BAB V KERJA BANGKU (PP 03) 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Latar Belakang
Proses Produksi merupakan sebuah proses transformasi atau konversi
dari bahan baku atau material (logam maupun non-logam) menjadi
produk setengah jadi atau produk jadi. Produk yang dihasilkan akan
diharapkan memiliki hasil dan nilai jual yang lebih baik dan
tinggi. Dalam proses produksi diperlukan sebuah alat untuk
menunjang dan memudahkan dalam kerja. Sesuai dengan prinsip kerja
industri kini, untuk itu diperlukan mesin yang akan mempermudah,
lebih efektif, efisiensi tinggi dan dapat meningkatkan hasil
produksi. Kerja bangku memerlukan pelbagai macam mesin antara lain
: mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin
press, mesin roll, dan mesin tekuk. Dengan menggunakan mesin-mesin
tersebut akan mempermudah dalam langkah-langkah pengerjaan kerja
bangku. Dewasa kini diperlukan sumberdaya manusia yang mampu untuk
mengoperasionalkan mesin agar mampu mengoptimasi kinerja dari
mesin, sehingga dapat dicapai prinsip kerja industri. Untuk itu,
dalam praktikum bagian ini akan diharapkan mampu memunculkan
praktikan yang benar-benar siap untuk mengombinasikan dan
mengoptimasi kinerja mesin agar dihasilkan hasil produksi yang
berkualitas tinggi dan baik tentunya. 5.1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan diadakannya praktikum pada mesin bubut.
Tujuan dari praktikum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum dari praktikum kerja bangku ini
antara lain : a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas
serta cara
pengoperasiannya (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat,
power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk).
b.
Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin-mesin
perkakas (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack
saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk). Tujuan khusus dari
praktikum kerja bangku ini antara lain :
a.
Dapat mengetahui, menguasai, dan menjalankan mesin-mesin (mesin
bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin press,
mesin roll, dan mesin tekuk)
b.
Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan
menggunakan mesin-mesin (mesin bor, mesin las, mesin pemotong
pelat, power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin
tekuk).
5.2 Dasar Teori Mesin PP3 5.2.1 Mesin Las 5.2.1.1 Definisi
Pengelasan Berdasarkan DIN dan JIS Berdasarkan definisi dari
Deutche Industries Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersbut dapat dijabarkan lebih
lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang
logam yang menggunakan energi panas. Menurut JIS (Japan Industrial
Standards), proses pengelasan atau welding adalah proses
penggabungan material secara metalurgi dengan menggunakan energi
panas yang bisa diperoleh dari energi kimia, energi listrik maupun
energi mekanik. Dalam pengertian lain, las adalah penyambungan dua
buah logam baik sejenis maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan
(mencairkan) logam tersebut di bawah atau di atas titik leburnya,
disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai atau tidak disertai
logam pengisi. 5.2.1.2 Klasifikasi Pengelasan Sampai pada waktu ini
banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam
bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam
hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi
tersebut
pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi
berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan. Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan diklasifikasikan
menjadi tiga kelas utama yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan,
dan pematrian. 1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur
listrik atau sumber api gas yang terbakar. 2. Pengelasan tekan
adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu. 3. Pematrian adalah cara pengelasan
dimana sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan
logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk
tidak turut mencair. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok
las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan
klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti
las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Pengelasan yang
paling banyak digunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair
dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur
listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan
cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok
bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka
pembahasannya juga dilakukan secara terpisah. Dibawah ini
klasifikasi dari cara pengelasan : a) Pengelasan cair Las gas Las
listrik terak Las listrik gas Las listrik termis Las listrik
elektron Las busur plasma
b) Pengelasan tekan Las resistensi listrik Las titik Las
penampang Las busur tekan Las tekan Las tumpul tekan Las tekan gas
Las tempa Las gesek Las ledakan Las induksi Las ultrasonic
c) Las busur Elektroda terumpan
d) Las busur gas Las m16 Las busur CO2
e) Las busur gas dan fluks Las busur CO2 dengan elektroda berisi
fluks Las busur fluks Las elektroda berisi fluks Las busur
fluks
Las elektroda tertutup Las busur dengan elektroda berisi fluks
Las busur terendam Las busur tanpa pelindung Elektroda tanpa
terumpan Las TIG atau las wolfram gas
5.2.1.3 Bagian-bagian Mesin Las
Gambar 5.3 Bagian-bagian mesin las Sumber:
http://lasdanjualbesi.blogspot.com/2011/03/teknik-las.html
1.
Elektroda (Electrode) Pengelasan dengan menggunakan las busur
listrik memerlukan elektroda yang terdiri dari sebuah inti logam
yang dilapisi oleh campuran zat kimia. Lapisan pelindung elektroda
berfungsi untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara.
2.
Pemegang Elektroda (Electrode Holder) Pemegang elektroda adalah
bagian dari elektroda yang akan kontak dengan tangan pekerja las.
Oleh karena itu, pemegang elektroda sebaiknya dibuat dari bahan
yang memiliki tingkat isolator yang tinggi untuk mengurangi
tingkat
kecelakaan saat bekerja. Desain pemegang elektroda juga harus
ergonomis sehingga nyaman digunakan.
3.
Kabel Tembaga Elektroda (Electrode Lead Cable) Fungsi dari kabel
tembaga pada elektroda adalah untuk aliran listrik dari sumber daya
pada Arc Welding Power Source ke elektroda itu sendiri.
4.
Steker (Plug to Power Source) Fungsi steker adalah untuk aliran
listrik dari sumber listrik utama ke Arc Welding Power Source
dimana aliran listrik diubah menjadi aliran listrik AC/DC.
5.
Kabel Power Input (Input Power Lead Cable) Fungsi kabel power
input adalah untuk listrik mengalir menuju Arc Welding Power Source
dari sumber listrik utama.
6.
Sumber Daya (Arc Welding Power Source) Arc Welding Power Source
selain sebagai sumber energi dari elektroda adalah untuk mengubah
arus menjadi AC/DC sesuai dengan kebutuhannya.
7.
Kabel Benda Kerja (Workpiece Lead Cable) Fungsi kabel benda
kerja adalah untuk menyambungkan penjepit benda kerja dengan Arc
Welding Power Source.
8.
Penjepit Benda Kerja (Workpiece Clamp) Penjepit benda kerja
digunakan untuk mencekam benda kerja untuk dilas.
9.
Meja Pengelasan (Welding Table) Fungsi dari meja pengelasan
adalah tempat untuk menaruh benda kerja dan untuk memudahkan
kegiatan pengelasan.
10. Benda Kerja (Workpiece) Benda kerja adalah benda yang akan
dilas.
5.2.1.4 Daerah Hasil Pengelasan Logam akan mengalami pengaruh
pemanasan akibat pengelasan dan mengalami perubahan struktur mikro
disekitar daerah lasan. Bentuk struktur mikro bergantung pada
temperatur tertinggi yang dicapai pada pengelasan, kecepatan
pengelasan dan laju pendinginan daerah lasan. Daerah logam yang
mengalami perubahan struktur mikro akibat mengalami pemanasan
karena pengelasan disebut daerah pengaruh panas (DPP), atau Heat
Affected Zone. Daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila
kita melakukan pengelasan, yaitu :
Sumber : Ahmad dan Hasman (1994 ) Daerah Las
1. Logam Las (Weld Metal) adalah daerah dimana terjadi pencairan
logam dan dengan cepat kemudian membeku. 2. Fusion Line Merupakan
daerah perbatasan antara daerah yang mengalami peleburan dan yang
tidak melebur. Daerah ini sangat tipis sekali sehingga dinamakan
garis gabungan antara weld metal dan H A Z.
3. H A Z ( Heat Affected Zone ) merupakan daerah yang
dipengaruhi panas dan juga logam dasar yang bersebelahan dengan
logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal
pemanasan dan pendinginan cepat, sehingga terjadi perubahan
struktur akibat pemanasan tersebut disebabkan daerah yang mengalami
pemanasan yang cukup tinggi . 4. Logam Induk (Parent Metal)
merupakan logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat.
Daerah HAZ merupakan daerah paling kritis dari sambungan las,
karena selain berubah strukturnya juga terjadi perubahan sifat pada
daerah ini. Secara umum struktur dan sifat daerah panas efektif
dipengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam induk
itu sendiri. Siklus termal las adalah proses pemanasan dan
pendinginan yang
terjadi pada daerah lasan. Proses las terjadi proses pemanasan
dan juga pendinginan maka dapat dikatakan proses las juga proses
heat treatment hanya saja terjadinya lokal, tidak seperti proses
heat treatment pada umumnya. (Sumber : Daerah Hasil Pengelasan ,
google.co.id) 5.2.1.5 Tipe Sambungan Pengelasan Hasil penyambungan
logam melalui pengelasan hendaknya
mengahasilkan sambungan yang berkualitas dari segi kekuatan dan
lapisan las dari bahan atau logam yang dilas, di mana untuk
menghasilkan sambungan las yang berkualitas hendaknya yang akan
dilas kedua ujung/bidang atau bagian logam
perlu diberikan suatu bentuk kampuh las tertentu
(Arifin;1977).
Tujuan utama dari pengelasan adalah untuk mendukung beban,
sebagian beban mekanis dan sebagian untuk mencapi hasil pengelasan
dengan kekuatan yang bisa di jamin, maka perlu di kembangkan
kekuatan sebagai bentuk yang groove dapat di
(Alip;1989).
Untuk
memperoleh
hasil pengelasan
jamin kualitasnya, pengelasan sebaiknya menggunakan berbagai
bentuk kampuh yang sudah dikembangkan. Terdapat lima jenis
sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian benda
logam. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt),
lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi,seperti dapat dilihat
dalam gambar 2 Sumber : Teknik Kerja Mesin Dan Las
a. Sambungan tumpu (butt joint). kedua bagian benda yang akan
disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada
kedua ujungnya. b. Sambungan sudut (corner joint).
kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku-siku
dan disambung pada ujung sudut tersebut. c. Sambungan tumpang (lap
joint). bagian benda yang akan disambung saling sama lainnya. d.
Sambungan T (tee joint) satu bagian diletakkan tegak lurus pada
bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik; e. Sambungan
tekuk (edge joint). sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang
akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung
bagian tekukan yang sejajar tersebut. menumpang (overlapping)
satu
(Sumber : listyonobudi.blogspot.com) 5.2.1.6 Elektroda
Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan
kawat las (Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari
suatu logam di lapisi oleh lapisan yang terbuat dari campuran zat
kimia, selain
berfungsi Bintoro
sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai bahan tambah. Sumber
:
Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang
bersalut (fluks ) dan tidak bersalut yang merupakan pangkal untuk
menjepitkan tang las. Fungsi fluks atau lapisan elektroda dalam las
adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara
menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur, sumber unsur
paduan. Pada dasarnya bila di tinjau dari logam yang di las,
kawat
elektroda dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja
karbon tinggi, baja paduan, besi tuang, dan logam non ferro. Bahan
elektroda harus
mempunyai kesamaan sifat dengan logam (Suharto; 1991). Pemilihan
elektroda pada pengelasan baja karbon sedang dan benar baja karbon
tinggi harus benar-
diperhatikan apabila kekuatan las diharuskan sama dengan
kekuatan material.
Penggolongan elektroda diatur berdasarkan standar sistem AWS
(American Welding Society) dan ASTM (American Society Testing
Material). Elektroda jenis E60 13 dapat dipakai dalam semua posisi
pengelasan dengan arus las AC maupun Elektroda dengan kode E6013
untuk setiap huruf dan DC.
setiap angka
mempunyai arti masing-masing yaitu: E
= Elektroda untuk las busur listrik. 60 =
Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan
dikalikan dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2. 1 =
Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk
pengelasan semua posisi. 3 = Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium
dan pengelasan dengan arus AC atau DC. ( Sumber :
miftahdejazzlab.wordpress.com) 5.2.1.7 Fluks Fluks adalah bahan
serbuk yang berfungsi sebagai sumber busur listrik
terak untuk melindungi logam cair dari udara sekitarnya,
menjaga
agar tetap stabil, sebagai deoksidator, menghasilkan gas
pelindung, mengurangi percikan api dan uap pada pengelasan, serta
sebagai sumber unsur paduan.
Basicity Index (BI) atau indeks kebasaan digunakan untuk
menentukan derajat keasaman atau kebasaan suatu fluks. BI dapat
dibedakan menjadi 4 jenis yaitu bersifat asam jika BI < 1,
bersifat netral untuk 1 < BI < 1,5, bersifat semi basa untuk
1,5 < BI < 2,menuju suhu kamar, logam las mengalami serang-
dan bersifat basa jika BI > 2,5. (Sumber : Daerah Hasil
Pengelasan , google.co.id)
5.2.1.8 Macam-macam Polaritas Ada 2 jenis polaritas yang
digunakan yaitu polaritas langsung dan polaritas terbalik. Pada
polaritas langsung elektroda berhubungan dengan terminal negatif
sedangkan pada polaritas terbalik elektroda berhubungan dengan
terminal positif. 1. Polaritas Lurus Apabila material dasar atau
material yang akan dilas disambung kan dengan kutup positip ( + )
dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatip ( ) pada mesin
las DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP
(Direct Current Straight Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN.
Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode ke material
dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang
berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada
di elektroda.
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak
dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang
dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta
manik las yang sempit dan untuk pelat yang tebal. 2. Polaritas
Balik
Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambung
kan dengan kutup positip ( + ) dan elektrodenya disambungkan dengan
kutup negatip ( ) pada mesin las DC maka cara ini disebut
pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct Current Straight
Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini busur
listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan
elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada
di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini akan
menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding
elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam,
sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las
yang sempit dan untuk pelat yang tebal.
5.2.1.9 Macam-Macam Posisi Pengelasan Posisi pengelasan atau
sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan arah dari
pada elektroda sewaktu mengelas.
Gambar X . Posisi Pengelasan
(http://www.google.co.id/macam-macamposisipengelasan) Adapun pisisi
mengelas terdiri dari empat macam yaitu: 1. Posisi di Bawah Tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan
pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan
elektroda las sekitar 10 - 20 terhada garis vertikal dan 70 - 80
terhadap benda kerja. 2. Posisi Tegak (Vertikal) Mengelas posisi
tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau
kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit
karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat
diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 - 15 terhada
garis vertikal dan 70 - 85 terhadap benda kerja.
3.
Posisi Datar (Horisontal) Mengelas dengan horisontal biasa
disebut juga mengelas merata dimana
kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti
horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 - 10
terhada garis vertikal dan 70 - 80 kearah benda kerja. 4. Posisi di
Atas Kepala (Over Head) Posisi pengelasan ini sangat sukar dan
berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru
las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap
antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya.
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas
juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 - 20 terhada garis
vertikal dan 75 - 85 terhadap benda kerja 5.2.1.10 Macam-Macam
Cacat Hasil Pengelasan Ada beberapa cacat di dalam pengelasan yaitu
: 1. Retak (Cracks). 2. Voids. 3. Inklusi 4. Kurangnya fusi atau
penetrasi (lack of fusion or penetration). 5. Bentuk yang tak
sempurna (imperfect shape). Retak Jenis cacat ini dapat terjadi
baik pada logam las (weld metal), daerah pengaruh panas (HAZ) atau
pada daerah logam dasar (parent metal). Voids (porositas) Porositas
merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang
biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas
yang terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas
dapat pula terbentuk
akibat kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam
membeku. Porositas seperti itu disebut: shrinkage porosity. Inklusi
Cacat ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk
karena reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti:
terak, oksida, logam wolfram atau lainnya. Cacat ini biasanya
terjadi pada daerah bagian logam las (weld metal). Kurangnya Fusi
atau Penetrasi a. Kurangnys Fusi Cacat ini merupakan cacat akibat
terjadinya discontinuity yaitu ada bagian yang tidak menyatu antara
logam induk dengan logam pengisi. Disamping itu cacat jenis ini
dapat pula terjadi pada pengelasan berlapis (multipass welding)
yaitu terjadi antara lapisan las yang satu dan lapisan las yang
lainnya. b. Kurangnya Penetrasi Cacat jenis ini terjadi bila logam
las tidak menembus mencapai sampai ke dasar dari sambungan. Bentuk
Yang Tidak Sempurna Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan
las yang tidak baik (tidak sempurna) seperti: undercut, underfill,
overlap, excessive reinforcement dan lainlain. Morfologi geometri
dari cacat ini biasanya bervariasi. 5.2.2 Mesin Bor 5.2.2.1
Pengertian Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya
memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada
sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).
Gambar X. Mesin Bor (http://www.google.co.id/mesinbor)
5.2.2.2 Fungsi Mesin Bor Pengeboran adalah operasi menghasilkan
lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan
pemotong berputar yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk
membuat lubang. Mesin bor dapat membuat lubang bertingkat,
membesarkan lobang, reaming dan counterboring pada benda-benda
ferrous maupun non ferrous.
5.2.2.3 Prinsip Kerja Mesin Bor Prinsip kerja mesin bor sama
dengan prinsip kerja pada mein-mesin lain, yaitu sebagai berikut :
1. Main Drive Motor listrik biasa dipakai sebagai penggerak utama
pada mesin bor. Putaran pada motor listrik ditranmisikan melalui
porosnya ke mekanisme pengatur putaran mesin berupa pasangan puli
bertingkat yang dihubungkan dengan vee belt. Dari puli bertingkat,
putaran diteruskan ke spindle mesin. pada spindle terdapat toolpost
sebagai pemegang mata bornya. 2. Feed Drive
Feed Drive merupakan gerakan pemakanan mata bor pada benda
kerja. Gerakan ini dilakukan secara manual pada mesin-mesin bor
yang sederhana dengan cara memutar drilling lever sehigga mata bor
bergerak kearah benda kerja.
5.2.3 Mesin Roll 5.2.3.1 Pengertian Mesin Roll Mesin ini disebut
Round and Circular Bending Machine dan lebih dikenal luas sebagai
mesin roll. Spesifikasi alatnya type RH II, produksi
Maschinenfabrik Kramer German. Diameter range 100 mm 1000 mm.
5.2.3.2 Fungsi Mesin Roll Mesin ini mempunyai fungsi yang spesifik,
yaitu untuk membentuk batangan logam dengan diameter kecil ataupun
pelat logam menjadi bentuk lingkaran/lengkung dengan diameter
tertentu. 5.2.3.3 Prinsip Kerja Mesin Roll Prinsip kerja mesin ini
sangat sederhana, benda kerja berupa pelat atau logam berdiameter
kecil dijepit diantara upper roll dan lower roll dan diputar
sehingga mencapai ukuran diameter yang diinginkan. a. Main Drive
Rol tekan dan roll utama berputar berlawanan arah sehingga dapat
menggerakkan pelat. b. Feed Drive Pelat bergerak linear melewati
rol pembentuk. Posisi roll pembentuk berada di bawah garis gerakan
pelat, sehinnga pelat tertekan dan mengalami pembengkokan. Akibat
penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol penjepit ini maka
terjadilah proses pengerolan.
5.2.3.4 Bagian-bagian Mesin Roll
Bagian-bagian Mesin Roll http://www.google.ac.id.mesin roll
a. Lengan Pemutar Digunakan untuk memutar roll secara manual. b.
Upper Roll Merupakan roll yang mempunyai kedudukan tetap. c. Rear
Roll Digunakan untuk mengatur radius benda dengan mengubah
posisinya. d. Lower Roll Digunakan untuk menyesuaikan dengan
ketebalan benda. e. Roda Pengunci Digunakan untuk mengatur dan
mengunci kedudukan lower roll sehingga benda kerja terjepit dengan
erat. f. Roda Pengatur Diameter Digunakan untuk mengatur diameter
lingkaran hasil dengan merubah posisi rear roll. 5.2.4 Mesin
Penekuk 5.2.4.1 Pengertian Mesin Penekuk Alat yang digunakan untuk
membuat bentuk bersudut pada benda kerja logam yang tipis.
5.2.4.1 Fungsi Mesin Penekuk Sebagai alat penekuk sebuah pelat
sesuai ukuran yang ditentukan. 5.2.4.3 Prinsip Kerja Mesin Penekuk
Secara mekanika proses penekukan terdiri dari dua komponeng a y a
yakni: tarik dan tekan. peregangan Pada ini a w a l n ya , pada
pelat netral, sisi ya n g dan luar m e n g a l a m i proses
pengkerutan.D a e r a h pembengkokan terjadi terlihat
peregangan,
p e m b e n g k o k a n , d i m a n a daerah ini terjadi
deformasi plastis atau perobahan bentuk. Peregangani n i m e n ye b
a b k a n p e l a t m e n g a l a m i p e r t a m b a h a n p a n j
a n g . D a e r a h netral merupakan daerah yang tidak mengalami
perubahan. Artinya pada daerah netral ini pelat tidak mengalami
pertambahan panjanga t a u p e r p e n d e k k a n . D a e r a h s
i s i b a g i a n dalam p e m b e n g k o k a n merupakan daerah
yang mengalami dan penekanan, di mana daerah inim e n g a l a m i
pengkerutan
p e n a m b a h a n k e t e b a l a n , h a l i n i disebabkan
karena daerah ini mengalami perubahan panjang yakni
perpendekan.atau menjadi pendek akibat gaya tekan yang dialami oleh
pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit pelat diantara
landasandan sepatu penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar ke
arah atasmenekan bagian pelat yang akan mengalami penekukan.U n t u
k m e n j a l a n k a n i n i p e r l u d i l a k u k a n p e r s i
a p a n a w a l y a n g b e r u p a p e n ye t e l a n s u d u t p
e n e k a n a n ( d i a t u r d e n g a n l i m i t switch ) .
Penyesuaian jarak silinder ke garis pipa (silinder I dengan
menurunkan penguncian dan pada baut p e n ye t e l silinder limit)
menaikkana t a u
s i l i n d e r I I d i a t u r dengan menaikkan atau menurunkan
slide ways yang digerakkan olehu l i r hidrolis ya n g penggerak)
panjang langkah akandigun akan (diatur dengan switch
S e t e l a h s e m u a p e r s i a p a n tersebut selesai,maka
tombol on/off ditekan sehingga mesin hidup. 5.2.4.4 Bagian-bagian
Mesin Penekuk Bagian utama
http://sipilfull.blogspot.com/2012/02/mesin-penekuk-dan-solder.html
Gambar 5.12 Mesin Tekuk Sumber : Buku Petunjuk Praktikum Proses
Manufaktur I.2011 Keterangan : 1. Rahang Penjepit Digunakan untuk
menjepit benda kerja. 2. Lengan Hidrolis Digunakan untuk membantu
proses penekukan. 3. Tuas Penekuk Berfungsi untuk menggerakkan
rahang penekuk. 4. Pedal penjepit Digunakan untuk menggerakkan
rahang penjepit. 5. Pengunci
Digunakan untuk mengunci pedal penjepit. 6. Meja Rentang Meja
rentang berfungsi untuk meletakkan benda kerja. 7. Rahang Penekuk
Digunakan untuk membentuk tekukan dengan sudut tertentu pada benda
kerja. 5.2.4.5 Macam-macam Mesin Penekuk Terdapat juga dua jenis
mesin penekuk plat, yaitu yang dioperasikan dengan manual dan mesin
penekuk plat yang dioperasikan dengan otomatis. Mesin penekuk yang
dioperasikan secara manual biasanya digunakan untuk menekuk plat
yang relatif tipis, sedangkan yang otomatis digunakan untuk menekuk
plat yang tebal. Akan tetapi terdapat juga mesin penekuk plat
otomatis yang dirancang khusus untuk menekuk plat yang tipis. Dalam
praktik pembuatan penampung pelet ini mesin tekuk yang digunakan
jenis mesin tekuk plat manual.