-
51
BAB V
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van
Dijk, yang
berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau
tingkatan, dengan
masing–masing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi
menjadi tiga struktur
atau tingkatan menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro.
Struktur makro adalah
makna umum atau global yang dapat terlihat dengan mengamati
topik atau tema sebuah
wacana/ berita. Struktur yang kedua adalah superstruktur.
Superstruktur merupakan salah
satu struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks
dengan melihat
bagian pendahuluan, isi, penutup, dan juga kesimpulan untuk
mengetahui bagaimana
terbentuknya suatu teks. Struktur wacana yang terakhir adalah
struktur mikro, yaitu
makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks seperti kata,
kalimat, proposisi, juga
anak kalimat.
Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua
struktur dan elemen
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan
saling mendukung satu
sama lain. Untuk menunjukkan wacana apa yang ditonjolkan dan
wacana yang
terpinggirkan, serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh
pembuat teks, serta posisi
pembuat teks dalam suatu peristiwa/berita maka dilakukan dengan
cara membedah satu
persatu, mulai dari bahasa dan bentuk teks yang ada dengan
menggunakan elemen
wacana menurut Teun A. Van Dijk.
Berdasarkan cara pandang yang demikian, wacana gaya kepemimpinan
Ridwan
Kamil dan Ganjar Pranowo dapat dilihat dengan cara menganalisis
dimensi teks, kognisi
sosial serta konteks sosial dalam program talkshow Mata Najwa
episode “Pejabat
Kekinian”. Analisis pada dimensi teks peneliti lakukan dengan
mengamati dengan
saksama program Mata Najwa episode Pejabat Kekinian. Mengamati
jalannya diskusi
antara pembawa acara dengan naraumber. Selanjutnya mencatat
hal-hal tersebut dalam
bentuk transkip penbicaraan untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan analisis,
khususnya pada dimensi teks.
Selesai melakukan pengamatan dan membuat transkip, peneliti
melakukan
analisis dimensi teks dengan merujuk pada model analisis teks
Teun Van Djik dengan
mengamati beberapa elemen wacana yakni sturktur makro, dimana
melalui struktur ini
-
52
yang peneliti amati adalah tema atau topik utama yang muncul
dari episode Pejabat
Kekinian. Selanjutnya mengamati elemen superstruktur, dimana
pada elemen ini peneliti
memperhatikan bagaimana alur dari program talk show Mata Najwa
pada episode pejabat
kekinian, dan kemudian peneliti juga mengamati elemen struktur
mikro, dimana pada
elemen ini peneliti mengamati penggunaan bahasa, kata ganti,
bentuk kalimat serta istilah
atau penggunaan kata-kata kiasan dalam diskusi antara narasumber
dengan pembawa
acara.
Setelah melakukan pengamatan terhadap ketiga elemen ini, barulah
peneliti
melakukan analisis ketiga elemen tersebut sehingga ditemukannya
hubungan antara
setiap elemen serta melihat wacana apa muncul dan bagaimana
wacana itu dibangun
dalam ketiga elemen tersebut, dalam program talks show Mata
Najwa episode Pejabat
Kekinian
5.1 Analisis Dimensi Teks Program Talkshow Mata Najwa Episode
Pejabat
Kekinian
Dimensi teks pada program talkshow Mata Najwa episode “Pejabat
Kekinian”
dianalisis dengan cara mengamati percakapan antara Najwa Shihab
sebagai pembawa
acara dengan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai narasumber
melalui struktur
makro yang meliputi elemen tematik (tema/topik), superstruktur
meliputi skematik
(skema), dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik,
retoris).
-
53
5.1.1 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat
Kekinian” (Segmen Ridwan Kamil) yang Ditinjau Dari
Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro
Tabel 5.1.1.
Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ridwan
Kamil Sebagai Narasumber Pertama
pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”
Struktur Wacana Elemen Yang Diamati Kesimpulan
Struktur Makro Tematik (Topik) “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan
media sosial oleh pejabat dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab).
Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang
pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan tugas
dan
tanggung jawab.
Super Struktur Skematik (Alur) Pada tahap awal pembawa acara
mengajak penonton untuk terlebih
dahulu mengenal sosok narasumber pertama yakni Ridwan Kamil
sebagai Walikota Bandung. Jika dihubungkan dengan tema utama
dari
episode ini, maka pengenalan ini ingin membentuk suatu gagasan
bagi
penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah satu “Pejabat
Kekinian”.
Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak secara langsung
diarahkan
pada tema utama, tapi diarahkan pada sepak terjang dan karir
Ridwan
Kamil dalam bidang politik. Disini peneliti melihat bahwa
pembahasan
ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui secara
langsung
bagaimana sepak terjang dunia politik Ridwan Kamil dengan
gaya
kekiniannya.
-
54
Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama,
peneliti
melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai mengarahkan
perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan
mengerti
bagaimana dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif
bersosial
media memanfaatkan media sosialnya untuk menunjang tugas
serta
tanggung jawab sebagai seorang pejabat.
Pada akhir percakapan ditutup dengan menampilkan tanggapan
masyarakat Bandung terhadap Walikotanya. Disini peneliti
melihat
bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan
tujuan
ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian,
aktif
bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak
produktif
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau
sebaliknya.
Struktur Mikro Semantik (Latar) Hal pertama yang muncul sebagai
latar adalah posisi Ridwan Kamil
sebagai Walikota (Bandung) yang eksis menggunakan media
sosial.
Pada latar ini dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial
media serta
memiliki beberapa akun dan memiliki banyak followers dari setiap
akun
yang ia miliki.
Latar berikutnya adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia
politik.
Pada latar ini menjelaskan tentang pernyataan Ridwan untuk tidak
ikut
dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu pada latar ini juga
menggali
tentang kedekatan Ridwan Kamil dengan beberapa partai politik
tertentu,
serta rencana ke depannya dalam dunia politik.
Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial untuk
menunjang
tugas dan tanggung jawab sebagai Walikota. Pada bagian ini
menguraikan bagaimana Ridwan Kamil memanfaatkan media sosial
-
55
untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Walikota
Bandung.
Semantik (Detail) Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa
Shihab dengan Ridwan
Kamil lebih banyak memunculkan gaya kekinian Ridwan Kamil
sebagai
Walikota Bandung yang aktif menggunakan media sosial dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, serta dampak positif
yang
dirasakan oleh masyarakat kota Bandung melalui gaya kekinian
Ridwan
Kamil yang aktif bersosial media untuk melayani kebutuhan
serta
memecahkan permasalahan umum di tengah masyarakat yang
dipimpin.
Elemen detail juga menunjukkan sejumlah perubahan positif
serta
sejumlah prestasi yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya
kekinian
Ridwan Kamil yang aktif bersosial media dalam membangun sarana
dan
infrastruktur fisik Kota Bandung.
Sintaksis (Bentuk Kalimat) Bahasa yang digunakan merupakan
bahasa sehari-hari.
Penggunaan tata bahasa formal ini bertujuan untuk menekankan
situasi
yang benar-benar formal dan juga sebagai bentuk komunikasi
untuk
menekankan hal-hal yang dianggap penting dari sebuah topik
yang
dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil.
Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar kalimat dalam
percakapan ini secara umum didominasi oleh kalimat dengan
bentuk
deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh Ridwan Kamil untuk
menempatkan
dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau objek terkait
dengan tema
atau topik yang dibahas dalam episode ini. Melalui penempatan
posisi
seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara ingin
memberikan
penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan dirinya dengan
hal-hal
-
56
yang menjadi pembahasan pada episode ini.
Sintaksis (Koherensi) Fakta pertama yang ditunjukkan adalah
Ridwan Kamil merupakan
pejabat yang eksis di media sosial, serta menggunakannya
untuk
menjalin komunikasi dengan warga.
Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat
politik,
dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta
dalam
Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan
bahwa
Ridwan Kamil akan turut menjadi salah satu penantang Ahok
pada
Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.
Merujuk pada kedua fakta yang berbeda ini, peneliti melihat
bahwa fakta
yang memiliki hubungan dengan tema/topik dari episode ini adalah
fakta
yang pertama, sedangkan bagi peneliti, fakta kedua yang diungkap
tidak
memiliki hubungan yang erat dengan tema/topik utama dari episode
ini.
Kedua fakta ini pada akhirnya menjadi berhubungan karena
dalam
episode ini ketika Najwa Shihab menyatakan bahwa pernyataan
Ridwan
Kamil untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan hal
yang
terkini, yang ramai diperbincangkan publik.
Merujuk pada kata “kekinian” dari episode ini, penulis melihat
bahwa
kata kekinian mengandung arti sebagai sesuatu yang lagi trend
atau
sesuatu yang menjadi gaya hidup, perbincangan serta konsumsi
publik
secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat yang
eksis
menggunakan media sosial merupakan trend saat ini dan juga
pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta
2017
mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan
menjadi
perbincangan masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut
kemudian
-
57
diunggah Ridwan Kamil pada salah satu akun media sosialnya.
Hal
inilah yang kemudian menjadikan dua fakta berbeda ini menjadi
suatu
hal yang saling berhubungan, sehingga disinggung dalam Mata
Najwa
episode “Pejabat Kekinian”.
Sintaksis (Kata Ganti) Peneliti menemukan adanya penggunaan kata
“kami” oleh Ridwan
Kamil. Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kami” oleh
Ridwan
Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan hubungan
serta
kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil sebagai
Walikota
dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian
prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif
yang
dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ridwan Kamil sebagai
Walikota,
tetapi semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara
dirinya
dengan masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu
penggalan
pernyataan Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami”
Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata
“pasukan”.
Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa dalam
menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya Ridwan Kamil tidak merasa
sendirian,
karena ada warga yang bersedia bekerja sama, sekaligus
menyatakan
dirinya sebagai pemimpin yang posisinya berada di
tengah-tengah
masyarakat sebagai pemimpin yang juga selalu berkolaborasi
dan
bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama.
Stilistik (Leksikon) Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai
tema utama dari episode
ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini banyak pejabat
yang
mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan.
Selain itu peneliti juga menemukan adanya penggunaan kata
“pejabat
-
58
eksis”. Kata ini ingin menunjukkan tingkat keterlibatan atau
keaktifan
pejabat saat ini dalam menggunakan akun media sosial maupun
mengikuti hal-hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat
pada hal-
hal serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan
oleh
khalayak luas.
Retoris (Grafis) Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas
selalu disertakan
dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-
pembahasan penting tersebut.
Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung
bahwa
hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah wacana atau
isu
semata, melainkan fakta.
Salah satu contoh screen shoot dari cplikan video (tanggapan
warga
Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota)
Retoris (Metafora) Beberapa istilah yang penulis temukan dalam
percakapan antara Ridwan Kamil
dengan Najwa Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian”
Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick
clean,
-
59
akal sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power,
social
power, information power, going digital, leadership in the
middle.
Penggunaan istilah-istilah sebagaimana di atas, secara strategis
sebagai
landasan berpikir untuk menunjukkan maksud juga makna tertentu
yang
pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas dalam
episode
“Pejabat Kekinian” ini.
-
60
5.1.1.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)
Struktur makro (tematik) hadir sebagai elemen pertama dari
sebuah
teks dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum, makna secara
global
atau umum dari suatu teks yang dapat dilihat dengan mengamati
topik/tema
yang diangkat pada suatu teks. Topik sendiri merupakan elemen
dari tematik.
Tema merupakan pokok pembicaraan dalam sebuah diskusi, ceramah
atau
karangan, juga kerap disandingkan dengan kata tema. Tema bisa
disimpulkan
setelah kita selesai mengamati secara tuntas dan menyeluruh
sebuah teks.
Karena menggambarkan ide umum dari keseluruhan isi teks, maka
tema
didukung oleh beberapa subtema yang saling mendukung satu sama
lain.
Dengan demikian teks atau naskah dapat menjadi koheren dan
utuh.
Tema umum ini dapat dilihat pada segmen awal melalui kalimat
yang
diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai pembawa acara saat membuka
episode
ini, sebagai berikut :
“Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan
kondisi. Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling
aktual
agar sosok dapat terus dijual. Tapi kerja sebenar-benarnya
butuh
pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk manis
di
belakang meja. Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu
rakyat
juga yang akan mengapresiasi. Karena menjadi gaul saja tidak
mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji. Inilah
Mata
Najwa, “Pejabat Kekinian””.
Dibalik penggunaan kata “Pejabat Kekinian”, tema besar ini
sebenarnya ingin menyiratkan tentang gaya kepemimpinan para
pejabat
daerah yang sedang trend saat ini. Kepemimpinan yang disinggung
oleh
Najwa Shihab sebagai pengembangan topik dalam episode ini
ialah
menyangkut cara atau gaya kepemimpinan terkini yang mulai
dilakukan oleh
para pejabat daerah, yakni bagaimana memanfaatkan media sosial
dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pejabat. Hal
ini dapat
dilihat pada kalimat berikut:
Najwa Shihab : “Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di
media sosial
seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers
Twitter-nya 1,3
juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi
dengan
warga.”
Kata ia adalah Walikota paling eksis dan diikuti dengan beberapa
jenis
media sosial ini ingin menunjukkan bahwa Ridwan Kamil merupakan
salah
-
61
satu pejabat daerah yang aktif bersosial media. Kata-kata
selanjutnya
menerangkan tujuan dari pemanfaatan media-media sosial tersebut.
Hal ini
merupakan salah satu contoh gaya kepemimpinan kekinian yang
ingin
disampaikan melalui kata “Pejabat Kekinian” yang merupakan tema
umum
dari episode ini.
Tema dari sebuah teks tidak hanya dilihat dari sisi tertentu
saja, karena
topik atau tema dipahami sebagai mental atau kognisi pembuat
teks, tidak
mengherankan jika semua elemen dalam teks mengacu dan mendukung
tema
dalam teks, sehingga tema dapat juga dilihat dari keseluruhan
teks yang ada.
Pada akhir dari segmen, tema besar episode ini yakni “Pejabat
Kekinian”
kembali ditonjolkan. Penonjolan kembali ini dapat dilihat dari
percakapan
berikut ini :
Najwa Shihab : “Kang Emil, ini keaktifan anda di media sosial
entah lewat
twitter, facebook, lewat instagram, dari mulai ngomongin
jomblo,
ngomongin macam-macam, itu channel-channelnya dibagi seperti
apa? Apa
ada yang khusus instagram atau apa?
Ridwan Kamil : “Semua saya pegang sendiri, karena sebelum saya
jadi
Walikota saya sudah terbiasa multi tasking, kerjaan beres, media
sosial juga
beres. Jadi Walikota juga sama, ada waktu kosong saya bisa media
sosial, di
jalan tol juga saya bisa.”
Najwa Shihab : “Jadi anda memanfaatkannya untuk apa saja?”
Ridwan Kamil : “Saya mengkhususkannya untuk good news, jadi saya
gak
akan galau-galau yang lebai gitu ya. Jadi intinya saya selalu
positif news. Dan
yang menarik temuannya satu, contoh ya kalau saya posting serius
yang
komen dikit. Nih contohnya kalau saya posting “hei warga Bandung
tahun ini
kita menang adipura” yang komen cuman 500 tapi kalau saya
posting “hei
jomblo-jomblo marilah kita menikah sebelum terlambat”, yang
komen 5000.
Jadi kesimpulan saya, pesan serius harus dibungkus dengan tata
bahasa yang
santai dan humoris, itu ciri orang Indonesia.”
Najwa Shihab : “Tapi anda merasakan betul manfaat menggunakan
media
sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung aspirasi?”
Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang
bisa
ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu
kota pertama
yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya
menggunakan
twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah
terdistribusi dengan
baik. Setiap komplain ada media sosialnya jadi saya bisa cek.
Kalau
keefektifan ini menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau
negara ini
dengan komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif.
Mending punya
pejabat yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak
atau
dihubungi?”
Najwa Shihab : “Dan anda mudah dihubungi lewat jalur-jalur yang
tadi?”
Ridwan Kamil : “Modal jempol aja.”
-
62
Penonjolan kembali tema utama dari episode ini dikemas
dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan Kamil
dalam
menggunakan akun dari berbagai media sosialnya. Penulis juga
melihat bahwa
dari jawaban yang diberikan, menunjukkan bahwa eksistensi
seorang pejabat
dalam menggunakan media sosial tidak selamanya mengandung arti
negatif,
artinya bahwa ketika seorang pejabat menjadi kekinian dengan
eksis di media
sosial belum tentu kinerja dari pejabat tersebut dapat dikatakan
buruk atau
sebaliknya. Dari jawaban yang diberikan, peneliti menemukan
fakta bahwa
ketika seorang pejabat eksis menggunakan media sosial untuk
menunjang
tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan sangat menolong.
Terbukti
bahwa dengan gaya kepemimpinan Ridwan Kamil yang eksis
menggunakan
media sosial dalam menunjang tugas dan tanggung jawabnya
memberikan
hasil yang positif, membawa perubahan positif yang dampaknya
dapat
dirasakan langsung oleh masyarakatnya. Banyak komplain dapat
langsung
ditangani, masyarakat merasa lebih mudah melakukan interaksi
serta
komunikasi dengan pemimpinnya.
5.1.1.2 Analisis Super Struktur (Skematik)
Struktur pendukung teks yang kedua adalah Super Sruktur (alur
skema
sebuah teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur
dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana
bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti.
Dengan urutan tertentu, elemen Super Struktur memberikan tekanan
pada
bagian mana yang didahulukan, dan bagian mana yang kemudian
sebagai
strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
Episode “Pejabat Kekinian” dibuka oleh pembawa acara dengan
serangkaian kalimat, dimana melalui kalimat pembuka ini peneliti
melihat
bahwa pembawa acara mengantarkan penonton yang ada di studio
maupun
yang menonton melalui televisi untuk memahami secara garis besar
tema yang
diangkat atau akan dibahas secara mendalam pada episode ini.
Strategi ini
dipakai agar dapat membantu penonton memahami inti dari apa yang
hendak
disampaikan melalui episode “Pejabat Kekinian”.
-
63
Pada sesi awal pembawa acara memperkenalkan narasumber
pertama
yakni bapak Ridwan Kamil atau yang akrab disapa dengan sebutan
Kang Emil
yang adalah Walikota Bandung. Diskusi dengan Kang Emil diawali
dengan
membahas seputar pernyataan Kang Emil mengenai keputusannya
untuk tidak
ambil bagian dalam pilkada DKI Jakarta, karena sebelumnya Kang
Emil
sempat diisukan akan maju untuk bertarung melawan Ahok pada
pilkada DKI
Jakarta 2017 mendatang. Selanjutnya kang Emil dikejar dengan
pertanyaan
yang meliputi ambisinya menjadi Walikota Bandung saat itu dan
juga masalah
kedekatannya dengan partai tertentu yang mendukungnya bahkan
pertanyaan
seputar ambisinya untuk maju pada pertaruhan yang lebih besar
kelasnya
dibanding Walikota.
Pembahasan selanjutnya bersama Kang Emil mulai masuk pada
tema
“Pejabat Kekinian”. Dimana Najwa sebagai pembawa acara
menyatakan
bahwa Kang Emil adalah salah satu pejabat yang eksis dengan
media sosial,
bahkan lewat media sosial Kang Emil pernah mengajak warga
Bandung untuk
menjadi Walikota. Diskusi selanjutnya adalah tentang keaktifan
Kang Emil
pada media sosial. Bagaimana mengelolanya serta apa manfaat yang
dirasakan
dan kemudian ditutup dengan menampilkan cuplikan video tentang
tanggapan
masyarakat terhadap Kang Emil selaku Walikota Bandung.
Mengamati keseluruhan alur, peneliti melihat bahwa pada tahap
awal
pembawa acara mengajak penonton untuk terlebih dahulu mengenal
sosok
narasumber pertama yakni Ridwan Kamil sebagai Walikota. Jika
dihubungkan
dengan tema utama dari episode ini, maka pengenalan ini ingin
membentuk
suatu gagasan bagi penonton bahwa Ridwan Kamil merupakan salah
satu
“Pejabat Kekinian”. Pada tahap selanjutnya perbincangan tidak
secara
langsung diarahkan pada tema utama, tapi diarahkan pada sepak
terjang dan
karir Ridwan Kamil dalam bidang politik. Disini peneliti melihat
bahwa
pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui
secara
langsung bagaimana sepak terjang dunia politik Ridwan Kamil
dengan gaya
kekiniannya.
Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama dari
episode
ini, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai
mengarahkan
perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti
bagaimana
-
64
dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media
memanfaatkan
media sosialnya untuk menunjang tugas serta tanggung jawab
sebagai seorang
pejabat. Apabila pada akhir percakapan ditutup dengan
menampilkan
tanggapan masyarakat Bandung terhadap Walikotanya, disini
peneliti melihat
bahwa akhir dari episode “Pejabat Kekinian” ini dikemas dengan
tujuan ingin
menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif
bersosial
media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif
dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.
5.1.1.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik
dan
Retoris)
Struktur Mikro merupakan struktur ketiga dari sebuah teks.
Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk menjelaskan secara
rinci serta
detail mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan tema
utama dari
sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks dalam
Srtuktur Mikro
sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu :
Elemen Semantik, dimana elemen ini mengulas tentang
makna-makna
yang ingin disampaikan melalui sebuah teks. Pengulasan ini
meliputi beberapa
bagian seperti latar. Latar sendiri merupakan bagian dari teks
yang dapat
menuntun pikiran orang lain yang membaca atau menyimak sebuah
teks.
Dalam percakapan dengan Ridwan Kamil peneliti melihat adanya
beberapa
hal yang muncul sebagai latar. Pertama adalah posisi Ridwan
Kamil sebagai
Walikota Bandung yang eksis menggunakan media sosial. Pada latar
ini
dijelaskan bahwa Ridwan Kamil aktif bersosial media serta
memiliki beberapa
akun dan memiliki banyak followers dari setiap akun yang ia
miliki. Kedua
adalah keterlibatan Ridwan Kamil dalam dunia politik. Ketiga
adalah
pemanfaatan media sosial untuk menunjang tugas dan tanggung
jawab sebagai
Walikota. Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ridwan Kamil
memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan tanggung
jawabnya
sebagai Walikota Bandung.
Penjelasan secara mendetail dan mendalam tentang hal-hal
penting
yang berhubungan dengan tema utama dari sebuah teks juga dapat
dilihat dari
Detail, dimana detail merupakan bagian dari elemen semantik
yang
-
65
berhubungan dengan informasi-informasi penting serta berhubungan
dengan
seseorang atau kelompok yang ditampilkan dalam sebuah teks.
Informasi
penting yang muncul mengenai Ridwan Kamil yang muncul adalah
informasi
tentang gaya kekinian Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung yang
aktif
menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya,
dan juga menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah
prestasi
yang diraih oleh kota Bandung melalui gaya kekinian Ridwan Kamil
yang
aktif bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur
fisik Kota
Bandung.
Penjelasan mendalam selanjutnya dari sebuah teks juga dapat
dilihat
dari maksud, dimana maksud merupakan bagian dari elemen semantik
yang
melihat bagaimana penampilan informasi tentang seseorang atau
kelompok
dalam sebuah teks.
Pada elemen maksud menunjukkan bagaimana seorang pejabat
memiliki kepekaan pada perkembangan teknologi, sehingga
memanfatkan
media sosial sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk
menunjang
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung
jawab
sebagai seorang pejabat. Pada bagian ini juga ingin menunjukkan
bahwa
ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi dengan
baik untuk
kepentingan umum, maka hal tersebut akan memberikan perubahan
serta
dampak positif. Selanjutnya, bagian ini juga menunjukkan bahwa
media sosial
dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, menjadi jembatan
atau
perekat hubungan antara pejabat dengan masyarakatnya, apabila
mampu
dimanfaatkan serta dikelola dengan baik oleh pejabat yang
menggunakannya.
Elemen kedua dari Struktur Mikro yang dapat memberikan
penjelasan
secara rinci dan mendetail mengenai hal-hal penting yang
mendukung tema
utama dari sebuah teks adalah elemen sintaksis, dimana elemen
ini megamati
tentang penggunaan kata ganti, hubungan serta bentuk kalimat
dalam sebuah
teks. Elemen ini terdiri atas beberapa bagian yakni bentuk
kalimat, kata ganti
serta koherensi.
Bentuk kalimat berhubungan dengan siapa atau apa ditempatkan
dimana, tergantung pada siapa atau apa yang ditonjolkan dalam
wacana teks.
Ada saat dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
digunakan
merupakan bahasa sehari-hari.
-
66
Ridwan Kamil : “Nilai paling hebat orang Indonesia, khususnya
orang
Bandung adalah kolaborasi semangat ingin berbagi. Waktu KAA
tahun lalu
saya minta relawan 3000 yang daftar 15000. Jadi saya sedang
memanen nilai-
nilai pancasila orang-orang Bandung yaitu berbagi untuk
kepentingan
kotanya.”
Peneliti melihat bahwa penggunaan tata bahasa ini sebagai
bentuk
komunikasi untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dari
sebuah
topik yang dibahas oleh Najwa dan Ridwan Kamil. Peneliti juga
menemukan
bahwa sebagian besar kalimat dalam percakapan ini secara umum
didominasi
oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan oleh
pembicara
untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang menjadi pusat atau
objek
terkait dengan tema atau topik yang dibahas dalam episode ini.
Melalui
penempatan posisi seperti ini, penulis melihat bahwa pembicara
ingin
memberikan penegasan terhadap penonton tentang keterkaitan
dirinya dengan
hal-hal yang menjadi pembahasan dalam episode ini. Berikut
adalah contoh
percakapan yang menunjukkan hal tersebut:
Najwa Shihab : “Apakah anda merasakan betul manfaat
menggunakan
media sosial paling tidak untuk berkomunikasi menampung
aspirasi?”
Ridwan Kamil : “Oh banyak sekali, komplain warga sekarang
bisa
ditampung di media sosial. Sekarang Bandung adalah salah satu
kota pertama
yang dinas-dinasnya harus punya twitter. Sebelum dinasnya
menggunakan
twitter, itu komplainnya ke saya ribuan. Sekarang sudah
terdistribusi dengan
baik. Setiap komplain ada media sosialnya, jadi saya bisa cek.
Keefektifan ini
menunjukkan kalau berinovasi memanage kota atau negara ini
dengan
komunikasi yang interaktif itu jauh lebih efektif. Mending punya
pejabat
yang mudah dihubungi atau pejabat yang susah dikontak atau
dihubungi?”
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat
dalam
teks yang menghubungkan dua atau lebih fakta berbeda menjadi
suatu
informasi yang saling berhubungan. Melalui pengamatan terhadap
transkrip
perbincangan antara Najwa Shihab dengan Ridwan Kamil,
peneliti
menemukan adanya dua fakta berbeda yang tidak saling
berhubungan, namun
dalam diskusi ini kedua fakta itu menjadi saling berhubungan.
Fakta pertama
yang ditunjukkan adalah Ridwan Kamil merupakan pejabat yang
eksis di
media sosial, serta menggunakannya untuk menjalin komunikasi
dengan
warga. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :
Najwa Shihab : “Pemirsa, ia adalah walikota paling eksis di
media sosial
seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers
Twitter-nya 1,3
-
67
juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi
dengan
warga.”
Fakta kedua yang ditampilkan mengenai hal yang bersifat
politik,
dimana Ridwan Kamil menyatakan dirinya tidak turut serta dalam
Pilkada
DKI Jakarta 2017, setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Ridwan
Kamil akan
turut menjadi salah satu penantang Ahok pada Pilkada DKI Jakarta
2017
mendatang. Hal ini ditunjukkan melalui kalimat berikut :
Najwa Shihab : ““Pejabat Kekinian”, itu topik Mata Najwa ini.
Dan saya
mengundang anda, Kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas
yang paling
kini, yang paling banyak dibahas orang adalah ketika minggu lalu
Kang Emil
konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di Pilkada
DKI.”
Peneliti melihat bahwa fakta yang memiliki hubungan dengan
tema/topik dari episode ini adalah fakta yang pertama, sedangkan
bagi
peneliti, fakta kedua yang diungkap tidak memiliki hubungan yang
erat
dengan tema/topik utama dari episode ini. Merujuk pada kata
“kekinian” dari
episode ini, penulis melihat bahwa kata kekinian mengandung arti
sebagai
sesuatu yang lagi trend atau sesuatu yang menjadi gaya hidup,
perbincangan
serta konsumsi publik secara umum. Gaya Ridwan Kamil sebagai
seorang
pejabat yang eksis menggunakan media sosial merupakan trend saat
ini dan
juga pernyataannya untuk tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta
2017
mendatang juga menjadi isu atau berita yang trend dan menjadi
perbincangan
masyarakat luas, terlebih lagi hal tersebut kemudian diunggah
Ridwan Kamil
pada salah satu akun media sosialnya. Hal inilah yang kemudian
menjadikan
dua fakta berbeda ini menjadi suatu hal yang saling berhubungan,
sehingga
disinggung dalam Mata Najwa episode “Pejabat Kekinian”.
Kata ganti merupakan bagian yang memanipulasi bahasa. Kata
ganti
merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan
dimana
posisi seseorang pada teks. Setelah mengamati transkrip
percakapan, peneliti
menemukan adanya penggunaan kata “kami” oleh Ridwan Kamil.
Kata
tersebut oleh Ridwan Kamil sebenarnya ingin menunjukkan adanya
kedekatan
hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ridwan Kamil
sebagai
Walikota dengan warganya. Kata ini juga menunjukkan bahwa
serangkaian
prestasi yang diraih oleh kota Bandung dan juga dampak positif
yang
dirasakan oleh warga bukanlah usaha Ridwan Kamil sebagai
Walikota, tetapi
-
68
semua itu diraih atas kerja sama dan kolaborasi antara dirinya
dengan
masyarakat yang dipimpin. Berikut adalah salah satu penggalan
pernyataan
Ridwan Kamil ketika menggunakan kata “kami” :
Ridwan Kamil : “Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya.
Kalau
ada sampah harus dipungut, makanya “kami” ada gerakan pungut
sampah
setiap Senin, Rabu, Jumat.”
Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata
“pasukan”.
Kata tersebut bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya
Ridwan Kamil tidak merasa sendirian, karena ada warga yang
bersedia bekerja
sama, sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang
posisinya berada
di tengah-tengah masyarakat, sebagai pemimpin yang juga
selalu
berkolaborasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai
tujuan
bersama. Berikut salah satu penggalan pernyataan Ridwan Kamil
yang
menggunakan kata “Pasukan” :
Ridwan Kamil : “Jadi poinnya, mereformasi di Indonesia butuh
pemimpin
yang ada di lapangan. Butuh pemimpin yang ada di
tengah-tengah
“pasukan”.”
Elemen berikutnya dari Struktur Mikro yang menjelaskan
hal-hal
penting dari sebuah teks adalah elemen Stilistik, dimana elemen
ini melihat
bagaimana pembuat teks mengungkapkan makna-makna tertentu
melalui gaya
bahasa tertentu. Elemen ini menandakan bagaimana seseorang
melakukan
pemilihan kata, karena pilihan kata yang dipakai bukan suatu
kebetulan, tetapi
juga secara menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap
realitas
yang ada, hal ini disebut dengan Leksikon. Penggunaan kata
“Pejabat
Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini ingin menunjukkan
fakta
bahwa pada saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media
sosial
untuk berbagai kepentingan. Penggunaan kata “pejabat eksis”.
Kata ini ingin
menunjukkan tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini
dalam
menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang
menjadi
trend saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu
menarik yang sedang
ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.
Elemen terakhir yang menjadi bagian dari Struktrur Mikro
adalah
Retoris, dimana Retoris merupakan bagian yang menjelaskan
bagaimana
sebuah penekanan dilakukan dalam sebuah teks. Retoris terdiri
atas beberapa
bagian, yakni :
-
69
Grafis, yaitu merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan
atau tonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh komunikator
yang dapat
diamati dari suatu teks. Penekanan terhadap hal-hal penting yang
dibahas
selalu disertakan dengan cuplikan video yang berhubungan
dengan
pembahasan-pembahasan penting tersebut. Hal – hal penting yang
dibuktikan
lewat cuplikan video yaitu profil dan tindakan nyata Ridwan
Kamil dalam
membangun kota Bandung, dibukanya beberapa ruang publik bagi
warga kota
Bandung, iklan yang mengajak warga Bandung untuk menjadi
Walikota
sehari, pernyataan tidak ikut dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan
komentar
warga Bandung tentang kinerja Ridwan Kamil sebagai Walikota
Selain grafis, ada juga Metafora. Dalam suatu wacana,
seorang
komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok bahasa formal
semata,
tetapi juga kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai bumbu dari
suatu
teks. Pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk
utama untuk
mengerti makna tertentu dalam sebuah teks. Adapun beberapa
metafora yang
penulis temukan dalam percakapan antara Ridwan Kamil dengan
Najwa
Shihab dalam episode “Pejabat Kekinian” :
Multi tasking, track record, modal jempol, positif news, quick
clean, akal
sehat, reformasi birokrasi, political power, capital power,
social power,
information power, going digital, leadership in the middle.
Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora sebagaimana di
atas,
secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas
pendapat atau
gagasan tertentu kepada penonton, dimana hal-hal tersebut
mengandung
makna tertentu yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama
yang dibahas
dalam episode “Pejabat Kekinian” ini. Sebagai contoh, pada kata
ungkapan
“modal jempol”. Kata ini digunakan oleh Ridwan Kamil untuk
menunjukkan
kemudahan dalam melakukan interaksi dengan warganya,
membangun
komunikasi langsung dengan warganya, yang mana ketika semua
itu
dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dengan sarana smart
phone,
semuanya bisa dilakukan dengan mudah, yakni hanya dengan
sentuhan jempol
pada layar smart phone yang dimiliki.
Berikut adalah ringkasan percakapan yang menunjukkan
penggunaan
ungkapan “modal jempol” :
-
70
Ridwan Kamil : “Mending punya pejabat yang mudah dihubungi
atau
pejabat yang susah dikontak atau dihubungi?”
Najwa Shihab : “Dan anda mudah dihubungi lewat jalur-jalur yang
tadi?”
Ridwan Kamil : “Modal jempol aja.”
-
71
5.1.2 Analisis Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat
Kekinian” (Segmen Ganjar Pranowo) yang Ditinjau Dari
Struktur Makro, Super Struktur Dan Struktur Mikro
Tabel 5.1.2.
Analisis Elemen Struktur Percakapan Najwa Shihab Dengan Ganjar
Pranowo Sebagai Narasumber Kedua
pada Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”
Struktur Wacana Elemen Yang Diamati Kesimpulan
Struktur Makro Tematik (Topik) “Pejabat Kekinian” (pemanfaatan
media sosial oleh pejabat dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab).
Tema yang diangkat pada episode ini ingin menyoroti tentang
pemanfaatan media sosial oleh pejabat dalam menjalankan
tugas
dan tanggung jawab.
Super Struktur Skematik (Alur) Pembahasan awal ini mencoba
mengarahkan penonton untuk
mengetahui secara langsung sosok Ganjar Pranowo, serta
kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok sebagai salah satu
hal terkini, sehingga dibahas dalam episode “Pejabat
Kekinian”.
Sesi selanjutnya dikemas dengan tujuan ingin menunjukkan
pada
penonton bahwa dengan gaya kekinian, aktif bersosial media
bukan
berarti bahwa seorang pejabat tidak produktif dalam
menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.
Sesi terakhir yang ditutup dengan penilaian terhadap gaya
kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tentang gaya
kepemimpinan mereka yang kekinian, sebenarnya ingin
-
72
menunjukkan pada penonton bahwa apa yang dilakukan kedua
pemimpin ini dengan gaya yang kekinian memberikan hasil
serta
dampak yang luar biasa.
Penilaian ini juga ingin menunjukkan sisi positif dari pejabat
yang
memanfaatkan media sosial dengan baik untuk menunjang tugas
dan tanggung jawab mereka.
Struktur Mikro Semantik (Latar) Ganjar Pranowo merupakan
Gubernur yang dekat dengan
warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.
Hubungan antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Pak
Ahok sebagai suatu isu terkini.
Bagaimana Ganjar Pranowo memanfaatkan media sosial untuk
mendukung tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa
Tengah.
Semantik (Detail) Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya
kekinian. Ganjar
Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang aktif menggunakan
media sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Jawa Tengah
melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial
media
untuk melayani kebutuhan serta memecahkan permasalahan umum
di tengah masyarakat yang dipimpin.
Menunjukkan sejumlah perubahan positif serta sejumlah
prestasi
yang diraih melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif
bersosial media dalam membangun sarana dan infrastruktur,
serta
-
73
merubah birokrasi di Jawa Tengah.
Semantik (Maksud) Menunjukkan bagaimana seorang pejabat memiliki
kepekaan pada
perkembangan teknologi, sehingga memanfatkan media sosial
sebagai bentuk perkembangan tersebut untuk menunjang
berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab
sebagai seorang pejabat.
Menunjukkan bahwa ketika pejabat sadar dan mampu
memanfaatkan teknologi dengan baik untuk kepentingan umum,
maka hal tersebut akan memberikan perubahan serta dampak
positif.
Menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk
menampung aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan
antara pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media
pengontrol antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana
tugas
yang ada di lapangan apabila mampu dimanfaatkan serta
dikelola
oleh dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun
masyarakat yang berinteraksi di dalamnya.
Sintaksis (Bentuk Kalimat) Mengamati percakapan antara Najwa
Shihab dengan Ganjar
Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata bahasa
yang
digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa non formal).
Percakapan didominasi oleh kalimat bentuk deduktif.
Pembicara ingin memberikan penegasan terhadap penonton
tentang
keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang menjadi pembahasan
dalam
-
74
episode ini.
Sintaksis (Kata Ganti) Peneliti melihat bahwa penggunaan kata
“kita” oleh Ganjar
Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya kedekatan
hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara Ganjar
Pranowo
sebagai Gubernur dengan setiap Kepala Daerah yang ada di
wilayah
Jawa Tengah serta masyarakat.
Kata ini juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang
dilakukan secara bersama-sama untuk membangun Jawa Tengah
dan juga dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah
usaha
Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.
Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah kata
“mereka”.
Melalui kata ini penulis menginterpretasikan bahwa mereka
yang
dimaksud adalah para pejabat daerah (Bupati dan Walikota)
yang
ada di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.
Stilistik (Leksikon) Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai
tema utama dari
episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada saat ini
banyak
pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial untuk berbagai
kepentingan.
Penggunaan kata “Inovasi”. Kata ini ingin menunjukkan adanya
perubahan-perubahan sebagai hasil aatau dampak dari tingkat
keterlibatan atau keaktifan pejabat saat ini dalam
menggunakan
akun media sosial maupun mengikuti hal-hal yang menjadi
trend
saat ini, ataupun terlibat pada hal-hal serta isu-isu menarik
yang
sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak luas.
-
75
Retoris (Grafis) Penekanan terhadap hal-hal penting yang dibahas
selalu disertakan
dengan cuplikan video yang berhubungan dengan pembahasan-
pembahasan penting tersebut.
Cuplikan setiap video merupakan sebuah bukti yang mendukung
bahwa hal-hal penting yang dibicarakan bukanlah sebuah
wacana
atau isu semata, melainkan fakta.
Salah satu contoh screen shoot dari cuplikan video (Saat
Ganjar
Pranowo melakukan sidak pada salah satu dinas di Jawa
Tengah).
Retoris (Metafora) Adapun beberapa metafora yang penulis temukan
dalam segmen Ganjar
Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :
haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat,
dilempar ke
publik, dicopot.
Penggunaan istilah-istilah secara strategis sebagai landasan
berpikir,
-
76
alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada
penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung makna tertentu
yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas
dalam
episode “Pejabat Kekinian” ini.
-
75
5.1.2.1 Analisis Struktur Makro (Tematik)
Setelah penulis mengamati keseluruhan percakapan Najwa
Shihab
dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber kedua pada program
talkshow
Mata Najwa episode ini, peneliti melihat bahwa secara umum tema
yang
diangkat secara umum adalah “Pejabat Kekinian”. Tema umum ini
dapat
dilihat melalui kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab sebagai
pembawa
acara saat membuka episode ini, sebagai berikut :
Najwa Shihab : “Pemirsa mari kita ke Jawa Tengah. Ada Gubernur
yang
kerap menyita perhatian dengan gayanya yang dekat dengan warga.
Media
sosial ia jadikan salah satu sarana.”
Menyoroti kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab untuk
membuka sesi diskusi dengan Ganjar Pranowo sebagai narasumber
kedua,
peneliti melihat bahwa disini pembawa acara secara tidak
langsung ingin
menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu “Pejabat
Kekinian”.
Hal ini ditandai dengan kalimat “media sosial ia jadikan salah
satu sarana”.
Peneliti juga melihat bahwa kalimat pembuka ini sebenarnya
ingin
menyiratkan tentang gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo yang
ditandai
melalui kalimat pertama “Ada Gubernur yang kerap menyita
perhatian dengan
gayanya yang dekat dengan warga”. Peneliti melihat bahwa kata
“gaya” yang
terdapat dalam kalimat ini, merujuk kepada bagaimana gaya atau
cara seorang
pejabat dalam melayani masyarakatnya, melakukan tugas dan
tanggung
jawabnya sebagai seorang pejabat daerah. Hal ini bagi penulis
menyinggung
tentang cara atau gaya kepemimpinan seorang pejabat.
Hal-hal mengenai gaya kepemimpinan seorang pejabat, pada
konteks
“Pejabat Kekinian” dalam segmen pertama bersama Ganjar Pranowo
juga
ditonjolkan melalui percakapan yang menyinggung tentang
pertemuan terakhir
antara Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Ahok. Bagi Najwa,
pertemuan
antara ketiga pejabat daerah ini, juga merupakan suatu hal yang
terkini.
Najwa Shihab : “Ini ada cuplikan, dimana terakhir kali Ridwan
Kamil,
Ganjar Pranowo dan Pak Ahok bertemu.”
Ridwan Kamil : “Kami bertiga bersahabat”.
Najwa Shihab : “Sudah ada kode-kode bersahabat. Berikut kita
lihat
cuplikannya.”
Najwa Shihab : “Saling mendukung, tidak ada unsur kompetisi
sama
sekali? Saya membayangkan pemimpin daerah itu saling mendukung
tapi
-
76
harus ada kompetisi sama sekali kalau daerah saya itu harus
lebih baik,
saya harus lebih menonjol, saya harus lebih merakyat, Mas
Ganjar?”
Ganjar Pranowo : “Iya lah, kita ngobrol sebelumnya ya, tapi
rahasia
ya.”
Najwa Shihab : “Apa yang rahasia? Saya mau tau yang
rahasia.”
Ganjar Pranowo : “Nggak, masa rahasia diomongin? Jadi di dalam,
kita
sebelumnya bicara, share apa yang sebelumnya menjadi
pengalaman
masing-masing. Kita belajar dari teman- teman yang punya
nilai
kompetisi untuk memperbaiki republik itu kan baik kan. Kita
melihat
pengalaman teman-teman dan kemudian kita berbagi. Sebelum
kita
bertiga diluar, kita ngobrolin soal itu.”
Mengamati percakapan di atas penulis melihat bahwa percakapan
ini
menunjukkan sebuah ciri kepemimpinan atau lebih tepatnya sikap
seorang
pemimpin. Sekalipun sempat disinggung mengenai unsur kompetisi
antar
pejabat, namun dari jawaban yang diberikan baik oleh Ganjar
Pranowo
maupun Ridwan Kamil menunjukkan bahwa kompetisi antar pejabat
tidak
selalu bermakna negatif, melainkan suatu motivasi untuk saling
berkembang.
Selain itu sikap kepemimpinan juga peneliti lihat dari kata
bersahabat dan
kalimat belajar dari teman-teman yang di ucapkan oleh Ganjar
Pranowo.
Kata bersahabat menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus
mampu
menjalin hubungan baik dengan pimpinan lainnya, sedangkan
kalimat belajar
dari teman-teman menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan baik
antar
sesama pemimpin, hal ini dapat menjadi jembatan untuk saling
mempelajari
hal-hal positif, serta pengalaman positif antara satu dengan
yang lainnya,
dimana hal-hal yang dipelajari dapat menjadi masukan serta
bahan
pertimbangan untuk membangun daerah masing-masing.
Wacana mengenai kepemimpinan selanjutnya pada segmen ini
juga
dapat dilihat dari percakapan berikut :
Najwa Shihab : “Mas Ganjar, “Pejabat Kekinian”. Apa hal atau
isu
kekinian yang menurut anda perlu diketahui orang tentang
provinsi yang
anda pimpin sekarang, Jawa Tengah?”
Ganjar Pranowo : “Kalau kita melihat, kemarin sampai hari ini
saya
masih kecapean karena banyak investor masuk ke Jawa Tengah,
karena
Jawa Tengah mungkin menjadi alternatif tempat yang bagus.
Masyarakatnya oke. Biasanya tiap tahun ada demo buruh tapi tahun
ini
Alhamdulilah gak ada. Teman-teman buruh di Jawa Tengah bilang
“Mas
Ganjar saya kasih kado ya, soalnya tahun ini untuk pertama kali
kita gak
demo” begitu katanya. Yang kedua wisata. Teman-teman di tiap
kabupaten-kota rata-rata punya potensi. Ada karimun jawa, ada
Dieng,
Borobudur gak perlu diomongin lagi kali ya, terus kemudian
Sangiran
yang sekarang lagi kita tata. Kebetulan kita kerja sama
dengan
-
77
kementrian, dan ini yang mau coba kita dorong. Jadi masyarakat
banyak
tanya ke saya via twitter itu, infrasrtuktur dan angka
kemiskinan di tiap
kabupaten-kota dan kita masih punya 15 yang warnanya merah,
sedangkan kabupaten-kota kita ada 35. Ini yang menjadi PR besar
saya
untuk menekan dan mengurangi ini.”
Najwa Shihab : “Mas PR besar itu tantangan. Kalo kita kaitkan
dengan
gaya memimpin Ganjar Pranowo apakah di media sosial, apa di
keseharian, seberapa jauh anda dikenal atau terkenal itu
membantu anda
dalam menjalankan tugas-tugas ini?”
Ganjar Pranowo : “Dikenal atau tidak saya rasa itu bukan urusan
ya.
Kalau kemudian dalam konteks bekerja ya, saya meminta kepada
SKPD
saya, walaupun ini memang barang baru tapi biasanya birokrasi
itu lebih
kepada memakai baju safari, kemana- mana cacat karena gak bisa
buka
pintu sendiri, selalu minta dibukain, terus kalau datang di
sambut
rombongan, orang datang berbondong-bondong. Kalau saya nggak,
saya
bilang saya nggak mau diaterin, saya bilang saya mau sendiri.
Nah
ternyata ini merubah sikap, merubah perilaku, terus kemudian
mereka
mulai mengikuti gaya saya. Ketika mereka mengikuti gaya saya,
harapan
saya mereka lebih dekat dengan masyarakat dan mereka harus
terlibat
dengan segala persoalannya. Nah repotnya nanti kalau kita
sudah
berhubungan dengan kawan-kawan di kabupaten-kota. Kalau
sudah
begitu saya harus mau untuk membuka komunikasi, membuka
ruang,
membuka waktu untuk menyampaikan kepada mereka dan kita
menunggu jawabannya. Supaya seluruh persoalan hari ini,
misalnya
Walikotannya Kang Emil, maka lapornya langsung ke Kang Emil.
Itu
ada masyarakat yang bilang, lah pak saya mau ketemu Bupati,
takut
sama satpol PP, mau lewat media sosial Bupatinya gaptek, lah
paling
gampang ketemu Gubernur.”
Dari transkrip pembicaraan di atas, menunjukkan adanya upaya
yang
dilakukan untuk membuka ruang interaksi antara pejabat dengan
masyarakat
yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo selaku Gubernur. Percakapan
di atas
juga menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Ganjar Pranowo dengan
gaya
kekiniannya memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan
dalam
birokrasi yang dipimpin oleh dirinya. Ganjar menjadi contoh
perubahan pikir
dan perilaku bagi kepala-kepala daerah yang ada di Jawa Tengah
dalam
menyikapi dan menghadapi setiap persoalan yang timbul di
tengah
masyarakat. Dengan gaya kekinian yang dilakukan, serta dampak
dari pada
hal tersebut, memberi suatu gambaran bahwa Ganjar Pranowo
merupakan
agen perubahan dalam membenahi birokrasi serta pelayanan publik
di Jawa
Tengah.
Pada akhir dari segmen, tema besar episode ini yakni
“Pejabat
Kekinian” kembali ditonjolkan melalui percakapan berikut ini,
:
-
78
Najwa Shihab : “Saya mau ke Mbak Tika dulu. “Pejabat
Kekinian”.
Apa sih yang kekinian dari kedua “Pejabat Kekinian” kita ini
?”
Tika Herlambang : “Ya “Pejabat Kekinian”. Pertama, Mas
Ridwan
Kamil dan Mas Ganjar memiliki satu fenomena yang cukup
menarik.
Yang kedua, keduanya adalah orang yang sangat sadar dengan
media,
berikutnya keduanya bisa menggunakan media sebagai sarana
untuk
berpartisipasi atau mengajak partisipasi masyarakat. Yang ketiga
Mas
Ganjar dan Pak Ridwan Kamil itu memiliki kemampuan
berkomunikasi
yang baik di depan publik.”
Najwa Shihab : “Pemimpin sadar media itu penting nggak mbak
Tika?
Ini dua-duanya sangat sadar media?”
Tika Herlambang : “Betul, sangat sadar media dan jangkauan
pemberitaannya tidak hanya di wilayah mereka tapi sudah be on
the
region jadi kalau mereka mau naik pangkat atau naik tingkat,
nah
mereka sudah punya potensi disitu.”
Najwa Shihab : “Jadi misalnya Kang Emil tidak hanya ngetop
di
Bandung Jawa Barat,tapi juga di luar. Mas Ganjar juga seperti
itu.”
Tika Herlambang : Demikian juga. Jadi keduanya memiliki
jangkauan
persebaran berita sehingga daerah-daerah lain suka mengutip
atau
mengintip apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, apa yang
dilakukan
Mas Ganjar, menirunya atau membicarakannya di daerah sana,
begitu.
Dan satu hal lagi yang paling menarik dari keduanya adalah kalau
dalam
istilah teman saya Iwan Sugema namanya media genic. Itu kalau
ada di
media tuh selalu amazing, itu gak tau kenapa gitu. Nah itu
yang
menyebabkan kalau kita berbicara soal Mas Emil atau Mas
Ganjar
pemberitaan negatifnya kecil dibandingkan dengan pemberitaan
lainnya,
itu dia media genic kalau menurut saya.”
“Pejabat Kekinian” sebagai tema utama dari episode ini
dikemas
dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti keaktifan Ridwan
Kamil dan
Ganjar Pranowo dalam menggunakan akun dari berbagai media sosial
mereka.
Dari percakapan tersebut penulis juga melihat bahwa dari
pertanyaan-
pertanyaan Tika Herlambang menunjukkan bahwa eksistensi seorang
pejabat
dalam menggunakan media sosial memberikan dampak serta pengaruh
positif,
baik kepada birokrasi, masyarakat dan juga untuk diri
sendiri.
Dari apa yang diungkapkan oleh Tika Herlambang, peneliti
menemukan fakta bahwa ketika seorang pejabat eksis menggunakan
media
sosial untuk menunjang tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut
akan
sangat menolong. Terbukti bahwa dengan gaya kepemimpinan
Ganjar
Pranowo yang eksis menggunakan media sosial memberikan hasil
yang
positif, membawa perubahan positif yang dampaknya dapat
dirasakan
langsung oleh birokrasi pemerintah di Jawa Tengah dan juga
masyarakatnya.
-
79
5.1.2.2 Analisis Super Struktur (Skematik)
Mengamati keseluruhan alur pada segmen Ganjar Pranowo,
peneliti
melihat bahwa pada tahap awal pembawa acara mengajak penonton
untuk
terlebih dahulu mengenal sosok narasumber kedua yakni Ganjar
Pranowo.
Jika dihubungkan dengan tema utama dari episode ini, maka
pengenalan ini
ingin membentuk suatu gagasan bagi penonton bahwa Ganjar
Pranowo
merupakan salah satu “Pejabat Kekinian”. Pada tahap
selanjutnya
perbincangan tidak secara langsung diarahkan pada tema utama,
tapi
diarahkan pada kedekatannya dengan Ridwan Kamil dan Ahok,
melalui
pertemuan mereka beberapa waktu sebelumnya. Disini peneliti
melihat bahwa
pembahasan ini mencoba mengarahkan penonton untuk mengetahui
secara
langsung bahwa pertemuan ketiga pejabat ini merupakan salah satu
hal terkini,
sehingga dibahas dalam episode “Pejabat Kekinian”.
Ketika pembahasan diarahkan pada topik atau tema utama dari
episode
ini, peneliti melihat bahwa pada sesi ini pembawa acara mulai
mengarahkan
perhatian serta pandangan penonton untuk melihat dan mengerti
bagaimana
dengan gaya kekinian, atau pejabat yang aktif bersosial media
memanfaatkan
media sosialnya sebagai seorang pejabat. Pada akhir segmen
ditutup dengan
menampilkan tanggapan masyarakat Jawa Tengah terhadap
Gubernurnya.
Disini peneliti melihat bahwa episode “Pejabat Kekinian” ini
dikemas dengan
tujuan ingin menunjukkan pada penonton bahwa dengan gaya
kekinian, aktif
bersosial media bukan berarti bahwa seorang pejabat tidak
produktif dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya atau sebaliknya.
Sesi terakhir yang ditutup dengan penilaian dua panelis terhadap
gaya
kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo tentang gaya
kepemimpinan mereka yang kekinian, sebenarnya ingin menunjukkan
pada
penonton bahwa apa yang dilakukan kedua pemimpin ini dengan gaya
yang
kekinian memberikan hasil serta dampak yang luar biasa. Selain
itu penilaian
ini juga ingin menunjukkan sisi positif dari pejabat yang
memanfaatkan media
sosial dengan baik untuk menunjang tugas dan tanggung jawab
mereka. Dan
hal lain yang ditunjukkan melalui penilaian ini turut
membuktikan bahwa
pejabat dengan eksistensi yang tinggi di media sosial tidak
selalu buruk
kinerjanya atau sebaliknya.
-
80
5.1.2.3 Analisis Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik
dan
Retoris)
a) Semantik
Latar
Hal pertama yang muncul sebagai latar adalah posisi
Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang eksis
menggunakan media sosial. Pada latar ini dijelaskan bahwa
Ganjar Pranowo merupakan Gubernur yang dekat dengan
warganya, salah satunya dengan menggunakan media sosial.
Latar berikutnya adalah pertemuan antara Ganjar
Pranowo, Ridwan Kamil dan juga Ahok. Pada latar ini
menjelaskan tentang pertemuan ketiga pejabat ini sebagai
suatu
isu terkini, sekaligus juga mengangkat tentang hubungan
antara
ketiga pejabat daerah ini.
Hal berikutnya yang adalah pemanfaatan media sosial
untuk menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai Gubernur.
Pada bagian ini menguraikan bagaimana Ganjar Pranowo
memanfaatkan media sosial untuk mendukung tugas dan
tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Detail
Detail yang muncul dalam segmen antara Najwa Shihab
dengan Ganjar Pranowo lebih banyak memunculkan gaya
kekinian Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang
aktif menggunakan media sosial dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Elemen detail pada segmen ini juga lebih
banyak menonjolkan pemanfaatan media sosial oleh Ganjar
Pranowo serta dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat
Jawa Tengah melalui gaya kekinian Ganjar Pranowo yang aktif
bersosial media untuk melayani kebutuhan serta memecahkan
permasalahan umum di tengah masyarakat yang dipimpin.
Elemen detail juga menunjukkan sejumlah perubahan
positif serta sejumlah prestasi yang diraih melalui gaya
kekinian Ganjar Pranowo yang aktif bersosial media dalam
-
81
membangun sarana dan infrastruktur, serta merubah birokrasi
di Jawa Tengah.
Maksud
Elemen maksud pada segmen dimana Ganjar Pranowo
menjadi narasumber ditampilkan secara eksplisit dan jelas.
Dimana pada elemen maksud ini menunjukkan bagaimana
seorang pejabat memiliki kepekaan pada perkembangan
teknologi, sehingga memanfatkan media sosial sebagai bentuk
perkembangan tersebut untuk menunjang berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai
seorang pejabat.
Pada elemen maksud ini juga ingin menunjukkan bahwa
ketika pejabat sadar dan mampu memanfaatkan teknologi
dengan baik untuk kepentingan umum, maka hal tersebut akan
memberikan perubahan serta dampak positif.
Elemen maksud pada segmen ini juga menunjukkan
bahwa media sosial dapat menjadi wadah untuk menampung
aspirasi, menjadi jembatan atau perekat hubungan antara
pejabat dengan masyarakatnya, serta menjadi media pengontrol
antara masyarakat dengan pelaksana-pelaksana tugas yang ada
di lapangan apabila mampu di manfaatkan serta dikelola oleh
dengan baik oleh pejabat yang menggunakannya maupun
masyarakat yang berinteraksi didalamnya.
b) Sintaksis
Bentuk Kalimat
Mengamati percakapan antara Najwa Shihab dengan
Ganjar Pranowo pada episode ini, peneliti melihat bahwa tata
bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari (bahasa
non formal).
Peneliti melihat bahwa penggunaan tata bahasa ini
bertujuan untuk menciptakan suasana yang santai. Sebagian
besar kalimat dalam percakapan ini secara umum didominasi
oleh kalimat dengan bentuk deduktif. Hal ini dimaksudkan
-
82
oleh pembicara untuk menempatkan dirinya sebagai pihak yang
menjadi pusat atau objek terkait dengan tema atau topik yang
dibahas dalam episode ini.
Melalui penempatan posisi seperti ini, penulis melihat
bahwa pembicara ingin memberikan penegasan terhadap
penonton tentang keterkaitan dirinya dengan hal-hal yang
menjadi pembahasan dalam episode ini. Berikut adalah contoh
percakapan yang menunjukkan hal tersebut :
Najwa Shihab : “Dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang
paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda
menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-
persoalan publik lewat saluran-saluran seperti in?”.
Ganjar Pranowo : “Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya
pernah
copot orang karena di samsat dia minta duit sama masyarakat dan
ada
yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini
kami
dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin
orangnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari
bawah,
kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya
kemudian
pimpinannya bilang “ya siap pak“ kemudian dicopot orangnya.
Lalu
ibu-ibu katanya diusir dari rumah anaknya, dia tidur di pos
ronda,
tidak lebih dari dua jam sudah diambil terus ke resos. Ada
orang
yang kena kanker di tangannya segede bola gak diambil, saya
telpon
sama Bupatinya dan sangat menyebalkan karena Bupatinya
bilang,
“siap pak, mohon petunjuk”. Lah hari gini kok mohon
petunjuk.”
Kata Ganti
Peneliti melihat bahwa penggunaan kata “kita”. oleh
Ganjar Pranowo sebenarnya ingin menunjukkan adanya
kedekatan hubungan serta kebersamaan yang dibangun antara
Ganjar Pranowo sebagai Gubernur dengan setiap kepala daerah
yang ada di wilayah Jawa Tengah serta masyarakat. Kata ini
juga menunjukkan bahwa serangkaian usaha yang dilakukan
secara bersama-samauntuk membangun Jawa Tengah dan juga
dampak positif yang dirasakan oleh warga bukanlah usaha
Ganjar Pranowo semata sebagai Gubernur.
“Wisata ditiap kabupaten – kota rata-rata punya potensi. Ada
karimun jawa, ada dieng, Borobudur gak perlu diomongin
lagi kali ya, trus kemudian sangiran yang sekarang lagi kita
tata. Kebetulan kita kerja sama dengan kementrian, dan ini
yang mau coba kita dorong.”
-
83
Kata ganti selanjutnya yang peneliti temukan adalah
kata “mereka”. Melalui kata ini penulis menginterpretasikan
bahwa mereka yang dimaksud adalah, para pejabat daerah
(Bupati dan Walikota) yang ada di bawah kepemimpinan
Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.
c) Stilistik
Leksikon
Setelah mengamati keseluruhan segmen antara Najwa
Shihab dengan Ganjar Pranowo, peneliti menemukan beberapa
kata yang dipilih, yang merujuk pada fakta yang dibahas
dalam
episode ini. Penggunaan kata “Pejabat Kekinian” sebagai tema
utama dari episode ini ingin menunjukkan fakta bahwa pada
saat ini banyak pejabat yang mulai memanfaatkan media sosial
untuk berbagai kepentingan. Selain itu peneliti juga
menemukan adanya penggunaan kata “Inovasi”. Kata ini ingin
menunjukkan adanya perubahan-perubahan sebagai hasil atau
dampak dari tingkat keterlibatan atau keaktifan pejabat saat
ini
dalam menggunakan akun media sosial maupun mengikuti hal-
hal yang menjadi trend saat ini, ataupun terlibat pada
hal-hal
serta isu-isu menarik yang sedang ramai diperbincangkan oleh
khalayak luas.
d) Retoris
Grafis
Setelah peneliti mengamati perbincangan antara Najwa
Shihab dengan Ganjar Pranowo dalam episode ini, peneliti
menemukan bahwa penekanan terhadap hal-hal penting yang
dibahas selalu disertakan dengan cuplikan video yang
berhubungan dengan pembahasan-pembahasan penting
tersebut. Hal – hal penting yang dibuktikan lewat cuplikan
video adalah profil Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa
Tengah, proses sidak yang dilakukan terhadap beberapa dinas
di Jawa Tengah, kunjungan masyarakat, pertemuan antar
Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dah Ahok di Balaikota,
-
84
menolong warga yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan
cuplikan video tentang tanggapan masyarakat Jawa Tengah
terhadap kinerja Ganjar Pranowo sebagai Gubernur.
Metafora
Adapun beberapa metafora yang penulis temukan dalam
segmen Ganjar Pranowo dalam episode “Pejabat Kekinian” :
haters, multi platform, media genic, baju safari, cacat,
dilempar ke publik, dicopot.
Peneliti memahami bahwa penggunaan metafora
sebagaimana di atas, secara strategis sebagai landasan
berpikir,
alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada
penonton, dimana hal-hal tersebut mengandung makna tertentu
yang pastinya tidak terlepas dari hal-hal utama yang dibahas
dalam episode “Pejabat Kekinian” ini.
Sebagai contoh, pada kata ungkapan “dicopot”. Kata ini
digunakan oleh Ganjar Pranowo untuk menunjukkan bukti
dalam melakukan interaksi dengan warganya, membangun
komunikasi langsung dengan warganya, yang mana ketika
semua ia mendapat laporan dari warga tentang adanya
pemungutan liar yang dilakukan oleh samsat, maka pelaku
pemungutan liar tersebut langsung di tindak tegas dengan
sanksi pemecatan, dimana dalam percakapan Ganjar Pranowo
menggambarkan sanksi pemecatan tersebut dengan kata
“dicopot” Berikut adalah ringkasan percakapan yang
menunjukkan penggunaan ungkapan “dicopot” :
Najwa Shihab : “Dari apa yang anda lakukan ini, apa hal yang
paling efektif, atau bukti yang paling efektif ketika anda
menggunakan media sosial ini, dalam menangani persoalan-
persoalan publik lewan saluran-saluran seperti ini?”
Ganjar Pranowo : “Oh banyak. Kalo kasus yang terjadi saya
pernah
copot orang karena di samsat dia minta duit sama masyarakat dan
ada
yang lapor dan masyarakatnya pintar kemudian lapor “pak ini
kami
dimintain duit” kalo memang kamu dimintain duit coba fotoin
orangnnya. Kemudian difotokan tapi mungkin fotonya dari
bawah,
kemudian saya terima fotonya. Saya kontak pimpinannya
kemudian
pimpinannya bilang “ya siap pak“ kemudian dicopot orangnya.”
-
85
5.1.3 Hubungan Antara Struktur Makro, Super Struktur dan
Struktur Mikro
dalam Program Talkshow Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”
Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua
struktur dan
elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan
dan saling
mendukung satu sama lain. Pertama, Struktur Makro. Ini merupakan
makna
global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat
topik atau tema yang
dikedepankan dalam suatu berita. Dengan kata lain, analisis
Struktur Makro
merupakan analisis sebuah teks yang dipadukan dengan kondisi
sosial disekitarnya,
sekaligus gambaran umum dari keseluruhan sebuah teks.
Struktur teks yang kedua adalah Super Struktur. Bagian dari teks
yang satu ini
merupakan bagian yang berhubungan dengan kerangka atau pola dari
suatu teks, serta
bagaimana bagian-bagian teks disusun menjadi suatu kesatuan yang
utuh. Hal yang
diamati pada Super Struktur adalah skematik atau alur. Suatu
teks umumnya memiliki
alur dari pendahuluan hingga akhir. Alur tersebut menunjukkan
bagaimana bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti. Alur
pada teks biasanya terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup.
Struktur yang ketiga
adalah Struktur Mikro. Keberadaan Struktur Mikro berfungsi untuk
menjelaskan
secara rinci serta detail mengenai hal-hal penting yang
berhubungan dengan tema
utama dari sebuah teks. Penjelasan secara mendetail suatu teks
dalam Struktur Mikro
sendiri dapat dilihat dari beberapa elemen yaitu semantik,
sintaksis, stilistik dan
retoris.
Kata “Pejabat Kekinian” yang dipilih sebagai topik utama atau
makna global
dari program talkshow episode ini sesungguhnya mewacanakan
sebuah fenomena
menarik saat ini, yaitu tentang keterlibatan serta eksistensi
para pejabat dalam
menggunakan media sosial. Topik atau tema utama dari episode ini
didukung oleh
kerangka atau pola yang dibuat oleh pembuat teks Alur tersebut
menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan
sehingga membentuk
kesatuan arti atau makna dari tema utama yang ada. Pada
akhirnya, pemilihan kata,
bentuk serta hubungan antar kalimat, koherensi, gaya bahasa dan
style menjadi
kekuatan untuk menjelaskan secara rinci dan mendetail mengenai
hal-hal terpenting
atau makna-makna tertentu yang memiliki hubungan dengan tema
utama serta realitas
sosial yang terjadi.
-
86
5.2 Analisis Dimensi Kognisi Sosial Program Talkshow Mata Najwa
Episode
“Pejabat Kekinian”
Kognisi sosial merupakan sebuah dimensi untuk menjelaskan
bagaimana suatu
teks diproduksi oleh individu atau kelompok pembuat teks.cara
memandang atau
melihat sebuah realitas sosial melahirkan suatu teks tertentu.
Penelitian atas wacana
tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena
teks hanya hasil dari
suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Pentingnya
mengamati dimensi ini
guna mengetahui bagaimana proses sebuah teks diproduksi oleh
pembuat teks
tersebut sehingga dapat diketahui pula mengapa teks tersebut
dapat berupa demikian.
Selain itu melalui analisis pada dimensi kognisi sosial pada
teks, dapat dilihat pula
gambaran nilai-nilai yang menyebar dan diserap oleh kognisi
pembuat teks yang
kemudian digunakan untuk membuat suatu teks. Setiap teks pada
dasarnya dihasilkan
melalui kesadaran, prasangka atau pengetahuan tertentu atas
suatu peristiwa
(Eriyanto,2001:160).
Pada dasarnya program talkshow Mata Najwa merupakan hasil karya
atau
bentuk kreatifitas dari sebuah tim, dimana melalui hasil kerja
keras tim inilah
berbagai informasi serta data mengenai narasumber dapat
dikumpulkan. Dari
informasi atau data yang terkumpulkan inilah kemudian diolah
menjadi sebuah
naskah dan dikembangkan menjadi tema utama yang dibahas pada
setiap episode.
Mengamati keseluruhan tayangan program talk show Mata Najwa,
peneliti
menemukan bahwa cara pandang Najwa tentang gaya kepemimpinan
seorang pejabat
merupakan representasi yang mewakili pandangan masyarakat
terhadap
kepemimpinan seorang pejabat. Hal ini dibuktikan dengan beberapa
pertanyaan inti
yang menyinggung tentang bagaimana Ridwan Kamil dan Ganjar
Pranowo
membangun hubungan dengan masyarakat melalui pemanfaatan media
sosial atau
dengan kata lain melalui sederet pertanyaan yang menyinggung
tentang bagaimana
kedua pejabat ini memberikan pelayanan publik dengan
memanfaatkan media sosial.
Dengan menilai jawaban Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo
terhadap
pertanyaan inti tersebut, dari situlah Najwa dapat menyimpulkan
apakah jabawan
yang diberikan memberikan gambaran bahwa Ridwan Kamil Dan Ganjar
Pranowo
merupakan pejabat dengan gaya kepemimpinan yang ada dalam
pandangan atau
kognisi masyarakat, dan setiap jawaban akan kembali dibuktikan
dengan cuplikan
-
87
video tentang tanggapan dan penilaian masyarakat atas kedua
pejabat ini. Video
tentang tanggapan masyarakat yang menjadi cuplikan ini tentunya
telah diambil
sebelum program acara ini berlangsung. Disinilah letak dari
proses pembentukan
pandangan atau kognisi masyarakat tentang kepemimpinan seorang
pejabat yang
kemudian di wakili dan direpresntasikan oleh Najwa sebagai
pembawa acara dalam
program talk show Mata Najwa episode Pejabat kekinian.
Garis besar yang ditemukan peneliti dari keseluruhan transkrip
percakapan
pada episode “Pejabat Kekinian” menunjukkan bahwa dengan
menggunakan media
sosial, pejabat dapat membuka ruang interaksi serta komunikasi
dengan
masyarakatnya. Peneliti menyimpulkan bahwa penggambaran mengenai
Ridwan
Kamil dan Ganjar Pranowo ini merupakan representasi pandangan
masyarakat yang
diwakili oleh pembuat teks dalam memandang serta membentuk opini
penonton
maupun masyarakat tentang gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan
Ganjar Pranowo.
5.3 Analisis Dimensi Konteks Sosial Program Talkshow Mata Najwa
Episode
“Pejabat Kekinian”
Konteks digunakan untuk melihat bagaimana makna yang dihayati
bersama,
kekuasaan diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi
(Eriyanto,2001:271).
Dengan kata lain, analisis konteks digunakan untuk melihat
bagaimana sebuah
wacana diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
Peneliti melihat bahwa konteks sesungguhnya yang ditampilkan
dalam
episode “Pejabat Kekinian” adalah tentang sentuhan langsung
seorang pemimpin
dengan masyarakat. Masyarakat sedang mencari sosok pemimpin yang
mampu secara
langsung terlibat serta berinteraksi dengan mereka, serta dapat
membawa mereka ke
arah yang lebih baik. Munculnya episode ini, seakan memberikan
alternatif pilihan
kepada masyarakat, bahwa adanya calon pemimpin yang baik, mampu
terlibat secara
langsung di tengah-tengah masyarakat, membuka ruang komunikasi
dan interaksi
secara langsung, yang ditunjukkan melalui pembahasan seputar
Ridwan Kamil
sebagai Walikota Bandung dan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur
Jawa Tengah.
Melalui episode pejabat kekinian ini, Ridwan Kamil dan Ganjar
Pranowo
dikonstruski sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat,
pemimpin yang selalu
membangun komunikasi dengan masuarakat, pemimpin yang
merespon
-
88
bpermasalahan yang terjadi ditengah masyarakat dengan berbagai
dacara dan salah
satunya dengan menggunakan media sosial. Episode pejabat
kekinian ini juga
mengkonstruksi sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai
sosok inspirratif.
Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo digambarkan sebagai pejabat yang
mampu
memberikan contoh bagi pejabat lainnya yang ada di bawah
kepemimpinan mereka
untuk bersikap dan bertingkah laku sebagai pejabat yang dekat
serta tebuka dengan
masyarakatnya, serta menjadi agen perubahan dalam mereformasi
sistem birokrasi
yang ada di wilayah kepemimpinan masing-masing. Konstruksi
wacana gaya
kepemimpinan pada episode ini secara tidak langsung mengontrol
masyarakat dengan
mempengaruhi kondisi mental masyarakat, seperti kepercayaan,
sikap dan
pengetahuan.
Dalam menganalisis konteks, ada 2 hal penting yang ditekankan
oleh Van
Djik, yaitu : kekuasaan dan akses. Kekuasaan yang disoroti oleh
Van Djik dalam hal
ini adalah tindakan seseorang/kelompok untuk secara tidak
langsung mengontrol
dengan cara mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan,
sikap dan
pengetahuan, sedangkan akses yang dimaksud dalam hal ini adalah
melihat
bagaimana besar akses diantara setiap kelompok untuk
mempengaruhi kesadaran
khalayak (Eriyanto, 2001 : 272 – 273).
1. Kekuasaan
Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo dengan gaya kekinian mereka
sebagai
seorang pejabat merupakan sebuah cara baru dalam mengontrol
serta
memanajemen wilayah yang mereka pimpin, dimana dengan
kekuasaan
yang mereka miliki sebagai pemimpin serta gaya kekinian yang
ada,
keduanya melakukan berbagai hal yang dampak positifnya
sangat
bermanfaat bagi masyarakat, sehingga dengan hal tersebut
masyarakat
dapat melihat serta menilai dan percaya dengan kekuasaan yang
dimiliki,
baik Ridwan Kamil maupun Ganjar Pranowo menggunakannya demi
kepentingan publik.
2. Akses
Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo, memiliki kepekaan dalam
memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai media untuk
menjembatani hubungan mereka dengan masyarakat. Gaya kekinian
ini
turut memberikan pengaruh serta contoh bagi pejabat lainnya
dalam
-
89
mengembangkan pelayanan serta memperbaiki sistem birokrasi
dalam
melayani masyarakat.
5.4 Pembentukan Wacana oleh Tim Program Talkshow Mata Najwa
Dalam program talk show Mata Najwa, wacana di bentuk kemudian di
kemas
menjadi suatu program acara melalui beberapa tahap. Pertama,
tahap perancanaan dan
persiapan. Pada tahap ini tim terlebih dahulu menentukan ide
atau gagasan mengenai
isu-isu serta berbagai fenomena merarik yang berkembang atau
marak
diperbincangkan oleh publik sebelum diangkat dan dikemas dalam
program acara.
Ketika muncul ide atau gagasn, selanjutnya dilakukan perembukan
atau diskusi dalam
tim sehingga di sepakati suatu tema dari berbagai ide atau
gagasan yang muncul untuk
diangkat menjadi topik dari program Talks Show Mata Najwa.
Setelah adanya kesepakatan terhadap tema atau topik tertentu,
tim Mata Najwa
melakukan survei mengenai narasumber yang cocok dan tepat serta
sesuai dengan
tema atau topik yang telah disepakati. Setelah menemukan
narasumber yang dianggap
cocok dengan tema, tim melakukan pengumpulan-pengumpulan data
mengenai hal-
hal yang memiliki hubungan antara tema atau topik, dengan
narasumber yang telah
ditetapkan, dan setelah hal ini dilakukan, tim melakukan
konfirmasi langsung dengan
narasumber tersebut. Konfirmasi ini sekaligus menjadi tanda
kepada orang atau
kelompok tersebut bersedia atau tidak menjadi narasumber.
Apabila narasumber
bersedia maka akan dilakukan pertemuan dengan narasumber untuk
menggali lebih
jauh informasi-informasi terkait dari narasumber, sekaligus
melakukan cross-chek
data survei yang dilakukan tim kepada narasumber.
Tahap yang ketiga adalah melakukan persiapan yang berhubungan
dengn
konten dari program acara. Setelah tim memiliki persetujuan dari
narasumber serta
data akurat yang sesuai dengan tema yang hendak diusung, tim
melakukan persiapan
berupa setting acara, mempersiapkan pokok-pokok bahasan yang
berhubungan
dengan tema, mempersiapkan daftra pertanyaan serta setting alur
dari program yang
hendak ditayangkan. Pada tahap ini pula tim melakukan peninjauan
kembali terhadap
segala sesuatu yang telah dipersiapkan agar tidak menimbulkan
hal-hal yang
berdampak buruk terutama pada masyarakat atau membentuk
pemahaman yang salah
terhadap masyarakat melalui program acara yang nantinya akan
diproduksi dan
ditayangkan.
-
90
Melihat dan mengamati program talk show Mata Najwa, dapat
dilihat bahwa
program ini lebih menyoroti akan hal-hal yang berhubungan dengan
masyarakat, atau
dengan katalain membahas mengenai isu-isu atau fenomena terkini
yang memiliki
dampak dalam kehidupan masyarakat, sehingga program ini memiliki
nilai berita
yang tinggi dan berkualitas. Diangkatnya tema pejabat kekinian
disebabkan karena
adanya fenomena yang memang menarik dan menjadi sorotan bagi
masyarakat luas
bahwa adanya pejabat daerah yang aktif bersosial media.
5.5 Temuan Gaya Kepemimpinan Pada Dimensi Teks, Kognisi Sosial
Dan
Konteks Sosial
Setelah peneliti melakukan pengamatan serta analisis pada ketiga
dimensi
tersebut, peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan Ridwan Kamil
dan Ganjar
Pranowo tidak secara langsung disebutkan atau tetapkan sebagai
gaya kepemimpinan
tertentu, namun peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan kedua
pejabat daerah ini
digambarkan melalui sikap serta tindakan-tindakan yang
mencirikan gaya
kepemimpinan tertentu, dan dalam hal ini adalah gaya
kepemimpinan
Transformasional, dimana gaya kepemimpinan transformasional
merupakan gaya
kepeminan dengan adanya proses pengembangan moralitas antara
pemimpin dengan
bawahan serta pihak lainny, dan pemimpin dengan gaya
transformasional merupakan
seorang pemimpin yang mampu menciptakan kharismatik yang penuh
inspirasi,
stimulasi intelektual, mendorong semangat pihak lain, serta
menggunakan nilai-nilai
yang dapat memenuhi kebutuhan bawahannya serta pihak
lainnya.
Pada dimensi teks Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo digambarkan
sebagai
pejabat yang penuh dengan inspirasi, peka serta mampu
memanfaatkan terhadap
perkembangan teknologi, tegas dalam menjalankan birokrasi,
memiliki kemampuan
berkomunikasi dan interaksi serta terbuka kepada berbagai pihak.
Hal ini mampu
dibuktikan oleh kedua pejabat ini, bahwa dengan menggunakan
media sosial dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pejabat, memberikan
banyak manfaat
yang positif, dimana pada dimensi teks ini peneliti menemukan
beberapa manfaat
yang dimaksud; media sosial menjadi sarana interaksi, fungsi
kontrol, merubah
birokrasi serta media untuk menampung masukan, keluhan dan
aspirasi masyarakat.
Pada dimensi kognisi sosial, gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan
Ganjar
Pranowo digambarkan melalui pandangan masyarakat Bandung dan
Jawa Tengah
-
91
yang diwakuli oleh representasi kognisi pembuat teks yang dapat
dilihat melalui alur
dari keseluruhan episode Pejabat Kekinian. Hal ini digambarkan
dengan segelintir
pertanyaan ini yang menyinggung tentang bagaimana pemanfaatan
media sosial
secara khusus oleh Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo, yang
kemudian jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut dihubungkan dengan tanggapan
masyarakat Bandung
dan Jawa Tengahmelalui cuplikan-cupliakan video.
Pada dimensi konteks sosial, penggambaran gaya kepemimpinan
Transformasional ini digambarkan melalui hal-hal yang merupakan
fakta yang saling
berhubungan, yaitu dimana pada saat ini masyarakat lebih
membutuhkan pejabat yang
mampu bersentuhan langsung dengan mereka. Melalui analisis
dimensi konteks sosial
peneliti menemukan adanya penonjolan fakta bahwa pemanfaatan
media sosial oleh
Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo memberikan ruang interaksi
antara mereka
dengan masyarakatnya, sehingga masyarakat merasa adanya
kedekatan dan sentuhan
langsung sekalipun hanya melalui media sosial. Respon cepat yang
diperoleh
masyarakat melalui media sosial membuat masyarakat merasakan
perhatian dari
kedua pejabat ini. Dengan menjadikan media sosial sebagai ruang
interaksi dengan
masyarakat, membuat Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo menjadi
pejabat yang
kehadirannya sangat terasa ditengah-tengah masyarakat.
5.6 Pembahasan : Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar
Pranowo
berdasarkan Analisis Wacana Kritis dalam Tayangan Program
Talkshow
Mata Najwa Episode “Pejabat Kekinian”
Berdasarkan analisis yang peneliti jabarkan di atas, secara umum
tema yang
diangkat ialah gaya hidup aktif bersosial media dari seorang
pejabat, yang mana gaya
ini tidak dilakukan oleh semua pejabat pada umumnya. Ditinjau
dari aspek dimensi
teks, episode “Pejabat Kekinian” memaparkan mengenai eksistensi
Ridwan Kamil
dan Ganjar Pranowo dalam menggunakan media sosial mereka untuk
menjalankan
tugas mereka sebagai pejabat daerah serta melayani kepentingan
masyarakat masing-
masing. Alur pembahasan selalu diawali dengan hal-hal yang
berbeda dengan tema
utama. Meskipun demikian, alur yang dibangun lebih banyak pada
pendeskripsian
mengenai profil Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo selaku pejabat,
keaktifan
keduanya dalam dunia media sosial, bagaimana kedua pejabat ini
memanfaatkan
media sosial untuk kepentingan masyarakat serta manfaat yang
diperoleh.
-
92
Ditinjau dari aspek kognitif, dapat disimpulkan bahwa
penggambaran
mengenai Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo ini merupakan
representasi mental dari
pembuat teks dalam memandang serta membentuk opini penonton
maupun
masyarakat tentang sosok Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo sebagai
pejabat yang
aktif atau eksis dalam bersosial media. Ditinjau dari aspek
konteks sosial, episode
“Pejabat Kekinian” seakan memberikan sebuah pand