Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas hasanuddin LAPORAN PRAKTIKUM URINALISIS Nama : Adelin Junita P NIM : N11109295 Kelompok : II Golongan : Jumat Asisten : Theosobia Grace Orno
Laboratorium Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas hasanuddin
LAPORAN PRAKTIKUM
URINALISIS
Nama : Adelin Junita P
NIM : N11109295
Kelompok : II
Golongan : Jumat
Asisten : Theosobia Grace Orno
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemeriksaan urin dalam mengindikasikan beberapa penyakit
sangat penting. Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-
fakta tentang ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai
organ dalam beberapa tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas dan
korteks adrenal.
Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan 24
jam pada seseorang ternyata susunan urin itu tidak berbeda dari susunan
urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi jika kita melakukan pemeriksaan
dengan sampel urin dari orang tersebut pada saat tidak menentu, maka
akan kita lihat susunan sampel urin dapat berbeda jauh. Itu sebabnya
sangat penting memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
Oleh karena pada pemerikasaan urin dapat dideteksi berbagai macam
penyakit maka sangat penting dilakukan percobaan urinalisis.
I.2 Maksud Percobaan
Untuk mengidentifikasi parameter tertentu dalam spesimen urin.
I.3 Tujuan Percobaan
Untuk mengidentifikasi parameter tertentu dalam spesimen urin
meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan
pemeriksaan kimia pada urin.
I.4 Prinsip Percobaan
I.4.1 Pemeriksaan Makroskopik
Teknik ini diawali dengan pengambilan sampel urin dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilakukan pemeriksaan makroskopik
urin dengan mengamati kejernihan, warna, dan bau serta pH urin.
1. Pemeriksaan Mikroskopik
Teknik ini diawali dengan pengambilan sampel urin dan
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge sampai 3/4 tabung. Disentrifuge
selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Diambil endapan untuk
diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 meliputi
pemeriksaan kristal dan sel epitel yang terdapat dalam urin.
2. Pemeriksaan Kimia Urin
- Dengan reagen langsung
1. Pemeriksaan glukosa dengan menggunakan reagen Benedict dan
mencelupkannya ke dalam air mendidih selama 5 menit. Hasil positif
adanya glukosa dalam urin ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
menjadi merah. Terbentuknya berdasarkan terjadinya reaksi reduksi ion
cupri menjadi cupro.
2. Pemeriksaan bilirubin berdasarkan reaksi diazo yaitu reaksi antara
bilirubin dan garam diazonium dalam suasana asam membentuk warna
azobilirubin.
3. Pemeriksaan keton berdasarkan prinsip reaksi antara aseton dan
asam asetoasetat dengan Na.nitroprussida dalam larutan alkali untuk
memberikan kompleks berwarna ungu. Dilakukan dengan pereaksi
Rothera.
4. Pemeriksaan protein berdasarkan reaksi dengan sulfosalisilat dan
asam asetat yang akan menghasilkan kekeruhan.
5. Pemeriksaan urobilinogen berdasarkan reaksi modifikasi Erlich,
dimana p – dimetilamino benzaldehid yang stabil bereaksi cepat dengan
urobilinogen.
6. Pemeriksaan bilirubin dengan metode busa dimana busa urin yang
tidak mengandung bilirubin putih atau sangat kuning muda. Percobaan
busa ini sangat sederhana dan hanya memberikan petunjuk saja dalam
suasana asam menghasilkan azo pink merah.
7. Pemeriksaan urobilin dengan cara Schlesinger dengan
menambahkan amoniak dan larutan iodium dimana filtratnya akan
menghasilkan flouresensi hijau-merah.
8. Pemeriksaan kalsium dengan menggunakan reagen Sulkowitch
yang hasil positifnya membentuk kekeruhan.
- Dengan reagen strip
1. Glukosa
Berdasarkan prinsip double reaksi enzim. Enzim pertama, glukosa
oksidase, katalisasi farmasi dari asam glukonat dan hidrogen peroksidase
dari glukosa yang teroksidasi. Enzim kedua, peroksidasi, katalisasi reaksi
dari hidrogen peroksidase dan KI. Perubahan warna berkisar hijau sampai
coklat.
2. Bilirubin
Berdasarkan reaksi diazo antara bilirubin dengan garam diazonium
dalam suasana asam membentuk warna azobilirubin.
3. Keton
Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida berdasarkan
prinsip tes lugol, yaitu dalam susana basa, asam asetoasetat akan
bereaksi dengan Na.nitroprussida menghasilkan warna ungu.
4. Berat jenis
Berdasarkan pada perubahan warna reagen dari biru hijau ke hijau
kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urin.
5. Darah
Berdasarkan aktivitas pseudoperoxidatif hemoglobin yang mana
katalisis reaksi dari diisopropil benzen dihidroperoksid dan 3,3`, 5,5` -
tetrametilbenzidin, hasilnya mulai dari orange sampai hijau.
6. pH
Berdasarkan prinsip double indikator yang mengandung metil
merah, PP, dan BTB sehingga memungkinkan perubahan warna dari
jingga, hijau sampai biru pada daerah 5-9.
7. Protein
Berdasarkan prinsip protein error indikator. Perubahan warna yang
diperoleh adalah kuning untuk hasil negatif dan kuning kehijauan, hijau
atau hijau kebiruan untuk hasil positif.
8. Urobilinogen
Berdasarkan prinsip garam diazonium yang stabil bereaksi cepat
dengan urobilinogen dalam suasana asam menghasilkan azo merah.
9. Nitrit
Berdasarkan reaksi Griess, nitrit bereaksi dengan sulfonamid
aromatik membentuk garam diazonium menghasilkan zat warna azo.
10.Leukosit
Berdasarkan prinsip leukosit esterase dalam urin yang dapat
menghidrolisa suatu ester ( indoxyl ester ) menjadi alkohol dan asam.
Cincin aromatik dalam alkohol ( indoxyl ) akan berpasangan dengan
garam diazonium membentuk zat warna diazo ( ungu ).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung reaksi,
pipet tetes,kertas ph universal, bunsen, cawan porselen, penjepit tabung
reaksi,sentrifuge, tabung reaksi sedang, strip, mikroskop,object glass,
deck glass, dan penangas air
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain urin
sewaktu, urin 24 jam, urin patolologis reagen benedic, reagen Rothera,
FeCl3, BaCl2, reagen Gerhardt, asam sulfosalisilat, asam asetat, reagen
Sulkowicth, reagen Fouceht, reagen ehrlich, reagen Schlesinger, dan
kertas saring,
III.2 Cara Kerja
Makroskopis
a. Warna
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan urin ke dalam
3/4tabung reaksi. Kemudian diamati warna pada urin di bawah
penerangan yang baik dengan latar belakang putih.
b. Kejernihan
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan sampel urin ke
dalam tabung reaksi. Lalu tabung reaksi dipegang di depan sumber
sinar dengan menggunakan latar belakang bahan cetak dan kejernihan
sampel dilihat terhadap bahan cetak tersebut.
c. Volume
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan urin ke dalam tabung
reaksi, kemudian dilihat volume dari urin tersebut.
d. pH
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dicelupkan kertas pH
universal ke dalam urin. Lalu, dicocokkan perubahan warna kertas pH
pada indicator.
Kimia Urin
a. Glukosa
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan 5 ml pereaksi benedict
ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditetesi 3-5 tetes urin ke dalam
tabung reaksi tersebut. Setelah itu dipanaskan di atas waterbath
selama 5 menit. Lalu angkat tabung dan diamati perubahan warna
yang terjadi.
b. Benda-benda keton
Metode rothera
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan 5 ml urine ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 gram pereaksi rothera lalu
kocok sampai larut. Setelah larut dialirkan 1-2 ml NH4OH melalui
dinding tabung dan didiamkan selama 3 menit, kemudian diamati
perubahan warnanya.
Metode Gerhardt
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan 5 ml urine ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan FeCl3 ke dalam tabung sambil
mengocok isinya hingga terbentuk endapan. Kemudian disaring
endapan yang terbentuk lalu ditetesi FeCl3 pada endapan tersebut
dan diamati perubahan warna yang terjadi
c. Bilirubin
Metode Busa
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan 5ml urin ke dalam
tabung reaksi kemudian kocok tabung kuat-kuat hingga terbentuk
busa lalu diamati warna pada busa tersebut.
Metode harrison
Disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan 5ml urin yang lebih
dulu dikocok ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 ml
BaCl2 10%,kocok lalu saring. Didiamkan endapan yang didapatkan
hingga agak kering kemudian diteteskan 2-3 tetes reagen Fouchet
pada endapan dan diamati perubahan warna yang terjadi.
d. Urobilinogen
Disiapkan alat dan bahan. Lalu dimasukkan 5ml urin ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan reagen ehrlich 1 ml,lalu
homogenkan, kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
e. Urobilin
Disiapkan alat dan bahan. Kemudian dimasukkan 5ml urin ke
dalam tabung reaksi, perhatikan apakah ada fluorosensi. Bila tidak
ada fluorosensi, tambahkan 2-4 tetes lugol lalu kocok dan biarkan
selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan 5 ml reagen Schlesinger,
campur lalu saring dan amati adanya fluorosensi.
f. Kalsium
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan 3 ml urin ke
dalam masing-masing 2 tabung reaksi (tabung reaksi kedua sebagai
kontrol). Setelah itu ditambahkan 3 ml reagen sulkowitch kemudian
dicampurkan dan biarkan 2-3 menit lalu amati hasil secara
semikuantitatif.
g. Protein
Dengan asam sulfosalisilat
Disiapkan alat dan bahan. Kemudian dimasukkan urin ke dalam
3/4 bagian tabung reaksi. Lalu dipanaskan pada nyala bunsen selama
30 detik kemudian ditambahkan 8 tetes asam sulfosalisolat 20%, lalu
dikocok. Bila terlihat keruh, dilanjutkan pemanasan pada waterbath
dan diamati hasil yang diperoleh.
Dengan asam asetat
Disiapkan alat dan bahan. Kemudian dimasukkan urin ke dalam
tabung reaksi sampai 3/4 bagian. Lalu dipanaskan pada nyala bunsen
selama 30 detik, kemudian ditambahkan 10 tetes larutan asam asetat
6%. Bila terlihat keruh, dilanjutkan pemanasan pada waterbath lalu
amati perubahan yang terjadi.
Mikroskopik
Disiapkan alat dan bahan. Kemudian dimasukkan 8 ml urin
patologis dan urin 24 jam ke dalam tabung sentrifuse. Selanjutnya
dimasukkan tabung ke dalam sentrifuse dan pusingkan selama 15
menit pada 1500-2000 rpm. Setelah itu sedimen pada urin dipisahkan
lalu diletakkan sedimen tersebut pada object glass dan ditutup dengan
deck glass. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
100 X.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 TABEL PENGAMATAN
A. Pemeriksaan Makroskopik
Pengamatan Urin Patologis Urin Sewaktu
Bau Amonia Amonia
Warna Kuning muda Kuning tua
kejernihan Jernih Jernih
pH 5 6
Volume 100 Ml 30 mL
B. Pemeriksaan dengan reagen kimia spesifik
Kandungan Urin Patologis Urin sewaktu
Glukosa +4 -
Protein + -
Keton - -
Bilirubin - -
Urobilin - -
Kalsium +2 +
Urobilinogen + -
C. Pemeriksaan dengan strip (dipstik/carik celup)
Kandungan Urin patologis Urin 24 jam Urin sewaktu
Glukosa +4 - -
Bilirubin - - -
Keton - - -
Berat jenis 1,020 1,000 1,025
Darah - - +4
Keasaman 5 10 6
Protein +1 +1 -
Nitrit +1 - -
Leukosit - - +1
Urobilinogen - +1 -
Asam askorbat - - -
IV.1 GAMBAR
KETERANGAN:
1. Sel-sel Epitel
2. Tyrosine
3. Na.urat.
3
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
FAKULTAS FARMASI UNHAS
1
SAMPEL : URIN PATOLOGIS
PEMBESARAN : 10 x 100
KETERANGAN:
1. Sel-sel Epitel
2.
Na.Urat
3.
Leucine
4. Fosfat
amorf
2
3 4
1
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
FAKULTAS FARMASI UNHAS
SAMPEL : URIN 24 JAM
PEMBESARAN : 10 x 100
BAB V
PEMBAHASAN
Pemeriksaan urin dalam mengindikasikan beberapa penyakit
sangat penting. pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-
fakta tentang ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai
organ dalam beberapa tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas dan
korteks adrenal.
Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada
pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari,
karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein,
glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, ialah urin yang
dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang
kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin- sewaktu terlalu
encer, maka dianjurkan memakai urin pagi.
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud
dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan
glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap
adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan
benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Dalam percobaan urinalisis ini, dilakukan pengujian terhadap 3
jenis sampel urin yaitu urin 24 jam, urin patologis dan uri sewaktu dengan
melakukan pemeriksaan secara makroskopik, mikroskopik, pemeriksaan
kimia dan pemeriksaan dengan strip atau dipstick (carik celup).
Pemeriksaan Makroskopik
Pada pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan bau, warna,
pH, volume dan kejernihan sampel urin. Pad pengujian bau sampel urin,
dilakukan dengan cara menibaskan tangan diatas tabung reaksi yang
bereaksi urin. Pada urin 24 jam dan urin sewaktu didapatkan bau aromatik
yang disebabkan oleh sebagian asam organik yang mudah menguap.
Pengujian untuk urin 24 jam dengan cara sampel dimasukkan dalam
tabung reaksi dan diamati, dari pengamatan didapatkan warna dari
sampel urin berwarna kuning tua(kuning coklat). Yang agak menyimpang
dari keadaan normal yang berwarna kuning muda. Sedangkan untuk urin
sewaktu berwarna kuning, dan urin patologis berwarna kuning muda.
Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, semakin
besar dieresis maka makin muda warna urin. Zat warna urin normal
baersal dari urochrom dan urobilin sedangkan warna urin abnormal
disebabkan karena adanya zat warna normal dalam jumlah besar. Hasil
metabolism abnormal, jenis obat dan makanan yang dikonsumsi serta
adanya beberapa perubahan setelah dibiarkan beberapa lama.
Parameter selanjutnya yaitu kejernihan urin, pemeriksaan dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian tabung
ditempatkan didepan sinar dan sampel dilihat pada lapisan kertas koran.
Jika tulisan pada koran dapat terlihat maka sampel urin dinyatakan jernih.
Dari sampel urin 24 jam dan urin sewaktu didapatkan warna urin jernih.
Untuk urin sewaktu juga jernih sedangkan pada urin patologis agak keruh
Adapun penyebab kekeruhan pada urin yaitu,jika dibiarkan atau
didinginkan (kekeruhan ini disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel
epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap).
Selanjutnya yaitu pemeriksaan volume urin. Volume dari urin 24
jam sangat sedikit yang dapat dikatakan sebagai oliguria artinya jumlah
urin yang dikelurakan kurang dari nilai normal dimana diketahui volume
urin 24 jam di daerah tropik antara 800 – 1300 mL untuk orang dewasa.
Selain 3 parameter yang telah dijelaskan diatas dapat juga digunakan
pemeriksaan pH dengan nilai normal 4,6-8,5. Dari hasil pengamatan,
diketahui urin 24 jam memiliki pH 10 dan urin patologis memiliki pH 5.
Pemeriksaan Mikroskopik
Pertama-tama sampel diisi sampai ¾ bagian tabung sentrifuge.
Setelah itu sampel urin disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm. Kemudian sampel urin yang telah disentrifuge didekantasi dan
diambil endapannya yang ditempatkan diatas objek glass dan ditutup
dengan deck glass. Dari pemeriksaan diketahui urin 24 jam terdapat sel-
sel epitel, tyrosime, dan Na. urat. Pada urine patologis terdapat sel-sel
epitel, leucine, Na. urat, dan fosfat amorf.
Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan
reagen spesifik. Untuk pemeriksaan kimia dilakukan pemeriksaan protein,
glukosa, zat keton, bilirubin, urobilinogen, kalsium dan urobilin.
Untuk pengujian glukosa dengan menggunakan reagen benedict
yang megandung garam cupri untuk menyatakan reduksi. Pertama-tama
dimasukkan dalam tabung reaksi reagen benedict 5 ml kemudian
ditambahkan 5-8 tetes sampel urin, kemudian tabung reaksi tersebut
dimasukkan kedalam air mendidih selam 5 menit, kemudian dikocok.
Dimana hasil negative jika tetap berwarna biru jernih atau sedikit
kehijauan atau agak keruh. Adapun hasil positif(+) jika hijau kekuningan
dan keruh, positif(++) jika kuning keruh, positif(+++) jika jingga atau warna
lumpur dan positif(++++) jika berwarna merah keruh. Dari hasil
pengamatan diketahui urin 24 jam mengandung negatif glukosa dan urin
patologis mengandung glukosa dengan hasil berwarna lumpur yang
mengindikasikan urin patologis positif mengandung glukosa (++++).
Dalam pemeriksaan protein yang merupakan tes dengan asam
sulfosalicyl yang tidak bersifat spesifik namun sangat peka, adanya
protein dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakannya. Dilakukan
dengan cara disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi sampel
urin ¾ tabung reaksi dan salah satu tabung dipanaskan di atas nyala
bunsen selama 30 detik lalu ditambahkan 8 tetes larutan asam sulfosalycil
20% dan dikocok. Kemudian dibandingkan isi tabung pertama dan kedua.
Jika tetap sama jernihnya tes terhadap protein negative, dan bila keruh
berarti negative. Dari hasil pemeriksaan, diketahui sampel urin sewaktu
negatif mengandung urin (-) dan sampel urin patologis positif
mengandung protein (+). Cara di atas juga dilakukan untuk pemeriksaan
protein menggunakan reagen asam asetat, dan hasilnya pun sama.
Selanjutnya pemeriksaan terhadap keton. Adapun zat-zat keton
dalam urin sepert aceton, asam aceto-acetat dan asam beta-
hidroxybutirat. Dimana aceton mudah menguap sehingga urin yang
diperiksa harus segar. Dilakukan dengan cara 2 ml sampel urin
ditambahkan 1 gram reagen rothera dan dikocok hingga larut. Kemudian
dalam posisi tabung miring ditambahkan 1-2 ml NH4OH p melalui dinding
tabung dan diletakkan tabung kemudian dilihat lapisan pada batas kedua
larutan. Hasil dinyatakan positif jika terlihat lapisan ungu kemerah-
merahan, warna merah anggur ini tidak hanya ditimbulkan oleh asam
aceto acetat : fenol, salicylat, antipyrin dan natriumbikarbonat juga
memberikan warna yang serupa. Dari hasil pemeriksaan , diketahui urin
24 jam negative mengandung keton (-) dan urin patologis juga negative
mengandung keton (-).
Pemeriksaan selanjutnya terhadap bilirubin, dilakukan dengan
tabung reaksi yang telah diisi 2 ml dikocok hingga terbentu busa. Jika
terlihat busa kuning artnya positif mengandung bilirubin. artinya kedua
sampel urin ini negative terhadap bilirubin. Dari hasil pemeriksaan
diketahui urin 24 jam dan urin patologis, negative mengandung bilirubin
(-). Pemeriksaan bilirubin selanjutnya yaitu dengan metode Harrison, 5
mL sampel urin ditambahkan larutan pereaksi BaCl 5% kemudian di
kocok, setelah itu di saring. Endapan yang tersaring di diamkan hingga
mengering, kemudian endapan diteteskan reagen Fouchet 2-3 tetes. Dari
hasil pemeriksaan, urin 24 jam dan urin patologis negatif(-) mengandung
bilirubin.
Pemeriksaan urobilin dilakukan dengan cara dimasukkan sampel
urin 2 ml dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2-4 tetes larutan
lugol dan didiamkan selama 5 menit. setelah itu ditambahkan 5 ml larutan
Schlesinger, dicampur kemudian disaring. Diamati adanya fluorosensi
dalam filtrat diuji dengan cahaya berpantul dengan latar belakang hitam.
Hasil positif jika terdapat fluorosensi hijau. Dari hasil pemeriksaan
diketahui urin 24 jam dan urin patologis negative mengandung urobilin (-).
Pemeriksaan dengan reagen strip atau dipstick
Pemeriksaan dengan cara ini dikenal dengan nama carik celup
yaitu berupa secarik plastic kaku yang pada sebelahnya dilekati dengan 1-
9 kertas isap yang masin-masing mengandung reagen-reagen spesifik.
Skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian
semikuantitatif. Metode ini dilakukan dengan cara mencelupkan kertas
standar indikator kedalam urin dan diamati warnanya lalu dibandingkan
dengan indikator pada alat urin dipstick. Dengan metode ini, dapat
dilakukan pemeriksaan terhadap glukosa, bilirubin, keton, berat jenis, pH,
protein, urobilinogen, nitrit dan leukosit esterase.
Adapun prinsip dari masing-masing indikator pada alat urin dipstick ini
sebagai berikut :
a. pH, metode carik celup dengan metode carik uji yang mengandung
methyl red, phenolphthalein dan bromthymol blue sehingga
memungkinkan perubahan warna jingga, hijau sampai biru pada daerah
pH 5-9. Dimana nilai pH normal antara 4,5-8,0
b. Leukosit esterase, dideteksi dengan metode carik celup dimana
pengukuran adanya leukosit esterase dalam urin yang dapat
menghidrolisa suatu ester (indoxyl ester) menjadi alcohol dan asam.
Cincin aromatic dalam alcohol (indoxyl) akan berpasangan dengan
garam diazonium membentuk suatu warna diazo (ungu). Dari hasil
pemeriksaan diketahui urin 24 jam dan urin patologis negative (-)
mengandung leukosit.
c. Nitrit, nitrit berasal dari bakteri penyebab infeksi (Escheria coli)
mereduksi nitrat menjadi nitrit, pengukuran dengan carik celup
berdasarkan reaksi Griess, nitric bereaksi dengan sulfonilamida
aromatic membentuk garam diazonium menghasilkan zat warna azo.
konsentrasi nitrit urin diukur dari intensitas warna merah. dimana nilai
normal negative. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa urin 24 jam
negatif (-) mengandung nitrit dan urin patologis positif(+) mengandung
nitrit.
d. Protein, mengindikasikan kelainan prarenal, renal dan postrenal.
Metode carik celup dengan prinsip indikator tertentu
tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada pH 3 dan berubah
warna hijau-biru sesuai dengan banyaknya protein dalam urin.
e. Glukosa, berdasarkan prinsip carik celup yang dilekati kertas berisi 2
macam enzim, yakni glukosa oxidase dan peroksidase bersama
semacam zat seperti o-tolidine yang berubah warna jika ia dioksidasi.
Jika ada glukosa, maka oleh pengaruh glukosa oxidase glukosa
menghasilkan asam glukonat dan hydrogen peroksida, hydrogen
peroksida mengalihkan oksigen kepada o-tolidine yang berubah warna
menjadi biru. lebih banyak glukosa lebih tua warna biru yang terjadi
pada reaksi ini.
f. Keton, berdasarkan tes lugol yaitu dalam suasana basa, asam aceto
acetat akan bereaksi dengan natrium nitroprusida menghasilkan warna
ungu, dimana pembacaan 40 detik setelah pencelupan dengan nilai
normal negative.
g. Urobilinogen, dimana prinsipnya berdasarkan, garam diazonium yang
stabil bereaksi cepat dengan urobilinogen dalam suasana asam
menghasilkan azo merah. dimana nilai normal <= 1 dengan pembacaan
60 detik setelah pencelupan dari hasil pemeriksaan urin 24 jam dan urin
patologis negatif(-) mengandung urobilinogen.
h. Bilirubin, prinsipnya berdasarkan diazo yaitu reaksi antara bilirubin
dengan garam diazo dalam suasana asam membentuk azobilirubin.
Dengan nilai normal <= 1 dengan pembacaan 30 detik setelah
pembacaan.
i. Darah, berdasarkan aktivitas pseudoperoxidatif hemoglobin yang mana
katalis reaksi dari diisopropilbenzen dihidroperoxid dan 3,3-5,5 tetra
metilbenzidin, hasilnya mulai dari orange samapi hijau. pambacaan 60
detik setelah pencelupan dengan nilai normal negatif. Dari hasil
pemeriksaan urin 24 jam dan urin patologis negatif(-) mengandung Hb.
j. Berat jenis (BJ), berdasrkan pada perubahan warna reagen dari biru
hijau ke hijau kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urin.
Pembacaan 45 detik setelah pencelupan dengan nilai normal 1,003-
1,035 dari hasil pemeriksaan diketahui bj urin 24 jam adalah 1000 dan
bj urin patologis adalah 1020.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Urin 24 jam, berdasarkan :
a. Pemeriksaan makroskopik sedikit menyimpang dilihat dari warna dan
volume urin
b. Pemeriksaan kimia dinyatakan tidak normal karena mengandung
glukosa.
c. Pemeriksaan dengan metode carik celup atau dipstik dapat
dinyatakan positif untuk protein dan urobilinogen.
d. Pemeriksaan mikroskopik, dapat dinyatakan kurang normal karena
adanya benang lendir yang terlihat dibawah mikroskop
2. Urin sewaktu, berdasarkan ;
a. Pemeriksaan makroskopik dapat dinyatakan normal
b. Pemeriksaan kimia dinyatakan normal.
c. Pemeriksaan dengan metode carik celup atau dipstik dapat
dinyatakan tidak normal karena positif mengandung urobilinogen dan
asam askorbat.
d. Pemeriksaan mikroskopik, dapat dinyatakan normal
3. Urin sewaktu, berdasarkan ;
a. Pemeriksaan makroskopik dapat dinyatakan tidak normal karena
keruh
b. Pemeriksaan kimia dinyatakan tidak normal karena mengandung
protein.
c. Pemeriksaan dengan metode carik celup atau dipstik dapat
dinyatakan tidak normal karena positif mengandung urobilinogen dan
asam askorbat.
d. Pemeriksaan mikroskopik, dapat dinyatakan normal
VI.2 SARAN
Sebaiknya alat – alat laboratorium dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata, R. 2009. Penuntun laboratorium Klinik. Jakarta Timur: penerbit Dian Rakyat
2. Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2000. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Kompotindo
3. http//www.google.com//urinalisis
4. Ganiswarna sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapa, edisi V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia