan menentukan hidup
matinya orang-orang tersebut. Bisa juga dibaca secara negatif bahwa
orang yang tidak berpengetahuan cenderung tidak berkuasa sehingga
mudah di kendalikan oleh orang lain yang berpengetahuan.
Tidak bisa disangkal bahwa dia bukanlah seorang putra Papua
Barat tetapi dia memberikan hidupnya untuk masyarakat, dia
merindukan masyarakat Papua Barat tetap mempertahankan
identitasnya sebagai suku bangsa Papua Barat yang sudah tinggal lama
disitu. Masalah sosial begitu rumit yang dihadapi masyarakat Papua
Barat membuat Harry Widjaja membentuk suatu gerakan sosial Papua
Barat yaitu perkumpulan Papua pusaka bangsa. Gerakan sosial ini
merujuk pada tindakan kolektivitas dan dipahami sebagai uapaya
untuk melindungi masyarakat asli Papua Barat dari ketertindasannya.
Maka upaya yang dilakukan adalah program pembinaan dan
program pembinaan tidak terbatas pada pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat saja tetapi dalam berbagai aspek.
Dengan menyesuaikan bakat dan minat anak didik. Misalnya
menggunakan milist P3B hal ini dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada setiap anggotanya untuk bagaimana
memanfaatkan teknologi internet untuk berkomunikasi, melalui
komunitas virtual memberikan pengetahuan baru yakni bagaimana
menggunakan internet. Dalam menggunakan teknologi informasi
anggota P3B dapat menggunakan melalui E-mail, Yahoo Messenger,
Facebook, google, dan twitter. Hal ini dilakukan untuk memperlancar
komunikasi dan juga memberikan pendidikan agar mendapat
pengetahuan baru melalui penggunaan teknologi komunikasi.
Gerakan sosial memiliki jaringan sosial berbagai daerah maka
fungsi daripada gerakan sosial adalah bagian dari transformasi
pengetahuan/perubahahn transformasi perubahan. Dengan tujuan itu
gerakan kebaruan dalam membentuk jaringan sosial diberbagai
daerah luar maupun dalam negeri membentuk suatu koneksi sosial.
Bukan hanya itu saja tetapi itu bagian dari perubahan sosial
masyarakat. Oleh karena itu proses gerakan ini dilakukan oleh mereka
yang mengerti arti daripada gerakan sosial yang dilakukan oleh
komunitas ini.
Gerakan ini boleh dibilang gerakan praktek sehari-hari dilapangan,
dengan keyakinannya dan tujuan yang ingin dicapai adalah
transformasi Papua Barat. Setiap anggota P3B yang berlatar belakang
apapun bisa menggunakan teknologi informasi supaya dapat
memberikan pengetahuan untuk bisa menggunakan teknologi
komunikasi yang ada guna memperlancar komunikasi anggota.
Dengan tujuan tersebut ketua perkumpulan (HW) membentuk Milist
komunitas Papua Pusaka Bangsa (P3B) seperti contoh gambar di
bawah ini:
Gambar 1.5. Milist Komunitas Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa
(P3B)
Sumber: Mailing list P3B (2012)
(Data di peroleh dari olahan Jeni dalam skripsi, (2012)
Selama ini komunikasi dalam komunitas ini dilakukan terutama
melalui media mailing list dan Blackberry Messenger Group.
Perbedaan dari penggunaan kedua media ini terletak dari banyaknya
anggota yang tergabung di dalamnya. Bila di mailing list dapat
menampung hingga ratusan anggota, di dalam Blackberry Messenger
Group hanyalah anggota P3B yang menggunakan ponsel Blackberry.
Namun dibatasi lagi menjadi hanya maksimal menampung 30 (tiga
puluh) anggota sesuai dengan kapasitas dari Blackberry Messenger
Group itu sendiri. Sehingga Blackberry Messenger Group ini tidak
dapat menjangkau semua anggota P3B. Perbedaan lain dalam
penggunaan kedua media ini juga terletak dalam informasi
didiskusikan didalamnya.
Bila di mailing list, informasi yang didiskusikan selalu diperbaharui
dan merupakan media komunikasi bagi P3B secara keseluruhan untuk
membicarakan tentang perkembangan kegiatan-kegiatan P3B.
Sedangkan dalam Blackberry Messenger Group, topik yang
didiskusikan lebih kepada kabar tiap anggota secara kesehariannya.
Gaya komunikasi dalam kedua media ini juga sangat berbeda satu
dengan yang lain. Bila diskusi dalam Blackberry Messenger Group,
anggotanya mayoritas adalah mahasiswa dan juga gaya bahasanya
lebih formal. Banyak emoticon yang bervariasi sehingga jauh dari
kesan formal.
Didalam mailing list, anggota yang berpartisipasi lebih
bervariatif. Mahasiswa, pengusaha ataupun pegawai negeri secara
bergantian berpartisipasi dalam mailing list ini. Bahasa yang
digunakan dalam mailing list ini cenderung lebih formal, karena
minimnya emoticon, panggilan formal kepada orang yang lebih tua
serta susunan kata yang menggunakan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan).6
Bila di beberapa komunitas virtual lainnya memiliki beberapa
orang yang ditugaskan menjadi aktor, maka di komunitas virtual P3B
yang bertugas menjadi aktor hingga saat ini hanya satu orang saja,
6 Data diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan Jeni dalam skripsi dengan topik
skrip “Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada
Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa (P3B) 2012.
yaitu ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (Harry Widjaja).
Sebelum kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berjabatan
sebagai Ketua Umum.
Sementara dalam kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja
berposisi sebagai penasehat sekaligus sebagai selektor untuk investor
yang ingin bekerja sama atau bergabung dengan P3B. Ketua P3B
adalah aktor dalam komunitas virtual, ketua P3B menjadi
administrator yang mengatur jalannya gerakan sosial P3B dan
sekaligus menjadi moderator yang mengurus keanggotaan dalam
komunitas ini. Dalam tugasnya sebagai administrator dan moderator
komunitas virtual P3B, Harry mengajurkan anggota P3B untuk tidak
bertingkah bersifat konfliktual berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar Golongan).
Harry Widjaja terlahir di Cirebon pada tahun 1972, dari keluarga
berdarah Tionghoa yang berdomosili di Cirebon. Masa-masa
pendidikannya dihabiskan lebih banyak di Cirebon, dari taman kanak-
kanak sampai dengan sekolah menengah atas. Harry saat ini
berprofesi sebagai dosen serta seorang penulis. Harry pada awalnya
tidak pernah memiliki cita-cita untuk dapat bekerja dalam
pengembangan masyarakat Papua Barat. Alumnus dari salah satu
universitas swasta ternama di Jakarta ini, lulus sebagai sarjana Teknik
Informatika. Ia baru mulai memiliki keinginan untuk berkontribusi bagi
Papua Barat setelah kunjungannya ke Papua Barat dalam kurun waktu
beberapa tahun. Kunjungan pertamanya di tahun 1999, lalu
dilanjutkan dengan tahun 2000 dan 2001. Pada tahun-tahun tersebut,
Harry mulai mengunjungi berbagai kabupaten, desa-desa, dan
pegunungan yang ada di Papua Barat karena diajak oleh seorang
pemuka agama Kristen yang memiliki sebuah sekolah di pedalaman
Papua Barat.
Masa pertimbangannya untuk semakin serius bekerja bagi
pengembangan Papua Barat terjadi pada tahun 2006 sampai dengan
2008 saat dirinya kembali mengunjungi 10 (sepuluh) kabupaten,
pegunungan dan pulau-pulau dalam rangka menulis biografi seorang
tokoh di Papua Barat. Setelah kunjungannya inilah ketua P3B mulai
merasa menerima konfirmasi bagi dirinya untuk fokus berkontribusi
dalam membangun Papua Barat melalui jalur ekonomi dan pendidikan
bagi putra putri Papua Barat.
Dalam diskusi P3B di kampus UKSW Salatiga, ketua perkumpulan
Papua pusaka bangsa menyatakan bahwa komunitas P3B adalah
bentuk komitmen saya untuk mengembangkan sumber daya manusia
Papua Barat yang mandiri dalam bidang ekonomi dan pendidikan”. Hal
ini sering dikemukakan di setiap ada pertemuan, tujuan adalah agar
masyarakat atau mahasiswa Papua Barat mengerti apa tujuan
daripada gerakan sosial P3B yang dibentuknya itu.
Dia membentuk komunitas ini untuk membangun sebuah
perkumpulan bagi orang-orang yang juga ingin bekerja untuk
membangun Papua Barat, sama seperti dirinya. Putra-putri Papua
Barat yang tergerak hati untuk membangun masyarakat Papua Barat
maka terbentuklah perkumpulan ini perkumpulan inilah yang peneliti
sebut dengan gerakan sosial P3B sedangkan sebutan dalam komunitas
ini sendiri adalah perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B), atau
sering dalam komunitas ini dengan jargonnya disebut transformasi
Papua Barat.
Untuk memperlancar komunikasi yang efektif diantara anggota
dan masyarakat yang tergabung dalam gerakan social atau gerakan
moral ini, pada tahun 2009, ketua perlumpulan membentuk grup
milist (mailing list) P3B. Tujuannya dalam membentuk komunitas
virtual ini adalah sebagai forum komunikasi dan informasi melalui
internet bagi setiap anggota P3B yang tersebar di berbagai daerah
baik di Papua Barat, di berbagai daerah di Indonesia maupun di luar
Indonesia.
Dari awalnya, ketua P3B sudah menjadi moderator dan
administrator komunitas virtual yang berbentuk milist ini. Selain
sebagai pendiri, ketua P3B dalam kesehariannya saat ini menjabat
sebagai penasehat di komunitas P3B. Secara informal, ia dianggap
sebagai pembimbing anggota P3B. Sebagai moderator dan
administrator, tugas ketua P3B dalam milist P3B adalah sebagai
pembuat milist, menyaring setiap anggota yang ingin bergabung
dalam milist P3B, serta menghapus postingan yang setelah di-review
dianggap mengandung unsur negatif.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jeni dengan judul
skripsinya “Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam
Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa
(P3B)”.7 Dalam temuan penelitiannya bahwa: setiap minggunya, Harry
yang juga adalah ketua perkumpulan P3B rata-rata memposting
sebanyak 7 (tujuh) kali. Dari segi jumlah, ketua P3B adalah anggota
komunitas yang paling sering melakukan posting di mailing list ini,
yaitu sebanyak 134 (seratus tiga puluh empat) kali sejak pergantian
pengurus. Topik-topik yang diposting olehnya adalah mengenai
informasi perkembangan kegiatan-kegiatan P3B, berita terbaru
tentang perkembangan pendidikan,ekonomi, dan sosial di Papua
Barat.
Postingan Harry belakangan ini adalah tentang update sekolah
EUP (Emsyk Uni Papua) yang bekerja sama dengan P3B. Selain itu,
ketua Harry juga kerap memberikan komentar atau me-reply posting-
posting yang dilakukan oleh anggota lain. Biasanya, Harry merespon
posting yang berisikan tentang fenomena atau kejadian di Papua yang
membutuhkan tindakan langsung dari P3B ataupun menanggapi
berita-berita politik yang berhubungan dengan sikap politisi di Papua.
(beri contoh beberapa reply yang dilakukan Harry). Dalam
penggunaan teknologi komunikasi, Harry dapat menggunakan
Blackberry Messenger melalui smart phone. Ia juga berkomunikasi
online dengan menggunakan E-Mail (ia memiliki akun Yahoo Mail) dan
layanan instant messaging seperti Yahoo Messenger dan Google talk,
serta media sosial seperti Facebook dan Twitter.
7 Sumber data diperoleh dari hasil Penelitian terdahulu Jeni dalam skripsinya“Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing
Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa (P3B, 2012)
5.1.1.1b. Habitus (arena/lingkungan)
Habitus dalam suatu kelompok menjadi dasar perbedaan gaya
hidup dalam suatu masyarakat, gaya hidup dipahami sebagai
keseluruhan selera, kepercayaan dan praktis sistematis yang menjadi
ciri suatu kelas. Perlu diperhitungkan masuk di dalamnya ialah opini
publik, keyakinan filosofis, keyakinan moral, selera estetis dan juga
makanan, pakaian, budaya. (Bourdieu.1994:23-25)8.
Dengan memperhatikan dari sudut pandang di atas, peneliti
memperhatikan atau mengamati perilaku atau gerak masyarakat
dengan pelaku dalam komunitas P3B. Dalam komunitas ini aktor atau
pelaku menjadi penggerak utama dalam komunitas. Prinsipnya adalah
dengan terbentuknya struktur-struktur masyarakat dalam komunitas
ini akan menjadi prinsip penggerak dan pengatur praktik-praktik di
lapangan kerja. Dimana praktik-praktik hidup itu diparaktikan oleh
individu-individu dalam komunitas P3B. Praktik-praktik individu itu
menjadi suatu budaya yang dapat disesuaikan dengan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai. Dalam hal ini perkembangan budaya dapat kita
lihat dengan cara bagaimana budaya tersebut beradaptasi dengan
masyarakat secara individu itu sendiri.
Habitus merupakan kebiasan atau hasil keterampilan yang
ditampilkan oleh tindakan praktis. Tindakan praktis ini yang kemudian
diperlihatkan oleh ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B). Dia
8 Kritik terhadap neo-liberalisme. Jurnal Basis Edisi khusus piere Bourdieu 2003.hal 9
memperlihatkan kemampuannya berkembang dalam lingkungan sosial
masyarakat. ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa ini menjadi
pionir. Dia membuat improvisasi secara kreatif, membentuk karakter
anggota, menyusun strategi, dan membentuk struktur sosial
masyarakat. apa yang dia meyakini dia melakukannya, dengan apa
yang dia percayai dengan kebebasan kreatif. Jadi disini habitus
menjadi sumber penggerak tindakan, pemiran dan representasi
pembatinan.
Pemikiran Harry Widjaja membuka cakrawala pikir masyarakat
dalam dunia usaha kepada mahasiswa dan masyarakat Papua Barat.
Hal ini dilakukan dengan penafsiran untuk memahami dan menilai
realitas yang terjadi di masyarakat Papua Barat, sekaligus
menghasilkan praktek-praktek kehidupan yang sesuai dengan struktur
sosial masyarakat. Dalam konteks ini sosialisasi bisa lebih jelas
dipahami apa tujuan dan motif yang akan dilakukan oleh komunitas
P3B.
Dengan cara itu individu memahami tindakan dan prakti-
pratiknya. Tekanannya pada nilai atau norma itu mau menggaris
bawahi ranah yang berupa kerja. Efektif berbagai perilaku yang
berkaitan dengan perasaan perilaku yang menjadi kegitan pikiran.
Dengan menolak kebiasan-kebiasaan yang ada dalam lingkungan
kebudayaan masyarakat. secara pola hidup yang berkemabang pada
manusia. Habitus memandang manusia sebagai individu yang memiliki
kehidupannya sendiri tanpa kelompok. Hal ini dikarenakan pandangan
habitus terhadap keberadaan manusia yang dilihat secara subjektif.
Ketua P3B membentuk suatu organisasi ini berawal dari
keprihatinannya, ketika dia berangkat ke Papua Barat untuk
mengunjungi sekolah berasrama dan kehidupan masyarakat asli
Papua Barat. Sejak pertama kali dia melihat keadaan anak-anak Papua
Barat tersebut hati dia tergerak untuk berbuat sesuatu untuk
masyarakat Papua Barat. Dengan jalan yang ia yakini bahwa untuk
membangun masyarakat Papua Barat adalah dengan pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Papua Barat perlu ada
transformasi, transformasi sebuah gerakan sistem moral pemersatu
kebangkitan spirit Papua Barat pasti bisa untuk bangkit dan
membangun jawaban Papua Barat masa kini dan masa depan.
Dimana pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan
orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang
harapan dan pemberdayaan ekonomi yaitu kemampuan untuk
memasuki kesejahteraan suku-suku bangsa di provinsi Papua dan
provinsi Papua Barat. Ide atau gagasan itu tidak hanya datang begitu
saja tetapi dari keprihatinan persoalan masyarakat Papua barat yang
dialami.
Ketika sumbangan pemikiran itu datang dari diri sesorang, maka
hal itu salah satu bentuk reaksi dari sikap yang ditunjukan dengan
tindakan bermakna bagi masyarakat Papua Barat. Tindakan refleksi
seseorang seperti inilah yang disebut Bourdieu habitus9. Menurut
Bourdieu bahwa habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi
tindakan praktis (tidak harus selalu disadari) yang kemudian
9 Kritik terhadap neo-liberalisme. Jurnal Basis Edisi khusus piere Bourdieu 2003.hal 10.
diterjemahkan menjadi suatu kemampuan yang kelihatannya alamiah
dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu.
Sikap yang ditunjukan oleh ketua P3B adalah sikap individunya
yang kemudian mempengaruhi individu yang lain, individu terhadap
individu atau individu terhadap kelompok atau kelompok-terhadap
kelompok. Setiap ada diskusi apa yang disampaikan ketua P3B adalah
bagaimana seorang mahasiswa dengan intelektualitasnya harus
bersikap dan bertindak menggunakan intelektual demi nilai-nilai
kemanusiaan. Hal ini dikemukakan dengan ungkapan bahwa:
“Hal ini untuk menjawab panggilan saya untuk berkontribusi memajukan
masyarakat Papua”.10
Apa yang dikemukakan ketua P3B di atas, pernyataan itu
menunjukan adanya disposisi ketua P3B dalam menentukan arah
orientasi sosialnya atau aktivitasnya. Cita-cita, selera, cara berpikir,
etos dan sebagainya akan menunjukkan sikap. Jadi sikap yang
ditunjukan ketua perkumpulan P3B itu kecenderungan dengan
persepsi, dia merasakan apa yang dia lakukan, dan berpikir apa yang
dia lakukan dalam tindakannya. Dengan kata lain dia memberikan
hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat.
Dengan bervisi jangka panjang, tidak berpikir sempit, berani
memikul tanggung jawab sosial yang menyeluruh, itulah panggilan
profesionalisme yang ia tunjukan dengan intelektualitasnya. Dia
seorang pengusaha namun dia tidak meletakkan diri pada satu
10 Dalam skripsi Jeni. Wawancara dengan HW yang dilakukan Jeni pada tanggal 12 Agustus
2011.
ideologi saja, untuk menjalankan panggilannya itu dengan berpihak
pada, humanism, solidaritas antar anggota masyarakat, membuat
jaringan sosial, dan perjuangan hak-hak masyarakat asli Papua Barat
seperti hak ekonomi, hak pendidikan, kultur, dan aspirasi masyarakat
setempat yang penuh toleransi dan anti kekerasan.
Dengan fokus perjuangan dibidang pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Strategi pendidikan tidak hanya
mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap
pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Sedangkan
kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat ini bertujuan untuk
mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki
semangat membangun usaha ekonomi yang mandiri dan
berkelanjutan.
Disinilah justru mendapat tantangan bagi komunitas yang
dipimpinnya. Berbagai tantangan yang dihadapi misalnya berhadapan
dengan mereka yang berpikiran sempit terhadap visi-misi daripada
gerakan sosial P3B ini. Musuh tidak hanya datang dari eksternal saja
tetapi juga dari internal. Misalnya musuh eksternal adalah, sikap
curiga terhadap komunitas P3B, berkaitan dengan politik, sikap yang
tidak mendukung, ideologis, egois, fundamentalis, hanya melihat
kepentingan jangka pendek belaka. Sedangkan musuh internal adalah
sikap yang intoleran, partisipasi anggota yang kurang, tidak memiliki
ambisi secara individu, tidak kreatif, tidak punya ide, bahasa,
komunikasi yang terputus.
Tindakan atau cara pandang tersebut dikondisikan oleh individu
lain dan itu merupakan kondisi dia yang secara pribadi yang bisa saja
tidak sesuai dengan secera paraktek dan teorinya secara budaya.
Sehingga seorang pribadi ini juga dapat memutuskan jalan hidupnya
sendiri tanpa mempedulikan orang lain yang ada dalam
lingkungannya.
5.1.1.2. Tujuan atau target yang akan dicapai
Tujuan yang ingin dicapai adalah membantu dan memfasilitasi
masyarakat Papua Barat memperoleh pendidikan yang tepat dan
berguna baik untuk kepentingan lokal dan internasional melalui
pelatihan dan pendidikan formal-informal. Melalui pendidikan holistic
,tepat, baik dan utuh bagi masyarakat Papua Barat. Melalui
pendidikan yang holistic diharapkan masyarakat Menjadikan Papua
Barat mampu berhubungan dengan masyarakat lainnya secara
proporsional dan mampu menentukan sendiri nasibnya terlepas dari
ketergantungan sistem dan berbagai perbedaan nilai-nilai moral dan
etika yang ada. Melalui pendidikan masyarakat Papua Barat sebagai
sumber aset bangsa Papua Barat dan menjadi harapan akan hari esok.
Melakukan transformasi masyarakat Papua Barat melalui bidang
pendidikan. Dan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui pendidikan. Upaya ini dilakukan mengajak masyarakat Papua
Barat untuk mau belajar dan tetap belajar karena belajar merupakan
suatu proses interaksi sosial dalam setiap lini kehidupan.
Tujuan dari pada itu menurut ketua perkumpulan Papua Pusaka
Bangsa bahwa, proses belajar dapat berlangsung jika dalam diri anda
(masyarakat/mahasiswa) tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban
atas persoalan yang menjadi masalah bagi masyarakat Papua Barat dia
harus sensitif terhadap persoalan yang anda rasakan dan anda peka
terhadap masalah. Dan tidak hanya peka dan sensitif saja namun anda
bekerja keras untuk membangun Papua Barat melalui pendidikan baik
formal maupun non formal. Anda menemukan jawaban atas
pertanyaan dalam hidup anda. Hal itu bisa terjadi ketika anda
melakukan suatu perubahan pola pikir anda, perilaku anda cara
pandang anda terhadap dunia dimana anda tinggal.
Proses pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan dan
pelatihan, pada umumnya sangat bersifat individual, dan kurang
menekankan pada belajar kelompok. Selain itu proses pendidikan
biasanya hanya berfokus pada pengembangan aspek kognitif.
Sementara kalau kita menggabungkan modal manusia, maka modal
manusia adalah bagian dari proses yang tidak hanya bersifat kognitif,
tetapi juga bersifat efektif. Maka pengembangan modal sosial muncul
di dalam kelompok gerakan sosial P3B. Karena dari sini menghasilkan
kerjasama antar individu, oleh karenanya pembentukan modal
manusia dengan melibatkan sejumlah orang yang bekerjasama dalam
komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa ini.
Dari hasil pengamatan peneliti dalam komunitas ini menunjukan
bahwa mereka belajar bersama dalam kelompok (learning group)
kerja kelompok itu dapat meningkatkan hasil kerja kelompok dan
perasaan menyatu dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang
diterapkan oleh komunitas P3B bahwa usaha perbaikan pendidikan
harus merupakan sistem yang logis, sehingga bagian-bagiannya
berkaitannya satu dengan yang lainnya bisa terjadi kesinambungan.
Rasa solidaritas sosial dan kekuatan masyarakat semakin bertumbuh.
5.1.1.3. Isu yang diangkat.
Perencanaan strategi P3B lebih memfokuskan pada
pengidentifikasian masalah yang terjadi di Papua Barat dan
pemecahan isu-isu, lebih menekankan pada penilaian terhadap
lingkungan di luar dan di dalam organisasi dan berorientasi pada
tindakan. Isu-isu yang diangkat antara lain adalah, pendidikan
(education), pemberdayaan ekonomi masyarakat (Empower
Economic) dan kesehatan (health).
ketiga hal tersebut di atas menjadi isu utama dalam gerakan sosial
P3B, misalnya pendidikan. Pendidikan sangat diharapkan oleh warga
Papua Barat untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
berkualitas, untuk menumbuh-kembangkan tumbuhnya daya nalar,
kreativitas dan inovasi masyarakat Papua Barat. Sementara itu
peningkatan status ekonomi dimaksudkan untuk memberi
kesempatan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
Dan masyarakat Papua Barat selayaknya mendapatkan pendidikan
berbasis ekonomi yang terarah sehingga meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat. Sedangkan peningkatan status gizi dan
kesehatan tergantung dari banyak sektor dan faktor, misalnya faktor
status sosial ekonomi, pertanian, perikanan, peternakan dan lainnya.
Hal tersebut di atas sudah dikemukakan juga oleh seorang dokter.
John Manangsang dia tidak membahas dalam unsur pengalaman
medis saja tetapi dia juga membahas dari sudut pandang lain yaitu
sosio ekonomis, kultur dan geografis serta faktor-faktor lingkungan
yang ada di dalamnya. Misalnya Manangsang menulis dalam bukunya
“Papua Sebuah Fakta dan Tragedi Anak Bangsa”11
(2007), dia
menyatakan disana bahwa pembangunan Papua pada hakikatnya
adalah pembangunan manusia Papua itu sendiri. Melalui pendidikan,
peningkatan status ekonomi, peningkatan status gizi dan kesehatan.
Sesungguhnya hal itu menunjukan bahwa memang masyarakat
Papua Barat lemah dan terpinggikan oleh sistem birokrasi pemerintah
daerah, yang hanya memberikan ruang kepada pemodal agar itu
menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan masyarakat tidak
memiliki ruang sehingga sulit untuk mengakses perjuangan hidup
mereka. Sebab perlindungan sosial terhadap masyarakat lemah, inilah
yang menjadi fokus perhatian organisasi.
Atas dasar itulah komunitas ini digiring kepada suatu gerakan
moral yaitu gerakan sosial P3B, gerakan ini membentuk suatu gerakan
baru yaitu gerakan transformasional masyarakat Papua Barat, hal itu
dilakukan untuk menyadarkan kepada masyarakat. Hal tersebut
11
Refleksi 15 tahun pasca kisah nyata: “cacatan seorang dokter dari Belantara Boven
Digul dan komentar para pakar Indonesia.
dilakukan agar ada penyadaran diri dari masyarakat untuk merubah
cara pandang, menentukan sikap kearah yang lebih baik
5.1.1.4. Modal (Kapital) untuk mencapai tujuan
Kapital manusia (human capital) menunjuk kepada kemampuan
yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan dan atau
pengalaman dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan yang
perlu untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam Lawang (2005: 13).
Selanjutnya Luthans (2006:44) dalam bukunya” Perilaku Organisasi” ia
menyatakan bahwa modal manusia mengarah kepada hubungan
antara strategi dan kinerja perusahaan. Dengan artian bahwa sumber
daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensia melalui
pengalaman, pendidikan, keahlian dan ide mereka.
Kedua narasumber mengemukakan pendapat di atas peneliti
mengaitkan kepada apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh
komunitas P3B adalah bagaimana membangun masyarakat Papua
Barat di sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia sebagai fokus
intinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu wilayah, melalui
peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga
kerja. Maka anggota P3B diharapkan menemukakan cara pandang dan
keahlian yang dimiliki mendorong dia untuk partisipasif dalam
organisasi dan mengerjakan untuk mencapai tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahun 2009, ketua P3B
membawah anak-anak yang kurang mampu dari Papua barat dan
memasukkan anak-anak tersebut ke sekolah menenga kejuruan
bagimu negeri sebanyak 10 anak siswa ke 10 anak siswa tersebut
masing-masing dari, provinsi Papua 5 anak dan provinsi Papua Barat 5
anak. Anak-anak tersebut di asramakan di SMK bagimu negeri
Semarang. Ketua P3B tidak hanya membawa siswa namun ketua P3B
juga membawa pengajar atau guru bahasa inggris asal Papua Barat
untuk mengajar di SMK bagimu negeri. Ini salah satu upaya-upaya
yang dilakukan oleh P3B untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan
masyarakat Papua Barat.
Sekolah bagimu negeri di Semarang salah satu sekolah yang
menghimpun anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah.
Dalam diskusi di Jakarta taggal 19 september 2010 ketua P3B yang
juga adalah pendiri organisasi ini memberikan kesempatan kepada
peserta yang hadir untuk berpendapat tentang organisasi P3B. Peserta
yang hadir adalah satu pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar
di SMK Bagimu Negeri Semarang:
Dia senang sekali pak Harry membawa dia ke sekolah SMK bagimu negeri
Semarang untuk menjadi pengajar adalah suatu hal baru bagi dia. Di luar
Papua Barat mendapatkan kesempatan dan pengalaman baru itu hal yang
luar biasa bagi dia. Tidak banyak orang Papua Barat yang mendapat
kesempatan untuk mengajar di luar Papua Barat.
Apa yang dikemukakan salah satu pengjar asal Papua Barat itu
memang benar adanya bahwa tidak semua orang Papua Barat
mendapat kesempatan mengajar di luar dari Papua Barat. Baik di
negeri maupun swasta. Kebanyakkan mahasiswa asal Papua Barat
yang mendapatkan gelar sarjana pendidikan pasti pulang ke daerah
dan menjadi guru di daerahnya, dan memang itu harus dilakukan
untuk membangun daerahnya sendiri. Namun adapun pengalaman-
pengalaman mengajar yang dari luar pun perlu diperhitungkan, sebab
hal itu akan memberikan pengalaman kerja dalam hidupnya dan
merasakan bagaimana mendidik dan mengajar masyarakat.
Dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki dia akan melakukan
pekerjaan organisasi dengan baik di suatu lingkungan baru. Yang
diharapkan P3B adalah bagaimana anak-anak didiknya mendapatkan
pengalaman dan hal baru dalam hidupnya agar itu dikembangkan
dalam organisasi dan itu salah satu kunci keberhasilan dalam hidupnya
sehingga membangun suatu hubungan modal sosial, membangun
kebersamaan, dan kepercayaan diri dan pada tindakan kolektif di
dasari rasa saling memperayai untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam organisasi.
5.1.1.4a. Modal Sosial
Untuk mencapai suatu tujuan modal sosial sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu partisipasi kelompok masyarakat Papua Barat dalam
suatu organisasi ini sangat penting karena untuk mewujudkan suatu
misi organisasi parsipasi dalam suatu jaringan sosial sangat
dibutuhkan karena modal sosial tidak hanya dibentuk oleh suatu
individu melainkan kelompok untuk bersosialisasi, maka itu P3B
membangun jaringan dengan kelompok atau individu lain untuk
menjadi satu kekuatan mendorong organisasinya untuk mencapai
tujuan.
Dari beberpa pendapat ahli sosiologi misalkan Putnam, Coleman,
Fukuyama dan ahli sosiologi lainnya juga sepakat bahwa kerjasama
masyarakat atau organisasi sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan
atau organisasi atau lembaga. Masyarakat selalu berhubungan dengan
masyarakat yang lain untuk membangun suatu jaringan sosial. Dalam
konteks itu P3B melakukan fokus utamanya bagaimana anggotanya
dilatih, di-didik melalui pendidikan formal-nonformal menekan pada
dimensi yang luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat
bersekutu untuk memperjuangkan tujuan dari pada organisasi
tersebut.
Hal terpenting bagi P3B adalah bagaimana mendekatkan diri
kepada masyarakat, melalui kelompok-kelompok yang sudah ada
misalnya kepala kampung, keluarga, organisasi gereja, lembaga
masyarakat adat. Tidak hanya pada kelompok saja tetapi P3B
mendekatkan diri kepada individu-individu yang ada di masyarakat.
Individu-individu tersebut dikelompokkan menjadi satu kesatuan
kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk
mencapai tujuan bersama.
Komunitas ini melihat setiap individu dan kelompok masyarakat
yang ada di Papua Barat adalah suatu modal sosial yang perlu
dikembangkan. Intinya bahwa setiap insan yang ada di Papua Barat
adalah modal untuk jadikan sebagai kelompok sosial masyarakat yang
dibergunakan sebagai mitra kerja yang artinya bahwa konsep modal
sosial menekankan kepada hubungan kerjasama dan kebersamaan
masyarakat untuk mencapai tujuan yang diusahakannya.
Menurut para ahli sosiologi bahwa modal sosial tidak dibangun
hanya oleh suatu individu, melainkan kecederungan tumbuh dalam
kelompok. Dalam artinnya bahwa bagaimana modal sosial dibangun
kemampuan masyarakat Papua Barat dalam suatu entitas atau
kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jarinagn sosial untuk
mencapai suatu tujuan. Fukuyama dalam Hasbullah (2006:8)
menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang
membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas
dasar kebersamaan, dan di dalamnya di ikat oleh nilai-nilai dan norma
yang tumbuh dan di patuhi.
Untuk menumbuhkembangkan rasa solidaritas terhadap komunitas
P3B. Modal sosial yang dikembangkan komunitas ini adalah,
Pertama modal berdasarkan kepercayaan, trust inilah yang sering
ketu perkumpulan Papua pusaka bangsa kemukakan bahwa bahwa
kita harus menga kepercayaan satu sama yang lain, alasan yang sering
dikemukakan adalah berdasarkan beberapa anggota P3B yang
berpegang teguh komitmen. Hal ini memberikan alasan bahwa dengan
kepercayaan itu dia (ketua P3B) telah berhasil membina anak didiknya
menjadi seorang pengusah kontraktor di Jayapura dan seorang
pengusaha muda di Sorong hal itu terjadi karena kepercayaan yang
mereka berikan kepada ketua P3B sangat tinggi sehingga mereka
berhasil, keberhasilan itu tidak datang begitu saja tetapi karena
percaya.
Ketua P3B senang dengan kepastian perjanjian untuk senantiasa
dipatuhi. Trust anggota P3B sangat tinggi, tetapi juga anggota P3B
cepat menujukkan kekecewaan mereka, walaupun dengan cara relatif
sopan, tetapi kekecewaan yang dirasakan adalah ketua P3B terhadap
anggota yang tergabung dalam komunitas ini karena kurang
memenuhi komitmen dan jani anggotanya ketika awal bergabung
maka anjurannya kepercayaan harus dijaga dan tidak mengecewakan.
Trus pada organisasi P3B tidak hanya berkembang pada anggota P3B
saja tetapi di dalam pergaulan indivud kelompok di dalam masyarakat
luas dan juga kepada lembaga-lembaga mitra agar hubungan tetap
terjalin baik.
Kedua modal berdasarkan kebersamaan. Modal berdasarkan
kebersamaan ini yang peneliti amati adalah modal berdasarkan
keluarga. Keluarga merupakan inti komunitas yang bisa cepat
membentuk modal sosial, selain itu kelompok pemuda juga dijadikan
sebagai modal sosial yang tentunya melalui kelompok kepemudaan
membentuk interkasi sosial maka terbentuklah modal sosial tersebut,
dari hasil pengamatn yang dilakukan kecenderungan masyarakat
untuk melibatkan diri kegitan organisasi ini terlihat sekali.
Berbagai asosiasi yang bersifat volunter yang berkembang dalam
komunitas banyak melibatkan diri dalam kegiatan ini misalnya praktik
penggunaan pekerja sukarelawan terutama dalam pelayanan
masyarakat atau program dan organisasi kependidikan sangat terlihat
contoh P3B bekerjasama dengan salah satu sekolah swasta yaitu SMK
Kristen Semarang, untuk mendukung keberhasilan agar kegiatan
belajar mengajar bagi anak didiknya di SMK ini dapat berjalan lancar
tanpa harus menarik biaya pendidikan dari kalangan yang tidak
mampu.
Ketiga adalah modal berdasarkan komitmen, hala inilah yang
sering dikemukakan ketua P3B dalam tiap ada pertemuan dia sering
menyatakan bahwa “kita harus berpegang teguh pada komitmen,
perjanjian-perjanian yang kita buat adalah kesepakatan jadi
berpegang pada komiten adalah salah satu wujud tanggung moril
terhadap kepedulian kita terhadap visi-misi organisasi, komitmen ini
juga akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap sesama
anggota sebagai bertanggung jawaban moril terhadap komitemn yang
dibuatnya sehingga membentuk modal sosial yang kuat berdasarkan
komitemn tersebut.
ke empat modal berdasarkan jaringan atau jejaring sosial salah
satu unsur modal sosial yang dikembangkan dalam komunitas ini
adalah jejaring sosial, jaringan sosial dibuat untuk pihak anggota P3B
dapat memanfaatkannya dalam kerangka pengembangan jejaring
bisnis, karena biaya jejaringnya relatif lebih murah, ketimbang tidak
memiliki jejaring. Sehingga jaringan sosial menjadi sangat penting
untuk saling berinteraksi satu sama yang lain dalam komunitas P3B,
kelompok ini membentuk jaringan-jaringan yang efektif, dengan
kejujuran, disiplin diri, kerja keras, proaktif dan tingkat kepercayaan
yang merupakan rangkaian modal sosial bagi perkumpulan P3B.
Ke lima modal sosial berdasarkan budaya. Budaya yang peneliti
maksudkan disini adalah kumpulan nilai-nilai yang dipakai bersama
oleh anggota P3B untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh
anggota P3B dituntut untuk bekerja dengan hati, bekerja keras, setia
pada organisasi dan mementingkan pelayanan, melakukan nilai-nilai
budaya dari hati seperti semangat kerja secara serius tapi bukan untuk
dirinya sendiri, memberikan perhatian, optimisme, loyal pada
organisasi, dan sebagainya, nilai-nilai tersebut menciptakan budaya
dominan dalam organisasi yang membantu perilaku untuk
membentuk modal sosial.
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bahwa komunitas ini
membentuk suatu struktur atau budaya baru, misalnya
mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang melekat pada masyarakat lokal
dengan melakukan nilai-nilai social baru dalam organisasi itu. Nilai
budaya dan nilai baru memang beda tetapi itu tidak demikian,
perubahan budaya menjadi satu. Salah satu contoh kongkrit
bagaimana P3B melakukan gerakan sosial berdasarkan konteks,
seperti dikemukakan ketua P3B “kita tidak hanya berpikir marginal
saja tetapi kita berpikir global dan bertindak lokal”12
jelas hal ini
disampaikan karena alas an tersebut di atas bahwa kita tidak
mengabaikan nilai-nilai lokal tetapi kita mengelaborasikan nilai-nilai
baru dan nilai lokal agar masyarakat rasa memiliki. Sehingga
masyarakat menerima nlai baru tidak pada pemaksaan kehendak
untuk harus mengikuti namun dituntut untuk memilih masyarakat
tradisional dengan hal-hal baru, oleh sebab itu P3B memberikan ruang
kepada masyarakat sesuai konteks sebab masyarakat memiliki
pengetahuan.
12 Hal ini disampaikan pada saat pertemuan P3B di Salatiga (2010)
5.1.1.4b. Modal Ekonomi
Modal ekonomi yang dikembangkan P3B dalam usahanya adalah
pemberdayaan ekonomi dan pendidikan yang terintegrasi.
Perkumpulan ini menjadi wadah kebersamaan untuk meningkatkan
pemberdayaan ekonomi dan kualitas pendidikan, dengan
pelatihan,pembinana bidang formal dan informal. Mengembangkan
sumber daya sosial dan ekonomi melalui pelatihan entrepreneurship
dan pemberdayaan potensi lokal.
Kemandirian adalah jalan keluar bagi masyarakat Papua Barat
untuk keluar untuk menyelesaiakan masalah sosial dan ekonomi
masyarakat. Melalui program entrepreneurship kemandirian
masyarakat dapat mengatur dan mengurangi besarnya ongkos
pembangunan sehingga mampu melakukan proses modernisasi yang
sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di daerah tertentu.
Program yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat Papua Barat dilakukan melalui diskusi, seminar, dan diskusi
lepas.
Kegiatan Papuapreneur ini bertujuan untuk mendidik masyarakat
Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat
membangun usaha ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan tanpa
harus menggantungkan diri dari pemerintah dan pendatang yang
berdagang di Papua Barat. Gerakan ini bertujuan membangun gerakan
sosial yang mandiri maka nilai-nila bdaya yang ditanakan adalah
belajar lebih kreatif, semangat bekerja keras, bernilai seni dan
berinovasi dalah bagian seni hidup yang dipraktikkan.
Maka tindakakn yang harus dilakukan adalah tidak hanya
mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap
pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa perubahan sosial masyarakat Papua Barat yang
tergabung dalam komunitas ini perubahan social yang diinginkan P3B
dalam kaitan trnsformasi Papua Barat adalah perubahan paradigma
berpikir.
Otonomi khusus diberikan untuk masyarakat berpikir dan
bertindak sesuai madat undang-undang otonomi khusus. Untuk
pengembangan masyarakat Papua Barat dalam pembangunan perlu
ada upaya hukum atau kepastian hukum. Maka itu Payung hukum
untuk melindungi warga asli Papua yaitu UU Nomor 21/2001 tentang
Otonomi Khusus (Otsus) belum berbicara banyak.
Walau disana di jelaskan adanya keutamaan warga asli untuk
mendapatkan pekerjaan berdasarkan pendidikan dan keahliannya,
namun nampak belum memadai. Aspek politik seputar polemik otsus
lebih cenderung berputar-putar pada masalah jumlah dana yang
diperlukan untuk pembangunan Papua Barat bukan pada upaya
pemberdayaan warga asli Papua Barat agar memiliki daya saing
menghadapi kesenjangan ekonomi.
Dengan melihat perkembangan masyarakat Papua Barat maka
P3B melakukan gerakan sosial pemberdayaan masyarakat melalui
pendidikan ekonomi dan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan, pembinaan kearah wirausaha, tujuan dari itu
adalah bagaimana meningkatkan kualitas masyarakat melalui
enterepreneur dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan
keterampilan khusus, dari hasil pelatihan dan pembinaan tersebut
agar masyarakat dapat meningkatkan status sosialnya melalui
pengembangan diri tersebut.
Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan diskusi, seminar, dan
pelatihan-pelatihan, dan pendidikan ekonomi pembangunan.
Pengetahuan awal sangat diperlukan untuk pengembangan wirausaha
maka P3B memberikan suatu pengetahuan kewirausahaan terhadap
masyarakat atau anggota yang tegabung dalam komunitas ini (P3B),
kegiatan-kegitan tersebut dilakukan P3B dan salah contoh kegiatan
P3B tergambar di bawah ini:
Gambar 1.6. Kegiatan Intrepreneurship di kota Jayapura-Papua Barat
Sumber: Arsip P3B (2012)
Kegiatan pengembangan jiwa entrepreneur ini telah dilakukan di
dua kota, yaitu Jayapura dan Sorong. Tujuan daripada itu adalah
membentuk peserta didik yang cerdas, terampil untuk menanamkan
jiwa wira usaha pada peserta didik, mendorong semangat belajar,
memutuskan kemiskinan menuju kesejahteraan melalui
entrepreneuship dan berkarya yang berkelanjutan bagi anggota P3B.
Tidak ketinggalan juga dibuatnya akademi sepak bola, yang
ditujukan untuk mengembangkan potensi olah raga anak-anak Papua
Barat yang dinamakan Embun Cyclop (Emsyk). Dengan berbagai
prestasi yang pernah dibuat oleh Akademi Emsyk ini, pada tahun 2012
akademi ini telah mendapatkan dukungan dari Real Madrid
Foundation.
Untuk pengadaan bantuan kepada 100 siswa yang berkompeten
dalam sepak bola. Komunitas ini juga memiliki program jangka
panjang yang menjadi goal besar mereka yaitu pembangunan Papua
Integrity Land atau Center of Human Development.
Gambar 1.7. Anak-anak Papua Barat yang masuk dalam Akademi
Sepak Bola Emsyk.
Sumber: Arsip P3B (2012)
Di mana kawasan Papua Integrity Land ini akan menjadi Pusat
Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Papua yang terdiri dari Panti
Asuhan, Sekolah Berasrama, Perikanan, Pertanian dan Peternakan,
Akademi Musik dan Seni, dan Sekolah berasrama.13
Organisasi ini dalam upayanya melalukan melalui pendirian
jaringan-jaringan sosial, di daerah-daerah dan komunitas ini meyakini
bahwa transformasi yang akan merubah keadaan masyarakat,
perubahan sosial, ekonomi dan politik. Poin penting dari komunitas ini
adalah bagaimana P3B memainkan peran dalam gerakan sosial untuk
menyesejahterakan masyarakat melalui pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Gagasan pemberdayaan
ekonomi masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru. Tetapi yang
13
Data-data berkaitan dengan Akademi Sepak Bola Emsyk diperoleh dari skripsi
Jeni (2012)
terpenting bagi peneliti disini adalah tujuan dari pada gerakan sosial
komunitas ini bahwa gerakan sosial menarik pada konsep modal
manusia. Modal manusia menunjuk pada potensi orang dan kontribusi
tenaga, ide atau pikirannya yang dipergunakan untuk gerakan sosial
ini
Para ekonom sudah membicarakan modal (kapital) khususnya
modal ekonomi atau finansial (financial capital) yaitu modal finansial
berkaitan dengan modal uang yang dapat dipergunakan untuk
membeli fasilitas atau alat-alat produksi perusahaan atau usaha-usaha
lainnya, atau sejumlah uang yang ditambung untuk investasi masa
depannya.
Tatapi para ahli yang lain dalam hal ini para ahli sosiologi
membicarakan modal bentuk lain, seperti modal manusia, modal
intelektual, dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat
digunakan untuk keperluan tertentu atau investasikan untuk masa
yang akan datang. Modal manusia dapat meliputi keterampilan atau
kemampuan yang dimiliki orang untuk melaksanakan tugas tertentu.
Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimiliki
manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran.
Sedangkan modal cultural meliputi pengetahuan dan pemahaman
komunitas terhadap praktek dan pedoman-pedoman hidup dalam
masyarakat.
Misalnya seperti apa yang dikemukakan oleh ketua P3B bahwa
para anggota mau tampil memberikan pencerahan bagi masyarakat
Papua Barat. Contohnya adalah dia sendiri (ketua P3B) dia
membentuk komunitas P3B dan mendidik, membina, dan melatih itu
adalah bagian dari keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan
kegiatan tersebut. Dia (ketua P3B) memberikan apa yang dia miliki
dalam hal ini pengetahuan kepada masyarakat dan dia juga secara
intelektual membaktikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan
masyarakat Papua Barat dan melihat persoalan masyarakat Papua
Barat dalam konteksnya yang lebih luas.
5.1.1.4c. Modal Budaya
Modal budaya yang ingin dikembangkan oleh komintas ini adalah
modal budaya berdasarkan pendidikan yang berpengetahuan, dan
juga nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kultur budaya setempat,
sehingga perubahan itu bernilai kontekstual dengan nilai-nilai baru
tersebut. Dalam penelitian ini juga peneliti mengamati apa yang
dikerjakan perkumpulan ini adalah bagaimana gerakan sosial ini
mempersatukan dalam nilai-nilai baru. Mengintegrasikan masyarakat
dalam satu kesatuan komunitas P3B kegiatan yang ingin diajarkan
adalah bagaimana masyarakat bekerja keras dan berinovasi dalam
bidang yang digeluti oleh kominitas ini. Proses yang ingin di ajarkan
oleh komunitas P3B ini adalah:
� pertama proses rasionalisasi,
� kedua proses standarisasi dan
� ketiga proses liberisasi
Dari ketiga hal tersebut di atas yang pertama bahwa proses
rasionalisasi yang ingin diajarkan P3B adalah segala sesuatu digunakan
dengan akal sehat, atau proses perbuatan yang rasional, bahwa
pemikiran, akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan
problem, yang mengutamakan kemampuan akal atau batin untuk
merasionalkan. Sehingga tujuan yang dicapai disini adalah bagaiman
P3B membawa anggota pada pemikiran baru atau pada perubahan
paradigma lama kepada paradigma baru.
Proses ini terjadi dalam perubahan pola pikir masyarakat dan
proses sosial yang terbentuk dan memiliki rasionalitas dalam
menentukan pilihannya. Sedangkan proses standarisasi yang
dilakaukan oleh P3B adalah meningkatkan kualitas masyarakat atau
menaikan status sosial masyarakat dalam pendikakan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Memberikan suatu standar.
Yang pasti hal itu menunjukan ukuran sebagai patokan untuk kualitas
komunitas ini untuk menentukan patokan yang akan ditentukan dalam
mencapai tujuan.
Sedangkan meliberalisasikan yang dimaksud peneliti disini adalah
bagaimana anggota masyarakat yang tergabung dalam komunitas ini
berpikir bebas dan tidak berda dalam tekanan atau dominasi negara
atau orang lain, dan pola pikirnya tidak hanya terpaku pada pola pikir
tradisional saja, tetapi bagaimana mereka berpikir global jadi
menerapkan paham kebebasan (liberal) dalam kehidupan organisasi.
Yang ingin diajarkan komunitas ini adalah usaha perjuangan menuju
kebebasan, yang menghendaki, demokrasi, dan kebebasan pribadi
untuk berusaha dan bekerja tanpa ada tekanan politik yang yang
merugikan masyarakat, kelompok atau individu-individu dalam
aktivitasnya.
Dari aspek modal kultural (cultural capital) yaitu aspek-aspek
material dan non-material kebudayaan yang mendukung proses
perubahan. Misalnya nilai-nilai yang hidup dalam komunitas atau
dilingkungan masyarakat, mentalitas yang tercipta, semangat kerja
yang berkembang, kebiasaan mental yang tumbuh dan hasrat
perubahan yang muncul. Ada citra di republik ini bahwa orang Papua
Barat itu bisanya hanya tahu minum, bodoh, terbelakang, tertinggal,
dan miskin.
Hal ini berulangkali diungkapkan melalui media masa, media
elektronik sehingga membentuk opini publik dan hal seperti ini juga
digunakan oleh para pejabat di Papua Barat ketika mencalonkan diri
menjadi bupati, gubernur atau anggota dewan (DPRD). Hal ini
disampaikan media masa, media elektronik, sehingga membentuk
opini publik. Memakai kaca orang lain dan tidak melihat dari kacamata
orang Papua Barat itu sendiri.
Adapun hal lain juga yang menjadi permasalahan di Papua Barat
yang harus diselesaikan adalah ketidakadilan, dominasi negara
terhadap rakyat Papua Barat, separatis, OPM (Organisasi Papua
Merdeka), lagi-lagi ini memberikan suatu lebeling kepada masyarakat.
Subtansinya bukan disitu tetapi bagaimana membangun masyarakat
Papua Barat, sesuai dengan konteks, tidak unsure pemaksaan dalam
pembangun, menghilangkan nilai-nilai lokal sama saja menghilangkan
identitas/jatidiri orang Papua Barat. Maka P3B hadir membangun
jatidiri masyarakat Papua Barat dengan mentegrasikan dalam satu
komunitas transformasional yaitu dalam komunitas P3B untuk
perubahan masyarakat. Karena sampai hari orang Papua Barat sendiri
melihat persoalan di Papua Barat memakai kaca mata orang luar.
Persoalan di Papua Barat substansinya bukan disitu tetapi
bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan memakai
kaca mata sendiri atau sesuai dengan kultur dan karakter budaya
masyarakat setempat, dengan mengelaborasikan budaya-budaya baru
dengan budaya setempat atau lebih spesifik lagi transfer nilai ke
dalam nilai budaya lama. Dengan pengalaman-pengaman kita peroleh
dari lingkungan atau melalui ilmu yang kita peroleh, dengan pola
pendidikan yang benar, perilaku kita dan kita menerapkan budaya
baru, dengan menciptakan hal-hal baru, dengan ide, kreativitas, dan
bekerja keras.
Meski awalnya ada keraguan terhadap kesadaran dan
pemahaman kultur masyarakat Papua Barat, terbentuknya komunitas
atau organisasi P3B dapat dipandang sebagai komitmen kultur P3B,
karena karakter dan kultur (cultural) orang Papua Barat yang berbeda
memungkinkan sulit dipecahkan namun hal itu bukanlah menjadi
alasan membangun Papua Barat.
Dengan slogannya P3B bahwa Pupua Pasti bisa, maka perubahan
dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan bekerja keras untuk
mewujudkan cita-cita mencapai tujuan. Peneliti mencoba
meminjamkan apa yang dikemukakan oleh Like Wilardjo bahwa:
kebudayaan ialah “keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari
pengalaman dan pendidikan oleh suatu masyarakat yang mengungkapkan cara
hidup tradisional dan mengalami modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan
dari generasi ke generasi”. (The Readers’ Digest Gereat Encyclopedic Dictionary.)
usaha dapat dilakukan secara terencana untuk meningkatkan kebudayaan dan
mencapai peradaban, yakni peri-keadaan masyarakat manusia yang bercirikan
perkembangan intelektual, sosial dan cultural yang beraras tinggi. Segenap usaha
itu dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan menggunakan naluri, nalar,
nurani, dan nalanya, dan membuahkan kreativitas. Kemudian cipta (kreativitas) ini
bersama dengan karsa (kebualatan tekat atau kemauan keras) menghasilkan karya
yang mengangkat masyarakat itu kekedudukan yang lebih baik.14
Pada dasarnya adalah segala usaha yang dilakukan komunitas
P3B, melalui pelatihan-pelatihan pemberdayaan pendidikan ekonomi
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, itulah pembangunan yang
ingin dilakukan oleh komunitas ini. Pembangunan berbasis budaya
sangatlah penting, budaya yang berkarakter, budaya yang berilmu,
dan budaya berintelektual yang memiliki nilai jual tinggi terhadap
persoalan masyarakat. Hubungan antar komunitas dan individu yang
dibangun P3B pada prinsipnya adalah bahwa dibangun berdasarkan
kesadaran untuk mendatangkan kebahagiaan kepada masyarakat
Papua Barat, sambil mengelolah sumber daya alam yang tersedia
dengan bijaksana.
Ada beberpa faktor yang menjadi pegangan dan harus di
perhatikan oleh P3B adalah nilai-nilai yang dibangun. Nilai-nilai apa
saja yang dibangun, sesuai dengan kontekstual atau tidak. Realitas
yang terlihat di Papua Barat sampai saat ini adalah mereka yang
14
Like Wilardjo pembangunan nilai-nilai dan keterasingan orang miskin. Dalam buku
membumikan Etika Lingkungan (2011) Editor Budi Widianarko.
berada dalam posisi dominan yang mampu mengadaptasi dengan
lingkungannya tetapi juga mengantisipasi masalah yang akan
menimpahnya terutama masyarakat non Papua Barat yang
mendominasi bidang perekonominan di Papua Barat.
Namun lain hal dengan masyarakat Papua Barat, mereka yang
pada dasarnya tidak mau atau tidak mampu merangkul nilai-nilai
dominan atau nilai-nilai baru dengan sendirinya akan tersisihkan.
Persolan semacam inilah yang menjadi kekawatiran P3B sehingga
terbentuklah gerakan sosial P3B atau dalam komunitas ini dengan
sebutan perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B). Mereka kehilangan
kesempatan dan sulit melangkah lebih maju lagi dari semula.
Walaupun masalah itu tak sepenuhnya berdampak negatif terhadap
nilai-nilai yang di anutnya.
P3B disini memberikan suatu nilai baru dalam konteks budaya
baru bagaimana membangun masyarakat dengan cara-cara baru atau
budaya baru dengan tidak menyinggirkan nilai-nilai lokal. Contohnya
adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan cara-
cara baru dari cara yang lama, budaya baru yang ditanamkan oleh
ketua P3B adalah apa yang kita tanamkan dalam bentuk ilmu
pengetahuan akan mendatangkan hasil baik seperti yang dilakukan
ketua P3B bagaimana mendidik anak didiknya untuk memberi
pendidikan semaksimal mungkin atau memberi kesempatan seluas-
luasnya untuk mendapat pendidikan dimanapun P3B bermitra dengan
lembaga pendidikan.
Jadi anak didiknya menjadi pandai dan terampil, maka hasilnya
akan sekian kali dari biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan itu.
Tujuannya adalah bahwa masyarakat Papua Barat yang terdidik agar
mempunyai pendirian dan pendapat sendiri, tidak mudah dibawa ke
suatu jurusan yang belum dimengerti maksudnya, mereka juga tidak
ingin lagi diperbudak dan dieksploitir. Kita harus belajar banyak
sampai akhir hayat ini bisa dilaksanakan dengan berbagai cara seperti
yang gerakan sosial P3B, pengalaman sekian tahun yang kita alami dan
belajari jangan itu-itu saja. Dengan mempelajari berbagai hal setiap
hari, jiwa kita akan lebih matang. Pengetahuan dan keterampilan yang
diberikan ketua (P3B) dalam hal usaha meningkatkan kesejahteraan
terutama dibidang pendidikan dan ekonomi karena penuh perhatian
terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.
5.1.1.4d. Modal Simbolik
Apa yang ingin peneliti paparkan disini mengenai modal simbolik
berkaitan dengan gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat
adalah apa yang menjadi simbol dalam komunitas ini misalnya strategi
investasi SDM menyekolahkan anak-anak, memberikan bantuan
beasiswa adalah strategi investasi SDM hal ini dilakukan untuk upaya
mempertahankan atau meningkatkan pengakuan sosial.
Tujuannya adalah untuk memproduksi persepsi dan penilaian yang
mendukung kekhasannya, misalnya identitas diri, pengakuan terhadap
etnis, keluarga ini adalah unsur utama modal simbolik, juga
mendorong upaya untuk dihargai tidak hanya itu tetapi juga bentuk
kehormatan sebagai manusia ciptaan Tuhan secara sosial budaya.
Perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B) dalam aktivitasnya,
keluarga, kelompok pemuda, dijadikan sebagai kolektivitas yang
menjadi fokus dan pemuda atau kelompok-kelompok sosial kecil
dilingkungan masyarakat. Keluarga adalah subjek utama strategi-
strategi reproduksi sosial yang akan dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan sosial disana. Dimana keluarga, kelompok pemuda, dan
kelompok-kelompok sosial sebagai kolektivitas terpenting
menentukan dalam hal pemilihan. Strategi pendekatan keluarga
dilakukan agar melalui pendekatan keluarga ada dukungan moril
terhadap usaha yang dikembangkan dalam kelompok.
Keterampilan dan pembiasaan itu menjadi bagian kesadaran
praktis untuk menjawab tuntutan hidup. Misalnya dukungan yang
diberikan akan mengahasilkan jaringan sosial, untuk menyadari hal itu
tetapi akan berdampak pada kekuatan-kekuatan antar anggota
kelompok dan keluarga sebagai kesatuan yang utuh atau
menumbuhkan modal sosial.
Dukungan Keluarga dan kelompok menjadi simbol kekuatan dalam
gerakan sosial P3B ini dalam hal pendidikan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Misalnya dukungan keluarga besar Nauw dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1.8. keluarga besar Nauw di Sorong
Arsip. P3B (2012)
Tentunya apa yang diharapkan dari P3B adalah tradisi keluarga
mempermudah peserta didik dari lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial dimana mereka berada akan membentuk mental dan
kepribadian dari lingkungan keluarga muncul ideologi bakat,
keterampilan, pembiasaan, lalu menjadi bagian kesadaran praktis.
Inilah yang dikemukakan oleh Buordieu15
bahwa keterampilan
seseorang dalam menjawab tantangan dikondisikan oleh rutinitas
tindakannya. Namun kebiasaan dan keterampilan itu berfungsi seperti
program yang memiliki kemampuan kreatif dan jangkauan strategi
dalam lingkungan tertentu.
Komunitas P3B meyakini bahwa lingkungan sosial dimana
masyarakat tinggal target utama adalah keluarga, kelompok yang
terpinggirkan, kelompok pemuda, kelompok mama-mama (ibu-ibu)
15
Juenal Basis. Kritik terhadap neo-liberalisme. Edisi khusus Piere Bourdieu, November (2003)
hal. 16
dijadikan sebagai medan magnet atau medan kekuatan, disitu menjadi
tempat perjuangan antar individu, antar kelompok, lingkungan
dimana kelompok-kelompok itu bertindak dengan tindakan penuh
kesadaran, karena individu dilahirkan dilingkungan dimana dia tinggal
adalah bagian dari lingkungannya, sehingga hal itu bisa tepat
diterapkan sebagai medan perjuangan.
Selain dukungan kelompok-kelompok di atas ada juga dukungan
dari kelompok luar secara individu maupun kelompok. Jaringan sosial
yang terbentuk dari dalam dan luar negeri ini menunjukan bahwa
kepedulian secara individu, maupun kelompok terhadap komunitas
P3B semakin luas. Dari berbagai dominasi gereja, dan juga kelompok
pemuda, tokoh adat, dan keluarga yang mendukung P3B terlihat disini
juga kepedulian orang luar secara individu mendukung akan visi dan
misi organisasi ini adalah Suzette Hatingh melalui Voice in the City
Indonesia menjadi Partner dengan komunitas perkumpulan Papua
pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Dia melihat visi
daripada P3B ini baik untuk mendorong kemajuan masyarakat Papua
Barat kedepan yang lebih baik sehingga dia tergerak hatinya untuk
bergabung mendukung kegiatan P3B. Bergabungnya Suzette Hatingh
melalui voice in the city tidak terlepas dari jaringan sosial yang dibuat.
Salah satu contoh gambarnya di bawah ini:
Gambar 1.9. Suzette Hatingh melali Voice in the City
Indonesia.Menjadi Partner dengan Papua
Pusaka Bangsa.
Arsip. P3B (2012)
Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi
Partner dengan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat.
Publik Indonesia sangat mengenal sosok wanita German ini yang
sudah sejak lama melayani berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Dalam membangkitkan kebangunan rohani dan gerakan doa. Selain
dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak hal lain juga kita bisa
amati perubahan masyarakat lokal di Papua Barat.
Jika kita amati dalam perjalanan panjang tentang kemajuan dan
perubahan yang terjadi pada masyarakat Papua Barat, disana terlihat
adanya penimbunanan budaya yang saling berinteraksi dan saling
mengadakan pertukaran. Salah satu pertukaran nilai-nilai dalam
masyarakat menghasilkan apa yang disebut gaya hidup (lifestyle) yaitu
menggunakan benda-benda sebagai alat ekspresi bagi sejumlah nilai
yang ingin ditampilkan individu, kelompok atau masyarakat.
Ekspresi penggunaan benda-benda sebagai tanda atau simbol
dalam konteks tulisan ini, peneliti sebut sebagai budaya, yaitu nilai
simbolik yang dipergunakan sebagai alat identitas diri. Contohnya
adalah pose budaya yang tergambar di bawah ini:
Gambar 1.10. Pose Budaya
Arsip. P3B (2012)
Pose budaya sebagai simbol identitas (Cultural Identity) diri dan
hal itu menunjukan sebagai arena interaksi pada lingkungan antara
individu dengan individu, invidu dengan kelompok dan kelompok
dengan kelompok berlangsung dalam sistem sosial budaya. Bourdieu
menggambarkan reaksi sosial menunjukkan kepada identitas diri maka
pokok pikiran sosiologis Bourdieu adalah logika praktek yang
menekankan pentingnya tubuh dan praktek dalam dunia sosial.
Simbol memiliki kekuatan dalam mengontruksi realitas yang mempu
menggiring orang untuk percaya, mengakui, legitimate, dan
mengubah pandangan common sense tentang realitas. modal simbolik
adalah yang menguasai dan memiliki otorita dalam menentukan arah
pasar simbolik. Kekuatan simbol tak lain dari kekuatan dalam
mengontruksi realitas yang berupaya menciptakan singularitas
ideologi, tanda, dan makna.
Dalam dunia modern penampakan identitas diri dengan
menggunakan simbol merupakan suatu kenicayaan yang tak dapat
ditawar dalam masyarakat. Sehingga dalam penggunaannya dapat
dijadikan modal yang dipertukarkan dan mempunyai kekuatan tawar-
menawar antar simbol yang diperebutkan. Budaya yang dijadikan
modal simbolik dalam bargaining ini semakin nyata kita lihat dalam
berbagai tuntutan masyarakat, baik pada proses sosial budaya itu
sendiri, politik, ekonomi maupun kekuatan-kekuatan lain untuk
pencapaian tujuan.
Dukungan berbagai mitra kerja terhadap gerakan sosial atau
dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan adalah
bargaining modal simbolik, surat ijin dari gubernur adalah modal
simbolik untuk identitas diri. Adapun fashion adalah modal simbolik
sebagai alat gaya hidup. Oleh sebab itu ia mempunyai kekuatan yang
mempunyai nilai tukar dalam berbagai bentuk. Selain itu komunitas
inipun didukung oleh Gubernur provinsi Papua dan Gubernur provinsi
Papua Barat dengan dikeluarkannya Letter Of Support dari Barnabas
Suebu (Gubernur Papua) pada tanggal 10 Februari 2007 dilanjutkan
dengan Abraham Aturi (Gubernur Papua Barat) pada bulan Mei 2009
untuk mendukung setiap aktivitas dari Perkumpulan Papua Pusaka
Bangsa. Beberapa tokoh utama di Papua pun masuk dalam komunitas
ini.
Gambar 1.11. Letter of Support
Arsip: P3B
Letter of support yang diberikan kedua gubernur provinsi Papua
Barat tersebut adalah salah satu bentuk dukungan yang diberikan
kepada komunitas P3B atau memberikan kepastian hukum atas
keberadaan organisasi ini. Agar organisasi ini bebas melakukan
aktivitasnya di Papua Barat. Tetapi P3B berdiri independen dan dia
tidak terikat atau bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam
Bangsa. Beberapa tokoh utama di Papua pun masuk dalam komunitas
Letter of Support dari kedua provinsi Papua Barat
Arsip: P3B (2012)
Letter of support yang diberikan kedua gubernur provinsi Papua
Barat tersebut adalah salah satu bentuk dukungan yang diberikan
kepada komunitas P3B atau memberikan kepastian hukum atas
keberadaan organisasi ini. Agar organisasi ini bebas melakukan
aktivitasnya di Papua Barat. Tetapi P3B berdiri independen dan dia
tidak terikat atau bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam
bentuk bantuan beasiswa atau, bekerjasama bidang sosial lain
alasannya karena kalau pemerintah melibatkan pemerintah daerah
maupun pusat dalam aktivitas P3B disana akan terlihat ada muatan
politik atau kepentingan, dan P3B tidak mau hal itu terjadi. Misalnya
yang terjadi seperti Lembaga Swasta Masyarakat yang bekerjasama
dengan pemerintah namun yayasan itu tidak menjadi produktif tetapi
menjadi kaki tangan pemerintah dan mengharapkan bantuan
pemerintah dalam bentuk dana dan proyek.
Ada yang menjadi unik ketika peneliti amati dari gerakan sosial
P3B ini, keunikannya adalah P3B tidak memberikan gaji bagi anggota
yang bekerja tetapi organisasi menyarankan kepada anggota untuk
membayar iuran setiap bulannya, misalnya mahasiswa membayar