BAB ILAPORAN KASUSKASUSNo. Rekam Medik: 706172Nama Pasien:
Anisyah Fitriah SalsabilaUmur: 3,5 tahunJenis Kelamin:
PerempuanAlamat: MakassarTanggal Lahir: 28-11-2011Agama:
IslamKebangsaan: IndonesiaTanggal Pemeriksaan: 12-05- 2015Perawatan
Bagian: Lontara 2 RS. Wahidin Sudirohusodo MakassarA. Anamnesis
Keluhan Utama: Bengkok pada kedua kaki sejak lahir Anamnesis
Terpimpin: Hal ini dialami sejak lahir, pasien lahir cukup bulan,
pasien sudah bisa berjalan, ibu melahirkan normal dan sering
memeriksakan kandungan ke dokter, ibu tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan, tidak pernah terjatuh atau menderita penyakit apapun,
dan tidak merokok. AssimetricalInspeksi statis : pasien menggukan
gipsInspeksi dinamis : - pasien aktif bermain Nafsu makan baikB.
Hasil Periksaan Radiologi
Foto Pedis dextra AP Calcaneus-metatarsal angle: 34Foto Pedis
dextra Lateral Tibia-talus angle: 157 Talocalcaneus: tak
terhingga
Foto Pedis sinistra AP Calcaneus metatarsal V angle: 51Foto
pedis sinistra lateral Talometatarsal I : 11 Talotibial angle :
149Kesan : Sesuai gambaran Congenital Talipes Equino VarusC.
DiagnosisCTEV bilateral
BAB IIKAJIAN TEORIA. PENDAHULUAN1. ANATOMI FISIOLOGI ANKLE
JOINTAnkle joint Termasuk sendi sinovial hinge joint, dibentuk oleh
malleolus tibia dan fibula serta talus Diperkuat oleh ligamen
deltoideum dan ligamen collateral lateral Pada sisi medial ankle
joint diperkuat oleh 5 ikatan ligamen yang kuat, 4 ligamen yang
menghubungkan malleolus medial tibia dengan tulang tarsal bagian
posterior, calcaneus, talus dan navicular.
Keempat ligamen tersebut secara kolektif dikenal sebagai ligamen
deltoid, terdiri atas ligamen calcaneotibial, talotibial anterior,
tibionavicular, dan talotibial posterior. Ligamen kelima dikenal
sebagai ligamen spring (ligamen plantar calcaneonavicular) yang
memberikan hubungan horisontal antara os navicular & proyeksi
sustentaculum tali pa-da bagian medial calcaneus. Pada sisi lateral
ankle joint diperkuat oleh 3 li-gamen yang secara kolektif
dinamakan ligamen collateral lateral. Ketiga ligamen ini
menghubungkan malleolus lateral dengan bagian upper lateral dari
calca-neus serta bagian anterior dan posterior talus, yang terdiri
atas : ligamen calcaneofibular, ta-lofibular anterior dan
posterior. Ligamen lateral lebih lemah daripada ligamen medial, dan
ligamen talofibular anterior paling lemah diantara semua ligamen
ankle. Permukaan yang konkaf adalah mortise, yang dibentuk oleh
malleolus tibia dan fibula.a. Subtalar JointTermasuk sendi sinovial
plane joint, dibentuk oleh permukaan inferior talus & superior
calcaneus. Diperkuat oleh lig. deltoideum, lig. lateral, lig.
talocalcanea interosseus, lig. talocalcanea pos-terior &
lateral. Menghasilkan gerak pronasi & supinasi serta inversi
dan eversi secara pasif. Pada saat closed kinematika, berperan
mengurangi gaya rotasi dari tungkai & kaki. Permukaan yg
konveks adalah calcaneus yg bergerak terhadap permukaan yang konkaf
yaitu talus. Gerak arthrokinematikanya dapat dilihat pada tabel
Gerak Arthrokinematika subtalar jointNo.Gerak FisiologisGerak
Arhtrokinematika
1.Supinasi dengan inversiSlide ke lateral
2.Pronasi dengan eversiSlide ke medial
b. Talonavicular JointSecara anatomis & fungsional merupakan
ba-gian dari talocalcaneonavicular joint. Distabilisasi oleh
ligamen deltoid, bifurcatum, & ligamen talonavicular dorsal.
Bersama-sama dengan subtalar joint mengha-silkan gerak pronasi
& supinasi terjadi gerak asesori navicular yg disertai oleh
gerak abduksi/adduksi + inversi/eversi.c. Transversal Tarsal
JointSecara fungsional, merupakan sendi gabungan dari 2 sendi sisi
medial oleh talonavicular joint dan sisi lateral oleh
calcaneocuboid joint walaupun secara anatomis terpisah. Yang paling
besar menstabilisasi adalah liga-men calcaneocuboid (ligamen
plantaris yang panjang & pendek). Berpartisipasi dalam gerak
pronasisupinasi kaki, gerak asesori pasif (abduksi-adduksi,
inversi-eversi)
d. Intertasal & Tarsometatarsal JointBaik intertarsal maupun
tarsometatarsal joint merupakan plane joint (non-axial) .Gerakan
yang dihasilkan adalah gerak slide.e. Intermetatarsal
JointSendi-sendi ini mencakup 2 set sendi side-by-side, yaitu
antara basis metatarsal I dan basis metatarsal II dan seterusnya.
Sendi-sendi tersebut tergolong nonaxial joint. Sendi-sendi antara
caput metatarsal adalah ba-gian yang penting dari arkus metatarsal.
Gerakan yang terjadi adalah membentuk arkus & mendatarkan arkus
ketika kaki weight bearing.f. Metatarsophalangeal JointSendi-sendi
ini adalah modifikasi condyloid joint. MTP joint ibu jari kaki
berbeda dengan lainnya karena lebih besar dan memiliki 2 tulang
sesa-moid diantaranya. ROM ekstensi pada MTP lebih penting
daripa-da fleksi (berbeda dengan MCP) Ekstensi pada MTP sangat
dibutuhkan untuk aktivitas berjalan. Demikian pula, fungsi ibu jari
kaki tidak terpi-sah dengan jari-jari lainnya, tidak seperti pada
ibu jari tangan.g. Interphalangeal JointInterphalangeal joint pada
kaki sama dengan pada tangan, yaitu tergolong hinge joint.Gerak
arthrokinematika MTP joint dan Inter-phalangeal joint sama dengan
pada jari-jari tangan. B. CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS1.
DefinisiCTEV atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum
untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah atau
bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas
kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal
dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki).
Congenital talipes equinovarus (CTEV) merupakan abnormalitas
kongenital pada kaki yang paling sering dijumpai. Talipes equino
varus berasal dari bahasa latin talus (ankle), pes (kaki) dan
equinus (menyerupai kuda) yang dimaksud tumit dalam posisi plantar
fleksi dan varus berarti inversi dan adduksiCongenital talipes
equinovarus adalah fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan
varus. Tulang kalkaneus, navikular, dan kuboid terrotasi ke arah
medial terhadap talus, dan tertahan dalam posisi adduksi serta
inversi oleh ligamen dan tendon. Sebagai tambahan, tulang
metatarsal pertama lebih fl eksi terhadap daerah plantar.CTEV
dimasukkan dalam terminology sindromik bila kasus ini ditemukan
bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari
sindrom genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi
gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik.
CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan
neuromuskular, seperti spina bifi da maupun atrofi muscular spinal.
Bentuk yang paling sering ditemui adalah CTEV idiopatik; pada
bentuk ini, ekstremitas superior dalam keadaan normal.
2. PatofisiologiBeberapa teori mengenai patogenesis CTEV antara
lain:a. Terhambatnya perkembangan fetus pada fase fi bularb.
Kurangnya jaringan kartilagenosa talusc. Faktor neurogenik. Telah
ditemukan adanya abnormalitas histokimiawi pada kelompok otot
peroneus pasien CTEV. Hal ini diperkirakan akibat perubahan
inervasi intrauterin karena penyakit neurologis, seperti stroke.
Teori ini didukung oleh insiden CTEV pada 35% bayi spina bifida.d.
Retraksi fi brosis sekunder karena peningkatan jaringan fibrosa di
otot dan ligamen. Pada penelitian postmortem, Ponsetti menemukan
adanya jaringan kolagen yang sangat longgar dan dapat teregang di
semua ligamen dan struktur tendon (kecuali Achilles). Sebaliknya,
tendon Achilles terbuat dari jaringan kolagen yang sangat padat dan
tidak dapat teregang. Zimny dkk. menggunakan mikroskop elektron,
menemukan myoblast pada fasia medialis yang dihipotesiskan sebagai
penyebab kontraktur medial.Ahli lain mengatakan bahwa kelainan
terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7
kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan
menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan
intrauterine. Menyebabkan posisi kaki bayi berputar ke bawah dan
dalam. Kaki berposisi plantar fleksi, adduksi supinasi dan inversi,
cenderung terjadi penguluran/kelemahan otot-otot kaki bagian
lateralotot-otot kaki bagian dalam (medial) mengalami kontraktur.
Atrofi dan kontraktur dari struktur atrogen (ligament dan capsul
sendi sisi medial diikuti dengan peubahan posisi/bentuk dari
tulang/sendi dari kaki ke arah club foot yang dapat bersifat
permanen.3. Etiologi Etiologi CTEV tidak diketahui pasti, beberapa
teori tentang etiologi CTEV antara lain:a. Faktor mekanik
intrauteriTeori tertua oleh Hipokrates. Dikatakan bahwa kaki bayi
ditahan pada posisi equinovarus karena kompresi eksterna uterus.
Parker (1824) dan Browne (1939) mengatakan bahwa oligohidramnion
mempermudah terjadinya penekanan dari luar karena keterbatasan
gerak fetus.b. Defek neuromuskularBeberapa peneliti percaya bahwa
CTEV selalu karena adanya defek neuromuskular, tetapi banyak
penelitian tidak menemukan adanya kelainan histologis dan
elektromiografik.c. Defek sel plasma primerSetelah melakukan
pembedahan pada 11 kaki CTEV dan 14 kaki normal; Irani &
Sherman menemukan bahwa pada kasus CTEV, leher talus selalu pendek,
diikuti rotasi bagian anterior ke arah medial dan plantar; diduga
karena defek sel plasma primer.d. Perkembangan fetus terhambate.
HerediterAdanya faktor poligenik mempermudah fetus terpapar
faktor-faktor eksternal, seperi infeksi Rubella dan pajanan
talidomid (Wynne dan Davis).
f. VaskularAtlas dkk. (1980) menemukan abnormalitas vaskulatur
berupa hambatan vascular setinggi sinus tarsalis pada kasus CTEV.
Pada bayi dengan CTEV didapatkan muscle wasting di bagian
ipsilateral, mungkin karena berkurangnya perfusi arteri tibialis
anterior selama masa perkembangan.4. Gejala Klinis a. Kedua atau
salah satu kaki menunjuk ke arah bawah dan berputar ke dalam.b.
Pergelangan kaki dalam keadaan equinus=dalam keadaan plantar fleksi
(Equinus ankle)c. Kaki depan mengalami adduksi dan supinasi (Fore
Foot Adduction)d. Tumit terinversi (Hind Foot Varus)e. Bayi/anak
berjalan dengan anklenya atau bagian luar kaki.5. Klasifikasi
Literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu :
Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau
memerlukan latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada
deformitas tulang. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly
congenital seperti mielodisplasia atau artogriposis. Kondisi ini
biasanya memerlukan koreksi bedah dan memiliki insidensi kekambuhan
yang yang tinggi. Clubfoot idiopatik congenital, atau clubfoot
sejati hampir selalu memerlukan intervensi bedah karena terdapat
abnormalitas tulang.6. Diagnosis Diferensial Postural clubfoot
terjadi karena posisi fetus dalam uterus. Jenis abnormalitas kaki
ini dapat dikoreksi secara manual. Postural clubfoot memberi
respons baik pada pemasangan gips serial dan jaran relaps.
Metatarsus adductus (atau varus) suatu deformitas tulang metatarsal
saja. Forefoot mengarah ke garis tengah tubuh, atau berada pada
aposisi adduksi. Abnormalitas ini dapat dikoreksi dengan manipulasi
dan pemasangan gips serial.7. Gambaran radiologiGambaran radiologis
CTEV adalah adanya kesejajaran tulang talus dan kalkaneus. Posisi
kaki selama pengambilan foto radiologis sangat penting. Posisi
anteroposterior (AP) diambil dengan kaki fl eksi terhadap plantar
sebesar 30 dan posisi tabung 30 dari keadaan vertikal. Posisi
lateral diambil dengan kaki fl eksi terhadap plantar sebesar 30.
Gambaran AP dan lateral juga dapat diambil pada posisi kaki dorsofl
eksi dan plantar fl eksi penuh. Posisi ini penting untuk mengetahui
posisi relatif talus dan kalkaneus dan mengukur sudut talokalkaneal
dari posisi AP dan lateral.Garis AP digambar melalui pusat dari
aksis tulang talus (sejajar dengan batas medial) serta melalui
pusat aksis tulang kalkaneus (sejajar dengan batas lateral). Nilai
normalnya adalah antara 25-40. Bila sudut kurang dari 20, dikatakan
abnormal. Garis anteroposterior talokalkaneus hampir sejajar pada
kasus CTEV. Seiring dengan terapi, baik dengan casting maupun
operasi, tulang kalkaneus akan berotasi ke arah eksternal, diikuti
dengan talus yang juga mengalami derotasi. Dengan demikian akan
terbentuk sudut talokalkaneus yang adekuat.Garis lateral digambar
melalui titik tengah antara kepala dan badan tulang talus serta
sepanjang dasar tulang kalkaneus. Nilai normalnya antara 35-50,
sedang pada CTEV nilainya berkisar antara 35 dan negatif 10. Garis
AP dan lateral talus normalnya melalui pertengahan tulang navikular
dan metatarsal pertama. Sudut dari dua sisi (AP and lateral)
ditambahkan untuk menghitung indeks talokalkaneus; pada kaki yang
sudah terkoreksi akan memiliki nilai lebih dari 40. Pengambilan
foto radiologis lateral dengan kaki yang ditahan pada posisi
maksimal dorso fleksi adalah metode yang paling dapat diandalkan
untuk mendiagnosis CTEV yang tidak dikoreksi.
BAB IIIRESUME KLINISSeorang anak berusia 3 tahun 5 bulan, masuk
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan hasil pemeriksaan
radiologi sebagai berikut:
Hasil foto rontgen pedis AP dan LateralDari pemeriksaan
radiologik diketahui bahwa pasien menderita congenital talipes
equino varus.
Immobilisasi pasca-operasi (fisioterapi)Fisioterapi diperlukan
sepanjang ditemukan adanya gangguan fungsional, dalam hal ini
gangguan fungsional dikaitkan dengan kelianan bawaan dimana terjadi
deformitas umum dimana kaki berubah atau bengkok dari keadaan atau
posisi normal. Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan antara
lain :1. Passive exercise : upaya memelihara sifat fisiologis otot
pada kedua tungkai.2. Active exercise : untuk mencegah kekakuan
sendi, atrofi, dan kelemahan otot di regio lain.Fase mobilisasi1.
Friction : untuk mengurangi nyeri2. Passive exercise : untuk
mengurangi stiffness,atrofi dan meningkatkan ROM pasca
immobilisasi.3. Active exercise : untuk meningkatkan kekuatan
otot4. Stretching exercise : untuk mengatasi kontraktur dan koreksi
postur (pes equinus)5. Strengthening exercise : untuk mengurangi
kelemahan otot pada regio ankle.6. Reaksi keseimbangan : untuk
melatih keseimbangan7. ADL exercice : mengajarkan pola berjalan
yang benarKurang lebih 50% kasus CTEV bayi baru lahir dapat
dikoreksi tanpa tindakan operatif. Teknik Ponseti (termasuk
tenotomi tendon Achilles) dilaporkan memiliki tingkat kesuksesan
sebesar 89%. Peneliti lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan
sebesar 10-35%. Sebagian besar kasus melaporkan tingkat kepuasan
75-90%, baik dari segi penampilan maupun fungsi kaki. Fisioterapi
pada kondisi CTEV seharusnya dilakukan sedini mungkin untuk
mempercepat pengembalian fungsi dan mencegah sedini mungkin
terhadap kemungkinan terjadinnya hal- hal yang lebih parah.
Daftar psustakaCahyono B.C. 2012. Congenital Talipes Equinovarus
(CTEV).4 Maret 2012: 178. Kol. 2-3.
Fisioterapi.FKUH. Presentasi Congenital Talipes Equino Varus.
2013Miedzybrodzka C.D,. et al .2008. Genetic Basis of Idiopathic
Talipes Equinovarus. Inggris : J. Hum. Genet
Nugraeni T. 2011. Congenital Talipes Equino Varus. Referat.
Kudus: Universitas Kristen Krida Wacana.
Suharto, dkk. Fisioterapi pediatrik. Poltekes Makassar.
2011Rosdiana I. 2012. Rehabilitasi Medik Congenital Talipes
Equinovarus. Semarang: RSI Sultan Agung
20