BAB V ANALISIS 5.1 Pengukuran Dasar Ketika melakukan pengukuran, kita bisa menggunakan mistar, meteran, mikrometer sekrup, jangka sorong dan neraca teknis. Pada praktikum ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca teknis. Alat-alat tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda juga. Pada alat jangka sorong memiliki fungsi untuk mengukur ketebalan suatu benda, diameter benda, baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong yang digunakan memiliki 208
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB V
ANALISIS
5.1 Pengukuran Dasar
Ketika melakukan pengukuran, kita bisa
menggunakan mistar, meteran, mikrometer sekrup,
jangka sorong dan neraca teknis. Pada praktikum ini
pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat seperti
jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca teknis.
Alat-alat tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang
berbeda juga.
Pada alat jangka sorong memiliki fungsi untuk
mengukur ketebalan suatu benda, diameter benda, baik
diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong
yang digunakan memiliki ketelitian 0,05 mm. jangka
sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Skala
utama terdapat pada rahang tetap sedangkan skala nonius
terdapat pada rahang geser.
Mikrometer sekrup memiliki fungsi yang hampir
sama dengan jangka sorong. Seperti mengukur panjang,
208
BAB V ANALISIS Kel-8
ketebalan, dan diameter dari benda-benda yang cukup
kecil seperti lempengan baja, aluminium, diametr kabel,
dan masih banyak lagi. Namun hasil pengukuran yang
dihasilkan dari mikrometer sekrup lebih presisi.
Neraca teknis berfungsi untuk mengukur massa
suatu benda. Neraca teknis adalah alat ukur ukur massa
yang memiliki ketelitian 0,01 gram. Dalam praktikum
kali ini neraca yang digunakan adalah neraca teknis tiga
lengan. Massa suatu benda dapat diketahui dari
penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan
sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan
setimbang.
Pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
dan mikrometer sekrup dilakukan sebanyak lima kali.
Pengukuran ini dinamakan pengukuran berulang, yang
dimaksud dengan pengukuran berulang adalah
pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang atau
berkali-kali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data
perolehan yang mendekati sempurna ketelitiannya.
Laboratorium Fisika 209
BAB V ANALISIS Kel-8
Dalam praktikum ini juga dilakukan perhitungan
nilai ketidakpastian dan nilai interval. Nilai
ketidakpastian adalah parameter yang menetapkan
rentang nilai yang didalamnya diperkirakan terletak nilai
kuantitas yang diukur.
Ketika melakukan pengukuran dapat terjadi
kesalahan atau ketidakpastian. Kesalahan atau
ketidakpastian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya :
1. Kesalahan umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang
disebabkan keterbatasan pada pengamat saat
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat
disebabkan karena kesalahan membaca skala
kecil dan kurang terampil dalam menggunakan
alat.
2. Kesalahan sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan
yang disebabkan oleh alat yang digunakan
Laboratorium Fisika 210
BAB V ANALISIS Kel-8
dan atau lingkungan di sekitar alat yang
mempengaruhi kinerja alat. Misalnya,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan komponen alat atau kerusakan alat,
dan kesalahan paralaks.
a. Kesalahan kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena
pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi
(standarisasi) tidak tepat. Hal ini
mengakibatkan pembacaan hasil
pengukuran menjadi lebih besar atau
lebih kecil dari nilai sebenarnya.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan
mengkalibrasi ulang alat
menggunakan alat yang telah
standarisasi.
b. Kesalahan titik nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik
nol skala pada alat yang digunakan
tidak tepat berhimpit dengan jarum
Laboratorium Fisika 211
BAB V ANALISIS Kel-8
penunjuk atau jarum penunjuk yang
tidak bisa kembali tepat pada skala
nol. Akibatnya, hasil pengukuran
dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih
dari skala nol semestinya. Kesalahan
titik nol dapat diatasi dengan
melakukan koreksi pada penulisan
hasil pengukuran.
c. Kesalahan komponen alat
Kerusakan pada alat sangat jelas
berpengaruh pada pembacaan alat
ukur.
d. Kesalahan paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila jarak
antara jarum penunjuk dengan garis-
garis skala dan posisi mata pengamat
tidak tegak lurus dengan jarum
Laboratorium Fisika 212
BAB V ANALISIS Kel-8
5.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional
Percobaan GLB adalah gerak lurus suatu objek,
dalam praktikum ini, objek mengalami kecepatan tetap
atau tanpa percepatan. Berdasarkan grafik dan hasil
praktikum yang telah dibuat bahwa pada saat gerak lurus
beraturan bekerja pada objek kecepatan semakin
bertambah. Maka hasil praktikum ini bertolak belakang
dengan teori gerak lurus beraturan.
Berdasarkan hasil praktikum ini dan juga
berdasarkan grafik yang telah dibuat, bahwa pada GLBB
yang dipercepat, kecepatan benda semakin bertambah
besar, sehingga grafik kecepatan terhadap waktu pada
GLBB yang dipercepat mengalami peningkatan daripada
sebelumnya. Benda mengalami percepatan yang
sebanding dengan besar gaya yang diberikan dan
berbanding terbalik dengan massanya, maka pada
praktikum ini dapat dinyatakan, bahwa GLBB
berhubungan dengan Hukum II Newton dan dapat
dituliskan dengan, ∑F=m .a.
Laboratorium Fisika 213
BAB V ANALISIS Kel-8
Pada saat praktikum benda mengalami percepatan
GLB yang disebabkan oleh beban senilai 0,0835 kg dan
ditambah dengan beban tambahan senilai 0,01 kg pada
percobaan 1 lalu 0,02 kg pada percobaan 2. Pada
percepatan GLBB beban utama diberi batas jarak jatuh
sepanjang 0,5 m dan diberi beban senilai 0,01 kg pada
percobaan 1 dan senilai 0,02 kg pada percobaan 2.
Pada grafik terlihat terus naik, hal ini disebabkan
karena kecepatan pada GLBB berbanding lurus dengan
waktu, dan pada kecepatan GLB berbanding terbalik
terhadap waktu.
Laboratorium Fisika 214
BAB V ANALISIS Kel-8
5.3 Modulus Elastisitas
Berdasarkan hasil praktikum, dari ketiga batang
yang dihitung, yaitu batang kecil, batang sedang dan
batang besar didapatkan hasil bahwa nilai keelastisitasan
setiap batang berbeda-beda, tergantung dari ketebalan
masing-masing batang. Pada batang kecil nilai
keelastisitasannya besar, yaitu dari 0,0N /mm2 sampai
6,884N /mm2. Pada batang sedang nilai
keelastisitasannya sedang, yaitu dari 0,0N /mm2 sampai
3,036N /mm2.Pada batang besar nilai keelastisitasannya
kecil, yaitu dari 0,0N /mm2 sampai 0,139N /mm2. Hasil
nilai elastisitasnya masing masing dari beban yang