SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK INVENTARISASI DAN PEMETAAN HUTAN BAB IX PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME TANAH DR IR DRS H ISKANDAR MUDA PURWAAMIJAYA, MT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
23
Embed
BAB IX PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Teknik... · Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai macam kepentingan, yaitu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
TEKNIK INVENTARISASI DAN PEMETAAN HUTAN
BAB IX
PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN
VOLUME TANAH
DR IR DRS H ISKANDAR MUDA PURWAAMIJAYA, MT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
BAB IX
PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME TANAH
Luas adalah jumlah area yang terpoyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh garis-garis
batas. Ukuran satuan luas pada ilmu ukur tanah adalah 1 m2 ; 1 are = 100 m2 ; 1 hektar = 104 m2
dan 1 km2 = 106 m2. untuk menghindarkan pangkat 2 sebagai kuadrat digunakanlah huruf q,
sehingga ditulis q mm, q dm, dan seterusnya.
Perhitungan dan informasi luas merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan perencana
dari hasil pengukuran lapangan. Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai macam
kepentingan, yaitu : hukum pertanahan, perubahan status hukum tanah, pajak bumi, dan lain
sebagainya. Perhitungan luas dapat dilakukan secara numeris, analog, mekanis, planimetris,
dan numeris digital. Perhitungan luas secara numeris analog menggunakan metode Sarrus,
yaitu menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan untuk perhitungan luas.
Bentuk daerah yang dihitung daerah luasnya dengan metode Sarrus ini haruslah beraturan
dengan segmen-segmen garis yang jelas. Perhitungan luas secara mekanis planimetris
menggunakan suatu alat serupa pantograph (dibentuk dari 2 buah mistar penggaris) yang
dinamakan alat planimeter. Alat mistar planimeter ini bergerak. Perhitungan luas dengan
planimeter ini harus dilengkapi pula dengan skala peta beserta penetapan titik awal
perhitungan luas. Bentuk daerah yang akan dihitung luasnya dengan metode planimetris ini
harus seudah disajikan dalam bentuk peta dengan skala tertentu dan bentuknya dapat tidak
beraturan. Perhitungan luas secara numeris digial menggunakan perangkat lunak CAD
(Computer Aided Design) dan perangkat keras komputer. Daerah yang akan dihitung luasnya
harus sudah dimasukkan ke dalam bentuk digital melalui papan ketik (keyboard), digitizer (alat
digitasi), atau scanner. Koordinat batas-batas daerah akan masuk ke dalam memori komputer
dan akan diolah secara digital. Bentuk daerah yang akan diukur luasnya menggunakan metode
numeris digital ini dapat berbentuk beraturan dengan jumlah segmen terbatas atau berbentuk
tidak beraturan dengan jumlah segmen banyak serta berjarak kecil-kecil. Perhitungan luas
metode numeris digital relatif lebih disukai dan lebih unggul dibandingkan dengan metode
numeris analog dan mekanis planimetris. Tingkat akurasi dan keamanan penyimpanan data
2
pada metode numeris digital merupakan salah satu keunggulan dibandingkan metode numeris
analog dan metode mekanis planimetris.
A. Cara-Cara Pengukuran Luas
1. Pengukuran luas dengan menggunakan angka-angka yang menyatakan jarak
Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur unsur-unsur segitiga dan trapesia yang perlu untuk
dapat menghitung bentuk-bentuk itu. Garis ukur ini harus dipilih sedemikian rupa hingga jarak-
jarak dari titik-titik batas ke garis ukur ini kecil supaya dapat mudah diukur. Untuk mencapai ini,
sebagai garis ukur diambil garis lurus yang memotong dengan memanjang daerah yang akan
ditentukan luasnya.
Harus ditentukan luas daerah yang dibatasi oleh ABCD EF .A. maka dibuatlah garis ukur AP.
Semua titik batas diproyeksikan pada garis ukur ini, sekarang yang diukur semua jarak titik-titik
batas ke garis AP : t1, t2, t3, t4, dan t5. jarak titik proyeksi titik-titik batas yang terletak pada garis
ukur dihitung dari A, jadi AB’= 01, AC’=02, AD’=03, AE’=04,AF’=05. Untuk menghindari koefisien
½ maka dicari 2 kali luas. 2 Luas ABCDEF.A = luas ΔI +luas trap II + luas ΔIII +luas trap IV – luas
Δ
V+ luas Trap VI +luas ΔVII.
2. Penentuan dengan cara setengah grafis
Penentuan luas dengan cara setengah grafis berdasarkan atas prinsip sebagai berikut.sebuah
segitiga mempunyai alas yang pendek a dan tinggi yang panjang t. Maka luas segitiga L = ½ alas
x tinggi. Misalkan sekarang pengukuran alas a diliputi oleh kesalahan da dan pengukuran tinggi
t diliputi oleh kesalahan dt, maka L = ½ (a+da) (t+dt) = ½ at + ½ adt + ½ tda + ½ dadt dan karena
suku terakhir adalah hasil dua kesalahan dan dt yang kecil dapat diabaikan, dapatlah ditulis L =
½ at + ½ (adt +tda), sehingga kesalahan pada luas dL = ½ (adt +tda). Untuk membuat kesalahan
dL kecil, haruslah diusahakan supaya kesalahan yang diperbanyak dengan angka yang besar
dibuat sekecil-kecilnya. Pada rumus dapat dilihat bahwa suku itu adalah tda karena t besar,
sehingga kesalahan da pada pengukuran alas yang pendek harus dibuat sekecil-kecilnya.
3
Cara ini dapat digunakan untuk mencari luas suatu daerah yang berbentuk sedemikian rupa,
sehingga daerah itu dapat dibagi dalam beberapa segitiga yang mempunyai alas yang pendek
dan tinggi yang panjang.
3. Penentuan luas dengan cara grafis
Cara grafis akan digunakan untuk menetukan luas suatu daerah, bila penentuan luas tidak
dapat dilakukan dengan menggunakan jarak-jarak yang diukur atau dengan menggunakan
koordinat-koordinat seperti pada pengukuran daerah dengan B.T.M. atau Planchet. Maka untuk
pengukuran luas dengan cara grafis ada beberapa cara yang semuanyaakan menggunakan alat
pengukur luas (=Plamimeter) yang dibuat dari gelas, pada gelas mana digores garis-garis yang
merupakan skala tetentu.
a. Gelas yang berkotak – kotak dengan ukuran tertentu.
Untuk menetukan luas suatu daerah yang dibatasi oleh garis-garis terpotong-potong yang
pendek, maka digunakan gelas berkotak-kotak. Bidang gelas dengan garis-garis diarahkan ke
bawah dan di atas gambar daerah yang akan diukur luasnya. Maka dapatlah dengan segera
dijumlah kotak yang letak di dalam daerah itu, seperti dapat dilihat pada gambar antara luas
yang dinyatakan oleh garis-garis yang ditarik terpotong-potong.sisa luas yang letak antara garis-
garis ini dan garis batas daerah dapat ditentukan dengan membagi sisa luas ini dalam segitiga
dan trapesium yang luasnya dapat dihitung dengan menentukan alas dan tinggi untuk segitiga
dan dengan menetukan dua sisi yang sejajar dan jarak antara dua sisi ini untuk trapesium.
Semua besaran ini dapat langsung diukur dengan menggunakan kotak-kotak itu.
Garis-garis terpotong-potong yang ditarik untuk menetukan jumlah kotak-kotak dapat dibuat di
luar daerah, sehingga nanti luas daerah didapat dengan jumlah kotak-kotak ini dikurangi
dengan luas daerah antara garis batas daerah dengan garis-garis terpotong-potong,luas mana
ditentukan dengan cara yang sama untuk menentukan sisa luas di atas.
b. Gelas dengan garis-garis yang sejajar.
Bila daerah itu berbentuk memanjang, maka dapat digunakan suatu gelas yang digores dengan
garis-garis sejajar, dan garis-garis tersebut digores penuh dan terpotong-potong berganti-ganti.
Daerah yang akan ditentukan luasnya diletakkan sedemikian rupa,sehingga suatu garis batas
yang pendek diimpitkan dengan salah satu garis yang ditarik penuh diatas gelas. Maka dapatlah
4
dilihat, bahwa daerah dibagi oleh garis-garis yang sejajarnya itu dalam beberapa trapesia. Tinggi
trapesia itu sama dengan jarak antara dua garis yang ditarik penuh, sedangkan setengah jumlah
sisi yang sejajarnya sama dengan panjang garis yang ditarik terpotong-potong didalam
trapesium itu. Panjang garis ini dapat di ukur dengan mangambil garis ini antara dua kaki jangka
tusuk dan diukur pada mistar.
c. Gelas yang dibawah diberi skala dan diberi garis-garis yang sejajar.
Bila daerah berbentuk sederhana misalnya sebagai segi empat maka dapat digunakan suatu
planimeter gelas. Misalkan akan ditentukan luas segi empat ABCD. Luas segi empat ABCD dapat
diambil sebagai jumlah luas dua segitiga yaitu ACD dan ACB, yang mempunyai alas AC. Maka
alas AC ini dapat ditentukan dengan meletakan A dititik o skala dan garis AC diimpitkan pada
garis sejajar yang paling bawah. Dengan demikian luas ABCD = ½ AC (h1+h2). Untuk
memudahkan penetuan luas, maka garis-garis mendatar tidak diberi angka yang sama dengan
jarak garis-garis itu dan garis sejajar paling bawah, tetapi diberi angka yang menyatakan
setengah jarak itu. Jadi bila jarak suatu garis sejajar dengan garis sejajar paling bawah ada 10
mm, maka garis sejajar itu diberi angka ½ x 10 = 5.
4. Penentuan luas dengan cara mekanis – grafis
Untuk menentukan luas dengan cara mekanis grafis digunakan dengan suatu alat yang
dinamakan planimeter. Menurut kontruksi dan bentuk planimeter dapat dibagi dalam dua
bagian utama yaitu planimeter kutub dan planimeter roda. Umumnya yang digunakan adalah
planimeter kutub. Alat ini teridiri atas batang yang pada satu ujungnya dilengkapi dengan jarum
sedangkan pada ujung lainya ditempatkan suatu roda berskala yang selanjutnya dinamakan
roda ukur. Skala roda ukur ini dapat di baca dengan nonius sedangkan pemutaran penuh roda
dapat dibaca pada piringan berskala tersebut.
Pada waktu digunakan jarum digerakan melintasi garis batas daerah yang akan diukur
luasnya. Batang bergerak dengan bebasnya dan menyeret karena engsel. Pada gerakan batang
roda ukur akan berputar dan pemutaran roda ukur ini dapat digunakan untuk menentukan luas
yang garis batasnya dilintasi oleh jarum. maka perlulah dibuktikan dahulu bahwa luas akan
sebanding dengan pemutaran roda, keadaan mana menjadi prinsip dari pada semua macam
alat pengukur luas planimeter.
5
Untuk dapat menetukan luas dengan suatu planimeter harus ditetapkan terlebih dahulu berapa
meter persegi yang dinyatakan oleh satu satuan nonius pada panjang diantara engsel dan
jarum. Dengan planimeter dibuat suatu luas yang diketahui besarnya.misalkan luas ini ada L x
m2 dan keadaan roda ukur sebelum dan sesudah luas tersebut dibuat ada v dan w, maka
pemutaran roda satuan nonius yang menyatakan L x m2 maka satu satuan nonius menyatakan L
: (w-v)m2.
Luas l dapat dibuat dengan mistar percobaan yang mempunyai jarum dan yang merupakan titik
pusat suatu lingkaran. Jarum plani meter diletakan di dalam lubang pada mistar percobaan dan
dengan demikian dapatlah dibuat suatu lingkaran dengan jari-jari yang tetap. Untuk
menentukan titik permulaan lingkaran gunakan garis yang ada pada ujung kanan mistar
percobaan. Dibawah ini diberikan contoh :
Suatu lingkaran yang didapat dari mistar ukur dibuat sepuluh kali dengan memutar kekanan
dan memutar kekiri. Jari –jari lingkaran adalah 64.
Dengan memutar kekanan keadaan roda sesudah dan sebelum diputar ada 9674 dan 22 540
maka pemutaran roda menjadi 12866. dengan memutar kekiri keadaan roda sebelum dan
sesudah ada 22540 dan 9679 maka pemutaran roda menjadi 12864. luas yang dibuat adalah 10
xח x 6400 mm2 = 128679
Satu satuan nonius menyatakan 128679 : 12864 = 10.003 m2 untuk skala gambar 1:1000, satu
satuan nonius menytakan luas 10.003 m2 karena pada skala 1 ;1000, 1mm gambar = 1m dan
1mm2 gambar = 1m2 sebenarnya. Untuk peta dengan skala 1 :200 berarti 1mm =0.2 m dan
1mm2= 0.04 m2. maka satuan nonius untuk skala 1:200 menjadi 10.003 x 0.04 m2 = 0.40012m2.
Cara pengukuran luas ada 2 macam yaitu :
1) Diukur pada gambar situasi; disebut juga pengukuran tak langsung karena luas
diperoleh secara tak langsung dengan menggunakan instrumen dan gambar
situasi.
2) Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh
dari pengukuran di lapangan, disebut pengukuran langsung karena luas
diperoleh secara langsung tanpa gambar dengan melakukan pengukuran yang
dibutuhkan untuk menghitung luas di lapangan.
6
B. Metode Pengukuran Luas
Metode-metode pengukuran luas, di antaranya :
1) Metode diagonal dan tegak lurus
S = ½ ch sin A
Gambar . Metode Diagonal dan Tegak Lurus
2) Metode pembagian segitiga
S = ))()(( csbsass
, di mana s = ½ (a + b + c).
Perhitungan logaritmis : 2 log s = log s + log (s - a) + log (s - b) + log (s - c)
3) Metode trapesium
maka luasnya : s = ½ b1h + ½ b2h = ½ h ( b1 + b2 ) = bh, dimana : b = 2
1b
+ 2
2b
Gambar . Metode Trapesium
4) Metode offset
a ) Offset dg intervalnya tidak tetap, maka luasnya ;